literasi matematika dalam budaya: menuju … · ada cerita rakyat (mitos) tentang asal mula padi...

21
LITERASI MATEMATIKA DALAM BUDAYA: MENUJU PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA Dr. Wara Sabon Dominikus, M.Sc Menjadi Kebahagiaan tersendiri bagi saya hari ini dan di sini berdiri dihadapan segenap civitas akademika STKIP Nusa Bunga Floresta, para wisudwan serta para orangtua wisudawan dan seluruh Undangan. Saya Sangat berbahagia karena mendapat penghormatan dan dipercayakan membawakan Orasi Ilmiah pada wisuda perdana STKIP Nusa Bunga Floresta hari ini saat ini. Berawal dari diksusi lewat SMS dan WA dengan Ketua STKIP Nusa Bunga Floresta, Prof. Dr. A. Mans Mandaru, M.Pd, untuk suatu kuliah umum atau seminar bagi mahasiswa tapi akhirnya beralih untuk membawakan orasi ilmiah sekarang. Orasi Ilmiah pada wisuda perdana STKIP Nusa Bunga Floresta ini dengan judul: Literasi Matematika Dalam Budaya: Menuju Pembelajaran Berbasis Budaya. Suatu thema yang sudah pasti menimbulkan pro-kontra dan membingungkan banyak orang, tapi sekaligus thema yang menarik bagi tidak sedikit orang. Pesatnya perkembangan teknologi berdampak pada perubahan budaya dan terciptanya peradaban baru. Budaya yang diwariskan leluhur terdegradasi bahkan terancam punah, dipandang kuno dan tradisional oleh generasi mileneal (Gen-Z). Kosa kata bahasa daerah semakin banyak hilang dan tak dikenal bahkan tidak digunakan lagi. Ritual budaya dan prosesi adat dipandang menghambat, tidak praktis, penuh mistis, dan ketinggalan zaman. Kita harus terpanggil kembali menengok budaya kita dan menggali kandungan budaya di dalamnya. Kandungan falsafah hidup dan nilai-nilai hidup yang terkandung dalam budaya, dan juga kandungan matematika dalam budaya. Kita akan kagum terpesona menemukan banyak hal yang luar biasa yang dilakukan oleh leluhur kita yang telah diwariskan kepada kita. A. Apakah Dalam Budaya Ada Matematika? Kebanyakan kita pasti merasa janggal dan berpikir sangat tidak masuk di akal bahwa dalam budaya ada terdapat matematika. Banyak alasan yang melandasinya. Pertama, Kata “matematika” bukanlah kosa kata dalam bahasa

Upload: others

Post on 30-Oct-2019

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LITERASI MATEMATIKA DALAM BUDAYA: MENUJU … · Ada cerita rakyat (mitos) tentang asal mula padi pada beberapa kelompok etnis di Flores. Walaupun terdapat banyak versi tentang asal

LITERASI MATEMATIKA DALAM BUDAYA:

MENUJU PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA

Dr. Wara Sabon Dominikus, M.Sc

Menjadi Kebahagiaan tersendiri bagi saya hari ini dan di sini berdiri

dihadapan segenap civitas akademika STKIP Nusa Bunga Floresta, para wisudwan

serta para orangtua wisudawan dan seluruh Undangan. Saya Sangat berbahagia

karena mendapat penghormatan dan dipercayakan membawakan Orasi Ilmiah pada

wisuda perdana STKIP Nusa Bunga Floresta hari ini saat ini. Berawal dari diksusi

lewat SMS dan WA dengan Ketua STKIP Nusa Bunga Floresta, Prof. Dr. A. Mans

Mandaru, M.Pd, untuk suatu kuliah umum atau seminar bagi mahasiswa tapi akhirnya

beralih untuk membawakan orasi ilmiah sekarang.

Orasi Ilmiah pada wisuda perdana STKIP Nusa Bunga Floresta ini dengan

judul: Literasi Matematika Dalam Budaya: Menuju Pembelajaran Berbasis

Budaya. Suatu thema yang sudah pasti menimbulkan pro-kontra dan membingungkan

banyak orang, tapi sekaligus thema yang menarik bagi tidak sedikit orang. Pesatnya

perkembangan teknologi berdampak pada perubahan budaya dan terciptanya

peradaban baru. Budaya yang diwariskan leluhur terdegradasi bahkan terancam

punah, dipandang kuno dan tradisional oleh generasi mileneal (Gen-Z). Kosa kata

bahasa daerah semakin banyak hilang dan tak dikenal bahkan tidak digunakan lagi.

Ritual budaya dan prosesi adat dipandang menghambat, tidak praktis, penuh mistis,

dan ketinggalan zaman.

Kita harus terpanggil kembali menengok budaya kita dan menggali kandungan

budaya di dalamnya. Kandungan falsafah hidup dan nilai-nilai hidup yang terkandung

dalam budaya, dan juga kandungan matematika dalam budaya. Kita akan kagum

terpesona menemukan banyak hal yang luar biasa yang dilakukan oleh leluhur kita

yang telah diwariskan kepada kita.

A. Apakah Dalam Budaya Ada Matematika?

Kebanyakan kita pasti merasa janggal dan berpikir sangat tidak masuk

di akal bahwa dalam budaya ada terdapat matematika. Banyak alasan yang

melandasinya. Pertama, Kata “matematika” bukanlah kosa kata dalam bahasa

Page 2: LITERASI MATEMATIKA DALAM BUDAYA: MENUJU … · Ada cerita rakyat (mitos) tentang asal mula padi pada beberapa kelompok etnis di Flores. Walaupun terdapat banyak versi tentang asal

daerah manapun di setiap etnis atau suku bangsa di NTT khususnya dan

Indonesia umumnya. Kedua, Matematika itu pelajaran yang diajarkan di

sekolah tentang hitung menghitung, mengukur, tambah, kurang, kali, dan bagi.

Ketiga, Matematika itu ilmu yang abstrak dan kadang tidak masuk akal, dan

hanya dalam khayalan atau pikiran saja. Pandangan ini memang tidak salah

karena demikianlah yang diketahui khalayak tentang matematika itu sendiri

dan pengalaman tentang matematika yang dipelajari dan diajarkan di sekolah

selama ini.

Matematika yang dipelajari dan diajarkan di lembaga pendidikan

formal (pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi) merupakan kristalisasi

matematika yang berasal dari India, Cina, dan Arab, dan Negara Eropa yang

telah disusun sesuai metode keilmuan sehingga menjadi suatu bidang ilmu.

Dalam sejarah matematika dikenal adanya matematika India, matematika

Cina, dan matematika Arab.

