lp abses femur 14
DESCRIPTION
surgical caseTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
ABSES FEMUR
A. Masalah Kesehatan
Abses Femur
B. Definisi
Abses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yang
terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh
bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau
jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah
penyebaran/perluasan infeksi ke bagian lain dari tubuh. Macam-macam abses tergantung
dari posisi atau lokasinya, diantaranya abses abdomen, abses otak, abses gusi, abses femur
dan lain-lain. Abses femur yaitu adanya kumpulan pus pada femur karena infeksi bakteri.
Ada dua jenis abses, septik dan steril. Kebanyakan abses adalah septik, yang berarti
bahwa mereka adalah hasil dari infeksi. Septic abses dapat terjadi di mana saja di tubuh.
Hanya bakteri dan respon kekebalan tubuh yang diperlukan. Sebagai tanggapan terhadap
bakteri, sel-sel darah putih yang terinfeksi berkumpul di situs tersebut dan mulai
memproduksi bahan kimia yang disebut enzim yang menyerang bakteri dengan terlebih
dahulu tanda dan kemudian mencernanya. Enzim ini membunuh bakteri dan
menghancurkan mereka ke potongan-potongan kecil yang dapat berjalan di sistem
peredaran darah sebelum menjadi dihilangkan dari tubuh. Sayangnya, bahan kimia ini
juga mencerna jaringan tubuh. Dalam kebanyakan kasus, bakteri menghasilkan bahan
kimia yang serupa. Hasilnya adalah tebal, cairan-nanah kuning yang mengandung bakteri
mati, dicerna jaringan, sel-sel darah putih, dan enzim.
C. Etiologi
Sebagian besar abses disebabkan karena infeksi, baik karena mikroba (bakteri, parasit,
jamur) atau karena benda asing misalnya adanya serpihan benda tajam yang tertanam di
bawah kulit. Abses steril kadang-kadang bentuk yang lebih ringan dari proses yang sama
bukan disebabkan oleh bakteri, tetapi oleh non-hidup iritan seperti obat-obatan. Jika
menyuntikkan obat seperti penisilin tidak diserap, itu tetap tempat itu disuntikkan dan
dapat menyebabkan iritasi yang cukup untuk menghasilkan abses steril. Seperti abses
steril karena tidak ada infeksi yang terlibat. Abses steril cukup cenderung berubah menjadi
keras, padat benjolan karena mereka bekas luka, bukan kantong-kantong sisa nanah.
Banyak agen yang berbeda menyebabkan abses. Yang paling umum adalah pembentuk
nanah (piogenik) bakteri seperti Staphylococcus aureus, yang merupakan penyebab umum
abses di bawah kulit. Abses di dekat usus besar, terutama di sekitar anus, dapat
disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan dalam usus besar. Abses otak dan abses
hati dapat disebabkan oleh organisme yang dapat berjalan di sana melalui aliran darah.
Bakteri, amuba, dan jamur tertentu dapat melakukan perjalanan dengan cara ini. Abses di
bagian lain dari tubuh disebabkan oleh organisme yang biasanya menghuni struktur
terdekat atau yang menginfeksi mereka.
Suatu infeksi bakteri dapat menyebabkan abses melalui beberapa cara, yaitu:
Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak
steril.
Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh lain secara limfatogen atau
hematogen.
Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia atau tidak
menimbulkan gangguan, terkadang menyebabkan terbentuknya abses.
D. Patofisiologi
Proses abses merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah
penyebaran atau perluasan infeksi ke bagian lain tubuh. Organism atau benda asing
membunuh sel-sel local yang pada akhirnya menyebabkan pelepasan sitokin. Sitokin ini
memicu respon inflamasi yang menarik kedatangan sel-sel leukosit ke area tersebut dan
meningkatkan aliran darah setempat.
Struktur akhir dari suatu abses adalah dibentuknya dinding abses atau kapsul oleh sel-
sel sehat di sekeliling abses sebagai upaya untuk mencegah terjadinya infeksi oleh
akumulasi pus terhadap struktur lain di sekitarnya. Meskipun demikian, sering kali proses
ini justru menghalangi sel-sel imun untuk mengatasi penyebab peradangan (agen infeksi
atau benda asing) dan melawan bakteri-bakteri yang terdapat dalam pus. Abses harus
dibedakan dengan empyema. Empyema mengacu pada akumulasi pus di dalam kavitas
yang baru terbentuk melalui proses terjadinya abses tersebut. Jika suatu abses pecah di
dalam maka infeksi bisa menyebar di dalam tubuh maupun di bawah permukaankulit,
tergantung pada lokasi abses.
