lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2620/3/bab ii..pdf · yang...

23
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

Upload: others

Post on 20-Jan-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP 

 

 

 

 

 

Hak cipta dan penggunaan kembali:

Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.

Copyright and reuse:

This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

27

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu

Dalam pembuatan penelitian ini, peneliti melihat penelitian terdahulu

sebagai acuan. Penelitian terdahulu juga dibuat untuk membandingkan antara

penelitian yang sudah ada sebelumnya, dengan penelitian yang akan dibuat.

Skripsi yang pertama. Diambil dari penelitian Devi Handriatmaja dari

Universitas Atmajaya Yogyakarta dengan judul “Citizen Journalism dalam

Pemberitaan Bencana di Instagram”.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis isi kuantitatif.

Penelitian ini ingin membahas tentang praktik citizen journalism di Instagram

dalam melaporkan peristiwa bencana Hurricane Sandy di New York, Amerika

Serikat.

Hasil dari penelitian ini adalah tidak ada sampel yang memenuhi

keseluruhan isi berita. Dua unsur berita yang paling banyak muncul adalah what

(95%) dan where (70%). Nilai berita yang ditemukan adalah proximity (70%) dan

timeliness (43,5%). Kemudian jenis foto jurnalistik yang paling utama adalah spot

news sebanyak 70%.

Penelitian kedua adalah penelitian milik Cindy Christella dari Universitas

Multimedia Nusantara yang berjudul “Analisis Penerapan Code of Conduct

VIVAlog pada Praktik Jurnalisme Warga di Media Online.”

Analisis Penerapan..., Nada Nisrina, FIKOM UMN, 2017

28

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, paradigma post-positivitis,

dan metode penelitian studi kasus. Penelitian ini ingin melihat bagaimana persoalan

etika yang sering terjadi dalam praktik jurnalisme warga, standar apa saja yang

digunakan VIVAlog dalam menjalankan code of conduct, bentuk pelanggaran yang

terjadi dan solusi yang diberikan terhadap pelanggaran tersebut. Hasil dari

penelitian ini adalah persoalan etika dalam praktik jurnalisme warga di media

online VIVAlog masih belum terlaksana dengan baik. Hal ini karena masih

ditemukan banyak sekali persoalan yang dilakukan oleh para jurnalis warga di

VIVAlog.

Berita yang dihasilkan dari jurnalis warga saat ini memang cukup diminati

oleh media konvensional dan media online. Hal ini terbukti dari banyaknya portal

media online yang menyediakan ruang khusus bagi jurnalis warga.

Perbedaan dari kedua contoh penelitian tersebut dengan penelitian yang

dibuat peneliti adalah dua penelitian di atas meneliti tentang berita berbentuk tulisan

di media online yang dibuat oleh para jurnalis warga, sedangkan penelitian ini

meneliti tentang berita dalam format video yang dibuat oleh jurnalis warga. Lalu,

Indikator yang digunakan oleh dua penelitian di atas adalah unsur berita dan code

of conduct, sedangkan indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Pedoman Pemberitaan Media Siber. Lalu yang juga membedakan adalah salah satu

penelitian di atas menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus,

pada penelitian ini yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan pendekatan

analisis isi.

Analisis Penerapan..., Nada Nisrina, FIKOM UMN, 2017

29

Berikut adalah tabel perbandingan antara penelitian terdahulu dan penelitian

sekarang:

Tabel 2.1

Tabel Penelitian Terdahulu

Penelitian Terdahulu

1

Penelitian Terdahulu

2

Penelitian

Sekarang

Judul Citizen Journalism

dalam Pemberitaan

Bencana di Instagram

Analisis Penerapan

Code of Conduct

VIVAlog pada

Praktik Jurnalisme

Warga di Media

Online

Analisis Penerapan

Pedoman

Pemberitaan Media

Siber pada Video

Jurnalisme Warga

dalam Netcj.co.id

Rumusan

Masalah

Bagaimana praktik

citizen journalism di

Instagram dalam

pemberitaan bencara

Hurricane Sandy di

New York, Amerika

Serikat?

1. Bagaimana

persoalan etika

dalam praktik

jurnalisme warga?

2. Standar apa saja

yang digunakan

VIVAlog?

3. Bentuk

pelanggaran apa saja

yang muncul?