Matematika yang dipelajari di sekolah saat ini lebih dikenal sebagai

matematika modern (new mathematics) yang dulunya dikenal dengan sebutan

ilmu berhitung. Pada hakekatnya matematika menjadi ratu ilmu yang melayani

ilmu-ilmu dan digunakan untuk pengembangan ilmu-ilmu lain. Matematika juga

menjadi bahasa komunikasi berbagai ilmu.

Kita mestinya menyadari dan meyakini bahwa sesungguhnya matematika

itu ada disekitar kita dan kita punya “matematika”. Mengapa? Karena

matematika itu ada dalam hampir seluruh aktivitas manusia. Dalam aktivitas

memasak nasi, sesungguhnya para ibu sedang bermatematika. Mengukur

banyaknya beras yang harus dimasak dan takaran air yang sesuai merupakan

bagian dari matematika.

Dalam aktivitas menenun sesungguhnya para penenun sedang

bermatematika. Menghitung banyaknya benang yang harus digunakan untuk

menyelesaikan satu lembar kain tenun. Mengukur panjang atau lebar kain

tenun yang akan dihasilkan. Membentuk motif atau corak pada kain tenun,

semuanya itu adalah aktivitas yang mengandung matematika. Menentukan

takaran pewarna alami benang dari bahan lokal seperti tarum, mengkudu dan

kapur, semuanya merupakan aktivitas matematis.

Page 3: LITERASI MATEMATIKA DALAM BUDAYA: MENUJU … · Ada cerita rakyat (mitos) tentang asal mula padi pada beberapa kelompok etnis di Flores. Walaupun terdapat banyak versi tentang asal

Dalam aktivitas berladang pun demikian, sangat banyak mengandung

aktivitas matematis. Penentuan waktu untuk membuka kebun baru, menanam,

dan memanen menggunakan tanda-tanda alam. Menghitung banyaknya hasil

panen jagung dan padi dengan berbagai satuan hitung. Semuanya itu

merupakan aktivitas matematis yang terkait erat dengan matematika yang

dipelajari di sekolah. Tidaklah berlebihan bila kita mengatakan bahwa

sesungguhnya matematika adalah aktivitas manusia.

Dengan demikian dapat dipastikan bahwa dalam berbagai aktivitas

budaya terkandung matematika. Matematika ada dalam setiap budaya,

terkandung dalam budaya sebagai matematika beku (frozen mathematics),

matematika tersembunyi (hidden mathematics), dan matematika tertanam

dalam budaya (embedded mathematics) (Dominikus, 2017, 2018).

B. RAGAM MATEMATIKA DALAM BUDAYA

Sebagai Negara agraris , mata pencaharian masyarakat Indonesia pada

umumnya adalah bercocok tanam atau berladang selain menenun dan sebagai

nelayan. Pola berladang adalah berpindah-pindah setelah mengerjakan

sebidang tanah untuk beberapa kali masa panen. Umumnya ditanam padi dan

jagung serta kacang-kacangan karena menjadi makanan pokok masyarakat.

Ada cerita rakyat (mitos) tentang asal mula padi pada beberapa

kelompok etnis di Flores. Walaupun terdapat banyak versi tentang asal mula

padi, namun dalam garis besar mempunyai kesamaan. Diceritakan bahwa padi

itu tumbuh dari bagian tertentu dari tubuh seorang gadis yang dengan suka

rela membiarkan dirinya dibunuh oleh saudara laki-lakinya karena merasa iba

terhadap manusia yang tidak mengenal nasi atau tidak memiliki benih untuk

ditanam di kebun yang telah dikerjakan. Setelah berhias dan berdandan

secara indah, si gadis membiarkan dirinya dibunuh dan dicincang halus.

Dagingnya lalu ditaburkan di seluruh area ladang. Beberapa hari kemudian

tumbuhlah padi dalam ladang itu.

Pada kelompok etnis Lio di kabupaten Ende, gadis yang dimitoskan

sebagai pemberi padi bernama Ine Mbu atau Ina Pare. Gadis yang dimitoskan

di daratan Flores bagian timur dikenal dengan Tonu Wujo Besi Pare‟. Gadis

yang dimitoskan di Ata Baolangu Lembata dikenal dengan Ina Peni, dan di

Page 4: LITERASI MATEMATIKA DALAM BUDAYA: MENUJU … · Ada cerita rakyat (mitos) tentang asal mula padi pada beberapa kelompok etnis di Flores. Walaupun terdapat banyak versi tentang asal

Tana „Ai - Maumere dikenal dengan Du‟a Pare‟ Wai Nalu (Daeng: 2012; Kohl:

2009; Lee & Prior: 2015). Gadis yang dimitoskan di pulau Adoara dikenal

dengan: Peni Masan Dai (Adonara Tengah, Adonara Barat), Muli Ola Ina

(Adonara Timur), Besi Lelu Ema Hingi-Bare Pare Ola Ina (Adonara Utara) (

Dominikus, 2016a, 2016b, 2018).

Bagi masyarakat yang memiliki mitos tentang dewi padi, berladang bagi

mereka tidak hanya sekedar menanam padi di ladang, lebih dari itu menanam

padi merupakan usaha menjodohkan dan mengawinkan dewi padi dengan bumi.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa pada setiap siklus berladang mulai

dari pembukaan lahan, penanaman benih, penyiangan, masa panen, dan

penyimpanan hasil di lumbung selalu disertai dengan berbagai upacara dan

ritual. Ritual juga dilakukan pada saat ada serangan hama dan penyakit yang

tidak seperti biasanya pada tanaman di kebun.

Kaum laki-laki umumnya sebagai petani dan pelaut. Kaum perempuan

membantu kaum laki-laki berladang, mengolah hasil, dan menenun. Saat ini

aktivitas menenun bagi kaum perempuan bukan lagi sekedar sebagai pengisi

waktu luang setelah masa panen, tetapi sudah menjadi mata pencaharian

bahkan menjadi sumber ekonomi keluarga dewasa ini . Proses menenun mulai

dari membuat benang dari serat kapas sampai menghasilkan kain tenun

menggunakan berbagai alat dan perlengkapan tenun. Alat dan perlengkapan

yang digunakan untuk menenun mirip bentuknya di setiap daerah atau budaya.

Dalam keseluruhan aktivitas menenun sangat banyak aktivitas matematis yang

terkait erat dengan konsep matematika yang diajarkan di sekolah (Dominikus,

2017).

Ragam bentuk matematika dalam beberapa aktivitas budaya antara

lain:

1. Bilangan dan Basis bilangan

Bilangan merupakan sarana dalam berkomunikasi. Bilangan merupakan

hasil dari menghitung banyaknya kumpulan benda. Cara menghitung

menggunakan bahasa yang berlaku di suatu komunitas masyarakat.

