li tt
DESCRIPTION
macam infeksi pada kucing, kriteria rumah bersihTRANSCRIPT
LEARNING ISSUE
1. Macam-Macam Infeksi Akibat Kucing
a. Toksoplasmosis
Penyakit toksoplasmosis adalah infeksi yang bisa mengancam pertumbuhan janin
dan bisa menyebabkan keguguran. Parasit penyebabnya adalah Toxoplasma gondii,
yang berkembang biak dalam saluran pencernaan kucing dan ikut keluar bersama
fesesnya, terutama hidup di bak pasir tempat BAB kucing dan di tanah atau pupuk
kebun. Anda bisa terinfeksi oleh parasit ini ketika membersihkan kotoran kucing atau
memegang tanah yang terdapat feses kucing. Anda juga bisa terkena toksoplasma
karena mengonsumsi daging yang dimasak setengah matang (dimana daging tersebut
terinfeksi dengan parasit toksoplasma). Meskipun kucing adalah tempat hidup utama
parasit ini, toksoplasma juga bisa hidup pada anjing, unggas dan hewan ternak seperti
babi, sapi atau kambing.
Janin bisa terinfeksi toksoplasma melalui saluran plasenta jika si ibu terserang
toksoplasmosis ketika sedang mengandung. Infeksi parasit ini bisa menyebabkan
keguguran atau cacat bawaan seperti kerusakan pada otak dan fungsi mata.
Ketika terinfeksi toksoplasmosis gejala yang timbul biasanya tidak menunjukkan
gejala spesifik terkadang bisa menyerupai gejala flu, seperti demam, kelelahan, atau
radang tenggorokan. Pernah juga dilaporkan adanya pembengkakan pada kelenjar
getah bening. Jika seseorang pernah terserang toksoplasmosis, tubuhnya akan
membentuk imunitas dan biasanya orang tersebut tidak akan terserang untuk kedua
kalinya.
Satu-satunya cara mendeteksi infeksi ini adalah tes darah yang tergabung dalam
tes TORCH. Tes ini umumnya disarankan untuk dilakukan pada ibu hamil di
trimester awal kehamilan untuk mengetahui kemungkinan adanya infeksi
toksoplasma, rubella, cytomegalovirus, dan herpes. Menurut penasihat Parents
Indonesia, Prof. Dr. med. Ali Baziad SpOG, K-FER, profesor Obstetri dan
Ginekologi Universitas Indonesia, tes TORCH hanya akan diberikan jika memang
sebelumnya ada indikasi tertentu, misalnya memiliki riwayat keguguran, atau jika
pernah melahirkan bayi cacat dan meninggal dunia.
Sebenarnya sangat kecil kemungkinan seekor kucing bisa menularkan parasit
toksoplasma pada pemiliknya jika terawat baik, dipelihara dengan bersih di dalam
rumah, makananannya bisa dikontrol, tidak memakan daging mentah dan fesesnya
dibersihkan setiap hari oleh anggota keluarga, selain Anda yang sedang hamil,
keberadaan kucing di dekat Anda bukanlah momok kehamilan yang mengerikan.
Wanita yang memelihara kucing liar (atau yang dibiarkan berkelana keluar
rumah) atau baru saja mendapatkan kucing yang tidak jelas asalnya dan juga
berisiko terinfeksi toksoplasma jika senang mengonsumsi daging setengah matang,
sering melakukan kontak dengan tanah atau pupuk tanpa sarung tangan ketika
berkebun, atau sebelumnya pernah mengalami pembengkakan kelenjar getah bening.