Apakah netcj.co.id

telah menerapkan

kode etik

jurnalistik?

Analisis Penerapan..., Nada Nisrina, FIKOM UMN, 2017

30

4. Solusi apa yang

dilakukan

VIVAlog?

Teori dan

Konsep

A. Teori

jurnalisme

digital

B. Jurnalisme

warga

A. Komunikasi

Massa

B. Media Massa

C. Media Massa

dan Teknologi

Media Baru

D. Media Massa

dan Fenomena

Jurnalisme

Warga

E. Sejarah

Jurnalisme

Warga

F. Definisi code

of conduct

A. Komunikasi

massa

B. Media massa

C. Media Baru

D. Jurnalisme

Warga

E. Etika Media

Massa

Metode

Penelitian

A. Pendekatan

Kuantitatif

B. Unit analisis:

Unsur berita,

A. Pendekatan

Kualitatif

A. Sifat Penelitian;

Kuantitatif

Analisis Penerapan..., Nada Nisrina, FIKOM UMN, 2017

31

Nilai berita,

dan Jenis fot

jurnalistik

B. Metode

penelitian: Studi

kasus

C. Tipe Penelitian:

Deskriptif kualitatif

B. Metode

Penelitian: Analisis

Isi

Teknik

Analisis

Data

Analisis data:

Pengkodingan

Analisis data:

tematik

Analisis data:

Pengkodingan

Hasil

Penelitian

Tidak terdapat sampel

yang memenuhi

keseluruhan unsur

berita.

Masih banyak

persoalan etika

dalam praktik

jurnalisme warga di

VIVAlog.

Tingkat penerapan

Pedoman

Pemberitaan Media

Siber dalam video

jurnalis warga di

Netcj.co.id cukup

tinggi. Hal ini

karena dari 11

kategori hanya dua

kategori yang tidak

menerapkan.

Analisis Penerapan..., Nada Nisrina, FIKOM UMN, 2017

32

2.2 Teori dan Konsep

2.2.1 Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media

massa, baik cetak (surat kabar, majalah), atau elektronik (radio, televisi),

yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang tersebar yang

dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar

di banyak tempat, anonym dan heterogen (Mulyana, 2005, h. 75).

Seorang komunikator dari komunikasi massa dapat menyampaikan

pesan melalui buku, pamflet, majalah, surat kabar, rekaman, gambar, poster,

radio siaran, televisi, film, komputer serta aplikasinya dengan jaringan

telepon dan satelit (Ardiyanto, 2007, h. 28).

Dengan banyaknya media dengan kelebihan dan kekurangannya,

setiap individu dapat memilih media mana yang akan mereka gunakan

dalam proses komunikasi massa.

Arti komunikasi massa lebih menunjuk pada penerima pesan yang

berkaitan dengan media massa. Dengan kata lain, massa yang dalam sikap

dan perilakunya berkaitan dengan peran media massa. Oleh karena itu,

massa di sini menunjuk kepada khalayak, audience, penonton, pemirsa, atau

pembaca (Nurudin, 2007, h. 4).

Analisis Penerapan..., Nada Nisrina, FIKOM UMN, 2017

33

2.2.2 Media Massa

Media massa adalah teknologi yang membawa pesan kepada

sejumlah besar orang, seperti surat kabar membawa kata-kata yang tercetak,

serta radio membawa suara musik. Kita menggunakan media massa secara

teratur termasuk radio, televisi, buku, majalah, surat kabar, film, rekaman,

dan jaringan computer (Baran, 2012, h. 7).

Proses komunikasi massa sejalan dengan media massa. Hal tersebut

karena pesan yang ingin disampaikan oleh komunikasi massa dapat

tersampaikan melalui media massa.

Lasswell (1948/1960), pakar komunikasi dan professor hukum di

Yale, mencatat ada tiga fungsi media massa: Pengamatan lingkungan,

korelasi bagian-bagian dalam masyarakat dalam merespons lingkungan, dan

penyampaian warisan masyarakat dari satu generasi ke generasi selanjutnya.

(Severin dan James, 2005, h. 386).

a. Pengawasan (Surveillance)

Fungsi pertama, memberi informasi dan menyediakan berita.

