lks kki

188

Upload: atika-ayu-kusumaningtyas

Post on 26-Dec-2015

325 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

keanekaragaman invetebrata

TRANSCRIPT

Filum Protozoa

Protozoa berasal dari bahasa Yunani, yaitu protos artinya pertama dan zoon artinya hewan. Jadi, Protozoa adalah hewan pertama bersel tunggal yang hidup sendiri-sendiri atau berkelompok membentuk koloni. Sifat umum protozoa adalah uniselluler, heterotrofik. Ilmuwan yang pertama kali mempelajari protozoa adalah Anthony van Leeuwenhoek.

A. Struktur Tubuh Filum Protozoa

Ukurannya antara 3 – 100 mikron merupakan organisme mikroskopis tetapi dapat tumbuh sampai 6 mm meskipun jarang, ontohnya Ciliata : Sprirostomum sp. (3 mm), dan Sporozoa : Porospora gigantean (6 mm). dan mudah dilihat di bawah mikroskop. Tubuh protozoa amat sederhana, yaitu terdiri dari satu sel tunggal (unisel). Namun demikian, Protozoa merupakan system yang serba bisa. Semua tugas tubuh dapat dilakukan oleh satu sel saja tanpa mengalami tumpang tindih Bentuk tubuh macam-macam ada yang seperti bola, bulat memanjang, atau seperti sandal bahkan ada yang bentuknya tidak menentu. 

B. Habitat filum Protozoa

Sebagian besar protozoa hidup bebas di laut atau air tawar, misalnya di selokan, kolam, dan sungai.  Jenis lainnya ada yang hidup di tanah. Beberapa jenis protozoa hidup dalam tubuh hewan atau manusia bersifat parasitik. menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan ternak, Atau pada cairan tubuh, misalnya dalam darah Semua protozoa memerlukan kelembaban yang tinggi pada habitat apapun. jika keadaan lingkungan kurang menguntungkan protozoa akan membungkus diri membentuk kista untuk mempertahankan diri. Protozoa hidup secara soliter atau bentuk koloni. Didalam ekosistem air, protozoa merupakan zooplankton.

Entamuba histolytica, hidup didalam usus halus manusia,  bersifat parasit dan menyebabkan penyakit perut  disentriamuba.

Entamuba gingivalis, hido dalam rongga mulut dan  menguraikan sisa – sisa makanan, sehingga merusakn gigi dan  gusi.

C. Ciri-Ciri Umum Protozoa

Ciri-ciri umum hewan yang tergolong Filum Protozoa dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tubuh tersusun atas satu sel, ukurannya beberapa mikron sampai beberapa  milimeter dan umumnya bersifat mikroskopis.

2. Umumnya hidup secara individual, tetapi ada yang hidup secara koloni, ada yang hidup bebas di dalam air, komensal, dan ada pula yang bersifat parasit pada hewan lain.

3. Umumnya berkembangbiak dengan cara membelah diri, tetapi ada pula yang mengadakan konyugasi, dan ada pula yang membentuk spora.

4. Makanannya berupa : bakteri, hewan bersel satu lainnya atau sisa-sisa organisme. Cara mengambil makanannya ada yang saprozoik ( memakan / menguraikan bangkai hewan ) danholozoik ( memakan hewan lain yang masih hidup ).

5. Cara bergeraknya ada yang menggunakan : flagela, silia, atau pseudopodia, bahkan ada yang tidak memiliki alat gerak.

6. Tidak memiliki klorofil, kecuali Euglena.

7. Eukariota dan dapat membentuk sista ( lapisan pelindung ).

D. Nutrisi dan Cara Makan

Protozoa mendapatkan nutrisinya melalui salah satu dari dua cara, yaitu sebagai berikut :

Osmotrof, yaitu menyerap nutrien terlarut langsung melalui membran sel. Fagotrof, yaitu menelan materi organik atau partikel makanan dengan membentuk

vesikel intra sitoplasma yang disebut vakuola makanan. Mekanisme pengolahan makanan seperti ini dikenal sebagai fagositosis, contohnya : Amoeba.

E. Reproduksi Filum Protozoa

Sebagian besar Protozoa berkembang biak secara aseksual (vegetatif) dengan cara : 

1. Pembelahan mitosis (biner), yaitu pembelahan yang diawali dengan pembelahan inti dan diikuti pembelahan sitoplasma, kemudian menghasilkan 2 sel baru.Pembelahan biner terjadi pada Amoeba. Paramaecium, Euglena. 

2. Spora, Perkembangbiakan aseksual pada kelas Sporozoa (Apicomplexa) dengan membentuk spora melalui proses sporulasi di dalam tubuh nyamuk Anopheles. Spora yang dihasilkan disebut sporozoid.

3. Seksual (Generatif) Perkembangbiakan secara seksual pada Protozoa dengan cara :Konjugasi (Peleburan inti sel pada organisme yang belum jelas alat kelaminnya).

4. Peleburan gamet Sporozoa (Apicomplexa) telah dapat menghasilkan gamet jantan (mikrogametosit, kecil memanjang) dan gamet betina (makrogametosit, bulat). Peleburan gamet ini berlangsung di dalam tubuh nyamuk.

A. Klasifikasi Protozoa

Protozoa dibagi ke dalam 6 filum, yaitu Zoomastigophora, Rhizopoda, Apicomplexa,

Ciliophora, Foraminifera, dan Actinopoda. Berikut adalah tabel ciri umum sebagian filum

yang termasuk Protozoa.

Tabel 3.2 Perbandingan Protista Mirip Hewan

Filum Ciri Umum Contoh Spesies

Zoomastigophora Zooflagellata, menggunakan flagel untuk

bergerak dan memangsa, umumnya

uniseluler, beberapa berkoloni

Triconympha sp. dan

Trypanasoma sp.

Rhizopoda Pseudopodia untuk bergerak dan

memangsa

Amoeba proteus

Actinopoda Memangsa dengan axopodia (pseudopodia

yang runcing

Helizoa dan

Apicomplexa dan menyebar), memiliki rangka silika Radiozoa

Ciliophora Cilia digunakan untuk bergerak dan

memangsa, umumnya

Stylonychia sp.,

Foraminifera uniseluler, beberapa sesil dan berkoloni Paramaecium sp.

Berdasarkan alat geraknya, digolongkan atas;

1. Mastigophora atau Flagellata, bergerak menggunakan bulu cambuk (Flagela)

contohnya Trypanosoma gambiense.

2. Sarcodina atau Rhizopoda, bergerak menggunakan kaki semu (pseudopodia),

contohnya Amoeba proteus.

3. Ciliata atau Ciliophora, bergerak menggunakan bulu getar (silia), contoh:

Paramaecium, Didinium, Stentor, Vorticella.

4. Sporozoa, tidak memiliki alat gerak khusus dan berkembang biak dengan spora,

contohnya Plasmodium.

Berikut akan diulas satu per satu.

A. Mastigophora atau Flagellata

1. Klasifikasi Flagellata

Flagellata (dalam bahasa Latin diambil dari kata “flagell” yang berarti

cambuk) atau Mastigophora (dari bahasa Yunani,”mastig” yang berarti cambuk,

dan “phora” yang berarti gerakan), dalam taksonomi kuno Flagellata merupakan

salah satu kelas dalam filum protozoa atau protista yang mirip hewan, namun

dalam taksonomi modern menjadi superkelas yang dibagi menjadi dua kelas, yaitu

fitoflagelata dan zooflagelata.

Alat gerak Flagellata adalah flagellum atau cambuk getar, yang juga

merupakan ciri khasnya, sehingga disebut Flagellata (flagellum = cambuk). Letak

flagel berada pada ujung depan sel (anterior), sehingga saat bergerak seperti

mendorong sel tubuhnya, namun ada juga letak flagel di bagian belakang sel

(posterior). Selain berfungsi sebagai alat gerak, flagela juga dapat digunakan

untuk mengetahui keadaan lingkungannya atau dapat juga digunakan sebagai alat

indera karena mengandung sel-sel reseptor di permukaan flagel dan alat bantu

untuk menangkap makanan.

Berdasarkan alat bantu untuk menangkap makanan. Kelompok Flagellata

dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Flagellata autotrofik (berkloroplas), dapat berfotosintesis. Contohnya Euglena

viridis, Noctiluca mliliaris, volvox globator.

2. Flagellata heterotrofik (tidak berkloroplas), tidak dapt berfotosintesis.

Contohnya Trypanosoma gambiense, Leishmania. Sebagian besar hidup bebas

dan ada pula yang sebagai parasit pada manusia dan hewan, atau saprofit pada

organisme mati.

Dilihat dari bentuknya, Flagellata dikelompokkan menjadi dua, yaitu

berbentuk seperti tumbuhan yang dinamakan Fitoflagellata, dan yang berbentuk

seperti hewan yang dinamakan Zooflagellata.

1.    Fitoflagellata

Fitoflagelata adalah flagellata yang mirip dengan tumbuhan karena memiliki

kromotafora, sehingga dapat melakukan fotosintesis (fotosintetik). Fitoflagellata

mencernakan makananya dengan berbagai cara, menelan lalu mencernakan

didalam tubuhnya (holozoik), membuat sendiri makanannya (holofitrik), atau

mencernakan organisme yang sudah mati (saprofitik). Habitat fitoflagellata adalah

diperairan bersih dan diperairan kotor. Fitoflagellata bergerak menggunakan

flagella. Fitoflagellata diklasifikasikan menjadi 3 kelas, yaitu:

a.  Euglenoida

Tubuhnya menyerupai gelendong dan diselimuti oleh pelikel. Contoh dari

kelas Euglenoida yaitu Euglena viridis.

b.  Noctiluca miliaris

Tubuhnya berukuran besar dan biasanya hidup di habitat air laut. Noctiluca

miliaris kebanyakan hidup di air laut dengan ciri – ciri memiliki satu pasang

flagella yang berukuran satu panjang dan satu pendek, dapat melakukan

simbiosis dengan jenis ganggang tertentu. Noctiluca miliaris dapat

memancarkan sinar (bioluminense) apabila tubuhnya terkena rangsangan

mekanik.

2. Zooflagellata

Adalah flagellata yang tidak berkloroplas dan menyerupai hewan. Ada yang

hidup bebas namun kebanyakan bersifat parasit. Mempunyai :

a. Struktur tubuh

Bentuk tubuh mirip dengan sel leher porifera. Mempunyai flagella yang

berfungsi untuk menghasilkan aliran iar dengan menggoyangkan flagella,

selain itu flagella juga berfungsi sebagai alat gerak.

b. Reproduksi 

Dilakukan secara aseksual dengan membelah biner secara longitudinal ,

sedangkan reproduksi seksual belum diketahui.

2. Ciri Umum flagelata

1.      Mempunyai alat gerak yaitu bulu cambuk.

2.      Eukaryotic

3.      Uniseluler atau berkoloni

4.      Bersifat mikroskopis ( hanya bias dilihat dengan mikroskop).

5.      Hidup di air tawar maupun air laut.

6.      Berkembang biak secara seksual dan aseksual, secara seksual di lakukan dengan

konjugasi sedangkan secara aseksual di lakukan dengan pembelahan diri.

7.      Flagellata merupakan nenek moyang dari hewan dan

tumbuhan

8.      Bentuk tubuh lebih tetap tanpa rangka luar, tubuhnya dilindungi olah suatu

selaput yang fleksibel yang disebut pellicle, di sebelah luarnya terdapat selaput

plasma.).

3. Morfogenesis Flagellata

Bentuk tubuh Flagellata sangat beragam, ada yang berbentuk lonjong,

menyerupai bola, memanjang, dan polimorfik (memiliki berbagai bentuk

morfologi). Hidup secara soliter dan ada yang berkoloni.

Fitoflagellata mempunyai tubuh yang diselubungi oleh membrane selulosa,

misalnya volvox. ada pula yang memiliki lapisan pelikel, misalnya euglena. pelikel

adalah lapisan luar yang terbentuk dari selaput plasma yang mengandung protein.

Bentuk tubuh zooflagelata mirip dengan sel leher porifera. Zooflagelata

mempunyai flagel yang berfungsi untuk menghasilkan aliran air dengan

menggoyangkan flagel. Selain itu, flagella juga berfungsi sebagai alat gerak.

Koloni Volvox dapat terdiri dari ribuan sel dan diselubungi oleh membrane

selulosa. Salah satu spesies Fitoflagellata yang mudah ditemukan dan diamati

morfologinya yaitu Euglena viridis. Euglena viridis berbentuk seperti gelendong

dengan bagian anterior tubuh tumpul dan bagian posterior meruncing. Struktur

tubuh Euglena viridis terlindungi oleh pelikel dan dilengkapi dengan satu flagel

yang terletak dibagian anterior. Flagel berfungsi sebagai alat gerak untuk

berpindah tempat dan berfungsi untuk mengumpulkan makanan.

Pada ujung anterior tubuh juga terdapat celah sempit yang memanjang ke arah

posterior dan melebar membentuk kantong cadangan atau reservoir. Pada Euglena

terdapat bintik mata atau stigma. Stigma merupakan kumpulan pigmen yang

sangat peka terhadap cahaya, sehingga berfungsi sebagai penentu arah gerak aktif

yang berhubungan dengan intensitas cahaya di lingkungan. Di dalam sitoplasma

terdapat berbagai organel seperti plastida, kloroplas, nukleus, vakuola kontraktil,

dan vakuola nonkontraktil. Vakuola dapat berperan sebagai pompa untuk

mengeluarkan kelebihan air dari sel, atau untuk mengatur tekanan osmosis.

4.   Fisiologi Flagellata

Pada umumnya Flagellata membutuhkan suhu optimum antara 16-25°C,

sedangkan pH antara pH 6-8. Flagellata memperoleh nutrisi dengan beberapa

cara yaitu bersifat holozoik (heterotrof), apabila makanannya berupa

organisme lain yang berukuran lebih kecil, bersifat holofilik (autotrof), dapat

mensintesis makanannya sendiri dari zat organic yang berasal dari lingkungan

karena memiliki kloroplas, bersifat saprofitik, yaitu menggunakan sisa bahan

organic dari organisme yang telah mati dan bersifat parasitik dengan cara

menempel pada inang untuk mendapat nutrisi.

Fitoflagellata bersifat aerobik fotosintetik, karena sebagian besar spesies ini

memiliki kloroplas, sehingga dapat menghasilkan makanannya sendiri melalui

proses fotosintesis. Euglena viridis dapat menghasilkan makanan sendiri

(holofilik) dan mencerna organisme lain (holozoik). Euglena dapat

menghasilkan makanan sendiri karena pada lapisan entoplasma terdapat

kloroplas yang mengandung klorofil a dan b. Pada keadaan lingkungan cukup

cahaya, terjadi fotosintesis yang menghasilkan zat tepung (amilum). Amilum

ini disimpan didalam sitoplasma dalam bentuk butir-butir paramilum.

D. Habitat Flagellata

Air merupakan faktor penting keberaan Flagellata selain ketersediaan

makanan, pH dan suhu. Flagellata dapat ditemukan di lingkungan air tawar, di

danau, sungai, kolam, atau genangan air, misalnya Euglenoida dan Volvocida,

maupun air laut, misalnya Dinoflagellata. Spesies zooflagellata sebagian besar

bersifat parasit, namun adapula yang bersimbiosis dengan organisme lain,

misalnya Myxotrica didalam usus rayap.

5. Reproduksi dan Daur Hidup Flagellata

1. Reproduksi Flagellata

Reproduksi pada Flagellata ada 2 macam, yaitu vegetatif dan generatif.

Reproduksi vegetatif dengan cara pembelahan biner secara longitudinal, misalnya

pada Euglena.

Reproduksi generatif terjadi karena persatuan antara ovum dan spermatozoid,

misalnya pada Volvox. Reproduksi secara generatif berfungsi untuk memperkaya

variasi genetik, sehingga menghasilkan individu mutan yang lebih tahan terhadap

kondisi lingkungan. Pada Volvox terdapat koloni jantan yang menghasilkan sperma

dan koloni betina yang menghasilkan ovum, namun ada juga koloni yang bersifat

hermafrodit yang dapat menghasilkan sperma serta ovum. Meskipun koloni yang

bersifat hermafrodit dapat menghasilkan sperma dan ovum dalam satu koloni,

kematangan sperma dan ovum tidak pada saat yang bersamaan, sehingga tidak dapat

terjadi pembuahan diri. Ovum dihasilkan oleh oogonium, sedangkan Volvox jantan

menghasilkan spermatozoid oleh spermatogonium. Setelah terjadi fertilisasi akan

menghasilkan zigot, zigot akan menghasilkan empat spora, yang kemudian akan

menjadi individu baru.

2.    Daur Hidup Flagellata

Flagellata memiliki tahapan trofozoit dan kista. Pada tahapan trofozoit merupakan

waktu aktif untuk mencari makan dan tumbuh. Sedangkan dalam bentuk kista,

Flagellata dapat bertahan hidup kondisi yang sulit, seperti terpapar pada suhu yang

ekstrem dan bahan kimia berbahaya, atau waktu lama tanpa akses terhadap nutrisi, air,

atau oksigen untuk jangka waktu tertentu. Pada Zooflagellata, menjadi bentukan kista

memungkinkan untuk bertahan hidup di luar tubuh inang, dan memungkinkan

terjadinya transmisi dari satu host ke host yang lain. Proses dimana terjadi perubahan

menjadi bentuk kista disebut encystation, sedangkan proses mentransformasikan

kembali ke trophozoite disebut excystation.

E.  Peranan Flagellata

Flagellata memiliki peranan yang penting dalam lingkungan perairan. Flagellata

berperan sebagai predator karena memangsa organisme uniseluler atau ganggang,

bakteri, dan microfungi, sehingga populasi organisme dapat dikendalikan. Selain

berfungsi sebagai pengendali, Flagellata yang bersifat saprofitik berperan sebagai

dekomposer dalam rantai makanan.

Di lingkungan perairan flagellata berperan sebagai phytoplankton dan zooplankton

sebagai sumber pakan alami ikan dan udang. Euglena viridis dapat digunakan sebagai

sumber Protein Sel Tunggal (PST), karena memiliki kandungan protein yang sangat

tinggi. Trichonympha dan Myxotricha yang hidup di dalam usus rayap dapat

menghasilkan enzim selulosa, sehingga membuat partikel kayu tersebut menjadi lebih

lunak dan dapat dicerna rayap.

Euglena viridis

Selain itu flagellata juga memiliki peranan yang merugikan diantaranya:

1.    Tripanosoma lewisi parasit pada darah tikus 

2.    Tripanosoma cruci penyebab penyakit cagas (anemia anak) 

3.    Tripanosoma evansi sakit sura (malas) pada ternak, vector lalat tabanidae 

4.    Tripanosoma brucei penyakit nagano pada ternak 

5.    Tripanosoma gabiense sakit tidur, vektor lalat tsetse

6.    Tripanosoma rhodosiense sakit tidur, vektor lalat tsetse

7.    Tripanosoma vaginalis keputihan pada vagina 

8.    Leishmania donovani penyebab sakit kalaazar (demam dan anemia)

9.    Leishmania tropika penyakit kulit

B. Rhizopoda

1. RhizopodaRhizopoda tersusun dari segumpal protoplasma (sitoplasma) dan berisi sebutir nukleus. Membran sel sangat tipis dan elastis dikenal dengan plasmolemma. Plasma disebelah luar disebut ektoplasma yang non granuler berfungsi memberi bentuk tubuh sel. Plasma yang granuler dan meruboakan bagian pokok terletak disebelah dalam disebut endoplasma yang mempunyai fungsi untuk pergerakan. Endoplasma terdiri dari dua lapisan, sebelah luar adalah plasmasol dan yang disebelah dalam adalah plasmagel.

Organela yang dijumpai dalam sel antara lain nukleus, vakuola kontraktil (berisi cairan yang secara periodik berkontraksi untuk mengeluarkan isinya dan terbentuk kembali berfunsi emngatur kandungan air dalam tubuh), vakuola non kontraktil (untuk mencernakan makanan dan mengedarkan sekaligus keseluruhan tubuh.

Bila mencapai pertumbuhan ,aksimal, maka akan terjadi reproduksi dengan cara pembelahan biner yang dimulai dengan adanya pemanjangan bagian nukleusnya yang diikuti pelekukan bagian dalam dari membran plasmanya dan akhirnya protoplasma terbagi menjadi dua bagian masing-masing dengan satu nukleus dan terbentuklah dua individu.

Pergerakan disebabkan oleh perubahan susunan endoplasma yaitu dari bentuk gel ke bentuj sol; ektoplasma dialirkan hingga terjadi penjuluran dan kemudian endoplasma mengalir kedalamnya. Perubahan strukturil terjadi pada ujung depan dan belakang dari

heawan tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan antara lain pelekatan terhadap dasat, perubahan dari gel ke sol dan meningkatnya kekuatan elastispada plasmagel.

Makanan diambil dari permukaan mana saja dari tubuhnya, namun biasanya diambil dari daerah pseudopodianya yang dibentuk cekungan yang mengelilingi makanan dan makanan akan dicernakan didalam vakuola makanan secara enzimatis, kemudian sari makanan dengan enzim pencerna diabsorbsi oleh sitoplasma secara difusi.

Repirasi dilakukan secara difusi, oksigen dari lingkungan diambil secara difusi dan sebaliknya karbon dioksida dikeluarkan melalui vakuola kintraktil ke lingkungan juga.Eskresi dilakukan oleh vakuola kontraktil yang juga berfungsi sebagai pengatur kadar air dalam tubuh. Zat yang tidak berguna bagi tubuh diekskresikan melalui seluruh permukaan tubuh ke lingkungan.

Behavior rhizopoda yaitu menjauhi stimulus jika membahayakan atau merugikan dan mendekari stimulus jika menguntungkan.

Contoh-contoh rhizopoda :1. Entamoeba histolyca

Sebagai parasit yang hidup di usus manusia dan penyebab sakit disentri amoeba2. Entamoeba gingivalis

Sebagai parasit yang hidup di rongga mulut dan penyebab sakit pada gigi/gusi3. Entamoeba colli

Hidup di usus besar untuk membantu proses oencernaan, tapi dalam jumlah banyak dapat menimbulkan diarhea

4. Foraminifera

Tubuhnya tersusun dari zat kapur, hidup di laut dan endapannya dapat berupa lapisan batuan membenruk globigerina sebagai petunjuk tempat timbunan lapisan minyak bumi.

5. Radiolaria

Tubuh tersusun dari zat kersik, hidup di air tawar dan ada juga di laut, endapan rangka membentuk lapisan radiolarisa yang dapat dipergunakan sebagai bahan penggosok.

6. Heliozoa

Mempunyai banyak juluran halus pseudopodia yang menjari.7. Difflugia

Hidup di air tawar, rangka tubuh tersusun dari zat kapur8. Arcelia

Hidup di air tawar, rangka tubuh tersusun dari zat khitin.

C. Sporozoa

a.      Pengertian Sporozoa (Apicomplexa)Sporozoa (Yunani, spore = biji, zoa = hewan) adalah kelompok protista uniseluler atau

bersel satu yang pada salah satu tahapan dalam siklus hidupnya dapat membentuk sejenis spora. Sporozoa hidup sebagai parasit pada tubuh hewan dan manusia. Siklus hidup sporozoa agak kompleks karena melibatkan lebih dari satu inang. Dalam siklus hidupnya, sporozoa membentuk spora dalam tubuh inang. Selain itu, pada siklus hidup juga terjadi sporulasi, yaitu

pembelahan setiap inti sel secara berulang – ulang sehingga dihasilkan banyak inti yang masing – masing dikelilingi oleh sitoplasma dan terbentuklah individu baru.

Pergerakannya dilakukan dengan cara mengubah kedudukan tubuhnya. Tubuh berbentuk bulat panjang atau lonjong. Pada umumnya bersifat farasit dan dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Respirasi dan ekskresi dilakukan dengan cara difusi. Makanan diperoleh dengan cara menyerap zat makanan dari hospesnya. Reproduksi dapat secara vegetative dan generative. Beberapa contoh spesies dari Sporozoa yaitu Plasmodium falcifarum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale dan Toxoplasma gondii.

Vektor dari Plasmodium penyebab penyakit malaria adalah nyamuk Anopheles betina. Plasmodium hidup sebagai parasit pada sel-sel darah merah manusia atau vertebrata lainnya. selama hidupnya, Palsmodium tersebut mengalami dua fase, yakni fase sporogoni dan fase skizogoni. Fase sporogoni terjadi didalam tubuh nyamuk Anopheles betina, sedangkan fase skizogoni berlangsung didalam tubuh manusia.

b.       Morfologi Sporozoa1. Sporozoa tidak memiliki alat gerak khusus, sehingga gerakannya dilakukan dengan

mengubah-ubah kedudukan tubuhnya.2. Mempunyai spora berbentuk lonjong3. Ukuran spora : 8 – 11 mikron pada dinding kitin4. Mempunyai 2 kapsul polar pada anterior, berpasangan bentuk labu, berukuran sama,

terletak pada sudut sumbu longitudinal dengan ujung posterior5. Dari depan ujung anterior sama dengan lebar posterior6. Dinding katub tidak jelas

c.      Struktur Anatomi TubuhTubuhnya berbentuk bulat panjang, ukuran tubuhnya hanya beberapa micron, tetapi didalam usus manusia atau hewan yang dapat mencapai 10 mm. Tubuh dari kumpulan tropozoid berbentuk memanjang dan dibagian anterior kadang – kadang terdapat kait pengikat atau filament sederhana untuk melekatkan diri pada inang.

e.      Sistem PencernaanSporozoa mendapatkan makanan dengan cara menyerap zat makanan dari tubuh hopesnya.

f.       Sistem Respirasi Dan EkskresiRespirasi dan ekskresi sporozoa dilakukan dengan cara difusi.

g. Sistem ReproduksiSporozoa melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual. Pergiliran reproduksi aseksual dan seksualnya komplek, dengan beberapa perubahan bentuk serta membutuhkan dua atau lebih inang. Reproduksi aseksual dilakuka  denganpembelahan biner. Reprodusi seksual dilakukan dengan pembentukan gamet dan dilanjutkan dengan penyatuan gamet jantan dan betina.

1. Reproduksi Aseksual

Sporozoit yang terdapat dalam kelenjar ludah nyamuk masuk ke dalam darah manusia pada saat nyamuk menghisap darah, yang selanjutnya masuk dalam system retikuloendotelial.Setelah beberapa hari berada dalam system retikuloendotelial, barulah sporozoit ini menyerang eritrosit dan berubah menjadi trofozoit yang mempunyai bentuk seperti cincin. Selanjutnya, trofozoit berubah menjadi schizont, yang kemudian membelah diri berulang-

ulang menjadi 6-36 merozoit yang akan tumbuh menjadi sporozoit-sporozoit baru,pembentukan merozoit-merozoit ini disebut sporulasi.Sporozoit yang terbentuk akan menyerang eritrosit baru sehingga terulanglah pembiakan vegetatif ini. Di antara sporozoit yang terdapat dalam eritrosit ada yang membentuk gametosit. Gametosit jantan disebut mikrogamet, sedang gametosit betina disebut makrogamet.

2. Reproduksi Seksual

Gametosit yang terisap ketika nyamuk mengisap darah penderita malaria, akan berubah menjadi mikrogamet dan makrogamet.Perkawinan antara mikrogamet dan makrogamet menghasilkan zigot. Selanjutnya zigot akan berubah menjadi ookinet di dalam dinding usus nyamuk. Inti ookinet membelah berulang-ulang, kemudian masing-masing inti baru membungkus diri dengan sedikit protoplasma dan berubah menjadi sporozoit-sporozoit baru. Selanjutnya sporozoit menyebar di dalam alat pencernaan nyamuk, sebagian ada yang sampai di kelenjar ludah dan siap untuk dikeluarkan.

h.      Klasifikasi Sporozoa

Kelas Sporozoa memiliki 3 (tiga) sifat yang berbeda antara genus yang satu dengan genus yang lain, perbedaan itu berupa :

1. Genus sporozoa yang hidup didalam sel darah merah dan memerlukan vektor biologis, sifat ini terdapat pada Genus Plasmodium.

2. Genus sporozoa yang hidup di dalam intestinal dan tidak memerlukan vektor biologis, sifat ini terdapat pada Genus Isospora dan Genus Eimerie.

3. Parasit yang hidup di dalam sel endotel, leukosit mononukleus, cairan tubuh, sel jaringan tuan rumah dan belum diketahui vektor biologisnya, sifat ini yang terdapat pada genus toxoplasma. 

Parasit yang termasuk dalam kelas sporozoa berkembangbiak secara aseksual (skizogoni) dan seksual (sporogoni) secara bergantian. Kedua cara berkembang biak ini dapat berlangsung dalam satu hospes, seperti yang terjadi pada subkelas Coccidia, sedangkan berlangsung dalam dua hospes yang berbeda terdapat pada sub kelas haemosporidia (plasmodium).

Sporozoa terbagi dalam sub class:1. Sub class TelesporidiaTerbagi dalam 3 ordo:

a) Ordo Hoemosporidia, misalnya Plasmodium.Hidup di dalam darah, jaringan parenkim pada burung dan mamalia.

b) Ordo Gregarinida, misalnya Gregarina.Parasit intra dan ekstra pada inver lain, monocytst spec hidup dalam kencing cacing tanah.

c) Ordo Coccidia, misalnya Coccidium.Hidup di sel epitel hewan vertebrate dan beberapa Myriaphoda atau invertebrata.

2. Sub class Acnidosporidia Terbagi dalam 2 ordo:

a) Ordo Haplosporidia, misalnya Haplosproridium.b) Ordo Sarcosporidia, misalnya Sarcocystis.

3.Sub class CnidosporidiaTerbagi dalam 4 ordo:

a) Ordo Myxosporidia, misalnya Sphaeromyxab) Ordo Actinomyxidia , misalnya Triactinomyxonc) Ordo Microsporidia , misalnya Nosamabombycisd) Ordo Helicosporidia , misalnya Heliosporidium

Sporozoa dibagi dalam beberapa genus yaitu:

1. PlasmodiumPada tubuh manusia, Plasmodium menyebabkan penyakit malaria. Penularannya terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Setelah digigit, Plasmodiumlangsung menyebar di dalam darah dan berkembang biak di dalam hati dan akan menginfeksinya sehingga menyebabkan kematian. Ada empat jenis species Plasmodium yang dapat menyebabkan penyakit malaria.Masing-masing jenis Plasmodium menimbulkan gejala-gejala tersendiri pada tubuh penderitanya.

1) Plasmodium vivax, merupakan penyebab malaria tersiana yang bersifat tidak ganas, gejalanya adalah suhu badan panas dingin berganti-ganti setiap 2 hari sekali (48 jam).

2) Plasmodium ovale, merupakan penyebab malaria tersiana yang ganas, gejalanya sama dengan pada malaria tersiana.