Ketika proses berlangsung, jaringan mulai berubah menjadi cair, dan bentuk-bentuk
abses. Ini adalah sifat abses menyebar sebagai pencernaan kimia cair lebih banyak dan
lebih jaringan. Selanjutnya, penyebaran mengikuti jalur yang paling resistensi, umum,
jaringan yang paling mudah dicerna. Sebuah contoh yang baik adalah abses tepat di
bawah kulit. Paling mudah segera berlanjut di sepanjang bawah permukaan daripada
bepergian melalui lapisan terluar atau bawah melalui struktur yang lebih dalam di mana ia
bisa menguras isi yang beracun. Isi abses juga dapat bocor ke sirkulasi umum dan
menghasilkan gejala seperti infeksi lainnya. Ini termasuk menggigil, demam, sakit, dan
ketidaknyamanan umum.
E. Manifestasi Klinis
Karena abses merupakan salah satu manifestasi peradangan, maka manifestasi lain
yang mengikuti abses dapat merupakan tanda dan gejala dari proses inflamasi, yakni:
kemerahan (rubor), panas (calor), pembengkakan (tumor), rasa nyeri (dolor), dan
hilangnya fungsi organ. Abses adalah tahap terakhir dari suatu infeksi jaringan yang
diawali dengan proses yang disebut peradangan. Awalnya, seperti bakteri mengaktifkan
sistem kekebalan tubuh, beberapa kejadian terjadi:
* Darah mengalir ke daerah meningkat.
* Suhu daerah meningkat karena meningkatnya pasokan darah (color).
* Wilayah membengkak akibat akumulasi air, darah, dan cairan lainnya (tumor).
* Ternyata merah (rubor).
* Rasanya sakit, karena iritasi dari pembengkakan dan aktivitas kimia (dolor).
Suatu abses yang terbentuk tepat di bawah kulit biasanya tampak sebagai suatu
benjolan. Jika abses akan pecah maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit
atasnya menipis. Suatu abses dalam tubuh sebelum menimbulkan gejala sering kali
terlebih dahulu tumbuh menjadi lebih besar. Abses dalam lebih memungkinkan
menyebarkan infksi ke seluruh tubuh.
F. Komplikasi
Komplikasi mayor abses adalah penyebaran abses ke jaringan sekitar atau jaringan
yang jauh dan kematian jaringan setempat yang ekstensif (gangren). Suatu abses dapat
menimbulkan konsekuensi yang fatal (meskipun jarang) apabila abses tersebut mendesak
struktur yang vital, misalnya abses leher dalam yang dapat menekan trakhea.
G. Pemeriksaan Penunjang
Abses di kulit atau di bawah kulit sering kali mudah dikenali. Termasuk abses femur.
Pada penderita abses biasanya ditemukan peningkatan jumlah sel darah putih. Untuk
menentukkan ukuran dan lokasi abses dalambisa dilakukan pemeriksaan rontgen, USG,CT
scan atau MRI.
H. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Pada umumnya abses memerlukan tindakan pembedahan, debridement dan
kuretase untuk meringankan nyeri dan mengeluarkan pus atau drainasesehingga
mempercepatpenyembuhan. Abses yang disebabkan oleh benda asing, maka benda
asing tersebut harus diambil terlebih dahulu. Bila tidak maka cukup diambil absesnya
atau dikeluarkan pusnya bersamaan dengan pemberian obat analgesic dan mungkin
antibiotic.
Drainase abses dengan menggunakan pembedahan biasanya diindikasikan bila
abses telah berkembang dari peradangan serosa yang keras menjadi tahap nanah yang
lebih lunak. Apabila menimbulkan resiko tinggi, misalnya pada area-area yang kritis
maka tindakan ini dijadikan sebagai alternative terakhir.
2. Konservatif
Penanganan konservatif meliputi pemberian obat antibiotic dan analgesic. Karena
sering kali abses disebabkan oleh staphylococcus aureus, maka
antibiotikantistafilokakus seperti flucloxacillin atau dicloxacillin sering digunakan.
Dengan adanya hemunculan Staphylococcus aureus resisten Methicillin (MRSA) yang
didapat melalui komunitas, maka antibiotic biasa tersebut menjadi tidakefektif. Untuk
menangani MRSA ini digunakan antibiotic antara lain: clindamycin, trimethoprim,
sulfamethosazole dandoxycyclin. Sedangkan pemberian analgesic hanya diindikasikan
jika klien terasa nyeri dengan adanya anbes atau pembedahan yang ada.
Hal yang perlu diperhatikan adalah penanganan dengan antibiotic saja tanpa
drainase pembedahan merupakan tidakan yang tidak efektif.hal ini karena antibiotic
sering tidak mampu masuk ke dalam abses dan antibiotic sering kali tidak dapat
bekerja pada pH yang rendah.