Bahkan berdasarkan penelitian yang dilakukan di Eropa, mereka yang mengonsumsi
daging kurang matang justru memiliki risiko terserang toksoplasma lebih besar
dibandingkan mereka yang memelihara kucing di dalam rumah.
b. Scabiesis
Scabiesis adalah penyakit kulit yang disebabkan tungau (sejenis kutu)
scabies/sarcoptes. Penyakit ini sering menyerang anjing, kucing, kelinci dan dapat
juga menular ke manusia. Sebagian besar scabiesis pada anjing dan kelinci
disebabkan oleh tungau sarcoptes scabiei, sedangkan notoedres cati lebih sering
menyebabkan scabiesis pada kucing. Selain notoedres cati, Sarcoptes scabiei juga
dapat menyerang kucing. Tungau ini berukuran sangat kecil (0.2-0.4 mm), hanya
bisa dilihat dengan mikroskop atau kaca pembesar.
Seperti juga tungau lain yang termasuk dalam keluarga sarcoptes, notoedres cati
dapat menyerang manusia. Seperti halnya pada kucing, scabies juga menyebabkan
kemerahan dan gatal-gatal pada kulit manusia.
Pada bagian yang terasa gatal biasanya terbentuk semacam benjolan kecil seperti
jerawat, di dalamnya terdapat cairan. Bila pecah karena terus digaruk, tungau yang
terdapat di dalamnya bisa menyebar ke daerah di sekitarnya. Rasa gatal yang
ditimbulkan oleh tungau scabies cukup mengganggu.
Pada manusia biasanya penyakit ini bersifat sementara dan sembuh dengan
sendirinya. Beberapa orang mungkin mempunyai kekebalan tubuh yang kurang baik
dan cenderung lebih sensitif terhadap serangan scabies ini.
Pengobatan dan pencegahan bisa dilakukan dengan mencuci tangan atau bagian
yang gatal dengan sabun yang mengandung sulfur seperti JF Sulfur. Obat lain yang
bisa digunakan adalah salep scabicid.
c. Limfadenitis Regional (Infeksi yang disebabkan oleh cakaran atau gigitan
kucing)
Infeksi yang disebabkan oleh cakaran atau gigitan kucing merupakan infeksi
bakteri yang dapat menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening. Bakteri
bartonella henselae, bakteri yang menyebabkan penyakit ini, hidup dalam ludah
kucing yang terinfeksi, tetapi bakteri tersebut tidak membuat hewan ini menjadi
sakit, bahkan kucing atau anak kucing dapat membawa bakteri ini dalam tubuhnya
selama berbulan-bulan.
Bakteri ini menyebar dari kucing ke kucing melalui kutu, namun belum ada bukti
yang menyatakan bahwa kutu dapat menyebarkan bakteri ini kepada manusia.
Manusia dapat terinfeksi bakteri ini melalui cakaran atau gigitan kucing. Pada saat
kucing menjilati cakar-cakar pada kakinya, bakteri ini akan menempel pada
cakarnya. Begitu pula pada saat kucing menjilati bulu-bulunya maka bakteri dapat
menempel pada bulu kucing.
Gejalanya lepuhan atau benjolan kecil biasanya muncul 3-10 hari semenjak
terkena cakaran atau gigitan kucing. Orang seringkali keliru menyangka bahwa itu
adalah akibat gigitan serangga, apalagi bila luka bekas cakaran atau gigitan kucing
tersebut tidaklah besar. Padahal lepuhan atau benjolan tersebut merupakan tempat di
mana bakteri masuk ke dalam tubuh. Dalam 1-4 minggu, satu atau lebih kelenjar
getah bening dekat tempat di mana bakteri masuk ke dalam tubuh akan membengkak.
Pada kebanyakan anak-anak yang terinfeksi, pembengkakan kelenjar getah
bening adalah gejala utama dari penyakit ini dan biasanya tidak parah. Gejala umum
lainnya meliputi demam, kelelahan, kehilangan nafsu makan, sakit kepala, ruam,
sakit tenggorokan, dan nyeri tubuh secara keseluruhan.
d. Cacing Pita atau Cacing Tambang
Cacing tambang terutama ditularkan dari kotoran hewan, atau tanah yang
terkotori. Manusia bisa tertular melalui telur atau larva melalui kulit dari tanah yang
terkotori, yaitu ketika berjalan tanpa alas kaki di taman atau kebun yang sering
disinggahi hewan.
