lks kki
DESCRIPTION
keanekaragaman invetebrataTRANSCRIPT
Filum Protozoa
Protozoa berasal dari bahasa Yunani, yaitu protos artinya pertama dan zoon artinya hewan. Jadi, Protozoa adalah hewan pertama bersel tunggal yang hidup sendiri-sendiri atau berkelompok membentuk koloni. Sifat umum protozoa adalah uniselluler, heterotrofik. Ilmuwan yang pertama kali mempelajari protozoa adalah Anthony van Leeuwenhoek.
A. Struktur Tubuh Filum Protozoa
Ukurannya antara 3 – 100 mikron merupakan organisme mikroskopis tetapi dapat tumbuh sampai 6 mm meskipun jarang, ontohnya Ciliata : Sprirostomum sp. (3 mm), dan Sporozoa : Porospora gigantean (6 mm). dan mudah dilihat di bawah mikroskop. Tubuh protozoa amat sederhana, yaitu terdiri dari satu sel tunggal (unisel). Namun demikian, Protozoa merupakan system yang serba bisa. Semua tugas tubuh dapat dilakukan oleh satu sel saja tanpa mengalami tumpang tindih Bentuk tubuh macam-macam ada yang seperti bola, bulat memanjang, atau seperti sandal bahkan ada yang bentuknya tidak menentu.
B. Habitat filum Protozoa
Sebagian besar protozoa hidup bebas di laut atau air tawar, misalnya di selokan, kolam, dan sungai. Jenis lainnya ada yang hidup di tanah. Beberapa jenis protozoa hidup dalam tubuh hewan atau manusia bersifat parasitik. menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan ternak, Atau pada cairan tubuh, misalnya dalam darah Semua protozoa memerlukan kelembaban yang tinggi pada habitat apapun. jika keadaan lingkungan kurang menguntungkan protozoa akan membungkus diri membentuk kista untuk mempertahankan diri. Protozoa hidup secara soliter atau bentuk koloni. Didalam ekosistem air, protozoa merupakan zooplankton.
Entamuba histolytica, hidup didalam usus halus manusia, bersifat parasit dan menyebabkan penyakit perut disentriamuba.
Entamuba gingivalis, hido dalam rongga mulut dan menguraikan sisa – sisa makanan, sehingga merusakn gigi dan gusi.
C. Ciri-Ciri Umum Protozoa
Ciri-ciri umum hewan yang tergolong Filum Protozoa dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Tubuh tersusun atas satu sel, ukurannya beberapa mikron sampai beberapa milimeter dan umumnya bersifat mikroskopis.
2. Umumnya hidup secara individual, tetapi ada yang hidup secara koloni, ada yang hidup bebas di dalam air, komensal, dan ada pula yang bersifat parasit pada hewan lain.
3. Umumnya berkembangbiak dengan cara membelah diri, tetapi ada pula yang mengadakan konyugasi, dan ada pula yang membentuk spora.
4. Makanannya berupa : bakteri, hewan bersel satu lainnya atau sisa-sisa organisme. Cara mengambil makanannya ada yang saprozoik ( memakan / menguraikan bangkai hewan ) danholozoik ( memakan hewan lain yang masih hidup ).
5. Cara bergeraknya ada yang menggunakan : flagela, silia, atau pseudopodia, bahkan ada yang tidak memiliki alat gerak.
6. Tidak memiliki klorofil, kecuali Euglena.
7. Eukariota dan dapat membentuk sista ( lapisan pelindung ).
D. Nutrisi dan Cara Makan
Protozoa mendapatkan nutrisinya melalui salah satu dari dua cara, yaitu sebagai berikut :
Osmotrof, yaitu menyerap nutrien terlarut langsung melalui membran sel. Fagotrof, yaitu menelan materi organik atau partikel makanan dengan membentuk
vesikel intra sitoplasma yang disebut vakuola makanan. Mekanisme pengolahan makanan seperti ini dikenal sebagai fagositosis, contohnya : Amoeba.
E. Reproduksi Filum Protozoa
Sebagian besar Protozoa berkembang biak secara aseksual (vegetatif) dengan cara :
1. Pembelahan mitosis (biner), yaitu pembelahan yang diawali dengan pembelahan inti dan diikuti pembelahan sitoplasma, kemudian menghasilkan 2 sel baru.Pembelahan biner terjadi pada Amoeba. Paramaecium, Euglena.
2. Spora, Perkembangbiakan aseksual pada kelas Sporozoa (Apicomplexa) dengan membentuk spora melalui proses sporulasi di dalam tubuh nyamuk Anopheles. Spora yang dihasilkan disebut sporozoid.
3. Seksual (Generatif) Perkembangbiakan secara seksual pada Protozoa dengan cara :Konjugasi (Peleburan inti sel pada organisme yang belum jelas alat kelaminnya).
4. Peleburan gamet Sporozoa (Apicomplexa) telah dapat menghasilkan gamet jantan (mikrogametosit, kecil memanjang) dan gamet betina (makrogametosit, bulat). Peleburan gamet ini berlangsung di dalam tubuh nyamuk.
A. Klasifikasi Protozoa
Protozoa dibagi ke dalam 6 filum, yaitu Zoomastigophora, Rhizopoda, Apicomplexa,
Ciliophora, Foraminifera, dan Actinopoda. Berikut adalah tabel ciri umum sebagian filum
yang termasuk Protozoa.
Tabel 3.2 Perbandingan Protista Mirip Hewan
Filum Ciri Umum Contoh Spesies
Zoomastigophora Zooflagellata, menggunakan flagel untuk
bergerak dan memangsa, umumnya
uniseluler, beberapa berkoloni
Triconympha sp. dan
Trypanasoma sp.
Rhizopoda Pseudopodia untuk bergerak dan
memangsa
Amoeba proteus
Actinopoda Memangsa dengan axopodia (pseudopodia
yang runcing
Helizoa dan
Apicomplexa dan menyebar), memiliki rangka silika Radiozoa
Ciliophora Cilia digunakan untuk bergerak dan
memangsa, umumnya
Stylonychia sp.,
Foraminifera uniseluler, beberapa sesil dan berkoloni Paramaecium sp.
Berdasarkan alat geraknya, digolongkan atas;
1. Mastigophora atau Flagellata, bergerak menggunakan bulu cambuk (Flagela)
contohnya Trypanosoma gambiense.
2. Sarcodina atau Rhizopoda, bergerak menggunakan kaki semu (pseudopodia),
contohnya Amoeba proteus.
3. Ciliata atau Ciliophora, bergerak menggunakan bulu getar (silia), contoh:
Paramaecium, Didinium, Stentor, Vorticella.
4. Sporozoa, tidak memiliki alat gerak khusus dan berkembang biak dengan spora,
contohnya Plasmodium.
Berikut akan diulas satu per satu.
A. Mastigophora atau Flagellata
1. Klasifikasi Flagellata
Flagellata (dalam bahasa Latin diambil dari kata “flagell” yang berarti
cambuk) atau Mastigophora (dari bahasa Yunani,”mastig” yang berarti cambuk,
dan “phora” yang berarti gerakan), dalam taksonomi kuno Flagellata merupakan
salah satu kelas dalam filum protozoa atau protista yang mirip hewan, namun
dalam taksonomi modern menjadi superkelas yang dibagi menjadi dua kelas, yaitu
fitoflagelata dan zooflagelata.
Alat gerak Flagellata adalah flagellum atau cambuk getar, yang juga
merupakan ciri khasnya, sehingga disebut Flagellata (flagellum = cambuk). Letak
flagel berada pada ujung depan sel (anterior), sehingga saat bergerak seperti
mendorong sel tubuhnya, namun ada juga letak flagel di bagian belakang sel
(posterior). Selain berfungsi sebagai alat gerak, flagela juga dapat digunakan
untuk mengetahui keadaan lingkungannya atau dapat juga digunakan sebagai alat
indera karena mengandung sel-sel reseptor di permukaan flagel dan alat bantu
untuk menangkap makanan.
Berdasarkan alat bantu untuk menangkap makanan. Kelompok Flagellata
dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Flagellata autotrofik (berkloroplas), dapat berfotosintesis. Contohnya Euglena
viridis, Noctiluca mliliaris, volvox globator.
2. Flagellata heterotrofik (tidak berkloroplas), tidak dapt berfotosintesis.
Contohnya Trypanosoma gambiense, Leishmania. Sebagian besar hidup bebas
dan ada pula yang sebagai parasit pada manusia dan hewan, atau saprofit pada
organisme mati.
Dilihat dari bentuknya, Flagellata dikelompokkan menjadi dua, yaitu
berbentuk seperti tumbuhan yang dinamakan Fitoflagellata, dan yang berbentuk
seperti hewan yang dinamakan Zooflagellata.
1. Fitoflagellata
Fitoflagelata adalah flagellata yang mirip dengan tumbuhan karena memiliki
kromotafora, sehingga dapat melakukan fotosintesis (fotosintetik). Fitoflagellata
mencernakan makananya dengan berbagai cara, menelan lalu mencernakan
didalam tubuhnya (holozoik), membuat sendiri makanannya (holofitrik), atau
mencernakan organisme yang sudah mati (saprofitik). Habitat fitoflagellata adalah
diperairan bersih dan diperairan kotor. Fitoflagellata bergerak menggunakan
flagella. Fitoflagellata diklasifikasikan menjadi 3 kelas, yaitu:
a. Euglenoida
Tubuhnya menyerupai gelendong dan diselimuti oleh pelikel. Contoh dari
kelas Euglenoida yaitu Euglena viridis.
b. Noctiluca miliaris
Tubuhnya berukuran besar dan biasanya hidup di habitat air laut. Noctiluca
miliaris kebanyakan hidup di air laut dengan ciri – ciri memiliki satu pasang
flagella yang berukuran satu panjang dan satu pendek, dapat melakukan
simbiosis dengan jenis ganggang tertentu. Noctiluca miliaris dapat
memancarkan sinar (bioluminense) apabila tubuhnya terkena rangsangan
mekanik.
2. Zooflagellata
Adalah flagellata yang tidak berkloroplas dan menyerupai hewan. Ada yang
hidup bebas namun kebanyakan bersifat parasit. Mempunyai :
a. Struktur tubuh
Bentuk tubuh mirip dengan sel leher porifera. Mempunyai flagella yang
berfungsi untuk menghasilkan aliran iar dengan menggoyangkan flagella,
selain itu flagella juga berfungsi sebagai alat gerak.
b. Reproduksi
Dilakukan secara aseksual dengan membelah biner secara longitudinal ,
sedangkan reproduksi seksual belum diketahui.
2. Ciri Umum flagelata
1. Mempunyai alat gerak yaitu bulu cambuk.
2. Eukaryotic
3. Uniseluler atau berkoloni
4. Bersifat mikroskopis ( hanya bias dilihat dengan mikroskop).
5. Hidup di air tawar maupun air laut.
6. Berkembang biak secara seksual dan aseksual, secara seksual di lakukan dengan
konjugasi sedangkan secara aseksual di lakukan dengan pembelahan diri.
7. Flagellata merupakan nenek moyang dari hewan dan
tumbuhan
8. Bentuk tubuh lebih tetap tanpa rangka luar, tubuhnya dilindungi olah suatu
selaput yang fleksibel yang disebut pellicle, di sebelah luarnya terdapat selaput
plasma.).
3. Morfogenesis Flagellata
Bentuk tubuh Flagellata sangat beragam, ada yang berbentuk lonjong,
menyerupai bola, memanjang, dan polimorfik (memiliki berbagai bentuk
morfologi). Hidup secara soliter dan ada yang berkoloni.
Fitoflagellata mempunyai tubuh yang diselubungi oleh membrane selulosa,
misalnya volvox. ada pula yang memiliki lapisan pelikel, misalnya euglena. pelikel
adalah lapisan luar yang terbentuk dari selaput plasma yang mengandung protein.
Bentuk tubuh zooflagelata mirip dengan sel leher porifera. Zooflagelata
mempunyai flagel yang berfungsi untuk menghasilkan aliran air dengan
menggoyangkan flagel. Selain itu, flagella juga berfungsi sebagai alat gerak.
Koloni Volvox dapat terdiri dari ribuan sel dan diselubungi oleh membrane
selulosa. Salah satu spesies Fitoflagellata yang mudah ditemukan dan diamati
morfologinya yaitu Euglena viridis. Euglena viridis berbentuk seperti gelendong
dengan bagian anterior tubuh tumpul dan bagian posterior meruncing. Struktur
tubuh Euglena viridis terlindungi oleh pelikel dan dilengkapi dengan satu flagel
yang terletak dibagian anterior. Flagel berfungsi sebagai alat gerak untuk
berpindah tempat dan berfungsi untuk mengumpulkan makanan.
Pada ujung anterior tubuh juga terdapat celah sempit yang memanjang ke arah
posterior dan melebar membentuk kantong cadangan atau reservoir. Pada Euglena
terdapat bintik mata atau stigma. Stigma merupakan kumpulan pigmen yang
sangat peka terhadap cahaya, sehingga berfungsi sebagai penentu arah gerak aktif
yang berhubungan dengan intensitas cahaya di lingkungan. Di dalam sitoplasma
terdapat berbagai organel seperti plastida, kloroplas, nukleus, vakuola kontraktil,
dan vakuola nonkontraktil. Vakuola dapat berperan sebagai pompa untuk
mengeluarkan kelebihan air dari sel, atau untuk mengatur tekanan osmosis.
4. Fisiologi Flagellata
Pada umumnya Flagellata membutuhkan suhu optimum antara 16-25°C,
sedangkan pH antara pH 6-8. Flagellata memperoleh nutrisi dengan beberapa
cara yaitu bersifat holozoik (heterotrof), apabila makanannya berupa
organisme lain yang berukuran lebih kecil, bersifat holofilik (autotrof), dapat
mensintesis makanannya sendiri dari zat organic yang berasal dari lingkungan
karena memiliki kloroplas, bersifat saprofitik, yaitu menggunakan sisa bahan
organic dari organisme yang telah mati dan bersifat parasitik dengan cara
menempel pada inang untuk mendapat nutrisi.
Fitoflagellata bersifat aerobik fotosintetik, karena sebagian besar spesies ini
memiliki kloroplas, sehingga dapat menghasilkan makanannya sendiri melalui
proses fotosintesis. Euglena viridis dapat menghasilkan makanan sendiri
(holofilik) dan mencerna organisme lain (holozoik). Euglena dapat
menghasilkan makanan sendiri karena pada lapisan entoplasma terdapat
kloroplas yang mengandung klorofil a dan b. Pada keadaan lingkungan cukup
cahaya, terjadi fotosintesis yang menghasilkan zat tepung (amilum). Amilum
ini disimpan didalam sitoplasma dalam bentuk butir-butir paramilum.
D. Habitat Flagellata
Air merupakan faktor penting keberaan Flagellata selain ketersediaan
makanan, pH dan suhu. Flagellata dapat ditemukan di lingkungan air tawar, di
danau, sungai, kolam, atau genangan air, misalnya Euglenoida dan Volvocida,
maupun air laut, misalnya Dinoflagellata. Spesies zooflagellata sebagian besar
bersifat parasit, namun adapula yang bersimbiosis dengan organisme lain,
misalnya Myxotrica didalam usus rayap.
5. Reproduksi dan Daur Hidup Flagellata
1. Reproduksi Flagellata
Reproduksi pada Flagellata ada 2 macam, yaitu vegetatif dan generatif.
Reproduksi vegetatif dengan cara pembelahan biner secara longitudinal, misalnya
pada Euglena.
Reproduksi generatif terjadi karena persatuan antara ovum dan spermatozoid,
misalnya pada Volvox. Reproduksi secara generatif berfungsi untuk memperkaya
variasi genetik, sehingga menghasilkan individu mutan yang lebih tahan terhadap
kondisi lingkungan. Pada Volvox terdapat koloni jantan yang menghasilkan sperma
dan koloni betina yang menghasilkan ovum, namun ada juga koloni yang bersifat
hermafrodit yang dapat menghasilkan sperma serta ovum. Meskipun koloni yang
bersifat hermafrodit dapat menghasilkan sperma dan ovum dalam satu koloni,
kematangan sperma dan ovum tidak pada saat yang bersamaan, sehingga tidak dapat
terjadi pembuahan diri. Ovum dihasilkan oleh oogonium, sedangkan Volvox jantan
menghasilkan spermatozoid oleh spermatogonium. Setelah terjadi fertilisasi akan
menghasilkan zigot, zigot akan menghasilkan empat spora, yang kemudian akan
menjadi individu baru.
2. Daur Hidup Flagellata
Flagellata memiliki tahapan trofozoit dan kista. Pada tahapan trofozoit merupakan
waktu aktif untuk mencari makan dan tumbuh. Sedangkan dalam bentuk kista,
Flagellata dapat bertahan hidup kondisi yang sulit, seperti terpapar pada suhu yang
ekstrem dan bahan kimia berbahaya, atau waktu lama tanpa akses terhadap nutrisi, air,
atau oksigen untuk jangka waktu tertentu. Pada Zooflagellata, menjadi bentukan kista
memungkinkan untuk bertahan hidup di luar tubuh inang, dan memungkinkan
terjadinya transmisi dari satu host ke host yang lain. Proses dimana terjadi perubahan
menjadi bentuk kista disebut encystation, sedangkan proses mentransformasikan
kembali ke trophozoite disebut excystation.
E. Peranan Flagellata
Flagellata memiliki peranan yang penting dalam lingkungan perairan. Flagellata
berperan sebagai predator karena memangsa organisme uniseluler atau ganggang,
bakteri, dan microfungi, sehingga populasi organisme dapat dikendalikan. Selain
berfungsi sebagai pengendali, Flagellata yang bersifat saprofitik berperan sebagai
dekomposer dalam rantai makanan.
Di lingkungan perairan flagellata berperan sebagai phytoplankton dan zooplankton
sebagai sumber pakan alami ikan dan udang. Euglena viridis dapat digunakan sebagai
sumber Protein Sel Tunggal (PST), karena memiliki kandungan protein yang sangat
tinggi. Trichonympha dan Myxotricha yang hidup di dalam usus rayap dapat
menghasilkan enzim selulosa, sehingga membuat partikel kayu tersebut menjadi lebih
lunak dan dapat dicerna rayap.
Euglena viridis
Selain itu flagellata juga memiliki peranan yang merugikan diantaranya:
1. Tripanosoma lewisi parasit pada darah tikus
2. Tripanosoma cruci penyebab penyakit cagas (anemia anak)
3. Tripanosoma evansi sakit sura (malas) pada ternak, vector lalat tabanidae
4. Tripanosoma brucei penyakit nagano pada ternak
5. Tripanosoma gabiense sakit tidur, vektor lalat tsetse
6. Tripanosoma rhodosiense sakit tidur, vektor lalat tsetse
7. Tripanosoma vaginalis keputihan pada vagina
8. Leishmania donovani penyebab sakit kalaazar (demam dan anemia)
9. Leishmania tropika penyakit kulit
B. Rhizopoda
1. RhizopodaRhizopoda tersusun dari segumpal protoplasma (sitoplasma) dan berisi sebutir nukleus. Membran sel sangat tipis dan elastis dikenal dengan plasmolemma. Plasma disebelah luar disebut ektoplasma yang non granuler berfungsi memberi bentuk tubuh sel. Plasma yang granuler dan meruboakan bagian pokok terletak disebelah dalam disebut endoplasma yang mempunyai fungsi untuk pergerakan. Endoplasma terdiri dari dua lapisan, sebelah luar adalah plasmasol dan yang disebelah dalam adalah plasmagel.
Organela yang dijumpai dalam sel antara lain nukleus, vakuola kontraktil (berisi cairan yang secara periodik berkontraksi untuk mengeluarkan isinya dan terbentuk kembali berfunsi emngatur kandungan air dalam tubuh), vakuola non kontraktil (untuk mencernakan makanan dan mengedarkan sekaligus keseluruhan tubuh.
Bila mencapai pertumbuhan ,aksimal, maka akan terjadi reproduksi dengan cara pembelahan biner yang dimulai dengan adanya pemanjangan bagian nukleusnya yang diikuti pelekukan bagian dalam dari membran plasmanya dan akhirnya protoplasma terbagi menjadi dua bagian masing-masing dengan satu nukleus dan terbentuklah dua individu.
Pergerakan disebabkan oleh perubahan susunan endoplasma yaitu dari bentuk gel ke bentuj sol; ektoplasma dialirkan hingga terjadi penjuluran dan kemudian endoplasma mengalir kedalamnya. Perubahan strukturil terjadi pada ujung depan dan belakang dari
heawan tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan antara lain pelekatan terhadap dasat, perubahan dari gel ke sol dan meningkatnya kekuatan elastispada plasmagel.
Makanan diambil dari permukaan mana saja dari tubuhnya, namun biasanya diambil dari daerah pseudopodianya yang dibentuk cekungan yang mengelilingi makanan dan makanan akan dicernakan didalam vakuola makanan secara enzimatis, kemudian sari makanan dengan enzim pencerna diabsorbsi oleh sitoplasma secara difusi.
Repirasi dilakukan secara difusi, oksigen dari lingkungan diambil secara difusi dan sebaliknya karbon dioksida dikeluarkan melalui vakuola kintraktil ke lingkungan juga.Eskresi dilakukan oleh vakuola kontraktil yang juga berfungsi sebagai pengatur kadar air dalam tubuh. Zat yang tidak berguna bagi tubuh diekskresikan melalui seluruh permukaan tubuh ke lingkungan.
Behavior rhizopoda yaitu menjauhi stimulus jika membahayakan atau merugikan dan mendekari stimulus jika menguntungkan.
Contoh-contoh rhizopoda :1. Entamoeba histolyca
Sebagai parasit yang hidup di usus manusia dan penyebab sakit disentri amoeba2. Entamoeba gingivalis
Sebagai parasit yang hidup di rongga mulut dan penyebab sakit pada gigi/gusi3. Entamoeba colli
Hidup di usus besar untuk membantu proses oencernaan, tapi dalam jumlah banyak dapat menimbulkan diarhea
4. Foraminifera
Tubuhnya tersusun dari zat kapur, hidup di laut dan endapannya dapat berupa lapisan batuan membenruk globigerina sebagai petunjuk tempat timbunan lapisan minyak bumi.
5. Radiolaria
Tubuh tersusun dari zat kersik, hidup di air tawar dan ada juga di laut, endapan rangka membentuk lapisan radiolarisa yang dapat dipergunakan sebagai bahan penggosok.
6. Heliozoa
Mempunyai banyak juluran halus pseudopodia yang menjari.7. Difflugia
Hidup di air tawar, rangka tubuh tersusun dari zat kapur8. Arcelia
Hidup di air tawar, rangka tubuh tersusun dari zat khitin.
C. Sporozoa
a. Pengertian Sporozoa (Apicomplexa)Sporozoa (Yunani, spore = biji, zoa = hewan) adalah kelompok protista uniseluler atau
bersel satu yang pada salah satu tahapan dalam siklus hidupnya dapat membentuk sejenis spora. Sporozoa hidup sebagai parasit pada tubuh hewan dan manusia. Siklus hidup sporozoa agak kompleks karena melibatkan lebih dari satu inang. Dalam siklus hidupnya, sporozoa membentuk spora dalam tubuh inang. Selain itu, pada siklus hidup juga terjadi sporulasi, yaitu
pembelahan setiap inti sel secara berulang – ulang sehingga dihasilkan banyak inti yang masing – masing dikelilingi oleh sitoplasma dan terbentuklah individu baru.
Pergerakannya dilakukan dengan cara mengubah kedudukan tubuhnya. Tubuh berbentuk bulat panjang atau lonjong. Pada umumnya bersifat farasit dan dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Respirasi dan ekskresi dilakukan dengan cara difusi. Makanan diperoleh dengan cara menyerap zat makanan dari hospesnya. Reproduksi dapat secara vegetative dan generative. Beberapa contoh spesies dari Sporozoa yaitu Plasmodium falcifarum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale dan Toxoplasma gondii.
Vektor dari Plasmodium penyebab penyakit malaria adalah nyamuk Anopheles betina. Plasmodium hidup sebagai parasit pada sel-sel darah merah manusia atau vertebrata lainnya. selama hidupnya, Palsmodium tersebut mengalami dua fase, yakni fase sporogoni dan fase skizogoni. Fase sporogoni terjadi didalam tubuh nyamuk Anopheles betina, sedangkan fase skizogoni berlangsung didalam tubuh manusia.
b. Morfologi Sporozoa1. Sporozoa tidak memiliki alat gerak khusus, sehingga gerakannya dilakukan dengan
mengubah-ubah kedudukan tubuhnya.2. Mempunyai spora berbentuk lonjong3. Ukuran spora : 8 – 11 mikron pada dinding kitin4. Mempunyai 2 kapsul polar pada anterior, berpasangan bentuk labu, berukuran sama,
terletak pada sudut sumbu longitudinal dengan ujung posterior5. Dari depan ujung anterior sama dengan lebar posterior6. Dinding katub tidak jelas
c. Struktur Anatomi TubuhTubuhnya berbentuk bulat panjang, ukuran tubuhnya hanya beberapa micron, tetapi didalam usus manusia atau hewan yang dapat mencapai 10 mm. Tubuh dari kumpulan tropozoid berbentuk memanjang dan dibagian anterior kadang – kadang terdapat kait pengikat atau filament sederhana untuk melekatkan diri pada inang.
e. Sistem PencernaanSporozoa mendapatkan makanan dengan cara menyerap zat makanan dari tubuh hopesnya.
f. Sistem Respirasi Dan EkskresiRespirasi dan ekskresi sporozoa dilakukan dengan cara difusi.
g. Sistem ReproduksiSporozoa melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual. Pergiliran reproduksi aseksual dan seksualnya komplek, dengan beberapa perubahan bentuk serta membutuhkan dua atau lebih inang. Reproduksi aseksual dilakuka denganpembelahan biner. Reprodusi seksual dilakukan dengan pembentukan gamet dan dilanjutkan dengan penyatuan gamet jantan dan betina.
1. Reproduksi Aseksual
Sporozoit yang terdapat dalam kelenjar ludah nyamuk masuk ke dalam darah manusia pada saat nyamuk menghisap darah, yang selanjutnya masuk dalam system retikuloendotelial.Setelah beberapa hari berada dalam system retikuloendotelial, barulah sporozoit ini menyerang eritrosit dan berubah menjadi trofozoit yang mempunyai bentuk seperti cincin. Selanjutnya, trofozoit berubah menjadi schizont, yang kemudian membelah diri berulang-
ulang menjadi 6-36 merozoit yang akan tumbuh menjadi sporozoit-sporozoit baru,pembentukan merozoit-merozoit ini disebut sporulasi.Sporozoit yang terbentuk akan menyerang eritrosit baru sehingga terulanglah pembiakan vegetatif ini. Di antara sporozoit yang terdapat dalam eritrosit ada yang membentuk gametosit. Gametosit jantan disebut mikrogamet, sedang gametosit betina disebut makrogamet.
2. Reproduksi Seksual
Gametosit yang terisap ketika nyamuk mengisap darah penderita malaria, akan berubah menjadi mikrogamet dan makrogamet.Perkawinan antara mikrogamet dan makrogamet menghasilkan zigot. Selanjutnya zigot akan berubah menjadi ookinet di dalam dinding usus nyamuk. Inti ookinet membelah berulang-ulang, kemudian masing-masing inti baru membungkus diri dengan sedikit protoplasma dan berubah menjadi sporozoit-sporozoit baru. Selanjutnya sporozoit menyebar di dalam alat pencernaan nyamuk, sebagian ada yang sampai di kelenjar ludah dan siap untuk dikeluarkan.
h. Klasifikasi Sporozoa
Kelas Sporozoa memiliki 3 (tiga) sifat yang berbeda antara genus yang satu dengan genus yang lain, perbedaan itu berupa :
1. Genus sporozoa yang hidup didalam sel darah merah dan memerlukan vektor biologis, sifat ini terdapat pada Genus Plasmodium.
2. Genus sporozoa yang hidup di dalam intestinal dan tidak memerlukan vektor biologis, sifat ini terdapat pada Genus Isospora dan Genus Eimerie.
3. Parasit yang hidup di dalam sel endotel, leukosit mononukleus, cairan tubuh, sel jaringan tuan rumah dan belum diketahui vektor biologisnya, sifat ini yang terdapat pada genus toxoplasma.
Parasit yang termasuk dalam kelas sporozoa berkembangbiak secara aseksual (skizogoni) dan seksual (sporogoni) secara bergantian. Kedua cara berkembang biak ini dapat berlangsung dalam satu hospes, seperti yang terjadi pada subkelas Coccidia, sedangkan berlangsung dalam dua hospes yang berbeda terdapat pada sub kelas haemosporidia (plasmodium).
Sporozoa terbagi dalam sub class:1. Sub class TelesporidiaTerbagi dalam 3 ordo:
a) Ordo Hoemosporidia, misalnya Plasmodium.Hidup di dalam darah, jaringan parenkim pada burung dan mamalia.
b) Ordo Gregarinida, misalnya Gregarina.Parasit intra dan ekstra pada inver lain, monocytst spec hidup dalam kencing cacing tanah.
c) Ordo Coccidia, misalnya Coccidium.Hidup di sel epitel hewan vertebrate dan beberapa Myriaphoda atau invertebrata.
2. Sub class Acnidosporidia Terbagi dalam 2 ordo:
a) Ordo Haplosporidia, misalnya Haplosproridium.b) Ordo Sarcosporidia, misalnya Sarcocystis.
3.Sub class CnidosporidiaTerbagi dalam 4 ordo:
a) Ordo Myxosporidia, misalnya Sphaeromyxab) Ordo Actinomyxidia , misalnya Triactinomyxonc) Ordo Microsporidia , misalnya Nosamabombycisd) Ordo Helicosporidia , misalnya Heliosporidium
Sporozoa dibagi dalam beberapa genus yaitu:
1. PlasmodiumPada tubuh manusia, Plasmodium menyebabkan penyakit malaria. Penularannya terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Setelah digigit, Plasmodiumlangsung menyebar di dalam darah dan berkembang biak di dalam hati dan akan menginfeksinya sehingga menyebabkan kematian. Ada empat jenis species Plasmodium yang dapat menyebabkan penyakit malaria.Masing-masing jenis Plasmodium menimbulkan gejala-gejala tersendiri pada tubuh penderitanya.
1) Plasmodium vivax, merupakan penyebab malaria tersiana yang bersifat tidak ganas, gejalanya adalah suhu badan panas dingin berganti-ganti setiap 2 hari sekali (48 jam).
2) Plasmodium ovale, merupakan penyebab malaria tersiana yang ganas, gejalanya sama dengan pada malaria tersiana.