3) Plasmodium malariae, penyebab malaria kuartana yang bersifat tak ganas, gejalanya suhu badan panas dingin setiap 3 hari sekali (72 jam).

4) Plasmodium falciparum, penyebab malaria kuartana yang bersifat ganas, gejalanya suhu badan panas dingin tak beraturan.

Prosesnya hidup Plasmodium dalam tubuh manusia :

1) Bila seekor nyamuk anopheles menghisap darah , maka dikeluarkanlah zat anti

pembekuan darah agar darah korban tidak membeku . zat ini disebut dengan anti

kougulan. Bersamaan dengan zat anti kogulan maka keluarlah sporozoit –zporozoit

dari mulut nyamuk dan masuk melalui luka gigitan di tubuh korban.

2) Setelah tiga hari sporozoit keluar dari inti, kemudian menyerang sel-sel darah merah

dan memasukinya. Fase ini disebut fase eritrositer.

3) Sporozoit di dalam sel darah merah disebut tropozoit. Setelah sel-sel darah merah

pecah, merezoit keluar dan mencari sel-sel darah merah yang baru . kejadian ini

berulang beberapa kali. Bersama dengan pecahnya sel-sel darah merah itu, penderita

merasa demam (panas).

4) Setelah beberapa waktu mengalami skizogami, beberapa merezoit berubah menjadi

gametogenesit yaitu persiapan untuk menjadi gamet jantan dan betina.

5) Jika saat itu sel darah manusia ini dihisap oleh nyamuk anopheles betina, maka di

dalam tubuh nyamuk , gametosit akan berubah menjadi gamet jantan dan betina, dua

gamet ini kemudia melebur menjadi satu membentuk zigot. Zigot ini akan menjadi

ookinet, dan pengisap makanan dari nyamuk.

6) Ookinet berubah menjadi bulat disebut oosita. Menghasilkan beribu-ribu sporozoit

dengan cara sporozoit. Dari tahapan inilah kemudian sporozoit akan sampai pada

kelenjar liur nyamuk untuk ditularkan .

2. SuctoriaSuctoria yang sudah dewasa tidak mampunyai tetapi mempunyai tentukel (sungut) dan

protoplasma, dengan teratur tetapi atau cytostoma. Suctoria yang masih muda dalam kehidupannya mempunyai persamaan dengan Ciliata, dan juga mempunyai silia, hidup bebas berenang. Suctoria muda ini berenang-renang beberapa waktu untuk kemudian melepaskan silia-silianya dan selanjutnya berubah ke tingkat dewasa.

1.Bentuk tubuhnyaBerbentuk bola panjang. Bercabang-cabang dan diantaranya mempunyai tangkai atau

kaki untuk melekat pada suatu obyek dan ditutup oleh pelick (pada species yang berbeda).

2.Bentuk tentakela) Seperti mantel yang berbulu dan dikelilingi oleh sinyal yang dapat bergerak.

Fungsinya untuk menangkap dan membawa makanan yang berupa ciliata-ciliata kecil.b) Runcing

Fungsinya untuk menusuk mangsanya dan membawanya ketempat yang baik. Dengan bantuan orus dan melalui tentakel ini maka mangsa tersebut sampai ke dalam sel-sel tubuh.

3.Contoha) Podophyra, hidup bebas dalam air yang sejukb) Dendrosoma, bercabang-cabang sampai 2,5 mm panjangnyac) Sphaerophrya, berbentuk bola, parasit pada Paramaeuom dan Stentord) Trichophrya Micropteri, hidup pada insang ikan laute) Allantosoma, hidup pada usus besar kuda.

3. Eimeria

Eimeria merupakan parasit pada hewan. Hidup di dalam jaringan epitel usus, saluran empedu, ginjal, testes, pembuluh darah, dan coelom. Beberapa spesies dari Eimeria banyak merugikan usaha pe ternakan karena menimbulkan penyakit. Misalnya :1) E. stiedae dan E. perforans hidup dalam jaringan epitel usus kelinci.2)E. clupearum hidup dalam hti ikan haring.3)E. sardinae hidup dalam hati ikan sardin.

4. IsosporaParasit ini hidup dalam jaringan epitel usus manusia, dan menimbulkan isosporiasis.

Contoh : I. belli dan I. hominis.Habitat sporozoa adalah pada tanah yang lembab. Ada juga yang hidup di tubuh manusia atau makhluk hidup melalui perantara nyamuk Anopheles betina, yaitu Plasmodium.

Gregarina

Coccidium

Plasmodium

D. Cilliata

a. Pengertian

Ciliata (latin, cilia = rambut kecil) atau Ciliophora/Infosoria bergerak dengan cilia (rambut getar). Cilia terdapat pada seluruh permukaan sel atau hanya pada bagian tertentu. Cilia membantu pergerakan makanan ke sitostoma. Makanan yang terkumpul di sitostoma akan dilanjutkan ke sitofaring. Apabila telah penuh, makanan akan masuk ke sitoplasma dengan membentuk vakuola makanan. Sel Ciliata memiliki dua inti: makronucle dan mikronuclei. Makronukleus memiliki fungsi vegetatif. Mikronukleus memiliki fungsi reproduktif, yaitu pada konjugasi. Ciliata hidup bebas dilingkungan berair, baik air tawar maupun laut. Ciliata dapat hidup secara baik parasit maupun simbiosis. Contoh dari Ciliata adalah Balantidium coli,Vorticella, dan paramecium

b.MorfologiTropozoit berbentuk lonjong, ukuran 60-70 x 40-50 µm. Tubuh tertutup silia pendek,

kecuali di daerah mulut silia lebih panjang (adoral cilia). Bagian anterior terdapat cekungan dinamakan peristom dan terdapat mulut (sitostom), tidak memiliki usus namun dibagian posterior memiliki anus (cy;cytoyge). Terdapat 2 inti yang terdiri dari makronukleus (maN;berbentuk ginjal) dan mikronukleus (miN;berbentuk bintik kecil) yang terdapat pada cekungan makronukleus. Terdapat vakuole makanan (berisi sisa makanan ; bakteri, leukosit, erithrosit, dll) dan vakuole kontraktil (cv) 

Kista berbentuk bulat, ukuran 50-60 µ, dinding dua lapis, sitoplasma bergranul, terdapat makro & mikronukleus serta sebuah badan refraktil. Tropozoit hidup dalam mukosa dan sub mukosa usus besar, terutama di daerah sekum bagian terminal daripada illeum. Bergerak ritmis dengan perantaraan cilia. Tropozoit tidak dapat lama hidup di luar badan, tetapi kista tetap hidup selama beberapa minggu. Kista yang dapat hidup di luar badan adalah bentuk infektif. Bila tertelan oleh hospes baru, maka dinding kista hancur dan trofozoit yang dilepaskan masuk dinding usus, dan memperbanyak diri.

c.Siklus Hidup

Stadium kista dan tropozoit dapat berlangsung di dalam satu jenis hospes. Hospes alamiah adalah babi, dan manusia merupakan  hospes insidentil. Jika kista infektif tertelan di dalam usus besar akan berubah menjadi bentuk tropozoit. Di lumen usus atau dalam submukosa usus, tropozoit tumbuh dan memperbanyak diri (multiplikasi). Jika lingkungan usus kurang sesuai bagi tropozoit akan berubah menjadi kista.

  Stadium kista parasit yang bertanggung jawab dalam proses penularan balantidiasis

(1). Umumnya kista tertelan melalui kontaminasi pada makanan dan air (2).  Setelah tertelan, terjadi excystation pada usus halus, dan tropozoit berkoloni di usus besar (3)Tropozoit dalam lumen usus besar binatang dan manusia, dimana memperbanyak diri dengan cara pembelahan binary fission (4).  Tropozoit menjadi kista infektif (5).  Beberapa tropozoit menginvasi ke dinding usus besar dan berkembang, beberapa kembali ke lumen dan memisahkan diri.  Kista matang keluar bersama tinja (1). (lihat siklus hidup)

d.Reproduksi

Berlangsung secara binary transverse fission (belah diri melintang), yaitu tropozoit melakukan pembelahan diri dan secara konjugasi, dimana 2 tropozoit membentuk kista bersama, dan kemudian bertukar material dari inti dan berpisah kembali menjadi 2 tropozoit baru.

Ciri lain dari ciliata adalah adanya 2 inti sel, yaitu makronu kleus dan mikronukleus. Makronukleus merupakan inti sel berukur an besar berfungsi dalam reproduksi aseksual (vegetatif), sedangkan mikronukleus merupakan inti sel berukuran kecil diperlukan untuk bereproduksi secara seksual dengan cara konjugasi. Selain bereproduksi secara seksual, Ciliata juga bereproduksi secara aseksual dengan cara membelah diri. 

Gambar 1. Reproduksi secara konjugasi pada Paramaecium caudatum

Autogami

Ciliata pada umumnya hidup di tempat-tempat berair. Mereka mengambil makanan dengan menyapu aliran air yang berisi partikel makanan ke dalam organel yang menyerupai mulut dan kerongkongan. Barisan silia yang berada di sepanjang celah mulut yang berbentuk corong, berfungsi untuk menggerakkan makanan ke mulut sel. Selanjutnya, makanan ditelan melalui proses fagositosis. Bahan yang tidak tercerna dalam vakuola makanan akan dikeluarkan melalui pori yang berfungsi sebagai lubang anus. Proses ini disebut sebagai eksositosis.

Salah satu contoh anggota Ciliata yang terkenal adalah Paramaecium. Paramaecium merupakan anggota Ciliata yang hidup bebas, bentuk tubuhnya seperti sandal dan tubuhnya diselubungi oleh pelikel. Sistem organela Paramaecium dapat kalian lihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Sistem organela Paramaecium.

Contoh anggota Ciliata yang lain adalah:

a. Stentor, mempunyai bentuk tubuh seperti terompet.

b. Didinium, merupakan predator Paramaecium.

c. Vorticella, mempunyai bentuk tubuh seperti lonceng.

d. Stylonichia, mempunyai bentuk tubuh oval dengan silia yang berkelompok disebut cirri.

Gambar 3. Beberapa anggota Ciliata (a) Stentor, (b) Vorticella, (c) Stylonichia, (d) Didinium

Filum Porifera (Hewan Berpori-Pori)

Porifera berasal dari Bahasa Latin yaitu porus yang berarti lubang kecil atau pori-pori, serta ferre yang berarti mengandung. Jadi, Porifera dapat diartikan sebagai hewan yang di dalam tubuhnya terdapat lubang-lubang kecil atau berpori-pori.

Porifera adalah hewan yang memiliki tubuh yang cukup sederhana, hewan ini biasanya hanya memiliki ukuran tubuh sekitar 1-2 cm. Selain memiliki pori-pori mikroskopis pada tubuhnya, porifera juga memiliki ciri khusus berupa sistem kanal atau sistem saluran air yang berfungsi sebagai tempat bersirkulasinya air di dalam tubuhnya.

A. Ciri-Ciri Porifera

1. Merupakan hewan multiseluller (bersel banyak).2. Belum mempunyai organ pencernaan, sistem peredaran darah , sistem saraf, dan otot;

namun sel-sel tubuhnya dapat mengindra dan bereaksi terhadap perubahan lingkungan.

3. Mempunyai dua fase kehidupan, yaitu saat hidup berenang bebas (fase larva) dan saat berbentuk sesil yang hidup menetap di dasar perairan (fase dewasa).

4. Merupakan hewan diploblastik yang memiliki dua lapis sel pembentuk tubuh, yaitu ektoderma (lapisan luar dan endoderma (lapisan dalam).

5. Bentuk tubuh hewan ini ada yang seperti piala, jambangan, terompet, dan bercabang-cabang seperti tumbuhan.

6. Habitat utama di perairan (terutama di laut).

B. Struktur Tubuh Porifera

Pada bagian tengah tubuh porifera, terdapat spongosol (paragaster). Spongosol adalah ruangan yang berfungsi sebagai saluran air. Pada bagian atas spongosol terdapat oskulum, yitu lubang besar yang berfungsi sebagai tempat keluarnya air.

Dari luar ke dalam, porifera tersusun atas tiga lapisan dinding tubuh, yaitu epidermis (lapisan terluar), mesoglea (lapisan pembatas), dan endodermis (lapisan dalam).

Epidermis, adalah lapisan terluar tubuh porifera. Lapisan ini tersusun oleh sel-sel epitelium pipih yang disebut dengan pinakosit. Beberapa sel ini membentuk lubang kecil (ostium) tempat masuknya air . Pada ostium, terdapat porosit yang berfungsi untuk mengendalikan buka atau tutupnya ostium.

Mesoglea, adalah lapisan yang berupa gelatin. Lapisan ini merupakan pembatas antara lapisan dalam (endodermis) dengan lapisan luar (epidermis). Mesoglea mengandung dua macam sel, yaitu sel ameboid dan skleroblas. Sel-sel ameboid berfungsi sebagai pengangkut makanan dan zat-zat sisa metabolisme dari satu sel ke sel yang lainnya. Sedangkan sel skleroblas berfungsi untuk membentuk spikula. Spikula merupakan duri-duri berfungsi sebagai penguat dinding yang lunak.

Endodermis, adalah lapisan dalam tubuh porifera. Lapisan ini terdiri dari sel-sel leher (koanosit) yang memiliki flagela dan berfungsi untuk mencerna makanan.

C. Sistem Pencernaan Porifera

Proses pencernaan pada porifera berlangsung pada bagian endodermis. Pada bagian ini, flagel yang terdapat pada koanosit akan bergerak-gerak sehingga menyebabkan air yang membawa oksigen dan makanan berupa plankton akan mengalir dari ostium masuk masuk ke spongosol lalu masuk ke oskulum. Makanan ini lalu akan dicerna di dalam vakuola makanan. Setelah dicerna, sari-sari makanan diangkut oleh sel-sel amebosit untuk diedarkan keseluruh tubuh. Sedangkan sisa-sisa makanan yang sudah tak terpakai lagi akan dikeluarkan oleh sel-sel leher (koanosit) melalui spongosol sebelum akhirnya keluar dari tubuh melalui oskulum.

D. Sistem Reproduksi Porifera

Pada hewan porifera, reproduksi dapat berlangsung melalui dua cara, yaitu reproduksi secara seksual dan aseksual.

Reproduksi secara seksual, yaitu reproduksi yang terjadi saat sel sperma bersatu dengan sel ovum. Pada dasarnya, porifera bersifat hemafrodit karena ovum dan sperma dapat dihasilkan oleh satu individu yang sama. Namun sperma tidak akan dapat membuahi sendiri ovum yang terdapat dalam tubuhnya sendiri, sehingga pembuahan hanya akan dapat terjadi antara sperma dan sel telur antar individu yang berbeda.

Reproduksi secara aseksual, yaitu reproduksi yang terjadi tanpa proses pembuahan sperma pada ovum. Reproduksi aseksual pada hewan porifera dapat terjadi melalui dua cara, yaitu dengan cara pembentukan kuncup dan gemula (kuncup dalam). Gemula adalah butir benih yang diproduksi oleh porifera di lingkungan yang tak menguntungkan, misalnya terlalu dingin atau terlalu panas.

E. Sistem Sirkulasi Air Porifera

Sistem kanal atau saluran air pada porifera dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu ascon, sycon, dan leucon.

1. Ascon, adalah tipe sistem saluran air dimana lubang-lubang ostiumnya langsung terhubung lurus ke spongosol.

2. Sycon, pada tipe saluran ini air akan masuk ke dalam ostium lalu melewati saluran-saluran bercabang sebelum masuk ke dalam spongosol. Saluran bercabang ini biasanya dilapisi oleh koanosit.

3. Leucon, adalah tipe saluran air yang ostiumnya dihubungkan dengan rongga-rongga bercabang yang tidak terhubung langsung menuju spongosol.

Jenis-jenis saluran air porifera

F. KLASIFIKASI PORIFERA

Porifera dapat dibedakan menjadi tiga tipe berdasarkan sistem saluran airnya, yaitu

asconoid, syconoid, dan leuconoid /rhagon.

1) Tipe Asconoid

Tipe ini merupakan tipe yang paling sederhana. Lubang-lubang ostium pada tipe ini

langsung dihubungkan dengan saluran lurus yang menuju spongosol. Contoh Leucosolenia sp.

2) Tipe Syconoid

Pada tipe ini lubang-lubang ostium dihubungkan dengan saluran yang bercabang-

cabang ke rongga-rongga yang berhubungan langsung dengan spongosol. Rongga-rongga ini

dilapisi oleh koanosit. Contoh Scypha sp.

3) Tipe Leuconoid atau Rhagon

Pada tipe ini lubang-lubang ostiumnya dihubungkan dengan saluran yang bercabang-

cabang ke rongga yang sudah tidak berhubungan dengan spongosol. Contoh Spongia sp.

Gambar : Tiga tipe saluran air pada Porifera

Pada tubuh Porifera terdapat spikula-spikula yang mengandung zat kapur (kalsium),

zat kersik (silikat), atau benang-benang spongin. Bentuk spikula ini pun bermacam-macam

sebagai berikut.

Sementara itu, klasifikasi Porifera berdasarkan bentuk dan kandungan spikula dibedakan

menjadi tiga kelas berikut.

1) Kelas Calcarea

Calcarea merupakan spons yang hidup di laut. Spons ini memiki kerangka spikula dari

zat kapur yang tidak terdeferensiasi menjadi megaskleres dan mikroskleres. Bentuk spons ini

bervariasi dari bentuk yang menyerupai vas dengan simetri radial hingga bentuk bentuk

koloni yang membentuk bangunan serupa anyaman dari pembuluh-pembuluh yang kecil

hingga lembaran dan bahkan ada yang mencapai bentuk raksasa.

a.    Sub kelas Calcaronea

Ciri khas dari sub kelas ini adalah larvanya yang berupa  larva amphibalstulae.

Koanosit terletak pada posisi apical. Flagela dari tiap koanosit muncul dari nucleus. Spikula

triradiate biasanya satu helai yang terpanjang dari yang lain . Struktur tipe saluran air yang

ada pada sub kelas ini berupa tipe leuconoid.

1.    Ordo Leucosolenida

Tipe ini memiliki struktur Asconoid. Contoh : Leucosolenia sp

2.    Ordo Sycettida

Tipe saluran air yang ada pada ordo ini ada yang berupa Syconoid atau Leuconoid. Contoh :

Sycon sp

b.   Sub Kelas Calcinea

Ciri khas yang ada sub kelas Calcinea adalah larvanya yang berupa parenchymula dan

flagella dari koanosit muncul tersendiri dari nucleus koanosit yang menempati  dasar sel.Pada

sebagian besar spesies triradiata , spikula memiliki ukuran yang sama. Bentuk Leuconoid

yang ada pada sub kelas ini tidak berasal dari tipe syconoid tetapi langsung berupa anyaman

dari asconoid.

1.    Ordo Clathrinida

Ciri khas dari ordo ini adalah tipe saluran airnya berupa asconoid yang secara

permanen serta tidak memiliki membrane dermal atau korteks. Contoh Clathrina sp

2.    Ordo Leucettida

Ciri khas dari Ordo ini adalah tipe saluran air yang berupa Syconoid hingga Leuconoid

dengan membrane dermal atau korteks yang jelas. Contoh Leucascus levcetta.

3.    Ordo Pharetronida

Ciri khas yang ada pada ordo ini adalah tipe saluran airnya yang berupa Leuconoid

dan rangka tersusun dari  spikula quadriradiata yang disertai penguat calcareous. Contoh

Petrobiona sp dan Minchinella sp.

Rangka tubuh Calcarea bersifat kalkareus. Hal ini karena spikulanya mengandung

kalsium karbonat (kapur). Sebagian spikulanya berbentuk monaxon dan triaxon sehingga

tampak seperti duri-duri kecil. Anggota kelas ini banyak tersebar di laut dangkal di seluruh

dunia. Contoh Scyphasp., Cerantia sp., Sycon sp., Leucon sp., dan Clathrina sp.

Gambar: spesies Clathrina sp.

2) Kelas Hexactinellida

Hexactinelida merupakan porifera yang tersebar luas pada semua lautan. Habitat

utama dari porifera ini adalah pada lautan dalam. Ciri yang membedakan kelas ini dari kelas

lain adalah kerangkanya yang disusun oleh spikula silikat. Kerangka spons pada kelas

hexactinelida tidak memiliki jaringan spongin. Sel epithelium dermal dan koanosit terbatas

pada bentuk-bentuk  ruang yang tersembunyi.

a.    Sub Kelas Hexasterophora

Ciri khas yang ada pada subkelas ini adalah microscleres parenchimalnya berupa hexaster.

Contoh Euplectella

b.   Sub Kelas Amphidiscorpha

Ciri utama pada sub kelas ini adalah microscleres parenchimalnya berupa Amphidics. Contoh

Hyalonema

Spikula pada kelas ini mengandung banyak benang silikat atau kersik (SiO2).

Sementara itu, spikulanya berbentuk triaxon dengan enam cabang. Bentuk hewan-hewan pada

kelas ini menyerupai gelas, silinder, atau corong. Contoh Euplectella

aspergilium, Pheronema, danHyalonema sp.

Gambar: Euplectella aspergilium

3) Kelas Demospongia

Porifera yang termasuk dalam kelas Demospongia memiliki kerangka berupa empat

spikula silica atau dari serabut spongin atau keduanya.  Beberapa bentuk primitive tidak

memiliki rangka. Tipe saluran air yang ada pada spons ini berupa Leuconoid. Porifera yang

masuk dalam kelompok Demospongia memiliki penyebaran yang paling luas dari daerah tidal

hingga kedalaman abvasal. Beberapa bentuk memiliki habitat di air tawar.

a.    Sub kelas Tetractinomorpha

Ciri Utama dari sub kelas Tetractinomorpha adalah memiliki megaskleres tetraxonid

dan monoxonid, mikroskleres asterose dan kadang-kadang tidak memiliki serat spongin.

Tubuh spons ini memiliki bentuk  radial dan perkembangan cortical  axial mengalami

kemajuan. Kelompok ini mencakup spesies ovipar dengan stereogtastrula. Famili yang

primitive menetaskan amphiblastulae.

1. Ordo Homosclerophorida

Porifera dalam ordo ini merupakan Tetractinomorpha primitive  yang memiliki struktur

Leuconoid homogen dengan sedikit dareah terdeferensiasi . Larva menetas berupa

amphiblastula. Spikulanya berupa teract berukuran kecil. Beberapa  spesies tidak memiliki

rangka seperti pada Oscarella.

2.    Ordo Choristida

Porifera yang termasuk ordo Choristida paling tidak memiliki beberapa megaskleres

tetraxons, biasanya berupa triaenes, mikroskleres berupa aster, sterptaster atau sigmasprae

yang khas. Bentuk tubuhnya seringkali  rumit. Spons ini memiki korteks yang dapat

dibedakan secara jelas dan seringkali tersusun atas lapisan fibrosa di sebelah dalam dan

lapisan gelatin di bagian luar.  Contoh Geodia dan, Aciculites.

b.   Sub Kelas Ceractinomorpha

Ciri utama yang menjadi dasar pengklasifikasian dari sub kelas Ceractinomorpha

adalah larvanya yang berupa stereogastrula, megaskleresnya berupa monaxonid, dan

mikrosklesesnya berupa sigmoid atau chalete. Aster tidak pernah ditemukan. Pada rangkanya

juga sering ditemukan sponging B tetapi dalam jumlah yang bervariasi.

1.    Ordo Halichondrida

Porifera yang ada dalam ordo Halichomonacndrida memiliki Kerangka megaskleres

berupa monactinal dan atau diactinal serta tidak memiliki microskleres.

Contoh Halichondrida, Hymeniacidondan, Ciocalypta.

Ciocalypta

2.    Ordo Poecilosclerida

Porifera yang masuk dalam ordo ini memiliki rangka yang selalu mengandung

megaskleres choanosomal dandermal. Contoh Coelosphoera dan Myxilla.

Myxilla

3.    Ordo Haplosclerida

Porifera ini kadang-kadang memiliki rangka silikat yang jika ada terbuat dari kategori tunggal

dari megaskleres yang terletak pada serat spongin atau bergabung dalam sebuah anyaman

yang diikat dengan perekat spongin. Contoh Haliclona,. Megaskleresnya  berupa diactinal dan

kadang-kadang berupa monactinal yang sedikit bervariasi dalam hal ukuran. Jika ada,

mikroskleresnya berupa Chelate, taxiform, sigmoid atau raphdes.

Beberapa genus seperti Dactylia tidak memiliki spikula dan mempunyai rangka dari

serat sponin. Rangka dermal berspikula tidak pernah ada . Dermal yang terspesialisasi hanya

terlihat pada Callyspongiidae dimana suatu jaringan yang kompleks dari serat spongin

bercabang-cabang menembus lapisan dermal. Contoh Callyspongia

4.    Ordo Dictyoceratida

Porifera  yang masuk dalam ordo Dictyoceratida tidak meiliki spikula. Rangka

sepenuhnya tersusun dari suatu anyaman  dari serat spongin yang bisa menyertakan partikel

lain seperti pasir,kerang ,spikula atau spons lain. Lapisan dermal sering diperkuat oleh

spongin A.

Hewan anggota kelas ini bertulang lunak karena tidak mempunyai rangka. Apabila ada

yang memiliki rangka, rangkanya tersusun dari serabut-serabut spongin dengan spikula dari

zat silikat. Bentuk spikulanya ada yang monaxon atau tetraxon.

Contoh Euspongia sp., Callyspongia sp.,Clionia sp., Phyllospongia sp., dan Spongia sp.

Gambar: Callyspongia sp.

Filum Coelenterata (Hewan Berongga)

Cnidaria termasuk anemon, karang, ubur-ubur dan hidroid dll. Semua termasuk

kedalam jenis jelly (ctenophora) dalam pilum Cnidaria. Mereka mungkin merupakan bentuk

dari polip sessile atau medusa yang mengambang bebas. Semuanya hewan air , hidup di laut

dan memiliki struktur yang sederhana. Mereka adalah individu dalam jumlah besar sedikitnya

10000 spesies tersebar luas di laut, ukuran yang bervariasi mulai dari individu seukukuran

milimeter sampai kumpulan karang dengan ukuran ratusan meter. Untaian sel (disebut Cnidae

atau nematosis ) digunakan untuk menangkap makanan dan pertahanan; mereka pilum yang

unik untuk diteliti.

Kombinasi kerumitan struktur dengan jumlah besar dan perbedaan menyediakan inti

perkenalan pilum. Diskusi terfokus pada bagaimana hewan sederhana dapat membuat

kehidupan dan fitur apkah yang memungkinkan mereka bergitu berbeda. Chapter ini lumayan

lengkap karena kemunculan beberapa gambar mengenai latar belakang yang penting untuk

konsiderasi hewan lain yang diuraikan.

A. Ciri-Ciri Coelenterata

Simetri radial (biradial simetris, radio bilateral simetri), tanpa kepala dan tanpa

segmentasi.

Tubuh terdiri dari dua lapis sel, epidermis dan endodermis, di antara kedua lapis ini

terdapa mesoglea yang berfungsi sebagai jala syaraf. Pada salah satu lapis atau

kedua lapis sel tersebut terdapat nematosit (kapsul penyengat).

System syaraf terdiri atasa nyaman sel-sel syaraf yang tak berpolarisasi yang

terdapa pada dinding tubuh (mesoglea) tanpa system syaraf pusat. Beberapa

mempunyai bintik mata (eye spot) atau statosis.

Kerangka terdiri dari kapur, zat tanduk (khitin) atau tanpa kerangka serabut otot di

epitel.

Mulut dikelilingi oleh tentakel lunak dan berhubungan dengan ruang pencernaan

yang berbentuk seperti kantung (gastrovaskular) yang dapat bercabang-cabang atau

dibagi-bagioleh septa, tanpadubur.

Tanpa darah, alat respirasi, danekresi

Reproduksi biasanya dengan pergantian generasi (metagenesis) dengan tunas

(aseksual pada polip), dan reproduksi seksual oleh gamet yang dihasilkan medusa

yang dapat bersifat monoseus atau dioseus. Beberapa dengan gonad sederhana

tanpa saluran kelamin.

Polip hydroid biasanya mikroskopis tetapi dari macam-macam spesies, berukuran

dari beberapa mm sampai 2 mm panjangnya. Ubur-ubur berukuran 12 mm sampai

2 m. (Cyanneaarctica, tentakel 10 m), anemon mempunyai diameter dari beberapa

mm sampai satu meter.

B. Struktur Tubuh Coelenterata

Menurut bentuknya Cnidaria dapat dibedakan menjadi bentuk polyp dan medusa.

1. Polyp

Berbentuk seperti tabung, satu ujung tertutup dan merupakan tempat untuk

melekat sedang lainnya dengan mulut yang terletak di tengah-tengah,

biasanya dikelilingi oleh tentakell unak.

Umumnya hidup soliter (sendiri), tapi ada pula yang membentuk koloni.

Melekat pada dasar perairan, tidak dapat bergerak bebas, sehingga

menyerupai tumbuhan yang tertambat.

Tubuh atas membesar

Di dalam tubuh polip ini terdapat rongga gastrovaskuler yang fungsinya

sebagai saluran penncernaan.

Di bagian atas terdapat mulut dan tentakel untuk menangkap mangsa.

Polip merupakan fase vegetative pada Cnidaria, karena bisa melakukan

fragmentasi pemutusan bagian dari tubuhnya itu untuk membentuk

individu baru.

2. Medusa

Individu berenang-renang bebas dengan tubuh seperti gelatin, bentuk tubuh

mirip payung, tepi dilengkapi dengan tentakel, mempunyai mulut yang

menonkol di tengah, di daerah cekung bawah

Fase medusa merupakan fase generatif (seksual), dimana pada fase ini

mengha-silkan sel telur dan sel sperma. Medusa dapat melepaskan diri dari

induk dan berenang bebas di perairan. Bentuknya seperti payung dan punya

tentakel yang melambai-lambai. Kita biasa menamakannya dengan ubur-

ubur

C. Reproduksi Coelenterata

Pada daerah yang memiliki 4 musim, reproduksi aseksual terjadi pada musim panas,

sedangkan seksual terjadi pada musim gugur, dimana telur adalah alat untuk mengatasi musim

dingin

1. Aseksual (vegetatif)

Dilakukan dengan membentuk kuncup pada kaki pada fase polip. Makin lama makin

besar, lalu membentuk tentakel. Kuncup tumbuh disekitar kaki sampai besar hingga induknya

membuat kuncup baru. Semakin banyak lalu menjadi koloni.

2. Seksual (generatif)

Dilakukan dengan peleburan sel sperma dengan sel ovum (telur) yang terjadi pada fase

medusa. Letak testis di dekat tentakel sedangkan ovarium dekat kaki. Sperma masak

dikeluarkan lalu berenang hingga menuju ovum. Ovum yang dibuahi akan membentuk zigot.