Anak kucing bisa memperoleh cacing tambang dari susu induknya. Jika induknya
yang menyusui berkutu, maka kemudian bisa diteruskan kepada manusia. Larva
cacing tambang bisa menembus kulit manusia, dan akan meninggalkan ruam pada
kulit yang dimasuki oleh larva. Daerah kulit yang paling umum mengalami ruam
adalah kaki, dimana yang telah berjalan tanpa alas kaki di pasir atau tanah yang
mengandun larva cacing pita.
Hal ini juga memungkinkan bisa menyebabkan infeksi akibat larva cacing
tambang yang sudah masuk ke dalam tubuh. Selnjutnya infeksi ini dapat
menyebabkan batuk, nyeri dada, mengi, demem, nyeri epigastrium, ganguan
penvcernaan, mual, muntah, sembelit dan diarrohoea. Tanda-tanda infeksi yang berat
bisa menyebabkan anemia dan kekuranga protein, termasuk kekurusan, gagal janung
dan distensi abdomen.
e. Cacing Gelang
Pada penampakannya sekilas mirip dengan sphagetti. Hewan yang terinfeksi oleh
cacing ini jarang menunjukkan gejala yang mudah dikenali. Mungkin suatu saat kita
akan melihat tanda-tanda cacing gelang di dalam kotoran dan muntahan kucing.
Infeksi cacing gelang yang terjadi pada manusia yang paling sering adalah
ditularkan melalui tanah yang terkontaminasi. Misalnya, jika anda mengambil
sayuran dari kebun anda sendiri dan tidak mencucinya dengan baik, sehingga kita
bisa menelan tanah yang terkontaminasi telur cacing gelang. Karena manusia
bukannlah habitat yang sempurna bagi cacing gelang, maka hewan parasit ini
cenderung berjalan melewati tubuh dan membuat masalah seperti peradangan organ
bahkan, jenis cacing ini juga dikenal bisa bermigrasi melalui mata anak-anak kecil.
Hal ini sudah biasa bagi seorang dokter mata yang menemukan larva cacing gelang
di belakang mata anak.
Dengan demikian snagat penting bagi anak kucing peliharaan kita untuk
dibersihkan dari parast cacing. Hewan peliharan yang terinfeksi cacing gelang juga
berpotensi menularkannya kepada keluarga kita terutama ke anak-anak.
2. Kriteria Rumah Bersih
1. Menempatkan jendela dengan baik sehingga tiap ruangan mempunyai sirkulasi udara
yang cukup, udara segar dan bersih sangat diperlukan di dalam rumah, selain itu
ruangan yang terlalu gelap dan pengap juga memberikan pulang besar untuk
berkembang biak bagi bakteri yang membahayakan kesehatan keluarga.
2. Membuat green-house (rumah hijau rumah lingkungan) misalnya dengn berprisip
bahwa pada siang hari tidak perlu menyalakan listrik, caranya dengan mengatur
tempat masuk cahaya serta perletakan tanaman untuk menghiasi halaman.
3. Jenis hewan peliharaan tertentu yang membahayakan kesehatan perlu dibuatkan
tempat tersendiri di luar rumah.
4. Memilih jenis material bangunan yang tidak banyak mengandung bahan berbahaya,
contohnya menghuni rumah kayu atau bambu alami tanpa cat tentu lebih sehat jika
dibanding rumah tembok dengan aneka cat yang belum memenuhi standar aman
untuk sehat.
5. Tips rumah bersih dan sehat yaitu mengatur perletakkan sumber air, apabila
menggunakan air bawah tanah maka harus mencari sumber sejauh mungkin dengan
posisi septic tank.
6. Pemipaan sanitasi air bersih maupun air kotor diatur sedemikian rupa sehigga tidak
tersumbat atau terjadi kotor di dalam pipa khususnya untuk arus air bersih.
7. Memeberikan jendela atau lubang asap pada dapur sehingg asap tidak mengendap di
dalam rumah.