3) Plasmodium malariae, penyebab malaria kuartana yang bersifat tak ganas, gejalanya suhu badan panas dingin setiap 3 hari sekali (72 jam).
4) Plasmodium falciparum, penyebab malaria kuartana yang bersifat ganas, gejalanya suhu badan panas dingin tak beraturan.
Prosesnya hidup Plasmodium dalam tubuh manusia :
1) Bila seekor nyamuk anopheles menghisap darah , maka dikeluarkanlah zat anti
pembekuan darah agar darah korban tidak membeku . zat ini disebut dengan anti
kougulan. Bersamaan dengan zat anti kogulan maka keluarlah sporozoit –zporozoit
dari mulut nyamuk dan masuk melalui luka gigitan di tubuh korban.
2) Setelah tiga hari sporozoit keluar dari inti, kemudian menyerang sel-sel darah merah
dan memasukinya. Fase ini disebut fase eritrositer.
3) Sporozoit di dalam sel darah merah disebut tropozoit. Setelah sel-sel darah merah
pecah, merezoit keluar dan mencari sel-sel darah merah yang baru . kejadian ini
berulang beberapa kali. Bersama dengan pecahnya sel-sel darah merah itu, penderita
merasa demam (panas).
4) Setelah beberapa waktu mengalami skizogami, beberapa merezoit berubah menjadi
gametogenesit yaitu persiapan untuk menjadi gamet jantan dan betina.
5) Jika saat itu sel darah manusia ini dihisap oleh nyamuk anopheles betina, maka di
dalam tubuh nyamuk , gametosit akan berubah menjadi gamet jantan dan betina, dua
gamet ini kemudia melebur menjadi satu membentuk zigot. Zigot ini akan menjadi
ookinet, dan pengisap makanan dari nyamuk.
6) Ookinet berubah menjadi bulat disebut oosita. Menghasilkan beribu-ribu sporozoit
dengan cara sporozoit. Dari tahapan inilah kemudian sporozoit akan sampai pada
kelenjar liur nyamuk untuk ditularkan .
2. SuctoriaSuctoria yang sudah dewasa tidak mampunyai tetapi mempunyai tentukel (sungut) dan
protoplasma, dengan teratur tetapi atau cytostoma. Suctoria yang masih muda dalam kehidupannya mempunyai persamaan dengan Ciliata, dan juga mempunyai silia, hidup bebas berenang. Suctoria muda ini berenang-renang beberapa waktu untuk kemudian melepaskan silia-silianya dan selanjutnya berubah ke tingkat dewasa.
1.Bentuk tubuhnyaBerbentuk bola panjang. Bercabang-cabang dan diantaranya mempunyai tangkai atau
kaki untuk melekat pada suatu obyek dan ditutup oleh pelick (pada species yang berbeda).
2.Bentuk tentakela) Seperti mantel yang berbulu dan dikelilingi oleh sinyal yang dapat bergerak.
Fungsinya untuk menangkap dan membawa makanan yang berupa ciliata-ciliata kecil.b) Runcing
Fungsinya untuk menusuk mangsanya dan membawanya ketempat yang baik. Dengan bantuan orus dan melalui tentakel ini maka mangsa tersebut sampai ke dalam sel-sel tubuh.
3.Contoha) Podophyra, hidup bebas dalam air yang sejukb) Dendrosoma, bercabang-cabang sampai 2,5 mm panjangnyac) Sphaerophrya, berbentuk bola, parasit pada Paramaeuom dan Stentord) Trichophrya Micropteri, hidup pada insang ikan laute) Allantosoma, hidup pada usus besar kuda.
3. Eimeria
Eimeria merupakan parasit pada hewan. Hidup di dalam jaringan epitel usus, saluran empedu, ginjal, testes, pembuluh darah, dan coelom. Beberapa spesies dari Eimeria banyak merugikan usaha pe ternakan karena menimbulkan penyakit. Misalnya :1) E. stiedae dan E. perforans hidup dalam jaringan epitel usus kelinci.2)E. clupearum hidup dalam hti ikan haring.3)E. sardinae hidup dalam hati ikan sardin.
4. IsosporaParasit ini hidup dalam jaringan epitel usus manusia, dan menimbulkan isosporiasis.
Contoh : I. belli dan I. hominis.Habitat sporozoa adalah pada tanah yang lembab. Ada juga yang hidup di tubuh manusia atau makhluk hidup melalui perantara nyamuk Anopheles betina, yaitu Plasmodium.
Gregarina
Coccidium
Plasmodium
D. Cilliata
a. Pengertian
Ciliata (latin, cilia = rambut kecil) atau Ciliophora/Infosoria bergerak dengan cilia (rambut getar). Cilia terdapat pada seluruh permukaan sel atau hanya pada bagian tertentu. Cilia membantu pergerakan makanan ke sitostoma. Makanan yang terkumpul di sitostoma akan dilanjutkan ke sitofaring. Apabila telah penuh, makanan akan masuk ke sitoplasma dengan membentuk vakuola makanan. Sel Ciliata memiliki dua inti: makronucle dan mikronuclei. Makronukleus memiliki fungsi vegetatif. Mikronukleus memiliki fungsi reproduktif, yaitu pada konjugasi. Ciliata hidup bebas dilingkungan berair, baik air tawar maupun laut. Ciliata dapat hidup secara baik parasit maupun simbiosis. Contoh dari Ciliata adalah Balantidium coli,Vorticella, dan paramecium
b.MorfologiTropozoit berbentuk lonjong, ukuran 60-70 x 40-50 µm. Tubuh tertutup silia pendek,
kecuali di daerah mulut silia lebih panjang (adoral cilia). Bagian anterior terdapat cekungan dinamakan peristom dan terdapat mulut (sitostom), tidak memiliki usus namun dibagian posterior memiliki anus (cy;cytoyge). Terdapat 2 inti yang terdiri dari makronukleus (maN;berbentuk ginjal) dan mikronukleus (miN;berbentuk bintik kecil) yang terdapat pada cekungan makronukleus. Terdapat vakuole makanan (berisi sisa makanan ; bakteri, leukosit, erithrosit, dll) dan vakuole kontraktil (cv)
Kista berbentuk bulat, ukuran 50-60 µ, dinding dua lapis, sitoplasma bergranul, terdapat makro & mikronukleus serta sebuah badan refraktil. Tropozoit hidup dalam mukosa dan sub mukosa usus besar, terutama di daerah sekum bagian terminal daripada illeum. Bergerak ritmis dengan perantaraan cilia. Tropozoit tidak dapat lama hidup di luar badan, tetapi kista tetap hidup selama beberapa minggu. Kista yang dapat hidup di luar badan adalah bentuk infektif. Bila tertelan oleh hospes baru, maka dinding kista hancur dan trofozoit yang dilepaskan masuk dinding usus, dan memperbanyak diri.
c.Siklus Hidup
Stadium kista dan tropozoit dapat berlangsung di dalam satu jenis hospes. Hospes alamiah adalah babi, dan manusia merupakan hospes insidentil. Jika kista infektif tertelan di dalam usus besar akan berubah menjadi bentuk tropozoit. Di lumen usus atau dalam submukosa usus, tropozoit tumbuh dan memperbanyak diri (multiplikasi). Jika lingkungan usus kurang sesuai bagi tropozoit akan berubah menjadi kista.
Stadium kista parasit yang bertanggung jawab dalam proses penularan balantidiasis
(1). Umumnya kista tertelan melalui kontaminasi pada makanan dan air (2). Setelah tertelan, terjadi excystation pada usus halus, dan tropozoit berkoloni di usus besar (3)Tropozoit dalam lumen usus besar binatang dan manusia, dimana memperbanyak diri dengan cara pembelahan binary fission (4). Tropozoit menjadi kista infektif (5). Beberapa tropozoit menginvasi ke dinding usus besar dan berkembang, beberapa kembali ke lumen dan memisahkan diri. Kista matang keluar bersama tinja (1). (lihat siklus hidup)
d.Reproduksi
Berlangsung secara binary transverse fission (belah diri melintang), yaitu tropozoit melakukan pembelahan diri dan secara konjugasi, dimana 2 tropozoit membentuk kista bersama, dan kemudian bertukar material dari inti dan berpisah kembali menjadi 2 tropozoit baru.
Ciri lain dari ciliata adalah adanya 2 inti sel, yaitu makronu kleus dan mikronukleus. Makronukleus merupakan inti sel berukur an besar berfungsi dalam reproduksi aseksual (vegetatif), sedangkan mikronukleus merupakan inti sel berukuran kecil diperlukan untuk bereproduksi secara seksual dengan cara konjugasi. Selain bereproduksi secara seksual, Ciliata juga bereproduksi secara aseksual dengan cara membelah diri.
Gambar 1. Reproduksi secara konjugasi pada Paramaecium caudatum
Autogami
Ciliata pada umumnya hidup di tempat-tempat berair. Mereka mengambil makanan dengan menyapu aliran air yang berisi partikel makanan ke dalam organel yang menyerupai mulut dan kerongkongan. Barisan silia yang berada di sepanjang celah mulut yang berbentuk corong, berfungsi untuk menggerakkan makanan ke mulut sel. Selanjutnya, makanan ditelan melalui proses fagositosis. Bahan yang tidak tercerna dalam vakuola makanan akan dikeluarkan melalui pori yang berfungsi sebagai lubang anus. Proses ini disebut sebagai eksositosis.
Salah satu contoh anggota Ciliata yang terkenal adalah Paramaecium. Paramaecium merupakan anggota Ciliata yang hidup bebas, bentuk tubuhnya seperti sandal dan tubuhnya diselubungi oleh pelikel. Sistem organela Paramaecium dapat kalian lihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Sistem organela Paramaecium.
Contoh anggota Ciliata yang lain adalah:
a. Stentor, mempunyai bentuk tubuh seperti terompet.
b. Didinium, merupakan predator Paramaecium.
c. Vorticella, mempunyai bentuk tubuh seperti lonceng.
d. Stylonichia, mempunyai bentuk tubuh oval dengan silia yang berkelompok disebut cirri.
Gambar 3. Beberapa anggota Ciliata (a) Stentor, (b) Vorticella, (c) Stylonichia, (d) Didinium
Filum Porifera (Hewan Berpori-Pori)
Porifera berasal dari Bahasa Latin yaitu porus yang berarti lubang kecil atau pori-pori, serta ferre yang berarti mengandung. Jadi, Porifera dapat diartikan sebagai hewan yang di dalam tubuhnya terdapat lubang-lubang kecil atau berpori-pori.
Porifera adalah hewan yang memiliki tubuh yang cukup sederhana, hewan ini biasanya hanya memiliki ukuran tubuh sekitar 1-2 cm. Selain memiliki pori-pori mikroskopis pada tubuhnya, porifera juga memiliki ciri khusus berupa sistem kanal atau sistem saluran air yang berfungsi sebagai tempat bersirkulasinya air di dalam tubuhnya.
A. Ciri-Ciri Porifera
1. Merupakan hewan multiseluller (bersel banyak).2. Belum mempunyai organ pencernaan, sistem peredaran darah , sistem saraf, dan otot;
namun sel-sel tubuhnya dapat mengindra dan bereaksi terhadap perubahan lingkungan.
3. Mempunyai dua fase kehidupan, yaitu saat hidup berenang bebas (fase larva) dan saat berbentuk sesil yang hidup menetap di dasar perairan (fase dewasa).
4. Merupakan hewan diploblastik yang memiliki dua lapis sel pembentuk tubuh, yaitu ektoderma (lapisan luar dan endoderma (lapisan dalam).
5. Bentuk tubuh hewan ini ada yang seperti piala, jambangan, terompet, dan bercabang-cabang seperti tumbuhan.
6. Habitat utama di perairan (terutama di laut).
B. Struktur Tubuh Porifera
Pada bagian tengah tubuh porifera, terdapat spongosol (paragaster). Spongosol adalah ruangan yang berfungsi sebagai saluran air. Pada bagian atas spongosol terdapat oskulum, yitu lubang besar yang berfungsi sebagai tempat keluarnya air.
Dari luar ke dalam, porifera tersusun atas tiga lapisan dinding tubuh, yaitu epidermis (lapisan terluar), mesoglea (lapisan pembatas), dan endodermis (lapisan dalam).
Epidermis, adalah lapisan terluar tubuh porifera. Lapisan ini tersusun oleh sel-sel epitelium pipih yang disebut dengan pinakosit. Beberapa sel ini membentuk lubang kecil (ostium) tempat masuknya air . Pada ostium, terdapat porosit yang berfungsi untuk mengendalikan buka atau tutupnya ostium.
Mesoglea, adalah lapisan yang berupa gelatin. Lapisan ini merupakan pembatas antara lapisan dalam (endodermis) dengan lapisan luar (epidermis). Mesoglea mengandung dua macam sel, yaitu sel ameboid dan skleroblas. Sel-sel ameboid berfungsi sebagai pengangkut makanan dan zat-zat sisa metabolisme dari satu sel ke sel yang lainnya. Sedangkan sel skleroblas berfungsi untuk membentuk spikula. Spikula merupakan duri-duri berfungsi sebagai penguat dinding yang lunak.
Endodermis, adalah lapisan dalam tubuh porifera. Lapisan ini terdiri dari sel-sel leher (koanosit) yang memiliki flagela dan berfungsi untuk mencerna makanan.
C. Sistem Pencernaan Porifera
Proses pencernaan pada porifera berlangsung pada bagian endodermis. Pada bagian ini, flagel yang terdapat pada koanosit akan bergerak-gerak sehingga menyebabkan air yang membawa oksigen dan makanan berupa plankton akan mengalir dari ostium masuk masuk ke spongosol lalu masuk ke oskulum. Makanan ini lalu akan dicerna di dalam vakuola makanan. Setelah dicerna, sari-sari makanan diangkut oleh sel-sel amebosit untuk diedarkan keseluruh tubuh. Sedangkan sisa-sisa makanan yang sudah tak terpakai lagi akan dikeluarkan oleh sel-sel leher (koanosit) melalui spongosol sebelum akhirnya keluar dari tubuh melalui oskulum.
D. Sistem Reproduksi Porifera
Pada hewan porifera, reproduksi dapat berlangsung melalui dua cara, yaitu reproduksi secara seksual dan aseksual.
Reproduksi secara seksual, yaitu reproduksi yang terjadi saat sel sperma bersatu dengan sel ovum. Pada dasarnya, porifera bersifat hemafrodit karena ovum dan sperma dapat dihasilkan oleh satu individu yang sama. Namun sperma tidak akan dapat membuahi sendiri ovum yang terdapat dalam tubuhnya sendiri, sehingga pembuahan hanya akan dapat terjadi antara sperma dan sel telur antar individu yang berbeda.
Reproduksi secara aseksual, yaitu reproduksi yang terjadi tanpa proses pembuahan sperma pada ovum. Reproduksi aseksual pada hewan porifera dapat terjadi melalui dua cara, yaitu dengan cara pembentukan kuncup dan gemula (kuncup dalam). Gemula adalah butir benih yang diproduksi oleh porifera di lingkungan yang tak menguntungkan, misalnya terlalu dingin atau terlalu panas.
E. Sistem Sirkulasi Air Porifera
Sistem kanal atau saluran air pada porifera dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu ascon, sycon, dan leucon.
1. Ascon, adalah tipe sistem saluran air dimana lubang-lubang ostiumnya langsung terhubung lurus ke spongosol.
2. Sycon, pada tipe saluran ini air akan masuk ke dalam ostium lalu melewati saluran-saluran bercabang sebelum masuk ke dalam spongosol. Saluran bercabang ini biasanya dilapisi oleh koanosit.
3. Leucon, adalah tipe saluran air yang ostiumnya dihubungkan dengan rongga-rongga bercabang yang tidak terhubung langsung menuju spongosol.
Jenis-jenis saluran air porifera
F. KLASIFIKASI PORIFERA
Porifera dapat dibedakan menjadi tiga tipe berdasarkan sistem saluran airnya, yaitu
asconoid, syconoid, dan leuconoid /rhagon.
1) Tipe Asconoid
Tipe ini merupakan tipe yang paling sederhana. Lubang-lubang ostium pada tipe ini
langsung dihubungkan dengan saluran lurus yang menuju spongosol. Contoh Leucosolenia sp.
2) Tipe Syconoid
Pada tipe ini lubang-lubang ostium dihubungkan dengan saluran yang bercabang-
cabang ke rongga-rongga yang berhubungan langsung dengan spongosol. Rongga-rongga ini
dilapisi oleh koanosit. Contoh Scypha sp.
3) Tipe Leuconoid atau Rhagon
Pada tipe ini lubang-lubang ostiumnya dihubungkan dengan saluran yang bercabang-
cabang ke rongga yang sudah tidak berhubungan dengan spongosol. Contoh Spongia sp.
Gambar : Tiga tipe saluran air pada Porifera
Pada tubuh Porifera terdapat spikula-spikula yang mengandung zat kapur (kalsium),
zat kersik (silikat), atau benang-benang spongin. Bentuk spikula ini pun bermacam-macam
sebagai berikut.
Sementara itu, klasifikasi Porifera berdasarkan bentuk dan kandungan spikula dibedakan
menjadi tiga kelas berikut.
1) Kelas Calcarea
Calcarea merupakan spons yang hidup di laut. Spons ini memiki kerangka spikula dari
zat kapur yang tidak terdeferensiasi menjadi megaskleres dan mikroskleres. Bentuk spons ini
bervariasi dari bentuk yang menyerupai vas dengan simetri radial hingga bentuk bentuk
koloni yang membentuk bangunan serupa anyaman dari pembuluh-pembuluh yang kecil
hingga lembaran dan bahkan ada yang mencapai bentuk raksasa.
a. Sub kelas Calcaronea
Ciri khas dari sub kelas ini adalah larvanya yang berupa larva amphibalstulae.
Koanosit terletak pada posisi apical. Flagela dari tiap koanosit muncul dari nucleus. Spikula
triradiate biasanya satu helai yang terpanjang dari yang lain . Struktur tipe saluran air yang
ada pada sub kelas ini berupa tipe leuconoid.
1. Ordo Leucosolenida
Tipe ini memiliki struktur Asconoid. Contoh : Leucosolenia sp
2. Ordo Sycettida
Tipe saluran air yang ada pada ordo ini ada yang berupa Syconoid atau Leuconoid. Contoh :
Sycon sp
b. Sub Kelas Calcinea
Ciri khas yang ada sub kelas Calcinea adalah larvanya yang berupa parenchymula dan
flagella dari koanosit muncul tersendiri dari nucleus koanosit yang menempati dasar sel.Pada
sebagian besar spesies triradiata , spikula memiliki ukuran yang sama. Bentuk Leuconoid
yang ada pada sub kelas ini tidak berasal dari tipe syconoid tetapi langsung berupa anyaman
dari asconoid.
1. Ordo Clathrinida
Ciri khas dari ordo ini adalah tipe saluran airnya berupa asconoid yang secara
permanen serta tidak memiliki membrane dermal atau korteks. Contoh Clathrina sp
2. Ordo Leucettida
Ciri khas dari Ordo ini adalah tipe saluran air yang berupa Syconoid hingga Leuconoid
dengan membrane dermal atau korteks yang jelas. Contoh Leucascus levcetta.
3. Ordo Pharetronida
Ciri khas yang ada pada ordo ini adalah tipe saluran airnya yang berupa Leuconoid
dan rangka tersusun dari spikula quadriradiata yang disertai penguat calcareous. Contoh
Petrobiona sp dan Minchinella sp.
Rangka tubuh Calcarea bersifat kalkareus. Hal ini karena spikulanya mengandung
kalsium karbonat (kapur). Sebagian spikulanya berbentuk monaxon dan triaxon sehingga
tampak seperti duri-duri kecil. Anggota kelas ini banyak tersebar di laut dangkal di seluruh
dunia. Contoh Scyphasp., Cerantia sp., Sycon sp., Leucon sp., dan Clathrina sp.
Gambar: spesies Clathrina sp.
2) Kelas Hexactinellida
Hexactinelida merupakan porifera yang tersebar luas pada semua lautan. Habitat
utama dari porifera ini adalah pada lautan dalam. Ciri yang membedakan kelas ini dari kelas
lain adalah kerangkanya yang disusun oleh spikula silikat. Kerangka spons pada kelas
hexactinelida tidak memiliki jaringan spongin. Sel epithelium dermal dan koanosit terbatas
pada bentuk-bentuk ruang yang tersembunyi.
a. Sub Kelas Hexasterophora
Ciri khas yang ada pada subkelas ini adalah microscleres parenchimalnya berupa hexaster.
Contoh Euplectella
b. Sub Kelas Amphidiscorpha
Ciri utama pada sub kelas ini adalah microscleres parenchimalnya berupa Amphidics. Contoh
Hyalonema
Spikula pada kelas ini mengandung banyak benang silikat atau kersik (SiO2).
Sementara itu, spikulanya berbentuk triaxon dengan enam cabang. Bentuk hewan-hewan pada
kelas ini menyerupai gelas, silinder, atau corong. Contoh Euplectella
aspergilium, Pheronema, danHyalonema sp.
Gambar: Euplectella aspergilium
3) Kelas Demospongia
Porifera yang termasuk dalam kelas Demospongia memiliki kerangka berupa empat
spikula silica atau dari serabut spongin atau keduanya. Beberapa bentuk primitive tidak
memiliki rangka. Tipe saluran air yang ada pada spons ini berupa Leuconoid. Porifera yang
masuk dalam kelompok Demospongia memiliki penyebaran yang paling luas dari daerah tidal
hingga kedalaman abvasal. Beberapa bentuk memiliki habitat di air tawar.
a. Sub kelas Tetractinomorpha
Ciri Utama dari sub kelas Tetractinomorpha adalah memiliki megaskleres tetraxonid
dan monoxonid, mikroskleres asterose dan kadang-kadang tidak memiliki serat spongin.
Tubuh spons ini memiliki bentuk radial dan perkembangan cortical axial mengalami
kemajuan. Kelompok ini mencakup spesies ovipar dengan stereogtastrula. Famili yang
primitive menetaskan amphiblastulae.
1. Ordo Homosclerophorida
Porifera dalam ordo ini merupakan Tetractinomorpha primitive yang memiliki struktur
Leuconoid homogen dengan sedikit dareah terdeferensiasi . Larva menetas berupa
amphiblastula. Spikulanya berupa teract berukuran kecil. Beberapa spesies tidak memiliki
rangka seperti pada Oscarella.
2. Ordo Choristida
Porifera yang termasuk ordo Choristida paling tidak memiliki beberapa megaskleres
tetraxons, biasanya berupa triaenes, mikroskleres berupa aster, sterptaster atau sigmasprae
yang khas. Bentuk tubuhnya seringkali rumit. Spons ini memiki korteks yang dapat
dibedakan secara jelas dan seringkali tersusun atas lapisan fibrosa di sebelah dalam dan
lapisan gelatin di bagian luar. Contoh Geodia dan, Aciculites.
b. Sub Kelas Ceractinomorpha
Ciri utama yang menjadi dasar pengklasifikasian dari sub kelas Ceractinomorpha
adalah larvanya yang berupa stereogastrula, megaskleresnya berupa monaxonid, dan
mikrosklesesnya berupa sigmoid atau chalete. Aster tidak pernah ditemukan. Pada rangkanya
juga sering ditemukan sponging B tetapi dalam jumlah yang bervariasi.
1. Ordo Halichondrida
Porifera yang ada dalam ordo Halichomonacndrida memiliki Kerangka megaskleres
berupa monactinal dan atau diactinal serta tidak memiliki microskleres.
Contoh Halichondrida, Hymeniacidondan, Ciocalypta.
Ciocalypta
2. Ordo Poecilosclerida
Porifera yang masuk dalam ordo ini memiliki rangka yang selalu mengandung
megaskleres choanosomal dandermal. Contoh Coelosphoera dan Myxilla.
Myxilla
3. Ordo Haplosclerida
Porifera ini kadang-kadang memiliki rangka silikat yang jika ada terbuat dari kategori tunggal
dari megaskleres yang terletak pada serat spongin atau bergabung dalam sebuah anyaman
yang diikat dengan perekat spongin. Contoh Haliclona,. Megaskleresnya berupa diactinal dan
kadang-kadang berupa monactinal yang sedikit bervariasi dalam hal ukuran. Jika ada,
mikroskleresnya berupa Chelate, taxiform, sigmoid atau raphdes.
Beberapa genus seperti Dactylia tidak memiliki spikula dan mempunyai rangka dari
serat sponin. Rangka dermal berspikula tidak pernah ada . Dermal yang terspesialisasi hanya
terlihat pada Callyspongiidae dimana suatu jaringan yang kompleks dari serat spongin
bercabang-cabang menembus lapisan dermal. Contoh Callyspongia
4. Ordo Dictyoceratida
Porifera yang masuk dalam ordo Dictyoceratida tidak meiliki spikula. Rangka
sepenuhnya tersusun dari suatu anyaman dari serat spongin yang bisa menyertakan partikel
lain seperti pasir,kerang ,spikula atau spons lain. Lapisan dermal sering diperkuat oleh
spongin A.
Hewan anggota kelas ini bertulang lunak karena tidak mempunyai rangka. Apabila ada
yang memiliki rangka, rangkanya tersusun dari serabut-serabut spongin dengan spikula dari
zat silikat. Bentuk spikulanya ada yang monaxon atau tetraxon.
Contoh Euspongia sp., Callyspongia sp.,Clionia sp., Phyllospongia sp., dan Spongia sp.
Gambar: Callyspongia sp.
Filum Coelenterata (Hewan Berongga)
Cnidaria termasuk anemon, karang, ubur-ubur dan hidroid dll. Semua termasuk
kedalam jenis jelly (ctenophora) dalam pilum Cnidaria. Mereka mungkin merupakan bentuk
dari polip sessile atau medusa yang mengambang bebas. Semuanya hewan air , hidup di laut
dan memiliki struktur yang sederhana. Mereka adalah individu dalam jumlah besar sedikitnya
10000 spesies tersebar luas di laut, ukuran yang bervariasi mulai dari individu seukukuran
milimeter sampai kumpulan karang dengan ukuran ratusan meter. Untaian sel (disebut Cnidae
atau nematosis ) digunakan untuk menangkap makanan dan pertahanan; mereka pilum yang
unik untuk diteliti.
Kombinasi kerumitan struktur dengan jumlah besar dan perbedaan menyediakan inti
perkenalan pilum. Diskusi terfokus pada bagaimana hewan sederhana dapat membuat
kehidupan dan fitur apkah yang memungkinkan mereka bergitu berbeda. Chapter ini lumayan
lengkap karena kemunculan beberapa gambar mengenai latar belakang yang penting untuk
konsiderasi hewan lain yang diuraikan.
A. Ciri-Ciri Coelenterata
Simetri radial (biradial simetris, radio bilateral simetri), tanpa kepala dan tanpa
segmentasi.
Tubuh terdiri dari dua lapis sel, epidermis dan endodermis, di antara kedua lapis ini
terdapa mesoglea yang berfungsi sebagai jala syaraf. Pada salah satu lapis atau
kedua lapis sel tersebut terdapat nematosit (kapsul penyengat).
System syaraf terdiri atasa nyaman sel-sel syaraf yang tak berpolarisasi yang
terdapa pada dinding tubuh (mesoglea) tanpa system syaraf pusat. Beberapa
mempunyai bintik mata (eye spot) atau statosis.
Kerangka terdiri dari kapur, zat tanduk (khitin) atau tanpa kerangka serabut otot di
epitel.
Mulut dikelilingi oleh tentakel lunak dan berhubungan dengan ruang pencernaan
yang berbentuk seperti kantung (gastrovaskular) yang dapat bercabang-cabang atau
dibagi-bagioleh septa, tanpadubur.
Tanpa darah, alat respirasi, danekresi
Reproduksi biasanya dengan pergantian generasi (metagenesis) dengan tunas
(aseksual pada polip), dan reproduksi seksual oleh gamet yang dihasilkan medusa
yang dapat bersifat monoseus atau dioseus. Beberapa dengan gonad sederhana
tanpa saluran kelamin.
Polip hydroid biasanya mikroskopis tetapi dari macam-macam spesies, berukuran
dari beberapa mm sampai 2 mm panjangnya. Ubur-ubur berukuran 12 mm sampai
2 m. (Cyanneaarctica, tentakel 10 m), anemon mempunyai diameter dari beberapa
mm sampai satu meter.
B. Struktur Tubuh Coelenterata
Menurut bentuknya Cnidaria dapat dibedakan menjadi bentuk polyp dan medusa.
1. Polyp
Berbentuk seperti tabung, satu ujung tertutup dan merupakan tempat untuk
melekat sedang lainnya dengan mulut yang terletak di tengah-tengah,
biasanya dikelilingi oleh tentakell unak.
Umumnya hidup soliter (sendiri), tapi ada pula yang membentuk koloni.
Melekat pada dasar perairan, tidak dapat bergerak bebas, sehingga
menyerupai tumbuhan yang tertambat.
Tubuh atas membesar
Di dalam tubuh polip ini terdapat rongga gastrovaskuler yang fungsinya
sebagai saluran penncernaan.
Di bagian atas terdapat mulut dan tentakel untuk menangkap mangsa.
Polip merupakan fase vegetative pada Cnidaria, karena bisa melakukan
fragmentasi pemutusan bagian dari tubuhnya itu untuk membentuk
individu baru.
2. Medusa
Individu berenang-renang bebas dengan tubuh seperti gelatin, bentuk tubuh
mirip payung, tepi dilengkapi dengan tentakel, mempunyai mulut yang
menonkol di tengah, di daerah cekung bawah
Fase medusa merupakan fase generatif (seksual), dimana pada fase ini
mengha-silkan sel telur dan sel sperma. Medusa dapat melepaskan diri dari
induk dan berenang bebas di perairan. Bentuknya seperti payung dan punya
tentakel yang melambai-lambai. Kita biasa menamakannya dengan ubur-
ubur
C. Reproduksi Coelenterata
Pada daerah yang memiliki 4 musim, reproduksi aseksual terjadi pada musim panas,
sedangkan seksual terjadi pada musim gugur, dimana telur adalah alat untuk mengatasi musim
dingin
1. Aseksual (vegetatif)
Dilakukan dengan membentuk kuncup pada kaki pada fase polip. Makin lama makin
besar, lalu membentuk tentakel. Kuncup tumbuh disekitar kaki sampai besar hingga induknya
membuat kuncup baru. Semakin banyak lalu menjadi koloni.
2. Seksual (generatif)
Dilakukan dengan peleburan sel sperma dengan sel ovum (telur) yang terjadi pada fase
medusa. Letak testis di dekat tentakel sedangkan ovarium dekat kaki. Sperma masak
dikeluarkan lalu berenang hingga menuju ovum. Ovum yang dibuahi akan membentuk zigot.