Mula-mula zigot tumbuh di ovarium hingga menjadi larva. Larva bersilia (planula) berenang

meninggalkan induk dan membentuk polip di dasar perairan.

E. Cara Cnidaria Membentuk Kehidupan

1. Habitat dan Sistem Pencernaan

Cnidaria hidup bebas secara heterotrof di air laut maupun tawar, memangsa plankton

dan hewan kecil di air. Sebagaian besar hidup secara soliter atau berkoloni. Ada yang melekat

pada bebatuan atau benda lain di dasar perairan dan tidak dapat berpindah untuk bentuk polip,

sedangkan bentuk medusa dapat bergerak bebas melayang di air.

Jika terdapat hewan kecil, misal jentik nyamuk menempel pada tentakel dan

mengenai sel knidosit pada tentakel, makanan masuk ke dalam gastrosol akan dicerna dengan

bantuan enzim yang dikeluarkan oleh sel-sel gastrodermis. Pencernaan di dalam gastrosol

disebut sebagai pencernaan ekstraseluler. Hasil pencernaan dalam gastrosol akan ditelan oleh

sel-sel gastrodermis untuk kemudian dicerna lebih lanjut dalam vakuola makanan (pencernaan

intraseluler). Sel-sel endoderma menyerap sari-sari makanan dan diedarkan ke seluruh tubuh

secara difusi, bila berlebih akan disimpan dalam bentuk glikogen dan lemak, begitu pula

untuk pengambilan oksigen dan pembuangan karbon dioksida secara difusi. Sisa-sisa

makanan akan dimuntahkan melalui mulut.

2. Nematosis dan makanan

Nematosis adalah sel menyengat yang memungkinkan polip sessile dan ubur-ubur

yang mengapung menjadi karnivora yang ganas, sering memangsa hewan yang lebih besar

dari mereka. Nematosis adalah sel khusus yang muncul pada tentakel.

Setiap kandungan kapsul tertutup dilindungi oleh sebuah penutup dan berisi gulungan

benang berduri atau pusaran yang berisi toksin yang mampu melumpuhkan. Beberapa

nematoksis tidak mengandung toksin : benang menjerat mangsa kecil atau melekatkan

mangsa dengan pengait.

Nematisis digerakkan oleh kombinasi rangsangan kimia dan mekanis, yang

menyebabkan tutup kapsul terbuka secara tiba-tiba melepaskan ikatan ion kalsium yang

meninggalkan kapsul. Kemudian air terdesak karena osmosis. Peningkatan tekanan air di

dalam kapsul, yang dibantu oleh pelepasan energi dalam dindingnya, hasilnya : tokson

dilepaskan dari ujungnya ke arah mangsa. Semua terjadi dalam hitungan detik. Benang yang

sudah digunakan dibuang dan ruang yang kosong digantikan dengan nematosis lainnya.

Ketika menangkap udang laut hydra mungkin kehilangan seperempat nematosisnya, tapi itu

akan terbentuk lagi dalam waktu 48 jam. Berikut adalah mekanisme kerja Nematosit:

Nematosis dapat bereaksi secara mandiri dan semua mekanisme terkandung dalam sel

tunggal dimana mereka dapat bereaksi dengan cepat. Bagaimanapun mereka sering

diselaraskan oleh jaringan syaraf yang memproduksi ledakan nematosis.

Nematosis juga dapat digunakan sebagai pertahanan dari pemangsa dan untuk

menyerang kelompok polip penyaing yang bersaing untuk mendapatkan tempat. Dalam

spesies anemon dan karang, hubungan dengan clone asing menstimulasi pelepasan nematosis

dan menghasilkan sengatan perang pada clone yang berbeda.

Nematosis tidak diketahui dalam hewan metazoa lainnya kecuali beberapa cabang

moluska, dengan mengekstak mereka dari makanan cnidaria dan memanfaatkan mereka demi

kepentingan mereka. Sebuah petunjuk tentang asal usul evolusi nematosis muncul dari spora

yang berisi gulungan benang dan Myxosporidia memiliki spora yang berisi kapsul yang

menyerupai nematosis dengan cekungan tubule. Ketika melakukan kontak dengan inang yang

cocok, spora masuk dalam tubule dan melepoaskan isi spora pada sel inang. Mungkin nenek

moyang cnidaria mampu untuk menggabungkan dan menggunakan beberapa parasit : tapi itu

hanyalah dugaan semata..

3. Sistem Syaraf

Cnidaria memiliki sistem saraf sederhana yang tersebar berbentuk jala yang berfungsi

mengendalikan gerakan dalam merespon rangsangan. Sistem saraf terdapat pada

mesoglea.Mesoglea adalah lapisan bukan sel yang terdapat diantara lapisan epidermis dan

gastrodermis.Gastrodermis tersusun dari bahan gelatin.

2.1.4 Klasisikasi Cnidaria

Cnidaria dibedakan menjadi 3 kelas, yaitu : Hydrozoa, Scyphozoa, dan Anthozoa

1. Hydrozoa

Hydrozoa berasal dari kata hydra, artinya

hewan yang bentuknya seperti ular, sering

dianggap sebagai ganggang laut.

Umumnya hidup soliter atau berkoloni.

Soliter berbentuk polip dan yang berkoloni

berbentuk polip dan medusa. Hydrozoa

hidup secara soliter dan ada yang

berkoloni. Pada jenis yang berkoloni,

kuncup tetap melekat pada induk

kemudian membentuk kuncup baru, hingga

akhirnya tiap polip berhubungan satu sama

lain disebut koloni hydroid, dimana

epidermis, mesoglea, gastrodermis dan

gastrovaskuler cavity bersambungan

Contoh Hydra dan Obellia.

2. Scyphozooa

Berasal dari kata scyphos = mangkok. Memiliki bentuk dominan medusa. Contoh

hewan kelas ini adalah Aurellia aurita. (d = 7–10 mm) , dengan pinggiran berlekuk-lekuk 8

buah. Aurellia mengalami pergiliran keturunan seksual dan aseksual. Zigot berkembang

menjadi larva bersilia (planula). Planula akan menempel pada tempat yang sesuai lalu tumbuh

menjadi polip (skifistoma). Skifistoma kemudian membentuk tunas lateral sehingga tampak

seperti tumpukan piring (strobilasi). Kuncup paling atas akan melepaskan diri dan menjadi

medusa muda disebut Efira. Selanjutnya efira berkembang menjadi medusa dewasa.

Obellia

Hydra

3. Anthozoa

Berasal dari kata anthos = bunga. Hidup di laut bentuk polip, tidak punya fase medusa.

Polip anthozoa itu lebih besar dari hydrozoa maupun scyphozoa. Anthozoa bereproduksi

secara aseksual dengan tunas dan fragmentasi serta reproduksi seksual dengan menghasilkan

gamet. Polip bereproduksi secara aseksual dengan tunas, pembelahan dan fragmentasi.

Reproduksi seksual dengan fertilisasi yang menghasilkan zigot lalu menjadi planula. Kelas

Anthozoa meliputi Mawar Laut (Anemon Laut) dan Koral (Karang)

Mawar Laut (Anemon Laut)

Mawar laut menempel pada dasar perairan.

Pada permukaan mulut Mawar Laut

terdapat banyak tentakel berukuran pendek

untuk mencegah agar kotoran tidak

melekat sehingga tetap bersih. Beberapa

anemon laut dapat bergerak seperti siput,

bergerak secara perlahan dengan cara

menempel..Sebagian besar anemon laut

memiliki sel penyengat yang berguna

untuk melindungi dirinya dari predator.

Koral (Karang)

Koral atau karang cara hidupnya berkoloni

membentuk massa yang kaku dan kuat. Massa itu

sebenarnya karang kapur yang dibentuk oleh

generasi polip. Koral yang sudah mati, rangka

kapurnya akan menjadi batu karang/terumbu.

Koral hidup di air jernih dan dangkal karena

koral bersimbiosis dengan ganggang. Ganggang

memberikan makanan dan membantu

pembentukan rangka pada koral.Sedangkan koral

memberikan buangan yang merupakan makanan

bagi ganggang serta perlindungan bagi ganggang

dari herbivora.

Filum Platyhelminthes (Cacing Pipih)

A. Definisi dan Karakteristik

Platyhelminthes merupakan gabungan dua kata yang berasal dari bahasa

yunani, yaitu platy = pipih dan helminthes = cacing. Platyhelminthes atau cacing

pipih adalah kelompok hewan yang struktur tubuhnya sudah lebih maju

dibandingkan porifera dan Coelenterata. Plathyhelminthes dikelompokkan ke

dalam:

Domain : Eukarya

Kingdom : Animalia

Subkingdom : Eumetazoa

Super phylum : Platyzoa

Phylum : Platyhelminthes

Tubuh Platyhelminthes memiliki tiga lapisan sel (triploblastik), yaitu

ekstoderm, mesoderm, dan endoderm. Platyhelminthes merupakan cacing yang

mempunyai simetri bilateral, dan tubuhnya pipih secara dorsoventral.

Platyheminthes tidak memiliki rongga tubuh (aselom), sehingga mereka disebut

hewan aselomata. Tubuhnya tidak bersegmen-segmen. Bentuk tubuhnya

bervariasi, dari yang berbentuk pipih memanjang, pita, hingga menyerupai daun.

Ukuran tubuh bervariasi mulai yang tampak mikroskopis beberapa milimeter

hingga berukuran panjang 25 meter (Taeniarhynchus saginatus). Sebagian besar

cacing pipih berwarna putih atau tidak berwarna. Sementara yang hidup bebas ada

yang berwarna cokelat, abu-abu, hitam, atau berwarna cerah.

Ujung anterior tubuh berupa kepala. Pada bagian ventral terdapat mulut dan

lubang genital. Mulut dan lubang genital tampak jelas pada kelas Turbellaria,

tetapi tidak tampak jelas pada kelas Trematoda dan Cestoda. Ada organ yang

menghasilkan sekresi (alat cengkeram dan penghisap) yang bersifat perekat untuk

menempel dan melekat, misalnya ‘oral sucker’ dan ‘ventral sucker’ pada

Trematoda.

A. Morfologi dan Anatomi secara Umum

Bentuk tubuhnya bervariasi, dari yang bentuknya pipih memanjang, pita,

hingga menyerupai daun. Ukuran tubuh bervariasi mulai yang tampak

mikroskopis beberapa millimeter hingga berukuran panjang belasan meter.

Tubuh tertutup oleh lapisan epidermis bersilia, yang tersusun oleh sel-sel

sinsitium dan sebagian mengandung mikrofili. Sementara pada Trematoda dan

Cestoda parasit tidak memiliki epidermis bersilia dan tubuhnya tertutup oleh

kutikula. Kerangka luar dan dalam sama sekali tidak ada sehingga tubuhnya

lunak. Bagian yang keras hanya diketemukan pada kutikula, duri, dan gigi

pencengkeram.

Hewan ini tidak mempunyai rongga tubuh (acoela). Ruangan-ruangan di dalam

tubuh yang ada di antara berbagai organ terisi dengan mesenkim atau yang biasa

disebut parenkima. Sistem digesti sama sekali tidak ada pada Acoela dan cacing

pita, tetapi pada cacing pipih yang lain mempunyai mulut, faring, dan usus buntu.

Sistem respirasi dan sirkulasi juga tidak ada.

Sistem respirasi terdiri dari satu atau sepasang protonefridia dengan sel api.

Sistem saraf primitive. Sistem saraf utama terdiri dari sepasang ganglia serebral

atau otak dan 1-3 pasang tali saraf longitudinal yang dihubungkan satu dengan

yang lain oleh komisura saraf transversal. Tipe sistem saraf seperti ini disebut

sistem saraf tangga tali. Organ-organ sensori umum dijumpai pada Turbellaria,

tetapi pada hewan yang parasit organ tersebut mereduksi. Reseptor kimia dan

peraba pada umumnya berbentuk lubang atau lekukan yang bersilia.

Alat kelaminnya tidak terpisah (hermaprodit). Sistem perkembangbiakan

pada kebanyakan cacing pipih sangat berkembang dan kompleks. Reproduksi

aseksual dengan cara memotong tubuh dialami oleh sebagian besar anggota

Turbellaria air tawar. Pada kebanyakan cacing pipih telurnya tidak memiliki

kuning telur, tetapi dilengkapi dengan “sel yolk khusus” yang tertutup oleh

cangkok telur.

Pembuahan silang sering terjadi pada Trematoda, dan pembuahan sendiri

terjadi pada Cestoda. Fertilisasi terjadi di dalam tubuh. Siklus hidup sangat rumit

dan melibatkan satu atau banyak inang. Pada Trematoda dan cacing pita sering

terjadi parthenogenesis dan poliembrioni. Beberapa jenis cacing pita

berkembang biak dangan membentuk kuncup endogen. Cacing pipih ada yang

hidup bebas, dan ada yang sebagai endoparasit atau ektoparasit.

B. Fisiologi secara Umum

1. Sistem pencernaan

Sistem pencernaan cacing pipih disebut sistem gastrovaskuler, dimana

peredaran makanan tidak melalui darah tetapi oleh usus. Sistem pencernaan cacing

pipih dimulai dari mulut, faring, dan dilanjutkan ke kerongkongan. Di belakang

kerongkongan ini terdapat usus yang memiliki cabang ke seluruh tubuh. Dengan

demikian, selain mencerna makanan, usus juga mengedarkan makanan ke seluruh

tubuh.

Selain itu, cacing pipih juga melakukan pembuangan sisa makanan melalui

mulut karena tidak memiliki anus, maka sistem pencernaan Platyhelminthes

disebut juga sistem pencernaan satu lubang. Platyhelminthes juga tidak memiliki

sistem respirasi dan ekskresi. Cacing pipih tidak memiliki sistem transpor karena

makanannya diedarkan melalui sistem gastrovaskuler. Sementara itu, gas O2 dan

CO2 dikeluarkan dari tubuhnya melalui proses difusi.

2. Sistem syaraf

Ada beberapa macam sistem syaraf pada cacing pipih

Sistem syaraf tangga tali merupakan sistem syaraf yang paling sederhana.

Pada sistem tersebut, pusat susunan saraf yang disebut sebagai ganglion otak

terdapat di bagian kepala dan berjumlah sepasang.

Dari kedua ganglion otak tersebut keluar tali saraf sisi yang memanjang di

bagian kiri dan kanan tubuh yang dihubungkan dengan serabut saraf melintang.

Pada cacing pipih yang lebih tinggi tingkatannya, sistem saraf dapat tersusun

dari sel saraf (neuron) yang dibedakan menjadi sel saraf sensori (sel pembawa

sinyal dari indera ke otak), sel saraf motor (sel pembawa dari otak ke efektor),

dan sel asosiasi (perantara).

3. Indera

Beberapa jenis cacing pipih memiliki sistem penginderaan berupa oseli, yaitu

bintik mata yang mengandung pigmen peka terhadap cahaya. Bintik mata tersebut

biasanya berjumlah sepasang dan terdapat di bagian anterior (kepala). Seluruh

cacing pipih memiliki indra meraba dan sel kemoresptor di seluruh tubuhnya.

Beberapa spesies juga memiliki indra tambahan berupa aurikula (telinga),

statosista (pegatur keseimbangan), dan reoreseptor (organ untuk mengetahui arah

aliran sungai). Umumnya, cacing pipih memiliki sistem osmoregulasi yang disebut

protonefridia. Sistem ini terdiri dari saluran berpembeluh yang berakhir di sel api.

Lubang pengeluaran cairan yang dimilikinya disebut protonefridiofor yang

berjumlah sepasang atau lebih. Sedangkan, sisa metabolisme tubuhnya dikeluarkan

secara difusi melalui dinding sel.

4. Reproduksi

Cacing pipih dapat bereproduksi secara aseksual dengan membelah diri dan

secara seksual dengan perkawinan silang, walaupun hewan ini tergolong

hermafrodit.

C. Klasifikasi

Berdasarkan struktur tubuhnya, Platyhelminthes dibagi menjadi 4 kelas yaitu:

1. Kelas Turbellaria

2. Kelas Trematoda

3. Kelas Cestoda

4. Kelas Monogenea

1. Kelas Turbellaria (cacing rambut getar)

Kelas Turbellaria mempunyai 5 ordo, yaitu;

Ordo 1 Acoela, contoh: Convolutaw

Ordo 2 Rhabdocoela, dibagi dalam 4 sub-ordo

Sub-ordo 1 Notandropora, contoh: Catenula, Rhycoscolex

Sub-ordo 2 Opisthandropora, contoh: Macrostomum, Microstomum

Sub-ordo 3 Lecithopora, contoh: Anoplodium, Mesostoma

Sub-ordo 4 Temnocephalida, contoh: Temnocephala, Monodiscus

Ordo 3 Alloeocoela, mempunyai 4 sub-ordo.

Sub-ordo 1 Archopola, contoh: Proporoplana

Sub-ordo 2 Lecithoepitheliata, contoh: Prorhynchus

Sub-ordo 3 Cumulata, contoh: Hypotrichina

Sub-ordo 4 Seriata, contoh: Otoplana, Bothrioplana

Ordo 4 Tricladida,mempunyai 3 sub-ordo.

Sub-ordo 1 Maricola, contoh: Bdelloura, Ectoplana

Sub-ordo 2 Paludicola, contoh: Planaria atau Dugesia

Sub-ordo 3 Tericolla, contoh: Bipalium, Geoplana

Ordo 5 Polikladida, terdiri atas 2 sub-ordo.

Sub-ordo 1 Acotylea, contoh: Notoplana, Yungia

Sub-ordo 2 Cotylea, contoh: Thysanozoon

2. Kelas Trematoda

Kelas Trematoda terdiri dari 2 ordo

Ordo 1 Aspidobothria, contoh: Aspidogaster

Ordo 2 Digenia, contoh: Fasciola, Schistosoma, Bucephalus, Clonorchis

3. Kelas Cestoda

Kelas Cestoda tediri dari 2 sub-kelas dan 7 ordo

1. Sub-kelas 1 Cestodaria

Ordo 1 Amphilinidea, contoh: Amphilina

Ordo 2 Gyrocotylidea, contoh: Gyrocotyle

2. Sub-kelas 2 Eucestoda

Ordo 1 Tetraphyllidea, contoh: Phyllobothrium, Myzophyllobothrium

Ordo 2 Diphillidea, contoh: Echinobothrium

Ordo 3 Tripanoryncha, contoh: Haplobothrium, Tetrarynchus

Ordo 4 Pseudophyllidea, contoh: Bothriocephalus, Dibothriocephalus

(Diphyl- lobothrium)

Ordo 5 Taenioidea (Cyclophyllidea), contoh: Taenia, Echinococcus,

Hymeno-lepis

4.Kelas Monogenea

Contoh spesies dalam kelas Momogenea ini adalah aspidogaster conchicola

dan Polostroma sp.

D. Aspek Biologi Berdasarkan Tiap-tiap Kelas

1. Turbellaria (Cacing berambut getar)

Salah satu contoh dari kelas Turbellaria adalah Dugesia trigina atau Planaria sp.

Taksonomi Planaria sp:

Domain : Eukarya

Kingdom : Animalia

Subkingdom : Eumetazoa

Super phylum : Platyzoa

Phylum : Platyhelminthes

Kelas : Turbellaria

Ordo : Seriata

Subordo : Tricladida

Famili : Planariidae

Genus : Dugesia

Spesies : Dugesia tigrina

Morfologi dan Anatomi

Turbellaria adalah Platihelminthes yang memiliki silia (rambut getar) pada

permukaan tubuhnya yang berfungsi sebagai alat gerak.. Pada lapisan

epidermis terdapat banyak sel kelenjar yang disebut rhabdoid yang berfungsi

untuk melekat, membungkus mangsa, dan sebagai jejak lendir pada waktu

merayap. Di bawah epidermis terdapat serabut-serabut otot melingkar,

longitudinal, diagonal, dan dorsoventral sehingga Turbelaria mudah memutar

dan meliuk-liuk. Panjang tubuh sekitar 0,1 - 600 mm.

Salah satu contoh turbellaria adalah Dugesia atau Planaria. Bentuk tubuh

bagian depan (anterior) Dugesia berbentuk segitiga dan terdapat sepasang

bintik mata. Bintik mata itu berfungsi sebagai pembeda keadaan gelap dan

terang. Dugesia juga memiliki indera pembau yang disebut aurikel yang

berfungsi saat mencari makanan.

Fisiologi

Platyhelminthes belum mempunyai sistem peredaran darah dan sistem

pernafasan. Pernapasan dilakukan oleh seluruh tubuh platyhelmintes.

Sedangkan sistem pencernaannya tidak sempurna, tanpa anus, maka sistem

pencernaan Platyhelminthes disebut juga sistem pencernaan satu lubang.

Sistem Pencernaan

Planaria mempunyai sistem pencernaan yang terdiri dari mulut, faring,

usus (intestine) yang bercabang 3 yakni satu cabang ke arah anterior dan 2

cabang lagi ke bagian samping tubuh. Percabangan ini berfungsi untuk

peredaran bahan makanan dan memperluas bidang penguapan. Planaria tidak

memiliki anus pada saluran pencernaan makanan sehingga buangan yang tidak

tercerna dikeluarkan melalui mulut.

Peredaran makanan tidak melalui darah tetapi melalui usus. Sistem

pencernaannya dimulai dari mulut, faring, dan dilanjutkan ke kerongkongan.

Di belakang kerongkongan ini terdapat usus yang memiliki cabang ke seluruh

tubuh. Dengan demikian, selain mencerna makanan, usus juga mengedarkan

makanan ke seluruh tubuh.

Gambar . Susunan saluran pencernaan Planaria

Sistem Ekskresi

Sistem ekskresi pada Platyhelminthes terdiri atas dua saluran eksresi yang

memanjang bermuara ke pori-pori yang letaknya berderet-deret pada bagian

dorsal (punggung). Kedua saluran eksresi tersebut bercabang-cabang dan

berakhir pada sel-sel api (flame cell).

Gambar . a) Susunan saluran eksresi pada Planaria; b) Sel api (flame cell)

Sistem Saraf

Sistem saraf berupa tangga tali yang terdiri dari sepasang ganglion otak di

bagian anterior tubuh. Kedua ganglia ini dihubungkan oleh serabut-serabut

saraf melintang dan dari masing-masing ganglion membentuk tangga tali saraf

yang memanjang ke arah posterior. Kedua tali saraf ini bercabang-cabang ke

seluruh tubuh.

Gambar. Sistem Saraf Planaria

Sistem Reproduksi

Reproduksi pada Platyhelminthes seperti Planaria dapat secara aseksual

dan secara seksual. Reproduksi seksual (generatif) dengan peleburan dua sel

kelamin pada hewan yang bersifat hemafrodit. Sistem reproduksi seksual pada

Planaria terdiri atas sistem reproduksi betina meliputi ovum, saluran ovum,

kelenjar kuning telur sedangkan reproduksi jantan terdiri atas testis, pori

genital dan penis.

Gambar. Sistem Reproduksi Seksual Planaria

Reproduksi aseksual (vegetatif) pada Planaria yaitu dengan regenerasi yakni

memutuskan bagian tubuh.

Gambar. Reproduksi Aseksual Planaria

a.secara horizontal b.secara vertikal

2. Trematoda (Cacing isap)

Salah satu contoh dari kelas Trematoda adalah fasciola hepatica

Taksonomi Fasciola hepatica:

Domain : Eukarya

Kingdom : Animalia

Subkingdom : Eumetazoa

Super phylum : Platyzoa

Phylum : Platyhelminthes

Kelas : Trematoda

ba

Ordo : Dignea

Subordo : Echinostomida

Famili : Fasciolidae

Genus : Fasciola

Spesies : Fasciola hepatica

Morfologi dan Anatomi

Trematoda disebut cacing isap karena cacing ini memiliki alat pengisap di

bagian depan (anterior) tubuhnya. Alat penghisap digunakan untuk menempel

pada tubuh inang. Trematoda merupakan hewan parasit, dia mengambil

makanan berupa cairan tubuh atau jaringan inangnya saat ia menempel. Tubuh

berbentuk seperti daun dengan panjang sampai 30 m. Tubuh tertutup kutikula

yang resisten (modifikasi dari epidermis). Mulut dibatasi oleh batil pengisap

anterior yang berbentuk sebagai diskus dari bersifat musculer dan dilengkapi

gigi kitin. Mempunyai batil pengisap ventralis sebagai pelekat. Terdapat porus

genitalis diantara batil pengisap anterior dan posterior. Di ujung posterior

tubuh ada porus ekskretorius. Bersifat endoparasit.

Salah satu contoh trematoda adalah Fasciola hepatica. Fasciola hepatica

memiliki Daur hidup yang kompleks karena melibatkan setidaknya dua inang.

Inang utama dan inang perantara.

Fisiologi

Contoh dari kelas ini adalah Fasciola hepatica (cacing hati). Cacing ini

mempunyai batil isap mulut. Mulut melanjut ke faring dan esophagus

bercabang dua, yang kemudian beranting-ranting banyak. Saluran

pencernaannya adalah ruang gastrofaskular.

Sistem ekskresi dimulai dari sel-sel nyala (penyembur) terus ke saluran

ekskresi longitudinal dan bermuara dibagian posterior. Sistem saraf berupa

system saraf pada Planaria.

Trematoda disebut cacing isap karena memiliki alat penghisap (batil

isap) di bagian (anterior) tubuhnya. Alat penghisap digunakan untuk menempel

pada tubuh inang. Trematoda merupakan hewan parasit, dia mengambil

mekanan berupa cairan tubuh atau jaringan inangnya saat ia menempel.

Fasciola hepatica memiliki daur hidup yang kompleks karena melibatkan

setidaknya dua inang. Inang utama dan inang perantara.

Gambar. Sistem Reproduksi Fasciola hepatica

Sistem reproduksinya, cacing ini bersifat hermafrodit. Cacing dewasa

bertelur dalam saluran empedu dan kantong empedu sapi atau domba.

Kemudian telur ini keluar bersama tinja. Dalam air mirasidium menetas, lalu

memasuki tubuh siput air tawar. Dalam tubuh siput, mirasidum berubah

menjadi sporokista. Dengan cara paedogenesis, maka dalam tubuh sporokista

terbentuk banyak redia. Redia kemudian dari tubuh sporokista. Dengan cara

paedagogis pula dalam tubuh redia terbentuk banyak serkaria yang berekor.

Serkaria keluar dari tubuh redia, berenang, dan menempel pada tumbuhan air

dan menjadi kista.

Gambar. Siklus Hidup Fasciola hepatica

Sapi atau domba tertular cacing hati umumnya karena makan rumput dan

tumbuhan air lainnya yang mengandung kista tersebut. Rumput yang tumbuh

di tepi sungai atau rawa dan danau banyak mengandung kista tersebut.

3. Cestoda (Cacing pita)

Salah satu contoh dari kelas Cestoda adalah Taenia solium .

Taksonomi Taenia solium:

Domain : Eukarya

Kingdom : Animalia

Subkingdom : Eumetazoa

Super phylum: Platyzoa

Phylum : Platyhelminthes

Kelas : Cestoda

Ordo : cyclophyllidea

Famili : taenioidea

Genus : Taenia

Spesies : Taenia solium

Morfologi dan Anatomi

Cestoda disebut cacing pita karena bentuknya yang pipih panjang

seperti pita yang terdiri dari bagian skoleks, leher, dan proglotid. Pada skoleks

terdapat alat penghisap dan kait (rostelum). Alat penghisap dan kait digunakan

untuk menempel pada tubuh inang. Di bagian belakan skoleks pada bagian

leher terbentuk proglotid. Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan

dan betina. Skoleks kecil berbentuk oval, dilengkapi dengan 22-23 kait dan 4

batil. Tubuh atau strobila berwarna putih, berbentuk pipih segmen palsu yang

disebut proglotid. Diameter skoleks kira-kira 1 mm, batil penghisap berbentuk

mangkuk dan berdiameter kurang lebih 0,5 mm. Segmen-segmen yang belum

masak adalah kecil dan lebih besar dari pada panjangnya, segmen-segmen atau

proglotid yang sudah masak kira-kira berjarak 1 meter dari skoleks dan

berbentuk bujur sangkar, segmen-segmen di bagian ujung posterior yang telah

gravid mencapai panjang kurang lebih 12 mm. Inang utama cacing cestoda

dewasa adalah vertebrata termasuk manusia. Cestoda parasit dan menghisap

sari makanan pada usus halus ingangnya.

Fisiologi

Cestoda adalah hewan yang hermafrodit. Contoh dari kelas ini adalah

Taenia solium. Tubuh terdiri dari bagian kepala yang disebut Scolex dan

bagian badan yang disebut strobila. Strobila merupakan deretan segmen yang

disebut proglottid-proglottid. Setiap proglottid mempunyai sepasang sel

kelamin jantan dan betina yang dapat melepaskan/menghasilkan telur. Telur-

telur ini dibuahi dengan cara pembuahan sendiri (self fertilisation) yaitu sel

telur dibuahi oleh sel sperma dalam proglotid yang sama, perkawinan antara

proglottid yang satu dengan yang lain pada strobila yang sama atau perkawinan

antara proglottid dari strobila yang berbeda. Jumlah telur yang dapat dihasilkan

oleh satu ekor cacing dapat mencapai 1.000.000 butir perhari dengan jumlah

proglottid yang dapat mencapai 3.000 buah, dengan panjang strobila lebih dari

10 m.

Gambar. Sistem Reproduksi Taenia solium

Telur yang terbawah oleh kotoran yang masuk keperairan akan menetas

dan membentuk Coracidium yang diperlengkapi silia untuk berenang bebas.

Copepoda yang ada diperairan kemudian diinfeksi oleh Coracidium yang

berubah menjadi procercoid. Procercoid termakan oleh ikan bersama

Copepoda dan berubah menjadi Plerocercoid.

Apabila ikan ini termakan oleh manusia atau hewan yang

memungkinkan Cestoda tersebut dapat hidup, seperti ikan yang tidak dimasak

atau setengah matang sehingga larva cestoda masih tetap hidup, maka Cestoda

akan menjadi dewasa dan siklus akan berlanjut. Jika ikan tersebut dimakan

oleh ikan lain maka parasit tersebut pindah dan dapat hidup pada ikan tersebut

tetapi tidak mengalami perkembangan. Sehingga ikan tersebut berfungsi

sebagai paratenic host (inang transport).

4. Monogenea

Morfologi dan Anatomi

Cacing dewasa berukuran 0,2 – 0,5 mm

Memiliki alat penempel posterior yang disebut opistaptor yang

dilengkapi duri, kait, jangkar atau alat penghisap

Adakalanya di sekitar mulut juga terdapat alat penghisap

Monogenea merupakan ektoparasit yang menempel pada permukaan

tubuh, sirip, rongga mulut, dan insang

Monogenea merupakan kelas baru dalam filum Platyhelminthes, maka belum

diketahui jelas fisiologi hewan tersebut.