Jika abses secara langsung di bawah kulit, maka akan perlahan-lahan jalan melalui
kulit karena lebih cepat jalannya bekerja di tempat lain. Karena bahan-bahan kimia
bekerja lebih cepat pada temperatur lebih tinggi, aplikasi kompres panas pada kulit di
atas abses akan mempercepat pencernaan kulit dan hasil akhirnya dalam merobohkan
dan pelepasan spontan nanah. Perawatan ini terbaik dicadangkan untuk abses yang
lebih kecil di daerah kurang sensitif dari tubuh seperti tungkai, batang, dan belakang
leher. Hal ini juga berguna untuk semua dangkal abses dalam tahap awal. Ini akan
“mematangkan” mereka. Kontras hidroterapi, bolak-balik kompres panas dan dingin,
juga dapat membantu membantu tubuh dalam resorpsi dari abses.
I. Prognosis
Setelah abses benar dikeringkan, prognosis sangat baik untuk kondisi itu sendiri.
Alasan untuk abses (penyakit lain seorang individu mempunyai) akan menentukan hasil
keseluruhan. Jika, di sisi lain, abses pecah menjadi daerah-daerah tetangga atau izin agen
yang menular tumpah ke dalam aliran darah, yang serius atau mungkin berakibat fatal.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Anamnesa
a. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal atau jam masuk rumah sakit,
nomor register, diagnosa, nama orang tua, alamat, umur pendidikan, pekerjaan, pekerjaan
orang tua, agama dan suku bangsa.
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan post appendiktomy mempunyai keluhan utama nyeri yang disebabkan insisi
abdomen.
c. Riwayat penyakit dahulu
Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien seperti hipertensi, operasi abdomen
yang lalu, apakah klien pernah masuk rumah sakit, obat-abatan yang pernah digunakan
apakah mempunyai riwayat alergi dan imunisasi apa yang pernah diderita.
d. Riwayat penyakit keluarga
Adalah keluarga yang pernah menderita penyakit diabetes mellitus, hipertensi, gangguan
jiwa atau penyakit kronis lainnya uapaya yang dilakukan dan bagaimana genogramnya .
e. Pola Fungsi Kesehatan
- Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan kebiasaan olah raga
(lama frekwensinya), bagaimana status ekonomi keluarga kebiasaan merokok dalam
mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.
- Pola Tidur dan Istirahat
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga dapat mengganggu
kenyamanan pola tidur klien.
- Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhioleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri luka operasi,
aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest berapa waktu lamanya setelah
pembedahan.
- Pola hubungan dan peran
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa melakukan peran baik dalam
keluarganya dan dalam masyarakat penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
- Pola sensorik dan kognitif
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan, pearaan serta pendengaran,
kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
- Pola penanggulangan stress
Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah.
- Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana cara klien mendekatkan diri
dengan tuhan selama sakit.
Pemeriksaan
a.Pemeriksaan Fisik
- Status Kesehatan umum. Kesadaran biasanya kompos mentis, ekspresi wajah menahan
sakit tanpa sakit ada tidaknya kelemahan.
- Integumen. Ada tidaknya oedem, sianosis, pucat, pemerahan luka pembedahan pada
abdomen sebelah kanan bawah.
- Kepala dan Leher. Ekspresi wajah kesakitan pada konjungtiva lihat apakah ada warna
pucat.
- Torax dan Paru . Apakah bentuknya simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas, gerakan
cuping hidung maupun alat Bantu nafas frekwensi pernafasan biasanya normal (16 – 20
kali permenit). Apakah ada ronchi, whezing, stridor.
- Abdomen
Pada post operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya pristaltik pada usus ditandai dengan
distensi abdomen, tidak flatus dan mual, apakah bisa kencing spontan atau retensi urine,
distensi supra pubis, periksa apakah produksi urine cukup, keadaan urine apakah jernih,
keruh atau hematuri jika dipasang kateter periksa apakah mengalir lancar, tidak ada
pembuntuan serta terfiksasi dengan baik.
- Ekstremitas. Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya nyeri yang hebat,
juga apakah ada kelumpuhan atau kekakuan.
b. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium.
- Darah. Ditemukan leukosit 10.000 – 18.0000 mn.
- Urine. Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit .
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan peradangan pada abdomen
Potensial terjadi infeksi berhubungan dengan abses pada abdomen
Kecemasan sehubungan dengan kurangnya informasi dari team kesehatan akan
penyembuhan penyakit
3. Perencanaan
Dari diagnosa keperawatan diatas maka dapat disusun rencana perawatan sesuai
dengan prioritas masalah kesehatan, yaitu :
Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan peradangan pada abdomen
Tujuan :
Nyeri berkurang dalam waktu kurang dari 24 jam.