Mula-mula zigot tumbuh di ovarium hingga menjadi larva. Larva bersilia (planula) berenang
meninggalkan induk dan membentuk polip di dasar perairan.
E. Cara Cnidaria Membentuk Kehidupan
1. Habitat dan Sistem Pencernaan
Cnidaria hidup bebas secara heterotrof di air laut maupun tawar, memangsa plankton
dan hewan kecil di air. Sebagaian besar hidup secara soliter atau berkoloni. Ada yang melekat
pada bebatuan atau benda lain di dasar perairan dan tidak dapat berpindah untuk bentuk polip,
sedangkan bentuk medusa dapat bergerak bebas melayang di air.
Jika terdapat hewan kecil, misal jentik nyamuk menempel pada tentakel dan
mengenai sel knidosit pada tentakel, makanan masuk ke dalam gastrosol akan dicerna dengan
bantuan enzim yang dikeluarkan oleh sel-sel gastrodermis. Pencernaan di dalam gastrosol
disebut sebagai pencernaan ekstraseluler. Hasil pencernaan dalam gastrosol akan ditelan oleh
sel-sel gastrodermis untuk kemudian dicerna lebih lanjut dalam vakuola makanan (pencernaan
intraseluler). Sel-sel endoderma menyerap sari-sari makanan dan diedarkan ke seluruh tubuh
secara difusi, bila berlebih akan disimpan dalam bentuk glikogen dan lemak, begitu pula
untuk pengambilan oksigen dan pembuangan karbon dioksida secara difusi. Sisa-sisa
makanan akan dimuntahkan melalui mulut.
2. Nematosis dan makanan
Nematosis adalah sel menyengat yang memungkinkan polip sessile dan ubur-ubur
yang mengapung menjadi karnivora yang ganas, sering memangsa hewan yang lebih besar
dari mereka. Nematosis adalah sel khusus yang muncul pada tentakel.
Setiap kandungan kapsul tertutup dilindungi oleh sebuah penutup dan berisi gulungan
benang berduri atau pusaran yang berisi toksin yang mampu melumpuhkan. Beberapa
nematoksis tidak mengandung toksin : benang menjerat mangsa kecil atau melekatkan
mangsa dengan pengait.
Nematisis digerakkan oleh kombinasi rangsangan kimia dan mekanis, yang
menyebabkan tutup kapsul terbuka secara tiba-tiba melepaskan ikatan ion kalsium yang
meninggalkan kapsul. Kemudian air terdesak karena osmosis. Peningkatan tekanan air di
dalam kapsul, yang dibantu oleh pelepasan energi dalam dindingnya, hasilnya : tokson
dilepaskan dari ujungnya ke arah mangsa. Semua terjadi dalam hitungan detik. Benang yang
sudah digunakan dibuang dan ruang yang kosong digantikan dengan nematosis lainnya.
Ketika menangkap udang laut hydra mungkin kehilangan seperempat nematosisnya, tapi itu
akan terbentuk lagi dalam waktu 48 jam. Berikut adalah mekanisme kerja Nematosit:
Nematosis dapat bereaksi secara mandiri dan semua mekanisme terkandung dalam sel
tunggal dimana mereka dapat bereaksi dengan cepat. Bagaimanapun mereka sering
diselaraskan oleh jaringan syaraf yang memproduksi ledakan nematosis.
Nematosis juga dapat digunakan sebagai pertahanan dari pemangsa dan untuk
menyerang kelompok polip penyaing yang bersaing untuk mendapatkan tempat. Dalam
spesies anemon dan karang, hubungan dengan clone asing menstimulasi pelepasan nematosis
dan menghasilkan sengatan perang pada clone yang berbeda.
Nematosis tidak diketahui dalam hewan metazoa lainnya kecuali beberapa cabang
moluska, dengan mengekstak mereka dari makanan cnidaria dan memanfaatkan mereka demi
kepentingan mereka. Sebuah petunjuk tentang asal usul evolusi nematosis muncul dari spora
yang berisi gulungan benang dan Myxosporidia memiliki spora yang berisi kapsul yang
menyerupai nematosis dengan cekungan tubule. Ketika melakukan kontak dengan inang yang
cocok, spora masuk dalam tubule dan melepoaskan isi spora pada sel inang. Mungkin nenek
moyang cnidaria mampu untuk menggabungkan dan menggunakan beberapa parasit : tapi itu
hanyalah dugaan semata..
3. Sistem Syaraf
Cnidaria memiliki sistem saraf sederhana yang tersebar berbentuk jala yang berfungsi
mengendalikan gerakan dalam merespon rangsangan. Sistem saraf terdapat pada
mesoglea.Mesoglea adalah lapisan bukan sel yang terdapat diantara lapisan epidermis dan
gastrodermis.Gastrodermis tersusun dari bahan gelatin.
2.1.4 Klasisikasi Cnidaria
Cnidaria dibedakan menjadi 3 kelas, yaitu : Hydrozoa, Scyphozoa, dan Anthozoa
1. Hydrozoa
Hydrozoa berasal dari kata hydra, artinya
hewan yang bentuknya seperti ular, sering
dianggap sebagai ganggang laut.
Umumnya hidup soliter atau berkoloni.
Soliter berbentuk polip dan yang berkoloni
berbentuk polip dan medusa. Hydrozoa
hidup secara soliter dan ada yang
berkoloni. Pada jenis yang berkoloni,
kuncup tetap melekat pada induk
kemudian membentuk kuncup baru, hingga
akhirnya tiap polip berhubungan satu sama
lain disebut koloni hydroid, dimana
epidermis, mesoglea, gastrodermis dan
gastrovaskuler cavity bersambungan
Contoh Hydra dan Obellia.
2. Scyphozooa
Berasal dari kata scyphos = mangkok. Memiliki bentuk dominan medusa. Contoh
hewan kelas ini adalah Aurellia aurita. (d = 7–10 mm) , dengan pinggiran berlekuk-lekuk 8
buah. Aurellia mengalami pergiliran keturunan seksual dan aseksual. Zigot berkembang
menjadi larva bersilia (planula). Planula akan menempel pada tempat yang sesuai lalu tumbuh
menjadi polip (skifistoma). Skifistoma kemudian membentuk tunas lateral sehingga tampak
seperti tumpukan piring (strobilasi). Kuncup paling atas akan melepaskan diri dan menjadi
medusa muda disebut Efira. Selanjutnya efira berkembang menjadi medusa dewasa.
Obellia
Hydra
3. Anthozoa
Berasal dari kata anthos = bunga. Hidup di laut bentuk polip, tidak punya fase medusa.
Polip anthozoa itu lebih besar dari hydrozoa maupun scyphozoa. Anthozoa bereproduksi
secara aseksual dengan tunas dan fragmentasi serta reproduksi seksual dengan menghasilkan
gamet. Polip bereproduksi secara aseksual dengan tunas, pembelahan dan fragmentasi.
Reproduksi seksual dengan fertilisasi yang menghasilkan zigot lalu menjadi planula. Kelas
Anthozoa meliputi Mawar Laut (Anemon Laut) dan Koral (Karang)
Mawar Laut (Anemon Laut)
Mawar laut menempel pada dasar perairan.
Pada permukaan mulut Mawar Laut
terdapat banyak tentakel berukuran pendek
untuk mencegah agar kotoran tidak
melekat sehingga tetap bersih. Beberapa
anemon laut dapat bergerak seperti siput,
bergerak secara perlahan dengan cara
menempel..Sebagian besar anemon laut
memiliki sel penyengat yang berguna
untuk melindungi dirinya dari predator.
Koral (Karang)
Koral atau karang cara hidupnya berkoloni
membentuk massa yang kaku dan kuat. Massa itu
sebenarnya karang kapur yang dibentuk oleh
generasi polip. Koral yang sudah mati, rangka
kapurnya akan menjadi batu karang/terumbu.
Koral hidup di air jernih dan dangkal karena
koral bersimbiosis dengan ganggang. Ganggang
memberikan makanan dan membantu
pembentukan rangka pada koral.Sedangkan koral
memberikan buangan yang merupakan makanan
bagi ganggang serta perlindungan bagi ganggang
dari herbivora.
Filum Platyhelminthes (Cacing Pipih)
A. Definisi dan Karakteristik
Platyhelminthes merupakan gabungan dua kata yang berasal dari bahasa
yunani, yaitu platy = pipih dan helminthes = cacing. Platyhelminthes atau cacing
pipih adalah kelompok hewan yang struktur tubuhnya sudah lebih maju
dibandingkan porifera dan Coelenterata. Plathyhelminthes dikelompokkan ke
dalam:
Domain : Eukarya
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Eumetazoa
Super phylum : Platyzoa
Phylum : Platyhelminthes
Tubuh Platyhelminthes memiliki tiga lapisan sel (triploblastik), yaitu
ekstoderm, mesoderm, dan endoderm. Platyhelminthes merupakan cacing yang
mempunyai simetri bilateral, dan tubuhnya pipih secara dorsoventral.
Platyheminthes tidak memiliki rongga tubuh (aselom), sehingga mereka disebut
hewan aselomata. Tubuhnya tidak bersegmen-segmen. Bentuk tubuhnya
bervariasi, dari yang berbentuk pipih memanjang, pita, hingga menyerupai daun.
Ukuran tubuh bervariasi mulai yang tampak mikroskopis beberapa milimeter
hingga berukuran panjang 25 meter (Taeniarhynchus saginatus). Sebagian besar
cacing pipih berwarna putih atau tidak berwarna. Sementara yang hidup bebas ada
yang berwarna cokelat, abu-abu, hitam, atau berwarna cerah.
Ujung anterior tubuh berupa kepala. Pada bagian ventral terdapat mulut dan
lubang genital. Mulut dan lubang genital tampak jelas pada kelas Turbellaria,
tetapi tidak tampak jelas pada kelas Trematoda dan Cestoda. Ada organ yang
menghasilkan sekresi (alat cengkeram dan penghisap) yang bersifat perekat untuk
menempel dan melekat, misalnya ‘oral sucker’ dan ‘ventral sucker’ pada
Trematoda.
A. Morfologi dan Anatomi secara Umum
Bentuk tubuhnya bervariasi, dari yang bentuknya pipih memanjang, pita,
hingga menyerupai daun. Ukuran tubuh bervariasi mulai yang tampak
mikroskopis beberapa millimeter hingga berukuran panjang belasan meter.
Tubuh tertutup oleh lapisan epidermis bersilia, yang tersusun oleh sel-sel
sinsitium dan sebagian mengandung mikrofili. Sementara pada Trematoda dan
Cestoda parasit tidak memiliki epidermis bersilia dan tubuhnya tertutup oleh
kutikula. Kerangka luar dan dalam sama sekali tidak ada sehingga tubuhnya
lunak. Bagian yang keras hanya diketemukan pada kutikula, duri, dan gigi
pencengkeram.
Hewan ini tidak mempunyai rongga tubuh (acoela). Ruangan-ruangan di dalam
tubuh yang ada di antara berbagai organ terisi dengan mesenkim atau yang biasa
disebut parenkima. Sistem digesti sama sekali tidak ada pada Acoela dan cacing
pita, tetapi pada cacing pipih yang lain mempunyai mulut, faring, dan usus buntu.
Sistem respirasi dan sirkulasi juga tidak ada.
Sistem respirasi terdiri dari satu atau sepasang protonefridia dengan sel api.
Sistem saraf primitive. Sistem saraf utama terdiri dari sepasang ganglia serebral
atau otak dan 1-3 pasang tali saraf longitudinal yang dihubungkan satu dengan
yang lain oleh komisura saraf transversal. Tipe sistem saraf seperti ini disebut
sistem saraf tangga tali. Organ-organ sensori umum dijumpai pada Turbellaria,
tetapi pada hewan yang parasit organ tersebut mereduksi. Reseptor kimia dan
peraba pada umumnya berbentuk lubang atau lekukan yang bersilia.
Alat kelaminnya tidak terpisah (hermaprodit). Sistem perkembangbiakan
pada kebanyakan cacing pipih sangat berkembang dan kompleks. Reproduksi
aseksual dengan cara memotong tubuh dialami oleh sebagian besar anggota
Turbellaria air tawar. Pada kebanyakan cacing pipih telurnya tidak memiliki
kuning telur, tetapi dilengkapi dengan “sel yolk khusus” yang tertutup oleh
cangkok telur.
Pembuahan silang sering terjadi pada Trematoda, dan pembuahan sendiri
terjadi pada Cestoda. Fertilisasi terjadi di dalam tubuh. Siklus hidup sangat rumit
dan melibatkan satu atau banyak inang. Pada Trematoda dan cacing pita sering
terjadi parthenogenesis dan poliembrioni. Beberapa jenis cacing pita
berkembang biak dangan membentuk kuncup endogen. Cacing pipih ada yang
hidup bebas, dan ada yang sebagai endoparasit atau ektoparasit.
B. Fisiologi secara Umum
1. Sistem pencernaan
Sistem pencernaan cacing pipih disebut sistem gastrovaskuler, dimana
peredaran makanan tidak melalui darah tetapi oleh usus. Sistem pencernaan cacing
pipih dimulai dari mulut, faring, dan dilanjutkan ke kerongkongan. Di belakang
kerongkongan ini terdapat usus yang memiliki cabang ke seluruh tubuh. Dengan
demikian, selain mencerna makanan, usus juga mengedarkan makanan ke seluruh
tubuh.
Selain itu, cacing pipih juga melakukan pembuangan sisa makanan melalui
mulut karena tidak memiliki anus, maka sistem pencernaan Platyhelminthes
disebut juga sistem pencernaan satu lubang. Platyhelminthes juga tidak memiliki
sistem respirasi dan ekskresi. Cacing pipih tidak memiliki sistem transpor karena
makanannya diedarkan melalui sistem gastrovaskuler. Sementara itu, gas O2 dan
CO2 dikeluarkan dari tubuhnya melalui proses difusi.
2. Sistem syaraf
Ada beberapa macam sistem syaraf pada cacing pipih
Sistem syaraf tangga tali merupakan sistem syaraf yang paling sederhana.
Pada sistem tersebut, pusat susunan saraf yang disebut sebagai ganglion otak
terdapat di bagian kepala dan berjumlah sepasang.
Dari kedua ganglion otak tersebut keluar tali saraf sisi yang memanjang di
bagian kiri dan kanan tubuh yang dihubungkan dengan serabut saraf melintang.
Pada cacing pipih yang lebih tinggi tingkatannya, sistem saraf dapat tersusun
dari sel saraf (neuron) yang dibedakan menjadi sel saraf sensori (sel pembawa
sinyal dari indera ke otak), sel saraf motor (sel pembawa dari otak ke efektor),
dan sel asosiasi (perantara).
3. Indera
Beberapa jenis cacing pipih memiliki sistem penginderaan berupa oseli, yaitu
bintik mata yang mengandung pigmen peka terhadap cahaya. Bintik mata tersebut
biasanya berjumlah sepasang dan terdapat di bagian anterior (kepala). Seluruh
cacing pipih memiliki indra meraba dan sel kemoresptor di seluruh tubuhnya.
Beberapa spesies juga memiliki indra tambahan berupa aurikula (telinga),
statosista (pegatur keseimbangan), dan reoreseptor (organ untuk mengetahui arah
aliran sungai). Umumnya, cacing pipih memiliki sistem osmoregulasi yang disebut
protonefridia. Sistem ini terdiri dari saluran berpembeluh yang berakhir di sel api.
Lubang pengeluaran cairan yang dimilikinya disebut protonefridiofor yang
berjumlah sepasang atau lebih. Sedangkan, sisa metabolisme tubuhnya dikeluarkan
secara difusi melalui dinding sel.
4. Reproduksi
Cacing pipih dapat bereproduksi secara aseksual dengan membelah diri dan
secara seksual dengan perkawinan silang, walaupun hewan ini tergolong
hermafrodit.
C. Klasifikasi
Berdasarkan struktur tubuhnya, Platyhelminthes dibagi menjadi 4 kelas yaitu:
1. Kelas Turbellaria
2. Kelas Trematoda
3. Kelas Cestoda
4. Kelas Monogenea
1. Kelas Turbellaria (cacing rambut getar)
Kelas Turbellaria mempunyai 5 ordo, yaitu;
Ordo 1 Acoela, contoh: Convolutaw
Ordo 2 Rhabdocoela, dibagi dalam 4 sub-ordo
Sub-ordo 1 Notandropora, contoh: Catenula, Rhycoscolex
Sub-ordo 2 Opisthandropora, contoh: Macrostomum, Microstomum
Sub-ordo 3 Lecithopora, contoh: Anoplodium, Mesostoma
Sub-ordo 4 Temnocephalida, contoh: Temnocephala, Monodiscus
Ordo 3 Alloeocoela, mempunyai 4 sub-ordo.
Sub-ordo 1 Archopola, contoh: Proporoplana
Sub-ordo 2 Lecithoepitheliata, contoh: Prorhynchus
Sub-ordo 3 Cumulata, contoh: Hypotrichina
Sub-ordo 4 Seriata, contoh: Otoplana, Bothrioplana
Ordo 4 Tricladida,mempunyai 3 sub-ordo.
Sub-ordo 1 Maricola, contoh: Bdelloura, Ectoplana
Sub-ordo 2 Paludicola, contoh: Planaria atau Dugesia
Sub-ordo 3 Tericolla, contoh: Bipalium, Geoplana
Ordo 5 Polikladida, terdiri atas 2 sub-ordo.
Sub-ordo 1 Acotylea, contoh: Notoplana, Yungia
Sub-ordo 2 Cotylea, contoh: Thysanozoon
2. Kelas Trematoda
Kelas Trematoda terdiri dari 2 ordo
Ordo 1 Aspidobothria, contoh: Aspidogaster
Ordo 2 Digenia, contoh: Fasciola, Schistosoma, Bucephalus, Clonorchis
3. Kelas Cestoda
Kelas Cestoda tediri dari 2 sub-kelas dan 7 ordo
1. Sub-kelas 1 Cestodaria
Ordo 1 Amphilinidea, contoh: Amphilina
Ordo 2 Gyrocotylidea, contoh: Gyrocotyle
2. Sub-kelas 2 Eucestoda
Ordo 1 Tetraphyllidea, contoh: Phyllobothrium, Myzophyllobothrium
Ordo 2 Diphillidea, contoh: Echinobothrium
Ordo 3 Tripanoryncha, contoh: Haplobothrium, Tetrarynchus
Ordo 4 Pseudophyllidea, contoh: Bothriocephalus, Dibothriocephalus
(Diphyl- lobothrium)
Ordo 5 Taenioidea (Cyclophyllidea), contoh: Taenia, Echinococcus,
Hymeno-lepis
4.Kelas Monogenea
Contoh spesies dalam kelas Momogenea ini adalah aspidogaster conchicola
dan Polostroma sp.
D. Aspek Biologi Berdasarkan Tiap-tiap Kelas
1. Turbellaria (Cacing berambut getar)
Salah satu contoh dari kelas Turbellaria adalah Dugesia trigina atau Planaria sp.
Taksonomi Planaria sp:
Domain : Eukarya
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Eumetazoa
Super phylum : Platyzoa
Phylum : Platyhelminthes
Kelas : Turbellaria
Ordo : Seriata
Subordo : Tricladida
Famili : Planariidae
Genus : Dugesia
Spesies : Dugesia tigrina
Morfologi dan Anatomi
Turbellaria adalah Platihelminthes yang memiliki silia (rambut getar) pada
permukaan tubuhnya yang berfungsi sebagai alat gerak.. Pada lapisan
epidermis terdapat banyak sel kelenjar yang disebut rhabdoid yang berfungsi
untuk melekat, membungkus mangsa, dan sebagai jejak lendir pada waktu
merayap. Di bawah epidermis terdapat serabut-serabut otot melingkar,
longitudinal, diagonal, dan dorsoventral sehingga Turbelaria mudah memutar
dan meliuk-liuk. Panjang tubuh sekitar 0,1 - 600 mm.
Salah satu contoh turbellaria adalah Dugesia atau Planaria. Bentuk tubuh
bagian depan (anterior) Dugesia berbentuk segitiga dan terdapat sepasang
bintik mata. Bintik mata itu berfungsi sebagai pembeda keadaan gelap dan
terang. Dugesia juga memiliki indera pembau yang disebut aurikel yang
berfungsi saat mencari makanan.
Fisiologi
Platyhelminthes belum mempunyai sistem peredaran darah dan sistem
pernafasan. Pernapasan dilakukan oleh seluruh tubuh platyhelmintes.
Sedangkan sistem pencernaannya tidak sempurna, tanpa anus, maka sistem
pencernaan Platyhelminthes disebut juga sistem pencernaan satu lubang.
Sistem Pencernaan
Planaria mempunyai sistem pencernaan yang terdiri dari mulut, faring,
usus (intestine) yang bercabang 3 yakni satu cabang ke arah anterior dan 2
cabang lagi ke bagian samping tubuh. Percabangan ini berfungsi untuk
peredaran bahan makanan dan memperluas bidang penguapan. Planaria tidak
memiliki anus pada saluran pencernaan makanan sehingga buangan yang tidak
tercerna dikeluarkan melalui mulut.
Peredaran makanan tidak melalui darah tetapi melalui usus. Sistem
pencernaannya dimulai dari mulut, faring, dan dilanjutkan ke kerongkongan.
Di belakang kerongkongan ini terdapat usus yang memiliki cabang ke seluruh
tubuh. Dengan demikian, selain mencerna makanan, usus juga mengedarkan
makanan ke seluruh tubuh.
Gambar . Susunan saluran pencernaan Planaria
Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi pada Platyhelminthes terdiri atas dua saluran eksresi yang
memanjang bermuara ke pori-pori yang letaknya berderet-deret pada bagian
dorsal (punggung). Kedua saluran eksresi tersebut bercabang-cabang dan
berakhir pada sel-sel api (flame cell).
Gambar . a) Susunan saluran eksresi pada Planaria; b) Sel api (flame cell)
Sistem Saraf
Sistem saraf berupa tangga tali yang terdiri dari sepasang ganglion otak di
bagian anterior tubuh. Kedua ganglia ini dihubungkan oleh serabut-serabut
saraf melintang dan dari masing-masing ganglion membentuk tangga tali saraf
yang memanjang ke arah posterior. Kedua tali saraf ini bercabang-cabang ke
seluruh tubuh.
Gambar. Sistem Saraf Planaria
Sistem Reproduksi
Reproduksi pada Platyhelminthes seperti Planaria dapat secara aseksual
dan secara seksual. Reproduksi seksual (generatif) dengan peleburan dua sel
kelamin pada hewan yang bersifat hemafrodit. Sistem reproduksi seksual pada
Planaria terdiri atas sistem reproduksi betina meliputi ovum, saluran ovum,
kelenjar kuning telur sedangkan reproduksi jantan terdiri atas testis, pori
genital dan penis.
Gambar. Sistem Reproduksi Seksual Planaria
Reproduksi aseksual (vegetatif) pada Planaria yaitu dengan regenerasi yakni
memutuskan bagian tubuh.
Gambar. Reproduksi Aseksual Planaria
a.secara horizontal b.secara vertikal
2. Trematoda (Cacing isap)
Salah satu contoh dari kelas Trematoda adalah fasciola hepatica
Taksonomi Fasciola hepatica:
Domain : Eukarya
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Eumetazoa
Super phylum : Platyzoa
Phylum : Platyhelminthes
Kelas : Trematoda
ba
Ordo : Dignea
Subordo : Echinostomida
Famili : Fasciolidae
Genus : Fasciola
Spesies : Fasciola hepatica
Morfologi dan Anatomi
Trematoda disebut cacing isap karena cacing ini memiliki alat pengisap di
bagian depan (anterior) tubuhnya. Alat penghisap digunakan untuk menempel
pada tubuh inang. Trematoda merupakan hewan parasit, dia mengambil
makanan berupa cairan tubuh atau jaringan inangnya saat ia menempel. Tubuh
berbentuk seperti daun dengan panjang sampai 30 m. Tubuh tertutup kutikula
yang resisten (modifikasi dari epidermis). Mulut dibatasi oleh batil pengisap
anterior yang berbentuk sebagai diskus dari bersifat musculer dan dilengkapi
gigi kitin. Mempunyai batil pengisap ventralis sebagai pelekat. Terdapat porus
genitalis diantara batil pengisap anterior dan posterior. Di ujung posterior
tubuh ada porus ekskretorius. Bersifat endoparasit.
Salah satu contoh trematoda adalah Fasciola hepatica. Fasciola hepatica
memiliki Daur hidup yang kompleks karena melibatkan setidaknya dua inang.
Inang utama dan inang perantara.
Fisiologi
Contoh dari kelas ini adalah Fasciola hepatica (cacing hati). Cacing ini
mempunyai batil isap mulut. Mulut melanjut ke faring dan esophagus
bercabang dua, yang kemudian beranting-ranting banyak. Saluran
pencernaannya adalah ruang gastrofaskular.
Sistem ekskresi dimulai dari sel-sel nyala (penyembur) terus ke saluran
ekskresi longitudinal dan bermuara dibagian posterior. Sistem saraf berupa
system saraf pada Planaria.
Trematoda disebut cacing isap karena memiliki alat penghisap (batil
isap) di bagian (anterior) tubuhnya. Alat penghisap digunakan untuk menempel
pada tubuh inang. Trematoda merupakan hewan parasit, dia mengambil
mekanan berupa cairan tubuh atau jaringan inangnya saat ia menempel.
Fasciola hepatica memiliki daur hidup yang kompleks karena melibatkan
setidaknya dua inang. Inang utama dan inang perantara.
Gambar. Sistem Reproduksi Fasciola hepatica
Sistem reproduksinya, cacing ini bersifat hermafrodit. Cacing dewasa
bertelur dalam saluran empedu dan kantong empedu sapi atau domba.
Kemudian telur ini keluar bersama tinja. Dalam air mirasidium menetas, lalu
memasuki tubuh siput air tawar. Dalam tubuh siput, mirasidum berubah
menjadi sporokista. Dengan cara paedogenesis, maka dalam tubuh sporokista
terbentuk banyak redia. Redia kemudian dari tubuh sporokista. Dengan cara
paedagogis pula dalam tubuh redia terbentuk banyak serkaria yang berekor.
Serkaria keluar dari tubuh redia, berenang, dan menempel pada tumbuhan air
dan menjadi kista.
Gambar. Siklus Hidup Fasciola hepatica
Sapi atau domba tertular cacing hati umumnya karena makan rumput dan
tumbuhan air lainnya yang mengandung kista tersebut. Rumput yang tumbuh
di tepi sungai atau rawa dan danau banyak mengandung kista tersebut.
3. Cestoda (Cacing pita)
Salah satu contoh dari kelas Cestoda adalah Taenia solium .
Taksonomi Taenia solium:
Domain : Eukarya
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Eumetazoa
Super phylum: Platyzoa
Phylum : Platyhelminthes
Kelas : Cestoda
Ordo : cyclophyllidea
Famili : taenioidea
Genus : Taenia
Spesies : Taenia solium
Morfologi dan Anatomi
Cestoda disebut cacing pita karena bentuknya yang pipih panjang
seperti pita yang terdiri dari bagian skoleks, leher, dan proglotid. Pada skoleks
terdapat alat penghisap dan kait (rostelum). Alat penghisap dan kait digunakan
untuk menempel pada tubuh inang. Di bagian belakan skoleks pada bagian
leher terbentuk proglotid. Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan
dan betina. Skoleks kecil berbentuk oval, dilengkapi dengan 22-23 kait dan 4
batil. Tubuh atau strobila berwarna putih, berbentuk pipih segmen palsu yang
disebut proglotid. Diameter skoleks kira-kira 1 mm, batil penghisap berbentuk
mangkuk dan berdiameter kurang lebih 0,5 mm. Segmen-segmen yang belum
masak adalah kecil dan lebih besar dari pada panjangnya, segmen-segmen atau
proglotid yang sudah masak kira-kira berjarak 1 meter dari skoleks dan
berbentuk bujur sangkar, segmen-segmen di bagian ujung posterior yang telah
gravid mencapai panjang kurang lebih 12 mm. Inang utama cacing cestoda
dewasa adalah vertebrata termasuk manusia. Cestoda parasit dan menghisap
sari makanan pada usus halus ingangnya.
Fisiologi
Cestoda adalah hewan yang hermafrodit. Contoh dari kelas ini adalah
Taenia solium. Tubuh terdiri dari bagian kepala yang disebut Scolex dan
bagian badan yang disebut strobila. Strobila merupakan deretan segmen yang
disebut proglottid-proglottid. Setiap proglottid mempunyai sepasang sel
kelamin jantan dan betina yang dapat melepaskan/menghasilkan telur. Telur-
telur ini dibuahi dengan cara pembuahan sendiri (self fertilisation) yaitu sel
telur dibuahi oleh sel sperma dalam proglotid yang sama, perkawinan antara
proglottid yang satu dengan yang lain pada strobila yang sama atau perkawinan
antara proglottid dari strobila yang berbeda. Jumlah telur yang dapat dihasilkan
oleh satu ekor cacing dapat mencapai 1.000.000 butir perhari dengan jumlah
proglottid yang dapat mencapai 3.000 buah, dengan panjang strobila lebih dari
10 m.
Gambar. Sistem Reproduksi Taenia solium
Telur yang terbawah oleh kotoran yang masuk keperairan akan menetas
dan membentuk Coracidium yang diperlengkapi silia untuk berenang bebas.
Copepoda yang ada diperairan kemudian diinfeksi oleh Coracidium yang
berubah menjadi procercoid. Procercoid termakan oleh ikan bersama
Copepoda dan berubah menjadi Plerocercoid.
Apabila ikan ini termakan oleh manusia atau hewan yang
memungkinkan Cestoda tersebut dapat hidup, seperti ikan yang tidak dimasak
atau setengah matang sehingga larva cestoda masih tetap hidup, maka Cestoda
akan menjadi dewasa dan siklus akan berlanjut. Jika ikan tersebut dimakan
oleh ikan lain maka parasit tersebut pindah dan dapat hidup pada ikan tersebut
tetapi tidak mengalami perkembangan. Sehingga ikan tersebut berfungsi
sebagai paratenic host (inang transport).
4. Monogenea
Morfologi dan Anatomi
Cacing dewasa berukuran 0,2 – 0,5 mm
Memiliki alat penempel posterior yang disebut opistaptor yang
dilengkapi duri, kait, jangkar atau alat penghisap
Adakalanya di sekitar mulut juga terdapat alat penghisap
Monogenea merupakan ektoparasit yang menempel pada permukaan
tubuh, sirip, rongga mulut, dan insang
Monogenea merupakan kelas baru dalam filum Platyhelminthes, maka belum
diketahui jelas fisiologi hewan tersebut.