E. Distribusi ( Pola Penyebaran )

Hewan-hewan yang tergolong kelas Turbellaria umumnya hidup bebas di

alam. Hewan-hewan itu hidup di lingkungan berair. Contoh yang banyak dijumpai

adalah Dugesia (Planaria). Dugesia dapat dijumpai di lingkungan air tawar, yaitu

kolam, danau, mata air, dan lain-lain. Hewan ini suka berlindung di bawah

bebatuan, daun, batang kayu tumbang, atau berbagai macam substrat. Hewan itu

dalam perairan tidak mudah tampak, kecuali jika sedang bergerak. Hal ini

disebabkan oleh ukuran tubuhnya yang kecil, pipih, warnanya gelap. Dugesia

tersebar di seluruh dunia, kebanyakan di tempat lembab, tropic, dan subtropik.

Cacing pipih yang tergolong Trematoda kebanyakan bersifat parasit, yang

membutuhkan beberapa macam inang untuk kelangsungan hidupnya. Cacing

dewasanya hidup pada hewan vertebrata sebagai inang definitive, tetapi setiap

jenis cacing mempunyai inang yang khas. Misalnya Fasciola hepatica hidup pada

ternak mamalia, Schistoma avier hidup pada unggas, Schistoma haematobium

hidup di dalam darah manusia, Polystoma integerrinum hidup pada kantung

kemih katak, Gyrodactyllus hidup pada ikan. Sementara larvanya ada yang hidup

bebas dan ada yang hidup di dalam inang perantara berupa hewan-hewan

avertebrata.

Anggota cacing Cestoda kebanyakan hidup parasit. Cacing dewasa dan

larvanya hidup pada inang yang berbeda, tetapi semuanya termasuk hewan

vertebrata. Sebagai contoh, Taenia solium dewasa hidup pada usus manusia,

larvanya yang berupa cacing gelembung (sistiserkus selulosae) hidup dalam otot

babi.

Hewan pada kelas Monogenea juga bersifat parasit. Kebanyakan ektoparasit

pada vertebrata, biasanya pada ikan dan beberapa pada kura-kura, katak, jenis

cumi-cumi. Satu bentuk siklus hidup hanya pada satu inang.

F. Manfaat dan Kerugian dalam Kehidupan

Manfaat Platyhelminthes dalam Kehidupan

• Dengan hadirnya Filum ini,maka semakin bertambah dan bervariasi

biodervitas animalia di Indonesia.

• Salah saru kelas turbellaria,yakni Planaria sp digunakan sebagai indikator air

bersih.

• Planaria sp dapat dimanfaatkan sebagai makanan ikan.

• Platyhelminthes sebagai indikator biologi atau dengan kata lain sebagai alat

percobaan bagi para ilmuan.

Kerugian Platyhelminthes dalam Kehidupan

Pada umumnya,platyhelminthes adalah sebagai parasit pada manusia maupun

hewan.

Diantaranya adalah:

1. Fasciola hepatica (cacing hati ternak), menyebabkan Fascioliasis.

2. Clonorchis sinensis / opistorchis sinensis (cacing hati manusia), menyebabkan

Clonorchiasis.

3. Schistosoma japanicum, schistosoma haematobium, dan Schistosoma mansoni,

merupakan parasit darah dan menyebabkan Schistosomiasis.

4. Paragonimus westermani (cacing paru), menyebabkan Paragonimiasis.

5. Fasciolopsis buski, hidup dalam usus halus dan menyebabkan Fasciolopsiasis.

6. Taenia solium (cacing pita manusia), menyebabkan Taeniasis solium.

7. Taenia saginata (cacing pita manusia), menyebabkan Taeniasis saginata.

8. Diphyllobothrium latum, menyebabkan Diphyllobothriasis.

9. Echinococcus granulosus (cacing pita pada anjing)

10. Himenolepis, yaitu cacing pita yang hidup dalam usus manusia dan tikus.

Agar terhindar dari infeksi cacing parasit (cacing pita) sebaiknya dilakukan

beberapa cara, antara lain:

Memutuskan daur hidupnya

Menghindari infeksi dari larva cacing

Tidak membuang tinja sembarangan (sesuai dengan syarat-syarat hidup

sehat),dan

Tidak memakan daging mentah atau setengah matang (masak daging

sampai matang)

Filum Platyhelminthes (Cacing Gilig)

PengertianNemathelminthes (dalam bahasa yunani, nema= benang, helminthes= cacing) disebut

sebagai cacing gilig karena tubuhnya berbentuk bulat panjang atau seperti benang. Nemathelminthes sudah memiliki rongga tubuh meskipun bukan rongga tubuh sejati.

Cacing dewasa memiliki pseudocoelom (tabung dalam tabung), sebuah ruang tertutup yang berisi cairan berfungsi sebagai rangka hidrostatik, membantu dalam peredaran dan penyebaran sari makanan. Oleh karena memiliki rongga tubuh semu, Nemathelminthes disebut sebagai hewan Pseudoselomata.

Filum Nemathelminthes terdiri dari bebrapa ratus ribu spesies, kebanyakan hidup bebas meskipun beberapa ada yang parasit.Nematoda kurang dalam sistem peredaran darah namun memiliki sistem pencernaan yang berkembang dengan baik.

Struktur Tubuh

Nemathelminthes umumnya berukuran mikroskopis, meskipun ada yang panjang nya sampai 1 meter. Individu betina berukuran lebih besar daripada individu jantan. Tubuh berbentuk bulat panjang atau seperti benang dengan ujung-ujung yang meruncing.

Permukaan tubuh Nemathelminthes dilapisi kutikula untuk melindungi diri. Kutikula ini lebih kuat pada cacing parasit yang hidup di inang daripada yang hidup bebas. Kutikula berfungsi untuk melindungi dari dari enzim pencernaan inang.

Nemathelminthes memiliki sistem percenaan yang lengkap terdiri dari mulut, faring, usus, dan anus. Mulut terdapat pada ujung anterior, sedangkan anus terdapat pada ujung posterior. Beberapa Nemathelminthes memiliki kait pada mulutnya.Nemathelminthes tidak memiliki pembuluh darah. Makanan diedarkan ke seluruh tubuh melalui cairan padapseudoselom.Nemathelminthes tidak memiliki sistem respirasi,pernapasan dilakukan secara difusi melalui permukaan tubuh. Organ reproduksi jantan dan betina terpisah dalam individu berbeda.

Nemathelminthes hidup bebas atau parasit pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Nemathelminthes yang hidup bebas berperan sebagai pengurai sampah organik, sedangkan yang parasit memperoleh makanan berupa sari makanan dan darah dari tubuh inangnya. Habitat cacing ini berada di tanah becek dan di dasar perairan tawar atau laut. Nemathelminthes parasit hidup dalam inangnya.

Nemathelminthes umumnya melakukan reproduksi secara seksual. Sistem

reproduksi bersifat gonokoris, yaitu organ kelamin jantan dan betina terpisah pada

individu yang berbeda.Fertilisasi terjadi secara internal. Telur hasil fertilisasi dapat

membentuk kista dan kista dapat bertahan hidup pada lingkungan yang tidak

menguntungkan. Secara umum karakteristik nemathelminthes adalah :

1. Simetris bilateral, triploblastik, tidak memiliki appendages.

2. Memiliki coelom yang disebut pseudocoelom.

3. Alat pencernaan lengkap,mulut dan anus masing-masing pada ujung anterior

dan posterior.

4. sistem muscular hanya dengan serabut otot yang bersifat longitudinal.

5. Belum memiliki organ peredaran darah, respirasi.

6. Cincin saraf yang mengelilingi esofagus merupakan pusat sistem saraf.

7. Seks terpisah,ukuran jantan lebih kecil daripada betina.

8. Hidup bebas atau parasit.

9. Memiliki kutikula pada permukaan tubuhnya.

Nemathelminthes dibagi dalam dua kelas, yaitu Nematoda dan Nematophora.

A. KELAS NEMATODA

Kelas nematoda terdiri dari beberapa spesies tidak hanya bersifat parasitik

terhadap manusia, namun juga terhadap binatang, tumbuhan baik yang diusahakan

maupun liar. Nematoda merupakan organisme yang mempunyai struktur sederhana.

Nematoda dewasa tersusun oleh ribuan sel-sel somatik, ratusan sel diantaranya

membentuk sistem reproduksi.  Tubuh nematoda berupa tabung yang disebut sebagai

pseudocoelomate.

Mereka mempunyai saluran usus dan rongga badan, tetapi rongga badan

tersebut dilapisi oleh selaput seluler sehingga disebut pseudosel atau pseudoseloma.

Nematoda berbentuk bulat pada potongan melintang, tidak bersegmen, dan ditutupi

oleh kutikula yang disekresi oleh lapisan sel langsung di bawahnya, hipodermis.

Nematoda adalah cacing yang umumnya berbentuk bulat (silindris)

memanjang dari anterior ke posterior dan pada anterior terdapat mulut. Tubuhnya

ditutupi oleh selapis kutikula yang tidak berwarna dan hampir transparan. Kutikula

dihasilkan oleh hipodermis yang berada dibawahnya.

Biasanya sistem pencernaan, ekskresi, dan reproduksi terpisah. Kebanyakan

nematoda yang hidup bebas karnivor dan memakan metazoa kecil, termasuk jenis

nematoda yang lain. Spesies lain baik laut maupun air tawar adalah phytophagus,

memakan diatom, ganggang dan jamur. Spesies terestrial merupakan hama tanaman

komersial. Ada pula spesies laut, air tawar dan terestrial “deposit feeder”, memakan

lumpur dan memanfaatkan bakteri dan bahan organik yang terkandung dalam lumpur.

Beberapa spesies memakan sampah organik seperti kotoran hewan, bangkai dan

tanaman busuk. Nematoda yang bersifat parasit, memperoleh makan dari hospesnya.

Cara-cara memperoleh makanan ini antara lain:

1. Dengan menghisap darah, contoh : Ancylostoma.

2. Dengan merusak jaringan hospes, contoh : Trichuris.

3. Dengan memakan atau menghisap sari-sari makanan dalam intestinum hospes,

contoh: Ascaris.

4. Dengan mengabsorbsi sari-sari makanan dari cairan tubuh hospes,

contoh: Fillaria.

Pada umumnya nematoda bertelur, tetapi ada juga yang vivipar dan yang

berkembang biak secara partenogenesis. Cacing dewasa tidak bertambah banyak

didalam badan manusia. Seekor cacing betina dapat mengeluarkan telur atau larva

sebanyak 20 sampai 200.000 butir sehari. Telur atau larva ini dikeluarkan dari badan

hospes dengan tinja. Larva biasanya mengalami pertumbuhan dengan pergantian kulit.

Bentuk infektif dapat memasuki badan manusia dengan berbagai cara; ada yang masuk

secara aktif, ada pula yang tertelan atau dimasukkan oleh vektor melalui gigitan.

Hampir semua nematoda mempunyai daur hidup yang telah diketahui dengan pasti.

Alat ekskresi nematoda bukan protonephridia, melainkan suatu sistem sel

kelenjar, dengan atau tanpa saluran yang terletak pada anterior. Pseudecoelom terisi

hemolimpha yang mengandung berbagai substansi yang terlarut didalamnya, mungkin

juga hasil-hasil excresi. Hasil axcresi itu antara lain nitrogen sebagai ammonia, asam

urat, ureum, yang akan dikeluarkan dari tubuh melalui porus excretorius.

Pada spesies laut biasanya terdapat satu atau dua sel kelenjar yang besar, tanpa

saluran, terletak dekat pharinx dan mempunyai sebuah lubang ekskresi, disebut

kelenjar renette. Jenis lain mempunyai sistem kelenjar dengan saluran, seperti bentuk

huruf H.

Lingkaran cincin syaraf mengelilingi oesophagus merupakan otak, dan

berhubungan dengan enam benang syaraf anterior yang pendek dan enam benang

syaraf posterior. Alat indera pada nematoda adalah papila, setae dan amphid. Setae

terdapat di kepala dan seluruh permukaan tubuh. Amphid di jumpai pada nematoda

yang hidup bebas, terutama spesies laut. Amphid ialah lubang kutikula yang buntu dan

bercilia, berfungsi sebagai chemoreceptor. Bentuk dari amphid bermacam-macam

karena itu di gunakan untuk identifikasi. Banyak nematoda yang

mempunyai phasmid pada bagian ekornya, yaitu sepasang kelenjar uniseluler yang

bermuara di kedua sisi lateral tubuh cacing, berfungsi sebagai chemoreseptor.

Beberapa spesies laut dan air tawar mempunyai bintik mata.

Model pengendalian siklus infeksi toxocariasis pedet dapat dilakukan dengan

minyak atsiri rimpang temuireng. Peluang penularan trypanosomiasis dapat terjadi jika

terdapat reservoir, yaitu sapi yang terinfeksi. Mekanisme penularan dipengaruhi oleh

kemampuan terbang vektor, kemampuan menyebar, serta daya tahan hidup pada

vektor. Lama hidup pada habitat probosis vektor maksimal 4 jam. Sedangkan pada

habitat fore gut maksimal 9 jam.

Nematoda memiliki kutikula tubuh yang transparan, mempunyai mulut dan

lubang ekskresi, alat reproduksi pada jantan dengan testis dan betina dengan ovarium.

Umur cacing pada umumnya mencapai 10 bulan. Nematoda dapat dijumpai di darat,

air tawar, dan air laut, dari daerah kutub hingga daerah tropis. Hidupnya ada yang

bebas, namun ada pula yang parasit pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Cacing ini

tidak memiliki sistem peredaran darah dan jantung, tetapi tubuhnya mengandung

cairan semacam darah yang dapat merembes ke bagian tubuh aakibat kontraksi tubuh.

Bentuk tubuhnya gilik panjang dengan simetri bilateral. Tubuhnya tidak dilapisi silia

dan tidak bersegmen.

Morfologi umum dari kelas nematode yaitu:

1. Bentuk tubuhnya bulat (silindris) memanjang dari anterior ke posterior,  tidak

bersegmen dan meruncing pada kedua ujungnya.

2. Permukaan tubuhnya dilapisi oleh kutikula yang dihasilkan langsung oleh

hipodermis yang berada dibawahnya.

3. Organ – organ internalnya berbentuk filamen dan tergantung dalam rongga

tubuh cacing yang berisi cairan.

4. Sistem pencernaannya berupa tabung lurus panjang dengan sebuah mulut yang

dikelilingi oleh 6 bibir dan anus dibagian posterior.

5. Sistem syaraf terdiri dari cincin syaraf yang mengelilingi istmus esofagus dan

tersusun dari sejumlah ganglia dan syaraf.

6. Sistem reproduksi betina terdiri dari ovarium, oviduct, dan uterus yang

berakhir pada vagina pendek dan berujung di vulva yang terletak di daerah 1/3

bagian anterior tubuh.

7. Sistem reproduksi jantan terdiri dari sebuah testis dan vas deferens yang

berakhir di duktus ejakulator di kloaka.

8. Pada cacing jantan terdapat spikula yang homolog dengan penis dan bursa

kopulatriks yang berfungsi untuk memegang betina ketika perkawinan.

Contoh kelas Nematoda yaitu Ascaris lumbricoides (cacing perut).

Ascaris adalah salah satu contoh cacing gilig parasit, tidak punya segmentasi tubuh

dan memiliki dinding luar yang halus, bergerak dengan gerakan seperti

cambuk. Cacing ini hidup di dalam usus halus manusia sehingga sering kali disebut

cacing perut. Ascaris lumbricoides merupakan hewan dioseus, yaitu hewan dengan

jenis kelamin berbeda, bukan hemafrodit. Ascaris lumbricoides hanya berkembang

biak secara seksual. Ascaris lumbricoides jantan memiliki sepasang alat berbentuk kait

yang menyembul dari anus disebut spikula. Spikula berfungsi untuk membuka pori

kelamin cacing bretina dan memindahkan sperma saat kawin. Infeksi cacing ini

menyebabkan penyakit askariasis atau cacingan, umumnya pada anak-anak. Infeksi ini

terjadi pada saat mengkonsumsi makanan atau minuman yang tercemar telur ascaris.

Sebagian besar hewan ini hidup bebas dalam air dan tanah, tetapi ada juga

sebagai parasit dalam tanah, yakni merusak tanaman atau dalam saluran pencernaan

vertebrata. Cacing dewasa menghasilkan telur-telur yang akan matang di tanah, saat

telur in tertelan orang, larvanya akan melubangi dinding usus, bergerak ke hati,

jantung dan/atau paru-paru. Sesaat di dalam paru-paru, larva berganti kulit, setelah

sepuluh hari bermigrasi lewat saluran udara ke kerongkongan tempat dimana mereka

akan tertelan. Dalam usus kecil cacing dewasa kawin dan betinanya menimbun telur-

telur yang akan dilepaskan keluar bersama feses. Telur dalam feses ini harus mencapai

mulut orang lagi untuk memulai siklus baru.

Secara umum nematode terbagi dalam tiga tipe bentuk, yaitu:

1. Type fusiform, contoh: Tocascaris leonine

2. Type filiform, contoh: Capillaria brevis

3. Type campuran, yaitu: tubuhnya sebagian fusiform dan sebagian lagi filiform.

Contoh: Trichuris trihiura.

Pada kelas Nematoda sudah dikenal ada 17 ordo, dari tujuh ordo yang pertama

dari ke-17 ordo yang tersebut di bawah ini kebanyakan hidup bebas. Ordo-ordo

tersebut antara lain:

1. Cromadorida

Hidup bebas, amphid spiral dan melingkar, kantung oesophagus terbagi

menjadi tiga bagian, hidupnya di laut dan air tawar. Kebanyakan hidup di laut,

bersifat aquatis, cuticula halus atau tersusun dalam cincin-cincin, capsula

buccalis dilengkapi dengan gigi-gigi dan pharynx ujung posteriornya

membesar.

Contoh: Chromadora sp, Wilsonema dan Monhystera

2. Enoploidea

Pada Enoploidea tidak ada cincin-cincin cuticula, tetapi cuticula halus,

seringkali dilengkapi dengan bulu-bulu kaku. Pada bagian ujung anterior

terdapat 6 papillae labiales, 10 atau 12 bulu-bulu kaku di dalam 1 atau 2

gelang-gelang atau lingkaran, sepasang celah cephal, dan amphid berbentuk

cyathiform, hidup bebas di laut. Oeshophagus terbagi menjadi dua bagian,

amphid berbentuk kantung panjang atau seperti tabung, hidup bebas dan

parasit di laut, air payau, dan air tawar

Contoh: Metocholaimus pristiurus, hidup bebas di laut di benua Amerika Utara

dan Eropa.

3. Dorylamoidea

Dorylamoidea umumnya hidup di dalam tanah dan air tawar, cuticula halus,

tanpa bulu-bulu kaku, ujung anterior dengan 2 lingkaran papillae yang masing-

masing terdiri atas 6 dan 10 papillae, amphid cyathiform, pharynx bersifat

muscular dan jarang bagian posteriornya membesar,

contoh : Dorylaimus sp.

4. Araeolaimoidea

Adanya 4 bulu kaku di daerah kepala, cuticula licin, kadang-kadang dengan

bulu-bulu kaku, ada papillae labials, amphid berbentuk spiral.

Contoh: Araeolaimus sp.

5. Rhabdiasoidea

Rhabdiasoidea yang bersifat gonochoristis adalah hidup bebas sedang yang

bersifat hermaprodit atau parthenogenesisi adalah bersifat parasit. Terdiri dari

2 famili. Oesophagus 3 bagian, terutama pada larva, hidup bebas dan parasit

Contoh: Rhabdias bufonis dan Diplogaster

6. Strongylida

Parasit pada vertebrata darat, mempunyai mulut yang tanpa labia tetapi

seringkali terdapat corolla, cacing betina umumnya mempunyai ovejector dan

cacing jantan mempunyai bursa copulatrix yang di sokong oleh 13 jari-jari

otot, parasit pada vertebrata darat

Contoh : Strongylus vulgaris

7. Ascarida

Parasit pada siput darat, serangga dan vertebrata, mempunyai mulut yang

dibatasi oleh 3 labia, pharynx tanpa bulbus posterior atau jika ada tidak

bervalvula.

Contoh: Ascaris lumbricoides

8. Spirudida

Umumya mempunyai 2 labia laterals yang kadang-kadang masing-masing

terdiridari 4-6 papillae, seringkali terdapat interlabia yang berfungsi sebagai

alat muscular.

Parasit pada vertebrata ( Dracunculus dan Wucheria )

Parasit pada ikan ( Cammalanus dan Spinitectus )

9. Mermithoidea

Stadium larva Mermithoidea bersifat parasit pada Avertebrata, umumnya hidup

bebas dalam tanah, bersifat terrestrial aquatis dalam air bersifat aquatis

terutama air tawar, Mermithoidea dewasa tubuhnya halus, berbentuk filiform,

panajng 50cm atau lebih pendek, umumnya ada 16 papillae, cacing-

cacing  jantan lebih kecil daripada yang betina dengan 1 tau 2 spiculae dan

dengan beberapa papillae genetales pada ujung posteriornya, bersifat

gonoshoristis atau parthenogenesis.

Contoh : Mermithonema entomophilum, Paramermis contorta

10. Monhysteroidea

Amphid circuler, bersifat aquatis dan terestrial, tetapi yang hidup di laut

umumnya cincin cuticulanya halus dan terkadang terdapat bulu-bulu kaku yang

tersebar, ujung anterior tubuh terdapat 4,6 atau 8 bulu-bulu kaku, ovarium

tunggal atau sepasang.

Contoh: Monhystera sp.

11. Demoscolecoidea

Cuticulanya jelas bercincin-cincin dengan bulu-bulu kaku di seluruh bagian

tubuh atau hanya pada bagian-bagian yang menyempit saja. Amphid berbentuk

bulan sabit atau setengah bola, hidup di laut.

Contoh: Demoscolex sp. Dan Greeffiela sp.

12. Rhabtitoidea

Hidup bebas tau bersifat parasit, cuticula halus atau bercincin-cincin, amphid

kecil berbentuk kantong, glandula adhesive caudalis tidak ada, tetapi phasmid

ada

Contoh: Rhabdites coarctata

13. Oxyuroidea

Mempunyai pharynx dengan bulbus posterior, cacing betina dengan ekor yang

panjang, cacing jantan mempuyai 1 spicula atau 2 spiculae yang equal, bersifat

zooparasite obligat terutama pada vertebrata, di derah kepala terdapat 8 atau 10

papillae yang tersusun dalam 1 lingkaran, umumnya terdapat 3 atau 6 labia,

amphid berbentuk kantong tubuler.

Contoh: Leidynema appendiculata.

14. Dracunculoidea

Berbentuk filiform tanpa labia, terdapat 8 bulu-bulu kaku yang tersusun dalam

1 lingkaran atau 2 lingkaran dengan masing-masing bulu kaku.

Contoh : Dracunculus modinensis.

15. Filarioidea

Bersifat filiform, cacing jantan lebih kecil daripada cacing betina, labia atau

capsula buccalis tidak ada atau rudimeter,

Contoh : Wuchereria bancrofti

16. Trichuroidea

Bagian anterior bersifat filiform, mulut tanpa labia, pharynx langsing, cacing

jantan tanpa alat kopulasi atau dengan cirrus, kadang-kadang ada 1 spikula.

Contoh : Trchuris ovis

17. Dioctophymoidea

Mulutnya tanpa labia, tetapi dikelilingi oleh 6, 12 atau 18 papillae, pharynx

panjang tanpa bulbus, dinding dalam bersifat muscular berbentuk seperti genta.

Contoh : Dioctophyme renale.

B. KELAS NEMATOMORPHA

Secara umum cirri-ciri nematomorpha adalah sebagai berikut,

tubuhnya berbentuk filiform, langsing memanjang menyerupai rambut sehingga

disebut juga cacing rambut Permukaan tubuh yang dilapisi kutikula terdiri

darilempeng-lempeng atau papilla, tubuhnya dilapisi dengan lapisan otot longitudinal

tapi tidak penuh sampai keujung tubuhnya. Seluruh pencernaan makanannya

mengalami degenerasi, karena cacing muda mengabsorbsi makanan dari inang,

sedangkan yang dewasa tidak makan. Umumnya cacing jantan berukuran lebih kecil

dibandingkan cacing betina, kecuali genus Nectonema yang ukuran jantannya lebih

besar daripada betina.

Organsirkulasi.respirasi, dan ekskresi tidak ada. System sarafnya terdiri atas

cincin saraf yang mengelilingi esophagus, cincin tersebut berhubungan bengan tali

saraf midfentral. Pada nectonema, cincin saraf itu juga berhubungan dengan tali

saraf dorsal, dan mempunyai lat kelamin yang terpisah.

Nematomorpha memiliki mulut yang terletak dibagian anterior atau sentral.

Bagian ujung posterior cacing jantan bercabang dua. Alat sensoris terdapat di

epidermis ujung anterior atau dibagian ventral. Tubuhnya tersusun atas tiga lapisan

tubuh, yaitu lapisan kutikula, epidermis, dan lapisan otot.

Nematomorpha muda hidup sebagai parasit, sedangkan Nematomorpha dewasa

hidup bebas. Contoh Nematomorpha adalah Gordius sp. (saat muda parasit pada

Arthropoda) dan Nectonema sp. (saat muda parasit pada Crustacea).

Kelas nematomorpha dibagi ke dalam dua ordo, yaitu:

1. Gordioidea

Ordo ini hidup di air tawar dan bersifat parasit pada arthropoda. Kutikula pada

cacing ini tidak dilengkapi oleh bulu-bulu kaku. Terjadi reduksi pada

pseudocoela. Contoh: Gordius

2. Nectonematoidea

Ordo ini hidup di air laut. Kutikula yang melapisi tubuhnya dilengkapi dengan

bulu-bulu kaku. Pseudocoela tidak mereduksi. Contoh: Nectonema

Cacing dari filum nemathelminthes ada yang hidup parasit pada manusia dan hewan, misalnya Ascaris lumbricoides, Ancylostoma duodenale, dan Trichinella spiralis. Selain itu, banyak anggota filum nematoda yang merupakan hama pertanian dan menyerang akar tumbuhan. Beberapa contoh nemathelminthes yang merugikan karena hidup parasit pada pencernaan manusia antara lain sebagai berikut.

Ascaris lumbricoidesCacing Ascaris dewasa hidup di dalam usus halus manusia dan menyerap zat-zat makanan dari usus tersebut. Cacing ini dapat keluar dari tubuh bersama feses. Apabila orang tersebut sakit panas maka cacing yang tidak tahan berada dalam usus akan bergerak ke kerongkongan kemudian keluar melalui mulut atau jidung penderita.

Ukuran cacing jantan biasanya lebih kecil dengan ekor membentuk kait atau bengkok, sedangkan cacing betina lebih besar dengan ekor lurus. Daur ulang hidup ini cacing dapat dilihat pada gambar berikut.

Siklus Hidup Ascaris(sumber : dpd.cdc.gov

Ancylostoma duodenaleUmumnya, cacing Ancylostoma disebut cacing tambang karena penderita cacing ini biasanya orang-orang yang bekerja di pertambangan. Cacing ini dapat masuk ke tubuh manusia melalui kulit kaki. Ancylostoma biasanya hidup di dalam usus manusia. Dengan kait yang ada pada ekornya, cacing ini dapat mencengkeram dinding usus kemudian mengisap darah penderita. Daur hidup cacing ini dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Siklus Hidup Ancylostoma(sumber : zonapeckatrica.com)

Enterobius vermicularisCacing ini dikenal dengan cacing kremi. Cacing ini dapat menyebabkan rasa gatal di sekitar dubur, terutama pada anak-anak. Cacing ini dapat menyebabkan rasa gatal karena cacing betina biasanya bertelur di sekitar dubur, dan pada waktu bertelur cacing betina mengeluarkan zat yang dapat mengakibatkan rasa gatal sehingga penderita akan menggaruknya. Akibatnya, telur cacing dapat menempel pada kuku penderita sehingga bila penderita makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu maka telur cacing ini akan ikut tertelan. Di usus, telur akan menetas kemudian menjadi dewasa. 

Jadi, cacing ini dapat menular secara autoinfeksi. Selain itu, cacing ini juga dapat menular melalui makanan yang tidak dibungkus sehingga tercemar cacing.

Trichinella spiralisCacing Trichinella biasanya hidup di usus manusia dan karnivora lainnya. Di dalam usus, cacing betina dewasa menghasilkan larva yang dapat menembus dinding usus sehingga masuk ke aliran darah. Di dalam aliran darah, cacing kemudian menuju otot. Di otot larva membentuk sista dan dapat melanjutkan daur hidupnya bila otot termakan hewan atau manusia. Penyakit yang disebabkan oleh cacing ini disebut trichinosis. Daur hidup Trichinella secara lengkap dapat dilihat pada gambar berikut.

Siklus Hidup Trivhinella(sumber : foodsafetyindia.nic.in)

Wuchereria bancrofti (cacing filaria)Cacing ini disebut filaria karena tubuhnya berbentuk gilig dan mirip benang. Cacing filaria hidupnya di dalam pembuluh getah bening atau pembuluh limfa di kaki. Cacing ini dapat menyumbat pembuluh limfe sehingga menyebabkan pembengkakan pada kaki dan kaki menjadi besar seperti kaki gajah. Oleh karena itu, penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria sering disebut dengan penyakit kaki gajah atauelephantiasis.

Penderita Penyakit Kaki Gajah(sumber : viaranicute.blogspot.com)

Selain cacing-cacing yang bersifat parasit, ternyata nematoda juga memiliki anggota yang memiliki peran penting pada proses pembusukan dan daur ulang nutrien. Cacing ini umumnya

hidup di tanah yang lembab dan di dalam bahan organik yang membusuk di dasar danau atau lautan. Contohnya, Caenorhabitis elegans yang telah dibudidayakan secara luas dan merupakan organisme untuk riset.

Filum Platyhelminthes (Cacing Gilig)

KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI PHYLLUM ANNELIDA

Annelida termasuk dalam anggota vermes dengan tubuh yang sudah dapat

dikategorikan dalam triploblastik selomata. Annelida berasal dari kata Latin 'anellus',

yang berarti cincin kecil, mengacu pada kehadiran segmen seperti cincin. Annelida

merupakan cacing berbentuk panjang dan silindris. Annelida memiliki tubuh bersegmen

(metameri), dengan setiap segmen mempunyai organ tubuh (sistem pencernaan, otot,

pembuluh darah, alat reproduksinya hermaprodit, sedangkan alat gerak dengan chetae,

dengan sepasang alat eksksresi (nefridium) yang saling berhubungan dan terkoordinasi.

A. Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan terdiri atas mulut, pharynx muscular, esophagus,

proventrikulus untuk menyimpan makanan, ventrikulus untuk pencernaan, intestinum,

dan berakhir pada anus di posterior.

B. Sistem Kardiovaskuler

Sistem peredaran darah bersifat tertutup. Darah dari aorta dorsalis mengalir

menuju jantung, kemudian menuju aorta ventralis. Pertukaran gas terjadi di kapiler-

kapiler kulit, dari kapiler tersebut selanjutnya darah bergerak menuju ke pembuluh darah

sub neural. Aliran darah dalam truncus subneuralis bergerak ke arah posterior kemudian

menuju ke arah dorsal menuju aorta dorsalis.

C. Sistem Respirasi

Pertukaran gas berlangsung melalui kulit. Kulit tersebut mendukung respirasi

karena bersifat lembab, tipis, dan banyak mengandung kapiler-kapiler darah.

D. Sistem Reproduksi

E. Sistem Ekskresi

Setiap segmen badan mengandung seperangkat sistem ekskresi berupa

nephridia. Setiap nephridium terdiri atas struktur berbentuk corong dan bersilia yang

disebut nephrostoma dan saluran berkelok-kelok. Jika silia bergetar, akan timbul aliran

cairan keluar dari coelom menuju duktus ekskretorius, kemudian keluar melalui

nephridiophore. Cairan tersebut mengandung sisa-sisa metabolism dari coelom.

Tubuh bersegmen-segmen dengan warna bagian ventral yang lebih pucat.

Mulut terdapat di ujung anterior (disebut sebagai prostomium). Tubuhnya simetris

bilateral, berlapis kutikula. Sistem pencernaan sempurna (memiliki anus). Sistem

sarafnya tangga tali, dan sistem peredaran darah tertutup.

Annelida terdiri atas 3 kelas utama, yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan

Hirudinea. Ciri-ciri dan contohnya dapat dilihat pada di bawah ini.

Tabel Pembagian kelas dari Filum Annelida

Kelas Polychaeta

(memiliki banyak seta

Kelas Oligochaeta

(memiliki sedikit seta)

Kelas Hirudinae

(tidak memiliki seta)

Kepala terdiri atas

prostomium dan

peristomium.

Segmen memiliki parapodia

(kaki dengan seta banyak).

Alat pencernaan (mulut,

faring, oesofagus, usus, dan

anus).

Terdapat selom dan

nefridium (untuk ekskresi).

Peredaran darah terdiri dari

Kepala dengan prostomium

dan peristomium.

Tubuh silindris panjang,

bersegmen-segmen.

Segmen 14-16 membengkak

disebut klitelum, berfungsi

membentuk lendir pelindung

telur.

Dinding tubuh terdiri dari

epidermis yang diselaputi

kutikula, otot melingkar, dan

Tubuh pipih, tidak ada seta

dan parapodia.

Mempunyai alat hisap.

Respirasi secara difusi.

Ekskresi dengan 17 pasang

nefridium.

Gonad bersifat hermaprodit.

Makanan berupa cacing,

larva serangga, invertebrate,

dan darah vertebrata.

Contoh-contohnya:

pembuluh dorsal, ventral dan

lateral.

Contoh-contohnya:

Arenicola,

Eunice viridis (palolo), dapat

dimakan.

Lysidice oele (wawo), dapat

dimakan.

Nereis virens (cacing pasir).

Odontocilic (cacing api)

otot memanjang.

Segmen tubuh dipisahkan

oleh septum (sekat),

Eksresinya dengan

nefridium.

Respirasi secara difusi

melalui permukaan kulit.

Alat pencernaan

(peristomium, faring,

oesofagus, crop, gizzard,

usus, anus).

Habitatnya didalam tanah

yang lembab.

Contoh-contohnya:

Lumbricus terestis (cacing

tanah).

Perichaeta musica (cacing

tanah).

Phertima sp (cacing tanah).

Tubifex (bioindikator, di

selokan).

Acanthobdella sp

(parasit ikan salem).

Haemodipsa zeylanice

(pacet, darat).

Hirudo medicinalis (lintah,

air).

Hirudinaria javanica (lintah

kuning).

Kelas Polychaeta

Polychaeta, dalam bahasa Yunani “poly” berarti banyak, “chaetae” = rambut kaku,

merupakan Annelida berambut banyak. Anggota kelas polychaeta dikenal dengan sebutan

umum cacing laut, cacing sikat, cacing ruas

Ciri-ciri Morfologi

Seluruh permukaan tubuh polychaeta mengandung rambut-rambut kaku atau setae

yang dilapisikutikula sehingga licin dan kaku. Panjang tubuh umumnya kurang dari 10 cm

dengan garis  tengah 2-10 mm.Warna tubuhnya banyak yang menarik (merah, merah muda, hijau ataupun kombinasi warna-warna). Metamerisme pada umumnya sempurna, dengan tiap segmen silindris identik, kecuali bagian kepala dan ekor. Dibagian anterior terdapat kepala yang sempurna, disebut prostomium. Pada kepala  terdapat mata, antena, sepasang palpus dan mulut di bagian ventral.

Gambar 1. A. Polychaeta dengan parapodia B. Polychaeta dengan bagian tubuh.

Ciri-ciri Anatomi dan Fisiologi

Gambar 2. Struktur Anatomi Lubricus terrestris

Sistem Gerak

Setiap segmen tubuh polychaeta dilengkapi dengan sepasang alat gerak atau alat

berenang yang disebut parapodia. Alat ini pun berperan sebagai alat pernafasan. Setae berupa

berkas, biasanya ada dua berkas: notosetae (di bagian dorsal) dan neurosetae (di bagian

ventral); parapodia menonjol, tipenya bernacam-macam (biramus, uniramus), kadang-kadang

tereduksi; prostomium pada umumnya berkembang baik, mempunyai mata dan tentakel,

namun sangat termodifikasi pada hewan sedentaria. Pergerakan disebabkan oleh perpaduan

gerak antar parapodia, otot dinding tubuh dan cairan rongga tubuh. Gerak undulating

mengakibatkan cacing dapat menjalar dan berenang dengan cepat. Kebanyakan Polychaeta

hidup di laut serta memiliki parapodia dan setae. Setae adalah bulu-bulu yang melekat pada

parapodia, yang membantu polychaeta melekat pada substrat dan juga membantu mereka

bergerak.

 Sistem Respirasi

Parapodia adalah kaki seperti dayung (sirip) digunakan untuk berenang sekaligus

bertindak sebagai alat pernafasan. Polychaeta bernafas dengan insang ketika di perairan,

namun pertukaran gas via permukaan tubuh juga terjadi secara difusi. Beberapa jenis tiap ruas

terdapat insang, kecuali ujung anterior & posterior. Pada Polychaeta mengalami modifikasi,

jumlah & letak insang terbatas pada ruas tertentu.

Sistem Pencernaan

Sistem Pencernaan Polychaeta, terdapat ruas pada anterior yang mengandung mulut

disebut peristomium. ruas terakhir atau pigidium mengandung anus. Sistem pencernaan terdiri

atas beberapa tipe yaitu :

1.)    Raptorial feeder: avertebrata kecil ditangkap dengan pharink/probosis yang dijulurkan,

terdapat rahang kitin

2.)    Deposit feeder: menelan pasir & lumpur dalam lorong; bahan organik dicerna & partikel

mineral dikeluarkan via anus, atau melalui tentakel cilia yang berlendir.

3.)    Filter feeder: tidak punya probosis tutup kepala dilengkapi radiola untuk menyaring detritus

& plankton.

Sistem Ekskresi

Sistem ekskresi belum sempurna, dan masih menggunakan organ-organ khusus

sebagai alat ekskresi. Polychaeta tidak mempunyai pembuluh darah berupa protonefridia

solenosit, namun mempunyai pembuluh darah berupa metanefridia. Alat ekskresi terdiri dari

nefrostom yaitu corong bersilia, nefridial kanal yaitu pembuluh ekskresi, nefridiophor yaitu

lubang ekskresi, bermuara pada neuropodium. Nefridia juga berfungsi sebagai alat

osmoregulasi.

Sistem Saraf

Sistem saraf Polychaeta berupa sistem saraf tangga tali. Alat indera utama terdiri dari

mata, “nuchal organ” dan statocyst. Mata berkembang baik (errantia), bintik mata/tidak ada

(sedentaria) dan berfungsi sebagai fotoreseptor.

Nuchal organ berfungsi sebagai kemoreseptor untuk mendeteksi makanan. Sel peraba

terdapat diseluruh tubuh, terutama parapodia dan kepala.

Sistem Reproduksi

Sistem reproduksi dari Polychaeta terdiri dari reproduksi seksual dan reproduksi

aseksual.

1.)    Reproduksi Seksual Polychaeta yaitu secara diocious dan monocious. Seksual via fertilisasi

eksterna (ovum dan sperma di lepas di air). Feritilisasi dari zigot → trokofor → juvenile.

Pembuahannya dilakukan di luar tubuh. Telur yang telah dibuahi tumbuh menjadi larva yang

disebut trakofora, yang kemudian menjadi juvenile.

2.)    Reproduksi Aseksual Polychaeta biasanya dengan cara membelah diri. Pada Cirratulidae,

Sabellidae, Spionidae & Syllidae (Tunas/Budding) dari parapodia. bagian tubuh menjadi dua

bagian. Dalam reproduksi aseksual Polychaeta dikenal Epitoksi yaitu pembentukan individu

reproduktif yang merupakan fenomena reproduksi khas polychaeta, hewan tampak jadi dua

bagian.

Habitat

Habitatnya di lautan, Polychaeta hidup dalam pasir atau menggali batu-batuan di

daerah pasang surut air laut ataupun membentuk tabung. Cara hidupnya yang bersembunyi

menyebabkan mereka luput dari pengamatan biasa.

Polychaeta dibagi dalam dua Ordo : Erratia dan Sedentaria. Penggolongan itu di

dasarkan perkembangan anterior dan cara hidup hewan dari masing-masing kelompok.

Ordo Sedentaria, segmen tubuh & parapodium tidak sama; faring tidak punya rahang,

bersembunyi dalam lumpur / hidup dalam tabung di lumpur; parapodia dan organ saraf

mereduksi; bentuk kepala mengalami berbagai modifikasi sesuai fungsinya sebagai ciliary

feeder.

Famili 1 Sabella (cacing kipas), struktur dikepala seperti bulu yang disebut radiola.

Famili 2 Chaetopterus,  hidup dalam tabung berbentuk huruf U; notopodium mengsekresi

kantong lendir yang menjaring makanan dari air. Kantong secara periodik akan masuk ke

dalam mulut ventral suckers.

Famili 3 Arenicola, hidup dalam tabung berbentuk huruf J.

Ordo Errantia, segmen tubuh sama dari kepala hingga ekor; parapodia sama dari depan

hingga belakang; pelagis; merayap; lubang organ indera berkembang baik.

Famili 1 Tomopteris, berenang bebas dan bioluminescen.

Contoh polychaeta yang terkenal:

1) Sabellastarte indica (cacing kipas)

2) Marphysa sanguinea

3) Eunice viridis (cacing wawo)

4) Lysidice oele (cacing palolo)

5) Nereis virens (kelabang laut)Cacing kerang, seperti Nereis adalah pemangsa yang aktif. Banyak yang memiliki kepala yang berkembang baik, dengan rahang bagus, mata dan organ peraba lainnya.

Gambar 3. Nereis virens

            Kelas Oligochaeta

Oligochaeta (dalam bahasa Yunani, oligo = sedikit, chaetae = rambut kaku) yang

merupakan annelida berambut sedikit.                                                                

Ciri-ciri Morfologi

  Cacing ini memiliki sedikit setae pada tubuhnya, segmen pada tubuhnya mencapai

200 segmen, panjang tubuh mulai 1cm- 3 m, kulit dilapisi kutikula. Setae tidak membentuk

berkas, tunggal dan membentuk rangkaian tertentu, tidak memiliki parapodia, jarang

mempunyai insang (kecuali yang akuatik),prostomium kecil, berbentuk kerucut, tanpa mata

atupun tentakel, organ reproduksi hermafrodit (pembuahan silang), susunan gonad dan

saluran-saluran reproduksi khas, metamerisme terbatas, sejumlah segmen membentuk

clitellum untuk menyekresikan cocoon.

Ciri-ciri Anatomi dan Fisiologi

 Sistem Respirasi

Kelas Oligochaeta tidak memiliki parapodia seperti pada kelas polychaeta,

pernapasannya dilakukan melalui seluruh permukaan tubuhnya. Itu sebabnya mengapa tubuh

kelompok cacing ini berlendir. Tubuh cacing tanah tertutup oleh selaput bening dan tipis yang

disebut kutikula. Kutikula ini selalu lembap dan basah. Melalui selaput inilah cacing

bernapas. Kutikula menyebabkan udara di dalam tanah dapat masuk ke pembuluh darah

cacing. Setelah masuk ke pembuluh darah, udara tersebut diedarkan ke seluruh tubuh. Tetapi

ada juga Oligochaeta yang bernafas dengan menggunakan insang, yakni

kelas Oligochaeta yang hidup akuatik.

3.2.2.2 Sistem Pencernaan

Kelas Oligochaeta memiliki sistem pencernaan yang lengkap mulai dari rongga

mulut terletak pada ruas 1 sampai dengan 3, pharinx terletak pada ruas ke 4 sampai dengan

6, oesophagus pada ruas ke 6 sampai dengan 14, crop (proventriculus) terdapat pada ruas 15

sampai dengan 16, Gizzard (ventriculus) berdinding tebal terletak pada ruas 17 sampai dengan

18, intestinum terletak pada ruas-ruas 19 dan berakhir pada anusyang terdapat disegmen

terakhir. Makanannya adalah sisa dedaunan. yang dikeluarkan oleh getah pencernaan secara

ekstrasel. Cacing tanah dapat mencerna senyawa organik tersebut menjadi molekul yang

sederhana yang dapat diserap oleh tubuhnya. Sisa pencernaan makanan dikeluarkan melalui

anus.

Sistem Ekskresi

Anelida dan moluska mempunyai organ nefridium yang disebut metanefridium. Pada

cacing tanah yang merupakan anggota annelida, setiap segmen dalam tubuhnya mengandung

sepasang metanefridium, kecuali pada tiga segmen pertama dan terakhir. Nephridia

menempati dua ruas berbatasan, saluran nephridium yang bersilia yang disebut nephrostome

pada ruas sebelah muka, sedang saluran lain-lainnya berbelit-belit pada ruas yang belakang.

Silia pada nephrostome menggiring cairan didalam coelom dan masuk ke saluran yang yang

membelit yang selanjutnya akan dibuang di muara pada permukaan tubuh.

Sistem saraf

Sistem saraf Oligochaeta terdiri dari ‘otak’ (ganglion cerebral), dua lobus di atas

faring, dua saraf penghubung disekitar faring menuju ke ganglia sub paringeal,  tali saraf

ventral (sepanjang dasar selom ke arah somit anal) yang  beberapa saraf menuju ke

prostomium & daerah mulut, dan tali saraf ventral dalam tiap somit mempunyai ganglion

membesar dan memberikan 3 pasang saraf  lateral, serta tiap saraf lateral membentang

setengah somit terdiri dari serabut sensoris dan motoris. Sel perasa dilengkapi dengan dengan

rambut saraf yang menerobos kutikula sehingga bisa mencapai dunia luar. Alat perasa itu

peka terhadap sinar dan rangsangan lain.

Sistem Reproduksi

Cacing tanah bersifat hermafrodit, tetapi tidak melakukan pembuahan sendiri. Hal itu

karena, matangnya sel kelamin betina tidak sama waktunya dengan matangnya sel kelamin

jantan. Organ reproduksi betina terdapat di segmen ke 9 sampai ke 14 dan organ reproduksi

jantan terdapat di segmen ke 10 sampai ke 15. Di segmen ke 32 sampai ke 37

terdapat klitelum, yaitu penebalan epidermis sebagai penghasil lendir. Sewaktu sepasang

cacing berkopulasi maka akan keluar lendir yang akan membungkus kedua cacing dan

menjaga sperma dari kekeringan. Selubung (coccon) lendir tadi akan maju mundur di

sepanjang kedua tubuh cacing. Setelah itu, sel telur dari masing-masing cacing keluar dan

memasuki coccon. Jika melewati lubang kelamin jantan, telur-telur yang ada di

dalam coccon akan dibuahi oleh sperma dari cacing yang berlainan. Setelah selesai

pembuahan, coccon akan lepas ke arah depan. Sekarang di dalam coccon terdapat telur-telur

yang akan dibuahi dan kemudian tekur-telur tersebut akan menetas menjadi cacing.

Habitat

Sebagian besar cacing tanah hidup di tanah, tetapi beberapa lebih memilih lumpur di

sepanjang tepi badan segar atau asin air. Tergantung pada spesies, cacing tanah banyak hidup

di lapisan serasah daun atas, humus, atau di lapisan dalam tanah. Lainnya tinggal di tanah

yang menumpuk antara cabang-cabang pohon kanopi di hutan hujan tropis.Ordo 1. Lumbriculida, gonopore jantan dan testis terletak pada ruas yang sama. Contoh familiLumbriculus

            Gambar 4. Lumbricus terrestris

Ordo 2. Moniligastrida, gonopore jantan terletak di belakang ruas yang mengandung

testis. Contoh familiMoniligaster

Ordo 3. Haplotaxida, gonopore jantan sedikit satu ruas di belakang ruas yang mengandung

testis. Contoh famili Limnodrillus, Chaetogaster.

Kelas Hirudinea

  Hirudinea parasit hidup dengan mengisap darah inangnya, sedangkan Hirudinea bebas

hidup dengan memangsa invertebrata kecil seperti siput. Contoh Hirudinea parasit

adalah Haemadipsa (pacet) danHirudo (lintah). Saat merobek atau membuat lubang, lintah

mengeluarkan zat anestetik (penghilang sakit), sehingga korbannya tidak akan menyadari

adanya gigitan. Setelah ada lubang, lintah akan mengeluarkan zat anti pembekuan darah yaitu

hirudin.

Ciri-ciri Morfologi

Tubuh dilindungi oleh lapisan kutikula, tubuh relatif pipih, tubuh terdiri dari 34 segmen,

tidak mempunyai parapodia dan setae, mempunyai alat penghisap (sucker) di bagian anterior

maupun posterior. Sekalipun dikenal dengan nama umum lintah pengisap darah, bagian

terbesar di antaranya tidak hidup sebagai ektoparasit. Tubuhnya pipih. Ukuran panjangnya

dari 1-2cm atau 5cm, walau ada yang mencapai 12cm, bahkan 30cm (Haemanteria

ghiliani dari daerah Amazon). Metamerisme sudah sangat tereduksi: segmen-segmen ujung

anterior (biasanya kecil) dan posterior (lebih besar) termodifikasi manjadi alat penghisap yang

digunakan untuk menempel dan bergerak. Jumlah segmen tetap, yaitu 34, walau lapisan

cincin sekunder di luarnya (annuli) menyamarkan segmentasi primer tersebut. Clitellum

dibentuk segmen-segmen 9, 10 atau11.

Ciri-ciri Anatomi dan Fisiologi

Sistem Gerak

    Sistem Gerak Hirudinae, jika didarat bergerak dengan cara melekukkan badan, serta

melekat dengan sucker namun jika diair berenang dengan cara menggelombangkan badan.

Sistem Respirasi

Sistem respirasi Hirudinae, jika didarat menggunakan anyaman kapiler di bawah

epidermis yang terdapat pada kulit, namun jika diair Hirudinae dengan menggunakan insang,

contoh Piscicolidae.

Sistem Pencernaan

 Sistem pencernaan terdiri dari mulut, faring, tembolok, lambung, rektum, anus.

Anus terletak pada bagian dorsal. Proses pencernaan  penghisap anterior terdapat mulut

menuju faring kemudian tembolok dlanjutkan keusus  keluar pada anus dan kembali ke

penghisap posterior.

Pada faring, otot yang dilengkapi rahang bergigi atau probocis berotot. Di

kerongkongan tempat isapannya terdapat tiga rahang yang berbentuk seperti setengah gergaji

yang dihiasi sampai 100 gigi kecil. Dalam waktu 30 menit lintah bisa menyedot darah

sebanyak 15 ml – kuota yang cukup untuk hidupnya selama setengah tahun. Air ludahnya pun

mengandung zat aktif yang sekurang-kurangnya berisi 15 unsur. Contohnya, zat putih telur

hirudin yang bermanfaat untuk mengencerkan darah, dan mengandung penisilin.

Lintah hidup sebagai pemakan bangkai/predator, parasit. Predator makan larva, keong,

serangga, cacing. 75% penghisap darah, melekat/nempel pada permukaan tubuh vertebrata

(ikan-manusia). Darah dihisap oleh faring otot & menampung dalam tembolok.  Enzim saliva

(hirudin) mencegah koagulasi darah. Dalam 1 kali makan, lintah mengisap darah 10 kali berat

tubuhnya.

Sistem Ekskresi

 Sistem ekskresi Hirudinae  terdapat organ khusus yaitu nephridia yang di bagian

tubuhn terdapat 10-17 pasang nephridia. Sistem ekskresi sama dengan Annelida pada

umumnya, dan zat yang diekskresikan berupa ammonia.

Sistem Saraf

            Sistem saraf Hirudinae terdiri atas ruas 5 dan 6 terdapat lingkar saraf ganglia “otak”.

Alat indera berupa mata yang berfungsi sebagai fotoreseptor dan papilla serta sensila yang

berupa tonjolan kecil pada epidermis yang berfungsi sebagai alat peraba dan perasa.

Sistem Reproduksi

Sistem reproduksi Hirudinae berjenis monocious. Alat kelamin jantan terdiri atas 4-12

pasang testis dan 1 pasang ductus spermaticus. Alat kelamin betina yang terdiri atas 2

ovarium dan oviduct yang berhubungan dengan kelenjar albumin dan vagina di median yang

bermuara di belakang porus genitalia jantan. Dalam fertilisasi tidak ada tingkat larva. Lintah

membentuk kokon yang mengandung telur yang telah dibuahi dan kokon akan diletakkan

dalam air atau tanah.

Habitat

Hirudinae berhabitat air tawar, hidup di rawa-rawa, kolam, ataupun

sungai. Hirudinea adalah hewan ektoparasit pada permukaan tubuh inang.

Kelas Hirudinae, terbagi atas beberapa ordo yaitu sebagai beikut :

Ordo 1. Acanthobdellia, mempunyai setae; hanya satu marga yang ada, ditemukan di

Finlandia dan Rusia, tidak punya alat isap pada anterior,  pada segmen 2-4 terdapat dua

pasang setae tiap ruas. Contoh familiAcanthobdella

Ordo 2. Gnathobdellia, punya alat isap anterior dan posterior; lintah bergigi tiga buah (walau

kadang-kadang tereduksi); mulut lebar, hampir menyatu denga bibir batil isap oral; biasanya

barmata 5 pasang; punya 3 buah rahang, pharink tidak dapat dijulurkan. Contoh

famili Haemadipsa, dan contoh spesies Hirudo medicinalis.

Filum Mollusca

Karakteristik filum Molluscaa.       Merupakan hewan triploblastik selomata.b.      Struktur tubuhnya simetri bilateral.c.       Memiliki sistem syaraf berupa cincin syaraf.d.      Organ ekskresi berupa nefridia.e.       Memiliki radula (lidah bergigi).Yang terdiri dari deretan struktur kompak berasal

dari protein dan khitin.f.       Hidup secara heterotrof.g.      Reproduksi secara seksual.h.      Tubuh lunak tidak bersegmen-segmen.i.        Keberadaan jaringan mantel (mantle tissues) dan ruang mantel (mantle

cavity).Pada kelas tertentu jaringan mantel berfungsi sekretif menghasilkan struktur protektif berupa cangkang baik internal maupun eksternal.

j.        Rongga mantel terdapat struktur pwrnafasan tipikal untuk Mollusca yang dikenal sebagai ctenidia.

k.      Mollusca dapat hidup di darat, air tawar atau asin.l.        Pada permukaan epithelium dijumpai glandula mukosa dan ujung saraf sensori.m.    Tubuh terdiri dari kaki, massa viseral, dan mantel.

Ciri tubuh Mollusca, Molusca terdiri dari tiga bagian utama yaitu

1.      KakiKaki merupakan perpanjangan/penjuluran dari bagian Ventral tubuh yang berotot.

Kaki berfungsi untuk bergerak. Pada sebagian mollusca kaki telah termodifikasi menjadi tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa.

2.      Massa ViseralMassa viseral adalah bagian tubuh yang lunak dari mollusca. Di dalam massa viseral

terdapat organ-organ seperti organ pencernaan, ekskresi, dan reproduksi. Massa viseral dilindungi oleh mantel.

3.      MantelMantel adalah jaringan tebal yang melindungi massa viseral. Mantel membentuk suatu

rongga yang disebut rongga mantel. Di dalam rongga mantel berisi cairan. Cairan tersebut adalah tempat lubang insang, lubang ekskresi dan anus.

2.      System pada filum Mollusca.

A.    System SarafSitem syaraf Mollusca terdiri dari cincin syaraf. Sistem syaraf ini mengelilingi

esofagus dengan serabut saraf yang menyebar. Indera sensoris juga sangat berkembang dan dilengkapi dengan dua stasista dan alat pembau.Sistem saraf pusat Mollusca secara khas terdiri dari sebuah cincin saraf. Sistem saraf terdiri atas tiga pasang ganglion yaitu ganglion cerebral, ganglion visceral dan ganglion pedal yang ketiganya dihubungkan oleh tali-tali saraf longitudinal.. Mollusca memiliki sepasang atau

lebih nephridia yang berperan memindahkan kelebihan air, ion-ion dan sisa metabolisme serta cairan coelom ke rongga mantel untuk disekresikan.

B.     System sirkulasiSystem peredaran darah tertutup yaitu darah dapat mengangkut oksigen dan hasil

metabolisme serta oksigen.Sistem sirkulasi Mollusca terdiri atas jantung dan pembuluh darah. Umumnya di dalam darah terdapat pigmen yang mengandung tembaga (hemocyanin) berfungsi mengangkut oksigen. Jantung terdapat di dalam pericardium.

C.     System DigestiSistem pencernaan mollusca sudah terbilang lengkap terdiri dari mulut, esofagus,

lambung, usus, dan anus. Mollusca juga memiliki lidah bergerigi yang berfungsi untuk melumatkan makanan. Lidah bergerigi itu disebut radula. Anusnya terbuka ke rongga mantelanus tersebut terletak di bagian anterior tubuh. Kelenjar pencernaan telah berkembang baik.

D.    System ReproduksiMollusca bereproduksi secara seksual, pada umumnya organ reproduksi jantan dan

betina terpisah pada individu lain (gonokoris). Namun, meski begitu jenis Mollusca tertentu ada yang bersifat Hermafrodit. Fertilisasi dilakukan secara internal ataupun eksternal sehingga menghasilkan telur. Telur tersebut berkembang menjadi larva dan pada akhirnya akan menjadi mollusca dewasa.Moluska ada yang bersifat diesis dan ada pula yang monoensis.

3.      Tahap perkembangan larva pada Mollusca.Daur Hidup Siput dibagi menjadi 4 tahap, sebagai berikut

a.       Masa BertelurSiput jantan dan betina yang sudah dewasa dan kelaminnya akan saling mencari, dan ketika akan ketemu maka akan terjadi perkawinan. Siput jantan akan membuahi sel-sel telur yang tedapat didalam tubuh induk betina. Kemudian induk betina akan bertelur dan menepatkannya di tepi kolam, tonggak kayu, daun-daunan, atau tempat lainnya.Telur-telurnya yang berwarna merah muda seperti buah murbei, dan menggumpal. Ketika di keluarkan telur-telur tersebut masih lunak dan bersaput lendir tetapi dalam beberapa waktu kemudian telur-telur tersebut mongering dan mengeras . setelah mengeras, telur-telur tersebut merekat erat pada substratnya.Telur akan menetas dalam jangka waktu satu hingga dua minggu sejak di keluarkan. Ketika menetas anak-anak siput yang masih kecil akan langsung jatuh ke dalam air, pada fase ini sebenarnya kondisi siput dalam keadaan lemah. Selai belum bisa mencari makanan, meraka juga belum dapat berpindah tempat sendiri dan juga sangat mudah untuk di mangsa oleh binatang yang lain. Meskipun secara fisik belum bisa berpindah tempat sendiri tapi fase itulah siput bisa menyebar ke berbagai wilayah dengan cepat dalam jumlah yang banyak.

b.      Masa Pertumbuhan Awal.Setelah menetas siput-siput muda akan menyebar terbawa oleh air atau berjalan sendiri. Masa ini adalah masa yang paling sulit untuk mengendalikannya. Meskipun kehadirannya di sawah belum begitu membahayakan, namun wujudnya yang kecil dan sulit di temukan akan menimbulkan bahaya yang besar ketika mereka sudah beranjak dewasa.Pengendalian pada masa pertumbuhan awal biasanya hanya akan efektif dengan menggunakan bahan kimia karena dengan cara mekanis terlalu sulit. Tetapi bisa di pasang saringan pada pintu pemasukan untuk menghambat laju penyebarannya. Masa pertumbuhan awal pada umumnya berkisar antara 15-25 hari.

c.       Masa Pertumbuhan Lanjut.

Masa petumbuhan laju adalah masa tahap berikutnya, yaitu proses pertumbuhan siput dari muda manjadi dewasa. Pada fase ini serangan siput di sawah sudah cukup meresahkan, kerana selain sangat rakus, dalam waktu yang tidak begitu lama mereka akan melakukan perkawinan.Pengendalian siput pada masa pertumbuhan lanjut biasanya cukup efektif dengan menggunakan jebakan, atau secara mekanis. Persemian yang dipagar dengan plastic juga mampu menahan mereka untuk tidak mnyusup ke areal pertanian. Pada umumnya masa pertumbuhan lanjut berlangsung dalam waktu 26-59 hari.

d.      Cara Penyebaran SiputSetelah mengetahui siklus hidup siput secar lengkap, hal lain yang perlu diketahui adalah cara penyebaran mereka. Adapun cara penyebaran siput antara lain adalah

I.       Berjalan.Cara umum yang dilakukan siput untuk berpindah dari satu tempat ke tampat yang lainnya adalah dengan cara berjalan, pada umumnya mereka bergerak aktif pada malam hari. Dengan gerakannya yang lambat, memang siput ini tidak akan jauh berpindah tempat.

II.    Mengikuti Aliran AirCara bergerak siput yang paling menghawatirkan adalah dengan mengikuti aliran air. Dengan cara ini siput akan lebih cepat menyebar karena didorong oleh arus air yang kuat.Lingkungan Hidup Yang Disukai SiputSiput menyukai lingkungan yang jernih, mereka bisa hidup pada kisaran suhu air antara 10o-35o C. ini berarti siput sangat potensial menyerang persawahan baik yang barada di daerah pegunungan maupun pantai. Oleh karena itu, jenis siput dengan mudah dapat berkembang biak disawah, waduk, rawa, dan genagan air lainnya.