Beragamnya bahasa daerah yang digunakan di NTT berdampak pada begitu

banyaknya bilangan yang kita temui di NTT. Walau demikian belum ditemukan

Page 5: LITERASI MATEMATIKA DALAM BUDAYA: MENUJU … · Ada cerita rakyat (mitos) tentang asal mula padi pada beberapa kelompok etnis di Flores. Walaupun terdapat banyak versi tentang asal

lambang bilangan pada masing-masing budaya. Hal ini disebabkan karena

masyarakat NTT umumnya memiliki tradisi tutur (oral tradition) tanpa

bentuk tulisan.

Tabel 1. Bilangan Dalam Beberapa Budaya di NTT

Bilang

an

Dalam Budaya

Lamaholot

Dalam budaya

Tana Ai‟ Sikka

Dalam Budaya

Manggarai

Dalam Budaya

Nagekeo

Dalam Budaya

Kabola-Alor

1 To‟u Ha Ca Esa Nu

2 Rua Rua Sua Zua Alu

3 Telo Teku Telu Telu Towo

4 Paat Hutu Pat Wutu Wutt

5 Lema Lima Lima Lima Weheng

6 Neme Ena Enem Limaesa Talang

7 Pito Pitu Pitu Limazua Ucuto

8 Buto Walu Alo zuabutu Turlo

9 Hiwa Hiwa Ciok Taraesa Tiinu

10 Pulo Pulu ha Cepulu Sebulu Arnyu

11 Pulokto‟u/pulo noon to‟u

Pulu ha wot ha Capulu ca Sebulu sa esa Arnyu waling nu

12 Pulokrua/pulo noon rua

Pulu ha wot

rua

Capulu sua Sebulu sa zua Arnyu waling alu

13 Puloktelo/pulo noon telo

Pulu ha wot

telu

Capulutelu Sebulu sa telu Arnyu waling towo

14 Pulokpaat/pulo noon paat

Pulu ha wot

hutu

Capulupat Sebulu sa wutu Arnyu waling wutt

15 Puloklema/pulo noon lema

Pulu ha wot

lima

Capululima Sebulu sa lima Arnyu waling weheng

16 Pulokneme/pulo noon neme

Pulu ha wot

ena

Capuluenem Sebulu sa limaesa Arnyu waling talang

17 Pulokpito/pulo noon pito

Pulu ha wot

pitu

Capulupitu Sebulu sa limazua Arnyu waling ucuto

18 Pulokbuto/pulo noon buto

Pulu ha wot

walu

Capulualo Sebulusa sa zuabutu

Arnyu waling turlo

19 Pulokhiwa/pulo noon hiwa

Pulu ha wot

hiwa

Capuluciok Sebulu sa taraesa Arnyu waling tiinu

20 Pulurua Pulu rua Suampulu Bulu zua Ariyalu

90 Puluhiwa Pulu hiwa Ciokpulu Bulu taraesa Ariytiinu

100 Teratu Ngasu ha Sangasu

… … … … …

Dari Konstruksi bilangan dalam beberapa budaya yang disajikan di atas,

maka dapat dikatakan bahwa masyarakat Lamaholot, tana Ai‟ Sikka,

Manggarai, Nagekeo, dan Kabola Alor menghitung menggunakan sistim

bilangan basis 10. Namun dapat ditemukan juga bahwa dalam budaya suku

atau etnis tertentu menggunakan basis bilangan yang tidak tunggal. Di suku

Page 6: LITERASI MATEMATIKA DALAM BUDAYA: MENUJU … · Ada cerita rakyat (mitos) tentang asal mula padi pada beberapa kelompok etnis di Flores. Walaupun terdapat banyak versi tentang asal

Lamaholot (Flores Timur, Lembata, dan Pantar) dan Nagekeo misalnya,

terdapat basis 4. Basis 4 dapat ditemukan dalam ikatan jagung dan

permainan kemiri. Ikatan jagung yang terdiri dari 4 bulir disebut dengan

kolen dan susunan kemiri berbentuk piramida yang terdiri dari 4 buah kemiri

disebut dengan mata‟. Sehingga jagung sebanyak 11 bulir disebut dengan

jagung 2 kolen dan 3 bulir. Jagung sebanyak 16 bulir disebut dengan jagung 4

kolen. Dalam budaya Nagekeo dapat ditemukan pula basis 4 dalam

perhitungan jagung yakni ikatan jagung sebanyak 4 bulir disebut dengan sa

liwu.

Bilangan dan basis bilangan dalam budaya dapat disejajarkan dengan

konsep matematika sekolah antara lain: konsep penjumlahan, perkalian, hitung

campuran, bentuk panjang suatu bilangan, basis bilangan. Dengan demikian

pembelajaran konsep matematika sekolah tersebut di atas dapat

menggunakan konteks bilangan dan basis bilangan dalam budaya.

Gambar 1a. Ikatan Jagung

kolen

Gambar 1. Kolen dan Mata’

Gambar 1b. Susunan Kemiri

mata’

Page 7: LITERASI MATEMATIKA DALAM BUDAYA: MENUJU … · Ada cerita rakyat (mitos) tentang asal mula padi pada beberapa kelompok etnis di Flores. Walaupun terdapat banyak versi tentang asal

2. Penamaan Waktu

Jauh sebelum dikenal adanya penanda waktu modern seperti sekarang

ini, masyarakat pada setiap suku manapun mempunyai cara tersendiri dalam

menentukan dan menamakan waktu. Posisi matahari dan bulan, letak bintang,

kicauan burung, aktivitas tertentu, dan gejala alam lainnya sering digunakan

sebagai penanda waktu.

Penentuan waktu siang hari yaitu waktu dari pagi sampai sore oleh

masyarakat Lamaholot berdasarkan posisi matahari dan tanda alam lainnya

serta aktivitas yang akan dilakukan. Waktu siang hari dibagi menjadi 8

penggalan waktu dengan nama sebagai berikut.