E. Distribusi ( Pola Penyebaran )
Hewan-hewan yang tergolong kelas Turbellaria umumnya hidup bebas di
alam. Hewan-hewan itu hidup di lingkungan berair. Contoh yang banyak dijumpai
adalah Dugesia (Planaria). Dugesia dapat dijumpai di lingkungan air tawar, yaitu
kolam, danau, mata air, dan lain-lain. Hewan ini suka berlindung di bawah
bebatuan, daun, batang kayu tumbang, atau berbagai macam substrat. Hewan itu
dalam perairan tidak mudah tampak, kecuali jika sedang bergerak. Hal ini
disebabkan oleh ukuran tubuhnya yang kecil, pipih, warnanya gelap. Dugesia
tersebar di seluruh dunia, kebanyakan di tempat lembab, tropic, dan subtropik.
Cacing pipih yang tergolong Trematoda kebanyakan bersifat parasit, yang
membutuhkan beberapa macam inang untuk kelangsungan hidupnya. Cacing
dewasanya hidup pada hewan vertebrata sebagai inang definitive, tetapi setiap
jenis cacing mempunyai inang yang khas. Misalnya Fasciola hepatica hidup pada
ternak mamalia, Schistoma avier hidup pada unggas, Schistoma haematobium
hidup di dalam darah manusia, Polystoma integerrinum hidup pada kantung
kemih katak, Gyrodactyllus hidup pada ikan. Sementara larvanya ada yang hidup
bebas dan ada yang hidup di dalam inang perantara berupa hewan-hewan
avertebrata.
Anggota cacing Cestoda kebanyakan hidup parasit. Cacing dewasa dan
larvanya hidup pada inang yang berbeda, tetapi semuanya termasuk hewan
vertebrata. Sebagai contoh, Taenia solium dewasa hidup pada usus manusia,
larvanya yang berupa cacing gelembung (sistiserkus selulosae) hidup dalam otot
babi.
Hewan pada kelas Monogenea juga bersifat parasit. Kebanyakan ektoparasit
pada vertebrata, biasanya pada ikan dan beberapa pada kura-kura, katak, jenis
cumi-cumi. Satu bentuk siklus hidup hanya pada satu inang.
F. Manfaat dan Kerugian dalam Kehidupan
Manfaat Platyhelminthes dalam Kehidupan
• Dengan hadirnya Filum ini,maka semakin bertambah dan bervariasi
biodervitas animalia di Indonesia.
• Salah saru kelas turbellaria,yakni Planaria sp digunakan sebagai indikator air
bersih.
• Planaria sp dapat dimanfaatkan sebagai makanan ikan.
• Platyhelminthes sebagai indikator biologi atau dengan kata lain sebagai alat
percobaan bagi para ilmuan.
Kerugian Platyhelminthes dalam Kehidupan
Pada umumnya,platyhelminthes adalah sebagai parasit pada manusia maupun
hewan.
Diantaranya adalah:
1. Fasciola hepatica (cacing hati ternak), menyebabkan Fascioliasis.
2. Clonorchis sinensis / opistorchis sinensis (cacing hati manusia), menyebabkan
Clonorchiasis.
3. Schistosoma japanicum, schistosoma haematobium, dan Schistosoma mansoni,
merupakan parasit darah dan menyebabkan Schistosomiasis.
4. Paragonimus westermani (cacing paru), menyebabkan Paragonimiasis.
5. Fasciolopsis buski, hidup dalam usus halus dan menyebabkan Fasciolopsiasis.
6. Taenia solium (cacing pita manusia), menyebabkan Taeniasis solium.
7. Taenia saginata (cacing pita manusia), menyebabkan Taeniasis saginata.
8. Diphyllobothrium latum, menyebabkan Diphyllobothriasis.
9. Echinococcus granulosus (cacing pita pada anjing)
10. Himenolepis, yaitu cacing pita yang hidup dalam usus manusia dan tikus.
Agar terhindar dari infeksi cacing parasit (cacing pita) sebaiknya dilakukan
beberapa cara, antara lain:
Memutuskan daur hidupnya
Menghindari infeksi dari larva cacing
Tidak membuang tinja sembarangan (sesuai dengan syarat-syarat hidup
sehat),dan
Tidak memakan daging mentah atau setengah matang (masak daging
sampai matang)
Filum Platyhelminthes (Cacing Gilig)
PengertianNemathelminthes (dalam bahasa yunani, nema= benang, helminthes= cacing) disebut
sebagai cacing gilig karena tubuhnya berbentuk bulat panjang atau seperti benang. Nemathelminthes sudah memiliki rongga tubuh meskipun bukan rongga tubuh sejati.
Cacing dewasa memiliki pseudocoelom (tabung dalam tabung), sebuah ruang tertutup yang berisi cairan berfungsi sebagai rangka hidrostatik, membantu dalam peredaran dan penyebaran sari makanan. Oleh karena memiliki rongga tubuh semu, Nemathelminthes disebut sebagai hewan Pseudoselomata.
Filum Nemathelminthes terdiri dari bebrapa ratus ribu spesies, kebanyakan hidup bebas meskipun beberapa ada yang parasit.Nematoda kurang dalam sistem peredaran darah namun memiliki sistem pencernaan yang berkembang dengan baik.
Struktur Tubuh
Nemathelminthes umumnya berukuran mikroskopis, meskipun ada yang panjang nya sampai 1 meter. Individu betina berukuran lebih besar daripada individu jantan. Tubuh berbentuk bulat panjang atau seperti benang dengan ujung-ujung yang meruncing.
Permukaan tubuh Nemathelminthes dilapisi kutikula untuk melindungi diri. Kutikula ini lebih kuat pada cacing parasit yang hidup di inang daripada yang hidup bebas. Kutikula berfungsi untuk melindungi dari dari enzim pencernaan inang.
Nemathelminthes memiliki sistem percenaan yang lengkap terdiri dari mulut, faring, usus, dan anus. Mulut terdapat pada ujung anterior, sedangkan anus terdapat pada ujung posterior. Beberapa Nemathelminthes memiliki kait pada mulutnya.Nemathelminthes tidak memiliki pembuluh darah. Makanan diedarkan ke seluruh tubuh melalui cairan padapseudoselom.Nemathelminthes tidak memiliki sistem respirasi,pernapasan dilakukan secara difusi melalui permukaan tubuh. Organ reproduksi jantan dan betina terpisah dalam individu berbeda.
Nemathelminthes hidup bebas atau parasit pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Nemathelminthes yang hidup bebas berperan sebagai pengurai sampah organik, sedangkan yang parasit memperoleh makanan berupa sari makanan dan darah dari tubuh inangnya. Habitat cacing ini berada di tanah becek dan di dasar perairan tawar atau laut. Nemathelminthes parasit hidup dalam inangnya.
Nemathelminthes umumnya melakukan reproduksi secara seksual. Sistem
reproduksi bersifat gonokoris, yaitu organ kelamin jantan dan betina terpisah pada
individu yang berbeda.Fertilisasi terjadi secara internal. Telur hasil fertilisasi dapat
membentuk kista dan kista dapat bertahan hidup pada lingkungan yang tidak
menguntungkan. Secara umum karakteristik nemathelminthes adalah :
1. Simetris bilateral, triploblastik, tidak memiliki appendages.
2. Memiliki coelom yang disebut pseudocoelom.
3. Alat pencernaan lengkap,mulut dan anus masing-masing pada ujung anterior
dan posterior.
4. sistem muscular hanya dengan serabut otot yang bersifat longitudinal.
5. Belum memiliki organ peredaran darah, respirasi.
6. Cincin saraf yang mengelilingi esofagus merupakan pusat sistem saraf.
7. Seks terpisah,ukuran jantan lebih kecil daripada betina.
8. Hidup bebas atau parasit.
9. Memiliki kutikula pada permukaan tubuhnya.
Nemathelminthes dibagi dalam dua kelas, yaitu Nematoda dan Nematophora.
A. KELAS NEMATODA
Kelas nematoda terdiri dari beberapa spesies tidak hanya bersifat parasitik
terhadap manusia, namun juga terhadap binatang, tumbuhan baik yang diusahakan
maupun liar. Nematoda merupakan organisme yang mempunyai struktur sederhana.
Nematoda dewasa tersusun oleh ribuan sel-sel somatik, ratusan sel diantaranya
membentuk sistem reproduksi. Tubuh nematoda berupa tabung yang disebut sebagai
pseudocoelomate.
Mereka mempunyai saluran usus dan rongga badan, tetapi rongga badan
tersebut dilapisi oleh selaput seluler sehingga disebut pseudosel atau pseudoseloma.
Nematoda berbentuk bulat pada potongan melintang, tidak bersegmen, dan ditutupi
oleh kutikula yang disekresi oleh lapisan sel langsung di bawahnya, hipodermis.
Nematoda adalah cacing yang umumnya berbentuk bulat (silindris)
memanjang dari anterior ke posterior dan pada anterior terdapat mulut. Tubuhnya
ditutupi oleh selapis kutikula yang tidak berwarna dan hampir transparan. Kutikula
dihasilkan oleh hipodermis yang berada dibawahnya.
Biasanya sistem pencernaan, ekskresi, dan reproduksi terpisah. Kebanyakan
nematoda yang hidup bebas karnivor dan memakan metazoa kecil, termasuk jenis
nematoda yang lain. Spesies lain baik laut maupun air tawar adalah phytophagus,
memakan diatom, ganggang dan jamur. Spesies terestrial merupakan hama tanaman
komersial. Ada pula spesies laut, air tawar dan terestrial “deposit feeder”, memakan
lumpur dan memanfaatkan bakteri dan bahan organik yang terkandung dalam lumpur.
Beberapa spesies memakan sampah organik seperti kotoran hewan, bangkai dan
tanaman busuk. Nematoda yang bersifat parasit, memperoleh makan dari hospesnya.
Cara-cara memperoleh makanan ini antara lain:
1. Dengan menghisap darah, contoh : Ancylostoma.
2. Dengan merusak jaringan hospes, contoh : Trichuris.
3. Dengan memakan atau menghisap sari-sari makanan dalam intestinum hospes,
contoh: Ascaris.
4. Dengan mengabsorbsi sari-sari makanan dari cairan tubuh hospes,
contoh: Fillaria.
Pada umumnya nematoda bertelur, tetapi ada juga yang vivipar dan yang
berkembang biak secara partenogenesis. Cacing dewasa tidak bertambah banyak
didalam badan manusia. Seekor cacing betina dapat mengeluarkan telur atau larva
sebanyak 20 sampai 200.000 butir sehari. Telur atau larva ini dikeluarkan dari badan
hospes dengan tinja. Larva biasanya mengalami pertumbuhan dengan pergantian kulit.
Bentuk infektif dapat memasuki badan manusia dengan berbagai cara; ada yang masuk
secara aktif, ada pula yang tertelan atau dimasukkan oleh vektor melalui gigitan.
Hampir semua nematoda mempunyai daur hidup yang telah diketahui dengan pasti.
Alat ekskresi nematoda bukan protonephridia, melainkan suatu sistem sel
kelenjar, dengan atau tanpa saluran yang terletak pada anterior. Pseudecoelom terisi
hemolimpha yang mengandung berbagai substansi yang terlarut didalamnya, mungkin
juga hasil-hasil excresi. Hasil axcresi itu antara lain nitrogen sebagai ammonia, asam
urat, ureum, yang akan dikeluarkan dari tubuh melalui porus excretorius.
Pada spesies laut biasanya terdapat satu atau dua sel kelenjar yang besar, tanpa
saluran, terletak dekat pharinx dan mempunyai sebuah lubang ekskresi, disebut
kelenjar renette. Jenis lain mempunyai sistem kelenjar dengan saluran, seperti bentuk
huruf H.
Lingkaran cincin syaraf mengelilingi oesophagus merupakan otak, dan
berhubungan dengan enam benang syaraf anterior yang pendek dan enam benang
syaraf posterior. Alat indera pada nematoda adalah papila, setae dan amphid. Setae
terdapat di kepala dan seluruh permukaan tubuh. Amphid di jumpai pada nematoda
yang hidup bebas, terutama spesies laut. Amphid ialah lubang kutikula yang buntu dan
bercilia, berfungsi sebagai chemoreceptor. Bentuk dari amphid bermacam-macam
karena itu di gunakan untuk identifikasi. Banyak nematoda yang
mempunyai phasmid pada bagian ekornya, yaitu sepasang kelenjar uniseluler yang
bermuara di kedua sisi lateral tubuh cacing, berfungsi sebagai chemoreseptor.
Beberapa spesies laut dan air tawar mempunyai bintik mata.
Model pengendalian siklus infeksi toxocariasis pedet dapat dilakukan dengan
minyak atsiri rimpang temuireng. Peluang penularan trypanosomiasis dapat terjadi jika
terdapat reservoir, yaitu sapi yang terinfeksi. Mekanisme penularan dipengaruhi oleh
kemampuan terbang vektor, kemampuan menyebar, serta daya tahan hidup pada
vektor. Lama hidup pada habitat probosis vektor maksimal 4 jam. Sedangkan pada
habitat fore gut maksimal 9 jam.
Nematoda memiliki kutikula tubuh yang transparan, mempunyai mulut dan
lubang ekskresi, alat reproduksi pada jantan dengan testis dan betina dengan ovarium.
Umur cacing pada umumnya mencapai 10 bulan. Nematoda dapat dijumpai di darat,
air tawar, dan air laut, dari daerah kutub hingga daerah tropis. Hidupnya ada yang
bebas, namun ada pula yang parasit pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Cacing ini
tidak memiliki sistem peredaran darah dan jantung, tetapi tubuhnya mengandung
cairan semacam darah yang dapat merembes ke bagian tubuh aakibat kontraksi tubuh.
Bentuk tubuhnya gilik panjang dengan simetri bilateral. Tubuhnya tidak dilapisi silia
dan tidak bersegmen.
Morfologi umum dari kelas nematode yaitu:
1. Bentuk tubuhnya bulat (silindris) memanjang dari anterior ke posterior, tidak
bersegmen dan meruncing pada kedua ujungnya.
2. Permukaan tubuhnya dilapisi oleh kutikula yang dihasilkan langsung oleh
hipodermis yang berada dibawahnya.
3. Organ – organ internalnya berbentuk filamen dan tergantung dalam rongga
tubuh cacing yang berisi cairan.
4. Sistem pencernaannya berupa tabung lurus panjang dengan sebuah mulut yang
dikelilingi oleh 6 bibir dan anus dibagian posterior.
5. Sistem syaraf terdiri dari cincin syaraf yang mengelilingi istmus esofagus dan
tersusun dari sejumlah ganglia dan syaraf.
6. Sistem reproduksi betina terdiri dari ovarium, oviduct, dan uterus yang
berakhir pada vagina pendek dan berujung di vulva yang terletak di daerah 1/3
bagian anterior tubuh.
7. Sistem reproduksi jantan terdiri dari sebuah testis dan vas deferens yang
berakhir di duktus ejakulator di kloaka.
8. Pada cacing jantan terdapat spikula yang homolog dengan penis dan bursa
kopulatriks yang berfungsi untuk memegang betina ketika perkawinan.
Contoh kelas Nematoda yaitu Ascaris lumbricoides (cacing perut).
Ascaris adalah salah satu contoh cacing gilig parasit, tidak punya segmentasi tubuh
dan memiliki dinding luar yang halus, bergerak dengan gerakan seperti
cambuk. Cacing ini hidup di dalam usus halus manusia sehingga sering kali disebut
cacing perut. Ascaris lumbricoides merupakan hewan dioseus, yaitu hewan dengan
jenis kelamin berbeda, bukan hemafrodit. Ascaris lumbricoides hanya berkembang
biak secara seksual. Ascaris lumbricoides jantan memiliki sepasang alat berbentuk kait
yang menyembul dari anus disebut spikula. Spikula berfungsi untuk membuka pori
kelamin cacing bretina dan memindahkan sperma saat kawin. Infeksi cacing ini
menyebabkan penyakit askariasis atau cacingan, umumnya pada anak-anak. Infeksi ini
terjadi pada saat mengkonsumsi makanan atau minuman yang tercemar telur ascaris.
Sebagian besar hewan ini hidup bebas dalam air dan tanah, tetapi ada juga
sebagai parasit dalam tanah, yakni merusak tanaman atau dalam saluran pencernaan
vertebrata. Cacing dewasa menghasilkan telur-telur yang akan matang di tanah, saat
telur in tertelan orang, larvanya akan melubangi dinding usus, bergerak ke hati,
jantung dan/atau paru-paru. Sesaat di dalam paru-paru, larva berganti kulit, setelah
sepuluh hari bermigrasi lewat saluran udara ke kerongkongan tempat dimana mereka
akan tertelan. Dalam usus kecil cacing dewasa kawin dan betinanya menimbun telur-
telur yang akan dilepaskan keluar bersama feses. Telur dalam feses ini harus mencapai
mulut orang lagi untuk memulai siklus baru.
Secara umum nematode terbagi dalam tiga tipe bentuk, yaitu:
1. Type fusiform, contoh: Tocascaris leonine
2. Type filiform, contoh: Capillaria brevis
3. Type campuran, yaitu: tubuhnya sebagian fusiform dan sebagian lagi filiform.
Contoh: Trichuris trihiura.
Pada kelas Nematoda sudah dikenal ada 17 ordo, dari tujuh ordo yang pertama
dari ke-17 ordo yang tersebut di bawah ini kebanyakan hidup bebas. Ordo-ordo
tersebut antara lain:
1. Cromadorida
Hidup bebas, amphid spiral dan melingkar, kantung oesophagus terbagi
menjadi tiga bagian, hidupnya di laut dan air tawar. Kebanyakan hidup di laut,
bersifat aquatis, cuticula halus atau tersusun dalam cincin-cincin, capsula
buccalis dilengkapi dengan gigi-gigi dan pharynx ujung posteriornya
membesar.
Contoh: Chromadora sp, Wilsonema dan Monhystera
2. Enoploidea
Pada Enoploidea tidak ada cincin-cincin cuticula, tetapi cuticula halus,
seringkali dilengkapi dengan bulu-bulu kaku. Pada bagian ujung anterior
terdapat 6 papillae labiales, 10 atau 12 bulu-bulu kaku di dalam 1 atau 2
gelang-gelang atau lingkaran, sepasang celah cephal, dan amphid berbentuk
cyathiform, hidup bebas di laut. Oeshophagus terbagi menjadi dua bagian,
amphid berbentuk kantung panjang atau seperti tabung, hidup bebas dan
parasit di laut, air payau, dan air tawar
Contoh: Metocholaimus pristiurus, hidup bebas di laut di benua Amerika Utara
dan Eropa.
3. Dorylamoidea
Dorylamoidea umumnya hidup di dalam tanah dan air tawar, cuticula halus,
tanpa bulu-bulu kaku, ujung anterior dengan 2 lingkaran papillae yang masing-
masing terdiri atas 6 dan 10 papillae, amphid cyathiform, pharynx bersifat
muscular dan jarang bagian posteriornya membesar,
contoh : Dorylaimus sp.
4. Araeolaimoidea
Adanya 4 bulu kaku di daerah kepala, cuticula licin, kadang-kadang dengan
bulu-bulu kaku, ada papillae labials, amphid berbentuk spiral.
Contoh: Araeolaimus sp.
5. Rhabdiasoidea
Rhabdiasoidea yang bersifat gonochoristis adalah hidup bebas sedang yang
bersifat hermaprodit atau parthenogenesisi adalah bersifat parasit. Terdiri dari
2 famili. Oesophagus 3 bagian, terutama pada larva, hidup bebas dan parasit
Contoh: Rhabdias bufonis dan Diplogaster
6. Strongylida
Parasit pada vertebrata darat, mempunyai mulut yang tanpa labia tetapi
seringkali terdapat corolla, cacing betina umumnya mempunyai ovejector dan
cacing jantan mempunyai bursa copulatrix yang di sokong oleh 13 jari-jari
otot, parasit pada vertebrata darat
Contoh : Strongylus vulgaris
7. Ascarida
Parasit pada siput darat, serangga dan vertebrata, mempunyai mulut yang
dibatasi oleh 3 labia, pharynx tanpa bulbus posterior atau jika ada tidak
bervalvula.
Contoh: Ascaris lumbricoides
8. Spirudida
Umumya mempunyai 2 labia laterals yang kadang-kadang masing-masing
terdiridari 4-6 papillae, seringkali terdapat interlabia yang berfungsi sebagai
alat muscular.
Parasit pada vertebrata ( Dracunculus dan Wucheria )
Parasit pada ikan ( Cammalanus dan Spinitectus )
9. Mermithoidea
Stadium larva Mermithoidea bersifat parasit pada Avertebrata, umumnya hidup
bebas dalam tanah, bersifat terrestrial aquatis dalam air bersifat aquatis
terutama air tawar, Mermithoidea dewasa tubuhnya halus, berbentuk filiform,
panajng 50cm atau lebih pendek, umumnya ada 16 papillae, cacing-
cacing jantan lebih kecil daripada yang betina dengan 1 tau 2 spiculae dan
dengan beberapa papillae genetales pada ujung posteriornya, bersifat
gonoshoristis atau parthenogenesis.
Contoh : Mermithonema entomophilum, Paramermis contorta
10. Monhysteroidea
Amphid circuler, bersifat aquatis dan terestrial, tetapi yang hidup di laut
umumnya cincin cuticulanya halus dan terkadang terdapat bulu-bulu kaku yang
tersebar, ujung anterior tubuh terdapat 4,6 atau 8 bulu-bulu kaku, ovarium
tunggal atau sepasang.
Contoh: Monhystera sp.
11. Demoscolecoidea
Cuticulanya jelas bercincin-cincin dengan bulu-bulu kaku di seluruh bagian
tubuh atau hanya pada bagian-bagian yang menyempit saja. Amphid berbentuk
bulan sabit atau setengah bola, hidup di laut.
Contoh: Demoscolex sp. Dan Greeffiela sp.
12. Rhabtitoidea
Hidup bebas tau bersifat parasit, cuticula halus atau bercincin-cincin, amphid
kecil berbentuk kantong, glandula adhesive caudalis tidak ada, tetapi phasmid
ada
Contoh: Rhabdites coarctata
13. Oxyuroidea
Mempunyai pharynx dengan bulbus posterior, cacing betina dengan ekor yang
panjang, cacing jantan mempuyai 1 spicula atau 2 spiculae yang equal, bersifat
zooparasite obligat terutama pada vertebrata, di derah kepala terdapat 8 atau 10
papillae yang tersusun dalam 1 lingkaran, umumnya terdapat 3 atau 6 labia,
amphid berbentuk kantong tubuler.
Contoh: Leidynema appendiculata.
14. Dracunculoidea
Berbentuk filiform tanpa labia, terdapat 8 bulu-bulu kaku yang tersusun dalam
1 lingkaran atau 2 lingkaran dengan masing-masing bulu kaku.
Contoh : Dracunculus modinensis.
15. Filarioidea
Bersifat filiform, cacing jantan lebih kecil daripada cacing betina, labia atau
capsula buccalis tidak ada atau rudimeter,
Contoh : Wuchereria bancrofti
16. Trichuroidea
Bagian anterior bersifat filiform, mulut tanpa labia, pharynx langsing, cacing
jantan tanpa alat kopulasi atau dengan cirrus, kadang-kadang ada 1 spikula.
Contoh : Trchuris ovis
17. Dioctophymoidea
Mulutnya tanpa labia, tetapi dikelilingi oleh 6, 12 atau 18 papillae, pharynx
panjang tanpa bulbus, dinding dalam bersifat muscular berbentuk seperti genta.
Contoh : Dioctophyme renale.
B. KELAS NEMATOMORPHA
Secara umum cirri-ciri nematomorpha adalah sebagai berikut,
tubuhnya berbentuk filiform, langsing memanjang menyerupai rambut sehingga
disebut juga cacing rambut Permukaan tubuh yang dilapisi kutikula terdiri
darilempeng-lempeng atau papilla, tubuhnya dilapisi dengan lapisan otot longitudinal
tapi tidak penuh sampai keujung tubuhnya. Seluruh pencernaan makanannya
mengalami degenerasi, karena cacing muda mengabsorbsi makanan dari inang,
sedangkan yang dewasa tidak makan. Umumnya cacing jantan berukuran lebih kecil
dibandingkan cacing betina, kecuali genus Nectonema yang ukuran jantannya lebih
besar daripada betina.
Organsirkulasi.respirasi, dan ekskresi tidak ada. System sarafnya terdiri atas
cincin saraf yang mengelilingi esophagus, cincin tersebut berhubungan bengan tali
saraf midfentral. Pada nectonema, cincin saraf itu juga berhubungan dengan tali
saraf dorsal, dan mempunyai lat kelamin yang terpisah.
Nematomorpha memiliki mulut yang terletak dibagian anterior atau sentral.
Bagian ujung posterior cacing jantan bercabang dua. Alat sensoris terdapat di
epidermis ujung anterior atau dibagian ventral. Tubuhnya tersusun atas tiga lapisan
tubuh, yaitu lapisan kutikula, epidermis, dan lapisan otot.
Nematomorpha muda hidup sebagai parasit, sedangkan Nematomorpha dewasa
hidup bebas. Contoh Nematomorpha adalah Gordius sp. (saat muda parasit pada
Arthropoda) dan Nectonema sp. (saat muda parasit pada Crustacea).
Kelas nematomorpha dibagi ke dalam dua ordo, yaitu:
1. Gordioidea
Ordo ini hidup di air tawar dan bersifat parasit pada arthropoda. Kutikula pada
cacing ini tidak dilengkapi oleh bulu-bulu kaku. Terjadi reduksi pada
pseudocoela. Contoh: Gordius
2. Nectonematoidea
Ordo ini hidup di air laut. Kutikula yang melapisi tubuhnya dilengkapi dengan
bulu-bulu kaku. Pseudocoela tidak mereduksi. Contoh: Nectonema
Cacing dari filum nemathelminthes ada yang hidup parasit pada manusia dan hewan, misalnya Ascaris lumbricoides, Ancylostoma duodenale, dan Trichinella spiralis. Selain itu, banyak anggota filum nematoda yang merupakan hama pertanian dan menyerang akar tumbuhan. Beberapa contoh nemathelminthes yang merugikan karena hidup parasit pada pencernaan manusia antara lain sebagai berikut.
Ascaris lumbricoidesCacing Ascaris dewasa hidup di dalam usus halus manusia dan menyerap zat-zat makanan dari usus tersebut. Cacing ini dapat keluar dari tubuh bersama feses. Apabila orang tersebut sakit panas maka cacing yang tidak tahan berada dalam usus akan bergerak ke kerongkongan kemudian keluar melalui mulut atau jidung penderita.
Ukuran cacing jantan biasanya lebih kecil dengan ekor membentuk kait atau bengkok, sedangkan cacing betina lebih besar dengan ekor lurus. Daur ulang hidup ini cacing dapat dilihat pada gambar berikut.
Siklus Hidup Ascaris(sumber : dpd.cdc.gov
Ancylostoma duodenaleUmumnya, cacing Ancylostoma disebut cacing tambang karena penderita cacing ini biasanya orang-orang yang bekerja di pertambangan. Cacing ini dapat masuk ke tubuh manusia melalui kulit kaki. Ancylostoma biasanya hidup di dalam usus manusia. Dengan kait yang ada pada ekornya, cacing ini dapat mencengkeram dinding usus kemudian mengisap darah penderita. Daur hidup cacing ini dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Siklus Hidup Ancylostoma(sumber : zonapeckatrica.com)
Enterobius vermicularisCacing ini dikenal dengan cacing kremi. Cacing ini dapat menyebabkan rasa gatal di sekitar dubur, terutama pada anak-anak. Cacing ini dapat menyebabkan rasa gatal karena cacing betina biasanya bertelur di sekitar dubur, dan pada waktu bertelur cacing betina mengeluarkan zat yang dapat mengakibatkan rasa gatal sehingga penderita akan menggaruknya. Akibatnya, telur cacing dapat menempel pada kuku penderita sehingga bila penderita makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu maka telur cacing ini akan ikut tertelan. Di usus, telur akan menetas kemudian menjadi dewasa.
Jadi, cacing ini dapat menular secara autoinfeksi. Selain itu, cacing ini juga dapat menular melalui makanan yang tidak dibungkus sehingga tercemar cacing.
Trichinella spiralisCacing Trichinella biasanya hidup di usus manusia dan karnivora lainnya. Di dalam usus, cacing betina dewasa menghasilkan larva yang dapat menembus dinding usus sehingga masuk ke aliran darah. Di dalam aliran darah, cacing kemudian menuju otot. Di otot larva membentuk sista dan dapat melanjutkan daur hidupnya bila otot termakan hewan atau manusia. Penyakit yang disebabkan oleh cacing ini disebut trichinosis. Daur hidup Trichinella secara lengkap dapat dilihat pada gambar berikut.
Siklus Hidup Trivhinella(sumber : foodsafetyindia.nic.in)
Wuchereria bancrofti (cacing filaria)Cacing ini disebut filaria karena tubuhnya berbentuk gilig dan mirip benang. Cacing filaria hidupnya di dalam pembuluh getah bening atau pembuluh limfa di kaki. Cacing ini dapat menyumbat pembuluh limfe sehingga menyebabkan pembengkakan pada kaki dan kaki menjadi besar seperti kaki gajah. Oleh karena itu, penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria sering disebut dengan penyakit kaki gajah atauelephantiasis.
Penderita Penyakit Kaki Gajah(sumber : viaranicute.blogspot.com)
Selain cacing-cacing yang bersifat parasit, ternyata nematoda juga memiliki anggota yang memiliki peran penting pada proses pembusukan dan daur ulang nutrien. Cacing ini umumnya
hidup di tanah yang lembab dan di dalam bahan organik yang membusuk di dasar danau atau lautan. Contohnya, Caenorhabitis elegans yang telah dibudidayakan secara luas dan merupakan organisme untuk riset.
Filum Platyhelminthes (Cacing Gilig)
KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI PHYLLUM ANNELIDA
Annelida termasuk dalam anggota vermes dengan tubuh yang sudah dapat
dikategorikan dalam triploblastik selomata. Annelida berasal dari kata Latin 'anellus',
yang berarti cincin kecil, mengacu pada kehadiran segmen seperti cincin. Annelida
merupakan cacing berbentuk panjang dan silindris. Annelida memiliki tubuh bersegmen
(metameri), dengan setiap segmen mempunyai organ tubuh (sistem pencernaan, otot,
pembuluh darah, alat reproduksinya hermaprodit, sedangkan alat gerak dengan chetae,
dengan sepasang alat eksksresi (nefridium) yang saling berhubungan dan terkoordinasi.
A. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan terdiri atas mulut, pharynx muscular, esophagus,
proventrikulus untuk menyimpan makanan, ventrikulus untuk pencernaan, intestinum,
dan berakhir pada anus di posterior.
B. Sistem Kardiovaskuler
Sistem peredaran darah bersifat tertutup. Darah dari aorta dorsalis mengalir
menuju jantung, kemudian menuju aorta ventralis. Pertukaran gas terjadi di kapiler-
kapiler kulit, dari kapiler tersebut selanjutnya darah bergerak menuju ke pembuluh darah
sub neural. Aliran darah dalam truncus subneuralis bergerak ke arah posterior kemudian
menuju ke arah dorsal menuju aorta dorsalis.
C. Sistem Respirasi
Pertukaran gas berlangsung melalui kulit. Kulit tersebut mendukung respirasi
karena bersifat lembab, tipis, dan banyak mengandung kapiler-kapiler darah.
D. Sistem Reproduksi
E. Sistem Ekskresi
Setiap segmen badan mengandung seperangkat sistem ekskresi berupa
nephridia. Setiap nephridium terdiri atas struktur berbentuk corong dan bersilia yang
disebut nephrostoma dan saluran berkelok-kelok. Jika silia bergetar, akan timbul aliran
cairan keluar dari coelom menuju duktus ekskretorius, kemudian keluar melalui
nephridiophore. Cairan tersebut mengandung sisa-sisa metabolism dari coelom.
Tubuh bersegmen-segmen dengan warna bagian ventral yang lebih pucat.
Mulut terdapat di ujung anterior (disebut sebagai prostomium). Tubuhnya simetris
bilateral, berlapis kutikula. Sistem pencernaan sempurna (memiliki anus). Sistem
sarafnya tangga tali, dan sistem peredaran darah tertutup.
Annelida terdiri atas 3 kelas utama, yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan
Hirudinea. Ciri-ciri dan contohnya dapat dilihat pada di bawah ini.
Tabel Pembagian kelas dari Filum Annelida
Kelas Polychaeta
(memiliki banyak seta
Kelas Oligochaeta
(memiliki sedikit seta)
Kelas Hirudinae
(tidak memiliki seta)
Kepala terdiri atas
prostomium dan
peristomium.
Segmen memiliki parapodia
(kaki dengan seta banyak).
Alat pencernaan (mulut,
faring, oesofagus, usus, dan
anus).
Terdapat selom dan
nefridium (untuk ekskresi).
Peredaran darah terdiri dari
Kepala dengan prostomium
dan peristomium.
Tubuh silindris panjang,
bersegmen-segmen.
Segmen 14-16 membengkak
disebut klitelum, berfungsi
membentuk lendir pelindung
telur.
Dinding tubuh terdiri dari
epidermis yang diselaputi
kutikula, otot melingkar, dan
Tubuh pipih, tidak ada seta
dan parapodia.
Mempunyai alat hisap.
Respirasi secara difusi.
Ekskresi dengan 17 pasang
nefridium.
Gonad bersifat hermaprodit.
Makanan berupa cacing,
larva serangga, invertebrate,
dan darah vertebrata.
Contoh-contohnya:
pembuluh dorsal, ventral dan
lateral.
Contoh-contohnya:
Arenicola,
Eunice viridis (palolo), dapat
dimakan.
Lysidice oele (wawo), dapat
dimakan.
Nereis virens (cacing pasir).
Odontocilic (cacing api)
otot memanjang.
Segmen tubuh dipisahkan
oleh septum (sekat),
Eksresinya dengan
nefridium.
Respirasi secara difusi
melalui permukaan kulit.
Alat pencernaan
(peristomium, faring,
oesofagus, crop, gizzard,
usus, anus).
Habitatnya didalam tanah
yang lembab.
Contoh-contohnya:
Lumbricus terestis (cacing
tanah).
Perichaeta musica (cacing
tanah).
Phertima sp (cacing tanah).
Tubifex (bioindikator, di
selokan).
Acanthobdella sp
(parasit ikan salem).
Haemodipsa zeylanice
(pacet, darat).
Hirudo medicinalis (lintah,
air).
Hirudinaria javanica (lintah
kuning).
Kelas Polychaeta
Polychaeta, dalam bahasa Yunani “poly” berarti banyak, “chaetae” = rambut kaku,
merupakan Annelida berambut banyak. Anggota kelas polychaeta dikenal dengan sebutan
umum cacing laut, cacing sikat, cacing ruas
Ciri-ciri Morfologi
Seluruh permukaan tubuh polychaeta mengandung rambut-rambut kaku atau setae
yang dilapisikutikula sehingga licin dan kaku. Panjang tubuh umumnya kurang dari 10 cm
dengan garis tengah 2-10 mm.Warna tubuhnya banyak yang menarik (merah, merah muda, hijau ataupun kombinasi warna-warna). Metamerisme pada umumnya sempurna, dengan tiap segmen silindris identik, kecuali bagian kepala dan ekor. Dibagian anterior terdapat kepala yang sempurna, disebut prostomium. Pada kepala terdapat mata, antena, sepasang palpus dan mulut di bagian ventral.
Gambar 1. A. Polychaeta dengan parapodia B. Polychaeta dengan bagian tubuh.
Ciri-ciri Anatomi dan Fisiologi
Gambar 2. Struktur Anatomi Lubricus terrestris
Sistem Gerak
Setiap segmen tubuh polychaeta dilengkapi dengan sepasang alat gerak atau alat
berenang yang disebut parapodia. Alat ini pun berperan sebagai alat pernafasan. Setae berupa
berkas, biasanya ada dua berkas: notosetae (di bagian dorsal) dan neurosetae (di bagian
ventral); parapodia menonjol, tipenya bernacam-macam (biramus, uniramus), kadang-kadang
tereduksi; prostomium pada umumnya berkembang baik, mempunyai mata dan tentakel,
namun sangat termodifikasi pada hewan sedentaria. Pergerakan disebabkan oleh perpaduan
gerak antar parapodia, otot dinding tubuh dan cairan rongga tubuh. Gerak undulating
mengakibatkan cacing dapat menjalar dan berenang dengan cepat. Kebanyakan Polychaeta
hidup di laut serta memiliki parapodia dan setae. Setae adalah bulu-bulu yang melekat pada
parapodia, yang membantu polychaeta melekat pada substrat dan juga membantu mereka
bergerak.
Sistem Respirasi
Parapodia adalah kaki seperti dayung (sirip) digunakan untuk berenang sekaligus
bertindak sebagai alat pernafasan. Polychaeta bernafas dengan insang ketika di perairan,
namun pertukaran gas via permukaan tubuh juga terjadi secara difusi. Beberapa jenis tiap ruas
terdapat insang, kecuali ujung anterior & posterior. Pada Polychaeta mengalami modifikasi,
jumlah & letak insang terbatas pada ruas tertentu.
Sistem Pencernaan
Sistem Pencernaan Polychaeta, terdapat ruas pada anterior yang mengandung mulut
disebut peristomium. ruas terakhir atau pigidium mengandung anus. Sistem pencernaan terdiri
atas beberapa tipe yaitu :
1.) Raptorial feeder: avertebrata kecil ditangkap dengan pharink/probosis yang dijulurkan,
terdapat rahang kitin
2.) Deposit feeder: menelan pasir & lumpur dalam lorong; bahan organik dicerna & partikel
mineral dikeluarkan via anus, atau melalui tentakel cilia yang berlendir.
3.) Filter feeder: tidak punya probosis tutup kepala dilengkapi radiola untuk menyaring detritus
& plankton.
Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi belum sempurna, dan masih menggunakan organ-organ khusus
sebagai alat ekskresi. Polychaeta tidak mempunyai pembuluh darah berupa protonefridia
solenosit, namun mempunyai pembuluh darah berupa metanefridia. Alat ekskresi terdiri dari
nefrostom yaitu corong bersilia, nefridial kanal yaitu pembuluh ekskresi, nefridiophor yaitu
lubang ekskresi, bermuara pada neuropodium. Nefridia juga berfungsi sebagai alat
osmoregulasi.
Sistem Saraf
Sistem saraf Polychaeta berupa sistem saraf tangga tali. Alat indera utama terdiri dari
mata, “nuchal organ” dan statocyst. Mata berkembang baik (errantia), bintik mata/tidak ada
(sedentaria) dan berfungsi sebagai fotoreseptor.
Nuchal organ berfungsi sebagai kemoreseptor untuk mendeteksi makanan. Sel peraba
terdapat diseluruh tubuh, terutama parapodia dan kepala.
Sistem Reproduksi
Sistem reproduksi dari Polychaeta terdiri dari reproduksi seksual dan reproduksi
aseksual.
1.) Reproduksi Seksual Polychaeta yaitu secara diocious dan monocious. Seksual via fertilisasi
eksterna (ovum dan sperma di lepas di air). Feritilisasi dari zigot → trokofor → juvenile.
Pembuahannya dilakukan di luar tubuh. Telur yang telah dibuahi tumbuh menjadi larva yang
disebut trakofora, yang kemudian menjadi juvenile.
2.) Reproduksi Aseksual Polychaeta biasanya dengan cara membelah diri. Pada Cirratulidae,
Sabellidae, Spionidae & Syllidae (Tunas/Budding) dari parapodia. bagian tubuh menjadi dua
bagian. Dalam reproduksi aseksual Polychaeta dikenal Epitoksi yaitu pembentukan individu
reproduktif yang merupakan fenomena reproduksi khas polychaeta, hewan tampak jadi dua
bagian.
Habitat
Habitatnya di lautan, Polychaeta hidup dalam pasir atau menggali batu-batuan di
daerah pasang surut air laut ataupun membentuk tabung. Cara hidupnya yang bersembunyi
menyebabkan mereka luput dari pengamatan biasa.
Polychaeta dibagi dalam dua Ordo : Erratia dan Sedentaria. Penggolongan itu di
dasarkan perkembangan anterior dan cara hidup hewan dari masing-masing kelompok.
Ordo Sedentaria, segmen tubuh & parapodium tidak sama; faring tidak punya rahang,
bersembunyi dalam lumpur / hidup dalam tabung di lumpur; parapodia dan organ saraf
mereduksi; bentuk kepala mengalami berbagai modifikasi sesuai fungsinya sebagai ciliary
feeder.
Famili 1 Sabella (cacing kipas), struktur dikepala seperti bulu yang disebut radiola.
Famili 2 Chaetopterus, hidup dalam tabung berbentuk huruf U; notopodium mengsekresi
kantong lendir yang menjaring makanan dari air. Kantong secara periodik akan masuk ke
dalam mulut ventral suckers.
Famili 3 Arenicola, hidup dalam tabung berbentuk huruf J.
Ordo Errantia, segmen tubuh sama dari kepala hingga ekor; parapodia sama dari depan
hingga belakang; pelagis; merayap; lubang organ indera berkembang baik.
Famili 1 Tomopteris, berenang bebas dan bioluminescen.
Contoh polychaeta yang terkenal:
1) Sabellastarte indica (cacing kipas)
2) Marphysa sanguinea
3) Eunice viridis (cacing wawo)
4) Lysidice oele (cacing palolo)
5) Nereis virens (kelabang laut)Cacing kerang, seperti Nereis adalah pemangsa yang aktif. Banyak yang memiliki kepala yang berkembang baik, dengan rahang bagus, mata dan organ peraba lainnya.
Gambar 3. Nereis virens
Kelas Oligochaeta
Oligochaeta (dalam bahasa Yunani, oligo = sedikit, chaetae = rambut kaku) yang
merupakan annelida berambut sedikit.
Ciri-ciri Morfologi
Cacing ini memiliki sedikit setae pada tubuhnya, segmen pada tubuhnya mencapai
200 segmen, panjang tubuh mulai 1cm- 3 m, kulit dilapisi kutikula. Setae tidak membentuk
berkas, tunggal dan membentuk rangkaian tertentu, tidak memiliki parapodia, jarang
mempunyai insang (kecuali yang akuatik),prostomium kecil, berbentuk kerucut, tanpa mata
atupun tentakel, organ reproduksi hermafrodit (pembuahan silang), susunan gonad dan
saluran-saluran reproduksi khas, metamerisme terbatas, sejumlah segmen membentuk
clitellum untuk menyekresikan cocoon.
Ciri-ciri Anatomi dan Fisiologi
Sistem Respirasi
Kelas Oligochaeta tidak memiliki parapodia seperti pada kelas polychaeta,
pernapasannya dilakukan melalui seluruh permukaan tubuhnya. Itu sebabnya mengapa tubuh
kelompok cacing ini berlendir. Tubuh cacing tanah tertutup oleh selaput bening dan tipis yang
disebut kutikula. Kutikula ini selalu lembap dan basah. Melalui selaput inilah cacing
bernapas. Kutikula menyebabkan udara di dalam tanah dapat masuk ke pembuluh darah
cacing. Setelah masuk ke pembuluh darah, udara tersebut diedarkan ke seluruh tubuh. Tetapi
ada juga Oligochaeta yang bernafas dengan menggunakan insang, yakni
kelas Oligochaeta yang hidup akuatik.
3.2.2.2 Sistem Pencernaan
Kelas Oligochaeta memiliki sistem pencernaan yang lengkap mulai dari rongga
mulut terletak pada ruas 1 sampai dengan 3, pharinx terletak pada ruas ke 4 sampai dengan
6, oesophagus pada ruas ke 6 sampai dengan 14, crop (proventriculus) terdapat pada ruas 15
sampai dengan 16, Gizzard (ventriculus) berdinding tebal terletak pada ruas 17 sampai dengan
18, intestinum terletak pada ruas-ruas 19 dan berakhir pada anusyang terdapat disegmen
terakhir. Makanannya adalah sisa dedaunan. yang dikeluarkan oleh getah pencernaan secara
ekstrasel. Cacing tanah dapat mencerna senyawa organik tersebut menjadi molekul yang
sederhana yang dapat diserap oleh tubuhnya. Sisa pencernaan makanan dikeluarkan melalui
anus.
Sistem Ekskresi
Anelida dan moluska mempunyai organ nefridium yang disebut metanefridium. Pada
cacing tanah yang merupakan anggota annelida, setiap segmen dalam tubuhnya mengandung
sepasang metanefridium, kecuali pada tiga segmen pertama dan terakhir. Nephridia
menempati dua ruas berbatasan, saluran nephridium yang bersilia yang disebut nephrostome
pada ruas sebelah muka, sedang saluran lain-lainnya berbelit-belit pada ruas yang belakang.
Silia pada nephrostome menggiring cairan didalam coelom dan masuk ke saluran yang yang
membelit yang selanjutnya akan dibuang di muara pada permukaan tubuh.
Sistem saraf
Sistem saraf Oligochaeta terdiri dari ‘otak’ (ganglion cerebral), dua lobus di atas
faring, dua saraf penghubung disekitar faring menuju ke ganglia sub paringeal, tali saraf
ventral (sepanjang dasar selom ke arah somit anal) yang beberapa saraf menuju ke
prostomium & daerah mulut, dan tali saraf ventral dalam tiap somit mempunyai ganglion
membesar dan memberikan 3 pasang saraf lateral, serta tiap saraf lateral membentang
setengah somit terdiri dari serabut sensoris dan motoris. Sel perasa dilengkapi dengan dengan
rambut saraf yang menerobos kutikula sehingga bisa mencapai dunia luar. Alat perasa itu
peka terhadap sinar dan rangsangan lain.
Sistem Reproduksi
Cacing tanah bersifat hermafrodit, tetapi tidak melakukan pembuahan sendiri. Hal itu
karena, matangnya sel kelamin betina tidak sama waktunya dengan matangnya sel kelamin
jantan. Organ reproduksi betina terdapat di segmen ke 9 sampai ke 14 dan organ reproduksi
jantan terdapat di segmen ke 10 sampai ke 15. Di segmen ke 32 sampai ke 37
terdapat klitelum, yaitu penebalan epidermis sebagai penghasil lendir. Sewaktu sepasang
cacing berkopulasi maka akan keluar lendir yang akan membungkus kedua cacing dan
menjaga sperma dari kekeringan. Selubung (coccon) lendir tadi akan maju mundur di
sepanjang kedua tubuh cacing. Setelah itu, sel telur dari masing-masing cacing keluar dan
memasuki coccon. Jika melewati lubang kelamin jantan, telur-telur yang ada di
dalam coccon akan dibuahi oleh sperma dari cacing yang berlainan. Setelah selesai
pembuahan, coccon akan lepas ke arah depan. Sekarang di dalam coccon terdapat telur-telur
yang akan dibuahi dan kemudian tekur-telur tersebut akan menetas menjadi cacing.
Habitat
Sebagian besar cacing tanah hidup di tanah, tetapi beberapa lebih memilih lumpur di
sepanjang tepi badan segar atau asin air. Tergantung pada spesies, cacing tanah banyak hidup
di lapisan serasah daun atas, humus, atau di lapisan dalam tanah. Lainnya tinggal di tanah
yang menumpuk antara cabang-cabang pohon kanopi di hutan hujan tropis.Ordo 1. Lumbriculida, gonopore jantan dan testis terletak pada ruas yang sama. Contoh familiLumbriculus
Gambar 4. Lumbricus terrestris
Ordo 2. Moniligastrida, gonopore jantan terletak di belakang ruas yang mengandung
testis. Contoh familiMoniligaster
Ordo 3. Haplotaxida, gonopore jantan sedikit satu ruas di belakang ruas yang mengandung
testis. Contoh famili Limnodrillus, Chaetogaster.
Kelas Hirudinea
Hirudinea parasit hidup dengan mengisap darah inangnya, sedangkan Hirudinea bebas
hidup dengan memangsa invertebrata kecil seperti siput. Contoh Hirudinea parasit
adalah Haemadipsa (pacet) danHirudo (lintah). Saat merobek atau membuat lubang, lintah
mengeluarkan zat anestetik (penghilang sakit), sehingga korbannya tidak akan menyadari
adanya gigitan. Setelah ada lubang, lintah akan mengeluarkan zat anti pembekuan darah yaitu
hirudin.
Ciri-ciri Morfologi
Tubuh dilindungi oleh lapisan kutikula, tubuh relatif pipih, tubuh terdiri dari 34 segmen,
tidak mempunyai parapodia dan setae, mempunyai alat penghisap (sucker) di bagian anterior
maupun posterior. Sekalipun dikenal dengan nama umum lintah pengisap darah, bagian
terbesar di antaranya tidak hidup sebagai ektoparasit. Tubuhnya pipih. Ukuran panjangnya
dari 1-2cm atau 5cm, walau ada yang mencapai 12cm, bahkan 30cm (Haemanteria
ghiliani dari daerah Amazon). Metamerisme sudah sangat tereduksi: segmen-segmen ujung
anterior (biasanya kecil) dan posterior (lebih besar) termodifikasi manjadi alat penghisap yang
digunakan untuk menempel dan bergerak. Jumlah segmen tetap, yaitu 34, walau lapisan
cincin sekunder di luarnya (annuli) menyamarkan segmentasi primer tersebut. Clitellum
dibentuk segmen-segmen 9, 10 atau11.
Ciri-ciri Anatomi dan Fisiologi
Sistem Gerak
Sistem Gerak Hirudinae, jika didarat bergerak dengan cara melekukkan badan, serta
melekat dengan sucker namun jika diair berenang dengan cara menggelombangkan badan.
Sistem Respirasi
Sistem respirasi Hirudinae, jika didarat menggunakan anyaman kapiler di bawah
epidermis yang terdapat pada kulit, namun jika diair Hirudinae dengan menggunakan insang,
contoh Piscicolidae.
Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan terdiri dari mulut, faring, tembolok, lambung, rektum, anus.
Anus terletak pada bagian dorsal. Proses pencernaan penghisap anterior terdapat mulut
menuju faring kemudian tembolok dlanjutkan keusus keluar pada anus dan kembali ke
penghisap posterior.
Pada faring, otot yang dilengkapi rahang bergigi atau probocis berotot. Di
kerongkongan tempat isapannya terdapat tiga rahang yang berbentuk seperti setengah gergaji
yang dihiasi sampai 100 gigi kecil. Dalam waktu 30 menit lintah bisa menyedot darah
sebanyak 15 ml – kuota yang cukup untuk hidupnya selama setengah tahun. Air ludahnya pun
mengandung zat aktif yang sekurang-kurangnya berisi 15 unsur. Contohnya, zat putih telur
hirudin yang bermanfaat untuk mengencerkan darah, dan mengandung penisilin.
Lintah hidup sebagai pemakan bangkai/predator, parasit. Predator makan larva, keong,
serangga, cacing. 75% penghisap darah, melekat/nempel pada permukaan tubuh vertebrata
(ikan-manusia). Darah dihisap oleh faring otot & menampung dalam tembolok. Enzim saliva
(hirudin) mencegah koagulasi darah. Dalam 1 kali makan, lintah mengisap darah 10 kali berat
tubuhnya.
Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi Hirudinae terdapat organ khusus yaitu nephridia yang di bagian
tubuhn terdapat 10-17 pasang nephridia. Sistem ekskresi sama dengan Annelida pada
umumnya, dan zat yang diekskresikan berupa ammonia.
Sistem Saraf
Sistem saraf Hirudinae terdiri atas ruas 5 dan 6 terdapat lingkar saraf ganglia “otak”.
Alat indera berupa mata yang berfungsi sebagai fotoreseptor dan papilla serta sensila yang
berupa tonjolan kecil pada epidermis yang berfungsi sebagai alat peraba dan perasa.
Sistem Reproduksi
Sistem reproduksi Hirudinae berjenis monocious. Alat kelamin jantan terdiri atas 4-12
pasang testis dan 1 pasang ductus spermaticus. Alat kelamin betina yang terdiri atas 2
ovarium dan oviduct yang berhubungan dengan kelenjar albumin dan vagina di median yang
bermuara di belakang porus genitalia jantan. Dalam fertilisasi tidak ada tingkat larva. Lintah
membentuk kokon yang mengandung telur yang telah dibuahi dan kokon akan diletakkan
dalam air atau tanah.
Habitat
Hirudinae berhabitat air tawar, hidup di rawa-rawa, kolam, ataupun
sungai. Hirudinea adalah hewan ektoparasit pada permukaan tubuh inang.
Kelas Hirudinae, terbagi atas beberapa ordo yaitu sebagai beikut :
Ordo 1. Acanthobdellia, mempunyai setae; hanya satu marga yang ada, ditemukan di
Finlandia dan Rusia, tidak punya alat isap pada anterior, pada segmen 2-4 terdapat dua
pasang setae tiap ruas. Contoh familiAcanthobdella
Ordo 2. Gnathobdellia, punya alat isap anterior dan posterior; lintah bergigi tiga buah (walau
kadang-kadang tereduksi); mulut lebar, hampir menyatu denga bibir batil isap oral; biasanya
barmata 5 pasang; punya 3 buah rahang, pharink tidak dapat dijulurkan. Contoh
famili Haemadipsa, dan contoh spesies Hirudo medicinalis.
Filum Mollusca
Karakteristik filum Molluscaa. Merupakan hewan triploblastik selomata.b. Struktur tubuhnya simetri bilateral.c. Memiliki sistem syaraf berupa cincin syaraf.d. Organ ekskresi berupa nefridia.e. Memiliki radula (lidah bergigi).Yang terdiri dari deretan struktur kompak berasal
dari protein dan khitin.f. Hidup secara heterotrof.g. Reproduksi secara seksual.h. Tubuh lunak tidak bersegmen-segmen.i. Keberadaan jaringan mantel (mantle tissues) dan ruang mantel (mantle
cavity).Pada kelas tertentu jaringan mantel berfungsi sekretif menghasilkan struktur protektif berupa cangkang baik internal maupun eksternal.
j. Rongga mantel terdapat struktur pwrnafasan tipikal untuk Mollusca yang dikenal sebagai ctenidia.
k. Mollusca dapat hidup di darat, air tawar atau asin.l. Pada permukaan epithelium dijumpai glandula mukosa dan ujung saraf sensori.m. Tubuh terdiri dari kaki, massa viseral, dan mantel.
Ciri tubuh Mollusca, Molusca terdiri dari tiga bagian utama yaitu
1. KakiKaki merupakan perpanjangan/penjuluran dari bagian Ventral tubuh yang berotot.
Kaki berfungsi untuk bergerak. Pada sebagian mollusca kaki telah termodifikasi menjadi tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa.
2. Massa ViseralMassa viseral adalah bagian tubuh yang lunak dari mollusca. Di dalam massa viseral
terdapat organ-organ seperti organ pencernaan, ekskresi, dan reproduksi. Massa viseral dilindungi oleh mantel.
3. MantelMantel adalah jaringan tebal yang melindungi massa viseral. Mantel membentuk suatu
rongga yang disebut rongga mantel. Di dalam rongga mantel berisi cairan. Cairan tersebut adalah tempat lubang insang, lubang ekskresi dan anus.
2. System pada filum Mollusca.
A. System SarafSitem syaraf Mollusca terdiri dari cincin syaraf. Sistem syaraf ini mengelilingi
esofagus dengan serabut saraf yang menyebar. Indera sensoris juga sangat berkembang dan dilengkapi dengan dua stasista dan alat pembau.Sistem saraf pusat Mollusca secara khas terdiri dari sebuah cincin saraf. Sistem saraf terdiri atas tiga pasang ganglion yaitu ganglion cerebral, ganglion visceral dan ganglion pedal yang ketiganya dihubungkan oleh tali-tali saraf longitudinal.. Mollusca memiliki sepasang atau
lebih nephridia yang berperan memindahkan kelebihan air, ion-ion dan sisa metabolisme serta cairan coelom ke rongga mantel untuk disekresikan.
B. System sirkulasiSystem peredaran darah tertutup yaitu darah dapat mengangkut oksigen dan hasil
metabolisme serta oksigen.Sistem sirkulasi Mollusca terdiri atas jantung dan pembuluh darah. Umumnya di dalam darah terdapat pigmen yang mengandung tembaga (hemocyanin) berfungsi mengangkut oksigen. Jantung terdapat di dalam pericardium.
C. System DigestiSistem pencernaan mollusca sudah terbilang lengkap terdiri dari mulut, esofagus,
lambung, usus, dan anus. Mollusca juga memiliki lidah bergerigi yang berfungsi untuk melumatkan makanan. Lidah bergerigi itu disebut radula. Anusnya terbuka ke rongga mantelanus tersebut terletak di bagian anterior tubuh. Kelenjar pencernaan telah berkembang baik.
D. System ReproduksiMollusca bereproduksi secara seksual, pada umumnya organ reproduksi jantan dan
betina terpisah pada individu lain (gonokoris). Namun, meski begitu jenis Mollusca tertentu ada yang bersifat Hermafrodit. Fertilisasi dilakukan secara internal ataupun eksternal sehingga menghasilkan telur. Telur tersebut berkembang menjadi larva dan pada akhirnya akan menjadi mollusca dewasa.Moluska ada yang bersifat diesis dan ada pula yang monoensis.
3. Tahap perkembangan larva pada Mollusca.Daur Hidup Siput dibagi menjadi 4 tahap, sebagai berikut
a. Masa BertelurSiput jantan dan betina yang sudah dewasa dan kelaminnya akan saling mencari, dan ketika akan ketemu maka akan terjadi perkawinan. Siput jantan akan membuahi sel-sel telur yang tedapat didalam tubuh induk betina. Kemudian induk betina akan bertelur dan menepatkannya di tepi kolam, tonggak kayu, daun-daunan, atau tempat lainnya.Telur-telurnya yang berwarna merah muda seperti buah murbei, dan menggumpal. Ketika di keluarkan telur-telur tersebut masih lunak dan bersaput lendir tetapi dalam beberapa waktu kemudian telur-telur tersebut mongering dan mengeras . setelah mengeras, telur-telur tersebut merekat erat pada substratnya.Telur akan menetas dalam jangka waktu satu hingga dua minggu sejak di keluarkan. Ketika menetas anak-anak siput yang masih kecil akan langsung jatuh ke dalam air, pada fase ini sebenarnya kondisi siput dalam keadaan lemah. Selai belum bisa mencari makanan, meraka juga belum dapat berpindah tempat sendiri dan juga sangat mudah untuk di mangsa oleh binatang yang lain. Meskipun secara fisik belum bisa berpindah tempat sendiri tapi fase itulah siput bisa menyebar ke berbagai wilayah dengan cepat dalam jumlah yang banyak.
b. Masa Pertumbuhan Awal.Setelah menetas siput-siput muda akan menyebar terbawa oleh air atau berjalan sendiri. Masa ini adalah masa yang paling sulit untuk mengendalikannya. Meskipun kehadirannya di sawah belum begitu membahayakan, namun wujudnya yang kecil dan sulit di temukan akan menimbulkan bahaya yang besar ketika mereka sudah beranjak dewasa.Pengendalian pada masa pertumbuhan awal biasanya hanya akan efektif dengan menggunakan bahan kimia karena dengan cara mekanis terlalu sulit. Tetapi bisa di pasang saringan pada pintu pemasukan untuk menghambat laju penyebarannya. Masa pertumbuhan awal pada umumnya berkisar antara 15-25 hari.
c. Masa Pertumbuhan Lanjut.
Masa petumbuhan laju adalah masa tahap berikutnya, yaitu proses pertumbuhan siput dari muda manjadi dewasa. Pada fase ini serangan siput di sawah sudah cukup meresahkan, kerana selain sangat rakus, dalam waktu yang tidak begitu lama mereka akan melakukan perkawinan.Pengendalian siput pada masa pertumbuhan lanjut biasanya cukup efektif dengan menggunakan jebakan, atau secara mekanis. Persemian yang dipagar dengan plastic juga mampu menahan mereka untuk tidak mnyusup ke areal pertanian. Pada umumnya masa pertumbuhan lanjut berlangsung dalam waktu 26-59 hari.
d. Cara Penyebaran SiputSetelah mengetahui siklus hidup siput secar lengkap, hal lain yang perlu diketahui adalah cara penyebaran mereka. Adapun cara penyebaran siput antara lain adalah
I. Berjalan.Cara umum yang dilakukan siput untuk berpindah dari satu tempat ke tampat yang lainnya adalah dengan cara berjalan, pada umumnya mereka bergerak aktif pada malam hari. Dengan gerakannya yang lambat, memang siput ini tidak akan jauh berpindah tempat.
II. Mengikuti Aliran AirCara bergerak siput yang paling menghawatirkan adalah dengan mengikuti aliran air. Dengan cara ini siput akan lebih cepat menyebar karena didorong oleh arus air yang kuat.Lingkungan Hidup Yang Disukai SiputSiput menyukai lingkungan yang jernih, mereka bisa hidup pada kisaran suhu air antara 10o-35o C. ini berarti siput sangat potensial menyerang persawahan baik yang barada di daerah pegunungan maupun pantai. Oleh karena itu, jenis siput dengan mudah dapat berkembang biak disawah, waduk, rawa, dan genagan air lainnya.