Dalam membentuk fungsi ini, media seringkali memperingatkan

kita akan bahaya yang mungkin terjadi seperti kondisi cuaca yang

ekstrem atau ancaman militer. Fungsi pengawasan juga termasuk

berita yang tersedia di media yang penting dalam ekonomi, public

dan masyarakat, seperti laporan bursa pasar, lalu lintas, cuaca, dan

sebagainya.

Analisis Penerapan..., Nada Nisrina, FIKOM UMN, 2017

34

b. Korelasi (Correlation)

Fungsi yang kedua, adalah seleksi dan interpretasi informasi tentang

lingkungan. Media seringkali memasukkan kritik dan cara

bagaimana seseorang harus bereaksi terhadap kejadian tertentu.

Karena itu, korelasi merupakan bagian media yang berisi editorial

dan propaganda.

c. Penyampaian Warisan Sosial (Transmission of the Social Heritage)

Penyampaian warisan sosial merupakan suatu fungsi di mana

media menyampaikan informasi, nilai, dan norma dari satu

generasi ke generasi berikutnya atau dari anggota masyarakat ke

kaum pendatang. Dengan cara ini mereka bertujuan untuk

meningkatkan kesatuan masyarakat dengan cara memperluas dasar

pengalaman umum mereka.

d. Hiburan (Entertainment)

Media hiburan dimaksudkan untuk memberi waktu istirahat dari

masalah setiap hari dan mengisi waktu luang.

Media massa menjadi saluran komunikasi yang penting bagi manusia

saat ini. Hal ini dikarenakan media sudah begitu memenuhi kebutuhan

setiap individu. Masyarakat saat ini bergantung pada media sebagai

pemberi informasi dan sarana penghibur.

Analisis Penerapan..., Nada Nisrina, FIKOM UMN, 2017

35

2.2.3 Teori Tanggung Jawab Sosial

Pemberitaan yang dibuat oleh para jurnalis warga dan disebarkan di

media massa tidak lepas dari tanggung jawab sosial. McQuail (2011, h. 187)

menjelaskan bahwa teori tanggung jawab sosial muncul sebagai respon atas

kritik yang meluas terhadap pesurat kabar Amerika, terutama karena

sifatnya sensasional dan komersial juga karena ketidakseimbangan politik

dan kecenderungan monopoli. Komisi swasta untuk menyelidiki ini

dibentuk pada tahun 1942.

McQuail (2011, h. 188) menjelaskan bahwa penemuan dari komisi

tersebut memunculkan gagasan tanggung jawab sosial dan memberikan

tanggung jawab jurnalistik yang harus dipelihara oleh pers. Pers yang

bertanggung jawab harus memberikan laporan yang utuh, jujur, menyeluruh

dan cerdas atas peristiwa sehari-hari. Pers harus bertindak sebagai forum

pertukaran komentar dan kritik, juga menjadi pembawa pendapat publik.

Ketiga, pers harus memberikan gambaran yang representatif atas kelompok

yang membentuk masyarakat dan juga memberikan dan menjelaskan tujuan

dan nilai dari masyarakat.

McQuail (2011, h. 199) mengemukakan lima prinsip utama dari

teori tanggung jawab sosial, yakni:

1. Media memiliki tanggung jawab terhadap masyarakat dan

kepemilikan media adalah kepercayaan publik

Analisis Penerapan..., Nada Nisrina, FIKOM UMN, 2017

36

2. Media berita harus jujur, akurat, berimbang, objektif dan

relevan

3. Media harus bebas, mengatur diri sendiri

4. Media harus mengikuti kode etik yang disetujui dan perilaku

profesional

5. Di dalam situasi tertentu, pemerintah mungkin perlu campur

tangan untuk mengamankan kepentingan publik

Jurnalis warga hadir sebagai forum penyampaian informasi, kritik

terhadap media dan sekaligus sebagai forum komunikasi antar warga.

Jurnalis warga tumbuh karena ada ketidakpercayaan masyarakat terhadap

berita-berita yang ada pada media konvensional.

Di sisi lain, para jurnalis warga memiliki tanggung jawab sosial, di

mana berita yang mereka buat harus jujur, akurat, berimbang, objektif, dan

relevan.

