lesi atau herpes
DESCRIPTION
QTRANSCRIPT
![Page 1: Lesi Atau Herpes](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082322/56d6bd4e1a28ab30168d755d/html5/thumbnails/1.jpg)
LESI ATAU HERPESJanuary 2, 2013
Posted by PINTAR BAHASA
LESI APHTAE ATAU HERPES?
Intisari
Recurrent Intraoral herpetic (RIH) dan recurrent aphtous stomatitis (RAS) adalah gangguan yang umum dan diagnosisnya seringkali rancu antara satu dengan lainnya. Kerancuan ini yang berhubungan dengan pembuatan diagnosis yang akurat ini bisa dipahami karena kedua lesi yang sangat berbeda ini memiliki sejumlah kesamaan karakteristik. Kesalahandiagnosis bisa mengakibatkan perawatan yang tidak efektif, sehingga memperburukk lesi. Kami melaporkan 4 kasus untuk mengevaluasi kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan ini, termasuk informasi pasien tentang faktor pencetus, frekuensi lesi, faktor yang meringankan, faktor yang memberatkan, pemeriksaan fisik, dan hasil uji yang dianjurkan, yang merupakan data penting untuk proses diagnosis kedua lesi ini. Dngan mempertimbangkan data ini, diagnosis yang akurat tentang kedua gangguan umum ini bisa ditegakkan. Disimpulkakn bahwa RIH dan RAS memiilki sejumlah kesamaan dan perbedaan, yang sangat penting untuk membuat diagnosis dan rencana perawatan yang akurat , sehingga profesional kesehatan mulut harus mengetahui cara membedakan antara RIH dan RAS.
Kata Kunci: recurrent intraoral herpetic, recurrent aphtous stomatitis, diagnosis
Pendahuluan
Keberhasilan penanganan abnormalitas jaringan lunak pada mulut terkait dengan diagnosis yang akurat. Hadirnya berbagai tanda dan gejala seringkali menjadi permasalahan dalam proses pembuatan diagnosis. Recurrent
![Page 2: Lesi Atau Herpes](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082322/56d6bd4e1a28ab30168d755d/html5/thumbnails/2.jpg)
intraoral herpes (RIH) dan recurrent aphtous stomatisis (RAS) adalah abnormalitas yang sering ditemukan di rongga mulut. Ada sejumlah kesulitan dalam membuat diagnosis untuk dua abnormalitas itu karena kedua lesi yang berbeda itu memiliki sejumlah kesamaan karakteristik. Diagnosis RIH dan RAS yangakurat sangatpenting dalam memutuskan rencana perawatan karena pendekatan perawatan yang digunakan untuk kedua lesi itu sangat berbeda. Kesalahan dalam membuat diagnosis akan menyebabkan perawatannya tidak efektif dan memperburuk lesi, contohnya merawat RIH denan ….steroid (yang cocok untuk RAS) bisa memperburuk abnormalitas.
Tingginya prevalensi dan lesi yang sering terasa nyeri dan mengganggu menjadi alasan penderita untuk mencari pengobatan pada dokter gigi. Maka, dokter gigi dan mulut harusmampu membedakan kedua jenisabnormalitas itu. Kita telah berusaha membahas perbedaan RIH dan RAS di sejumlah kasus di Klinik Kesehatan Mulut Rumah SakitUmum Cipto Mangunkusuma. Hasil dari diskusi ini bisa menjadi informasi bagi para dokter untuk membuat diagnosis yang tepat dan memilih manajemen yang tepat.
