lokakarya stbm berkesetaraan gender dan inklusi sosial ... file10 kepala sekolah dan guru juga...

5
AIR MINUM DAN PENYEHATAN MINUMAN EDISI: NOVEMBER 2018 Serefina: Toilet Harus Dapat Diakses Semua Orang Secara intensif, PERSANI aktif memberikan pemahaman terhadap pemerintah tentang apa itu penyandang disabilitas, apa saja kebutuhan dan hak-hak mereka sehingga fasilitas yang dibangun sesuai dengan kebutuhan penyandang difabel. PERSANI bekerjasama dengan pemerintah, mengadakan audiensi dengan kepala puskesmas, audit aksesibilitas dan apabila belum sesuai memberikan masukan-masukan. Baginya, kaum penyandang disabilitas harus diajak bicara, diskusi dan memberi masukan karena merekalah yang mengetahui kebutuhan bagi diri mereka. Pemerintah atau organisasi donor yang mengupayakan program inklusi harus melibatkan penyandang disabilitas. Para stakeholders in tidak boleh berasumsi saja tentang kebutuhan para penyandang disabilities. Fina berharap program sanitasi yang dijalankan pemerintah tidak meninggalkan satu orang pun. Prinsip “No one left behind” akan membuat semua orang merasa nyaman menggunakan toilet. “Kami tidak minta dibuatkan toilet khusus tetapi toilet yang inklusif, dimana semua orang harus dapat mengakses toilet tersebut,” tutupnya. Sebagai penyandang disabilitias, Serefina Bete menuntut agar sarana sanitasi seperti toilet harus dapat diakses oleh semua orang, termasuk mereka dengan kursi roda, ibu hamil, dan lansia. Fina mendorong secara khusus agar hak-hak kaum penyandang disabilitas dipahami dan dipenuhi oleh para pemangku kepentingan. Di kota asalnya, Kupang, Serefina yang akrab dipanggil Fina menyaksikan masih belum adanya toilet atau jamban yang dapat diakses oleh kaum penyandang disabilitas. “Di Puskesmas Kupang, memang sudah ada pemikiran untuk membangun toilet ramah kaum diffable tetapi masih belum memadai,” ujar Fina yang menjadi ketua PERSANI Kota Kupang, NTT, saat menjadi narasumber dalam Lokakarya STBM-GESI (Berkesetaraan Gender dan Inklusi Sosial) di Jakarta (13/11). Pada tanggal 13 November 2018, diadakan lokakarya bertajuk Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang Berkesetaraan Gender dan Inklusif (STBM-GESI) yang digelar Kementerian Kesehatan dan Yayasan Plan Internasional Indonesia (YPII). Dalam acara ini, terungkap berbagai potret pelaksanaan STBM di tingkat akar rumput, sekaligus harapan untuk perbaikan implementasi STBM yang merangkul semua kalangan, terutama yang termarginalkan. Lokakarya STBM Berkesetaraan Gender dan Inklusi Sosial

Upload: vuliem

Post on 27-Jun-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lokakarya STBM Berkesetaraan Gender dan Inklusi Sosial ... file10 Kepala sekolah dan guru juga diberi pemahaman tentang edukasi MKM dan perlunya penyediaan pembalut di jamban yang

AIR MINUM DAN PENYEHATAN MINUMAN EDISI: NOVEMBER 2018

Serefina: Toilet Harus Dapat Diakses Semua Orang

Secara intensif, PERSANI aktif memberikan pemahaman terhadap pemerintah tentang apa itu penyandang disabilitas, apa saja kebutuhan dan hak-hak mereka sehingga fasilitas yang dibangun sesuai dengan kebutuhan penyandang difabel. PERSANI bekerjasama dengan pemerintah, mengadakan audiensi dengan kepala puskesmas, audit aksesibilitas dan apabila belum sesuai memberikan masukan-masukan.

Baginya, kaum penyandang disabilitas harus diajak bicara, diskusi dan memberi masukan karena merekalah yang mengetahui kebutuhan bagi diri mereka. Pemerintah atau organisasi donor yang mengupayakan program inklusi harus melibatkan penyandang disabilitas. Para stakeholders in tidak boleh berasumsi saja tentang kebutuhan para penyandang disabilities.

Fina berharap program sanitasi yang dijalankan pemerintah tidak meninggalkan satu orang pun. Prinsip “No one left behind” akan membuat semua orang merasa nyaman menggunakan toilet.

“Kami tidak minta dibuatkan toilet khusus tetapi toilet yang inklusif, dimana semua orang harus dapat mengakses toilet tersebut,” tutupnya.

Sebagai penyandang disabilitias, Serefina Bete menuntut agar sarana sanitasi seperti toilet harus dapat diakses oleh semua orang, termasuk mereka dengan kursi roda, ibu hamil, dan lansia. Fina mendorong secara khusus agar hak-hak kaum penyandang disabilitas dipahami dan dipenuhi oleh para pemangku kepentingan.