2.2.4 Media Baru

Teknologi komunikasi yang berkembang pesat membuat setiap

orang dengan mudah mengakses informasi yang mereka butuhkan. Mereka

bahkan bisa dengan mudah mengakses informasi dari dalam maupun luar

negeri. Hal tersebut telah menandakan bahwa kehadiran media baru atau

internet sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

Analisis Penerapan..., Nada Nisrina, FIKOM UMN, 2017

37

Ciri utama media baru adalah adanya saling keterhubungan,

aksesnya terhadap khalayak individu sebagai penerima maupun pengirim

pesan, interaktivitasnya, kegunaan yang beragam sebagai karakter yang

terbuka, dan sifatnya yang ada di mana-mana (McQuail, 2011, h. 43).

Dampak dari adanya media baru ini adalah bahwa revolusi

komunikasi telah secara umum mengubah “keseimbangan kekuatan” dari

media kepada khalayak, dalam hal ini khalayak memiliki pilihan untuk

memilih media yang tersedia (McQuail, 2011, h. 44).

Media baru sangat bergantung pada komputerisasi, bukan hanya

sekadar “media digital” yakni bukan hanya mengubah format isi dari media

lain menjadi digital, namun lebih dari itu media baru adalah media interaktif

yang bisa memfasilitasi masyarakat dalam berkomunikasi (Chun dan

Keenan, 2006, h. 1)

Perbedaan media baru dan media lain antara lain adalah

memungkinkan terjadinya percakapan antar banyak pihak, memungkinkan

penerimaan secara simultan, mengganggu tindakan komunikasi dari posisi

pentingnya, dan menyediakan kontak global secara instan (McQuail, 2011,

h. 151).

2.2.5 Jurnalisme Warga

Citizen Journalism dimaksudkan sebagai kegiatan warga biasa

yang bukan wartawan professional mengumpulkan fakta di lapangan atas

Analisis Penerapan..., Nada Nisrina, FIKOM UMN, 2017

38

sebuah peristiwa, menyusun, menulis, dan melaporkan hasil liputannya di

media sosial (Nugraha, 2012, h. xi).

Apa yang ditulis atau ditampilkan dalam jurnalisme warga memang

bukan semata-mata hardnews, namun seringkali berupa opini atau pendapat

mengenai sebuah kasus atau peristiwa dari sudut pandang masyarakat.

Setelah dalam beberapa kasus ternyata warga biasa juga bisa

memberi andil terhadap jalannya suatu peristiwa yang mereka saksikan dan

melaporkannya di media mereka sendiri, barulah sebagian orang tersadar

bahwa warga biasa juga tidak bisa dianggap sepele dalam hal menulis dan

melaporkan berita (Nugraha, 2012, h. xiii).

Jurnalisme warga memang tidak terlepas dari pro dan kontra. Hal

tersebut dikarenakan banyak pihak yang berpendapat bahwa apa yang

dibuat oleh warga tidak serta merta menjadi berita.

JD Lasica dalam salah satu artikel di blog pribadinya berjudul What

Is Participatory Journalism, menyusun enam kategori: (1) Partisipasi

khalayak untuk media arus utama (mainstream media) seperti komentar

pada tulisan atau berita tertentu, (2) Situs berita dan informasi independen

seperti situs Consumer Reports dan Drudge Report, (3) Situs atau blos sosial

sepenuhnya seperti Now Publis, OhmyNews, GroundReport, dan

Kompasiana, (4) Situs media kolaborasi dan kontribusi seperti Slashdot dan

Newsvine (Nugraha, 2012, h. 20).

Analisis Penerapan..., Nada Nisrina, FIKOM UMN, 2017

39

Dua hal penting yang harus dimiliki sebelum kita, anda, atau siapa

pun yang ingin terjun ke dunia jurnalistik, termasuk melakoni citizen

journalism, adalah curiosity dan skeptic. Curiosity adalah keingintahuan

yang tinggi terhadap segala hal, fakta mau pun peristiwa. Sedangkan skeptic

adalah sikap ragu atas fakta maupun peristiwa yang terjadi (Nugraha, 2012,

h. 85).