                                                                             4.      Tahap perkembangan cangkang pada Mollusca.

Cangkang pada gastropoda dihasilkan oleh jaringan yang dikenal sebagai jaringan mantel (mantle) pada bagian tubuh lunaknya.Cangkang Gastropoda terdiri atas tiga lapis, yaitu urut dair luar ke dalam sebagai berikut

a.       PeriostrakumMerupakan lapisan tipis dan gelap yang tersusun atas zat tanduk yang dihasilkan oleh tepi mantel sehingga sering disebut lapisan tanduk, fungsinya untuk melindungi lapisan yang ada di sebelah dalamnya dan lapisan ini berguna untuk melindungi cangkang dari asam karbonat dalam air serta memberi warna cangkang..

b.      PrismaticMerupakan lapisan tengah yang tibis dan terdiri atas kristal-kristal kalsium karbonat berbentuk prisma berasal dari materi organik yag dihasilkan oleh tepi mantel.

c.       NakreasMerupakan lapisan terdalam yang tersusun atas kristal-kristal halus kalsium karbonat merupakan lapisan mutiara yang dihasilkan oleh seluruh permukaan mantel. Di lapisan ini, materi organik yang ada lebih banyak daripada di lapisan prismatic. Lapisan ini tampak berkilauan dan banyak terdapat pada tiram atau kerang mutiara. Jika terkena sinar, mampu mamancarkan keragaman warna. Lapisan ini sering disebut sebagai lapisan mutiara.

Cangkang tersebut bersifat memilin ke kanan (dexter) atau ke kiri (sinister). Masing-masing bagian cangkang tersebut mempunyai morfologi yang bervariasi pada tingkat jenis dan kategorinya sehingga dapat dipergunakab sebagai karate untuk mengidentifikasi Gastropoda. Pada katagori Famili misalnya, bentuk morfologi cangkang dapat dipergunakan untuk melakukan identifikasi gastropoda menuju familia tertentu.

5.      Mekanisme terbentuknya mutiara.Jika ada benda asing yang ada diluar tubuh, seperti butiran pasir atau suatu parasit, yang secara tak sengaja masuk ke dalam cangkang maka akan disimpan dalam suatu kantung kecil dalam mantel. Dimantel banyak disekresikan nacreas oleh lapisan epitelium kantung tersebut. Sedikit demi sedikit nacreas melapisi partikel /benda asing tersebut. Dalam waktu 4 tahun partikel dan lapisan nacreas itu telah menjadi mutiara.Secara teoritis, Elisabeth Strack (buku Pearls tahun 2006) mendeskripsikan terbentuknya mutiara alami terbagi atas dua bagian besar, terbentuk akibat irritant dan masuknya partikel padat dalam mantel mollusca.

b.      Teory irritantTeori ini menyatakan bahwa pada suatu saat bagian ujung mantel sang kerang dimakan oleh ikan, hal ini dimungkinkan karena kerang akan membuka cangkang dan menjulurkan bagian mantelnya untuk menyerap makanan. Saat mantelnya putus, bagian remah epitihelium masuk ke dalam rongga mantel.Teory irritant juga mengungkapkan bahwa mutiara terbentuk akibat masuknya cacing yang biasanya menempati mollusca pada masa perkembangannya kemudian berpindah ke organisme lain. Cacing ini merusak dan memasuki rongga mantel. Cacing ini tanpa sengaja membawa bagian epithelium yang ada di permukaan mantel bersamanya. Bila cacing mati dalam rongga mantel, maka cacing ini akan dibungkus oleh epithelium, membentuk kantung mutiara dan akhirnya terbentuklah mutiara. Kalaupun cacing itu bisa melepaskan diri, maka epithelium yang tinggal dalam rongga mantellah yang akan membentuk mutiara setelah sebelumnya membentuk kantung mutiara.

c.       Teori yang kedua adalah masuknya partikel padat ke dalam rongga mantel.Partikel padat bisa saja terperangkap di dalam tubuh kerang akibat dorongan air. Saat kerang ini tidak bisa mengeluarkannya, partikel inipun bisa saja masuk ke rongga mantel. Saat dia masuk, epithelium juga ikut bersamanya. Epithelium ini akhirnya membungkus partikel padat sehingga terbentuklah kantung mutiara. Kantung mutiara ini akhirnya akan mendeposisikan nacre ke partikel padat tersebut. Namun demikian sejauh ini belum ada bukti ilmiah yang mendukung teori masuknya pasir ke dalam mantel kerang mutiara walaupun teori ini dipahami sejak lama. Dari beberapa mutiara alami yang dibedah, menunjukkan bahwa bagian inti mutiaranya bukanlah partikel padat.

Dari kedua teori tersebut dapat diambil kesimpulan, mutiara terbentuk karena adanya bagian epithelium mantel yang masuk ke dalam rongga mantel tersebut. Bagian epithelium mantel ini bertugas mengeluarkan atau mendeposisikan nacre pada bagian dalam cangkang kerang disamping membentuk keseluruhan cangkang.

Klasifikasi Kelas Mollusca

1. Class Gastropoda

Kelas Gastopoda dapat dijumpai dalam berbagai tipe habitat meliputi laut asin pada berbagai

kedalaman, estuari, sungai, danau, gurun dan pepohonan. Berdasarkan organ respirasi dan

letak organ respirasi tersebut, Gastropoda diklasifikasikan ke dalam 3 kategori subkelas yaitu

Prossobrachia,Ophistobranchia, dan Pulmonata.

a.      Stuktur Tubuh

Gastropoda (dalam bahasa latin, gaster = perut, podos = kaki) adalah kelompok hewan

yang menggunakan perut sebagai alat gerak atau kakinya. Misalnya, siput air (Lymnaea sp.),

remis (Corbicula javanica), dan bekicot (Achatia fulica). Hewan ini memiliki ciri khas

berkaki lebar dan pipih pada bagian ventrel tubuhnya. Gastropoda bergerak lambat

menggunakan kakinya. Gastropoda darat terdiri dari sepasang tentakel panjang dan sepasang

tentakel pendek. Pada ujung tentakel panjang terdapat mata yang berfungsi untuk mengetahui

gelap dan terang. Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai alat peraba dan pembau.

Karakteristik kelas Gastropoda yang paling khas adalah suatu proses yang dikenal

sebagai torsi (torsion). Selama perkembangan embrionik, suatu otot asimetris terbentuk, dan

satu sisi dari massa viseral tumbuh lebih cepat bila dibandingkan dengan yang lain. Kontraksi

otot itu dan pertumbuhan yang tidak merata tersebut menyebabkan massa viseral berotasi

sampai 180 derajat, sedemikian rupa sehingga anus dan rongga mantel di tempatkan di atas

kepala pada hewan dewasa. Beberapa ahli zoologi berspekulasi bahwa keuntungan dari torsi

adalah untuk menempatkan massa viseral dan cangkang yang berat lebih ketengah pada tubuh

keong itu.

Sebagian besar Gastropoda terlindung dalam cangkang tunggal berbentuk spiral tempat

hewan itu dapat masuk menarik ketika ada ancaman. Cangkang tersebut sering kali berbentuk

kerucut, tetapi abalon dan limpet memiliki cangkang yang agak pipih. Sebagaimana tipikal

cangkang Molusca, cangkang Gastropoda tersusun atas 3 lapisan, yaitu :

a. Periostrakum adalah lapisan terluar dari zat kitin yang berfungsi sebagai pelindung,

bersifat organic. Biasanya laopisan tersebut licin dan mengkilat.

b. Lapisan prismatik, tersusun dari kristal-kristal kapur yang berbentuk prisma.

c. Lapisan nakreas atau sering disebut lapisan induk mutiara, tersusun dari lapisan

kalsit (karbonat) yang tipis dan paralel.

Banyak gastropoda memiliki kepala dan mata yang jelas pada ujung tentakel. Gastropoda

merangkak setapak demi setapak dengan perlahan dengan gerakan seperti riak dari kaki yang

memanjang. Sebagian besar gastropoda menggunakan radulanya untuk merumput pada alga

atau tumbuhan. Namun demikian beberapa kelompok adalah pemangsa, dan radula

dimodifikasi untuk membor lubang pada cangkang mollusca lain atau untuk merobek jaringan

hewan yang kuat dan keras. Pada suatu kelompok, keong kerucut, geligi radula membentuk

anak panah beracun yang terpisah, yang dapat menembus mangsa, termasuk ikan.

Gastropoda merupakan salah satu dari beberapa kelompok invertebrata yang telah berhasil

menghuni daratan. Keong darat tidak memiliki insang yang khas pada sebagian besar

gastropoda akuatik, dan alih-alih menggunakan lapisan rongga mantel untuk berfungsi

sebagai paru-paru, yang mempertukarkan udara pernapasan dengan udara luar.

b.      Sistem Rongga

         sistem respirasi

hewan yag hidup diar berespirasi dengan insang, sedangkan yang hidup didarat berespirasi

dengan rongga mantel yang berfungsi sebagai paru-paru.

         Sistem pencernaan makanan

Alat pencernaan meliputi rongga mulut, kerongkongan, kelenjar ludah, tembolok,

lambung kelenjar dan anus. Saluran pencernaan berbentuk huruf U. Makanan dipotong-

potong oleh rahang tanduk dan dikunyah oleh radula serta dibasahi oleh lendir dan kelenjar

tubuh. Kemudian makanan ditelan kekerongkongan dan berturut-turut menuju tembolok,

lambung dan dibuang lewat anus yang terdapat dikepala.

         Sistem peredaran darah

Sistem peredaran darahnya terbuka dengan jantung dan saluran darah sebagai organ

transportasi. Darah (plasma dan butir darah) tak berwarna dan berfungsi mengedarkan

oksigen keseluruh tubuh serta mengatur sisa pembakaran. Jantung terdiri atas serabi dan bilik

yang dilindungi rongga perikardium.

         Sistem ekskresi

Sistem ekskresi berupa nefridium yang terletak didekat jantung dan saluran ureter yang

terletak didekat anus.

         Sistem syaraf

Susunan syaraf berupa ganglion yang bercabang diseluruh tubuh.

         Sistem reproduksi

Pada Gastropoda ada hewan yang diesis dan ada yang monosis. Pada hewan monosis alat

kelamin jantan dan betina terdapat pada satu hewan, tetapi tidak dapat membuahi sendiri.

Untuk melakukan membuahan harus dilakukan pembuahan sendiri, untuk melakukan

membuahan didahului dengan kopulasi. Ovotesis menghasilkan sperma yang disalurkan

kevasa deperensia dan akhirnya masuk kevagina hewan lain dengan perantara penis yang

dapat dikeluarkan dari lubang genital. Ovotesis juga menghasilkan sel telur, sel telurdibawa

lewat saluran hermafroditus untuk mendapat albumin kemudian keuterus lalu keoviduk,

dioviduk sel telur dibuahi sperma hewan lain.

Subclases Prossobranchia

Prossobranchia merupakan subclases terbesar dlam Gastropoda yang hidup di perairan

laut, dengan beberapa jenis hidup di air tawar dan beberapa jenis diketahui bersifat terrestial.

Pada umumnya prossobranchia bersifat non parasitik dan mobil (beberapa jenis diketahui

bersifat parasit dan sesil).

Prossobranchia merupakan gastropoda yang dianggap paling primitif, pada akhirnya

akan menurunkan 2 subkelas yang lain. Kebanyakan spesies menunjukkan beberpa carácter

tipikal gastropoda yaitu cangkang yang sempurna, rongga mantel, osphradium dan gigi radula

yag berkembang baik. Cangkang pada taksa ini dilengkapi dengan operculum yang menutup

apertura pada cangkang.

Tipikal prossobranchia mempunyai insang yang dikenal sebagai ctenidium yang terdiri dari

serangkaian lembaran – lembaran triangular yang saling berdekatan. Insang tersebut berlokasi

didaerah anterior (penamaan prossobranchia diturunkan dari kata posso : daerah anterior /

depan dan branchia : insang). Gastropoda yang termasuk dalam sub kelas ini memiliki dua

buah insang yang terletak di anterior. Sistem syaraf membentuk angka delapan tentakel

berjumlah dua buah, cangkang umumnya tertutup oleh overkulum. Sub kelas ini dibagi lagi

kedalam tiga ordo yaitu:

1.    Ordo Archeogastropoda, contoh: Trochus.

Ordo tersebut beranggotakan gastropoda yang dianggap mempunyai sifat – sifat

primitif yaitu jumlah organ yang selalu berpasangan, fertilisasi yang bersifat eksternal dan

banyaknya jumlah gigi pada radula. Anggota ordo tersebut mempunyai sifat reproduksi yang

unik yaitu membentuk larva trocophore dalam siklus reproduksinya.

Archaegastropoda meliputi kurang lebih 20.000 spesies yang terdistribusi dalam 140

famili, dengan beberapa diantaranya yaitu :

a) Familia Turbinidae, contoh jenis ini Turbo marmoratus dan Marmarostoma jobiensis

b) Familia Nerritidae, contoh jenis Nerita lineata, yang merupakan gastropoda mangrove

2.    OrdoMesogastropoda, contoh: Lambis, Turitella.

Ordo tersebut beranggotakan gastropoda yang telah berevolusi menuju hilangnya

ctenidium sebelah kanan, pada jenis yang hidup di darat, ctenidia bahkan menghilang sama

sekali. Anggota jenis tersebut melakukan fertilisasi secara internal, membentuk larva yang

dikenal sebagai larva veliger.

Ordo mesogastropoda beranggotkan kurang lebih 10.000 jenis dalam 95 familia,

tersebar di berbagai tipe habitat mulai dari laut samapai daratan, beberapa jenis bersifat

parasitik. Beberapa familia yang umum diantaranya adalah Littorinidry ( contoh spesies :

Littoraria scabra, Littoraria carinifera, merupakan gastropoda pemanjat pada pohon

mangrove). Familia Cerithdae ( contoh spesies : Cerithidea cingulata, merupakan gastropoda

pemakan detritus pada lumpur di bawah mangrove )

3.    Ordo Neogastropoda

Ordo tersebut beranggotakan gastropoda yang telah dianggap maju. Anggota jenis ini

dalam ordo tersebut semuanya hidup diperairan, kebanyakan bersifat karnivora. Fertilisasi

bersifat internal, berkembang langsung membentuk miniatur dewasa tanpa membentuk

stadium larva. Ordo tersebut beranggotakan sekitar 5000 jenis yang terdistribusi dalam 21

familia. Familia yang umum dikenal adalah Muricidae ( contoh : Murex pecten dan

Chiccoreus cappucinus )

Subclassis Ophistobranchia

Kelompok Ophistibranchia dikenali melalui beberapa karakteristik sebagai berikut :

1. adanya trend evolusi menuju hilangnya cangakang, menjadikan banyak naggota jenis

yang tidak bercangkang.

2. bila bercangkang, operculum tidak dijumpai

3. rongga mantel dan ctenidia cenderung mereduksi

4. sedikit torsi saat embriogenesis

5. pada kebanykkan jenis mempunyai struktur insang luar pada bagian posterior yang

dikenal sebagai cerrata.

Subclases Pulmonata

Kelompok pulmonata dikenal sebagai gastropoda paru – paru ( pulmo), paru – paru

tersebut merupakan bagian mantel dengan vaskularisasi yang tinggi. Kelompok ini bersifat

terrestial ( hidup di darat ), bila bersifat akuatik lebiu sering dijumpai di perairan tawar.

Anggota kelompok tersebut mempunyai gigi radula yang berderet panjang, mengindikasi

bersifat herbivora yang dimiliki. Jenis yang umum dijumpai adalah keong emas ( Phylla sp. )

dan bekicot ( Achantina fulica ).

Terbagi kedalam 2 Ordo yaitu:

Ordo Stylomotophora, contohnya: Achantina fulica.

Ordo Basommataphora, contohnya: Physa.

Subkelas dari Ordo Gastropoda berdasarkan organ pernafasannya:

Kelompok gastropoda ini memiliki dua insang terletak di posterior, cangkang umumnya

tereduksi dan terletak di dalam mantel, jantung satu ruangan dan reproduksi berumah satu.

Terbagi kedalam 8 Ordo:

1. Ordo Cephalaspidea, contohnya: Bulla.

2. Ordo Anaspidea, contohnya: Aplysia.

3. OrdoThecosonata, contohnya: Cavolinia.

4. Ordo Gimnosonata, contohnya: Clione.

5. Ordo Nataspide, contohnya: Umbraculum.

6. OrdoAcocchilideacea, contohnya: Hedylopis.

7. Ordo Sacoglosa, contohnya: Berthelinia.

8. Ordo Nudibranchia, contohnya: Glossodaris.

2. Class Bivalvia / Pelecypoda

 Hewan Bivalvia bisa hidup di air tawar, dasar laut, danau, kolam, atau sungai yang

lainnya banyak mengandung zat kapur. Zat kapur ini digunakan untuk membuat cangkoknya

Kerang yang hidup di laut dan remis yang hidup di air tawar adalah contoh kelas Bivalvia.

Hewan ini memiliki dua kutub ( bi = dua, valve = kutub) yang dihubungkan oleh semacam

engsel, sehingga disebut Bivalvia. Kelas ini mempunyai dua cangkok yang dapat membuka

dan menutup dengan menggunakan otot aduktor dalam tubuhnya. Cangkok ini berfungsi

untuk melindungi tubuh. Cangkok di bagian dorsal tebal dan di bagian ventral tipis.

Kepalanya tidak nampak dan kakinya berotot. Fungsi kaki untuk merayap dan menggali

lumpur atau pasir.   Jika Anda memperhatikan kerang yang masih hidup, kaki hewan ini

berbentuk seperti kapak pipih yang dapat dijulurkan ke luar. Hal ini sesuai dengan arti

Pelecypoda ( pelekis = kapak kecil; podos = kaki). Kerang bernafas dengan dua buah insang

dan bagian mantel. Insang ini berbentuk lembaran-lembaran ( lamela) yang banyak

mengandung batang insang. Sementara itu antara tubuh dan mantel terdapat rongga mantel.

Rongga ini merupakan jalan masuk keluarnya air. Di bagian bawah cangkang terdapat mantel,

yang terdiri atas jaringan khusus yang digunakan untuk membungkus alat-alat dalam, seperti

alat pencernaan, alat reproduksi, insang, saraf ataupun jantung. Sistem peredaran darahnya

terbuka. Contoh hewan yang termasuk dalam kelas ini adalah Maleagrina margaritivera

(kerang mutiara), Asaphis detlorata (remis), Pecten ostrea (tiram) dan Anadonta

woodina (Kerang).

           Sistem pencernaan dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dan akhirnya

bermuara pada anus. Anus ini terdapat di saluran yang sama dengan saluran untuk keluarnya

air. Sedangkan makanan golongan hewan kerang ini adalah hewan-hewan kecil yang terdapat

dalam perairan berupa protozoa diatom, dll. Makanan ini dicerna di lambung dengan bantuan

getah pencernaan dan hati. Sisa-sisa makanan dikeluarkan melalui anus.

Sistem Respirasi larutan oksigen dalam air diambil oleh insang, masuk ke dalam ruang

mantel. Gas CO2 dilepaskan dari tubuh dengan jalan sebaliknya. Filamen-filamen insang itu

mengandung kapiler-kapiler darah, dan O2 dan CO2 diangkut dalam aliran darah.

Sistem Sirkulasi dari insang memasuki jantung, melewati salah satu dari dua aurikel.

Jantung terbungkus dalam pericardium. Dari ventrikel darah dipompa baik ke anterior

maupun melalui 2 buah aorta menuju ke bagian-bagian tubuh. Kemudian darah berkumpul

lagi dalam vena cava, lalu diangkut ke ginjal, terus ke insang dan kemabali lagi ke jantung.

Sistem Ekskresi ginjal dalam bentuk nefridia mengeluarkan ekskret, kemudian

melewati porus excretorius, terus ke bagian dorsal dari ruang mantel. Kotoran itu kemudian

dikeluarkan melalui sifon ekskuren (dorsal).

Sistem Saraf terdapat 3 ganglion, sepasang dekat esophagus, sepasang dalam kaki, dan

sepasang dekat ujung posterior massa visceral. Ganglion itu dihubungkan satu dengan yang

lain dengan serabut-serabut longitudinal yang anterior juga oleh serabut-serabut tranversal.

Sistem Sensori sel-sel sensori, mungkin peka terhadap sentuhan dan cahaya, terdapat

disepanjang batas mantel. Organ untuk mendeteksi gangguan keseimbangan. Organ perasa

kurang berkembang dibandingkan anggota Mollusca lainnya.

Sistem Reproduksi Spermatozoa dibawa dari ruang mantel, jantan melewati sifon

ekskuren masuk ke dalam ruang mantel betina melalui sifon inkurener betina. fertilisasi

terjadi dalam ruang mantel, yaitu kantung pengeraman.

Berdasarkan struktur insang, Bivalvia dapat dikelompokkan ke dalam 3 subclasis yaitu

: Protobranchia, Septibranchia, dan Lamellibranchia. Protobranchia mempunyai insang yang

terdapat pada masing – masing klep, masing – masing insang terdapat sepasang. Tipe insang

tersebut dianggap merupakan bentuk yang kuno. Septibranchia dicirikan oleh lempengan

insang yang membentuk sekat – sekat ( septum ). Lamellibranchia dicirikan oleh lempengan

insang yang berlapis – lapis ( Lamellate = pipih, berlapis ).

Klasifikasi Class Pelecypoda

Ordo 1. Protobranchia, sebagian besar hidup di laut, terdiri atas 2 lembaran (lamela), bentuknya seperti daun

a) Familia : Nuculidae, hidup dilaut dangkal, ukuran cangkok sedang, kosmopilitan

Contoh : Nucula proxima

b) Familia 2. Solemydae, bentuknya setengah bundar, ukuran cangkok sedang

Contoh : Solemya velum

Ordo 2. Filibranchia, dapat hidup dilaut , insangnya terdiri atas dua barisan filamen yang bentuknya seperti daun tergantung didalam mantel

a) Familia 1. Arcidae (contohnya : Arca pexata)

b) Familia 2. Mytilidae (contohnya : Mytilus edulis)

c) Familia 3. Pectinidae (contohnya : Pecten irradians)

Ordo 3. Eulamellibranchia, terdapat dilaut dan air tawar, insangnya berbentuk daun, pada tepi sebelah menyebelah membentuk filamen, mempunyai sifon, berkaki besar.

a) Familia 1. Unionidae (contohnya : Anodonta grandis)

b) Familia 2. Myidae. (contohnya : Mija arenaria)

Ordo 4. Septibranchia, hidup di laut, tidak mempunyai insang, hanya didalam mantel yang membagi rongga-rongga secara horizontal menjadi 2 kamar

a) Familia 1. Cuspidariidae (contohnya : Cuspidaria pellucida)

3. Class Scaphopoda

Penamaan Scaphopoda diturunkan dari bentuk dasarnya yang seperti gading dengan

massa viscera berbentuk skop ( Scapos ). Scaphopoda memiliki cangkang, berbentuk silinder

yang kedua ujungnya terbuka. Hidupnya di laut dan terpendam di dalam pasir atau lumpur.

Tubuh memanjang, dorsoventral. Kepala rudimeter, kaki lancip, berlobus dan berguna untuk

menggali lumpur. Tubuh Scaphopoda langsing secara dorsoventral dikelilingi oleh mantel

yang mengeluarkan cangkang berbentuk tabung yang terbuka dikedua ujungnya. Hidup

Scaphopoda dilaut, perairan dangkal, sampai kedalaman 15.000 kaki. Amphineura biasanya

mengubur diri dipasir dan lumpur. Respirasi dengan mantel, tidak ada insang. Makanan

Scaphopoda adalah detritus dan protozoa. Amphineura memiliki jenis kelamin yang terpisah.

Telur yang menetas berkembang menjadi trokofor atau veliger. Contoh Amphinera

adalah Dentalium, Siphonodentalium.

4. Class Cephalopoda

Cephalopoda berarti hewan yang menggunakan kepalanya sebagai alat gerak/kakinya,

(cephale berarti kepala dan podos berarti kaki), tubuhnya bilateral simetris sebuah kaki yang

terbagi menjadi lengan-lengan yang dilengkapi alat penghisap dan sistem saraf yang

berkembang baik terpusatkan dikepala. Mereka mempunyai pandangan mata yang sanagt

bagus, berenang dengan cepat, menunjukan emosi. Kelompok hewan ini berbadan lunak dan

tidak mempunyai cangkang seperti kelas yang lain. Mantelnya menyelimuti skeliling tubuh,

membentuk kearah agak longgar pada bagian leher. Sebuah sifon yang menyedot air lewat

insang terletak di bawah mantel. Contoh spesies hewan ini adalah cumi-cumi (Loligo pealii),

gurita (Octopus sp.) dan sotong (Sepia sp.)

Klasifikasi Class Cephalopoda

0rdo 1 Tetrabranchia; mempunyai empat insang, cangkok kapur membelit, tertutup, mempunyai sejumlah tentakel, tanpa alat penghisap, mata sederhana, tidak mempunyai kromatofor, tidak mempunyai kantong tinta, mempunyai dua pasang insang berganda dan mempunyai dua pasang nefridia (ginjal),

a) Familia Nautilidae, cangkok membelit mendatar, mempunyai kamar-kamar yang dibatasi oleh septa, kamar-kamar berisi gas ringan, diantaranya terdapat di samudera Pasifik, Samudera Indonesia. Contoh: Nautilus pompilius

Ordo 2 Dibranchia; tanpa cangkok, ada yang mengalami reduksi dan terdapat di dalam tubuh, cangkok terdiri atas zat kapur atau zat tanduk, mempunyai sepasang insang dan sepasang nefridia, tentakel ada 8 sampai 10 dengan alat penghisap, mempunyai mantel

o Sub Ordo 1 Decapoda; mempunyai cangkok chitine atau kapur, terdapat dalam tubuh,

terdapat 10 tentakel dengan sepasang yang memanjang dan dilengkapi dengan alat penghisap

a) Familia 1 Loliginidae; badan panjang, sirip terdapat dekat akhir posterior dengan mata berkornea. Contoh : Loligopealii

b) Familia 2 Sepiidea; cangkok terdapat dalam tubuh, berbahan zat kapur, berbentuk oval (lonjong). Contoh : Sepia officinalis

o Sub Ordo 2 Octopoda; sebagian besar tidak mempunyai cangkok

a) Familia 1 Argonautidae; cangkok pada hewan betina tebal dan spiral. Contoh : Argonauta argo

b) Familia 2 Octopodidae; terkenal dengan ikan setan laut (gurita), badan bulat seperti bola dengan kepala besar. Contoh : Octopus bairdio

ARTHROPODA

Filum arthoropoda ( arthro= sendi, podos= kaki ) mempunyai karakteristik utama,

yaitu kaki pada ruas-ruas dan sendi sehingga setiap cruas dapat bergerak. Ruas-ruas tubuh

mempunyai tingkatan berbeda. Anggota terdiri atas ruas – ruas dengan bentuk dan fungsi

bermacam-macam serta mempunyai arti tertentu. Tubuh dilindungi eksoseleton yang

mengandung kitin.( Darwis,2002( hal. 95 ))

A.Karakteristik Arthropoda

Artropoda adalah filum yang paling besar dalam dunia hewan dan mencakup

serangga, laba-laba, udang, lipan dan hewan sejenis lainnya. Artropoda adalah nama lain

hewan berbuku-buku. Artropoda biasa ditemukan di laut, air tawar, darat, dan lingkungan

udara, termasuk berbagai bentuk simbiosis dan parasit.

Karakteristik yang membedakan artropoda dengan filum yang lain yaitu : Tubuh

bersegmen, segmen biasanya bersatu menjadi dua atau tiga daerah yang jelas, anggota tubuh

bersegmen berpasangan (Asal penamaan Artropoda), simetri bilateral, eksoskeleton berkitin.

Secara berkala mengalir dan diperbaharui sebagai pertumbuhan hewan, kanal alimentari

seperti pipa dengan mulut dan anus, sistem sirkulasi terbuka, hanya pembuluh darah yang

biasanya berwujud sebuah struktur dorsal seperti pipa menuju kanal alimentar dengan

bukaan lateral di daerah abdomen, rongga tubuh; sebuah rongga darah atau hemosol dan

selom tereduksi.

Sistem syaraf terdiri atas sebuah ganglion anterior atau otak yang berlokasi di atas

kanal alimentari, sepasang penghubung yang menyalurkan dari otak ke sekitar kanal

alimentari dan tali syaraf ganglion yang berlokasi di bawah kanal alimentary, ekskresi

biasanya oleh tubulus malphigi. Tabung kosong yang masuk kanal alimentari dan material

hasil ekskresi melintas keluar lewat anus, respirasi dengan insang atau trakhea dan spirakel,

tidak ada silia atau nefridia.

Sistem saraf anthropoda seperti pada annellida, terdapat bagian ventral tubuh

berbentuk seperti tangga tali.

Artropoda dalam dunia hewan merupakan filum yang terbesar di dunia. Empat dari

lima bagian spesies hewan adalah arthropoda, dengan jumlah di atas satu juta spesies

modern yang ditemukan dan rekor fosil yang mencapai awal Cambrian. Jumlah spesiesnya

yaitu sekitar 900.000 spesies dengan beragam variasi. Jumlah ini kira-kira 80% dari spesies

hewan yang diketahui sekarang. Artropoda dapat hidup di air tawar, laut, tanah, dan praktis

semua permukaan bumi dipenuhi oleh spesies ini. Artropoda dianggap berkerabat dekat

dengan Annelida, contohnya adalah Peripetus di Afrika Selatan.

Artropoda mungkin satu-satunya yang dapat hidup di Antartika dan liang-liang batu

terjal di pegunungan yang tinggi. Semua anggota filum ini mempunyai tubuh beruas-ruas

dan kerangka luar yang tersusun dari kitin. Rongga tubuh utama disebut hemocoel.

Hemocoel terdiri dari sejumlah ruangan kecil yang dipompa oleh jantung. Jantung terletak

pada sisi dorsal dari tubuhnya.

A. Klasifikasi Filum Arthropoda

1.Subfilum Trilobitomorpha

1.1 Kelas Trilobita

Trilobita yang berarti "tiga lobus"adalah kelompok fosil terkenal punah laut

arthropoda yang membentuk kelas Trilobita. Trilobita membentuk salah satu kelompok

paling awal dikenal arthropoda. Penampilan pertama trilobit dalam catatan fosil

mendefinisikan dasar Atdabanian tahap Cambrian awal periode ( 521 juta tahun yang lalu ),

dan mereka berkembang di seluruh rendah Paleozoic era sebelum memulai penurunan

berlarut-larut terhadap kepunahan saat, selama Devonian , semua trilobite perintah kecuali

Proetida mati. Trilobita akhirnya menghilang dalam kepunahan massal pada akhir Permian

sekitar 250 juta tahun yang lalu . Trilobita adalah yang paling sukses dari semua hewan

awal, berkeliaran di lautan selama lebih dari 270 juta tahun.