Laporan Kasus
Kasus 1
Seorang pria 35 tahun berat 55 kilogram, dan tinggi 167 cm, mengeluh adanya ulser kecil yang semula ada di ujung lidah sejak seminggu sebelumnya. Ulser tersebut nyeri sehingga si pasien kesulitan makan dan minum dan sulit bicara sejak semalam sebelumnya. Sekiar 2 bulan lalu, pasien ini mengunjungi dokter umum karena menderit ademam danulser mulut yang sama dan dokter umum memberinya asam mefenamat dancprofloxacin untuk 3 hari. Sekiitar satu bulan lalu, pasien ini mengunjungi dokter ENT yang memberitahunya bahwa dia mengalami tonsilitis dan jamur di mulut. Diadbieri 3 macam obat (termasuk antibiotik) tetapi ulser itu tidak sembuh juga. Pasien selanjutnya mengunjungi dokter gigi bedah mulut yang mengatakannya bahwa keluhannya berasal dari stress dan dokter gigi ini tidak memberinya obat. Si pasien selanjutnya membeli obat kumur betadhine dan albothyl tetapi tidak ada perbaikan pada ulser itu. Sebelumnya, si pasien
![Page 3: Lesi Atau Herpes](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082322/56d6bd4e1a28ab30168d755d/html5/thumbnails/3.jpg)
jarang mengalami ulser di mulut dan tidak pernah mengalami ulser mulut berat. Dia juga menyangkal memiliki riwayat ulser dalam keluarganya. Si pasien mengalami gastritis kronis tapi jarang simptomatik. Dimulai sebulan lalu, si pasien merasa bahwa dia sangat letih, kurang makan dan dan kurang tidur. Dia juga mengalami stres karena harus membayar tagihian rumah sakit istrinya, yang dinikahinya 3 bulan sebelumnya, yang masuk ke rumah sakit karena typhoid. Kondisi umumnya bagus, tidak ada lesi mulut lain. Pemeriksaan intraoral menunjukkan sejumlah ulser berwarna keputihan dan dangkal yang dikelilingi oleh erythema. Bentuknya oval dan tidakeratur dengan diamter 1-5 mm. Ulser itu ditemukan di labial mucosa (Gambar 1a dan b), wilayah ventral dan lateral pada lidah (Gambar 1c dan d), buccal mucosa (Gambar 1e dan f). Kebersihan mulutnya buruk. Berdasarkan pada pemeriksaansubyektif maupun obyektif, dibuatlah diagnosis RIH suspect dengan pembanding herpetiformis RAS. Uji hematologis menunjukkan LED 83,0 mm, tingkat Hb 13,4 g/dl, thrombocyte 288.000 ml, leucocyte 8.700 ml. Pemerriksaan imunologi menunjukkan positive anti HSV-I IgG OD=2,30),positive anti HSV-I IgM (OD=1,30), negative HSV-II IgG (OD=0,20) dan negative HSV-II IgM (OD=0,90) yang memberi kesan adanya infeksi herpes simplex tipe 1.
Kasus 2
Seorang wanita berrusia 35 tahun dengan berat 43 kg (turun dari 46 kg selama 2 minggu terakhir) dan tinggi 1500 cm, mengeluh ulser mulut yang sangat mengganggu dan nyeri. Sekitar dua bulan sebelumnya, si pasien mengalami demam dengan kelenjar membengkak di bagiankanan leher dan seminggu sesudahnya muncul ulsesr kecil di bagian dalam bibir dan lidah. Si apsien mengunjungi doker umum dan dia diberitahu bahwa ada kemungkinaninfeksi paru dan diberi obat termasuk obat kumur Betadine. Leher tidak bengkak lagi dan ada sedikit perbaikan pada ulser tetapi tidakpernah bisa sembuh. Pada tahun 1998, si pasien mengalami ulser di bagian atas bibir bagian dalam. Pada waktu itu, si pasien mengunjungi dokter umum dan diberitahu bahwa dia mengalamimalnutrisi dan mendapatkan multivitamin dan Enkasari. Namun, ulser menjadi semakin
![Page 4: Lesi Atau Herpes](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082322/56d6bd4e1a28ab30168d755d/html5/thumbnails/4.jpg)
buruk meski akhirnya sembuh sendiri setelah si pasien sering minum madu. Sebelumnya, diajarang mengalami ulser mulut dan dia menyangkal adanya riwayat ulser mulut dalam keluarganya. Pasien ini mengalami gastritis kronis tetapi jarang simptomatik. Dia mengalami masalah dengan pacarnya sejak beberapa bulan sebelumnya,. Dalam pemeriksaan mulut tambahan, tidak dijumpai adanya abnormalitas. Pemeriksaan intraoral menunjukkan sejumlah ulser dangkal keputihan yang dikelilingi oleh wilayah erythema dengan bentuk oval dan tidak beraturan, diameter 1-6 mm di labial mucosa (Gambar 2a dan b), dorsum lidah (Gambar 2c), buccal mucosa (Gambar 2d dan e), palatum durum dan molle (Gambar 2f).kebersihan mulut lumayan. Pada saat itu dibuatlah diagnosis RIH suspect dengan diagnosis pembanding RAS herpetiformis. Ujihematologis dan imunologis menunjukkan LED 110,0 mm, Hb 11,8 g/dl, Ht 35,9%, kadar erythrocyte 4,49 juta /ml, MCV 80 fl, MCH 26,3 pg, MCHC 32,9 g/dl, leucocyte 8,800 ml, thrombocyte 388.000 ml, positive anti HSV-I IgG (OD=3.00), positive anti HSV-I IgM (OD=1,00), negative anti HSV-II IgG (OD=0,70) dan positive anti HSV-II IgM (OD=1,50). Hasil tes tersebut menunjukkankesan adanya infeksiherpes simplex tiipe 1 dan tipe 2.
Kasus 3
Seorang wanita 34 tahun, dengan berat 34 kilogram dan tinggi 156 cm (stabil), datang dengan keluhan ulser mulut yang dimulai 3 hari sebelumnya di bagian dalalm bibir, lidah, gusi dan palate. Ulser nya sangat nyeri sehingga si pasien mengalami kesulitan makan. Pasien telah menggunakan obat kumur Bethadine dan VCO (virgin coconut oil) tetapi permasalahan belum teratasi. Pasien tidak merasakan demam sebelum ulser muncul. Selama beberapa hari terakhir, pasien merasa sangat letih dalam bekerja. Dia memiliki banyak riwayat ulser mulut sebelumnya ketika dia masih sekolah di SMA. Munculnya ulser mulut disertai oleh demam. Selain itu, dia selalu mengalami ulser mulut ketika mulutnya terluka saat gosok gigi. Riwayat ulser mulut juga ditemukan pada orangtuanya (ibu). Si pasien menyangkal adanya riwayat penyakit sistemik. Pemeriksaan klinis menunjukkan tidak adanya abnormalitas extraoral. Dalamp emeriksaan intraoral, ditemukan
![Page 5: Lesi Atau Herpes](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082322/56d6bd4e1a28ab30168d755d/html5/thumbnails/5.jpg)
vesicles di labial mucosa kiri bawah (gambar 3a) dan dorsal pada lidah. Ulser berwarna putih, dangkal, dan dikelilingi oleh area erythema. Bentuknya oval dan tidak beraturan dengan diameter 1-4 mm di labial mucosa (3c), bagian samping lidah (3e), dasar muluut (3f), buccal mucosa (3g) dan gingiva (3g) sedangkan bintik erythematous ditemukan di platulum durum (3i). Kebersihan mulutnya buruk. Diagnosis RIH suspect dibuat dengandiagnosis pembanding RAS herpetiformis. Uji hematologis dan imunologis menunjukkan LED 17 mm/jam, Hb 13 g/dl, leucocyyte 9.600 ul, trombocyte 253.000 ul, positie anti HSV-I IgG (OD=2,53), positive anti-HSV-Im (OD=1,5), negative anti HSV-II IgG(OD=0,20) dan negative anti HSV-II IgM (OD=0,20). Hasil-hasilnya mendukung diagnosis RIH.
Kasus 4
Seorang pria 62 tahun, dengan berat badan n88 kg (turun dari 92 sebelum sakit) dan tinggi 174 cm, datang dengan keluhan ulser mulut sejak 2,5 (bulan?) sebelumnya.ada nyeri dan rasa terbakar di mulut. Dua harisebelum dia datang, si pasien mengalami kesulitan berbicara tetapi tidak mengalamidemam sebelumnya. Lokasi ulser tidak tetap, satu sembuh lainnya muncul di tempat lain. Semula, si pasien merawat dirinya sendiri dengan jamu,Enkasari, Vitamin C, jamu Cina, dan juga mencoba mengompres denganes tetapi tidak adaperbaikan. Si pasien selanjutnya mengunjungi dokter umum dengankeluhankesulitan makan dan minum. Dia diberi antibiotik, penghilangnyeri, danvitamin. Karenatidaksembuh, dia mengunjungispesialis kesehatanmulutdandiadiberiKenalog di oral base dengan obat kumur Bactidol. Nyerinya berkurangtetapi ulser tidakbenar-benar sembuh. Dia jarang mengalami ulser mulut dan tidak tahu ada tidaknya riwayat ulser dalam keluarganya. Pasien mengalami asma sejak dia kanak-kanak dan jarang mengalami serangan. Tidak ada abnormalitas dalampemeriksaan extraoral. Pemeriksaan intraoral menunjukkan lidah terbungkus putih kekuningan di wilayah dorsum (gambar 4a) dengan sejumlah ulser dangkal dan putih yang dikelilingi oleh area erythematous. Bentuknya oval dan tidak beraturan dengan diameter 1-6 mm di bagian ventral dan lateral pada lidah (4b dan c) dan buccal
![Page 6: Lesi Atau Herpes](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082322/56d6bd4e1a28ab30168d755d/html5/thumbnails/6.jpg)
mucosa (4d dan e). Kebersihan mulut tampak buruk dengan calculus didekat ulser di buccal mucosa kiri (4f). Mulanya, diagnosis yang dibuat adalah RIH dengan diagnosis pembanding RAS hepetiformis.uji hematologi menunjukkan LED 1 jam 14 mm/jam, Hb 12,4 g/dl, Ht 36%, kadar erythrocyte 4,29 juta / ul, MCV 82 fl, MCH 28 pg, MCHC 34 g/dl, kadar leucocyte 8.700 ul, kadar thrombocyte 341.000 ul, negativeanti HSV-I Ig G (OD=0,02), negative anti HSV-I IgM (OD=0,15) dan negative anti HSV-II IgM (OD=0,20). Hasilpemeriksaaninitidakmendukung diagnosis RIH danmengarahke RAS herpetiformis.
Pembahasan
Semuakasusdiatasmenunjukkan diagnosis pembandingantara recurrent intraoral herpes (RIH) dan recurrent aphtous stomatitis (RAS) herpetiformis. Untukmembandingkankedua diagnosisitukitamenggunakanlesi herpes danlesiaphtous. IlmuwanYunani, khususnya Hippocrates, menggunakanistilah “herpes” yang artinyamerayapuntukmenggambarkanlesi yang menyebar. Sementaraitu, istilahaphtousjugadimulaipadamasaHeppocrates 460-370 sebelummasehiuntukmenggambarkangangguan di mulut. Dalam pemakaianumum, aphtousmerujukpadaulser yang tidakterdefinisikan di mulut. Aphtous stomatitisdigambarkansebagaiulsermulut di mucosa ronggamulutatausebagaikomponendariabnormalitas vesicle-ulcerative yang melibatkanberbagai sistem organ. Sulitmembuat diagnosis yang akuratuntuk RIH dan RAS herpetiformisbilakitahanyamelihatgambaranklinisnyasecaralangsungkarenakeduaulseritumemilikipenampakan yang sama. Diagnosis yang akuratadalahpentinguntukmenentukanperawatankaernaperawatanuntukkeduaulserituberbeda. Maka, disampingmepmerhatikandeskripsiklinisnya , perlujugadiketahuiriwayatpasiendankeluarganyadanmendapatkanhasilujilaboratirium yang diperlukan. Informasitentangfrekuensilesi, factor-faktor yang membuatpenyakitinitidakterlaluberat (pengobatan yang digunakan) dan factor-faktor yang
![Page 7: Lesi Atau Herpes](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082322/56d6bd4e1a28ab30168d755d/html5/thumbnails/7.jpg)
membuatpenyakitlebihberatjugapentingdanbisadidapatkandaririwayatpasiendananggotakeluarganya yang datangbersamapasien.
Pemeriksaan subyektif dalam bentuk mengetahui riwayat yang lengkap dan akurat adalah penting. Hal pertama yang harus ditanyakan adalah keluhan utama si pasien. Lesi herpetic dan aphtous seringkali muncul dengan gejala-gejala prodromal yang bisa memberikan tanda-tanda yang penting dalam membuat diagnosis. Literatur menyatakan bahwa gejala-gejala prodormal untuk infeksi herpetic bisa membingungkan dan pasien mungkin tidak menyadari bahwa gejala demam adalah gejala prodromal. Namun bagi pasien yang sering mengalami lesi herpetic, gejala ini bisa dengan mudah diidentifikasi. Indikasi pertama lesi recurrent herpetic barangkali adalah rasa tidak nyaman pada jaringan yang terkena dan bisa dirasakan berupa penurunan rasa inderawi dan rasa terbakar. Pada ketiga kasus dengan diagnosis RIH diatas, dengan mengetahui riwayat jelas bahwa pasien mengeluhkan nyeri yang mengganggu makan, minum, dan bahkan berbicara. Demam dialami oleh dua pasien pertama sedangkan pasien ketiga tidak mengalami demam sebelum lesi mulut muncul. Lesi recurrent herpetic tidak selalu dimulai dari gejala prodormal seperti demam dan bahkan bisa terjadi tanpa pasien menyadarinya.
Gejala prodromal pada RAS juga meliputi nyeri terlokalisir atau rasa terbakar selama 24-48 jam sebelum ulser. Derajad nyeri bervariasi mulai dari nyeri ringan sampai nyeri berat dan seringkali dirasakan lebih luas dari ukuran lesi itu sendiri. Pasien biasanya mulai menyadari RAS ketika ada rasa tidak nyaman yang dirasakan dalam area lesi. Dalam kasus Empat, pasien dengan diagnosis RAS menyatakan nyeri dan rasa terbakar di lidah tanpa demam. Gejala ini sama denagn ketiga kasus lain sehingga jelas bahwa dengan melihat gejala klinis saja, sulit menentukan diagnosis yang mana yang sesuai untuk abnormalitas tanpa melihat parameter-paramter klinis lain.
Informasi lain yang penting yang harus diungkap dalam proses mengetahui riwayat untuk membedakan antara RIH dan RAS adalah faktor-faktor etiologi dan pencetusnya. Sudah diketahui bahwa RIH disebabkan oleh herpes simplex virus tipe 1 (HSV-1). Namun, mungkin juga bahwa herpres simplex
![Page 8: Lesi Atau Herpes](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082322/56d6bd4e1a28ab30168d755d/html5/thumbnails/8.jpg)
virus tipe 2 (HSV-2) menimbulkan masalah. Aktivitasi ulang virus mungkin dipicu oleh demam (contoh karena infeksi saluran pernapasan atas), sinar matahari, trauma, stres, atau kondisi immunosuppression yang mengaibatkan infeksi rekaren atau infeksi sekunder. Pada RAS, tidak ada faktor-faktor etiologi tertentu, tetapi diduga bahwa penyebab utama RAS adalah faktor keturunan. Berbagai faktor mungkin memicu RAS pada para pasien yang rentan termasuk oral trauma, stres, kekurangan mematinic (kekurangan besi, vitamin B atau asam folat), kepekaan terhadap makanan (zat pengawet seperti asam benzoat), abnormalitas gastrointestinal, penurunan kekebalan dan keseimbangan hormon yang tidak proporsional yang berhubungan dengan siklus menstruasi. Pada ketiga pasien dengan RIH, terbukti bahwa abnormalitas disebabkan oleh infeksi HSV yang tampak dari tes imunologis. Faktor-faktor pemicu adalah faktor psikologis dan fisik. Pada satu pasien dengan RAS, pemicunya bisa diprdiksikan sebagai abnormalitas hematinic yang terbukti dari hasil uji hematologis. Namun, pasienini perlu pemeriksaan leibh lanjut untuk mencaari adanya abnormalitas sistemik lain. Maka, pasien dirujuk ke bagian penyakit dalam. Dalam literatur, dikatakan bahw istilah RAS digunakna untuk lesi rekaren yang ditemukan pada rongga mulut tanpa riwayat penyakit sistemik. Namun, lesi dengan penampakan klinis yang sama dengan RAS bisa ditemukan dalam gangguansistemik seperti sindroma Behcet,gangguangastrointestinal, sindromaimunodefisiensiseperti infeksiHIV dan cyclic neutropenia. Bila seseorang tidak memiliki riwayat lesi dengan penampakan klinis lesi aphtous di masa kanak-kanak, ulsernya disebut ulser mirip-aphtous.
Penampakan klinis adalah parameter yang sangatpenting dalam membuat diagnosis RIH dan RAS herpetiformis. Maka, setelah gejala-gejala dipelajari, pemeriksaan klinis yang lebih seksama menjadi penting. Literatur menyatakan bahwa setelah tahap prodromal, lesi herpetic akan termanifestasi dalam bentuk cluster yang terdiri dari sejumlah ulser abu-abu kecil yang selanjutnya pecah dan menciptakan ulser-ulser kecil dengan diameter 1 mm atau lebih kecil. Ulser-ulser ini bisa menyatu dan membentuk ulser yang lebih besar yang mencapai 1,5 cm. Pada 3 kasus infeksiherpetic diatas, pada ulser pertama dan kedua, tidak ada lesi vesicle sedangkan pada pasien ketiga ada lesi vesikel pada labial mucosa
![Page 9: Lesi Atau Herpes](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082322/56d6bd4e1a28ab30168d755d/html5/thumbnails/9.jpg)
bawah dan bagian dorsal lidah. Ulser yang tidak beraturan adalah akibat dari penyatuan ulser-ulser yanglebih kecil yang terlihat pada ketiga kasus itu.
Lesi aphtous bizsanya memiliki batas-batas yang jelas, dangkal dengan bentuk bulat atau oval dan area necrosis dangkal di bagian tengah yang diselimuti pseudomembrane abu-abu kekuningan. Lesi itu biasanya dikelilingi oleh area kemerahan (erythematous halo). Sudah diketahui bahwa RAS memiliki 3 tipe, yaitu mayor, minor, dan herpetiformis. Lesi aphtous yang sama dengan lesi herpetic adalah tipe RAS herpetiformis. Namun,lesi aphtous tidak melewati tahap-tahap tertentu seprti yang dijumpai dalam lesi herpetic. Lesi bisa meningkatkan ukuran yang dari tidak terdeteksi sampai matang. Pada kasus 4, ulser dangkal dan putih dengan erythematous halo yang jelas ditemukan pada buccal mucosa. Tidak ada lesi vesicle yang ditemukan dan fakta ini bisa menjadi satu faktor yang mengesampingkankemungkinan infeksi herpetic.
Lokasi awallesi bisa memberi tanda kondisi yang ada. Lesi herpetic biasanya dimulaipada jaringankeratinous seperti pada batas vermillion, hard palate dan fixed gingiva sedangkan recurrent aphtous stomatitis biasanya ditemukan pada jaringan non keratinous atau di dekat kelenjar. Lokasinya biasanya adalah labial mucosa, bagian buccal pada dasar mulut, oropharynx, vestibulum dan bagian samping lidah. Pada ketiga kasus infeksi herpetic, lokasi lesi terlihat di mucosa kertinous dan non keratinosu sedangkanpada kasus 4 lesinya terlihat hanya dimucosa non keratinous. Temuan-temuan lokasi lesi juga mendukung diagnosis RAS herpetiformis.
Pemeriksaan pendukung juga sangat penting untuk membuat diagnosis kedua abnormalitas itu termasukpemeriksaan imunologis dan hematologis dalam bentuk anti HsV IgG dan IgM. Hasilpemeriksaanpada ketigakasusitu menunjukkan bahwaada positive anti-HSV –I IgG dan IgM pada dua pasien dan positive HSV-II IgM pada seorang pasien sedangkan kasus 4 menunjukkan hasil negative anti HSV-I dan II. Temuan ini mendukung diagnosis RIH dalam tiga kasus pertama dan mendorong dibuatnya diagnosis RAS herpetiformis di kasus 4. Pemeriksaan pendukung adalah sangat penting untuk membuat diagnosiskhususnya ketika penampakan
![Page 10: Lesi Atau Herpes](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082322/56d6bd4e1a28ab30168d755d/html5/thumbnails/10.jpg)
lesi dan riwayat pasien tidak cukup jelas. Literatur menunjukkan bahwa herpes virus bisa ditemukan di lingkungan yang memungkinkan banyak paparan, baik yang simptomatik maupun yang asimptomatik. Banyak orang sehat memiliki antibodi terhadap berbagai jensi virus herpes. Infeksi herpes bisa diduga ketika ada peningkatan antibody titer yang signifikan selama sakit atau sesudahnya. Peningkatan kadar antibody titer pada infeksi herpes ini masih kontroversial. Sebuahstudi melaporkanbahwapada saat pemereiksaandilakukan pada seroang subyek dengan lesi herpetic diketahuiadanya antibody titer yanglebihtinggidibnadingkandengansubyek tanpalesi. Literatur lainmenunjukkanbahwauntuk membuat diagnosisinfeksiherpesprimer, antibody titer palingtidak 4 kali. Bila tidak, lesiadalah rekaren (sekunder)). Peningkatanyangsignifikanpadalevel anti HSV mungkin tidak ditemukan sekaligus pada lesi di ronga mulutpasien. Pada tigakasus RIH tersebut, berbagai penurunan antibody titers ditemukan. Namun,dari hasil pemeriksaan HSV ini, terlihat ada infeksivirus herpes aktif dan kronis. Selain pemeriksaanserologis virus herpes biasanya bisa diisolasi dari lesi perimer dan dikultur. Namun, p emeriksaan initidak dilakukan karena terbatasnya dana.
Berdasarkan pada evaluasi keempat kasus diatas, kedua lesi tersebutnyata memiliki kesamaan sekaligus perbedaan.maka, untuk memastikan, parameter klins yang cermat, riwayat pasien, pemeriksaan mulut ekstra, dan hasil tes laboratorium penting untuk membuatdiagnosissehingga treatmentlebihlanjut bisa direncanakan dengan benar dan peresepan yang tidak rasional karena kesalahan diagnosis bisa dihindari. Ini bisadilihatpadakasus pertama dimana pasien menerima terapi antibiotik yang sebenarnya tidak tepat.
Terakhir, ketika dokter umum mengalami masalah ketika menemukan lesi herpes atau aphtous, keputusannya untuk merujuk pada seorang spesialis perlu dilakukan bila diagnosisnya tidak begitu jelas atau bila ada kemungkinan penyakit yang berat dan penyakit sistemik, perawatan yang kompleks, prognosis yang tidak jelas dan didasarkan pada kemauan pasien. Ini untuk menghindari perawatan yang tidak rasional dan untuk mencegah penyakit agar tidak menjadi lebih berat.
![Page 11: Lesi Atau Herpes](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082322/56d6bd4e1a28ab30168d755d/html5/thumbnails/11.jpg)
Kesimpulan
Recurrent intraoral herpetic (RIH) dan RAS herpetiformis adalah abnormalitas rongga mulut yang memiliki kesamaan dan perbedaan di sejumlah parameter. Diagnosis yang akurat pada kedua abnormalitas itu sangat penting karena kesalahan dalam membuat diagnosis bisa menyebabkan perawatan tidak efektif. Maka, profesional gigi dan mulut harus punya pengetahuan yangluas untuk membedakan kedua abnormalitas mulut agar perawatan bisa berhasil