Kegiatan jurnalisme warga berkembang pada Radio siaran, misalnya

Radio Elshinta Jakarta memopulerkan kegiatan jurnalisme warga melalui

program laporan pendengar. Pendengar bisa menyampaikan informasi

melalui telepon ke radio layaknya seorang pewarta. Program ini mendapat

tanggapan bagus dari para pendengarnya. Sembari menunggu kemacetan

lalu-lintas, warga saling bertukar informasi mengenai situasi lalu-lintas di

sekitarnya. Dari sanalah ragam berita mulai berkembang luas, dari berita

peristiwa lokal hingga peristiwa nasional. Meskipun kemasan beritanya tak

sebaik media arus utama, jurnalisme warga sering kali justru lebih cepat.

Secara spontan, pewarta warga bisa langsung merekam peristiwa-peristiwa

yang mereka saksikan (Harahap, 2015, h. 139).

Konsep dasar dalam jurnalisme warga yaitu menjadikan audiens

sebagai produsen berita, bukan hanya konsumen pasif seperti yang selama

ini terjadi dalam logika kerja jurnalisme tradisional berbasis media massa.

Dengan kata lain, posisi antara jurnalis sebagai pencari dan penulis berita

serta narasumber sebagai asal berita, dan audiens sebagai konsumen berita

Analisis Penerapan..., Nada Nisrina, FIKOM UMN, 2017

40

sudah tidak ada lagi pembedaan antara produsen dan konsumen berita,

karena setiap orang dapat memerankan keduanya (Gilmor, 2004, h. xii).

Nugraha (2012, h. 19 ) berpendapat bahwa Citizen journalism

memiliki unsur-unsur:

1. Warga biasa

2. Bukan wartawan professional

3. Terkait fakta atau peristiwa yang terjadi

4. Memiliki kepekaan atas fakta atau peristiwa yang terjadi itu

5. Memiliki peralatan teknologi informasi

6. Memiliki keingintahuan yang tinggi

7. Memiliki kemampuan menulis atau melaporkan

8. Memiliki semangat berbagi informasi dengan yang lainnya

9. Memiliki blog pribadi atau blog sosial dan akrab dengan

dunia online

10. Menayangkan hasil liputannya di media online seperti blog

atau media sosial

11. Tidak berharap imbalan atas apa yang ditulisnya

2.2.6 Etika Media Massa

Media merupakan sarana utama dalam menyampaikan dan

mendapatkan informasi. Hal ini menyebabkan media memiliki peranan

yang penting dalam hidup manusia. Akan tetapi pada kenyataannya hak

untuk mendapatkan informasi kerap diwarnai adanya pertarungan

Analisis Penerapan..., Nada Nisrina, FIKOM UMN, 2017

41

kepentingan antar media yang satu dengan yang lainnya. Media kini lebih

memfokuskan pada pencarian keuntungan dibandingkan memperhatikan

kualitas dari informasi dan hiburan yang ditampilkan (Haryatmoko, 2007,

h. 20).

Dengan kata lain, etika media massa yang satu dengan yang lainnya

tidak sama. Hal ini dikarenakan setiap media memiliki standar etika yang

ditentukan oleh masing-masing institusi media.

Etika media diperumit oleh standar kinerja yang berbeda-beda yang

dibuat oleh media massa untuk diri mereka sendiri. Satu standar etika tidak

mungkin berlaku untuk semua media massa ( Vivian, 2008, h. 623).

Walaupun etika setiap media berbeda, menurut Komala (2009, h.

74) dalam era globalisasi ini, media memiliki tanggung jawab terhadap para

khalayak yang mengkonsumsinya yang dapat disebut sebagai etika media

massa, yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Media harus menyajikan pemberitaan yang benar, komprehensif dan

cerdas. Media dituntut untuk selalu akurat dan tidak berbohong.

Fakta harus disajikan sebagai fakta, dan pendapat harus

dikemukakan sebagai pendapat. Kriteria kebenaran juga dibedakan

menurut ukuran masyarakat: masyarakat sederhana dan masyarakat

modern.

Analisis Penerapan..., Nada Nisrina, FIKOM UMN, 2017

42

2. Media harus berperan sebagai forum pertukaran pendapat, komentar

dan kritik. Karenanya, media tak hanya berfungsi sebagai sumber

informasi melainkan juga forum penyelesaian masalah.

