lina artikel

10
1 1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Azlina Wulandari 1 , Fadli 2 , Idul Adha 3 STKIP-PGRI Lubuklinggau Email : [email protected] ABSTRACT This thesis entitled "Effect Model Problem Based Learning Problem Solving Ability Against the Subject Mathematics Class X SMA Negeri 3 Lubuklinggau academic year 2015/2016". The research problems are "Is there any influence of problem-based learning model for mathematical problem solving ability of students of class X SMA Negeri 3 Lubuklinggau 2015/2016 school year?". The purpose of this study was to determine the effect of problem-based learning model for mathematical problem solving ability of students of class X SMA Negeri 3 Lubuklinggau the school year 2015/2016. The method used is pure experiment that compares the model of problem-based learning with conventional learning models. The population is all class X SMA Negeri 3 Lubuklinggau the school year 2015/2016, amounting to 249 students, and a sample was X.6 class as an experimental class numbering 31 students and the class as a class X.4 control totaling 32 students were taken random. X.6 class were learning with problem-based learning model, while X.4 given class learning with conventional learning models. Data collection techniques used is a test technique. The average value of problem-solving ability of students to classes taught by problem-based learning model of 76.29 while for classes taught by the conventional model of 70.16. Data were analyzed using t-test at significant level. Based on the results of t-test calculation, obtained t hit = 1,81 > t tab = 1,67 can be concluded that there are significant problems learning model based on mathematical problem solving ability of students of class X SMA Negeri 3 Lubuklinggau the school year 2015/2016. Keywords: Problem Based Learning, Problem Solving Ability, Mathematical. A. Pendahuluan Pentingnya pemecahan masalah ditegaskan dalam NCTM yang menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan bagian integral dalam pembelajaran matematika. Kemampuan pemecahan masalah amatlah penting dalam matematika, bukan saja bagi mereka yang di kemudian hari akan mendalami atau mempelajari matematika, melainkan juga bagi mereka yang akan menerapkannya dalam bidang studi lain dan dalam kehidupan sehari-hari.

Upload: zul-fadlan

Post on 15-Jul-2016

8 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ssaaC

TRANSCRIPT

1

1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau,

2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA PELAJARAN

MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Azlina Wulandari1, Fadli2, Idul Adha3

STKIP-PGRI Lubuklinggau Email : [email protected]

ABSTRACT

This thesis entitled "Effect Model Problem Based Learning Problem Solving Ability Against the Subject Mathematics Class X SMA Negeri 3 Lubuklinggau academic year 2015/2016". The research problems are "Is there any influence of problem-based learning model for mathematical problem solving ability of students of class X SMA Negeri 3 Lubuklinggau 2015/2016 school year?". The purpose of this study was to determine the effect of problem-based learning model for mathematical problem solving ability of students of class X SMA Negeri 3 Lubuklinggau the school year 2015/2016. The method used is pure experiment that compares the model of problem-based learning with conventional learning models. The population is all class X SMA Negeri 3 Lubuklinggau the school year 2015/2016, amounting to 249 students, and a sample was X.6 class as an experimental class numbering 31 students and the class as a class X.4 control totaling 32 students were taken random. X.6 class were learning with problem-based learning model, while X.4 given class learning with conventional learning models. Data collection techniques used is a test technique. The average value of problem-solving ability of students to classes taught by problem-based learning model of 76.29 while for classes taught by the conventional model of 70.16. Data were analyzed using t-test at significant level. Based on the results of t-test calculation, obtained thit = 1,81 > ttab = 1,67 can be concluded that there are significant problems learning model based on mathematical problem solving ability of students of class X SMA Negeri 3 Lubuklinggau the school year 2015/2016. Keywords: Problem Based Learning, Problem Solving Ability, Mathematical. A. Pendahuluan

Pentingnya pemecahan masalah ditegaskan dalam NCTM yang menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan bagian integral dalam pembelajaran matematika. Kemampuan pemecahan masalah amatlah penting dalam matematika, bukan saja bagi mereka yang di kemudian hari akan mendalami atau mempelajari matematika, melainkan juga bagi mereka yang akan menerapkannya dalam bidang studi lain dan dalam kehidupan sehari-hari.

