lp polikistik ginjal
DESCRIPTION
LPTRANSCRIPT
Penyakit Polikistik Ginjal
Definisi
Polikisitik berasal dari dua kata poly yang berarti banyak dan Cystic yang berarti rongga tertutup abnormal, dilapisi epitel yang mengandung cairan atau bahan semisolid, jadi polikistik (polycystic) ginjal adalah banyaknya kistik (cytstic) pada ginjal.
Kista – kista tersebut dapat dalam bentuk multipel, bilateral, dan berekspansi yang lambat laun mengganggu dan menghancurkan parenkim ginjal normal akibat penekanan. Ginjal dapat membesar (kadang – kadang sebesar sepatu bola) dan terisi oleh kelompok kista – kista yang menyerupai anggur. Kista – kista itu terisi oleh cairan jernih atau hemorargik
Manifestasi Klinis
1. Demam tinggi akibat kista yang telah terinfeksi lebih lanjut2. Tekanan darah meningkat
Terjadi akibat adanya obstruksi yang mengaktifkan hormon reninyang menyebabkan terjadinya vasokontriksi yang berakhir dengan hipertensi
3. Sakit kepala hebatDi sebabkan oleh aneurisysms pembulih darah yang menggelembung di dalam otak. Sakit kepala juga di sebabkan oleh darah tinggi
4. Infeksi saluran kemihSama halnya dengan batu pada saluran kemih, kista pada ginjal juga menyebabkan timbulnya infeksi infeksi pada ginjal maupun saluran kemih
5. Jantung berdebarSekitar 25 persen pasien penyakit ginjal polikistik mungkin mengalami jantung berdebar serta nyeri dada.
6. Hematuria
Hematuria adalah gejala selanjtnya yang terjadi pada polikistik. Gross Hematuria terjadi ketika
kista yang rupture masuk kedalam pelvis ginjal.
7. Aneurisma pembulu darah otak
Pada penyakit ginjal polikistik dominan autosomal (ADPKD) terdapat kista pada organ-organ
lain seperti : hati dan pangkreas.
Ginjal Polikistik Resesif
Autosomal (Autosomal
Resesif Polycystic Kidney/ARPKD)
Ginjal Polikistik dominan
autosomal (Autosomal Dominant Polycytstic
Kidney/ADPKD)
Etiologi
1. Kista multiple di hati, ginjal, dan jarang dari organ lain
2. Lesi duktus sindrom Caroli
3. Fibrosis hepatic congenital
Pathway Penyakit Ginjal Polikistik
Tertimbun ginjal
Obtruksi saluran kemih
Obtruksi saluran kemih
PGK
Retensi urin Tertimbun ginjal
Menekan syaraf perifer
Iritasi/cedera jaringan
Anemia
Anemia
Retensi Na Sekresi eritropoitin turun
Produksi Hb turun Sekresi eritropoitin turun
Suplai O2 dalam darah turun
Intoleransi aktivitas Keletihan
Nyeri akut
Total CES naik
Tekanan kapiler naik
Volume interstsial naik
Edema
Kelebihan volume cairan
Penyakit genetik (ADPKD/ARPKD)
Kista muncul dan lambat laun mulai merusak organ
ginjal yang normal
Kerusakan organ ginjal, kista di ginjal terisi oleh cairan
yang mudah terinfeksi
kista menjadi banyak, ukuran bertambah besar dan menginfiltrasi parenkim ginjal
Pemeriksaan Penunjang Magnetic resonance imaging (MRI)
MRI dilakukan untuk melakukan screening pada pasien polikistik ginjal autosomal dominan (ADPKD) yang anggota keluarganya memiliki riwayat aneurisma atau stroke
Computed tomography (CT) Sensitifitas nya sama dengan MRI.
Biopsi ginjal ini tidak dilakukan seecara rutin.
Ultrasonografi ginjal Ultasonografi ginjal merupakan suatu teknik pemeriksaan noninvasive yang memiliki tujuan untuk mengetahui ukuran dari ginjal dan kista.
Pemeriksaan Urin, proteinuria, hematuria, leukosituria, kadang bakteriuria
Pemeriksaan Darah, Uremia dan Anemia karena hematuria kronik
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajiana) Identitas klien.b) Keluhan utama.c) Riwayat kesehatan.
Riwayat kesehatan sekarang. Riwayat penyakit dahulu.Biasanya Riwayat penyakit keluarga. Gambaran mengenai kesehatan dan adakah penyakit keturunan atau menular.
d) Pemeriksaan fisik.e) Pola-pola fungsi kesehatan:
Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat. Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan sehingga dapat menimbulkan perawatan diri. Pola nutrisi dan metabolisme. Pola eliminasi. Pola istirahat tidur. Pola aktifitas. Pola persepsi dan konsep diri. Klien tidak bisa menjalankan tugasnya sehari-hari yang disebabkan oleh perawatan
yang lama. Pola sensori dan kognitif. Perubahan status kesehatan dan gaya hidup data mempengaruhi pengetahuan dan
kemampuan dalam merawat diri sendiri. Pola reproduksi dan seksual. Akan terjadi penurunan libido, impotensi, amenore, galaktose. Pola hubungan peran. Kesulitan menentukan kondisi contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran
biasanya dalam keluarga. Pola penanggulangan stress. Pola tata nilai dan kepercayaan. Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai dan kepercayaan.
Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut
b) Intoleransi aktivitas
c) Keletihan
d) Kelebihan volume cairan
Penatalaksanaan Medis
1. Manajemen hipertensi yang cermat2. Dialysis dan trasplantasi ginjal3. Mencegah komplikasi dan memelihara fungsi ginjal4. Perawatan konservatif berupa diet rendah protein5. Obat antihipertensi seperti acei ( seperti katopril,
enalapril, lisinopril) atau arb (seperti telmisartan, losartan, irbesartan, cardesartan)
6. Tindakan bedah dengan memecah kista tidak banyak manfaatnya untuk memperbaiki fungsi ginjal.
Intoleransi aktivitas
NOC:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien mampu menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas, dibuktikan dengan kriteria hasil:a. TTV normal b. Energy psikomotorc. Status sirkulasi baikd. Status respirasi: pertukaran gas dan ventilasi adekuat
NIC:a. Menentukan penyebab dari intoleransi aktivitas.
Rasional: dengan menentukan penyebab, suatu masalah dapat di intervensi secara langsung.
b. Monitor respon kardivaskuler dan respirasi terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)Rasional: TTV mencerminkan perubahan yang terjadi pada klien dengan segera sehingga dapat ditangani dengan cepat apabila terjadi kegawatan.
c. Jika klien dalam keadaan tirah baring, posisikan dalam posisi lebih tegak sehingga tidak membebani sistem kardiovaskular.Rasional: dengan memposisikan klien dalam posisi lebih tegak maka beban sistem kardiovaskular lebih ringan dalam suplai darah.
d. Mengevaluasi keseharian klien dalam beraktivitas dan setelah prosedur tirah baring. Melakukan mobilisasi pada klien yang tirah baring.Rasional:posisi yang baik membantu menjaga distribusi cairan secara optimal dan toleransi ortostatik.
e. Melakukan latihan ROM jika klien tidak toleransi terhadap aktivitasnya atau dalam keadaan immobilisasi.Rasional: dengan melakukan ROM baik aktif maupun pasif, resiko terjadinya penekanan pada daerah tertentu tidak terjadi dan mencegah kontraktur.
f. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukanRasional: Mengetahui kemampuan aktivitas klien akan membantu dalam menentukan jenis aktivitas yang disesuaikan dengan kemampuan klien
Nyeri akut
NOC:Setelah dilakukan tindakan keperawaran 1 x 15 menit diharapakan nyeri yang dirasakan pasien berkurang dengan kriteria hasil:a. Pasien mampu mengontrol nyerib.Melaporkan bahwa nyeri berkurangc. Pasien mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,
frekuensi dan tanda)d.Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC:a. Melakukan pengkajian nyeri secara menyeluruh
Rasional: mengidentifikasi nyeri agar dapat memberikan penanganan yang sesuai
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamananRasional: menentukan skala nyeri yang dirasakan pasien
c. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisinganRasional: Lingkungan yang nyaman dapat mengurangi factor penyebab yang menimbulkan nyeri
d. Evaluasi pengalaman nyeri masa lalu.Rasional: agar dapat menilai apakah penanganan yang diberikan berhasil dan menetukan tindakan tepat.
e. Ajarkan teknik nonfarmakologis seperti kompres hangat dan tarik nafas dalamRasional: kompres hangat dapat mengurangi spasme otot sehingga dapat mengurangi skala nyeri
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesikRasional: Kolaborasi yang baik dalam pemberian analgesic dapat mengatasi nyeri sesuai dengan tingkat keparahan nyeri
Kelebihan volume cairan
NOC:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3x24 jam diharapkan cairan di tubuh akan seimbang.Dengan kriteria hasil:a. Terbebas dari edema, b. Bunyi napas bersih.c. Tekanan darah dalam rentang normal
(120/80- 140/90)d. Klien tidak sesak napase. Peningkatan BB interdialitik tidak lebih 5%
BB kering
NIC:a. Monitor lokasi dan luas edema, gunakan skala 1-4
untuk kuantitas edema. Catat perbedaan pengukuran diantara ektremitasRasional: Edema biasanya berhubungan dengan penurunan tekanan onkotic sebagai akibat dari sindrom nefrotic. Gagal jantung dan gagal ginjal bias any berhubungan dengan edema karena peningkatan tekanan hidrostatik, edema akan menyebabkan bengkak pada kaki.
b. Monitor peningkatan berat badan yang tiba-tiba, gunakan skala yang sama dan tipe pakaian yang sama pada hariyang sama, terutama sebelum makan pagi.Rasional: Perubahan berat badan menunjukan perubahan volum cairan tubuh.
c. Monitor intake dan output, cata hasil penurunan urin output bandingkan dengan intake cairanRasional: Untuk mengetahui keseimbangan intake dan output. Mengukur secara kurat intake dan output penting bagi klien yang mengalami keleihan volume cairan.
d. Ajarkan dan anjurkan klien tentang diet rendah sodiumRasional: Diet sodium untuk mengontrol edema.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC
Price S.A., Wilson L.M. 2005. Patofisologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Editor : Huriawati Hartono et.al. Edisi 6. Vol. 2, EGC: Jakarta.
B Purnomo, Basuki. 2003. Ginjal Polikistik dalam Dasar – dasar Urologi Edisi 2. Jakarta : EGC.
Nurarif AH, Hardhi K. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis dan Nanda Nic Noc. Edisi Revisi. Yogyakarta: Mediaction.
Bulecheck, Gloria M, et al. 2004. Nursing Intervention Classification (NIC) Fifth Edition. USA: Mosbie Elsevier.
Moorhead, Sue, et all. 2004.Nursing Outcomes Classification (NOC) Fourth Edition. USA: Mosbie Elsevier.
Muttaqien A, Kumala S. 2010. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.