3. Media harus menyajikan gambaran khas dari setiap kelompok

masyarakat. Syarat ini menuntut media untuk memahami

karakteristik dan juga kondisi semua kelompok di masyarakat tanpa

terjebak pada stereotipe. Tujuannya adalah untuk menghindari

terjadinya konflik sosial di masyarakat terkait dengan isi berita yang

disajikan.

4. Media harus selalu menyajikan dan menjelaskan tujuan dan nilai-

nilai masyarakat. Ini tidak berarti media harus mendramatisir

pemberitaannya, melainkan berusaha mengaitkan suatu peristiwa

dengan hakikat makna keberadaan masyarakat dalam halhal yang

harus diraih. Hal ini karena media merupakan instrumen pendidik

masyarakat sehingga media harus memikul tanggung jawab

pendidik dalam memaparkan segala sesuatu dengan mengaitkannya

ke tujuan dasar masyarakat.

5. Media harus membuka akses ke berbagai sumber informasi.

Masyarakat industri modern membutuhkan jauh lebih banyak

ketimbang di masa sebelumnya. Alasan yang dikemukakan adalah

dengan tersebarnya informasi akan memudahkan pemerintah

menjalankan tugasnnya. Dengan informasi, sebenarnya media

Analisis Penerapan..., Nada Nisrina, FIKOM UMN, 2017

43

membantu pemerintah menyelesaikan berbagai persoalan yang

terjadi dalam masyarakat. Sudah

Sebuah media memiliki tanggung jawab yang penting kepada

masyarakat, itulah mengapa media memiliki etika yang seharusnya

dijalankan. Begitu pula dengan pers yang memiliki Kode Etik Jurnalistik

dalam menjalankan tugasnya. Tanggung jawab pers dalam menciptakan

berita yang bermutu membutuhkan pegangan, yakni etika jurnalistik.

Etika jurnalistik dapat diartikan sebagai sistem nilai atau norma yang

menjadi acuan insan pers dalam menjalankan tugas dan fungsi jurnalistik.

Etika jurnalistik merupakan aturan main yang disepakati dan dijunjung

tinggi insan pers, baik sebagai individu maupun lembaga (Yunus, 2010, h.

106).

Dalam praktiknya, para jurnalis tidak hanya bekerja dalam ranah

media konvensional, seperti koran atau pun televisi. Para jurnalis juga

bekerja di ranah media online. Dalam hal ini, para jurnalis dan siapa pun,

tak terkecuali jurnalis warga yang menggunakan media internet dalam

menyampaikan pesan terikat dengan etika berinternet.

Netiket adalah etika berinternet. Aslinya ini dua kata yang dijadikan

satu, yakni networks dan etiquette, maka jadilah netiquette, yang untuk

mudahnya di Bahasa Indonesiakan menjadi netiket (Nugraha, 2012, h. 117).

Analisis Penerapan..., Nada Nisrina, FIKOM UMN, 2017

44

Terdapat 10 butir netiket yang seharusnya dijadikan semacam ten

commandments bagi para jurnalis warga, blogger atau netter umumnya

(Nugraha, 2012, h. 119):

1. Ingatlah orang

2. Taat kepada standar perilaku online yang sama yang kita jalani

dalam kehidupan nyata

3. Ketahuilah di mana kita berada di ruang cyber

4. Hormati waktu dan bandwidth orang lain

5. Buatlah diri kita kelihatan baik ber-online

6. Bagilah ilmu dan keahlian

7. Menolong agar api peperangan tetap terkontrol

8. Hormati privasi orang lain

9. Jangan menyalahgunakan kekuasaan

10. Maafkanlah jika orang lain berbuat kesalahan

Para jurnalis warga tidak hanya harus menaati netiket tersebut, lebih

jauh mereka juga diharuskan untuk mengikuti Pedoman Pemberitaan Media

Siber yang berlaku. Hal ini karena wadah yang mereka gunakan dalam

memberitakan beritanya adalah internet.

2.2.7 Pedoman Pemberitaan Media Siber

Yang dimaksud dengan media siber dalam pedoman ini adalah

segala bentuk media yang menggunakan wahana internet dan melaksanakan

kegiatan jurnalistik (Sudibyo, 2013, h. 90).