Tabel 2. Penamaan Waktu Siang Hari Kode Nama Waktu Arti Bersesuaian Perkiraan Waktu

A Rera Gere /hogo hulen Matahari terbit/pagi

hari

Pkl. 06.00 – 07.00

B Rera Tanga Taa‟ Matahari mulai tinggi Pkl. 07.00 – 09.00

C Koli Kenema Tepo‟ Matahari mulai panas,

daun lontar mulai garing

Pkl. 09.00 – 11.00

D Ukenet keru ka‟ Bayangan semakin

pendek

Pkl. 11.00 – 12.00,

E Rera Hunge mu/reron tukan/ sedan ukenet

Matahari tepat di atas

kepala/ tengah hari/

menginjak bayangan

Pkl. 12.00 – 13.00

F Rera Sepat Matahari mulai condong

ke barat

Pkl. 13.00 – 15.00

G Rera lodo lere- tuak nuan ne

Matahari hampir

terbenanm, saatnya

menyadap tuak

Pkl. 15.00 – 17.00

H Rera Helen- manuk geri karo

Matahari terbenam,

ayam naik ke pohon

Pkl. 17.00 – 18.00

Gambar 2a. Ikatan Jagung Gambar 2b. Ikatan Kopra

Gambar 2. Ikatan Jagung dan Kopra (koe)

Page 8: LITERASI MATEMATIKA DALAM BUDAYA: MENUJU … · Ada cerita rakyat (mitos) tentang asal mula padi pada beberapa kelompok etnis di Flores. Walaupun terdapat banyak versi tentang asal

Dari delapan penggalan waktu siang hari tersebut terdapat 3 pembatas

waktu yakni Rera gere (pkl. 06.00), Rera hunge mu (pkl. 12.00). dan Rera

helen (pkl. 18.00). Hubungan antara penggalan waktu siang hari dalam budaya

Lamaholot dan penunjuk waktu pada permukaan jam ditunjukkan dalam

Gambar 3. Huruf A sampai H pada bagian dalam permukaan jam menunjukkan

kedelapan penggalan waktu dan bilangan 1 – 12 pada keliling permukaan jam

menunjukkan waktu yang biasa dikenal. Dari Gambar 3. terlihat interval

waktu antara tiap penggalan waku berbeda-beda di mana ada yang interval

waktu 1 dan ada yang 2. Hal ini berbeda dengan interval waktu pada

permukaan jam yang kita kenal di mana tiap interval waktunya sama yaitu 1.

Pada penggalan waktu A (pkl. 06.00 – 07.00) merupakan waktu untuk

sarapan pagi dan persiapan untuk berangkat ke ladang serta aktivitas sosial

lainnya. Bagi yang pada dini hari belum berangkat ke ladang untuk menyadap

tuak, maka waktu ini digunakan untuk berangkat ke ladang lebih awal untuk

menyadap tuak, mengeluarkan ayam dari dalam kandang serta memberi makan

ternak lainnya. Pada penggalan waktu B – C (pkl. 07.00 – 11.00) dan penggalan

waktu F – G (pkl. 13.00 – 17.00) merupakan waktu untuk berbagai aktivitas

utama mata pencaharian seperti bekerja di kebun dan menenun. Sehingga

aktivitas utama mata pencaharian sekitar 6 – 7 jam setiap hari. Penggalan

waktu D – E (pkl. 11.00 – 13.00) merupakan waktu untuk istirahat dan makan

4

2 10

8

7 6

5

3

1 12

11

1

9

B

C

G

F

A H

E D

Gambar 3. Penggalan Waktu Siang Hari dan

Permukaan Jam

Page 9: LITERASI MATEMATIKA DALAM BUDAYA: MENUJU … · Ada cerita rakyat (mitos) tentang asal mula padi pada beberapa kelompok etnis di Flores. Walaupun terdapat banyak versi tentang asal

siang. Waktu ini digunakan untuk mempersiapkan makan siang baik di rumah

maupun di kebun. Setelah makan siang digunakan waktu untuk istirahat dan

bekerja lagi setelah itu. Pada penggalan waktu H (pkl. 17.00 – 18.00)

merupakan waktu untuk menyadap tuak, memberi makan ternak, dan

mengamankan ayam dalam kandang atau tempat yang disebut kubu serta

menyiapkan segala sesuatu untuk dibawa pulang ke rumah.

Waktu malam hari yaitu mulai dari sore hari hingga pagi hari

berikutnya dibagi dalam 8 penggalan waktu. Penentuan waktu dari malam hari

hingga pagi hari sebagai berikut.

Tabel 3. Penamaan Waktu Malam Hari Kode Nama Waktu Arti Bersesuaian Perkiraan Waktu

A Rema progena-padu lango gere

Hari mulai gelap,

saatnya menyalakan

lampu

Pkl. 18.00- 19.00

B Tait gike kae na-bua nuan ne

Perut terasa pedis,

saatnya makan.

Dilanjutkan cerita

tentang adat dan

lainnya

Pkl. 19.00 – 21.00

C Rema doan Mulai larut malam Pkl. 2100 – 22.00

D Manuk gokok muan Ayam berkokok

pertama kalinya

Pkl. 22.00- 23.00

E Rema tukan-odo nuane

Tengah malam, saat

tidur lelap

Pkl. 23.00 – 03.00

F Manuk gokok muan rua

Ayam berkokok

kedua kalinya

Pkl. 03.00 – 04.00

G Belia gere kae/ burak bele‟ wa‟

Bintang Timur sudah

muncul/hari belum

terang

Pkl. 04.00 – 05.00

H Ekan Doan dahe/burak bele‟ ka‟

Hampir pagi/ hari

sudah mulai terang

Pkl. 05.00 – 06.00

Dari delapan penggalan waktu malam hari tersebut terdapat 3

pembatas waktu yakni Rera helen (pkl. 18.00), Rema tukan (pkl. 24.00). dan

Rera gere (pkl. 06.00). Hubungan antara penggalan waktu malam hari dalam

budaya Lamaholot dan penunjuk waktu pada permukaan jam ditunjukkan

dalam Gambar 4. Huruf A sampai H pada bagian dalam permukaan jam

menunjukkan kedelapan penggalan waktu dan bilangan 1 – 12 pada keliling

permukaan jam menunjukkan waktu yang biasa dikenal. Dari Gambar 4.

Page 10: LITERASI MATEMATIKA DALAM BUDAYA: MENUJU … · Ada cerita rakyat (mitos) tentang asal mula padi pada beberapa kelompok etnis di Flores. Walaupun terdapat banyak versi tentang asal

terlihat interval waktu antara tiap penggalan waku berbeda-beda yakni

interval waktu 1, 2, dan 4. Hal ini berbeda dengan interval waktu pada

permukaan jam yang kita kenal di mana tiap interval waktu sama yaitu 1.

Pada penggalan waktu A (pkl. 18.00 – 19.00) merupakan waktu pulang

dari kebun, dilanjutkan untuk mandi-mandi dan mempersiapkan makan malam

jika belum disiapkan. Pada penggalan waktu B – D merupakan waktu untuk

makan malam dan dilanjutkan dengan penuturan cerita tentang adat, mitos,

dan merencanakan apa yang akan dikerjakan hari berikutnya. Pada rentang

waktu ini akan terdengar kokok ayam pertanda semakin larut malam dan

saatnya untuk tidur malam. Jika penuturan cerita belum selesai maka

terkadang diakhiri untuk disambung pada malam berikutnya. Pada penggalan

waktu ke E yaitu pukul 23.00 – 03.00 memiliki interval waktu terpanjang yaitu

interval 4 karena pada rentang waktu ini tidak ada aktvivitas lain selain tidur

dan saatnya lelap tidur. Pada penggalan waktu G (pkl. 04.00 – 05.00) saatnya

bangun dari tidur dan para ibu mulai mempersiapkan diri ke pasar sedangkan

para bapak bersiap ke kebun untuk menyadap tuak dan mengurus ternak.