4. Tahap perkembangan cangkang pada Mollusca.
Cangkang pada gastropoda dihasilkan oleh jaringan yang dikenal sebagai jaringan mantel (mantle) pada bagian tubuh lunaknya.Cangkang Gastropoda terdiri atas tiga lapis, yaitu urut dair luar ke dalam sebagai berikut
a. PeriostrakumMerupakan lapisan tipis dan gelap yang tersusun atas zat tanduk yang dihasilkan oleh tepi mantel sehingga sering disebut lapisan tanduk, fungsinya untuk melindungi lapisan yang ada di sebelah dalamnya dan lapisan ini berguna untuk melindungi cangkang dari asam karbonat dalam air serta memberi warna cangkang..
b. PrismaticMerupakan lapisan tengah yang tibis dan terdiri atas kristal-kristal kalsium karbonat berbentuk prisma berasal dari materi organik yag dihasilkan oleh tepi mantel.
c. NakreasMerupakan lapisan terdalam yang tersusun atas kristal-kristal halus kalsium karbonat merupakan lapisan mutiara yang dihasilkan oleh seluruh permukaan mantel. Di lapisan ini, materi organik yang ada lebih banyak daripada di lapisan prismatic. Lapisan ini tampak berkilauan dan banyak terdapat pada tiram atau kerang mutiara. Jika terkena sinar, mampu mamancarkan keragaman warna. Lapisan ini sering disebut sebagai lapisan mutiara.
Cangkang tersebut bersifat memilin ke kanan (dexter) atau ke kiri (sinister). Masing-masing bagian cangkang tersebut mempunyai morfologi yang bervariasi pada tingkat jenis dan kategorinya sehingga dapat dipergunakab sebagai karate untuk mengidentifikasi Gastropoda. Pada katagori Famili misalnya, bentuk morfologi cangkang dapat dipergunakan untuk melakukan identifikasi gastropoda menuju familia tertentu.
5. Mekanisme terbentuknya mutiara.Jika ada benda asing yang ada diluar tubuh, seperti butiran pasir atau suatu parasit, yang secara tak sengaja masuk ke dalam cangkang maka akan disimpan dalam suatu kantung kecil dalam mantel. Dimantel banyak disekresikan nacreas oleh lapisan epitelium kantung tersebut. Sedikit demi sedikit nacreas melapisi partikel /benda asing tersebut. Dalam waktu 4 tahun partikel dan lapisan nacreas itu telah menjadi mutiara.Secara teoritis, Elisabeth Strack (buku Pearls tahun 2006) mendeskripsikan terbentuknya mutiara alami terbagi atas dua bagian besar, terbentuk akibat irritant dan masuknya partikel padat dalam mantel mollusca.
b. Teory irritantTeori ini menyatakan bahwa pada suatu saat bagian ujung mantel sang kerang dimakan oleh ikan, hal ini dimungkinkan karena kerang akan membuka cangkang dan menjulurkan bagian mantelnya untuk menyerap makanan. Saat mantelnya putus, bagian remah epitihelium masuk ke dalam rongga mantel.Teory irritant juga mengungkapkan bahwa mutiara terbentuk akibat masuknya cacing yang biasanya menempati mollusca pada masa perkembangannya kemudian berpindah ke organisme lain. Cacing ini merusak dan memasuki rongga mantel. Cacing ini tanpa sengaja membawa bagian epithelium yang ada di permukaan mantel bersamanya. Bila cacing mati dalam rongga mantel, maka cacing ini akan dibungkus oleh epithelium, membentuk kantung mutiara dan akhirnya terbentuklah mutiara. Kalaupun cacing itu bisa melepaskan diri, maka epithelium yang tinggal dalam rongga mantellah yang akan membentuk mutiara setelah sebelumnya membentuk kantung mutiara.
c. Teori yang kedua adalah masuknya partikel padat ke dalam rongga mantel.Partikel padat bisa saja terperangkap di dalam tubuh kerang akibat dorongan air. Saat kerang ini tidak bisa mengeluarkannya, partikel inipun bisa saja masuk ke rongga mantel. Saat dia masuk, epithelium juga ikut bersamanya. Epithelium ini akhirnya membungkus partikel padat sehingga terbentuklah kantung mutiara. Kantung mutiara ini akhirnya akan mendeposisikan nacre ke partikel padat tersebut. Namun demikian sejauh ini belum ada bukti ilmiah yang mendukung teori masuknya pasir ke dalam mantel kerang mutiara walaupun teori ini dipahami sejak lama. Dari beberapa mutiara alami yang dibedah, menunjukkan bahwa bagian inti mutiaranya bukanlah partikel padat.
Dari kedua teori tersebut dapat diambil kesimpulan, mutiara terbentuk karena adanya bagian epithelium mantel yang masuk ke dalam rongga mantel tersebut. Bagian epithelium mantel ini bertugas mengeluarkan atau mendeposisikan nacre pada bagian dalam cangkang kerang disamping membentuk keseluruhan cangkang.
Klasifikasi Kelas Mollusca
1. Class Gastropoda
Kelas Gastopoda dapat dijumpai dalam berbagai tipe habitat meliputi laut asin pada berbagai
kedalaman, estuari, sungai, danau, gurun dan pepohonan. Berdasarkan organ respirasi dan
letak organ respirasi tersebut, Gastropoda diklasifikasikan ke dalam 3 kategori subkelas yaitu
Prossobrachia,Ophistobranchia, dan Pulmonata.
a. Stuktur Tubuh
Gastropoda (dalam bahasa latin, gaster = perut, podos = kaki) adalah kelompok hewan
yang menggunakan perut sebagai alat gerak atau kakinya. Misalnya, siput air (Lymnaea sp.),
remis (Corbicula javanica), dan bekicot (Achatia fulica). Hewan ini memiliki ciri khas
berkaki lebar dan pipih pada bagian ventrel tubuhnya. Gastropoda bergerak lambat
menggunakan kakinya. Gastropoda darat terdiri dari sepasang tentakel panjang dan sepasang
tentakel pendek. Pada ujung tentakel panjang terdapat mata yang berfungsi untuk mengetahui
gelap dan terang. Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai alat peraba dan pembau.
Karakteristik kelas Gastropoda yang paling khas adalah suatu proses yang dikenal
sebagai torsi (torsion). Selama perkembangan embrionik, suatu otot asimetris terbentuk, dan
satu sisi dari massa viseral tumbuh lebih cepat bila dibandingkan dengan yang lain. Kontraksi
otot itu dan pertumbuhan yang tidak merata tersebut menyebabkan massa viseral berotasi
sampai 180 derajat, sedemikian rupa sehingga anus dan rongga mantel di tempatkan di atas
kepala pada hewan dewasa. Beberapa ahli zoologi berspekulasi bahwa keuntungan dari torsi
adalah untuk menempatkan massa viseral dan cangkang yang berat lebih ketengah pada tubuh
keong itu.
Sebagian besar Gastropoda terlindung dalam cangkang tunggal berbentuk spiral tempat
hewan itu dapat masuk menarik ketika ada ancaman. Cangkang tersebut sering kali berbentuk
kerucut, tetapi abalon dan limpet memiliki cangkang yang agak pipih. Sebagaimana tipikal
cangkang Molusca, cangkang Gastropoda tersusun atas 3 lapisan, yaitu :
a. Periostrakum adalah lapisan terluar dari zat kitin yang berfungsi sebagai pelindung,
bersifat organic. Biasanya laopisan tersebut licin dan mengkilat.
b. Lapisan prismatik, tersusun dari kristal-kristal kapur yang berbentuk prisma.
c. Lapisan nakreas atau sering disebut lapisan induk mutiara, tersusun dari lapisan
kalsit (karbonat) yang tipis dan paralel.
Banyak gastropoda memiliki kepala dan mata yang jelas pada ujung tentakel. Gastropoda
merangkak setapak demi setapak dengan perlahan dengan gerakan seperti riak dari kaki yang
memanjang. Sebagian besar gastropoda menggunakan radulanya untuk merumput pada alga
atau tumbuhan. Namun demikian beberapa kelompok adalah pemangsa, dan radula
dimodifikasi untuk membor lubang pada cangkang mollusca lain atau untuk merobek jaringan
hewan yang kuat dan keras. Pada suatu kelompok, keong kerucut, geligi radula membentuk
anak panah beracun yang terpisah, yang dapat menembus mangsa, termasuk ikan.
Gastropoda merupakan salah satu dari beberapa kelompok invertebrata yang telah berhasil
menghuni daratan. Keong darat tidak memiliki insang yang khas pada sebagian besar
gastropoda akuatik, dan alih-alih menggunakan lapisan rongga mantel untuk berfungsi
sebagai paru-paru, yang mempertukarkan udara pernapasan dengan udara luar.
b. Sistem Rongga
sistem respirasi
hewan yag hidup diar berespirasi dengan insang, sedangkan yang hidup didarat berespirasi
dengan rongga mantel yang berfungsi sebagai paru-paru.
Sistem pencernaan makanan
Alat pencernaan meliputi rongga mulut, kerongkongan, kelenjar ludah, tembolok,
lambung kelenjar dan anus. Saluran pencernaan berbentuk huruf U. Makanan dipotong-
potong oleh rahang tanduk dan dikunyah oleh radula serta dibasahi oleh lendir dan kelenjar
tubuh. Kemudian makanan ditelan kekerongkongan dan berturut-turut menuju tembolok,
lambung dan dibuang lewat anus yang terdapat dikepala.
Sistem peredaran darah
Sistem peredaran darahnya terbuka dengan jantung dan saluran darah sebagai organ
transportasi. Darah (plasma dan butir darah) tak berwarna dan berfungsi mengedarkan
oksigen keseluruh tubuh serta mengatur sisa pembakaran. Jantung terdiri atas serabi dan bilik
yang dilindungi rongga perikardium.
Sistem ekskresi
Sistem ekskresi berupa nefridium yang terletak didekat jantung dan saluran ureter yang
terletak didekat anus.
Sistem syaraf
Susunan syaraf berupa ganglion yang bercabang diseluruh tubuh.
Sistem reproduksi
Pada Gastropoda ada hewan yang diesis dan ada yang monosis. Pada hewan monosis alat
kelamin jantan dan betina terdapat pada satu hewan, tetapi tidak dapat membuahi sendiri.
Untuk melakukan membuahan harus dilakukan pembuahan sendiri, untuk melakukan
membuahan didahului dengan kopulasi. Ovotesis menghasilkan sperma yang disalurkan
kevasa deperensia dan akhirnya masuk kevagina hewan lain dengan perantara penis yang
dapat dikeluarkan dari lubang genital. Ovotesis juga menghasilkan sel telur, sel telurdibawa
lewat saluran hermafroditus untuk mendapat albumin kemudian keuterus lalu keoviduk,
dioviduk sel telur dibuahi sperma hewan lain.
Subclases Prossobranchia
Prossobranchia merupakan subclases terbesar dlam Gastropoda yang hidup di perairan
laut, dengan beberapa jenis hidup di air tawar dan beberapa jenis diketahui bersifat terrestial.
Pada umumnya prossobranchia bersifat non parasitik dan mobil (beberapa jenis diketahui
bersifat parasit dan sesil).
Prossobranchia merupakan gastropoda yang dianggap paling primitif, pada akhirnya
akan menurunkan 2 subkelas yang lain. Kebanyakan spesies menunjukkan beberpa carácter
tipikal gastropoda yaitu cangkang yang sempurna, rongga mantel, osphradium dan gigi radula
yag berkembang baik. Cangkang pada taksa ini dilengkapi dengan operculum yang menutup
apertura pada cangkang.
Tipikal prossobranchia mempunyai insang yang dikenal sebagai ctenidium yang terdiri dari
serangkaian lembaran – lembaran triangular yang saling berdekatan. Insang tersebut berlokasi
didaerah anterior (penamaan prossobranchia diturunkan dari kata posso : daerah anterior /
depan dan branchia : insang). Gastropoda yang termasuk dalam sub kelas ini memiliki dua
buah insang yang terletak di anterior. Sistem syaraf membentuk angka delapan tentakel
berjumlah dua buah, cangkang umumnya tertutup oleh overkulum. Sub kelas ini dibagi lagi
kedalam tiga ordo yaitu:
1. Ordo Archeogastropoda, contoh: Trochus.
Ordo tersebut beranggotakan gastropoda yang dianggap mempunyai sifat – sifat
primitif yaitu jumlah organ yang selalu berpasangan, fertilisasi yang bersifat eksternal dan
banyaknya jumlah gigi pada radula. Anggota ordo tersebut mempunyai sifat reproduksi yang
unik yaitu membentuk larva trocophore dalam siklus reproduksinya.
Archaegastropoda meliputi kurang lebih 20.000 spesies yang terdistribusi dalam 140
famili, dengan beberapa diantaranya yaitu :
a) Familia Turbinidae, contoh jenis ini Turbo marmoratus dan Marmarostoma jobiensis
b) Familia Nerritidae, contoh jenis Nerita lineata, yang merupakan gastropoda mangrove
2. OrdoMesogastropoda, contoh: Lambis, Turitella.
Ordo tersebut beranggotakan gastropoda yang telah berevolusi menuju hilangnya
ctenidium sebelah kanan, pada jenis yang hidup di darat, ctenidia bahkan menghilang sama
sekali. Anggota jenis tersebut melakukan fertilisasi secara internal, membentuk larva yang
dikenal sebagai larva veliger.
Ordo mesogastropoda beranggotkan kurang lebih 10.000 jenis dalam 95 familia,
tersebar di berbagai tipe habitat mulai dari laut samapai daratan, beberapa jenis bersifat
parasitik. Beberapa familia yang umum diantaranya adalah Littorinidry ( contoh spesies :
Littoraria scabra, Littoraria carinifera, merupakan gastropoda pemanjat pada pohon
mangrove). Familia Cerithdae ( contoh spesies : Cerithidea cingulata, merupakan gastropoda
pemakan detritus pada lumpur di bawah mangrove )
3. Ordo Neogastropoda
Ordo tersebut beranggotakan gastropoda yang telah dianggap maju. Anggota jenis ini
dalam ordo tersebut semuanya hidup diperairan, kebanyakan bersifat karnivora. Fertilisasi
bersifat internal, berkembang langsung membentuk miniatur dewasa tanpa membentuk
stadium larva. Ordo tersebut beranggotakan sekitar 5000 jenis yang terdistribusi dalam 21
familia. Familia yang umum dikenal adalah Muricidae ( contoh : Murex pecten dan
Chiccoreus cappucinus )
Subclassis Ophistobranchia
Kelompok Ophistibranchia dikenali melalui beberapa karakteristik sebagai berikut :
1. adanya trend evolusi menuju hilangnya cangakang, menjadikan banyak naggota jenis
yang tidak bercangkang.
2. bila bercangkang, operculum tidak dijumpai
3. rongga mantel dan ctenidia cenderung mereduksi
4. sedikit torsi saat embriogenesis
5. pada kebanykkan jenis mempunyai struktur insang luar pada bagian posterior yang
dikenal sebagai cerrata.
Subclases Pulmonata
Kelompok pulmonata dikenal sebagai gastropoda paru – paru ( pulmo), paru – paru
tersebut merupakan bagian mantel dengan vaskularisasi yang tinggi. Kelompok ini bersifat
terrestial ( hidup di darat ), bila bersifat akuatik lebiu sering dijumpai di perairan tawar.
Anggota kelompok tersebut mempunyai gigi radula yang berderet panjang, mengindikasi
bersifat herbivora yang dimiliki. Jenis yang umum dijumpai adalah keong emas ( Phylla sp. )
dan bekicot ( Achantina fulica ).
Terbagi kedalam 2 Ordo yaitu:
Ordo Stylomotophora, contohnya: Achantina fulica.
Ordo Basommataphora, contohnya: Physa.
Subkelas dari Ordo Gastropoda berdasarkan organ pernafasannya:
Kelompok gastropoda ini memiliki dua insang terletak di posterior, cangkang umumnya
tereduksi dan terletak di dalam mantel, jantung satu ruangan dan reproduksi berumah satu.
Terbagi kedalam 8 Ordo:
1. Ordo Cephalaspidea, contohnya: Bulla.
2. Ordo Anaspidea, contohnya: Aplysia.
3. OrdoThecosonata, contohnya: Cavolinia.
4. Ordo Gimnosonata, contohnya: Clione.
5. Ordo Nataspide, contohnya: Umbraculum.
6. OrdoAcocchilideacea, contohnya: Hedylopis.
7. Ordo Sacoglosa, contohnya: Berthelinia.
8. Ordo Nudibranchia, contohnya: Glossodaris.
2. Class Bivalvia / Pelecypoda
Hewan Bivalvia bisa hidup di air tawar, dasar laut, danau, kolam, atau sungai yang
lainnya banyak mengandung zat kapur. Zat kapur ini digunakan untuk membuat cangkoknya
Kerang yang hidup di laut dan remis yang hidup di air tawar adalah contoh kelas Bivalvia.
Hewan ini memiliki dua kutub ( bi = dua, valve = kutub) yang dihubungkan oleh semacam
engsel, sehingga disebut Bivalvia. Kelas ini mempunyai dua cangkok yang dapat membuka
dan menutup dengan menggunakan otot aduktor dalam tubuhnya. Cangkok ini berfungsi
untuk melindungi tubuh. Cangkok di bagian dorsal tebal dan di bagian ventral tipis.
Kepalanya tidak nampak dan kakinya berotot. Fungsi kaki untuk merayap dan menggali
lumpur atau pasir. Jika Anda memperhatikan kerang yang masih hidup, kaki hewan ini
berbentuk seperti kapak pipih yang dapat dijulurkan ke luar. Hal ini sesuai dengan arti
Pelecypoda ( pelekis = kapak kecil; podos = kaki). Kerang bernafas dengan dua buah insang
dan bagian mantel. Insang ini berbentuk lembaran-lembaran ( lamela) yang banyak
mengandung batang insang. Sementara itu antara tubuh dan mantel terdapat rongga mantel.
Rongga ini merupakan jalan masuk keluarnya air. Di bagian bawah cangkang terdapat mantel,
yang terdiri atas jaringan khusus yang digunakan untuk membungkus alat-alat dalam, seperti
alat pencernaan, alat reproduksi, insang, saraf ataupun jantung. Sistem peredaran darahnya
terbuka. Contoh hewan yang termasuk dalam kelas ini adalah Maleagrina margaritivera
(kerang mutiara), Asaphis detlorata (remis), Pecten ostrea (tiram) dan Anadonta
woodina (Kerang).
Sistem pencernaan dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dan akhirnya
bermuara pada anus. Anus ini terdapat di saluran yang sama dengan saluran untuk keluarnya
air. Sedangkan makanan golongan hewan kerang ini adalah hewan-hewan kecil yang terdapat
dalam perairan berupa protozoa diatom, dll. Makanan ini dicerna di lambung dengan bantuan
getah pencernaan dan hati. Sisa-sisa makanan dikeluarkan melalui anus.
Sistem Respirasi larutan oksigen dalam air diambil oleh insang, masuk ke dalam ruang
mantel. Gas CO2 dilepaskan dari tubuh dengan jalan sebaliknya. Filamen-filamen insang itu
mengandung kapiler-kapiler darah, dan O2 dan CO2 diangkut dalam aliran darah.
Sistem Sirkulasi dari insang memasuki jantung, melewati salah satu dari dua aurikel.
Jantung terbungkus dalam pericardium. Dari ventrikel darah dipompa baik ke anterior
maupun melalui 2 buah aorta menuju ke bagian-bagian tubuh. Kemudian darah berkumpul
lagi dalam vena cava, lalu diangkut ke ginjal, terus ke insang dan kemabali lagi ke jantung.
Sistem Ekskresi ginjal dalam bentuk nefridia mengeluarkan ekskret, kemudian
melewati porus excretorius, terus ke bagian dorsal dari ruang mantel. Kotoran itu kemudian
dikeluarkan melalui sifon ekskuren (dorsal).
Sistem Saraf terdapat 3 ganglion, sepasang dekat esophagus, sepasang dalam kaki, dan
sepasang dekat ujung posterior massa visceral. Ganglion itu dihubungkan satu dengan yang
lain dengan serabut-serabut longitudinal yang anterior juga oleh serabut-serabut tranversal.
Sistem Sensori sel-sel sensori, mungkin peka terhadap sentuhan dan cahaya, terdapat
disepanjang batas mantel. Organ untuk mendeteksi gangguan keseimbangan. Organ perasa
kurang berkembang dibandingkan anggota Mollusca lainnya.
Sistem Reproduksi Spermatozoa dibawa dari ruang mantel, jantan melewati sifon
ekskuren masuk ke dalam ruang mantel betina melalui sifon inkurener betina. fertilisasi
terjadi dalam ruang mantel, yaitu kantung pengeraman.
Berdasarkan struktur insang, Bivalvia dapat dikelompokkan ke dalam 3 subclasis yaitu
: Protobranchia, Septibranchia, dan Lamellibranchia. Protobranchia mempunyai insang yang
terdapat pada masing – masing klep, masing – masing insang terdapat sepasang. Tipe insang
tersebut dianggap merupakan bentuk yang kuno. Septibranchia dicirikan oleh lempengan
insang yang membentuk sekat – sekat ( septum ). Lamellibranchia dicirikan oleh lempengan
insang yang berlapis – lapis ( Lamellate = pipih, berlapis ).
Klasifikasi Class Pelecypoda
Ordo 1. Protobranchia, sebagian besar hidup di laut, terdiri atas 2 lembaran (lamela), bentuknya seperti daun
a) Familia : Nuculidae, hidup dilaut dangkal, ukuran cangkok sedang, kosmopilitan
Contoh : Nucula proxima
b) Familia 2. Solemydae, bentuknya setengah bundar, ukuran cangkok sedang
Contoh : Solemya velum
Ordo 2. Filibranchia, dapat hidup dilaut , insangnya terdiri atas dua barisan filamen yang bentuknya seperti daun tergantung didalam mantel
a) Familia 1. Arcidae (contohnya : Arca pexata)
b) Familia 2. Mytilidae (contohnya : Mytilus edulis)
c) Familia 3. Pectinidae (contohnya : Pecten irradians)
Ordo 3. Eulamellibranchia, terdapat dilaut dan air tawar, insangnya berbentuk daun, pada tepi sebelah menyebelah membentuk filamen, mempunyai sifon, berkaki besar.
a) Familia 1. Unionidae (contohnya : Anodonta grandis)
b) Familia 2. Myidae. (contohnya : Mija arenaria)
Ordo 4. Septibranchia, hidup di laut, tidak mempunyai insang, hanya didalam mantel yang membagi rongga-rongga secara horizontal menjadi 2 kamar
a) Familia 1. Cuspidariidae (contohnya : Cuspidaria pellucida)
3. Class Scaphopoda
Penamaan Scaphopoda diturunkan dari bentuk dasarnya yang seperti gading dengan
massa viscera berbentuk skop ( Scapos ). Scaphopoda memiliki cangkang, berbentuk silinder
yang kedua ujungnya terbuka. Hidupnya di laut dan terpendam di dalam pasir atau lumpur.
Tubuh memanjang, dorsoventral. Kepala rudimeter, kaki lancip, berlobus dan berguna untuk
menggali lumpur. Tubuh Scaphopoda langsing secara dorsoventral dikelilingi oleh mantel
yang mengeluarkan cangkang berbentuk tabung yang terbuka dikedua ujungnya. Hidup
Scaphopoda dilaut, perairan dangkal, sampai kedalaman 15.000 kaki. Amphineura biasanya
mengubur diri dipasir dan lumpur. Respirasi dengan mantel, tidak ada insang. Makanan
Scaphopoda adalah detritus dan protozoa. Amphineura memiliki jenis kelamin yang terpisah.
Telur yang menetas berkembang menjadi trokofor atau veliger. Contoh Amphinera
adalah Dentalium, Siphonodentalium.
4. Class Cephalopoda
Cephalopoda berarti hewan yang menggunakan kepalanya sebagai alat gerak/kakinya,
(cephale berarti kepala dan podos berarti kaki), tubuhnya bilateral simetris sebuah kaki yang
terbagi menjadi lengan-lengan yang dilengkapi alat penghisap dan sistem saraf yang
berkembang baik terpusatkan dikepala. Mereka mempunyai pandangan mata yang sanagt
bagus, berenang dengan cepat, menunjukan emosi. Kelompok hewan ini berbadan lunak dan
tidak mempunyai cangkang seperti kelas yang lain. Mantelnya menyelimuti skeliling tubuh,
membentuk kearah agak longgar pada bagian leher. Sebuah sifon yang menyedot air lewat
insang terletak di bawah mantel. Contoh spesies hewan ini adalah cumi-cumi (Loligo pealii),
gurita (Octopus sp.) dan sotong (Sepia sp.)
Klasifikasi Class Cephalopoda
0rdo 1 Tetrabranchia; mempunyai empat insang, cangkok kapur membelit, tertutup, mempunyai sejumlah tentakel, tanpa alat penghisap, mata sederhana, tidak mempunyai kromatofor, tidak mempunyai kantong tinta, mempunyai dua pasang insang berganda dan mempunyai dua pasang nefridia (ginjal),
a) Familia Nautilidae, cangkok membelit mendatar, mempunyai kamar-kamar yang dibatasi oleh septa, kamar-kamar berisi gas ringan, diantaranya terdapat di samudera Pasifik, Samudera Indonesia. Contoh: Nautilus pompilius
Ordo 2 Dibranchia; tanpa cangkok, ada yang mengalami reduksi dan terdapat di dalam tubuh, cangkok terdiri atas zat kapur atau zat tanduk, mempunyai sepasang insang dan sepasang nefridia, tentakel ada 8 sampai 10 dengan alat penghisap, mempunyai mantel
o Sub Ordo 1 Decapoda; mempunyai cangkok chitine atau kapur, terdapat dalam tubuh,
terdapat 10 tentakel dengan sepasang yang memanjang dan dilengkapi dengan alat penghisap
a) Familia 1 Loliginidae; badan panjang, sirip terdapat dekat akhir posterior dengan mata berkornea. Contoh : Loligopealii
b) Familia 2 Sepiidea; cangkok terdapat dalam tubuh, berbahan zat kapur, berbentuk oval (lonjong). Contoh : Sepia officinalis
o Sub Ordo 2 Octopoda; sebagian besar tidak mempunyai cangkok
a) Familia 1 Argonautidae; cangkok pada hewan betina tebal dan spiral. Contoh : Argonauta argo
b) Familia 2 Octopodidae; terkenal dengan ikan setan laut (gurita), badan bulat seperti bola dengan kepala besar. Contoh : Octopus bairdio
ARTHROPODA
Filum arthoropoda ( arthro= sendi, podos= kaki ) mempunyai karakteristik utama,
yaitu kaki pada ruas-ruas dan sendi sehingga setiap cruas dapat bergerak. Ruas-ruas tubuh
mempunyai tingkatan berbeda. Anggota terdiri atas ruas – ruas dengan bentuk dan fungsi
bermacam-macam serta mempunyai arti tertentu. Tubuh dilindungi eksoseleton yang
mengandung kitin.( Darwis,2002( hal. 95 ))
A.Karakteristik Arthropoda
Artropoda adalah filum yang paling besar dalam dunia hewan dan mencakup
serangga, laba-laba, udang, lipan dan hewan sejenis lainnya. Artropoda adalah nama lain
hewan berbuku-buku. Artropoda biasa ditemukan di laut, air tawar, darat, dan lingkungan
udara, termasuk berbagai bentuk simbiosis dan parasit.
Karakteristik yang membedakan artropoda dengan filum yang lain yaitu : Tubuh
bersegmen, segmen biasanya bersatu menjadi dua atau tiga daerah yang jelas, anggota tubuh
bersegmen berpasangan (Asal penamaan Artropoda), simetri bilateral, eksoskeleton berkitin.
Secara berkala mengalir dan diperbaharui sebagai pertumbuhan hewan, kanal alimentari
seperti pipa dengan mulut dan anus, sistem sirkulasi terbuka, hanya pembuluh darah yang
biasanya berwujud sebuah struktur dorsal seperti pipa menuju kanal alimentar dengan
bukaan lateral di daerah abdomen, rongga tubuh; sebuah rongga darah atau hemosol dan
selom tereduksi.
Sistem syaraf terdiri atas sebuah ganglion anterior atau otak yang berlokasi di atas
kanal alimentari, sepasang penghubung yang menyalurkan dari otak ke sekitar kanal
alimentari dan tali syaraf ganglion yang berlokasi di bawah kanal alimentary, ekskresi
biasanya oleh tubulus malphigi. Tabung kosong yang masuk kanal alimentari dan material
hasil ekskresi melintas keluar lewat anus, respirasi dengan insang atau trakhea dan spirakel,
tidak ada silia atau nefridia.
Sistem saraf anthropoda seperti pada annellida, terdapat bagian ventral tubuh
berbentuk seperti tangga tali.
Artropoda dalam dunia hewan merupakan filum yang terbesar di dunia. Empat dari
lima bagian spesies hewan adalah arthropoda, dengan jumlah di atas satu juta spesies
modern yang ditemukan dan rekor fosil yang mencapai awal Cambrian. Jumlah spesiesnya
yaitu sekitar 900.000 spesies dengan beragam variasi. Jumlah ini kira-kira 80% dari spesies
hewan yang diketahui sekarang. Artropoda dapat hidup di air tawar, laut, tanah, dan praktis
semua permukaan bumi dipenuhi oleh spesies ini. Artropoda dianggap berkerabat dekat
dengan Annelida, contohnya adalah Peripetus di Afrika Selatan.
Artropoda mungkin satu-satunya yang dapat hidup di Antartika dan liang-liang batu
terjal di pegunungan yang tinggi. Semua anggota filum ini mempunyai tubuh beruas-ruas
dan kerangka luar yang tersusun dari kitin. Rongga tubuh utama disebut hemocoel.
Hemocoel terdiri dari sejumlah ruangan kecil yang dipompa oleh jantung. Jantung terletak
pada sisi dorsal dari tubuhnya.
A. Klasifikasi Filum Arthropoda
1.Subfilum Trilobitomorpha
1.1 Kelas Trilobita
Trilobita yang berarti "tiga lobus"adalah kelompok fosil terkenal punah laut
arthropoda yang membentuk kelas Trilobita. Trilobita membentuk salah satu kelompok
paling awal dikenal arthropoda. Penampilan pertama trilobit dalam catatan fosil
mendefinisikan dasar Atdabanian tahap Cambrian awal periode ( 521 juta tahun yang lalu ),
dan mereka berkembang di seluruh rendah Paleozoic era sebelum memulai penurunan
berlarut-larut terhadap kepunahan saat, selama Devonian , semua trilobite perintah kecuali
Proetida mati. Trilobita akhirnya menghilang dalam kepunahan massal pada akhir Permian
sekitar 250 juta tahun yang lalu . Trilobita adalah yang paling sukses dari semua hewan
awal, berkeliaran di lautan selama lebih dari 270 juta tahun.