Analisis Penerapan..., Nada Nisrina, FIKOM UMN, 2017

45

Menurut Dewan Pers (2012), media siber memiliki karakter khusus

sehingga memerlukan pedoman agar pengelolaannya dapat dilaksanakan

secara professional, memenuhi fungsi, hak, dan kewajibannya sesuai

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik

Jurnalistik. Untuk itu Dewan Pers bersama organisasi pers, pengelola media

siber, dan masyarakat menyusun Pedoman Pemberitaan Media Siber

sebagai berikut:

Tabel 2.2

Isi Pedoman Pemberitaan Media Siber

No Pedoman Pemberitaan Media Siber

1 Ruang Lingkup

a. Media siber adalah segala bentuk media yang menggunakan

wahana internet dan melaksanakan kegiatan jurnalistik, serta

memenuhi persyaratan Undang-Undang Pers dan Standar

Perusahaan Pers yang ditetapkan Dewan Pers

b. Isi Buatan Pengguna (User Generated Content) adalah segala isi

yang dibuat dan atau dipublikasikan oleh pengguna media siber,

antara lain, artikel, gambar, komentar, suara, video, dan berbagai

bentuk unggahan yang melekat pada media siber, seperti blog,

forum, komentar pembaca atau pemirsa, dan bentuk lain.

2 Verifikasi dan Keberimbangan Berita

a. Pada prinsipnya setiap berita harus melalui verifikasi

b. Berita yang dapat merugikan pihak lain memerlukan verifikasi

pada berita yang sama untuk memenuhi prinsip akurasi dan

keberimbangan

c. Ketentuan butir (a) di atas dikecualikan, dengan syarat:

1) Berita benar-benar mengandung kepentingan public yang

bersifat mendesak

2) Sumber berita yang pertama adalah sumber yang jelas

disebutkan identitasnya, kredibel dan kompeten

3) Subyek berita yang harus dikonfirmasi tidak diketahui

keberadaannya dan atau tidak dapat diwawancarai

4) Media memberikan penjelasan kepada pembaca bahwa berita

tersebut masih memerlukan verifikasi lebih lanjut yang

Analisis Penerapan..., Nada Nisrina, FIKOM UMN, 2017

46

diupayakan dalam waktu secepatnya. Penjelasan dimuat pada

bagian akhir dari berita yang sama, di dalam kurung dan

menggunakan huruf miring.

d. Setelah memuat berita sesuai dengan butir (c), media wajib

meneruskan upaya verifikasi dan setelah verifikasi didapatkan, hasil

verifikasi dicantumkan pada berita pemutakhiran )update) dengan

tautan pada berita yang belum terverifikasi.

3 Isi Buatan Pengguna (User Generated Content)

a. Media siber wajib mencantumkan syarat dan ketentuan mengenai

Isi Buatan Pengguna yang tidak bertentangan dengan Undang-

Undang No. 40 tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik

yang ditempatkan secara terang dan jelas

b. Media siber mewajibkan setiap pengguna untuk melakukan

registrasi keanggotaan dan melakukan proses log-in terlebih dahulu

untuk dapat mempublikasikan semua bentuk Isi Buatan Pengguna.

Ketentuan mengenai log0in akan diatur lebih lanjut

c. Dalam registrasi tersebut, media siber mewajibkan pengguna

memberi persetujuan tertulis bahwa Isi Buatan Pengguna yang

dipublikasikan:

1) Tidak memuat isi bohong, fitnah, sadis dan cabul;

2) Tidak memuat isi yang mengandung prasangka dan kebencian

terkait dengan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA),

serta menganjurkan tindakan kekerasan;

3) Tidak memuat isi diskriminatif atas dasar perbedaan jenis

kelamin dan bahasa, serta tidak merendahkan martabat orang

lemah, miskin, sakit, cacat jiwa, atau cacat jasmani.

d. Media siber memiliki kewenangan mutlak untuk mengedit atau

menghapus Isi Buatan Pengguna yang bertentangan dengan butir (c).

e. Media siber wajib menyediakan mekanisme pengaduan Isi Buatan

Pengguna yang dinilai melanggar ketentuan pada butir (c).