Penamaan waktu di atas menunjukkan bahwa masyarakat Lamaholot

memiliki kepekaan terhadap alam dan juga memiliki pengetahuan yang baik

tentang alam dan lingkungan hidupnya. Dalam budaya suku yang lain pun dapat

ditemukan cara penentuan waktu yang berbeda untuk berbagai aktivitas.

Seperti nampak dalam penentuan waktu untuk pembenaman benih padi dan

4

2 10

8

7 6

5

3

1 12

11

1

9

B

C

G

F

A H

E D

Gambar 4. Penggalan Waktu Malam Hari dan

Permukaan Jam

Page 11: LITERASI MATEMATIKA DALAM BUDAYA: MENUJU … · Ada cerita rakyat (mitos) tentang asal mula padi pada beberapa kelompok etnis di Flores. Walaupun terdapat banyak versi tentang asal

jagung serta waktu untuk memetik padi dan jagung. Untuk menyiapkan lahan

berkebun dan mulai membenamkan benih digunakan tanda-tanda alam seperti

kicauan burung tertentu, tumbuhnya tunas atau bunga tanaman tertentu,

tampaknya rasi bintang, dan lainnya. Semua aktivitas penentuan waktu di atas

merupakan aktivitas matematis dan terkait dengan konsep matematika

pengukuran waktu seperti yang diajarkan di sekolah.

3. Cara Menghitung Banyaknya Jagung dan Padi

Aktivitas menghitung juga dilakukan untuk mengetahui banyaknya hasil

panen baik padi maupun jagung. Dari menghitung banyaknya jagung, maka

terjadi pengembangan bilangan ke bilangan yang lebih besar. Dalam hal ini

ditemukan juga cara penamaan bilangan besar sehingga memudahkan

menghitung jumlah yang lebih besar.

Tabel 4. Cara Menghitung Banyaknya Jagung Sebutan

banyaknya

jagung oleh

orang Lamaholot

Banyaknya

Jagung

(Bulir)

Sebutan

banyaknya

jagung oleh

orang

Nagekeo

Banyaknya

Jagung

(Bulir)

Sebutan

banyaknya

jagung oleh

orang

Amarasi

Timor

Banyaknya

Jagung

(Bulir)

Eket/Ulet 2 Sa liwu 4 To‟e 1

Kolen 4 Sa teke 28= 7 teke Tuus 10

Koe 20 Sa ulu 40=10 liwu

Mulen/Wuke‟ 100 Sa kedu 280=7 ulu

=10 teke

Komu 100=10 tuus

Beleba‟ 200 Nepat/Roit 200=2 komu

Madun/Tale‟ 1.000 Tokob 300=3 komu

Selak 10.000

Seketi 100.000

Aya tua‟ >100.000

Dari kegiatan menghitung banyaknya jagung oleh orang Lamaholot maka

diketahui bahwa bilangan yang terbesar dalam budaya Lamaholot adalah

seratusribu yang disebut dengan seketi. Bilangan yang lebih besar dari

seratusribu atau seketi hanya disebut dengan gasi toi hala kae (sudah tak

bisa dihitung lagi) atau aya tua’ (terlalu banyak). Hasil panen jagung dalam

jumlah tertentu dapat dinyatakan dalam berbagai satuan hitung yang sesuai

Page 12: LITERASI MATEMATIKA DALAM BUDAYA: MENUJU … · Ada cerita rakyat (mitos) tentang asal mula padi pada beberapa kelompok etnis di Flores. Walaupun terdapat banyak versi tentang asal

sebagaimana disajikan dalam tabel di atas. Dengan demikian terdapat banyak

cara untuk menyatakan banyaknya jagung berdasarakan sebutan jumlah

jagung tertentu seperti disajikan dalam Tabel di atas. Lebih dari itu dalam

menyatakan banyaknya jagung digunakan operasi hitung campuran perkalian

dan penjumlahan. Cara menyatakan banyaknya jagung dalam budaya

Lamaholot, budaya Nagekeo, dan budaya Amarasi Timor ini dapat

disejajarkan dengan cara menyatakan suatu bilangan sesuai nilai tempat pada

sistem desimal.

Untuk mengetahui banyaknya padi baik untuk mengetahui banyaknya

hasil panen maupun untuk keperluan sehari-hari digunakan beberapa hasil

anyaman berupa sokal dan nyiru berbagai ukuran. Dalam Budaya Lamaholot,

Nyiru dengan ukuran dari yang kecil ke besar berurut-turut dikenal dengan

nama: monga, liwan/lekan, kebala‟, neren, dan baku‟/hora‟. Sokal hanya ada dua

ukuran saja, yang lebih kecil disebut lepo dengan tinggi 4 jengkal, dan yang

lebih besar disebut boka‟ dengan tinggi 10 – 15 jengkal dan besar 2-3

pelukan.

Gambar 6: sokal berbagai ukuran

Page 13: LITERASI MATEMATIKA DALAM BUDAYA: MENUJU … · Ada cerita rakyat (mitos) tentang asal mula padi pada beberapa kelompok etnis di Flores. Walaupun terdapat banyak versi tentang asal

Hubungan antara berbagai jenis nyiru dan sokal disajikan dalam Tabel

5 berikut.

Tabel 5. Hubungan antara Nyiru dan Sokal

Ukuran Hubungan Ukuran Baku

Monga - 1 kg

Liwan/lekan 2 monga 2 kg

Kebala‟ 3 liwan 6 kg

Neren 3 kebala‟ 18 kg

Baku‟/hora‟ 3 neren 54 kg

Lepo 1,5 baku‟ 81 kg

Boka‟ 30 lepo 2.430 kg

Jika pada satu musim tanam hasil padinya sebanyak 70 lepo, maka

dalam bahasa Lamaholot diucapkan sebagai berikut, waha lepo pulupito.

Setelah padi ini diisi dalam boka‟ maka ada 2 boka‟ dan 10 lepo yang dalam

bahasa daerah diungkapkan dengan waha boka‟ rua noon lepo pulo. Jelas

terlihat bahwa ukuran berat atau banyaknya padi atau pun beras dinyatakan

dalam satuan monga, liwan, kebala’, neren, baku’/hora’, lepo, dan boka’.

Jadi tidak digunakan satuan ukuran baku seperti gram, kilo gram, dan ton

serta satuan ukuran baku lainnya (Dominikus, 2016).