Di kota asalnya, Kupang, Serefina yang akrab dipanggil Fina menyaksikan masih belum adanya toilet atau jamban yang dapat diakses oleh kaum penyandang disabilitas.

“Di Puskesmas Kupang, memang sudah ada pemikiran untuk membangun toilet ramah kaum diffable tetapi masih belum memadai,” ujar Fina yang menjadi ketua PERSANI Kota Kupang, NTT, saat menjadi narasumber dalam Lokakarya STBM-GESI (Berkesetaraan Gender dan Inklusi Sosial) di Jakarta (13/11).

Pada tanggal 13 November 2018, diadakan lokakarya bertajuk Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang Berkesetaraan Gender dan Inklusif (STBM-GESI) yang digelar Kementerian Kesehatan dan Yayasan Plan Internasional Indonesia (YPII). Dalam acara ini, terungkap berbagai potret pelaksanaan STBM di tingkat akar rumput, sekaligus harapan untuk perbaikan implementasi STBM yang merangkul semua kalangan, terutama yang termarginalkan.

Lokakarya STBM Berkesetaraan Gender dan Inklusi Sosial

Page 2: Lokakarya STBM Berkesetaraan Gender dan Inklusi Sosial ... file10 Kepala sekolah dan guru juga diberi pemahaman tentang edukasi MKM dan perlunya penyediaan pembalut di jamban yang

Rudi Purnomo, pria paruh baya yang akrab dipanggil Pur, nampak yakin menyampaikan pendapat yang altruis di depan pejabat beberapa kementerian terkait dan pemerhati bidang STBM dalam Lokakarya STBM GESI (Berkesetaraan

Gender dan Inklusi Sosial) di Jakarta (13/11). Bagi pengusaha sanitasi asal Dompu, NTB kepeduliannya di bidang sanitasi menghantarnya bersentuhan dengan banyak keluarga terutama keluaga miskin yang kerap tidak memedulikan pola hidup bersih dan sehat.

“Kalau sekedar bisnis, saya bisa selesaikan setiap pesanan jamban yang datang ke saya. Tapi itu tidaklah cukup. Perlu jiwa social entrepreneurship yang memperhatikan orang-orang yang terbatas secara ekonomi,” kisah Pur yang menjadi ketua Forum Pengusaha Sanitasi Dompu dan telah membuat lebih dari 4000 jamban tertama bagi keluarga tak mampu. Perhatiannya di bidang sanitasi telah banyak membantu masyarakat di daerahnya untuk mengubah perilaku buang air besar sembarangan.

Pemenang penghargaan AMPL Awards 2017 ini melanjutkan bahwa kerja sosialnya dilakukan dengan hati tanpa memikirkan keuntungan yang harus diperolehnya. Ucapan terima kasih, senyum dan air mata dari keluarga miskin yang dibantunya telah menguatkan dirinya selama ini.

“Saya tidak punya skill konstruksi namun saya berhasil membantu membuat jamban di rumah panggung dari seorang lansia, nenek, yang kesulitan beranjak dari tempat tidurnya. Dia tidak punya uang. Maka saya ambil kayu bekas dan bahan yang ada disekitar rumahnya untuk saya bangun menjadi jamban gantung,” cerita Pur yang juga memberi keringanan melalui kredit jamban bagi keluarga kurang mampu yang ingin memiliki jamban.

Sebagai anggota Pokja AMPL, Rudi Purnomo aktif melakukan pemicuan serta advokasi kebijakan. Kebutuhan sanitasi dan permintaan jamban sangat luar biasa. Yang jadi masalah adalah jarak yang memisahkan antara bahan yang dibutuhkan dan tempat tinggal, sehingga harga jadi mahal. Karenanya ia berinisiatif menyiapkan kredit jamban hanya dengan DP 50 ribu dan cicilan sebesar 100 ribu per bulan. Meskipun demikian hal ini masih dianggap memberatkan keluarga miskin.

Bagi Rudi Purnomo, perlu adanya subsidi yang “smart”, dalam arti tepat sasaran, karena ada program jambanisasi di desa yang dinikmati justru oleh mereka yang tergolong mampu dan memiliki rumah berlantai keramik dan bertingkat. Selain itu, program jambanisasi desa atau kecamatan perlu memberdayakan ekonomi para pengusaha sanitasi lokal.

“Janganlah tim program membeli kloset dari toko. Belilah produk kloset yang dibuat para pengusaha sanitasi setempat. Itu dapat membantu ekonomi mereka dan meningkatkan semangat mereka untuk berbagi,” harapnya.