1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau,

2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Masalah Matematika digambarkan sebagai persoalan atau tantangan dimana seorang siswa tidak langsung mengetahui bagaimana cara/prosedur khusus yang bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan penting yang harus dimiliki oleh semua siswa. Namun kenyataannya, kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa Indonesia sangat memprihatinkan. Hal ini bisa diamati berdasarkan hasil studi TIMMS tahun 2011 (Trends in International Mathematics and Science Study) yang menunjukkan bahwa siswa Indonesia berada pada ranking amat rendah yaitu berada pada peringkat ke-38 dari 45 negara yang berpartisipasi pada penilaian tersebut. Hasil TIMSS yang rendah ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor penyebabnya antara lain karena siswa di Indonesia kurang terlatih dalam menyelesaikan soal-soal kontektual, menuntut penalaran, argumentasi dan kreativitas dalam meyelesaikannya. Dimana soal-soal tersebut merupakan karakteristik soal-soal TIMSS (Pratiwi, 2013:42).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti pada salah seorang guru kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau, terlihat bahwa siswa mengalami kesulitan ketika diberikan pertanyaan yang tidak rutin. Itu terjadi karena siswa belum terbiasa menyelesaikan soal yang membutuhkan pemahaman, perencanaan, penyelesaian dan menemukan hasil. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika, diketahui bahwa kegiatan pembelajaran di SMA Negeri 3 Lubuklinggau menggunakan model pembelajaran konvensional dimana kegiatan pembelajaran hanya berlangsung satu arah atau hanya dari guru kepada siswa. Hal ini menyebabkan siswa kurang mampu mengembangkan keterampilan dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa salah satunya dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh yang signifikan Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah pada Pelajaran Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016?”

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang signifikan model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah pada pelajaran matematika siswa Kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016.

B. Landasan Teori 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Tam (dalam Rusman, 2010:232) mengartikan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada. Sedangkan menurut Putra (2013:67) model pembelajaran berbasis masalah lebih menekankan pada keaktifan siswa. Dalam model ini, siswa dituntut aktif

3

1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau,

2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

dalam memecahkan suatu masalah. Model tersebut juga bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari oleh siswa untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis sekaligus pemecahan masalah, serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting. Sedangkan menurut Mulyatiningsih (2000:236) pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang penyampaian materinya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, menfasilitasi penyelidikan dan membuka dialog.

Berdasarkan pendapat pakar-pakar tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Pembelajaran berbasis masalah menyiapkan siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran.

Langkah-langkah dalam pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut: 1) mengorientasikan siswa pada masalah; 2) siswa menganalisis masalah; 3) siswa merumuskan hipotesis; 4) siswa mengumpulkan data yang diperlukan; 5) siswa menguji kebenaran hipotesisnya; 6) guru memilih salah satu siswa untuk mmpresentasikan hasil kerjanya; 7) guru mengevaluasi hasil penyelesaian masalah.

Pada model pembelajaran berbasis masalah terdapat keunggulan, sebagai berikut: 1) punya keaslian seperti di dunia kerja; 2) dibangun dengan memperhitungkan pengetahuan sebelumnya. Masalah yang dirancang, dapat membangun kembali pemahaman pembelajar atas pengetahuan yang telah didapat sebelumnya. Jadi, sementara pengetahuan-pengetahuan baru didapat, ia bisa melihat kaitannya dengan bahan yang telah ditemukan dan dipahaminya sebelumnya; 3) membangun pemikiran yang metakognitif dan konstruktif; 4) meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajaran. Dengan rancangan masalah yang menarik dan menantang, pembelajar akan tergugah untuk belajar.

Disamping keunggulan, Pembelajaran berbasis masalah juga memiliki kelemahan di antaranya: 1) manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba; 2) keberhasilan model pembelajaran ini membutuhkan cukup waktu untuk persiapan; 3) tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari. Hipotesis Penelitian

Arikunto (2010:110) menyatakan bahwa hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan rumusan masalah dan uraian di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “Terdapat pengaruh yang signifikan Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah

1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau,

2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

pada Pelajaran Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016.”

2. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang peneliti gunakan yaitu penelitian eksperimen murni, dimana dalam melakukan penelitian ini peneliti mengadakan perlakuan terhadap subjek yang diteliti. Adapun variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas, di mana variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengaruh model pembelajaran berbasis masalah dan variabel terikat penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah siswa kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau. Desain penelitian dalam penelitian ini berbentuk random, pre-test, post-test desain, yang melibatkan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen disini adalah kelompok yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran berbasis masalah, sedangkan kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional.

Desain random, pre-test, post-test desain, menurut Arikunto (2010:126) polanya dapat digambarkan sebagai berikut:

E 01 X 02

K

03

04

Keterangan: E : Kelompok Eksperimen K : Kelompok kontrol X :Perlakuan yang diberikan dengan menggunakan model pembelajaran

berbasis masalah 01 : Pre-test kelas eksperimen 02 : Post-test kelas eksperimen 03 : Pre-test kelas kontrol 04 : Post-test kelas kontrol

C. Data Penelitian dan Pembahasan Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau Tahun

Pelajaran 2015/2016, dimulai dari tanggal 05 Agustus sampai dengan 05 September 2015. Dalam pelaksanaannya, peneliti melakukan enam kali pertemuan yaitu dengan rincian satu kali uji coba instrumen, satu kali pemberian pre-test, tiga kali mengadakan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah dan satu kali pemberian post-test.

1. Data Hasil Pre-test

Pemberian pre-test dilaksanakan pada pertemuan pertama tanggal 06 Agustus 2015. Pelaksanaan pre-test ini berfungsi untuk mengetahui kemampuan awal tentang suatu materi atau topik dari masing-masing kelas, baik kelas

R

5

1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau,

2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

eksperimen maupun kelas kontrol sebelum dilakukan pembelajaran. Soal yang digunakan berbentuk essay yang terdiri dari 4 soal. Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran C), rekapitulasi hasil pre-test siswa dapat dilihat pada tabel 1

Tabel 1 Rekapitulasi Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Pre-test

No Kelas N 𝑥 S

1 Eksperimen 31 43,71 18,35

2 Kontrol 32 46,88 15,95

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata pre-test

pada kelas eksperimen sebesar 43,71 dan untuk simpangan bakunya sebesar 18,35. Sedangkan pada kelas kontrol nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 46,88 dan untuk simpangan bakunya sebesar 15,95. Hal ini berarti rata-rata kemampuan siswa kelas eksperimen dan kontrol sebelum diberikan perlakuan hampir sama.

2. Data Hasil Post-test

Post-test dilakukan untuk melihat kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Soal tes yang digunakan berbentuk essay yang terdiri dari empat soal. Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran C), rekapitulasi hasil tes akhir siswa dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Rekapitulasi Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil post-test

No Kelas N 𝑥 S

1 Eksperimen 31 76,29 13,6

2 Kontrol 32 70,16 13,35

Berdasarkan tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata hasil post-

test pada kelas eksperimen sebesar 76,29 dan untuk simpangan bakunya sebesar 13,6. Sedangkan pada kelas kontrol nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 70,16 dan untuk simpangan bakunya sebesar 13,35. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan akhir siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol.

Kemampuan awal dan kemampuan akhir masing-masing kelas dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau,

2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Grafik Nilai Rata-rata Hasil Pre-Test dan Post-Test

3. Pengujian Hipotesis

Hipotesis statistika post-test yang diuji adalah: Ho : Rata-rata nilai kemampuan pemecahan masalah matematika pada kelas

eksperimen kurang dari atau sama dengan kelas kontrol ( 21 ).

Ha : Rata-rata nilai kemampuan pemecahan masalah matematika pada kelas

eksperimen lebih dari kelas kontrol ( 21 ).

Dari hasil uji coba normalitas data dan uji homogenitas tes akhir menyatakan bahwa data berdistribusi normal serta homogen, maka untuk menguji hipotesis menggunakan uji – t. Berdasarkan hasil perhitungan data tes akhir diperoleh nilai

81,1hitungt , selanjutnya cari nilai tabelt dengan 6123231221 nndk

dan 05,0 , nilai tabelt dengan 61dk tersebut tidak terdapat dalam tabel, maka

nilai tabelt ditentukan dengan menggunakan harga-t yang ber- 60dk pada uji satu

pihak. Jadi nilai 671,16095,0 tttabel . Berdasarkan perhitungan tersebut,

diperoleh 81,1hitungt dan 671,1tabelt karena tabelhitung tt maka 0H ditolak.

Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya, sehingga dapat disimpulkan “Terdapat pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016”.

4. Pembahasan

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa nilai rata-rata kemampuan awal siswa kedua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum diberikan perlakuan yang berbeda relatif sama. Hal ini ditunjukkan dari nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah pre-test siswa kelas eksperimen sebesar 43,71 dan pada kelas kontrol sebesar 46,88. Tidak adanya perbedaan kemampuan awal

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

ekperimen kontrol

post-test

pre-test

7

1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau,

2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

siswa (pre-test) kedua kelas tersebut dibuktikan dari hasil pengujian hipotesis yang mana nilai thitung < ttabel (-0,74 < 2,00).

Pada pertemuan pertama menggunakan model pembelajaran berbasis masalah di kelas eksperimen, siswa merasa kebingungan dan merasa kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang diberikan peneliti karena tidak terbiasa mendapatkan soal sebelum dijelaskan oleh guru. Kesulitan siswa ini dapat diatasi peneliti dengan adanya langkah pembelajaran dimana peneliti membantu siswa untuk memperoleh data yang digunakan, dan membantu siswa memilih kemungkinan penyelesaian masalah tersebut sebagaimana juga yang di ungkapkan oleh Trianto (2012:26) sehingga siswa dapat mengatasi kesulitan yang dihadapinya. Dari pertemuan pertama ini dapat disimpulkan bahwa siswa masih banyak mendapat kesulitan dalam belajar menggunakan model pembelajaran berbasis masalah terlebih untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

Pertemuan kedua peneliti memberikan masalah yang berkaitan dengan menyelesaikan model matematika dengan menggunakan metode subtitusi. Setelah diberikan masalah siswa mulai paham dengan apa yang harus dilakukan, dan mulai aktif bertanya tentang kemungkinan-kemungkinan alternatif penyelesaian. Pada pertemuan kedua pembelajaran mulai berjalan lancar dan aktif, terlihat sekali saat peneliti meminta siswa mempresentasikan hasil pengerjaan masalah banyak siswa yang antusias dan presentasi yang diberikan sudah baik, tetapi masih banyak siswa yang kurang paham dengan penjelasan dari temannya, tetapi setelah peneliti mengajak siswa berdiskusi siswa dapat memahami penjelasan peneliti.

Pertemuan ketiga, siswa sudah paham dengan model pembelajaran berbasis masalah, siswa sudah terbiasa aktif bertanya dan meminta bimbingan kepada peneliti dan masalah yang diberikan peneliti dapat dipahami siswa dan secara cepat siswa dapat mengerjakannya, kemampuan pemecahan masalah siswa terlihat lebih meningkat dibandingkan pertemuan pertama dan kedua. Meskipun seperti itu, masih ada siswa yang melakukan kesalahan saat perhitungan, diakibatkan karena siswa kurang teliti dalam menghitung. Dari pertemuan ketiga ini dapat disimpulkan bahwa siswa jauh lebih aktif dan kemampuan pemecahan masalah siswa sudah meningkat.

Setelah selesai pelaksanaan pembelajaran, maka langkah selanjutnya adalah post-test. Post-test diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika siswa setelah proses pembelajaran sebagai tolak ukur untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis masalah dalam peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa.

Model pembelajaran berbasis masalah diharapkan menjadi salah satu model untuk membiasakan siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah khususnya yang berhubungan dengan kehidupan nyata, sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.

Berdasarkan uraian di atas, baik dari tes awal, pemberian perlakuan, kemudian tes akhir dijadikan tolak ukur dalam melihat hasil dari pengaruh yang ditimbulkan setelah pemberian perlakuan dengan menggunakan model

1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau,

2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

pembelajaran berbasis masalah. Dari hasil tes akhir (post-test) yang diberikan menunjukkan bahwa nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa pada kelas eksperimen sebesar 76,29, sedangkan pada kelas kontrol nilai rata-rata siswa sebesar 70,16. Kemudian setelah uji normalitas dan homogenitas didapat kesimpulan bahwa data berdistribusi normal dan variansnya homogen sehingga pengujian hipotesis dilakukan dengan uji-t, dari pengujian tersebut ditarik kesimpulan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga hipotesis dalam penelitian ini terbukti.