8. Tempat sampah diletakkan pada posisi bagus, tertutup dan kedap air serta tidak
mengganggu akivitas di dalam rumah enah dari segi bau maupun pemandangan yang
tidak sedap.
9. Kebiasaan hidup sehat juga sangat mempengaruhi dalam menunjang kesehatan
seperti segera mencuci piring setelah dipakai serta menyapu atau mengepel lantai
secara berkala.
10. Letak rumah juga sangat mempengaruhi kesehatan keluarga contohnya rumah yang
mengahadap timur akan sering mendapatkan sinar matahari pagi dengan kandungan
vitamin yang berguna untuk tubuh.
Penghuni juga harus memperhatikan beberapa hal berikut ini :
1. Membersihkan tempat jentik berkembang agar rumah bebas jentik. Indek jentik
nyamuk tidak lebih dari 5 persen.
2. Bersihkan dari hal-hal yang mempengaruhi tikus datang ke rumah anda. Pastikan
rumah anda bebas tikus.
3. Membersihkan rumah dan halaman rumah setiap hari.
4. Memanfaatkan pekarangan, misalnya dengan menanami bunga, atau Toga, sehingga
ada upaya penghijauan.
5. Membuang tinja bayi atau Balita ke jamban, jangan meremehkan tinja bayi dan
dibuang sembarangan. Karena tinja bayi sama halnya dengan tinja orang dewasa.
6. Membuang sampah pada tempat sampah, sampah hendaknya dibuang setiap hari
pada sampah besar yang akan dibawa oleh petugas sampah.
ANALISIS MASALAH
K.1 : Apa hubungan memelihara kucing dengan infeksi toksoplasma?
Infeksi taksoplasma adalah infeksi yang bisa mengancam pertumbuhan janin dan bisa
menyebabkan keguguran. Parasit penyebabnya adalah Toxoplasma gondii, yang
berkembang biak dalam saluran pencernaan kucing dan ikut keluar bersama fesesnya,
terutama hidup di bak pasir tempat BAB kucing dan di tanah atau pupuk kebun. Kita bisa
terinfeksi oleh parasit ini ketika kontak langsung yaitu saat membersihkan kotoran
kucing atau memegang tanah yang terdapat feses kucing.
Sebenarnya semua hewan berdarah panas dapat terinfeksi dan menularkan toxoplasma
kepada manusia, namun kucing sering kali dianggap sebagai sumber utama karena
Toxoplasma berkembang biak mengikuti suatu siklus hidup (seperti siklus hidup pada
kupu-kupu). Toxoplasma dapat berkembang dengan cara membelah diri (non seksual)
dan seksual (makro gamet dan mikro gamet). Pada hewan-hewan selain kucing
toxoplasma berkembang biak dengan cara non seksual. Kucing adalah inang definitif
toxoplasma. Dalam tubuh kucing, toxoplasma dapat berkembangbiak dengan cara
seksual dan non seksual.
Maka dari itu kita haruslah menghindari kontak langsung dengan kotoran, jika ingin
membersihkan kotak kotorannya sebaiknya menggunakan sarung tangan dan cuci tangan
setelahnya. Serta rajin membersihkan tempat kotorannya 1-2 kali dalam sehari dan
gunakan pasir khusus untuk kotoran kucing. Memberi makanan kering atau basah yang
memang khusus untuk kucing dan hindari memberikan makanan mentah seperti ikan
atau daging. Memelihara kucing di dalam rumah kita tapi di ruangan tersendiri untuk
mencegah ia mengonsumsi tikus atau binatang lain yang mungkin terkontaminasi.
Mandikan kucing setidaknya 3 kali dalam sebulan atau seminggu sekali dengan
menggunakan shampoo kucing, dan mengeringkan bulunya hingga kering. Memberi
vaksin untuk kucing sesuai dengan usianya, untuk mencegah toksoplasma berikan vaksin
tokso dan juga kucing bisa diberi vaksin rabies.