Ketika trilobita pertama kali muncul dalam catatan fosil mereka sudah sangat

beragam dan geografis. Karena trilobita memiliki keanekaragaman dan mudah fosil

exoskeleton catatan fosil yang banyak ditinggalkan, dengan sekitar 17.000 spesies yang

dikenal mencakup Paleozoic waktu. Studi tentang fosil-fosil ini telah memfasilitasi

kontribusi penting untuk biostratigrafi , paleontologi , biologi evolusioner dan lempeng

tektonik . Trilobita sering ditempatkan dalam arthropoda subphylum Schizoramia dalam

superclass Arachnomorpha (setara dengan Arachnata), meskipun beberapa alternatif

taksonomi ditemukan dalam literatur.

Trilobita memiliki banyak gaya hidup, beberapa pindah dasar laut sebagai predator ,

pemulung atau filter feeder dan beberapa berenang , makan pada plankton . Kebanyakan

gaya hidup yang diharapkan arthropoda laut modern terlihat pada trilobita, dengan

kemungkinan pengecualian dari parasitisme (di mana masih ada perdebatan ilmiah).

Beberapa trilobita (terutama keluarga Olenidae ) bahkan diperkirakan telah berevolusi

simbiosis hubungan dengan sulfur bakteri pemakan dari mana mereka berasal makanan.

(en.wikipedia.org/wiki/Arthropod )

Trilobita memiliki tiga daerah tubuh utama: kepala, tampaknya terdiri dari empat

segmen menyatu, memiliki sepasang antena dan, terkadang, mata majemuk, thorax, dengan

variabel jumlah segmen yang terpisah, dan, perut terdiri dari beberapa segmen menyatu.

(http://bio.rutgers.edu/~gb102/lab_2/309bm-trilobites.html)

Gambar Kelas Trilobita

2. Subfilum Chelicerata

Chelicerata berasal dari bahasa Yunani chele berarti capit dan keros yang artinya

tanduk. Chelicerata meliputi berbagai jenis laba-laba, kalajengking, tungau, dan mimi.

Kebanyakan anggotanya berukuran kecil dan terdapat di daerah yang kering dan hangat,

namun beberapa hidup di peraianan. Chelicerata termasuk dalam filum Arthropoda. Banyak

jenis Chelicerata yang mempunyai kelenjar racun yang terdapat dirahang atau taring racun

sebagai sarana untuk membunuh mangsa, kemudian menghisap cairan tubuh atau jaringan

lunaknya. Gigitan atau sengatan berbagai jenis laba-laba atau kalajengking menimbulkan

kesakitan bahkan kematian. Beberapa jenis tungau merupakan hama tumbuhan dan jenis

lainnya, juga sebagai parasit pada manusia dan ternak atau menjadi inang perantara berbagai

protozoa dan virus yang menyebabkan penyakit tertentu.

            Tubuh biasanya terdiri atas cephalothorax dan abdomen yang tampak jelas,

kecuali pada Acarina. Pada cephalothorax terdapat enam pasang apendik bersendi , yaitu

sepasang chelicerae, sepasang pedipalpi dan empat pasang kaki. Antena dan mandibel tidak.

Gambar Chelicerata

2.1       Klasifikasi

Berdasarkan klasifikasinya chelicerata terdiri atas kelas Arachnida, Pycnogonida,

dan Merostomata. Adapun beberapa kelas yang sudah punah yaitu, Eurypterida dan

Chasmataspidida.

2.1.1    Arachnida

Arachnida merupakan kelas dari filum arthropoda dan subfilum Chelicerata. Semua

arachnida memiliki delapan kaki, meskipun di beberapa spesies pasangan depan dapat

mengkonversi untuk fungsi sensorik. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata

Arachne, yang berarti laba-laba (Dunlop, 2008).

Hampir semua masih ada arachnida adalah terestrial. Namun, beberapa mendiami

lingkungan air tawar dan, dengan pengecualian dari zona pelagik , lingkungan laut juga.

Mereka terdiri lebih dari 100.000 nama spesies , termasuk laba-laba , kalajengking ,

harvestmen , kutu , tungau dan Solifugae (Cracraft & Michael, 2004).

Ciri-cirinya      :

1.    Abdomen tidak memiliki apendik sebagai alat gerak

2.    Matanya sederhana

3.    Tubuh tertutup kutikula

4.    Dilengkapi bulu-bulu indera atau sisik

5.    Pedipalpi biasanya sebagai alat indera

6.    Tidak mempunyai insang

7.    Umumnya ovipar

8.    Tidak ada metamorfosa kecuali pada Acarina

9.    Hidup di darat

Kelas ini dibagi menjadi 8 ordo, yaitu :

1.    Araneae

2.    Scorpiones

3.    Opiliones

4.    Acarina

5.    Pseudoscorpionida

6.    Amblypygi

7.    Thelyphonida

8.    Solifugae

Gambar Kelas Arachnida (Dermacentor accidentalis )

2.1.2.   Pycnogonida

Pycnogonida merupakan hewan avertebrata akuatik dari filum Arthropoda dan

subfilum Chelicerata. Pycnogonida dikenal sebagai laba-laba laut (Sea Spider). Pycnogonida

dapat di temukan di wilayah perairan Australia, Selandia Baru, Laut Mediterania dan Laut

Karibia (Anonim, 2011).

.

Pycnogonids dapat ditemukan dari daerah pasang surut hingga kedalaman sekitar 7000

m. Sebagian kecil, tetapi bentuk laut dalam beberapa mencapai hingga 70 cm diameter di

kaki. Mereka makan dengan mengisap cairan dari invertebrata bertubuh lunak melalui belalai

panjang.

Pycnogonids samar-samar mirip laba-laba, dengan tubuh kecil dan relatif lama,

berengsel kaki. Karakteristik unik termasuk belalai yang tidak biasa, yang bervariasi dalam

ukuran dan bentuk di antara spesies, tetapi jumlah ke ruang dengan pembukaan di ujung distal

(mulut sebenarnya terletak antara ruang belalai dan kerongkongan). Tubuh itu sendiri tidak

dibagi menjadi tagmata tertata rapi atau wilayah seperti di kebanyakan arthropoda lainnya.

Sebuah beruang daerah anterior, selain belalai, tiga atau empat pasang pelengkap, termasuk

pasangan pertama berjalan kaki. Pelengkap khusus yang disebut ovigers ketika hadir

membentuk empat pasang, ini berperan dalam merenung muda dan digunakan dalam

membersihkan. Setelah segmen pertama adalah serangkaian segmen membuat sebuah

"batang," setiap segmen memiliki sepasang berjalan kaki. Segmen terminal termasuk

tuberkulum yang memproyeksikan punggung dan anus. Beberapa spesies memiliki lebih dari

empat pasang kaki berjalan. Pycnogonids juga unik dalam bantalan beberapa gonopores,

ditemukan pada segmen kedua beberapa atau semua berjalan kaki.

(http://animaldiversity.ummz.umich.edu/accounts/Pycnogonida/)

2.1.3 kelas    Merostomata.    

Merostomata ini mencakup dua kelompok yang agak berbeda dari organisme laut,

eurypterids dan kepiting tapal kuda. Eurypterids sekarang sudah punah, mereka hidup 200-

500 juta tahun yang lalu. Ada yang besar, mencapai panjang 3 m. Morfologi mereka

menunjukkan bahwa mereka makan pada berbagai jenis makanan. Beberapa mungkin telah

amfibi, muncul ke daratan untuk setidaknya sebagian dari siklus hidupnya. Kepiting tapal

kuda adalah sebuah kelompok kuno, tetapi hanya 5 spesies ada saat ini. Mereka memakan

invertebrata kecil. Kepiting tapal kuda sering digunakan sebagai hewan laboratorium oleh

ahli fisiologi.

a) Anggota kelas ini memiliki perisai besar yang menutupi cephalothorax. Para

mata majemuk berkurang. Pasangan kedua pelengkap, pedipalps, menyerupai

kaki berjalan. Mereka memiliki, lonjakan-seperti embel-embel panjang yang

disebut telson yang proyek dari bagian belakang tubuh mereka. Respirasi

adalah melalui buku insang.

(http://animaldiversity.ummz.umich.edu/accounts/Merostomata/)

Merostomata terbagi atas dua sub kelas :

1) Subkelas Eurypterids

"Kecil merostomes sangat besar dengan memanjang lanset, tubuh jarang trilobed,

prosoma (kepala) ukuran moderat, opisthosoma (tubuh) dengan 12 segmen bergerak dan

styliform untuk spatulate telson (tail), dengan pembagian umumnya menjadi preabdomen 7-

tersegmentasi dan 5 - postabdomen tersegmentasi,.. prosomal (kepala) pelengkap 6, yang

terdiri dari 3-jointed chelicerae, kaki berjalan, pasangan terakhir yang biasa berubah menjadi

kaki renang Mulut pusat, berbatasan posterior oleh endostoma dan metastoma operkulum

dengan embel genital median, pelengkap perut berbentuk lempengan dengan nonlaminate

insang.

Gambar Eurypterids

2) Subkelas Xiphosura

Xiphosura sering dikenal dengan sebutan Mimi (jantan) dan Mituno (betina) di jawa.

Bentuk dari hewan ini mirip dengan tapal kuda sehingga Xiphosura dikenal Horse Shoe

Crab atau kepiting tapal kuda, meskipun hewan ini disebut keiting tetapi hewan ini bukanlah

kepiting yang sesungguhnya (Olovia, 2010).

Xiphosurans modern mencapai hingga 60 cm (24 in) panjang dewasa, tapi Paleozoic

spesies yang seringkali jauh lebih kecil, beberapa sesedikit 1 sampai 3 cm (0,39-1,2)

panjang.

Tubuh ditutupi dengan kutikula sulit, tapi tidak mengandung biominerals kristal, dan

dibagi menjadi anterior prosoma dan posterior opisthosoma , atau perut. Permukaan atas

prosoma ditutupi oleh setengah lingkaran karapas , sedangkan bagian bawahnya dikenakan

lima pasang kaki berjalan dan sepasang menjepit-seperti chelicerae . Mulut terletak di bawah

ujung depan dari carapace, dan terletak di belakang struktur bibir-seperti disebut labrum .

Xiphosurans memiliki hingga empat mata, yang terletak di carapace. Sepasang mata

majemuk adalah di sisi prosoma, dengan satu atau dua median ocelli arah depan. Para mata

majemuk yang sederhana dalam struktur daripada arthropoda lainnya, dengan ommatidia

individu tidak diatur dalam pola kompak. Mereka mungkin dapat mendeteksi gerakan, tapi

tidak mungkin untuk dapat membentuk citra yang benar. Di depan ocelli adalah organ

tambahan yang mungkin berfungsi sebagai kemoreseptor .

Pertama empat pasang kaki berakhir dengan penjepit, dan memiliki serangkaian duri,

disebut gnathobase , pada permukaan bagian dalam. Duri digunakan untuk mengunyah

makanan, merobek-robeknya sebelum diteruskan ke mulut. Kelima dan terakhir sepasang

kaki, bagaimanapun, tidak memiliki penjepit atau duri, bukan memiliki struktur untuk

membersihkan insang dan mendorong lumpur keluar dari jalan sementara menggali. Di

belakang kaki berjalan adalah set keenam pelengkap, chilaria, yang sangat berkurang dalam

ukuran dan ditutupi rambut dan duri. Ini dianggap sisa-sisa anggota badan dari diserap

segmen opisthosomal pertama.

Opisthosoma ini dibagi menjadi mesosoma maju, dengan pelengkap diratakan, dan

metasoma di bagian belakang, yang tidak memiliki pelengkap. Dalam bentuk modern,

seluruh opisthosoma yang menyatu ke dalam struktur unsegmented tunggal. Bagian bawah

opisthosoma membawa bukaan genital dan lima pasang flap-seperti insang.

Opisthosoma berakhir di tulang ekor yang panjang, sering disebut sebagai telson

(meskipun istilah yang sama juga digunakan untuk struktur yang berbeda dalam krustasea ).

Tulang belakang yang sangat mobile, dan digunakan untuk mendorong hewan tegak jika

tanpa sengaja diserahkan.

Gambar kelas Merostomata (Limulus polyphemus)

3. Subfilum Mandibulata

3.1.kelas Myriapoda

Ciri-ciri Myriapoda

Gambar .kelas Myriapoda

(a) Keluwing dan (b) kelabang

Tubuh lipan atau kelabang hanya terdiri atas kepala dan badan. Tidak ada bagian

dada. Pada kepala terdapat sepasang mata tunggal, sepasang alat peraba besar, dan sepasang

alat peraba kecil yang beruas-ruas. Setiap ruas badan belakang terdapat kaki berpasangan.

Myriapoda melakukan respirasinya menggunakan saluran trakea yang bermuara pada

lubang-lubang kecil (stigma), letaknya pada dinding ruasruas tubuh. Lubang tersebut disebut

spirakel. Sistem peredaran darahnya terbuka dan letak jantung pada bagian punggung.

Sistem sarafnya adalah sistem saraf tangga tali. Kelas Myriapoda memilik dua ordo, yaitu

sebagai berikut.

1.Diplopoda

Tubuh hewan ini berbentuk silinder, jumlah segmennya sekitar 25–100, setiap

segmennya hanya mempunyai sepasang kaki dan setiap abdomen mempunyai dua pasang

kaki dan dua pasang spirakel. Contohnya keluwing, makanan hewan ini berupa tumbuh-

tumbuhan dan berkembang biak dengan bertelur. Adapun makanan keluwing berupa sisa-

sisa tumbuhan, sering terdapat di tempat yang lembap pada pembuangan sampah. Jika kita

mengganggu hewan ini, maka tubuhnya akan segera menggulung.

2. Chiplopoda

Hewan ini tergolong hewan pemangsa (predator), makanannya adalah cacing dan

serangga. Bentuk tubuhnya pipih, jumlah segmen bisa mencapai 177, setiap segmen

mempunyai sepasang kaki, kecuali pada satu segmen di belakang kepala dan dua segmen

terakhir. Pada bagian kepala terdapat sepasang mata. Masing-masing mata mengalami

modifikasi menjadi cakar beracun. Lipan atau kelabang bila bertemu mangsanya akan

menyerang mangsanya dengan cara menggigit menggunakan kaki beracun yang berguna

untuk melumpuhkan mangsa.

Ciri-ciri Insekta

Kelompok Insekta atau serangga mempunyai species sangat banyak, hidupnya di

darat dan air. Ukuran tubuh Insekta relatif kecil. Insekta sering disebut juga sebagai

heksapoda, yaitu mempunyai kaki enam (3 pasang). Tubuh dibedakan atas kepala, dada, dan

perut. Pada kepala Insekta terdapat sepasang antena yang dapat digunakan untuk membau

dan meraba. Terdapat juga mulut, mata majemuk (mata faset) ada yang bermata tunggal

(oselus). Mulut insekta menurut fungsinya dibedakan menjadi empat tipe, yaitu tipe penjilat

dan pengisap (lalat rumah), tipe pengisap (kupu-kupu), tipe penusuk dan pengisap

(nyamuk), dan tipe penggigit (belalang).

Gambar 6 Macam-macam Insekta

Bagian dada terdiri atas 3 ruas dan terdapat 3 pasang kaki beruas-ruas, juga terdapat

sayap. Adapun pada perut terdapat 6 sampai 11 ruas, pada ruas belakang posterior sebagai

alat reproduksi. Pada Insekta betina terdapat alat peletak telur yang disebut ovipositor serta

kantung untuk menyimpan sperma. Respirasinya menggunakan pembuluh trakea, yaitu

udara dari luar masuk ke jaringan melalui pembuluh trakea. Jumlah jantungnya 5 buah dan

sistem peredaran darahnya bersifat terbuka. Sistem ekskresinya menggunakan pembuluh

malphigi yang mengelilingi anus. Daur hidup serangga ini mengalami perubahan bentuk

yang disebut metamorfosis. Akan tetapi ada jenis insekta tidak mengalami metamorfosis

yang digolongkan sebagai serangga ametabola, misalnya kutu buku (Lepisma).

Gambar 7 Metamorfosis Sempurna

Gambar 8 Metamorfosis tidak sempurna

Metamorfosis tidak sempurna terjadi pada ordo Orthoptera, Hemiptera, dan

Homoptera. Kelompok Insekta ada dua kelas, berdasarkan ada tidaknya sayap, yaitu Insekta

yang tidak mempunyai sayap (apterygota) contohnya adalah kutu buku dan yang

mempunyai sayap (pterygota). Kelas ini dibagi lagi menjadi beberapa ordo dengan

mengamati sayap dan mulutnya.

Tabel Ordo Insekta

Ordo Ciri-Ciri Contoh

Orthoptera Mempunyai 2 pasang

sayap lurus, sayap

depan tebal, tipe

mulut penggigit,

mengalami

metamorfosis tak

sempurna.

Kecoa,

belalang,Jangkrik

Isoptera Semua sayapnya

sama, tipe mulut

penggigit,

metamorfosis tak

sempurna.

Rayap, laron

Hemiptera Mempunyai 2 pasang

sayap, sayap depan

tebal, sayap belakang

Walang

sangit,kutu busuk

tipis, metamorfosis

tak sempurna, tipe

mulut penusuk dan

pengisap.

Homoptera Memiliki 2 pasang

sayap, sayap depan

lebih keras

dibandingkan sayap

belakang, tipe mulut

penusuk dan

pengisap,

metamorfosis tak

sempurna

Kutu daun, kutuKepala

Odonata Memiliki 2 pasang

sayap tidak dilipat,

sayap depan dan

belakang hampir

sama, tipe mulut

pengunyah dan

penggigit,

metamorfosis tidak

sempurna.

Capung

Coleoptera Memiliki 2 pasang

sayap depan tebal

seperti perisai, sayap

belakang tipis, tipe

mulut penggigit,

metamorfosis

sempurna.

Kepik air

Lepidoptera Memiliki 2 pasang

sayap yang bersisik

warna-warni, tipe

mulut pengisap,

metamorfosis

sempurna.

Kupu-kupu

Diptera Memiliki satu pasang

sayap tipis, tipe mulut

penusuk dan penjilat,

metamorfosis

sempurna.

Nyamuk, lalatRumah

Hymenoptera Memiliki 2 pasang

sayap yang berupa

selaput tipis, tipe

mulut penggigit,

metamorfosis

sempurna.

Semut, lebahMadu

Siphonophtera Tidak memiliki sayap,

tubuhnya pipih lateral,

berkaki pendek dan

kuat untuk melompat.

Bermata tunggal, tipe

mulut menusuk dan

menghisap,

metamorfosis

sempurna.

Kutu anjing,

kutu kucing,kutu tikus

3. kelas Crustaceae

Ciri-ciri Crustaceae

Crustaceae disebut juga sebagai kelompok udang-udangan, contohnya: udang,

kepiting, dan yuyu. Anda tentu sudah mengetahui tempat hidup kelompok hewan ini, yaitu

di air laut, danau, dan sungai.

Gambar 9 Contoh Crustacea

Tubuh Crustaceae mempunyai rangka luar keras karena mengandung zat kitin dan

kapur, sehingga disebut sebagai hewan bercangkang. Antenanya Crustaceae berjumlah dua

pasang, mempunyai kaki satu pasang pada tiap ruas tubuh, sedangkan pada udang atau

kepiting mempunyai 5 pasang kaki jalan. Kepala dan dada Crustaceae menyatu disebut

sefalotoraks. Bagian kepala dan dada dilindungi oleh tameng, yaitu kulit keras yang disebut

karapas. Kakinya dapat digunakan untuk berjalan, berenang, atau menempel di perairan.

Sistem pencernaan Crustaceae dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus,

dan anus. Sisa metabolismenya keluar melewati kelenjar hijau. Sistem sarafnya

menggunakan susunan saraf tangga tali, respirasinya menggunakan insang. Jenis kelamin

Crustaceae sudah dapat dipisahkan dan bersifat hermaprodit. Pembuahan terjadi secara

internal, telur yang berisi zigot menetas menjadi larva, selanjutnya tumbuh menjadi dewasa

melalui pergantian kulit berkali-kali. Contoh dari anggota ini adalah udang windu

(Penaeus), udang galah (Macrobium resenbergi), udang air tawar (Cambarus virilis), ketam

(Parathelpusa tredenlata), kepiting (Portunus sexdentalus), dan rajungan (Neptunus

pelagicus). Tubuh hewan ini mempunyai rangka luar keras karena mengandung zat kitin dan

kapur, sehingga disebut sebagai hewan bercangkang. Antenanya berjumlah dua pasang,

mempunyai kaki satu pasang pada tiap ruas tubuh, sedangkan pada udang atau kepiting

mempunyai 5 pasang kaki jalan.

Kepala dan dada menyatu disebut sefalotoraks. Bagian kepala dan dada dilindungi

oleh tameng, yaitu kulit keras yang disebut karapas. Peranan Crustaceae lebih banyak

menguntungkan bagi kita, misalnya sebagai sumber protein hewani karena mengandung

protein tinggi seperti udang, kepiting, dan rajungan.

B. Peranan arthoropoda dalam kehidupan manusia :

Beberapa keuntungan Arthropoda bagi manusia adalah sebagai berikut:

1. Udang dan kepiting merupakan makanan sumber protein yang sangat disenangi

karena dagingnya yang enak. Udang dan kepiting juga dapat dijadikan sebagai hiasan karena

rangka luarnya yang keras.

2. Kupu-kupu, lebah, dan sejenisnya menyukai bunga yang berwarna-warni.

Mereka datang untuk mencari makanan yang berupa serbuk sari atau mengisap madu yang

dihasilkan oleh kelenjar madu atau nektarium. Beberapa butir serbuk sari menempel di

kepala, tubuh, atau kaki dan terbawa terbang pada saat hewan tersebut meninggalkan bunga

itu. Pada waktu hewan itu mendatangi bunga yang lain untuk maksud yang sama, ada

kemungkinan beberapa serbuk sari bunga yang dibawanya menempel di kepala putik bunga

yang dikunjungi, sehingga terjadilah penyerbukan yang diikuti dengan pembuahan. Tanpa

penyerbukan bunga tidak akan menjadi buah. Hewan Arthropoda merupakan perantara ber-

langsungnya penyerbukan. Setiap Iebah madu yang pulang berburu serbuk sari dan madu,

membawa bahan-bahan tersebut ke sarangnya. Bahan tersebut diperuntukkan sebagai

makanan bagi larva yang keluar dari telur yang dihasilkan oleh ratunya. Lebah yang

mengumpulkan madu tersebut adalah lebah pekerja dalam masyarakat Iebah. Madu

merupakan makanan dan obat bagi manusia. Dan sarangnya juga dihasilkan malam.

Seekor lebah sedang menyerbuki bunga Salvina. A. Kepala sari yang penuh

serbuk sari menyenluh punggung lebah. B. Punggung Iebah yang penuh serbuk sari

menyentuh kepala putik bunga lain.

3. Ulat sutera menghasilkan benang-benang halus yang dijalin membentuk

kokon. Kokon ini digunakan oleh hewan yang bersangkutan untuk pelindung pada stadium

istirahat (pupa) dari daur hidupnya, dan pada saat ulat keluar dari kokon telah berubah

menjadi kupu-kupu ulat sutera. Dan kokon ini manusia mampu mengolah untuk mendapatkan

benang sutera sebagai bahan sandang seperti sarung dan selendang.

4. Beberapa jenis udang yang sangat kecil seperti Dafnia, Copepoda, Estheria,

dan Conchostraca, dengan ukuran kurang dari 1 mm, merupakan plankton dan makanan bagi

hewan-hewan yang lebih besar. Dengan demikian, Arthropoda jenis ini merupakan mata

rantai makanan dalam kehidupan di air. Untuk kehidupan di darat bertindak sebagai mata

rantai makanan adalah Arthropoda jenis Insecta.

5. Arthropoda dari kelompok Collembola yang mendiami permukaan tanah

menghasilkan pupuk. yaitu kotorannya yang merupakan bahan humus. Humus tidak saja

sebagai pupuk tetapi juga menjaga tanah agar terhindar dari erosi. Adanya humus berpeng-

aruh baik terhadap kandungan air dan udara dalam tanah, sehingga tumbuhan yang tumbuh di

ternpat itu dapat menyerap zat-zat hara dengan mudah.

Beberapa kerugian yang ditimbulkan oleh Arthropoda bagi kehidupan manusia adalah

sebagai berikut.

1. Lalat, kecoa, dan semut sangat suka mengerumuni makanan atau hidangan.

Hewan ini juga suka berada di tempat-tempat yang kotor, sehingga hewan-hewan ini sering

membawa bibit penyakit bagi manusia.

2. Penyakit seperti malaria. demam berdarah, dan penyakit tidur disebarkan dari

penderita ke calon inang oleh hewan Arthropoda. Malaria disebarkan oleh nyamuk malaria

(Anopheles), demam berdarah oleh nyamuk Aedes Aegypti, dan penyakit tidur oleh lalat

Tsetse. Hewanhewan itu bertindak sebagai vektor. Selain menyebarkan penyakit mereka juga

mengisap darah.

3. Belalang pemakan daun. Apabila belalang berjumlah sangat banyak dapat

merupakan hama bagi ladangladang petani. Walang sangit sangat popular menyerang tanaman

padi. Padi yang diserangnya menjadi matt atau hampa. Kumbang kelapa memakan pucuk

kelapa, ketika pucuk itu masih menggulung. Apabila pucuk itu mekar daun kelapa terlihat

seperti digunting.

4. Beberapa jenis kumbang membuat lubang pada kayu sebagai sarangnya,

seperti bangunan rumah dari kayu. Pengecatan bahan bangunan dengan ter dan cat dapat

menghindari serangan Arthropoda ini.

5. Arthropoda kelompok Isopoda yang tinggal di air laut atau air tawar

menyerang kayu yang terendam air. Kayu menjadi berlubang-lubang karena digerek sehingga

menjadi rapuh (lihat gambar). Perhatikan bagaimana hewan

isopoda

itu merusak kayu! Anai-anai bersarang dalam tanah. Dari sarangnya anai-anai

dapat pindah ke bangunan yang ada di atasnya. Hewan ini memakan kayu, kertas, dan

pakaian. Anai-anai berkembang biak sangat cepat.

6. Bermacam-macam kutu, seperti kutu yang hidup di kepala manusia, kutu

busuk, kutu pada anjing dan kucing adalah pengisap darah. Beberapa jenis kutu lainnya

merusak bahan makanan seperti beras, kacang hijau, jagung, dan lain-lain.

7. Kalajengking, lipan, lebah penyengat, tawon, dan beberapa jenis labah-labah

ditakuti karena dapat menyengat. Sengatannya cukup berbahaya bahkan dapat menyebabkan

kematian. Ketam atau kepiting membuat lubang tanah sehingga dapat merusak pematang

sawah.( http://www.anakunhas.com/2011/07/peranan-arthropoda-dalam-kehidupan-

manusia.html)

Pengertian Filum Echinodermata

Echinodermata berasal dari bahasa Yunani yaitu echinos berarti landak, derma

berarti kulit. Jadi echinodermata berarti hewan yang kulitnya berduri-duri. Hewan ini

biasanya hidup di pantai dan di dalam laut sampai kedalaman sekitar 366 m. Sebagian

hidup bebas, hanya gerakannya lamban, tidak ada yang parasit. Keistimewaan

Echinodermata adalah memiliki tubuh (organ tubuh) lima atau kelipatannya. Di samping

itu, hewan ini memiliki saluran air yang sering disebut sistem ambulakral. Sistem ini

digunakan untuk bergerak, bernafas, atau untuk membuka mangsanya yang memiliki

cangkok. Ciri umum lainnya adalah pada waktu masih larva tubuhnya berbentuk

simatris bilateral dan hidup sebagai plankton kemudian bermetamorfosa menjadi simetris

radial ketika dewasa, tidak berkepala, tubuh tersusun dalam sumbu oval aboral.

Echinodermata tidak mempunyai sendi ataupun rangka untuk bergerak (walaupun

Echinodermata mempunyai rangka luar), melainkan bergerak menggunakan sistem

hidrolik saluran air (water vascular system) yang membantunya dalam pergerakan.

Sistem saluran air mempunyai banyak tonjolan-tonjolan yang disebut sebagai kaki tabung

(tube feet) pada bagian ventral lengan yang membantunya dalam pergerakan dan makan.

Tubuh tertutup epidermis tipis yang menyelubungi rangka messodermal (rangka di

dalam). Rangka terdiri atas ossicle atau pelat-pelat kapur yang dapat digerakkan atau

tidak. (Via Rifkia, S. Far)

Gambar 1. (a) Bintang laut; (b) Bintang ular laut; (c) Bulu babi; (d)

Mentimun laut

Permukaan tubuh terbagi menjadi 5 bagian yang simetris terdiri atas daerah

ambulakral (tempat menjulurnya kaki tabung dan daerah interambulakral (inter radii)

yang tidak ada kaki tabungnya. Sistem ambulakral sebenarnya merupakan sistem saluran

air. Sistem saluran air ini terdiri atas:

a. Madreporit, merupakan lubang tempat masuknya air dari luar tubuh.

b. Saluran batu

c. Saluran cincin

d. Saluran radial, meluas ke seluruh tubuh.

e. Saluran lateral

f. Ampula

g. Kaki tabung

Sistem ini berfungsi untuk bergerak, bernafas atau membuka mangsa. Pada hewan

ini air laut masuk melalui lempeng dorsal yang berlubang-lubang kecil (madreporit)

menuju ke pembuluh batu. Kemudian dilanjutkan ke saluran cincin yang mempunyai

cabang ke lima tangannya atau disebut saluran radial selanjutnya ke saluran lateral. Pada

setiap cabang terdapat deretan kaki tabung dan berpasangan dengan semacam gelembung

berotot atau disebut juga ampula. Dari saluran lateral, air masuk ke ampula. Saluran ini

berkahir di ampula rongga tubuh (coelem) luas dan dilapisi peritoneum bercilia dalam

perkembangannya sebagian tubuh menjadi sistem pembuluh air terdiri avertebrata

lainnya. Sistem pembuluh air terdiri atas madreporit, saluran batu, saluran cincin, saluran

radial, saluran lateral, ampula dan kaki tabung. Sistem air ini berfungsi untuk

menggerakkan kaki tabung dengan cara mengatur masuk dan keluarnya air laut melalui

madeporit kontraksi ampula mengatur volume air dalam kaki tabung, berarti mengatur

gerak kaki tabung. Kaki tabung berfungsi untuk merayap, berpegang pada substrat,

memegang mangsa atau membantu pertukaran gas O2 dan CO2. (dr. Rr. Putri

Adimukti)

Gambar 2. Struktur tubuh bintang laut

2.2. Sistem Reproduksi Filum Echinodermata

Echinodermata mempunyai jenis kelamin terpisah, sehingga ada yang jantan dan

betina. Fertilisasi terjadi di luar tubuh, yaitu di dalam air laut. Telur yang telah dibuahi

akan membelah secara cepat menghasilkan blastula, dan selanjutnya berkembang

menjadi gastrula. Gastrula ini berkembang menjadi larva. Larva atau disebut juga

bipinnaria berbentuk bilateral simetri. Larva ini berenang bebas di dalam air mencari

tempat yang cocok hingga menjadi branchidaria, lalu mengalami metamorfosis dan

akhirnya menjadi dewasa.