Kriteria Hasil :
Klien menyatakan nyeri berkurang, tidak takut melakukan mobilisasi, klien dapat istirahat
dengan cukup.
Skala nyeri sedang
Rencana Tindakan :
a. Beri penjelasan pada klien tentang sebab dan akibat nyeri.
b. Ajarkan teknik relaksasi dan destraksi.
c. Bantu klien menentukan posisi yang nyaman bagi klien.
d. Rawat luka secara teratur daan aseptik.
Rasional :
a. Penjelasan yang benar membuat klien mengerti sehingga dapat diajak bekerja sama.
b. Dapat mengurangi ketegangan atau mengalihkan perhatian klien agar dapat
mengurangi rasa nyeri.
c. Penderita sendiri yamg merasakan posisi yang lebih menyenangkan sehingga
mengurangi rasa nyeri.
d. Perawatan luka yang teratur dan aseptik dapat menghindari sekecil mungkin invasi
kuman pada luka operasi.
e. Analgesik dapat mengurangi rasa nyeri.
Potensial terjadi infeksi sehubungan dengan invasi kuman pada luka operasi.
Tujuan :
Infeksi pada luka operasi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda – tanda infeksi (rubor, dolor ) luka bersih dan kering.
Rencana tindakan :
a. Beri penjelasan pada klien tentang pentingnya perawatan luka dan tanda - tanda atau
gejala infeksi.
b. Rawat luka secara teratur dan aseptik.
c. Jaga luka agar tetap bersih dan kering.
d. Jaga kebersihan klien dan lingkungannya.
e. Observasi tanda – tanda vital.
f. Kolaborasi dengan dokter untuk antibiotik yang sesuai.
Rasional :
a. Penderita akan mengerti pentingnya perawatan luka dan segera melapor bila ada tanda
– tanda infeksi.
b. Perawatan luka yang teratur dan aseptik dapat menghindari sekecil mungkin invasi
kuman pada luka operasi.
c. Media yang lembab dan basah merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
kuman.
d. Mengetahui sedini mungkin tanda – tanda infeksi pada luka operasi.
e. Mengetahui sedini mungkin tanda – tanda infeksi secepatnya mengatasi .
Kecemasan sehubungan dengan kurangnya informasi dari Antibiotik menghambat
proses infeksi dalam tubuh.
Tujuan :
Rasa cemas berkurang.
Kriteria hasil :
Klien dapat mengekspresikan kecemasan secara konstruktif, klien dapat tidur dengan
tenang dan berkomunikasi dengan teman sekamarnya.
Rencana Tindakan :
a. Jelaskan keadaan proses penyebab dan penyakitnya
b. Jelaskan pengaruh psikologis terhadap fisiknya (Penyembuhan penyakit).
c. Jelaskan tindakan perawatan yang akan diberikan.
Rasional :
a. Dengan penjelasan diharapkan klien dapat mengerti sehingga klien menerima dan
beradaptasi dengan baik.
b. Pengertian dan pemahamannya yang benar membantu klien berfikir secara konstruktif.
c. Dengan penjelasan benar akan menambah keyakinan atau kepercayaan diri klien.
(FK UI; 1990)
4. Evaluasi
Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan. Tujuan evaluasi adalah : Untuk
menilai apakah tujuan dalam keperawatan tercapai atau tidak untuk melakukan pengkajian
ulang. Untuk menilai apakah tujuan tercapai sebagian, seluruhnya atau tidak tercapai dapat
dibuktikan dari prilaku penderita. Dalam hal ini juga sebagai langkah koreksi terhadap
rencana keperawatan semula. Untuk mencapai rencana keperawatan berikutnya yang lebih
relevan.
DAFTAR PUSTAKA
Fahmi,raden. 2010. Abses abdomen. http://community.um.ac.id/showthread.php?54179-
Abses-Abdomen. Diakses tanggal 13 Agustus 2010 jam 17.00 WIB
http://wikimedya.blogspot.com/2010/07/konsep-dasar-abses-intra-abdomen.html. Diakses
tanggal 13 Agustus 2010 jam 17.10 WIB
http://bedahdigesti.wordpress.com/2009/10/10/abdominal-abses/. Diakses tanggal 13
Agustus 2010 jam 17.15 WIB
http://blog.ilmukeperawatan.com/abses-definisi-tanda-dan-gejala-diagnosis-abses.html.
Diakses tanggal 13 Agustus 2010 jam 17.17 WIB