4. Matematika Dalam Aktivitas Menenun

NTT Sangat kaya dengan ragam kain tenun karena tiap etnis di NTT

memiliki kain tenun yang berbeda-beda. Dari motif atau corak kain tenun

sudah bisa dipastikan dari suku mana asal kain tenun itu. Sangat banyak motif

atau corak pada kain tenun di setiap suku. Motif pada kain tenun merupakan

hasil pengembangan para penenun yang dirancang hanya dalam pikirannya saja

atau dibayangkan saja, bukan dirancang secara gambar visual. Motif pada kain

tenun mengandung pesan dan niai hidup tertentu yang menjadi pemahaman

besama orang dalam suku itu.

Motif yang tampak pada berbagai kain tenun NTT mirip dengan bentuk

bangun datar dalam matematika sekolah. Ada motif yang berbentuk segitiga

siku-siku, ada motif yang berbentuk segitiga sama sisi, Ada Motif yang

Page 14: LITERASI MATEMATIKA DALAM BUDAYA: MENUJU … · Ada cerita rakyat (mitos) tentang asal mula padi pada beberapa kelompok etnis di Flores. Walaupun terdapat banyak versi tentang asal

berbentuk belah ketupat, ada motif yang berbentuk jajar genjang, ada motif

yang berbentuk garis lurus, ada motif yang berbentuk grafik fungsi

trigonometri ( Dominikus, 2015, 2016, 2017).

Motif mata burung (kolon matan) dalam kain tenun Lamaholot

berbentuk belah ketupat, Gambar 7a. Bentuk ini merupakan perubahan dari

bentuk mata burung yang sebenarnya berbentuk oval. Bentuk belah ketupat

ini dibentuk dengan mengangkat benang dengan pola tertentu. Banyaknya

benang yang diangkat dalam membentuk motif mata burung (kolon matan)

secara beruturut-turut adalah: 1-2-3-4-3-2-1. Hal ini menggambarkan daya

pikir dan daya kreasi dari penenun untuk mengubah bentuk geometri pada

realita (mata burung) ke bentuk geometri pada kain tenun (belah ketupat).

Gambar 7 Beberapa Motif pada Kain Tenun

Motif rebahan daun kelapa (kau ne‟pin) pada kain tenun Lamaholot

berbentuk segitiga siku-siku, Gambar 7b. Bentuk ini mirip dengan bentuk

yang ada pada sepanjang pelepah daun kelapa setelah daun kelapa direbahkan.

Bentuk segitiga siku-siku pada motif kau ne‟pin dibentuk dengan cara

mengangkat benang dengan pola tertentu. Banyaknya benang yang diangkat

dalam membentuk motif kau ne‟pin secara beruturut-turut dari kanan ke kiri

adalah : 3-2-2-1-1 atau dari kiri ke kanan adalah 1-1-2-2-3. Hal ini

menggambarkan daya pikir dan daya kreasi dari penenun untuk mengalihkan

bentuk geometri pada realita (rebahan daun kelapa) ke bentuk geometri pada

kain tenun (segitiga siku-siku).

7a.motif

Kolon Matan

7b. Motif

Kau Ne’pin 7c. Motif Ile

Wurune

7d. Motif

Muko Kena’lan

Page 15: LITERASI MATEMATIKA DALAM BUDAYA: MENUJU … · Ada cerita rakyat (mitos) tentang asal mula padi pada beberapa kelompok etnis di Flores. Walaupun terdapat banyak versi tentang asal

Motif gunung (ile wurune) pada kain tenun Lamaholot berbentuk

segitiga sama sisi, Gambar 7c. Bentuk segitiga sama sisi ini dibentuk dengan

cara mengangkat benang pada lajur motif berturut-turut sebanyak 1-1-2-2-

3-2-2-1-1. Hal ini menunjukkan bahwa penenun memiliki daya imajinasi dan

daya kreasi yang tinggi untuk mengalihkan bentuk geometri pada realita

(gunung) ke bentuk geometri segitiga sama sisi pada kain tenun.

Motif irisan buah pisang (muko kena‟lan) pada kain tenun Lamaholo

berbentuk jajargenjang, Gambar 7d. Bentuk jaargenjang pada motif muko

kena‟lan ini dibentuk dengan cara mengangkat benang dengan pola tertentu.

Banyaknya benang yang diangkat dalam membentuk motif muko kena‟lan

secara beruturut-turut adalah: 1-1-2-2-3-2-2-1-1. Hal ini menggambarkan

daya imajinasi penenun untuk mengalihkan bentuk geometri pada realita

(irisan buah pisang) ke bentuk geometri pada kain tenun (jajargenjang).

Banyak konsep matematika sekolah yang terkandung dalam berbagai

motif kain tenun antara lain: bentuk-bentuk bangun datar, simetri, sudut,

rotasi, translasi, dilatasi, pola bilangan, bilangan polindromik (bilangan yang

angka-angkanya sama bila dibaca dari depan dan dari belakang)

Mengacu pada konsep geometri maka dapat dikatakan bahwa segitiga

sama sisi pada motif gunung (ile wurune) dapat dibentuk dengan cara

mencerminkan segitiga siku-siku pada motif rebahan daun kelapa (kau ne‟pin)

dengan salah satu sisi siku-siku sebagai sumbu cermin. Sedangkan,

jajargenjang pada motif irisan pisang (muko kena‟lan) dibentuk dengan cara

merotasikan segitiga siku-siku pada motif rebahan daun kelapa (kau ne‟pin)

sebesar 1800 searah jarum dilanjutkan dengan translasi mendatar.

C. PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA

Pesatnya perkembangan teknologi dan derasnya arus globalisasi telah

berpengaruh pada perubahan pola hidup masyarakat. Demikian juga

dampaknya terhadap perubahan budaya baik budaya bangsa maupun budaya

lokal. Nilai-nilai budaya yang menjadi perekat kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara semakin luntur. Sikap dan perilaku ramah, santun,

kerjasama, saling menolong, saling menghormati, dan saling menghargai

semakin terkikis dan bahkan lama-kelamaan bisa hilang. Perkelahian para

Page 16: LITERASI MATEMATIKA DALAM BUDAYA: MENUJU … · Ada cerita rakyat (mitos) tentang asal mula padi pada beberapa kelompok etnis di Flores. Walaupun terdapat banyak versi tentang asal

pelajar, kekerasan terhadap siswa, pemukulan guru oleh orangtua murid,

perkelahian antar suku, konflik horizontal dalam masyarakat sering terjadi di

mana-mana baik di lingkungan desa maupun di kota.

Berbagai usaha dilakukan pemerintah Indonesia untuk mempertahankan

dan melestarikan budaya bangsa dan budaya lokal. Salah satu upaya yang

dilakukan pemerintah adalah melalui pelaksanaan pendidikan karakter dan

budaya bangsa bagi para siswa di jalur pendidikan formal.