D. Kesimpulan dan Saran 1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016”. Nilai rata-rata post-test kelas eksperimen sebesar 76,29 dan kelas kontrol sebesar 70,16. Kesimpulan tersebut diperoleh dari data yang dianalisis menggunakan uji kesamaan dua rata-rata (uji t) pada taraf signifikan = 0,05 dan dk = 61 menunjukkan nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

(1,81> 1,67) maka H0 ditolak dan Ha diterima.

2. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran-saran yang dapat

diberikan adalah sebagai berikut : 1) Diharapkan bagi siswa sebelum melaksanakan kegiatan belajar-mengajar hendaknya terlebih dahulu membiasakan untuk membaca buku di rumah dan siswa harus mempunyai rasa percaya diri untuk mengajukan pendapat, karena model pembelajaran berbasis masalah ini menuntut siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar-mengajar sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah; 2) Kepada pendidik dapat menggunakan model pembelajaran berbasis masalah sebagai alternatif untuk meningkatkan keaktifan, imajinasi, dan kemampuan pemecahan masalah siswa; 3) Diharapkan sebagai informasi bagi sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan khususnya pendidikan matematika; 4) Untuk peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut menggunakan model pembelajaran berbasis masalah agar dapat merencanakan pembelajaran sebaik mungkin, dan menyiapkan teknik khusus untuk menarik minat siswa untuk mengikuti pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Amir, Taufiq. 2013. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana.

9

1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau,

2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Fauziah, Anna. 2010. Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa SMP Melalui Strategi REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transferring). Tesis tidak diterbitkan. Bandung: UPI.

Hamiyah, Nur dan Muhamad Jauhar. 2014. Strategi Belajar-Mengajar di Kelas. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Jacobsen, David A. dkk,. 2009. Methods for Teaching Metode-metode Pengajaran

Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Khoiri, Wafik. 2013. Problem Based Learning Berbantuan Multimedia dalam

pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Unnes Journal of mathematics Education FMIPA UNNES Semarang. Jilid 2 No. 1,Hal 114-121.

Minarni, Ani. 2012. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. Prosiding hasil Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY Yogyakarta.

Mulyatiningsih, Endang. 2000. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan.

Bandung: Alfabeta. Pratiwi, Riezky Indah. 2013. Kajian Literatur tentang Heuristik dalam Pemecahan

Masalah Matematika. Prosiding tidak diterbitkan. Bandung: Program Studi Pendidikan Matematika SPs UPI.

Putra, Sitiatava Rizema. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains.

Yogyakarta: Diva Press. Redhana, I Wayan. 2013. Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Peningkatan

Keterampilan Pemecahan Masalah dan Berfikir Kritis. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 46 No. 1, April 2013 Hal 76-86.

Riyanto, Yatim. 2012. Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Guru/Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Prenada Media Group.

Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau,

2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Shadiq, Fajar. 2004. Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Depdiknas Dirjen Dikdasmen PPPG Matematika.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka

Cipta. Sroyer, Agustinus. 2013. Pentingnya Quantitative Reasoning (QR) Dalam Problem

Solving . Prosiding tidak diterbitkan. Program Studi Pendidikan Matematika PMIPA FKIP Universitas Sebelas Maret.

Sudjana. 2002. Metode Statistika.Bandung: Tarsito. . 2010. Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah Suherman, Erman. 1993. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika.Jakarta:

Universitas Terbuka Sugiyono. 2013. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suherman, E. & Sukjaya, Y. 1993. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi

Pendidikan Matematika. Bandung:Wijayakusuma. Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:Kencana

Prenada Media Group. Wahyudin. 2008. Pembelajaran dan Model-Model Pembelajaran. (tidak untuk di

terbitkan). Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi

Aksara. Widjajanti, Djamilah Bondan. 2009. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Mahasiswa Calon Guru Matematika: Apa dan Bagaimana Mengembangkannya. Prosiding tidak diterbitkan. Yogyakarta: Jurusan Pend. Matematika, FMIPA UNY.