Perilaku hidup bersih dan sehat, dan sanitasi diperkenalkan melalui program Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM) di Kabupaten Dompu, NTB. Adalah Ratu Puspitaloka yang menjadi ketua programnya, sekaligus pimpinan Puskesmas Dompu dan TP UKS. Ia amat peduli dengan pengalaman khusus yang dialami tiap anak perempuan yang memasuki usia akil balik, dimana anak perempuan mengalami pengalaman haid yang pertama.

“Kami melakukan sosialisasi dan diskusi di sekolah-sekolah tentang MKM. Ternyata masih banyak sekolah yang tidak tahu pentingnya MKM. Melalui promosi, drama, anak anak diberitahu cara menghadapi menstruasi di sekolah tanpa harus pulang ke rumah,” kisah Ratu yang menggandeng berbagai unsur terkait seperti dinas kesehatan, puskesmas, dan dinas pemuda dan olah raga setempat.

10 Kepala sekolah dan guru juga diberi pemahaman tentang edukasi MKM dan perlunya penyediaan pembalut di jamban yang ramah MKM, ditambah dengan tempat sampah dengann penutup. Dan saat ini, sekolah-sekolah tersebut telah memiliki jamban yang dilengkapi perlengkapan pendukung MKM.

Bekerja Dengan Hati

Mengelola Kebersihan Menstruasi

Page 3: Lokakarya STBM Berkesetaraan Gender dan Inklusi Sosial ... file10 Kepala sekolah dan guru juga diberi pemahaman tentang edukasi MKM dan perlunya penyediaan pembalut di jamban yang

Jeni: Champion Perempuan Tim STBM

Agnes Jeni adalah seorang trainer gender dan anggota tim Monitoring Kesetaraan Gender STBM (MKGS) di Kecamatan Taibeno, Kabupaten Kupang, NTT. Bersama timnya, ia melakukan survey tentang kesetaraan perempuan dalam STBM dan terungkap

adanya ketidaksetaraan gender. Lebih banyak beban ditanggung perempuan sementara urusan pengambilan keputusan ditangani para bapak.

“Perempuan sebenarnya paling tahu soal air dan sanitasi karena merekalah yang sering dibebani untuk mencari hingga mengolah air serta tahu kebutuhan air untuk keluarga. Dalam berbagai pertemuan tentang sanitasi, perempuan memang dilibatkan. Tetapi pada saat pengambilan keputusan tentang air dan sanitasi, perempuan sering disuruh ke belakang untuk mengurus konsumsi para bapak yang sedang rapat,” ungkap Jeni dalam Lokakarya STBM GESI (Berkesetaraan Gender dan Inklusi Sosial) di Jakarta (13/11).

Melihat kondisi memprihatikan ini, Jeni terlibat aktif dalam kampanye dan advokasi untuk meningkatkan peran perempuan dalam kegiatan STBM. Kader

posyandu dilibatkan sebagai champion. Perempuan diikutkan dalam program BUMDes dan dilatih sebagai pengusaha sanitasi. Meski tidak mudah mengupayakan perubahan perilaku dan mindset, namun berkat upaya advokasi dan kampanye oleh tim MKGS, kini banya perempuan dilibatkan sebagai agents of change. Di daerahnya, perempuan sudah diangkat sebagai wakil ketua dalam kepengurusan daerah.

“Perempuan di daerah kami makin sadar bahwa mereka punya hak untuk bersuara dan didengarkan. Sebagai pengusaha sanitasi, perempuan pun bisa mendapatkan penghasilan tambahan bagi keluarga. Ini menambah semangat dan mengangkat martabat mereka,” ujar perempuan yang menciptakan jamban inklusif di desanya.

MKGS dikemas secara menghibur. Didalamnya terdapat 6 kelompok laki-laki dan perempuan. Mereka melakukan kegiatan dan permainan yang tematik terkait STBM. Didalamnya terselip pesan-pesan perubahan mindset tentang kesetaraan gender, inklusi, penghargaan, stop pelecehan pada perempuan. Namun pesan-pesan itu dikemas secara menarik dalam permainan, sehingga kaum bapak tidak merasa dikritik atau disalahkan. Sebaliknya kaum bapak dibuat tersadar akan kebiasaan salah selama ini.

M. Abu Agus Salim bangga melihat desanya yang semakin sadar akan pentingnya sanitasi dan kebersihan lingkungan. Hal ini dia saksikan pada beberapa hari setelah gempa besar mengguncang desanya di Lombok Utara bulan Juli lalu, masyarakat desanya yang tinggal di tenda pengungsian tetap mempertahankan pola hidup bersih dan sehat.

“Hampir seluruh rumah roboh dan semua warga mengungsi. Namun ada perilaku yang berbeda dari tempat pengungsian lainnya. Di desa saya, sejak hari pertama setelah pendirian tenda darurat, masyarakat secara sadar membangun sarana sanitasi sementara. Ada sekitar 120 unit jamban yang dibangun di desa kami,” ungkap Agus sang Kepala Desa Pendua, Lombok Utara.