Ketika trilobita pertama kali muncul dalam catatan fosil mereka sudah sangat
beragam dan geografis. Karena trilobita memiliki keanekaragaman dan mudah fosil
exoskeleton catatan fosil yang banyak ditinggalkan, dengan sekitar 17.000 spesies yang
dikenal mencakup Paleozoic waktu. Studi tentang fosil-fosil ini telah memfasilitasi
kontribusi penting untuk biostratigrafi , paleontologi , biologi evolusioner dan lempeng
tektonik . Trilobita sering ditempatkan dalam arthropoda subphylum Schizoramia dalam
superclass Arachnomorpha (setara dengan Arachnata), meskipun beberapa alternatif
taksonomi ditemukan dalam literatur.
Trilobita memiliki banyak gaya hidup, beberapa pindah dasar laut sebagai predator ,
pemulung atau filter feeder dan beberapa berenang , makan pada plankton . Kebanyakan
gaya hidup yang diharapkan arthropoda laut modern terlihat pada trilobita, dengan
kemungkinan pengecualian dari parasitisme (di mana masih ada perdebatan ilmiah).
Beberapa trilobita (terutama keluarga Olenidae ) bahkan diperkirakan telah berevolusi
simbiosis hubungan dengan sulfur bakteri pemakan dari mana mereka berasal makanan.
(en.wikipedia.org/wiki/Arthropod )
Trilobita memiliki tiga daerah tubuh utama: kepala, tampaknya terdiri dari empat
segmen menyatu, memiliki sepasang antena dan, terkadang, mata majemuk, thorax, dengan
variabel jumlah segmen yang terpisah, dan, perut terdiri dari beberapa segmen menyatu.
(http://bio.rutgers.edu/~gb102/lab_2/309bm-trilobites.html)
Gambar Kelas Trilobita
2. Subfilum Chelicerata
Chelicerata berasal dari bahasa Yunani chele berarti capit dan keros yang artinya
tanduk. Chelicerata meliputi berbagai jenis laba-laba, kalajengking, tungau, dan mimi.
Kebanyakan anggotanya berukuran kecil dan terdapat di daerah yang kering dan hangat,
namun beberapa hidup di peraianan. Chelicerata termasuk dalam filum Arthropoda. Banyak
jenis Chelicerata yang mempunyai kelenjar racun yang terdapat dirahang atau taring racun
sebagai sarana untuk membunuh mangsa, kemudian menghisap cairan tubuh atau jaringan
lunaknya. Gigitan atau sengatan berbagai jenis laba-laba atau kalajengking menimbulkan
kesakitan bahkan kematian. Beberapa jenis tungau merupakan hama tumbuhan dan jenis
lainnya, juga sebagai parasit pada manusia dan ternak atau menjadi inang perantara berbagai
protozoa dan virus yang menyebabkan penyakit tertentu.
Tubuh biasanya terdiri atas cephalothorax dan abdomen yang tampak jelas,
kecuali pada Acarina. Pada cephalothorax terdapat enam pasang apendik bersendi , yaitu
sepasang chelicerae, sepasang pedipalpi dan empat pasang kaki. Antena dan mandibel tidak.
Gambar Chelicerata
2.1 Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasinya chelicerata terdiri atas kelas Arachnida, Pycnogonida,
dan Merostomata. Adapun beberapa kelas yang sudah punah yaitu, Eurypterida dan
Chasmataspidida.
2.1.1 Arachnida
Arachnida merupakan kelas dari filum arthropoda dan subfilum Chelicerata. Semua
arachnida memiliki delapan kaki, meskipun di beberapa spesies pasangan depan dapat
mengkonversi untuk fungsi sensorik. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata
Arachne, yang berarti laba-laba (Dunlop, 2008).
Hampir semua masih ada arachnida adalah terestrial. Namun, beberapa mendiami
lingkungan air tawar dan, dengan pengecualian dari zona pelagik , lingkungan laut juga.
Mereka terdiri lebih dari 100.000 nama spesies , termasuk laba-laba , kalajengking ,
harvestmen , kutu , tungau dan Solifugae (Cracraft & Michael, 2004).
Ciri-cirinya :
1. Abdomen tidak memiliki apendik sebagai alat gerak
2. Matanya sederhana
3. Tubuh tertutup kutikula
4. Dilengkapi bulu-bulu indera atau sisik
5. Pedipalpi biasanya sebagai alat indera
6. Tidak mempunyai insang
7. Umumnya ovipar
8. Tidak ada metamorfosa kecuali pada Acarina
9. Hidup di darat
Kelas ini dibagi menjadi 8 ordo, yaitu :
1. Araneae
2. Scorpiones
3. Opiliones
4. Acarina
5. Pseudoscorpionida
6. Amblypygi
7. Thelyphonida
8. Solifugae
Gambar Kelas Arachnida (Dermacentor accidentalis )
2.1.2. Pycnogonida
Pycnogonida merupakan hewan avertebrata akuatik dari filum Arthropoda dan
subfilum Chelicerata. Pycnogonida dikenal sebagai laba-laba laut (Sea Spider). Pycnogonida
dapat di temukan di wilayah perairan Australia, Selandia Baru, Laut Mediterania dan Laut
Karibia (Anonim, 2011).
.
Pycnogonids dapat ditemukan dari daerah pasang surut hingga kedalaman sekitar 7000
m. Sebagian kecil, tetapi bentuk laut dalam beberapa mencapai hingga 70 cm diameter di
kaki. Mereka makan dengan mengisap cairan dari invertebrata bertubuh lunak melalui belalai
panjang.
Pycnogonids samar-samar mirip laba-laba, dengan tubuh kecil dan relatif lama,
berengsel kaki. Karakteristik unik termasuk belalai yang tidak biasa, yang bervariasi dalam
ukuran dan bentuk di antara spesies, tetapi jumlah ke ruang dengan pembukaan di ujung distal
(mulut sebenarnya terletak antara ruang belalai dan kerongkongan). Tubuh itu sendiri tidak
dibagi menjadi tagmata tertata rapi atau wilayah seperti di kebanyakan arthropoda lainnya.
Sebuah beruang daerah anterior, selain belalai, tiga atau empat pasang pelengkap, termasuk
pasangan pertama berjalan kaki. Pelengkap khusus yang disebut ovigers ketika hadir
membentuk empat pasang, ini berperan dalam merenung muda dan digunakan dalam
membersihkan. Setelah segmen pertama adalah serangkaian segmen membuat sebuah
"batang," setiap segmen memiliki sepasang berjalan kaki. Segmen terminal termasuk
tuberkulum yang memproyeksikan punggung dan anus. Beberapa spesies memiliki lebih dari
empat pasang kaki berjalan. Pycnogonids juga unik dalam bantalan beberapa gonopores,
ditemukan pada segmen kedua beberapa atau semua berjalan kaki.
(http://animaldiversity.ummz.umich.edu/accounts/Pycnogonida/)
2.1.3 kelas Merostomata.
Merostomata ini mencakup dua kelompok yang agak berbeda dari organisme laut,
eurypterids dan kepiting tapal kuda. Eurypterids sekarang sudah punah, mereka hidup 200-
500 juta tahun yang lalu. Ada yang besar, mencapai panjang 3 m. Morfologi mereka
menunjukkan bahwa mereka makan pada berbagai jenis makanan. Beberapa mungkin telah
amfibi, muncul ke daratan untuk setidaknya sebagian dari siklus hidupnya. Kepiting tapal
kuda adalah sebuah kelompok kuno, tetapi hanya 5 spesies ada saat ini. Mereka memakan
invertebrata kecil. Kepiting tapal kuda sering digunakan sebagai hewan laboratorium oleh
ahli fisiologi.
a) Anggota kelas ini memiliki perisai besar yang menutupi cephalothorax. Para
mata majemuk berkurang. Pasangan kedua pelengkap, pedipalps, menyerupai
kaki berjalan. Mereka memiliki, lonjakan-seperti embel-embel panjang yang
disebut telson yang proyek dari bagian belakang tubuh mereka. Respirasi
adalah melalui buku insang.
(http://animaldiversity.ummz.umich.edu/accounts/Merostomata/)
Merostomata terbagi atas dua sub kelas :
1) Subkelas Eurypterids
"Kecil merostomes sangat besar dengan memanjang lanset, tubuh jarang trilobed,
prosoma (kepala) ukuran moderat, opisthosoma (tubuh) dengan 12 segmen bergerak dan
styliform untuk spatulate telson (tail), dengan pembagian umumnya menjadi preabdomen 7-
tersegmentasi dan 5 - postabdomen tersegmentasi,.. prosomal (kepala) pelengkap 6, yang
terdiri dari 3-jointed chelicerae, kaki berjalan, pasangan terakhir yang biasa berubah menjadi
kaki renang Mulut pusat, berbatasan posterior oleh endostoma dan metastoma operkulum
dengan embel genital median, pelengkap perut berbentuk lempengan dengan nonlaminate
insang.
Gambar Eurypterids
2) Subkelas Xiphosura
Xiphosura sering dikenal dengan sebutan Mimi (jantan) dan Mituno (betina) di jawa.
Bentuk dari hewan ini mirip dengan tapal kuda sehingga Xiphosura dikenal Horse Shoe
Crab atau kepiting tapal kuda, meskipun hewan ini disebut keiting tetapi hewan ini bukanlah
kepiting yang sesungguhnya (Olovia, 2010).
Xiphosurans modern mencapai hingga 60 cm (24 in) panjang dewasa, tapi Paleozoic
spesies yang seringkali jauh lebih kecil, beberapa sesedikit 1 sampai 3 cm (0,39-1,2)
panjang.
Tubuh ditutupi dengan kutikula sulit, tapi tidak mengandung biominerals kristal, dan
dibagi menjadi anterior prosoma dan posterior opisthosoma , atau perut. Permukaan atas
prosoma ditutupi oleh setengah lingkaran karapas , sedangkan bagian bawahnya dikenakan
lima pasang kaki berjalan dan sepasang menjepit-seperti chelicerae . Mulut terletak di bawah
ujung depan dari carapace, dan terletak di belakang struktur bibir-seperti disebut labrum .
Xiphosurans memiliki hingga empat mata, yang terletak di carapace. Sepasang mata
majemuk adalah di sisi prosoma, dengan satu atau dua median ocelli arah depan. Para mata
majemuk yang sederhana dalam struktur daripada arthropoda lainnya, dengan ommatidia
individu tidak diatur dalam pola kompak. Mereka mungkin dapat mendeteksi gerakan, tapi
tidak mungkin untuk dapat membentuk citra yang benar. Di depan ocelli adalah organ
tambahan yang mungkin berfungsi sebagai kemoreseptor .
Pertama empat pasang kaki berakhir dengan penjepit, dan memiliki serangkaian duri,
disebut gnathobase , pada permukaan bagian dalam. Duri digunakan untuk mengunyah
makanan, merobek-robeknya sebelum diteruskan ke mulut. Kelima dan terakhir sepasang
kaki, bagaimanapun, tidak memiliki penjepit atau duri, bukan memiliki struktur untuk
membersihkan insang dan mendorong lumpur keluar dari jalan sementara menggali. Di
belakang kaki berjalan adalah set keenam pelengkap, chilaria, yang sangat berkurang dalam
ukuran dan ditutupi rambut dan duri. Ini dianggap sisa-sisa anggota badan dari diserap
segmen opisthosomal pertama.
Opisthosoma ini dibagi menjadi mesosoma maju, dengan pelengkap diratakan, dan
metasoma di bagian belakang, yang tidak memiliki pelengkap. Dalam bentuk modern,
seluruh opisthosoma yang menyatu ke dalam struktur unsegmented tunggal. Bagian bawah
opisthosoma membawa bukaan genital dan lima pasang flap-seperti insang.
Opisthosoma berakhir di tulang ekor yang panjang, sering disebut sebagai telson
(meskipun istilah yang sama juga digunakan untuk struktur yang berbeda dalam krustasea ).
Tulang belakang yang sangat mobile, dan digunakan untuk mendorong hewan tegak jika
tanpa sengaja diserahkan.
Gambar kelas Merostomata (Limulus polyphemus)
3. Subfilum Mandibulata
3.1.kelas Myriapoda
Ciri-ciri Myriapoda
Gambar .kelas Myriapoda
(a) Keluwing dan (b) kelabang
Tubuh lipan atau kelabang hanya terdiri atas kepala dan badan. Tidak ada bagian
dada. Pada kepala terdapat sepasang mata tunggal, sepasang alat peraba besar, dan sepasang
alat peraba kecil yang beruas-ruas. Setiap ruas badan belakang terdapat kaki berpasangan.
Myriapoda melakukan respirasinya menggunakan saluran trakea yang bermuara pada
lubang-lubang kecil (stigma), letaknya pada dinding ruasruas tubuh. Lubang tersebut disebut
spirakel. Sistem peredaran darahnya terbuka dan letak jantung pada bagian punggung.
Sistem sarafnya adalah sistem saraf tangga tali. Kelas Myriapoda memilik dua ordo, yaitu
sebagai berikut.
1.Diplopoda
Tubuh hewan ini berbentuk silinder, jumlah segmennya sekitar 25–100, setiap
segmennya hanya mempunyai sepasang kaki dan setiap abdomen mempunyai dua pasang
kaki dan dua pasang spirakel. Contohnya keluwing, makanan hewan ini berupa tumbuh-
tumbuhan dan berkembang biak dengan bertelur. Adapun makanan keluwing berupa sisa-
sisa tumbuhan, sering terdapat di tempat yang lembap pada pembuangan sampah. Jika kita
mengganggu hewan ini, maka tubuhnya akan segera menggulung.
2. Chiplopoda
Hewan ini tergolong hewan pemangsa (predator), makanannya adalah cacing dan
serangga. Bentuk tubuhnya pipih, jumlah segmen bisa mencapai 177, setiap segmen
mempunyai sepasang kaki, kecuali pada satu segmen di belakang kepala dan dua segmen
terakhir. Pada bagian kepala terdapat sepasang mata. Masing-masing mata mengalami
modifikasi menjadi cakar beracun. Lipan atau kelabang bila bertemu mangsanya akan
menyerang mangsanya dengan cara menggigit menggunakan kaki beracun yang berguna
untuk melumpuhkan mangsa.
Ciri-ciri Insekta
Kelompok Insekta atau serangga mempunyai species sangat banyak, hidupnya di
darat dan air. Ukuran tubuh Insekta relatif kecil. Insekta sering disebut juga sebagai
heksapoda, yaitu mempunyai kaki enam (3 pasang). Tubuh dibedakan atas kepala, dada, dan
perut. Pada kepala Insekta terdapat sepasang antena yang dapat digunakan untuk membau
dan meraba. Terdapat juga mulut, mata majemuk (mata faset) ada yang bermata tunggal
(oselus). Mulut insekta menurut fungsinya dibedakan menjadi empat tipe, yaitu tipe penjilat
dan pengisap (lalat rumah), tipe pengisap (kupu-kupu), tipe penusuk dan pengisap
(nyamuk), dan tipe penggigit (belalang).
Gambar 6 Macam-macam Insekta
Bagian dada terdiri atas 3 ruas dan terdapat 3 pasang kaki beruas-ruas, juga terdapat
sayap. Adapun pada perut terdapat 6 sampai 11 ruas, pada ruas belakang posterior sebagai
alat reproduksi. Pada Insekta betina terdapat alat peletak telur yang disebut ovipositor serta
kantung untuk menyimpan sperma. Respirasinya menggunakan pembuluh trakea, yaitu
udara dari luar masuk ke jaringan melalui pembuluh trakea. Jumlah jantungnya 5 buah dan
sistem peredaran darahnya bersifat terbuka. Sistem ekskresinya menggunakan pembuluh
malphigi yang mengelilingi anus. Daur hidup serangga ini mengalami perubahan bentuk
yang disebut metamorfosis. Akan tetapi ada jenis insekta tidak mengalami metamorfosis
yang digolongkan sebagai serangga ametabola, misalnya kutu buku (Lepisma).
Gambar 7 Metamorfosis Sempurna
Gambar 8 Metamorfosis tidak sempurna
Metamorfosis tidak sempurna terjadi pada ordo Orthoptera, Hemiptera, dan
Homoptera. Kelompok Insekta ada dua kelas, berdasarkan ada tidaknya sayap, yaitu Insekta
yang tidak mempunyai sayap (apterygota) contohnya adalah kutu buku dan yang
mempunyai sayap (pterygota). Kelas ini dibagi lagi menjadi beberapa ordo dengan
mengamati sayap dan mulutnya.
Tabel Ordo Insekta
Ordo Ciri-Ciri Contoh
Orthoptera Mempunyai 2 pasang
sayap lurus, sayap
depan tebal, tipe
mulut penggigit,
mengalami
metamorfosis tak
sempurna.
Kecoa,
belalang,Jangkrik
Isoptera Semua sayapnya
sama, tipe mulut
penggigit,
metamorfosis tak
sempurna.
Rayap, laron
Hemiptera Mempunyai 2 pasang
sayap, sayap depan
tebal, sayap belakang
Walang
sangit,kutu busuk
tipis, metamorfosis
tak sempurna, tipe
mulut penusuk dan
pengisap.
Homoptera Memiliki 2 pasang
sayap, sayap depan
lebih keras
dibandingkan sayap
belakang, tipe mulut
penusuk dan
pengisap,
metamorfosis tak
sempurna
Kutu daun, kutuKepala
Odonata Memiliki 2 pasang
sayap tidak dilipat,
sayap depan dan
belakang hampir
sama, tipe mulut
pengunyah dan
penggigit,
metamorfosis tidak
sempurna.
Capung
Coleoptera Memiliki 2 pasang
sayap depan tebal
seperti perisai, sayap
belakang tipis, tipe
mulut penggigit,
metamorfosis
sempurna.
Kepik air
Lepidoptera Memiliki 2 pasang
sayap yang bersisik
warna-warni, tipe
mulut pengisap,
metamorfosis
sempurna.
Kupu-kupu
Diptera Memiliki satu pasang
sayap tipis, tipe mulut
penusuk dan penjilat,
metamorfosis
sempurna.
Nyamuk, lalatRumah
Hymenoptera Memiliki 2 pasang
sayap yang berupa
selaput tipis, tipe
mulut penggigit,
metamorfosis
sempurna.
Semut, lebahMadu
Siphonophtera Tidak memiliki sayap,
tubuhnya pipih lateral,
berkaki pendek dan
kuat untuk melompat.
Bermata tunggal, tipe
mulut menusuk dan
menghisap,
metamorfosis
sempurna.
Kutu anjing,
kutu kucing,kutu tikus
3. kelas Crustaceae
Ciri-ciri Crustaceae
Crustaceae disebut juga sebagai kelompok udang-udangan, contohnya: udang,
kepiting, dan yuyu. Anda tentu sudah mengetahui tempat hidup kelompok hewan ini, yaitu
di air laut, danau, dan sungai.
Gambar 9 Contoh Crustacea
Tubuh Crustaceae mempunyai rangka luar keras karena mengandung zat kitin dan
kapur, sehingga disebut sebagai hewan bercangkang. Antenanya Crustaceae berjumlah dua
pasang, mempunyai kaki satu pasang pada tiap ruas tubuh, sedangkan pada udang atau
kepiting mempunyai 5 pasang kaki jalan. Kepala dan dada Crustaceae menyatu disebut
sefalotoraks. Bagian kepala dan dada dilindungi oleh tameng, yaitu kulit keras yang disebut
karapas. Kakinya dapat digunakan untuk berjalan, berenang, atau menempel di perairan.
Sistem pencernaan Crustaceae dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus,
dan anus. Sisa metabolismenya keluar melewati kelenjar hijau. Sistem sarafnya
menggunakan susunan saraf tangga tali, respirasinya menggunakan insang. Jenis kelamin
Crustaceae sudah dapat dipisahkan dan bersifat hermaprodit. Pembuahan terjadi secara
internal, telur yang berisi zigot menetas menjadi larva, selanjutnya tumbuh menjadi dewasa
melalui pergantian kulit berkali-kali. Contoh dari anggota ini adalah udang windu
(Penaeus), udang galah (Macrobium resenbergi), udang air tawar (Cambarus virilis), ketam
(Parathelpusa tredenlata), kepiting (Portunus sexdentalus), dan rajungan (Neptunus
pelagicus). Tubuh hewan ini mempunyai rangka luar keras karena mengandung zat kitin dan
kapur, sehingga disebut sebagai hewan bercangkang. Antenanya berjumlah dua pasang,
mempunyai kaki satu pasang pada tiap ruas tubuh, sedangkan pada udang atau kepiting
mempunyai 5 pasang kaki jalan.
Kepala dan dada menyatu disebut sefalotoraks. Bagian kepala dan dada dilindungi
oleh tameng, yaitu kulit keras yang disebut karapas. Peranan Crustaceae lebih banyak
menguntungkan bagi kita, misalnya sebagai sumber protein hewani karena mengandung
protein tinggi seperti udang, kepiting, dan rajungan.
B. Peranan arthoropoda dalam kehidupan manusia :
Beberapa keuntungan Arthropoda bagi manusia adalah sebagai berikut:
1. Udang dan kepiting merupakan makanan sumber protein yang sangat disenangi
karena dagingnya yang enak. Udang dan kepiting juga dapat dijadikan sebagai hiasan karena
rangka luarnya yang keras.
2. Kupu-kupu, lebah, dan sejenisnya menyukai bunga yang berwarna-warni.
Mereka datang untuk mencari makanan yang berupa serbuk sari atau mengisap madu yang
dihasilkan oleh kelenjar madu atau nektarium. Beberapa butir serbuk sari menempel di
kepala, tubuh, atau kaki dan terbawa terbang pada saat hewan tersebut meninggalkan bunga
itu. Pada waktu hewan itu mendatangi bunga yang lain untuk maksud yang sama, ada
kemungkinan beberapa serbuk sari bunga yang dibawanya menempel di kepala putik bunga
yang dikunjungi, sehingga terjadilah penyerbukan yang diikuti dengan pembuahan. Tanpa
penyerbukan bunga tidak akan menjadi buah. Hewan Arthropoda merupakan perantara ber-
langsungnya penyerbukan. Setiap Iebah madu yang pulang berburu serbuk sari dan madu,
membawa bahan-bahan tersebut ke sarangnya. Bahan tersebut diperuntukkan sebagai
makanan bagi larva yang keluar dari telur yang dihasilkan oleh ratunya. Lebah yang
mengumpulkan madu tersebut adalah lebah pekerja dalam masyarakat Iebah. Madu
merupakan makanan dan obat bagi manusia. Dan sarangnya juga dihasilkan malam.
Seekor lebah sedang menyerbuki bunga Salvina. A. Kepala sari yang penuh
serbuk sari menyenluh punggung lebah. B. Punggung Iebah yang penuh serbuk sari
menyentuh kepala putik bunga lain.
3. Ulat sutera menghasilkan benang-benang halus yang dijalin membentuk
kokon. Kokon ini digunakan oleh hewan yang bersangkutan untuk pelindung pada stadium
istirahat (pupa) dari daur hidupnya, dan pada saat ulat keluar dari kokon telah berubah
menjadi kupu-kupu ulat sutera. Dan kokon ini manusia mampu mengolah untuk mendapatkan
benang sutera sebagai bahan sandang seperti sarung dan selendang.
4. Beberapa jenis udang yang sangat kecil seperti Dafnia, Copepoda, Estheria,
dan Conchostraca, dengan ukuran kurang dari 1 mm, merupakan plankton dan makanan bagi
hewan-hewan yang lebih besar. Dengan demikian, Arthropoda jenis ini merupakan mata
rantai makanan dalam kehidupan di air. Untuk kehidupan di darat bertindak sebagai mata
rantai makanan adalah Arthropoda jenis Insecta.
5. Arthropoda dari kelompok Collembola yang mendiami permukaan tanah
menghasilkan pupuk. yaitu kotorannya yang merupakan bahan humus. Humus tidak saja
sebagai pupuk tetapi juga menjaga tanah agar terhindar dari erosi. Adanya humus berpeng-
aruh baik terhadap kandungan air dan udara dalam tanah, sehingga tumbuhan yang tumbuh di
ternpat itu dapat menyerap zat-zat hara dengan mudah.
Beberapa kerugian yang ditimbulkan oleh Arthropoda bagi kehidupan manusia adalah
sebagai berikut.
1. Lalat, kecoa, dan semut sangat suka mengerumuni makanan atau hidangan.
Hewan ini juga suka berada di tempat-tempat yang kotor, sehingga hewan-hewan ini sering
membawa bibit penyakit bagi manusia.
2. Penyakit seperti malaria. demam berdarah, dan penyakit tidur disebarkan dari
penderita ke calon inang oleh hewan Arthropoda. Malaria disebarkan oleh nyamuk malaria
(Anopheles), demam berdarah oleh nyamuk Aedes Aegypti, dan penyakit tidur oleh lalat
Tsetse. Hewanhewan itu bertindak sebagai vektor. Selain menyebarkan penyakit mereka juga
mengisap darah.
3. Belalang pemakan daun. Apabila belalang berjumlah sangat banyak dapat
merupakan hama bagi ladangladang petani. Walang sangit sangat popular menyerang tanaman
padi. Padi yang diserangnya menjadi matt atau hampa. Kumbang kelapa memakan pucuk
kelapa, ketika pucuk itu masih menggulung. Apabila pucuk itu mekar daun kelapa terlihat
seperti digunting.
4. Beberapa jenis kumbang membuat lubang pada kayu sebagai sarangnya,
seperti bangunan rumah dari kayu. Pengecatan bahan bangunan dengan ter dan cat dapat
menghindari serangan Arthropoda ini.
5. Arthropoda kelompok Isopoda yang tinggal di air laut atau air tawar
menyerang kayu yang terendam air. Kayu menjadi berlubang-lubang karena digerek sehingga
menjadi rapuh (lihat gambar). Perhatikan bagaimana hewan
isopoda
itu merusak kayu! Anai-anai bersarang dalam tanah. Dari sarangnya anai-anai
dapat pindah ke bangunan yang ada di atasnya. Hewan ini memakan kayu, kertas, dan
pakaian. Anai-anai berkembang biak sangat cepat.
6. Bermacam-macam kutu, seperti kutu yang hidup di kepala manusia, kutu
busuk, kutu pada anjing dan kucing adalah pengisap darah. Beberapa jenis kutu lainnya
merusak bahan makanan seperti beras, kacang hijau, jagung, dan lain-lain.
7. Kalajengking, lipan, lebah penyengat, tawon, dan beberapa jenis labah-labah
ditakuti karena dapat menyengat. Sengatannya cukup berbahaya bahkan dapat menyebabkan
kematian. Ketam atau kepiting membuat lubang tanah sehingga dapat merusak pematang
sawah.( http://www.anakunhas.com/2011/07/peranan-arthropoda-dalam-kehidupan-
manusia.html)
Pengertian Filum Echinodermata
Echinodermata berasal dari bahasa Yunani yaitu echinos berarti landak, derma
berarti kulit. Jadi echinodermata berarti hewan yang kulitnya berduri-duri. Hewan ini
biasanya hidup di pantai dan di dalam laut sampai kedalaman sekitar 366 m. Sebagian
hidup bebas, hanya gerakannya lamban, tidak ada yang parasit. Keistimewaan
Echinodermata adalah memiliki tubuh (organ tubuh) lima atau kelipatannya. Di samping
itu, hewan ini memiliki saluran air yang sering disebut sistem ambulakral. Sistem ini
digunakan untuk bergerak, bernafas, atau untuk membuka mangsanya yang memiliki
cangkok. Ciri umum lainnya adalah pada waktu masih larva tubuhnya berbentuk
simatris bilateral dan hidup sebagai plankton kemudian bermetamorfosa menjadi simetris
radial ketika dewasa, tidak berkepala, tubuh tersusun dalam sumbu oval aboral.
Echinodermata tidak mempunyai sendi ataupun rangka untuk bergerak (walaupun
Echinodermata mempunyai rangka luar), melainkan bergerak menggunakan sistem
hidrolik saluran air (water vascular system) yang membantunya dalam pergerakan.
Sistem saluran air mempunyai banyak tonjolan-tonjolan yang disebut sebagai kaki tabung
(tube feet) pada bagian ventral lengan yang membantunya dalam pergerakan dan makan.
Tubuh tertutup epidermis tipis yang menyelubungi rangka messodermal (rangka di
dalam). Rangka terdiri atas ossicle atau pelat-pelat kapur yang dapat digerakkan atau
tidak. (Via Rifkia, S. Far)
Gambar 1. (a) Bintang laut; (b) Bintang ular laut; (c) Bulu babi; (d)
Mentimun laut
Permukaan tubuh terbagi menjadi 5 bagian yang simetris terdiri atas daerah
ambulakral (tempat menjulurnya kaki tabung dan daerah interambulakral (inter radii)
yang tidak ada kaki tabungnya. Sistem ambulakral sebenarnya merupakan sistem saluran
air. Sistem saluran air ini terdiri atas:
a. Madreporit, merupakan lubang tempat masuknya air dari luar tubuh.
b. Saluran batu
c. Saluran cincin
d. Saluran radial, meluas ke seluruh tubuh.
e. Saluran lateral
f. Ampula
g. Kaki tabung
Sistem ini berfungsi untuk bergerak, bernafas atau membuka mangsa. Pada hewan
ini air laut masuk melalui lempeng dorsal yang berlubang-lubang kecil (madreporit)
menuju ke pembuluh batu. Kemudian dilanjutkan ke saluran cincin yang mempunyai
cabang ke lima tangannya atau disebut saluran radial selanjutnya ke saluran lateral. Pada
setiap cabang terdapat deretan kaki tabung dan berpasangan dengan semacam gelembung
berotot atau disebut juga ampula. Dari saluran lateral, air masuk ke ampula. Saluran ini
berkahir di ampula rongga tubuh (coelem) luas dan dilapisi peritoneum bercilia dalam
perkembangannya sebagian tubuh menjadi sistem pembuluh air terdiri avertebrata
lainnya. Sistem pembuluh air terdiri atas madreporit, saluran batu, saluran cincin, saluran
radial, saluran lateral, ampula dan kaki tabung. Sistem air ini berfungsi untuk
menggerakkan kaki tabung dengan cara mengatur masuk dan keluarnya air laut melalui
madeporit kontraksi ampula mengatur volume air dalam kaki tabung, berarti mengatur
gerak kaki tabung. Kaki tabung berfungsi untuk merayap, berpegang pada substrat,
memegang mangsa atau membantu pertukaran gas O2 dan CO2. (dr. Rr. Putri
Adimukti)
Gambar 2. Struktur tubuh bintang laut
2.2. Sistem Reproduksi Filum Echinodermata
Echinodermata mempunyai jenis kelamin terpisah, sehingga ada yang jantan dan
betina. Fertilisasi terjadi di luar tubuh, yaitu di dalam air laut. Telur yang telah dibuahi
akan membelah secara cepat menghasilkan blastula, dan selanjutnya berkembang
menjadi gastrula. Gastrula ini berkembang menjadi larva. Larva atau disebut juga
bipinnaria berbentuk bilateral simetri. Larva ini berenang bebas di dalam air mencari
tempat yang cocok hingga menjadi branchidaria, lalu mengalami metamorfosis dan
akhirnya menjadi dewasa.