Pendidikan matematika sebagai bagian dari pendidikan formal turut

berperan dalam upaya pelestarian budaya dan penanaman nilai-nilai budaya

serta pembangunan budaya bangsa. Untuk itu kajian matematika dalam

budaya sangat dibutuhkan karena matematika merupakan konstruksi sosial-

budaya, produk budaya, dan terkandung dalam budaya (Ernest, 1993; Bishop,

1988; Dowling, 1998; Gerdes, 1997).

Hasil kajian matematika dalam budaya yang kemudian diintegrasikan

dalam pembelajaran matematika merupakan upaya sistematis melalui

pendidikan (pendidikan matematika) dalam pelestarian dan pewarisan budaya.

Dalam hal ini matematika juga memiliki kekuatan yang dapat digunakan untuk

mempertahankan budaya dan memajukan budaya karena matematika itu

sendiri terkandung dalam budaya dan menyatu dengan budaya.

Pertanyaan di awal orasi ilmiah saya ini: apakah dalam budaya ada

matematika? Telah terjawab. Bahwa dalam budaya ada matematika yang

lebih dikenal dengan Etnomatematika (matematika budaya). Dalam setiap

aktivitas budaya terdapat matematika atau etnomatematika. Dalam setiap

suku atau etnis ada matematika atau etnomatematika, maka yang patut

dilakukan di sekolah adalah bagaimana membelajarkan matematika dengan

menggunakan konteks budaya.

Pembelajaran matematika berbasis budaya juga merupakan salah satu

tuntutan kurikulum 2013 yang sedang diterapkan di setiap sekolah saat ini. Di

mana pembelajaran yang berbasis etnomatematika memfasilitasi

pengonstruksian konsep matematika oleh siswa sendiri bermodalkan

pengetahuan tentang budaya yang mereka miliki.

Selain itu integrasi budaya dalam pembelajaran matematika yang

sesuai dengan kurikulum 2013 dapat memunculkan adanya kebermaknaan

Page 17: LITERASI MATEMATIKA DALAM BUDAYA: MENUJU … · Ada cerita rakyat (mitos) tentang asal mula padi pada beberapa kelompok etnis di Flores. Walaupun terdapat banyak versi tentang asal

materi yang dipelajari sehingga mampu menyentuh aspek kehidupan sehari-

hari siswa. Kebermaknaan ini diperoleh karena materi matematika

dihubungkan dengan pengalaman siswa, kehidupan sosial, bahkan menyentuh

ranah seni dan budaya setempat. Selain itu, pembelajaran berbasis budaya ini

mampu menumbuhkan rasa cinta peserta didik pada budaya-budaya lokal

sebagai bagian dari perwujudan rasa nasionalisme.

Dengan pembelajaran matematika berbasis budaya, maka secara

simultan anak sekolah diperkenalkan budayanya dan sekaligus belajar

matematika. Semakin anak sekolah mengenal budayanya maka semakin mereka

menyenangi dan mencintai budayanya . Dengan pengintegrasian budaya dalam

belajar matematika di sekolah maka di satu sisi membantu upaya pelestarian

budaya dan di sisi lain para siswa akan berkembang dan bertumbuh di atas

budayanya.

REFERENSI

Bishop, A.J., 1988, The Interaction of Mathematics Education with Culture,

Culture Dynamics 1988:1; pp. 145-157.

DOI:10.1177/92137408800100200

Daeng, H.J.,2012, Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan: Tinjauan Antropologis, Pusataka Pelajar, Yogyakarta

Dominikus, W.S., Nusantara, T., Subanji, & Muksar, M., 2014a,

Ethnomathematics in Shifting Cultivation of Adonara Societty and

Integration Within Curriculum of Primary Schools, Proceedings: The 1st Sriwijaya University Learning and Education International Conference (SULE-IC) 2014, Sriwijaya University, May 16-18, 2014,

Palembang, pp. D16-786 – D16-793.

Dominikus, W.S., Nusantara, T., Subanji, & Muksar, M., 2014b,

Etnomatematika Dalam Permainan Masyarakat Adonara dan Kaitannya

Dengan Matematika Sekolah Dasar, Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, 13 September 2014, Yogyakarta, pp. 531-542

Dominikus, W.S., Nusantara, T., Subanji, & Muksar, M., 2015,

Ethnomathematics of Adonara Society in The Weaving Activity, Paper

presented on International Conference of Mathematics and Scince

Page 18: LITERASI MATEMATIKA DALAM BUDAYA: MENUJU … · Ada cerita rakyat (mitos) tentang asal mula padi pada beberapa kelompok etnis di Flores. Walaupun terdapat banyak versi tentang asal

Education (ICMSE), Mataram University, November 4-6, 2015,

Mataram, pp. 1-10.

Dominikus, 2016, Etnomatematika Adonara dan Kaitannya Dengan Matematika Sekolah, Disertasi Universitas Negeri Malang, Malang

Dominikus, W.S., Nusantara, T., Subanji, & Muksar, M., 2016a,

Ethnomathematics in Marriage Tardition in Adonara Island-East

Flores, Proceedings: 3rd International Conference on research Implementation, and Education of Mathematics and Science 2016 ( 3rd ICRIEMS), Yogyakarta State University, May 16-17, 2016 Yogyakarta,

pp. ME-269 – ME-274.

Dominikus, W.S., Nusantara, T., Subanji, & Muksar, M., 2016b, Link Between

Ethnomathematics in Marriage Tradition in Adonara Island and School

Mathematics, IOSR Journal of Research & Method in Education (IOSR-JRME), Volume 6, Issue 3 Ver. IV (May-June 2016), pp. 56-62,

DOI:10.9790/7388-0603045662

Dominikus, W.S., Nusantara, T., Subanji, & Muksar, M., 2017,

Ethnomathematical Ideas in the Weaving Practice of Adonara Society

in Indonesia, Journal of Mathematics and Culture, December- 11(4).

pp. 83-95,

Dominikus, W.S., 2018, Literasi Matematika Dalam Budaya Lamaholot,

Makalah disampaikan dalam Seminar : Aku Dalam Pusaran Budaya

Lamaholot, Seminar HUT Ikatan Keluarga Adonara (IKA) Lembata, di

Lewoleba, 14 Mei 2018

Dowling, P., 1998, The Sociology of Mathematics Education, Studies in

Mathematics Education Series 7, The Falmer Press, London

Ernest,P., 1993, The Philosophy of Mathematics Education, The Falmer

Press, London

Gerdes,P., 1997, Survey of Current Work on Ethnomathematics, In A.

Powell & M. Frankenstein (eds), Ethnomathematics, Challenging

Eurocentrism in Mathematics Education (pp. 331-372), Albany: State

University of New York Press.