Mekanisme tersebut harus disediakan di tempat yang dengan mudah

dapat diakses pengguna.

f. Media siber wajib menyunting, menghapus, dan melakukan

tindakan koreksi setiap Isi Buatan Pengguna yang dilaporkan dan

melanggar ketentuan butir (c), sesegera mungkin secara proporsional

selambat-lambatnya 2 x 24 jam setelah pengaduan diterima.

g. Media siber yang telah memenuhi ketentuan pada butir (a), (b),

(c), dan (f) tidak dibebani tanggung jawab atas masalah yang

ditimbulkan akibat pemuatan isi yang melanggar ketentuan pada

butir (c).

h. Media siber bertanggung jawab atas Isi Buatan Pengguna yang

dilaporkan bila tidak mengambil tindakan koreksi setelah batas

waktu sebagaimana tersebut pada butir (f).

Analisis Penerapan..., Nada Nisrina, FIKOM UMN, 2017

47

4 Ralat, Koreksi, dan Hak Jawab

a. Ralat, koreksi, dan hak jawab mengacu pada Undang-Undang

Pers, Kode Etik Jurnalistik, dan Pedoman Hak Jawab yang

ditetapkan Dewan Pers.

b. Ralat, koreksi dan atau hak jawab wajib ditautkan pada berita yang

diralat, dikoreksi atau yang diberi hak jawab.

c. Di setiap berita ralat, koreksi, dan hak jawab wajib dicantumkan

waktu pemuatan ralat, koreksi, dan atau hak jawab tersebut.

d. Bila suatu berita media siber tertentu disebarluaskan media siber

lain, maka:

1) Tanggung jawab media siber pembuat berita terbatas pada

berita yang dipublikasikan di media siber tersebut atau media

siber yang berada di bawah otoritas teknisnya;

2) Koreksi berita yang dilakukan oleh sebuah media siber, juga

harus dilakukan oleh media siber lain yang mengutip berita dari

media siber yang dikoreksi itu;

3) Media yang menyebarluaskan berita dari sebuah media siber

dan tidak melakukan koreksi atas berita sesuai yang dilakukan

oleh media siber pemilik dan atau pembuat berita tersebut,

bertanggung jawab penuh atas semua akibat hukum dari berita

yang tidak dikoreksinya itu.

e. Sesuai dengan Undang-Undang Pers, media siber yang tidak

melayani hak jawab dapat dijatuhi sanksi hukum pidana denda

paling banyak Rp500.000.000 (Lima ratus juta rupiah).

5 Pencabutan Berita

a. Berita yang sudah dipublikasikan tidak dapat dicabut karena

alasan penyensoran dari pihak luar redaksi, kecuali terkait masalah

SARA, kesusilaan, masa depan anak, pengalaman traumatik korban

atau berdasarkan pertimbangan khusus lain yang ditetapkan Dewan

Pers.

b. Media siber lain wajib mengikuti pencabutan kutipan berita dari

media asal yang telah dicabut.

c. Pencabutan berita wajib disertai dengan alasan pencabutan dan

diumumkan kepada publik.

6 Iklan

a. Media siber wajib membedakan dengan tegas antara produk berita

dan iklan.

b. Setiap berita/artikel/isi yang merupakan iklan dan atau isi

berbayar wajib mencantumkan keterangan 'advertorial', 'iklan', 'ads',

'sponsored', atau kata lain yang menjelaskan bahwa berita/artikel/isi

tersebut adalah iklan.

7 Hak Cipta

Media siber wajib menghormati hak cipta sebagaimana dalam

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Analisis Penerapan..., Nada Nisrina, FIKOM UMN, 2017

48

8 Pencantuman Pedoman

Media Siber wajib mencantumkan Pedoman Pemberitaan Media

Siber ini di medianya secara terang dan jelas.

9 Sengketa

Penilaian akhir atas sengketa mengenai pelaksanaan Pedoman

Pemberitaan Media Siber ini diselesaikan oleh Dewan Pers.

2.3 Kerangka Pemikiran

Jurnalisme Warga

Netcj.co.id

Video pada netcj.co.id

periode November 2016

Pedoman Pemberitaan

Media Siber

Poin 3 terkait dengan

isi buatan pengguna

Poin 2 terkait dengan

verifikasi dan

keberimbangan fakta

Seberapa tinggi

Penerapan Pedoman

Pemberitaan Media

Siber dalam Netcj.co.id

Analisis Penerapan..., Nada Nisrina, FIKOM UMN, 2017