Gambar 3. Perkembangan telur bintang laut setelah terjadi
pembuahan.
Sistem reproduksi dari filum echinodermata ini berada sesuai dengan jenisnya.
Seperti pada kelas asteroidea melakukan reproduksi dengan cara asexsual (pembelahan)
yang disebut fissiparity artinya membelah dengan jalan fission diawali dengan
penyekatan pisin pusat menjadi 2 bagian kemudian memisah dan masing-masing
potongan melengkapi bagian tubuhnya. Ada juga secara sexual dioecius mempunyai 5
pasang gonad pada tiap tangannya. Telur dan sperma dilepas ke air, pembuahan di luar, 2
hari kemudian menjadi blastula yang berenang bebas dan masih simetri bilateral, gastrula
dan larva bipinnaria, enam atau tujuh minggu kemudian larva turun ke substrat dan
mengalami metamorfora menjadi bentuk simetri radial seperti yang dewasa. Untuk kelas
ophiurridem juga dioecius, pembuahan di luar, larvanya disebut ophiopluteus yang
berenang bebas untuk kelas echinoidea sama dengan ophiurridea, hanya nama larva yang
dihasilkan disebut echinopluteus. Untuk kelas holothuridea dioecius tetapi ada yang
hermaprodit porotandri, gonad hanya sebuah berbentuk seperti sekat pembuluh yang
bercabang dan menyatu menjadi gonaduct yang berhubungan dengan gonopore di
pangkal tentakel. Larvanya disebut auricularia untuk kelas crinoidea dioecius. Gonad
terletak pada pangkal beberapa pinnule atau pangkal tangan, pembuahan di luar.
Larvanya disebut vitelaria yang tidak makan, berenang bebas untuk beberapa hari
selanjutnya turun dan melekat dan menjalani proses metamorfosa menjadi bentuk larva
bertangkai yang kecil disebut larva pentacrinoid.
2.3. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan makanan hewan ini sudah sempurna. Sistem pencernaan
dimulai dari mulut yang posisinya berada di bawah permukaan tubuh. Kemudian
diteruskan melalui faring, ke kerongkongan, ke lambung, lalu ke usus, dan terakhir di
anus. Anus ini letaknya ada di permukaan atas tubuh dan pada sebagian Echinodermata
tidak berfungsi. Pada hewan ini lambung memiliki cabang lima yang masing-masing
cabang menuju ke lengan. Di masing-masing lengan ini lambungnya bercabang dua,
tetapi ujungnya buntu.
Kebiasaan makan dari filum echinodermata juga berbeda berdasarkan jenisnya.
Untuk kelas asteroidean termasuk karnivora dan memangsa berbagai avertebrata lain,
polip colentrata dan ikan, bahakan ada yang makan bangkai. Untuk kelas ophiroidea
merupakan suspention feeder beberapa sebagai filter feeder atau deposit feeder dan
seavenger. Untuk jenis echionoidea mempunyai gigi 5 buah, tajam kuat digunakan untuk
mengunyah (Lentera Aristoteles). Makanannya adalah ganggang, hewan sessile, bangkai
dan detritus.
2.4. Sistem Respirasi
Echinodermata bernafas menggunakan paru-paru kulit atau dermal branchiae
(Papulae) yaitu penonjolan dinding rongga tubuh (selom) yang tipis. Tonjolan ini
dilindungi oleh silia dan pediselaria. Pada bagian inilah terjadi pertukaran oksigen dan
karbondioksida. Ada pula beberapa jenis Echinodermata yang bernafas dengan
menggunakan kaki tabung. Sisa-sisa metabolisme yang terjadi di dalam sel-sel tubuh
akan diangkut oleh amoebacyte (sel-sel amoeboid) ke dermal branchiae untuk
selanjutnya dilepas ke luar tubuh.
2.5. Sistem Peredaran Darah
Sistem peredaran darah Echinodermata umumnya tereduksi, sukar diamati. Sistem
peredaran darah terdiri dari pembuluh darah yang mengelilingi mulut dan dihubungkan
dengan lima buah pembuluh radial ke setiap bagian lengan.
2.6. Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri dari cincin saraf dan tali saraf pada bagian lengan-lengannya.
Gambar 4. Struktur umum bagian tubuh bintang laut.
(dr. Rr. Putri Adimukti)
BAB. III
Klasifikasi Echinodrmata. Penyebaran, Isolasi Bahan Aktif, Cara Pengolahan dan
Kegunaan Zat Aktif
Filum Echinodermata dilasifikasikan dalam 5 kelas, yaitu:
1. Kelas Asteroidea (Sea Star)
2. Kelas Ophiuroidea (Brittle Star)
3. Kelas Echinoidean (Sea Urchin)
4. Kelas Crinoidea (Sea Lilies)
5. Kelas Holothuroidea (Sea Cucumber)
3.1. Kelas Asteroidea (Sea Star)
Biasanya disebut bintang laut, karena bentuk tubuhnya seperti bintang (penta
merous), tangannya 5 buah, diameter antara 10-20 cm. Tangan bagian bawah disebut oral
sedangkan bagian atas disebut obural. Dari mulut sampai ujung tangan terdapat lekukan
memanjang. Pada tiap lekukan terdapat duri-duri yang dapat digerakkan untuk
melindungi kaki tabung. Anus dan anodreporit terdapat pada bagian aboral.
Gambar 5. Bintang laut
Hewan-hewan asteroid berdiskus (bercakram) sentral dengan penjuluran-
penjuluran yang berongga dan bercabang-cabang sebagai selom. Asteroid mempunyai
telapak kaki berbentuk tabung dan terletak pada alur sepanjang sisi oral penjuluran-
penjuluran itu. Contoh: Asterias vulgaris (bintang laut). Pada bintang laut (star fish) jelas
dapat dibedakan permukaan atas (sisi aboral) dan permukaan bawah (sisi oral). Pada sisi
aboral terdapat papan berwarna yang disebut madreporit yang letaknya pada
persimpangan empat dari 2 penjuluran. Seluruh tubuhnya tertutup duri kecuali pada lekuk
sisi oral yang disebut selah ambulakral. Alat gerak berupa tabung telapak, biasanya 4
buah, terletak dalam celah ambulakral. Dinding selom menonjol sebagai kantong yang
disebut branki dan papulae. Branki muncul diantara papan-papan kapur, dan berfungsi
sebagai alat pernapasan dan eksresi. Pada permukaan tubuhnya terdapat pediselariae,
sebagai alat-alat tambahan dan berbentuk seperti angkup (forsep) yang berguna untuk
menghilangkan benda-benda asing pada permukaan tubuhnya.
Sistem saraf
Pada bintang laut terdapat cincin saraf dalam cakram. Pada tiap penjuluran
tubuhnya terdapat saraf radial pada sisi ventral. Saraf ini bercabang-cabang halus banyak
sekali. Tiap saraf radial berakhir sebagai sebuah mata pada tiap penjuluran tubuh.
Reproduksi
Jenis kelamin terpisah, namun pada tiap penjuluran terdapat sepasang gonad.
Masing-masing gonad berlubang pada sisi aboral di dekat pangkal penjuluran. Telur dan
sperma dicurahkan dalam satu musim, dan fertilisasi terjadi di luar tubuh (dalam air).
Embrio tumbuh menjadi larva dan berenang bebas. Larva itu bersimetri bilateral.
3.2. Kelas Ophiuroidea
Gambar 8. Bintang ular
Seperti echinodermata lainnya, ophiuroidea memiliki rangka dari kalsium
karbonat. Bentuk tubuhnya mirip dengan asteroidea. Kelima lengan ophiuroidea
menempel pada cakram pusat yang disebut calyx. Ophiuroidea memiliki lima rahang. Di
belakang rahang ada kerongkongan pendek dan perut besar, serta buntu yang menempati
setengah cakram. Ophiuroidea tidak memiliki usus maupun anus. Pencernaan terjadi di
perut. Pertukaran udara dan ekskresi terjadi pada kantong yang disebut bursae. Umumnya
ada 10 bursae. Kelamin terpisah pada kebanyakan spesies. Ophiuroidea memiliki gonad.
Gamet disebar oleh bursal sacs. Sistem saraf terdiri atas cincin saraf utama yang bekerja
di sekitar cakram utama. Ophiuroidea tidak memiliki mata, atau sejenisnya. Tetapi,
mereka memiliki kemampuan untuk merasakan cahaya melalui reseptor pada epidermis.
Baik Ophiurida maupun Euryalida memiliki lima lengan yang panjang, langsing,
fleksibel, dan berbentuk seperti cambuk. Mereka dibantu dengan rangka internal yang
terbuat dari kalsium karbonat. Pembuluh dari sistem vaskular air berakhir di kaki tabung.
Sistem vaskular air umumnya memiliki satu madreporit. Kaki tabung tidak memiliki
penghisap dan ampulla. Ophiuroidea memiliki kemampuan untuk meregenerasi kaki yang
putus. Ophiuroidea menggunakan kemampuan ini untuk melarikan diri dari predator,
seperti kadal, yang mampu memutuskan ekor mereka untuk membingungkan pengganggu
seperti pada bintang ular.
Gambar 9. Anatomi bintang laut
Bintang ular adalah hewan dari filum Echinodermata, yang memiliki hubungan
dekat dengan bintang laut. Mereka berjalan di dasar laut dengan menggunakan lengan
fleksibel mereka untuk bergerak. Bintang ular umumnya memiliki lima lengan berbentuk
seperti cambuk yang panjangnya bisa mencapai 60 cm (2 kaki) pada spesimen terbesar.
Ada sekitar 1.500 spesies bintang ular yang hidup sekarang, dan mereka kebanyakan
ditemukan pada kedalaman lebih dari 500 meter (1.620 kaki). Bintang ular dapat
ditemukan pada perairan besar, dari kutub sampai tropis. Berdasarkan fakta, lili laut,
teripang, dan bintang ular merajai dasar laut pada kedalaman lebih dari 500 meter, di
seluruh dunia.
Bintang ular menggunakan lengan mereka untuk bergerak. Mereka, tidak seperti
bintang laut, bergantung pada kaki tabung. Bintang laut bergerak dengan menggerakan
lengan mereka yang sangat fleksibel dan membuat mereka bergerak seperti ular.
Pergerakan mereka mirip dengan hewan simetri bilateral.
Sistem pernapasan
Pernapasan dilakukan oleh 5 pasang kantong kecil yang bercelah di sekitar mulut,
alat ini berhubungan dengan saluran alat reproduksi (gonad).
Sistem pencernaan makanan
Alat-alat pencernaan makanan terdapat dalam bola cakram, dimulai dari mulut
yang terletak di pusat tubuh kemudian lambung yang berbentuk kantong. Hewan ini tidak
memiliki anus. Di sekeliling mulut terdapat rahang yang berupa 5 kelompok lempeng
kapur.Makanan dipegang dengan satu atau lebih lengannya, kemudian dihentakkan dan
dengan bantuan tentakel dimasukkan ke mulut. Sesudah dicerna, bahan-bahan yang tidak
tercerna dibuang ke luar melalui mulutnya.
Sistem reproduksi
Jenis kelamin hewan ini terpisah. Hewan ini melepaskan sel kelamin ke air dan
hasil pembuahannya akan tumbuh menjadi larva mikroskopis yang lengannya bersillia,
disebut pluteus. Pleteus kemudian mengalami metamorfosis menjadi bentuk seperti
bintang laut dan akhirnya menjadi bintang ular. (dr. L. Nurlinda P)
3.3. Kelas Echinoidea
Kelas Echinoidea kurang lebih terdiri dari 1437 species dan subspecies. Salah satu
ordo dari kelas Echinoidea yang terkenal memiliki banyak manfaat adalah ordo Cidaroida
atau sea urchin atau bulu babi atau landak laut. Bulu babi memiliki bentuk dasar tubuh
segilima. Mempunyai lima pasang garis kaki tabung dan duri panjang yang dapat
digerakkan. Kaki tabung dan duri memungkinkan binatang ini merangkak di permukaan
karang dan juga dapat digunakan untuk berjalan di pasir. Cangkang luarnya tipis dan
tersusun dari lempengan-lempengan yang berhubungan satu sama lain.
Hewan ini tidak mempunyai lengan. Tubuhnya umumnya berbentuk seperti bola
dengan cangkang yang keras berkapur dan dipenuhi dengan duri-duri. Durinya amat
panjang, lancip seperti jarum dan sangat rapuh. Duri-durinya terletak berderet dalam
garis-garis membujur dan dapat digerak-gerakkan, panjangnya dapat mencapai ukuran 10
cm dan lebih. Penyelam yang tidak menggunakan alas kaki mudah sekali tertusuk durinya
sehingga akan sedikit merasakan demam karena bisa pada duri tersebut, racunnya sendiri
dapat dinetralisir dengan amonia, perlakuan asam ringan (jeruk lemon atau cuka).
Berdasarkan bentuk tubuhnya, kelas Echinodoidea dibagi dalam dua subkelas
utama, yaitu bulu babi beraturan (regular sea urchin) dan bulu babi tidak beraturan
(irregular sea urchin), dan hanya bulu babi beraturan saja yang memiliki nilai konsumsi.
Tubuh bulu babi sendiri terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian oral, aboral, dan bagian
diantara oral dan aboral. Pada bagian tengah sisi aboral terdapat sistem apikal dan pada
bagian tengah sisi oral terdapat sistem peristomial. Lempeng-lempeng ambulakral dan
interambulakral berada diantara sistem apikal dan sistem peristomial. Di tengah-tengah
sistem apikal dan sistem peristomial termasuk lubang anus yang dikelilingi oleh sejumlah
keping anal (periproct) termasuk diantaranya adalah keping-keping genital. Salah satu
diantara keping genital yang berukuran paling besar merupakan tempat bermuaranya
sistem pembuluh air (waste vascular system). Sistem ini menjadi ciri khas Filum
Echinodermata, berfungsi dalam pergerakan, makan, respirasi, dan ekskresi. Sedangkan
pada sistem peristomial terdapat pada selaput kulit tempat menempelnya organ “lentera
aristotle”, yakni semacam rahang yang berfungsi sebagai alat pemotong dan penghancur
makanan. Organ ini juga mampu memotong cangkang teritip, moluska ataupun jenis bulu
babi lainnya. Di sekitar mulut bulu babi beraturan kecuali ordo Cidaroidea terdapat lima
pasang insang.
Hewan unik ini juga memiliki kaki tabung yang langsing panjang, mencuat
diantara duri-durinya. Duri dan kaki tabungnya digunakan untuk bergerak merayap di
dasar laut. Ada yang mempunyai duri yang panjang dan lancip, ada pula yang durinya
pendek dan tumpul. Mulutnya terletak di bagian bawah menghadap ke dasar laut
sedangkan duburnya menghadap keatas di puncak bulatan cangkang. Makanannya
terutama alga, tetapi ada beberapa jenis yang juga memakan hewan-hewan kecil lainnya.
Pada umumnya bulu babi berkelamin terpisah, dimana jantan dan betina
merupakan individu-individu tersendiri (gonochorik/dioecious). Spesies gonochorik
secara khusus memiliki rasio seks sendiri dan jarang bersifat hemafrodit. Munculnya
hemafrodoitisme pada Tripneustes gratilla adalah 1 dari 550 individu. Pembelahan bulu
babi terjadi secara eksternal, dimana sel telur dan sel sperma di lepas ke dalam air laut di
sekitarnya. Gonad jantan dan betina pada bulu babi juga sulit dibedakan tanpa
menggunakan mikroskop. Secara kasar hanya warna yang digunakan untuk membedakan
gonad. Misalnya pada bulu babi Paracentrotus livindus, gonad jantan berwarna kuning
sedangkan betina berwarna orange.
Dalam penelitian Gunarto dan Setiabudi (2002) di perairan Pulau Barang Lompo,
Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan, didapati ukuran bulu babi terbesar memiliki
kisaran tinggi cangkang 50-61 mm, diameter cangkang 86-94 mm, berat total 148-331 g.
Sedangkan ukuran bulu babi terkecil dengan ukuran tinggi cangkang 27,2-36,4 mm,
diameter cangkang 47,4-66,0 mm, dan berat total 41,4-110,9 g.
Bulu babi termasuk organisme yang pertumbuhannya lambat. Umur, ukuran, dan
pertumbuhan tergantung kepada jenis dan lokasi. Chen dan Run (1988) melaporkan
bahwa bulu babi jenis Tripeneuste gratilla yang dipelihara di laboratorium di Taiwan
mengalami metamorfosis pada umur 30 hari. Pertumbuhan Tripneustes gratilla sangat
cepat pada awal perkembangannya, tetapi jumlahnya terbatas. Hal ini diduga erat
kaitannya dengan banyaknya predator yang dialami oleh hewan berukuran kecil. Setelah
mencapai umur tertentu, cangkangnya sudah cukup kuat sehingga jumlah predator yang
dapat menyerang dan memecahkan cangkangnya berkurang. Bulu babi mempunyai
banyak predator, yaitu berbagai jenis ikan, termasuk hiu, anjing laut, lobster, kepiting,
dan gastropoda. Hal ini juga menyebabkan rendahnya densitas bulu babi. Predator utama
bulu babi jenis Diadema setosum adalah ikan Buntal (Tetraodon) dan ikan Pakol
(Balistes) yang mempunyai gigi yang kuat dan tajam yang dapat mematahkan duri-duri
dan mengoyak cangkang bulu babi. Mortalitas bulu babi umumnya sangat tinggi. Secara
umum di alam bulu babi dapat mengalami kematian massal pada suhu 34-40˚ C.
Bulu babi hidup di ekosistem terumbu karang (zona pertumbuhan alga) dan lamun
(sea grass). Bulu babi ditemui dari daerah intertidal sampai kedalaman 10 m dan
merupakan penghuni sejati laut dengan batas toleransi salinitas antara 30-34 ‰. Bulu
babi termasuk hewan benthonic, ditemui di semua laut dan lautan dengan batas
kedalaman antara 0-8000 m. Karena echinoid memiliki kemampuan beradaptasi dengan
air payau lebih rendah dibandingkan invertebrata lain. Kebanyakan bulu babi beraturan
hidup pada substrat yang keras, yakni batu-batuan atau terumbu karang dan hanya
sebagian kecil yang menghuni substrat pasir dan lumpur, karena pada kondisi demikian
kaki tabung sulit untuk mendapatkan tempat melekat. Golongan tersebut khusus hidup
pada teluk yang tenang dan perairan yang lebih dalam, sehingga kecil kemungkinan
dipengaruhi ombak.
Bulu babi tersebar di hampir semua zone lautan. Diketahui ada sekitar 800 species
bulu babi di seluruh dunia. Di Perairan Indo-Malaya (Perairan Indonesia, Malaysia,
Filipina, sebagian wilayah Australia Utara) diketahui berjumlah sekitar 316 spesies
(Clark & Rowe, 1971). Khusus di Perairan Indonesia diketahui sekitar 84 jenis yang
tergabung dalam 48 marga dan 21 suku (Aziz, 1987). Bulu babi tersebut berasal dari
berbagai ordo, famili, genus, dan spesies.
Bulu babi merah (Strongylocentrotus franciscanus) dan bulu babi hijau
(Strongylocentrotus droebachiensis) banyak tersebar di seluruh dunia, yakni di Samudra
Atlantik dan Samudra Pasifik, terutama perairan Amerika Serikat (California dan Maine)
serta perairan Kanada (British Columbia dan New Brunswick).10 Sedangkan di Indonesia,
Menurut Laode M Aslan, ada 3 (tiga) bulu babi yang banyak terdapat di perairan
Indonesia dan dapat dikembangkan sebagai komoditas yang penting, yakni dari jenis
Echinometra spp., Tripneustes gratilla, dan Diadema setosum. Ketiga jenis bulu babi ini
selain pertumbuhannya cepat juga mampu menghasilkan gonad (organ reproduksi) yang
lebih besar dibandingkan jenis bulu babi lainnya.
Bulu babi merupakan salah satu jenis komoditas perairan yang gonadnya
dimanfaatkan sebagai sumber pangan potensial. Gonad yang banyak dicari konsumen
adalah gonad yang bertekstur kompak, padat, tidak berlendir, dan berwarna kuning cerah,
baik gonad betina ataupun jantan. Selain menjadi sumber pangan dunia, bulu babi
ternyata memiliki fungsi ekologis yang sangat penting. Kematian massal bulu babi yang
pernah terjadi di perairan Pasifik Barat dengan tingkat kematian mencapai 93-100%
ternyata mengakibatkan terjadinya biomassa alga meningkat sehingga kesetimbangan
ekosistem terganggu. Biota laut berduri ini juga ternyata memiliki keunikan yang tidak
lazim, yaitu memiliki umur yang panjang. Bahkan bulu babi merah tidak sekedar
mencapai umur 7 hingga 15 tahun seperti diperkirakan, tapi bisa mencapai 200 tahun
lebih. Selain itu, bulu babi juga dinyatakan sebagai saudara tua manusia dengan hasil
pengamatan yang menunjukkan bahwa 70 persen gen bulu babi ternyata memiliki
kemiripan dengan manusia.
Beberapa species bulu babi yang penting diantaranya adalah:
Paracentrotus lividus
Gambar 10. Paracentrotus lividus
Strongylocentrotus franciscanus
Gambar 11. Strongylocentrotus franciscanus
Strongylocentrotus droebachiensis
Gambar 12. Strongylocentrotus droebachiensis
Strongylocentrotus purpuratus
Gambar 13. Strongylocentrotus purpuratus
Diadema setosum
Gambar 14. Diadema setosum
Tripneustes gratilla
Gambar 15. Tripneustes gratilla
Echinometra spp.
Gambar 16. Echinometra spp.
3.3.1. Fungsi dan Kegunaan
Fungsi dan kegunaan dari organisme echinoidea adalah sebagai berikut:
Organisme dari kelas Echinodea merupakan sumber makanan untuk kepiting,
bintang laut, ikan, anjing laut, dan mamalia lainnya.
Bulu babi merupakan salah satu komoditas hasil perairan yang telah dimanfaatkan
sebagai salah satu bahan pangan. Bagian dari bulu babi yang biasa dimanfaatkan
adalah gonad, baik gonad jantan maupun gonad betina. Bulu babi beraturan
mempunyai lima gonad yang tergantung sepanjang bagian dalam interambulakral
pada daerah aboral. Gonad betina maupun jantan (corals atau roe) dari bulu babi
merah (Strongylocentrotus franciscanus), ungu (Strongylocentrotus purpuratus), dan
hijau (Strongylocentrotus droebachiensis), merupakan salah satu jenis makanan
yang penting bagi masyarakat Jepang yang biasa dihidangkan pada sushi atau
sashimi yang dikenal dengan nama ‘”uni”.
Gambar 17. Telur atau roe (gonad) dari bulu babi yang dipanen
Gambar 18. Gonad bulu babi diolah menjadi “uni” pada hidangan sashimi dan sushi.
Paracentrotus lividus juga merupakan jenis bulu babi yang dapat dimakan, terutama
dalam hidangan Mediterania dan Chili.
Strongylocentrus droebachiensis, Cidaris tribuloides, Strongylocentrotus
franciscanus, Strongylocentrotus purpuratus, dan Evechinus chloroticus, juga
merupakan jenis bulu babi yang digunakan sebagai makanan di beberapa negara
(edible sea urchin).
Secara empiris, gonad bulu babi yang dimakan sebagai makanan dipercaya memiliki
khasiat sebagai afrodisiak dan meningkatkan stamina/vitalitas kaum pria. Penelitian
yang dilakukan oleh Delianis Pringenies, seorang peneliti dari Universitas
Diponegoro Semarang, membuktikan bahwa aktivitas seksual mencit yang diberi
pakan gonad bulu babi sebanyak 2 kali perhari ternyata meningkat secara bermakna.
Kadar hormon testosteron dan jumlah spermatozoa mencit juga meningkat secara
tajam setelah diberi pakan gonad bulu babi 1 kali perhari.
Telur bulu babi sejak tahun 1800-an digunakan sebagai model untuk mempelajari
biologi molekuler dan genomik molekuler, terutama dalam mempelajari
perkembangan zigot/embrio. Hal ini dikarenakan bahwa struktur bulu babi
merupakan organisasi yang sederhana dan transparansi optik dari embrio bulu babi
memungkinkan dalam melakukan observasi morfogenesis in-vivo.
Gambar 19. Embrio bulu babi yang transparan: sebuah laboratorium hidup untuk mempelajari perkembangan dan morfogenesis embrio
Bulu babi juga digunakan sebagai model untuk mempelajari evolusi innate immunity
(imunitas yang diturunkan), karena adanya homologi antara gen terkait sistem imun
pada bulu babi dengan gen terkait sistem imun pada vertebrata.
Gamet, embrio, dan larva bulu babi dapat digunakan untuk skrining dan menguji
substansi toksik dan mekanisme kerjanya. Contohnya: skrining terhadap toksisitas
retinoid yang biasa dipakai dalam pengobatan di bidang dermatologi menunjukkan
adanya malformasi fetus.
Embrio bulu babi juga digunakan sebagai model untuk menguji obat antikanker.
Sel efektor pada sistem imunitas bulu babi juga dapat digunakan sebagai alat untuk
mendeteksi polusi di laut (biosensor/bioindikator). Sel efektor tersebut dinamakan
coelomocytes yang terdapat di dalam rongga coelom, yang akan berespon terhadap
stress lingkungan seperti polusi di laut, misalnya polusi oleh logam berat Cadmium.
3.4. Kelas Holothuridae
Gambar 20. Sea cucumber
Tubuh lunak dan panjang, simetris bilateral secara sekunder karena sumbu oral-aboral
memanjang dan terletak sejajar dengan substrat. Mulut dikelilingi 10-30 buah tentrakel
retraktil, semacam kaki tabung. Letak mulut di anterior dan anus posterior. Pada
bagian ventral terdapat 3 daerah kaki tabung yang mengandung alat penempel,
berfungsi sebagai alat gerak.
Gambar 21. Teripang /mentimun laut Sebagai contoh, Teripang atau trepang atau timun laut adalah istilah yang diberikan
untuk hewan invertebrata Holothuroidea yang dapat dimakan. Ia tersebar luas di
lingkungan laut diseluruh dunia, mulai dari zona pasang surut sampai laut dalam
terutama di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik Barat.
Di dalam jurnal-jurnal internasional, istilah trepang atau beche-de-mer tidak pernah
dipakai dalam topik-topik keanegaragaman, biologi, ekologi maupun taksonomi.
Dalam subyek-subyek ini, terminologi yang dipakai untuk menggambarkan kelompok
hewan ini adalah sea cucumbers atau holothurians (disebut holothurians karena hewan
ini dimasukkan dalam kelas Holothuroidea). Kelompok timun laut yang ada di dunia
ini lebih dari 1200 jenis, dan sekitar 30 jenis di antaranya adalah kelompok teripang.
Teripang adalah hewan yang bergerak lambat, hidup pada dasar substrat pasir, lumpur
pasiran maupun dalam lingkungan terumbu. Teripang merupakan komponen penting
dalam rantai makanan di terumbu karang dan ekosistem asosiasinya pada berbagai
tingkat struktur pakan (trophic levels). Teripang berperan penting sebagai pemakan
deposit (deposit feeder) dan pemakan suspensi (suspensi feeder). Di wilayah Indo-
Pasifik, pada daerah terumbu yang tidak mengalami tekanan eksploitasi, kepadatan
teripang bisa lebih dari 35 ekor per m2, dimana setiap individunya bisa memproses 80
gram berat kering sedimen setiap harinya.
Beberapa spesies teripang yang mempunyai nilai ekonomis penting diantaranya:
teripang putih (Holothuria scabra), teripang koro (Microthele nobelis), teripang
pandan (Theenota ananas), teripang dongnga (Stichopu ssp) dan beberapa jenis
teripang lainnya. (dr. Rr. Putri Adimukti)
Kelas Crinoidea
Gambar 22. Lili laut
Lili laut atau Crinoidea adalah salah satu anggota filum
echinodermata. Bentuk tubuh dan penampilannya menyerupai
tanaman lili atau pakis. Bagi orang awam lili laut mungkin dianggap
sebagai flora laut, apalagi bagian tangannya mempunyai corak
warna yang beraneka ragam, hijau, kuning, merah, hitam atau
kombinasi dari dua atau lebih warna.
Secara umum Crinoidea dapat digolongkan dalam dua kelompok
besar yaitu Comatulida atau lili laut yang hidup bebas dan bisa
berpindah tempat, dan "stalked crinoid" atau lili laut bertangkai.
Kelompok lili laut yang disebutkan belakangan ini, hidupnya di dasar
laut dan tidak bisa berpindah tempat.
Lili laut ditemukan di semua laut dengan kedalaman antara 0 - 6000
m. Jenis Comatulida hidup di perairan dangkal sedangkan lili laut
bertangkai (stalked crinoids) hidup di laut dalam. Telah diketahui
anggota lain dari filum echinodermata seperti teripang, bulu babi,
bintang laut, dan bintang ular dapat dikelompokkan berdasarkan
cara makan dan macam makanan. Lili laut pada umumnya
mempunyai cara dan kebiasaan makan yang sama dengan
kelompok di atas yaitu termasuk kedalam kelompok biota pemakan
penyaring (filter feeders). Makanannya pun berupa plankton dan
partikel melayang (seston).
Secara ekonomis lili laut tidaklah mempunyai nilai yang berarti,
tetapi kehadirannya di daerah terumbu karang adalah cukup penting
terutama di dalam siklus rantai makanan di ekosistem terumbu
karang tersebut. Selain itu kehadiran lili laut di terumbu karang akan
menambah nilai este-tika terumbu karang tersebut. Menurut
penelitian para pakar, ternyata bahwa lili laut juga dikonsumsi oleh
berbagai jenis ikan karang (MEYER 1985).
Penelitian mengenai kehidupan lili laut cukup banyak dilakukan
pakar asing terutama untuk jenis-jenis lili laut yang hidup di terumbu
karang.