Kohl, K. H., 2009, Der Tod der Reisjungfrau, Mythen, Kulte und Alianzen in Einer Ostindonesischen Lokalkultur, Terjemahan: Raran Tonu Wujo:

Aspek-aspek Inti Sebuah Budaya Lokal di Flores Timur oleh Paul

Sabon Nama, Penerbit Ledalero, Maumere.

Lee, J.C.H. & Prior, J.M., 2015, Pemburu Yang Cekatan- Anjangsana Bersama Karya-karya E. Douglas Lewis, Penerbit Ledalero, Maumere.

Page 19: LITERASI MATEMATIKA DALAM BUDAYA: MENUJU … · Ada cerita rakyat (mitos) tentang asal mula padi pada beberapa kelompok etnis di Flores. Walaupun terdapat banyak versi tentang asal

CURRICULUM VITAE

I. DATA PRIBADI

1. N a m a : Dr. Wara Sabon Dominikus, MSc

2. NIP : 19670804 199303 1 003

3. NPWP : 14.668.171.3-922.000

4. Tempat Tanggal Lahir : Adobala-Flotim, 4 Agustus 1967

5. Pekerjaan : Dosen Pendidikan Matematika

FKIP UNDANA

6. Pangkat /Gol : Pembina Tkt. I/IV-B

7. Jabatan : Lektor Kepala

8. Alamat : Jl. Binilaka Raya No. 25 Penfui, Kupang

85361. HP/WA. 081339411585;

082132350020

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Sarjana : Pendidikan Matematika FKIP Undana

21 Juli 1991

2. Post Graduate Diploma : Mathematical Sciences of The University

Of Adelaide South Australia, 11 Oktober 1999

3. Master : Mathematical Sciences of The university of

Adelaide, South Australia, 17 Maret 2001

4. Doktor : Pendidikan Matematika, universitas Negeri

Malang, 19 Desember 2016

III. RIWAYAT PEKERJAAN

1. Asisten Dosen pada Prog. Pendidikan Teknik FKIP Undana, 1989-1992

2. Dosen Pada Program Studi Pendidikan Matematika-PMIPA FKIP Universitas

Nusa Cendana Kupang, 1993 – sekarang

2. Ketua Program Studi Pendidikan Matematika : 2005 – 2009

3. Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan FKIP Undana : 2008 – 2012

4. Ketua Pusat Penelitian dan Pengembangan Pembelajaran Matematika Realistik

Indonesia (P4MRI) Undana : 2011 – sekarang

5. Ketua Pengelola PGMIPABI (Pendidikan Guru MIPA Bertaraf Internasional) FKIP

Undana : 2012 – sekarang

Page 20: LITERASI MATEMATIKA DALAM BUDAYA: MENUJU … · Ada cerita rakyat (mitos) tentang asal mula padi pada beberapa kelompok etnis di Flores. Walaupun terdapat banyak versi tentang asal

6. Ketua Asosiasi Pendidik dan Pengembangan Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah

NTT : 2016-sekarang

7. Pengurus Himpunan Matematika Indonesia (IndoMS), Ketua Pengembangan

Profesi Pendidik SD: 2016-2018.

8. Anggota North America Study Group on Ethnomathematics (NASGEm): 2014-

sekarang

6. Koordinator Pendidikan Profesi Guru (PPG) Pendidikan Matematika FKIP Undana :

2018- sekarang

7. Kepala Laboratorium Pendidikan Matematika Undana : 2018 - sekarang

IV. PUBLIKASI ILMIAH (TENTANG MATEMATIKA DALAM BUDAYA)

1. Dominikus, W.S., Nusantara, T., Subanji, & Muksar, M., 2014,

Ethnomathematics in Shifting Cultivation of Adonara Societty and

Integration Within Curriculum of Primary Schools, Proceedings: The 1st Sriwijaya University Learning and Education International Conference (SULE-IC) 2014, Sriwijaya University, May 16-18, 2014, Palembang, pp. D16-

786 – D16-793.

2. Dominikus, W.S., Nusantara, T., Subanji, & Muksar, M., 2014,

Etnomatematika Dalam Permainan Masyarakat Adonara dan Kaitannya Dengan

Matematika Sekolah Dasar, Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 13

September 2014, Yogyakarta, pp. 531-542

3. Dominikus, W.S., Nusantara, T., Subanji, & Muksar, M., 2015,

Ethnomathematics of Adonara Society in The Weaving Activity, Paper

presented on International Conference of Mathematics and Scince Education

(ICMSE), Mataram University, November 4-6, 2015, Mataram, pp. 1-10.

4. Dominikus, 2016, Etnomatematika Adonara dan Kaitannya Dengan Matematika Sekolah, Disertasi Universitas Negeri Malang, Malang

5. Dominikus, W.S., Nusantara, T., Subanji, & Muksar, M., 2016,

Ethnomathematics in Marriage Tardition in Adonara Island-East Flores,

Proceedings: 3rd International Conference on research Implementation, and Education of Mathematics and Science 2016 ( 3rd ICRIEMS), Yogyakarta

State University, May 16-17, 2016 Yogyakarta, pp. ME-269 – ME-274.

6. Dominikus, W.S., Nusantara, T., Subanji, & Muksar, M., 2016, Link Between

Ethnomathematics in Marriage Tradition in Adonara Island and School

Mathematics, IOSR Journal of Research & Method in Education (IOSR-JRME), Volume 6, Issue 3 Ver. IV (May-June 2016), pp. 56-62,

DOI:10.9790/7388-0603045662

Page 21: LITERASI MATEMATIKA DALAM BUDAYA: MENUJU … · Ada cerita rakyat (mitos) tentang asal mula padi pada beberapa kelompok etnis di Flores. Walaupun terdapat banyak versi tentang asal

7. Dominikus,W.S, 2016, Link Between Ethnomathematics in Farming Culture in Adonara Island and School Mathematics, Paper presented on International

Conference on Education (ICE), 23-24 November 2016, Pasca Sarjana

Universitas Negeri Malang

8. Dominikus, W.S, 2017, The Counting System and Measurement Unit in Adonara Culture (An Ethnomathematics Study in Adonara Island), paper

Presented on Internatioal Conference on Mathematics, Science, and

Education (ICoMSE), 29-30 Agustus 2017, Universitas Negeri Malang

9. Dominikus, W.S., Nusantara, T., Subanji, & Muksar, M., 2017,

Ethnomathematical Ideas in the Weaving Practice of Adonara Society in

Indonesia, Journal of Mathematics and Culture, December- 11(4). pp. 83-95,

Kupang, 27 Agustus 2018

Yang Membuat

Dr. Wara Sabon Dominikus,M.Sc

NIP. 19670804 199303 1 003