Gambar 3. Perkembangan telur bintang laut setelah terjadi

pembuahan.

Sistem reproduksi dari filum echinodermata ini berada sesuai dengan jenisnya.

Seperti pada kelas asteroidea melakukan reproduksi dengan cara asexsual (pembelahan)

yang disebut fissiparity artinya membelah dengan jalan fission diawali dengan

penyekatan pisin pusat menjadi 2 bagian kemudian memisah dan masing-masing

potongan melengkapi bagian tubuhnya. Ada juga secara sexual dioecius mempunyai 5

pasang gonad pada tiap tangannya. Telur dan sperma dilepas ke air, pembuahan di luar, 2

hari kemudian menjadi blastula yang berenang bebas dan masih simetri bilateral, gastrula

dan larva bipinnaria, enam atau tujuh minggu kemudian larva turun ke substrat dan

mengalami metamorfora menjadi bentuk simetri radial seperti yang dewasa. Untuk kelas

ophiurridem juga dioecius, pembuahan di luar, larvanya disebut ophiopluteus yang

berenang bebas untuk kelas echinoidea sama dengan ophiurridea, hanya nama larva yang

dihasilkan disebut echinopluteus. Untuk kelas holothuridea dioecius tetapi ada yang

hermaprodit porotandri, gonad hanya sebuah berbentuk seperti sekat pembuluh yang

bercabang dan menyatu menjadi gonaduct yang berhubungan dengan gonopore di

pangkal tentakel. Larvanya disebut auricularia untuk kelas crinoidea dioecius. Gonad

terletak pada pangkal beberapa pinnule atau pangkal tangan, pembuahan di luar.

Larvanya disebut vitelaria yang tidak makan, berenang bebas untuk beberapa hari

selanjutnya turun dan melekat dan menjalani proses metamorfosa menjadi bentuk larva

bertangkai yang kecil disebut larva pentacrinoid.

2.3. Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan makanan hewan ini sudah sempurna. Sistem pencernaan

dimulai dari mulut yang posisinya berada di bawah permukaan tubuh. Kemudian

diteruskan melalui faring, ke kerongkongan, ke lambung, lalu ke usus, dan terakhir di

anus. Anus ini letaknya ada di permukaan atas tubuh dan pada sebagian Echinodermata

tidak berfungsi. Pada hewan ini lambung memiliki cabang lima yang masing-masing

cabang menuju ke lengan. Di masing-masing lengan ini lambungnya bercabang dua,

tetapi ujungnya buntu.

Kebiasaan makan dari filum echinodermata juga berbeda berdasarkan jenisnya.

Untuk kelas asteroidean termasuk karnivora dan memangsa berbagai avertebrata lain,

polip colentrata dan ikan, bahakan ada yang makan bangkai. Untuk kelas ophiroidea

merupakan suspention feeder beberapa sebagai filter feeder atau deposit feeder dan

seavenger. Untuk jenis echionoidea mempunyai gigi 5 buah, tajam kuat digunakan untuk

mengunyah (Lentera Aristoteles). Makanannya adalah ganggang, hewan sessile, bangkai

dan detritus.

2.4. Sistem Respirasi

Echinodermata bernafas menggunakan paru-paru kulit atau dermal branchiae

(Papulae) yaitu penonjolan dinding rongga tubuh (selom) yang tipis. Tonjolan ini

dilindungi oleh silia dan pediselaria. Pada bagian inilah terjadi pertukaran oksigen dan

karbondioksida. Ada pula beberapa jenis Echinodermata yang bernafas dengan

menggunakan kaki tabung. Sisa-sisa metabolisme yang terjadi di dalam sel-sel tubuh

akan diangkut oleh amoebacyte (sel-sel amoeboid) ke dermal branchiae untuk

selanjutnya dilepas ke luar tubuh.

2.5. Sistem Peredaran Darah

Sistem peredaran darah Echinodermata umumnya tereduksi, sukar diamati. Sistem

peredaran darah terdiri dari pembuluh darah yang mengelilingi mulut dan dihubungkan

dengan lima buah pembuluh radial ke setiap bagian lengan.

2.6. Sistem Saraf

Sistem saraf terdiri dari cincin saraf dan tali saraf pada bagian lengan-lengannya.

Gambar 4. Struktur umum bagian tubuh bintang laut.

(dr. Rr. Putri Adimukti)

BAB. III

Klasifikasi Echinodrmata. Penyebaran, Isolasi Bahan Aktif, Cara Pengolahan dan

Kegunaan Zat Aktif

Filum Echinodermata dilasifikasikan dalam 5 kelas, yaitu:

1. Kelas Asteroidea (Sea Star)

2. Kelas Ophiuroidea (Brittle Star)

3. Kelas Echinoidean (Sea Urchin)

4. Kelas Crinoidea (Sea Lilies)

5. Kelas Holothuroidea (Sea Cucumber)

3.1. Kelas Asteroidea (Sea Star)

Biasanya disebut bintang laut, karena bentuk tubuhnya seperti bintang (penta

merous), tangannya 5 buah, diameter antara 10-20 cm. Tangan bagian bawah disebut oral

sedangkan bagian atas disebut obural. Dari mulut sampai ujung tangan terdapat lekukan

memanjang. Pada tiap lekukan terdapat duri-duri yang dapat digerakkan untuk

melindungi kaki tabung. Anus dan anodreporit terdapat pada bagian aboral.

Gambar 5. Bintang laut

Hewan-hewan asteroid berdiskus (bercakram) sentral dengan penjuluran-

penjuluran yang berongga dan bercabang-cabang sebagai selom. Asteroid mempunyai

telapak kaki berbentuk tabung dan terletak pada alur sepanjang sisi oral penjuluran-

penjuluran itu. Contoh: Asterias vulgaris (bintang laut). Pada bintang laut (star fish) jelas

dapat dibedakan permukaan atas (sisi aboral) dan permukaan bawah (sisi oral). Pada sisi

aboral terdapat papan berwarna yang disebut madreporit yang letaknya pada

persimpangan empat dari 2 penjuluran. Seluruh tubuhnya tertutup duri kecuali pada lekuk

sisi oral yang disebut selah ambulakral. Alat gerak berupa tabung telapak, biasanya 4

buah, terletak dalam celah ambulakral. Dinding selom menonjol sebagai kantong yang

disebut branki dan papulae. Branki muncul diantara papan-papan kapur, dan berfungsi

sebagai alat pernapasan dan eksresi. Pada permukaan tubuhnya terdapat pediselariae,

sebagai alat-alat tambahan dan berbentuk seperti angkup (forsep) yang berguna untuk

menghilangkan benda-benda asing pada permukaan tubuhnya.

Sistem saraf

Pada bintang laut terdapat cincin saraf dalam cakram. Pada tiap penjuluran

tubuhnya terdapat saraf radial pada sisi ventral. Saraf ini bercabang-cabang halus banyak

sekali. Tiap saraf radial berakhir sebagai sebuah mata pada tiap penjuluran tubuh.

Reproduksi

Jenis kelamin terpisah, namun pada tiap penjuluran terdapat sepasang gonad.

Masing-masing gonad berlubang pada sisi aboral di dekat pangkal penjuluran. Telur dan

sperma dicurahkan dalam satu musim, dan fertilisasi terjadi di luar tubuh (dalam air).

Embrio tumbuh menjadi larva dan berenang bebas. Larva itu bersimetri bilateral.

3.2. Kelas Ophiuroidea

Gambar 8. Bintang ular

Seperti echinodermata lainnya, ophiuroidea memiliki rangka dari kalsium

karbonat. Bentuk tubuhnya mirip dengan asteroidea. Kelima lengan ophiuroidea

menempel pada cakram pusat yang disebut calyx. Ophiuroidea memiliki lima rahang. Di

belakang rahang ada kerongkongan pendek dan perut besar, serta buntu yang menempati

setengah cakram. Ophiuroidea tidak memiliki usus maupun anus. Pencernaan terjadi di

perut. Pertukaran udara dan ekskresi terjadi pada kantong yang disebut bursae. Umumnya

ada 10 bursae. Kelamin terpisah pada kebanyakan spesies. Ophiuroidea memiliki gonad.

Gamet disebar oleh bursal sacs. Sistem saraf terdiri atas cincin saraf utama yang bekerja

di sekitar cakram utama. Ophiuroidea tidak memiliki mata, atau sejenisnya. Tetapi,

mereka memiliki kemampuan untuk merasakan cahaya melalui reseptor pada epidermis.

Baik Ophiurida maupun Euryalida memiliki lima lengan yang panjang, langsing,

fleksibel, dan berbentuk seperti cambuk. Mereka dibantu dengan rangka internal yang

terbuat dari kalsium karbonat. Pembuluh dari sistem vaskular air berakhir di kaki tabung.

Sistem vaskular air umumnya memiliki satu madreporit. Kaki tabung tidak memiliki

penghisap dan ampulla. Ophiuroidea memiliki kemampuan untuk meregenerasi kaki yang

putus. Ophiuroidea menggunakan kemampuan ini untuk melarikan diri dari predator,

seperti kadal, yang mampu memutuskan ekor mereka untuk membingungkan pengganggu

seperti pada bintang ular.

Gambar 9. Anatomi bintang laut

Bintang ular adalah hewan dari filum Echinodermata, yang memiliki hubungan

dekat dengan bintang laut. Mereka berjalan di dasar laut dengan menggunakan lengan

fleksibel mereka untuk bergerak. Bintang ular umumnya memiliki lima lengan berbentuk

seperti cambuk yang panjangnya bisa mencapai 60 cm (2 kaki) pada spesimen terbesar.

Ada sekitar 1.500 spesies bintang ular yang hidup sekarang, dan mereka kebanyakan

ditemukan pada kedalaman lebih dari 500 meter (1.620 kaki). Bintang ular dapat

ditemukan pada perairan besar, dari kutub sampai tropis. Berdasarkan fakta, lili laut,

teripang, dan bintang ular merajai dasar laut pada kedalaman lebih dari 500 meter, di

seluruh dunia.

Bintang ular menggunakan lengan mereka untuk bergerak. Mereka, tidak seperti

bintang laut, bergantung pada kaki tabung. Bintang laut bergerak dengan menggerakan

lengan mereka yang sangat fleksibel dan membuat mereka bergerak seperti ular.

Pergerakan mereka mirip dengan hewan simetri bilateral.

Sistem pernapasan

Pernapasan dilakukan oleh 5 pasang kantong kecil yang bercelah di sekitar mulut,

alat ini berhubungan dengan saluran alat reproduksi (gonad).

Sistem pencernaan makanan

Alat-alat pencernaan makanan terdapat dalam bola cakram, dimulai dari mulut

yang terletak di pusat tubuh kemudian lambung yang berbentuk kantong. Hewan ini tidak

memiliki anus. Di sekeliling mulut terdapat rahang yang berupa 5 kelompok lempeng

kapur.Makanan dipegang dengan satu atau lebih lengannya, kemudian dihentakkan dan

dengan bantuan tentakel dimasukkan ke mulut. Sesudah dicerna, bahan-bahan yang tidak

tercerna dibuang ke luar melalui mulutnya.

Sistem reproduksi

Jenis kelamin hewan ini terpisah. Hewan ini melepaskan sel kelamin ke air dan

hasil pembuahannya akan tumbuh menjadi larva mikroskopis yang lengannya bersillia,

disebut pluteus. Pleteus kemudian mengalami metamorfosis menjadi bentuk seperti

bintang laut dan akhirnya menjadi bintang ular. (dr. L. Nurlinda P)

3.3. Kelas Echinoidea

Kelas Echinoidea kurang lebih terdiri dari 1437 species dan subspecies. Salah satu

ordo dari kelas Echinoidea yang terkenal memiliki banyak manfaat adalah ordo Cidaroida

atau sea urchin atau bulu babi atau landak laut. Bulu babi memiliki bentuk dasar tubuh

segilima. Mempunyai lima pasang garis kaki tabung dan duri panjang yang dapat

digerakkan. Kaki tabung dan duri memungkinkan binatang ini merangkak di permukaan

karang dan juga dapat digunakan untuk berjalan di pasir. Cangkang luarnya tipis dan

tersusun dari lempengan-lempengan yang berhubungan satu sama lain.

Hewan ini tidak mempunyai lengan. Tubuhnya umumnya berbentuk seperti bola

dengan cangkang yang keras berkapur dan dipenuhi dengan duri-duri. Durinya amat

panjang, lancip seperti jarum dan sangat rapuh. Duri-durinya terletak berderet dalam

garis-garis membujur dan dapat digerak-gerakkan, panjangnya dapat mencapai ukuran 10

cm dan lebih. Penyelam yang tidak menggunakan alas kaki mudah sekali tertusuk durinya

sehingga akan sedikit merasakan demam karena bisa pada duri tersebut, racunnya sendiri

dapat dinetralisir dengan amonia, perlakuan asam ringan (jeruk lemon atau cuka).

Berdasarkan bentuk tubuhnya, kelas Echinodoidea dibagi dalam dua subkelas

utama, yaitu bulu babi beraturan (regular sea urchin) dan bulu babi tidak beraturan

(irregular sea urchin), dan hanya bulu babi beraturan saja yang memiliki nilai konsumsi.

Tubuh bulu babi sendiri terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian oral, aboral, dan bagian

diantara oral dan aboral. Pada bagian tengah sisi aboral terdapat sistem apikal dan pada

bagian tengah sisi oral terdapat sistem peristomial. Lempeng-lempeng ambulakral dan

interambulakral berada diantara sistem apikal dan sistem peristomial. Di tengah-tengah

sistem apikal dan sistem peristomial termasuk lubang anus yang dikelilingi oleh sejumlah

keping anal (periproct) termasuk diantaranya adalah keping-keping genital. Salah satu

diantara keping genital yang berukuran paling besar merupakan tempat bermuaranya

sistem pembuluh air (waste vascular system). Sistem ini menjadi ciri khas Filum

Echinodermata, berfungsi dalam pergerakan, makan, respirasi, dan ekskresi. Sedangkan

pada sistem peristomial terdapat pada selaput kulit tempat menempelnya organ “lentera

aristotle”, yakni semacam rahang yang berfungsi sebagai alat pemotong dan penghancur

makanan. Organ ini juga mampu memotong cangkang teritip, moluska ataupun jenis bulu

babi lainnya. Di sekitar mulut bulu babi beraturan kecuali ordo Cidaroidea terdapat lima

pasang insang.

Hewan unik ini juga memiliki kaki tabung yang langsing panjang, mencuat

diantara duri-durinya. Duri dan kaki tabungnya digunakan untuk bergerak merayap di

dasar laut. Ada yang mempunyai duri yang panjang dan lancip, ada pula yang durinya

pendek dan tumpul. Mulutnya terletak di bagian bawah menghadap ke dasar laut

sedangkan duburnya menghadap keatas di puncak bulatan cangkang. Makanannya

terutama alga, tetapi ada beberapa jenis yang juga memakan hewan-hewan kecil lainnya.

Pada umumnya bulu babi berkelamin terpisah, dimana jantan dan betina

merupakan individu-individu tersendiri (gonochorik/dioecious). Spesies gonochorik

secara khusus memiliki rasio seks sendiri dan jarang bersifat hemafrodit. Munculnya

hemafrodoitisme pada Tripneustes gratilla adalah 1 dari 550 individu. Pembelahan bulu

babi terjadi secara eksternal, dimana sel telur dan sel sperma di lepas ke dalam air laut di

sekitarnya. Gonad jantan dan betina pada bulu babi juga sulit dibedakan tanpa

menggunakan mikroskop. Secara kasar hanya warna yang digunakan untuk membedakan

gonad. Misalnya pada bulu babi Paracentrotus livindus, gonad jantan berwarna kuning

sedangkan betina berwarna orange.

Dalam penelitian Gunarto dan Setiabudi (2002) di perairan Pulau Barang Lompo,

Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan, didapati ukuran bulu babi terbesar memiliki

kisaran tinggi cangkang 50-61 mm, diameter cangkang 86-94 mm, berat total 148-331 g.

Sedangkan ukuran bulu babi terkecil dengan ukuran tinggi cangkang 27,2-36,4 mm,

diameter cangkang 47,4-66,0 mm, dan berat total 41,4-110,9 g.

Bulu babi termasuk organisme yang pertumbuhannya lambat. Umur, ukuran, dan

pertumbuhan tergantung kepada jenis dan lokasi. Chen dan Run (1988) melaporkan

bahwa bulu babi jenis Tripeneuste gratilla yang dipelihara di laboratorium di Taiwan

mengalami metamorfosis pada umur 30 hari. Pertumbuhan Tripneustes gratilla sangat

cepat pada awal perkembangannya, tetapi jumlahnya terbatas. Hal ini diduga erat

kaitannya dengan banyaknya predator yang dialami oleh hewan berukuran kecil. Setelah

mencapai umur tertentu, cangkangnya sudah cukup kuat sehingga jumlah predator yang

dapat menyerang dan memecahkan cangkangnya berkurang. Bulu babi mempunyai

banyak predator, yaitu berbagai jenis ikan, termasuk hiu, anjing laut, lobster, kepiting,

dan gastropoda. Hal ini juga menyebabkan rendahnya densitas bulu babi. Predator utama

bulu babi jenis Diadema setosum adalah ikan Buntal (Tetraodon) dan ikan Pakol

(Balistes) yang mempunyai gigi yang kuat dan tajam yang dapat mematahkan duri-duri

dan mengoyak cangkang bulu babi. Mortalitas bulu babi umumnya sangat tinggi. Secara

umum di alam bulu babi dapat mengalami kematian massal pada suhu 34-40˚ C.

Bulu babi hidup di ekosistem terumbu karang (zona pertumbuhan alga) dan lamun

(sea grass). Bulu babi ditemui dari daerah intertidal sampai kedalaman 10 m dan

merupakan penghuni sejati laut dengan batas toleransi salinitas antara 30-34 ‰. Bulu

babi termasuk hewan benthonic, ditemui di semua laut dan lautan dengan batas

kedalaman antara 0-8000 m. Karena echinoid memiliki kemampuan beradaptasi dengan

air payau lebih rendah dibandingkan invertebrata lain. Kebanyakan bulu babi beraturan

hidup pada substrat yang keras, yakni batu-batuan atau terumbu karang dan hanya

sebagian kecil yang menghuni substrat pasir dan lumpur, karena pada kondisi demikian

kaki tabung sulit untuk mendapatkan tempat melekat. Golongan tersebut khusus hidup

pada teluk yang tenang dan perairan yang lebih dalam, sehingga kecil kemungkinan

dipengaruhi ombak.

Bulu babi tersebar di hampir semua zone lautan. Diketahui ada sekitar 800 species

bulu babi di seluruh dunia. Di Perairan Indo-Malaya (Perairan Indonesia, Malaysia,

Filipina, sebagian wilayah Australia Utara) diketahui berjumlah sekitar 316 spesies

(Clark & Rowe, 1971). Khusus di Perairan Indonesia diketahui sekitar 84 jenis yang

tergabung dalam 48 marga dan 21 suku (Aziz, 1987). Bulu babi tersebut berasal dari

berbagai ordo, famili, genus, dan spesies.

Bulu babi merah (Strongylocentrotus franciscanus) dan bulu babi hijau

(Strongylocentrotus droebachiensis) banyak tersebar di seluruh dunia, yakni di Samudra

Atlantik dan Samudra Pasifik, terutama perairan Amerika Serikat (California dan Maine)

serta perairan Kanada (British Columbia dan New Brunswick).10 Sedangkan di Indonesia,

Menurut Laode M Aslan, ada 3 (tiga) bulu babi yang banyak terdapat di perairan

Indonesia dan dapat dikembangkan sebagai komoditas yang penting, yakni dari jenis

Echinometra spp., Tripneustes gratilla, dan Diadema setosum. Ketiga jenis bulu babi ini

selain pertumbuhannya cepat juga mampu menghasilkan gonad (organ reproduksi) yang

lebih besar dibandingkan jenis bulu babi lainnya.

Bulu babi merupakan salah satu jenis komoditas perairan yang gonadnya

dimanfaatkan sebagai  sumber pangan potensial. Gonad yang banyak dicari konsumen

adalah gonad yang bertekstur kompak, padat, tidak berlendir, dan berwarna kuning cerah,

baik gonad betina ataupun jantan. Selain menjadi sumber pangan dunia, bulu babi

ternyata memiliki fungsi ekologis yang sangat penting. Kematian massal bulu babi yang

pernah terjadi di perairan Pasifik Barat dengan tingkat kematian mencapai 93-100%

ternyata mengakibatkan terjadinya biomassa alga meningkat sehingga kesetimbangan

ekosistem terganggu. Biota laut berduri ini juga ternyata memiliki keunikan yang tidak

lazim, yaitu memiliki umur yang panjang. Bahkan bulu babi merah tidak sekedar

mencapai umur 7 hingga 15 tahun seperti diperkirakan, tapi bisa mencapai 200 tahun

lebih. Selain itu, bulu babi juga dinyatakan sebagai saudara tua manusia dengan  hasil

pengamatan yang menunjukkan bahwa 70 persen gen bulu babi ternyata memiliki

kemiripan dengan manusia.

Beberapa species bulu babi yang penting diantaranya adalah:

Paracentrotus lividus

Gambar 10. Paracentrotus lividus

Strongylocentrotus franciscanus

Gambar 11. Strongylocentrotus franciscanus

Strongylocentrotus droebachiensis

Gambar 12. Strongylocentrotus droebachiensis

Strongylocentrotus purpuratus

Gambar 13. Strongylocentrotus purpuratus

Diadema setosum

Gambar 14. Diadema setosum

Tripneustes gratilla

Gambar 15. Tripneustes gratilla

Echinometra spp.

Gambar 16. Echinometra spp.

3.3.1. Fungsi dan Kegunaan

Fungsi dan kegunaan dari organisme echinoidea adalah sebagai berikut:

Organisme dari kelas Echinodea merupakan sumber makanan untuk kepiting,

bintang laut, ikan, anjing laut, dan mamalia lainnya.

Bulu babi merupakan salah satu komoditas hasil perairan yang telah dimanfaatkan

sebagai salah satu bahan pangan. Bagian dari bulu babi yang biasa dimanfaatkan

adalah gonad, baik gonad jantan maupun gonad betina. Bulu babi beraturan

mempunyai lima gonad yang tergantung sepanjang bagian dalam interambulakral

pada daerah aboral. Gonad betina maupun jantan (corals atau roe) dari bulu babi

merah (Strongylocentrotus franciscanus), ungu (Strongylocentrotus purpuratus), dan

hijau (Strongylocentrotus droebachiensis), merupakan salah satu jenis makanan

yang penting bagi masyarakat Jepang yang biasa dihidangkan pada sushi atau

sashimi yang dikenal dengan nama ‘”uni”.

Gambar 17. Telur atau roe (gonad) dari bulu babi yang dipanen

Gambar 18. Gonad bulu babi diolah menjadi “uni” pada hidangan sashimi dan sushi.

Paracentrotus lividus juga merupakan jenis bulu babi yang dapat dimakan, terutama

dalam hidangan Mediterania dan Chili.

Strongylocentrus droebachiensis, Cidaris tribuloides, Strongylocentrotus

franciscanus, Strongylocentrotus purpuratus, dan Evechinus chloroticus, juga

merupakan jenis bulu babi yang digunakan sebagai makanan di beberapa negara

(edible sea urchin).

Secara empiris, gonad bulu babi yang dimakan sebagai makanan dipercaya memiliki

khasiat sebagai afrodisiak dan meningkatkan stamina/vitalitas kaum pria. Penelitian

yang dilakukan oleh Delianis Pringenies, seorang peneliti dari Universitas

Diponegoro Semarang, membuktikan bahwa aktivitas seksual mencit yang diberi

pakan gonad bulu babi sebanyak 2 kali perhari ternyata meningkat secara bermakna.

Kadar hormon testosteron dan jumlah spermatozoa mencit juga meningkat secara

tajam setelah diberi pakan gonad bulu babi 1 kali perhari.

Telur bulu babi sejak tahun 1800-an digunakan sebagai model untuk mempelajari

biologi molekuler dan genomik molekuler, terutama dalam mempelajari

perkembangan zigot/embrio. Hal ini dikarenakan bahwa struktur bulu babi

merupakan organisasi yang sederhana dan transparansi optik dari embrio bulu babi

memungkinkan dalam melakukan observasi morfogenesis in-vivo.

Gambar 19. Embrio bulu babi yang transparan: sebuah laboratorium hidup untuk mempelajari perkembangan dan morfogenesis embrio

Bulu babi juga digunakan sebagai model untuk mempelajari evolusi innate immunity

(imunitas yang diturunkan), karena adanya homologi antara gen terkait sistem imun

pada bulu babi dengan gen terkait sistem imun pada vertebrata.

Gamet, embrio, dan larva bulu babi dapat digunakan untuk skrining dan menguji

substansi toksik dan mekanisme kerjanya. Contohnya: skrining terhadap toksisitas

retinoid yang biasa dipakai dalam pengobatan di bidang dermatologi menunjukkan

adanya malformasi fetus.

Embrio bulu babi juga digunakan sebagai model untuk menguji obat antikanker.

Sel efektor pada sistem imunitas bulu babi juga dapat digunakan sebagai alat untuk

mendeteksi polusi di laut (biosensor/bioindikator). Sel efektor tersebut dinamakan

coelomocytes yang terdapat di dalam rongga coelom, yang akan berespon terhadap

stress lingkungan seperti polusi di laut, misalnya polusi oleh logam berat Cadmium.

3.4. Kelas Holothuridae

Gambar 20. Sea cucumber

Tubuh lunak dan panjang, simetris bilateral secara sekunder karena sumbu oral-aboral

memanjang dan terletak sejajar dengan substrat. Mulut dikelilingi 10-30 buah tentrakel

retraktil, semacam kaki tabung. Letak mulut di anterior dan anus posterior. Pada

bagian ventral terdapat 3 daerah kaki tabung yang mengandung alat penempel,

berfungsi sebagai alat gerak.

Gambar 21. Teripang /mentimun laut Sebagai contoh, Teripang atau trepang atau timun laut adalah istilah yang diberikan

untuk hewan invertebrata Holothuroidea yang dapat dimakan. Ia tersebar luas di

lingkungan laut diseluruh dunia, mulai dari zona pasang surut sampai laut dalam

terutama di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik Barat.

Di dalam jurnal-jurnal internasional, istilah trepang atau beche-de-mer tidak pernah

dipakai dalam topik-topik keanegaragaman, biologi, ekologi maupun taksonomi.

Dalam subyek-subyek ini, terminologi yang dipakai untuk menggambarkan kelompok

hewan ini adalah sea cucumbers atau holothurians (disebut holothurians karena hewan

ini dimasukkan dalam kelas Holothuroidea). Kelompok timun laut yang ada di dunia

ini lebih dari 1200 jenis, dan sekitar 30 jenis di antaranya adalah kelompok teripang.

Teripang adalah hewan yang bergerak lambat, hidup pada dasar substrat pasir, lumpur

pasiran maupun dalam lingkungan terumbu. Teripang merupakan komponen penting

dalam rantai makanan di terumbu karang dan ekosistem asosiasinya pada berbagai

tingkat struktur pakan (trophic levels). Teripang berperan penting sebagai pemakan

deposit (deposit feeder) dan pemakan suspensi (suspensi feeder). Di wilayah Indo-

Pasifik, pada daerah terumbu yang tidak mengalami tekanan eksploitasi, kepadatan

teripang bisa lebih dari 35 ekor per m2, dimana setiap individunya bisa memproses 80

gram berat kering sedimen setiap harinya.

Beberapa spesies teripang yang mempunyai nilai ekonomis penting diantaranya:

teripang putih (Holothuria scabra), teripang koro (Microthele nobelis), teripang

pandan (Theenota ananas), teripang dongnga (Stichopu ssp) dan beberapa jenis

teripang lainnya. (dr. Rr. Putri Adimukti)

Kelas Crinoidea

Gambar 22. Lili laut

Lili laut atau Crinoidea adalah salah satu anggota filum

echinodermata. Bentuk tubuh dan penampilannya menyerupai

tanaman lili atau pakis. Bagi orang awam lili laut mungkin dianggap

sebagai flora laut, apalagi bagian tangannya mempunyai corak

warna yang beraneka ragam, hijau, kuning, merah, hitam atau

kombinasi dari dua atau lebih warna.

Secara umum Crinoidea dapat digolongkan dalam dua kelompok

besar yaitu Comatulida atau lili laut yang hidup bebas dan bisa

berpindah tempat, dan "stalked crinoid" atau lili laut bertangkai.

Kelompok lili laut yang disebutkan belakangan ini, hidupnya di dasar

laut dan tidak bisa berpindah tempat.

Lili laut ditemukan di semua laut dengan kedalaman antara 0 - 6000

m. Jenis Comatulida hidup di perairan dangkal sedangkan lili laut

bertangkai (stalked crinoids) hidup di laut dalam. Telah diketahui

anggota lain dari filum echinodermata seperti teripang, bulu babi,

bintang laut, dan bintang ular dapat dikelompokkan berdasarkan

cara makan dan macam makanan. Lili laut pada umumnya

mempunyai cara dan kebiasaan makan yang sama dengan

kelompok di atas yaitu termasuk kedalam kelompok biota pemakan

penyaring (filter feeders). Makanannya pun berupa plankton dan

partikel melayang (seston).

Secara ekonomis lili laut tidaklah mempunyai nilai yang berarti,

tetapi kehadirannya di daerah terumbu karang adalah cukup penting

terutama di dalam siklus rantai makanan di ekosistem terumbu

karang tersebut. Selain itu kehadiran lili laut di terumbu karang akan

menambah nilai este-tika terumbu karang tersebut. Menurut

penelitian para pakar, ternyata bahwa lili laut juga dikonsumsi oleh

berbagai jenis ikan karang (MEYER 1985).

Penelitian mengenai kehidupan lili laut cukup banyak dilakukan

pakar asing terutama untuk jenis-jenis lili laut yang hidup di terumbu

karang.