Agus melihat STBM sangat berhubungan erat dengan kesehatan dan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi masyarakat. Oleh karena itu sebagai aparat pemerintah, ia bertekad untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Yang dilakukannya di desa, misalnya, sosialisasi dan pemicuan perilaku hidup bersih dan sehat serta pelibatan seimbang kaum laki dan perempuan. Tak heran, Desa Pendua merupakan desa pertama yang mendeklarasikan diri sebagai desa STBM pertama di NTB.

Kades Agus Peduli Sanitasi

Page 4: Lokakarya STBM Berkesetaraan Gender dan Inklusi Sosial ... file10 Kepala sekolah dan guru juga diberi pemahaman tentang edukasi MKM dan perlunya penyediaan pembalut di jamban yang

Quotes“STBM bukan hanya bangunan fisik tetapi perubahan perilaku. Mereka yang benar-benar tidak mampu perlu dibantu agar dapat mengakses

sarana sanitasi yang layak. Dan dana desa untuk jamban sehat harus tepat sasaran.”

“Satu toilet harusnya hanya untuk 25 orang dan toilet dipisah untuk laki-laki dan perempuan. Untuk pembuangan pembalut juga harus diperhatikan.”

(Imran Imran Agus Nurali, SpKO, Direktur Kesehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan)

“Kelompok perempuan, anak marginal, miskin di desa merupakan kelompok yang paling tidak berdaya. Kebijakan Kemendes adalah mengistimewakan mereka. Peraturan Menteri Desa Tahun 16 tahun 2018 berbicara tentang

Dana Desa yang memprioritaskan kelompok rentan ini.”

(Bito Wikantoso, Direktur PSD di Kementerian Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi)

Upaya untuk mendukung promosi perilaku hidup bersih dan sehat membutuhkan adanya regulas yang mengatur pelaksanaan STBM di desa.

“Kami telah menerbitkan peraturan desa tentang K4L (Kebersihan, Keindahan, Kesehatan dan Ketertiban Lingkungan) untuk mendukung STBM di Desa Pendua,” akunya.

Lanjutnya, perdes ini menghasilkan dampak positif dalam pengambilan kebijakan di desa. Masyarakat mendukung penuh program STBM di desa dengan memasukkannya dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDES). Perdes juga memberi ruang gerak bagi perempuan, kaum miskin dan penyandang disabilitas untuk berkontribusi dalam upaya sanitasi.

Kades Agus juga menggalang potensi lokal seperti kelompok karang taruna untuk berwirausaha sanitasi dengan membuat kloset dan paket jamban. Kaum muda ini secara sukarela membangun satu jamban gratis bagi masyarakat miskin dan penyandang disabilitas. Potensi lainnya adalah pihak Babinkamtibmas yang setiap bulan memberikan dua koset pada warga yang siap membangun jamban.

“Ya, saya terus berharap program STBM ini mendapat semakin banyak dukungan dan perhatian dari berbagai pihak. Saya pun berharap adanya kebijakan baru dalam pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan para penyandang disabiltias.”

“PUPR sudah menargetkan 30% keterlibatan program perempuan pada setiap program Sanimas, baik perencanaan, konstruksi, dan post-konstruksi. Sudah disusun petunjuk pelaksanaan atau pedoman dimana

perempuan itu harus dilibatkan. “

Dewi, Direktorat PPLP PUPR

“PUPR sudah ada pengarusutamaan gender beranggotakan berbagai sektor juga, dan mengutamakan responsif gender di Pamsimas.”

PSPAM Ditjen Cipta Karya PUPR

Page 5: Lokakarya STBM Berkesetaraan Gender dan Inklusi Sosial ... file10 Kepala sekolah dan guru juga diberi pemahaman tentang edukasi MKM dan perlunya penyediaan pembalut di jamban yang

Quotes“Di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, terdapat program Reformasi yang mencakup tiga bidang yaitu reformasi

keluarga, reformasi sehat dan reformasi hijau. Singkatnya, kesadaran akan kesehatan, lingkungan, air, sanitasi dimulai dari keluarga yang dikuatkan

dengan kegiatan CTPS dan adanya MCK, serta upaya pengolahan sampah.”

Riska, Kabid Deputi Kesetaraan Gender, KPPPA

“Kemdikbud juga sudah memiliki Pendidikan Layanan Khusus, untuk melayani peserta didik berkebutuhan khusus (Peraturan Menteri

Pendidikan 70 thn 2009).”

“Bapak ibu walikota wajib sebagai pemimpin UKS agar lebih memperhatikan masalah MKM dan sanitasi. Ini menjadi PR bersama bagi

Kemendikbud dan Kemenkes.”

Agung Tri Wahyunto, PSD Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan