lembar pertanyaan

9
Lembar Pertanyaan 1. Bagaimanana gambaran klinis Sindrom Steven Jonshon? Gambaran SSJ secara klinis dapat didahului dengan tanda peringatan seperti demam dan malaise, diikuti oleh onset cepat lesi eritematosa yang berkembang menjadi pelepuhan yang luas dan pelepasan epidermis, disertai dengan erosi mukosa. 1 Gambaran umum berupa trias kelainan: 2 a. Kelainan kulit Kelainan berupa lesi eritema, vesikel dan bula, vesikel dan bula kemudian memecah menyebabkan erosi yang luas, dapat pula timbul purpura, dan pada keadaan berat lesi menyebar secara generalisata. b. Kelainan selaput lendir di orifisium Kelainan berupa lesi vesikel dan bula yang cepat memecah hingga menjadi erosi dan ekskoriasi dan krusta kehitaman, dapat pula membentuk pseudomembran. c. Kelainan mata Gambaran tersering berupa konjungtivitis kataralis, berupa timbulnya hiperemi konjungtiva dengan jumlah eksudat mukopurulen sedang. Selain itu dapat pula berupa konjungtivitis purulen, perdarahan, simblefaron, ulkus kornea, iritis, dan iridosiklitis.

Upload: sdamn

Post on 13-Dec-2015

111 views

Category:

Documents


29 download

DESCRIPTION

erupsi obat pertanyaan

TRANSCRIPT

Page 1: Lembar Pertanyaan

Lembar Pertanyaan

1. Bagaimanana gambaran klinis Sindrom Steven Jonshon?

Gambaran SSJ secara klinis dapat didahului dengan tanda peringatan seperti

demam dan malaise, diikuti oleh onset cepat lesi eritematosa yang berkembang

menjadi pelepuhan yang luas dan pelepasan epidermis, disertai dengan erosi

mukosa.1

Gambaran umum berupa trias kelainan:2

a. Kelainan kulit

Kelainan berupa lesi eritema, vesikel dan bula, vesikel dan bula

kemudian memecah menyebabkan erosi yang luas, dapat pula timbul

purpura, dan pada keadaan berat lesi menyebar secara generalisata.

b. Kelainan selaput lendir di orifisium

Kelainan berupa lesi vesikel dan bula yang cepat memecah hingga

menjadi erosi dan ekskoriasi dan krusta kehitaman, dapat pula

membentuk pseudomembran.

c. Kelainan mata

Gambaran tersering berupa konjungtivitis kataralis, berupa timbulnya

hiperemi konjungtiva dengan jumlah eksudat mukopurulen sedang.

Selain itu dapat pula berupa konjungtivitis purulen, perdarahan,

simblefaron, ulkus kornea, iritis, dan iridosiklitis.

2. Bagaimana mekanisme reaksi hipersensitivitas tipe 2, dalam menyebabkan

erupsi obat alergik?

Reaksi hipersensitivitas tipe 2 atau reaksi sitotoksik, adalah reaksi yang

disebabkan oleh obat (antigen) yang memerlukan penggabungan antara IgG dan

IgM di permukaan sel. Yang akan menyebabkan efek sitolitik atau sitotoksik

oleh sel afektor yang diperantarai komplemen.2

Reaksi umumnya terfokus pada antigen effective cells atau protein matriks

extraselular, dimana hapten (obat) akan berikatan sel endogenous (darah).

Setelah kontak pertama dengan alergen, kontak allergen selanjutnya akan

Page 2: Lembar Pertanyaan

menyebabkan terbentuknya alergen spesifik IgG dan IgM pada permukaan sel

yang alergik (opsonifikasi). Melalui jalur tersebut sistem komplemen akan

teraktifasi dan sel NK akan melepaskan reaksi sitotoksiknya, dimana keduanya

mengakibatkan hancurnya sel alegik dalam beberapa jam (sitolisis).3

3. Apa efek asam valproat dalam kombinasi dengan obat antiepilepsi lain?

Asam valproat berinteraksi dengan metabolisme lamotrigin dengan menghambat

glukuronidasi yang secara sekunder menginduksi peningkatan proses oksidatif

dan produksi metabolit beracun, yang bisa memicu ADR kulit.1

4. Bagaimana penatalaksanaan Sindrom Steven Jonshon?

Terdapat beberpa hal yang perlu dilakukan dalam menangani SSJ:2

a. Mengatur keseimbangan cairan dan nutrisi

Dilakukan dengan pemberian infus dextrose 5% dengan NaCl 0.9% atau

Ringer laktat, dengan perbandinga 1:1.

Page 3: Lembar Pertanyaan

b. Pemberian kortikosteroid

Kortikosteroid yang diberikan dapat berupa prednisone 30-40mg sehari

pada lesi yang tidak luas. Pada keadaan yang berat dapat diberikan

dexametason iv 4-6 x 5mg perhari, kemudian dilakukan tapering off

setelah adanya perbaikan.

c. Antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder

Antibiotik yang dipilih sebaiknya antibiotik yang jarang menyebabkan

alergi, bersprektum luas, bersifat bakterisidal, dan tidak atau sedikit

nefrotoksik, antara lain gentamisin, siprofloksasin, klindamisin untuk

bakteri anaerob, seftriakson.

d. Topikal

Pemberian sulfadiazine perak pada area erosi,

e. Pemberian diet miskin garam dan tinggi protein

5. Apakah lesi target?

Lesi target atau iris, adlah lesi yang terdiri dari 3 bagian zona lingkaran, yaitu

pertama bagian tengah berupa vesikel, purpura atau eritema yang keungu-

unguan, kedua dikelilingi oleh lingkaran kosentris yang pucat dan ketiga berupa

lingkaran eritema2

6. Apa saja jenis-jenis erupsi obat alergik?

Gambaran klinis erupsi obat alergik:2

a. Eripsi makulpapular atau morbiliformis

Disebut juga erupsi eksantematosa dapat diinduksi hamper semua

obatseringkali terdapat erupsi generalisata dan simetris terdiri atas

eritema, selalu ada gejala pruritus, demam, malaise dan nyeri sendi

Page 4: Lembar Pertanyaan

terkadang timbul. Lesi biasanya timbul 1-2 minggu setelah dimulainya

terapi.biasanya disebabkan amphisilin, NSAID, sulfonamid dan

tetrasiklin

b. Urtikaria dan angioedema

Urtikaria menunjukkan kelaianan kulit berupa urtika, kadangkadang

dapat disertai angioedema. Angioedema menjadi berbahaya apabila

menyerang glottis dan menyebabkan asfiksia. Keluhan berupa gatal, dan

panas pada lokasi lesi dapat pula disertai demam dan gejala umum

seperti malaise, nyeri kepala dan vertigo. Timbul mendadak dan perlahan

menghilang dalam 24 jam. Penyebab tersering adalah penisilin, asam

asetilsalisilat, dan NSAID.

c. Fixed drug eruption (FDE)

FDE khusus disebabkan oleh obat atau bahan kimia. Kelainan berupa

eritema dan vesikel berbentuk bulat dan lonjong dan biasanya nummular,

meninggalkan bercak hiperpigmentasi yang lama baru hilang dan

terkadang menetap, serta kelainaan dapat timbul berkali-kali di tempat

yang sama. Predileksi di sekitar mulut, di daerah bibir, dan daerah penis

pada laki-laki. Obat penyebab tersering adalah sulfonamid, barbiturate,

trimetoprim, dan analgesik.

d. Eritoderma (dermatitis eksfoliativa)

Merupakan eritema universal yang biasanya disertai skuama. Dapat

disebabkan berbagai penyakit lain selain alergi obat. Kelainan berupa

eritema tanpa skuama, skuama baru timbul pada stadium penyembuhan.

Obat penyebab tersering sulfonamid, penisilin, dan fenilbutazon.

e. Purpura

Purpura merupakan perdarahan di dalam kulit berupakemerahan yang

tidak hilang bila ditekan. Kelaian biasanya timbul simetris serta muncul

di sekitar kaki, pergelangan kaki, atau tungkai bawah, berupa bercak

sirkumstrip berwarna merah kecoklatan dan disertai rasa gatal.

f. Vaskulitis

Vaskulitis merupakan radang pembuluh darah, dengan kelainan kulit

berupa palpable purpura yang mengenai kapiler.distribusinya simetris

Page 5: Lembar Pertanyaan

pada ekstremitas bawah dan sacrum. Biasanya dapat disertai dengan

demam, mialgia dan anoreksia. Obat penyebab tersering ialah penisilin,

sulfonamid, NSAID, antidepresan, dan antiaritmia.

g. Reaksi fotoalergik

Gambaran seperti dermatitis kontak alergik, bercak eritematosadiikuti

edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Predileksinya pada lokasi yang

terkena sinar matahari, kemudian kelainan dapat meluas ke daerah tidak

terpajan sinar matahari. Obat penyebabnya fenotiazin, sulfonamid,

NSAID, dan griseofulvin.

h. Pustulosis eksentematosa generalisata akut

Kelainan kulit berupa pustule-pustul miliar nonfolikular yang timbul

pada kulit yang eritematosa dapat disertai purpura dan lesi menyerupai

lesi target. Kelainan kulit timbul saat demam tinggi (>38oC) dan pustul-

pustul tersebut cepat menghilang sebelum 7 hari yang kemudian diikuti

deskuamasi selama beberapa hari.

i. Eritema multiforme, SSJ dan NET

7. Apakah perbedaan penyebaran lesi viral eksantem dan erupsi obat?

Pada viral eksantem lesi akan menyebar secara sentripetal umumnya berawal

dari daerah trunkus menyebar ke luar.2

Lesi pada erupsi obat umumnya timbul secara tiba-tiba dengan lesi berupa erupsi

generalisata dan simetris.2,4

Page 6: Lembar Pertanyaan

Daftar Referensi

1. Ordones,L. et al. Spontaneus reporting of steven jonhson syndrome and toxic

epidermal necrolysis associated with antiepileptic drug.

European Reviev for Medical and Pharmacological Science.

2015. Ed 19th. 2732-2737.

2. Handoko R. Penyakit virus. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Buku

Ajar Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;

3. Silbernagl, S., Lang, F. Color Atlas of Pathophysiology Thieme. New York :

2000

4. Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick’s color atlas & synposis of clinical

dermatology. 6th ed. New York: McGraw Hill Medical. 2009