lembar pengesahan ujian komprehensifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51356... ·...

353
Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank dengan metode RGEC yang Mempengaruhi Tingkat Pertumbuhan Laba Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2012 – 2018 (Studi Kasus BRI Syariah, BNI Syariah, BCA Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Syariah Bukopin dan Bank Panin Syariah) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE) Disusun Oleh: Saskia Amalia Tjahli 11140810000127 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Upload: others

Post on 11-Nov-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank dengan metode RGEC yang Mempengaruhi Tingkat Pertumbuhan Laba Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2012 – 2018

(Studi Kasus BRI Syariah, BNI Syariah, BCA Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Syariah Bukopin dan Bank Panin Syariah)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)

Disusun Oleh:

Saskia Amalia Tjahli

11140810000127

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2020

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Kamis Tanggal 12 Bulan Oktober Tahun Dua Ribu Tujuh Belas telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:

1. Nama: Saskia Amalia Tjahli

2. NIM: 11140810000127

3. Jurusan: Manajemen

4. Judul Skripsi : Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode RGEC Terhadap

Pertumbuhan Laba Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2012-2018 (Studi Kasus BRI Syariah, BNI Syariah, BCA Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Syariah Bukopin dan Bank Panin Syariah).

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 12 Oktober 2017

1. Amalia, M.S.M( )

NIP. 197408212 009001 2 005Penguji 1

2. Faizul Mubarok, MM( )

NIDN. 2014058801Penguji 2

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Saskia Amalia Tjahli

NIM : 11140810000127

Jurusan: Manajemen (MIPS)

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulian skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya.

4. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syrarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 26 Maret 2020

Yang Menyatakan

(Saskia Amalia Tjahli)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama: Saskia Amalia Tjahli

2. Tempat/Tanggal Lahir: Tasikmalaya, 6 Agustus 1995

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama: Islam

5. Kebangsaan : Indonesia

6. Alamat Asal: Jalan Pangkalan Jati 1 No.19 RT 03 RW 13,

Makasar, Cipinang Melayu, DKI Jakarta 13620

7. Alamat Sekarang: Jalan Lio Baru Perum Griya Anggraini

Blok E1 No. 19, Citeureub, Kab.Bogor,

Bogor, Jawa Barat 16810

8. Telepon: 081290454079

9. Email: [email protected] / [email protected]

II. PENDIDIKAN

1. TK ISLAM AS-SYAFIIYAH 2 Tahun 2000 – 2001

2. SDS KARTIKA X – 7 Tahun 2001 – 2007

3. SMP Negeri 51 JakartaTahun 2007 – 2010

4. SMA Negeri 50 JakartaTahun 2010 – 2013

5. CCIT-FT Universitas Indonesia Tahun 2014 – 2015

6. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015 – 2020

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Anggota Mandiri Amal Insani Foundation (2017-2018)

2. Anggota Karang Taruna Pangkala Jati Jakarta Timur (2016-2018)

3. Anggota OSIS SMA Negeri 50 Jakarta (2011-2012)

4. Sekertaris Paskibra SMA Negeri 50 Jakarta (2011-2012)

5. Ketua Marchingband SMP Negeri 51 Jakarta (2008-2009)

IV. PENGALAMAN KERJA

1. Mandiri Amal Insani Foundation Bagian Marketing Unit Kerja Fundraising Tahun 2017 sampai Tahun 2018.

2. Dinas Pemadam Kebakaran Kota Bekasi Bidang Kesekretariat Bagian Perencanaan Tahun 2018 hingga sekarang Tahun 2020.

V. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah: Lili Tjahli

Tempat/Tanggal Lahir: Tasikmalaya, 3 Januari 1964

Pendidikan Terakhir : D3

2. Ibu : Dede Hotimah

Tempat/Tanggal Lahir: Tasikmalaya, 10 Februari 1969

Pendidikan Terakhir : SLTA

3. Alamat : Jalan Lio Baru Perum Griya Anggraini Blok E1 No.19

Citeureub, Kab.Bogor, Bogor, Jawa Barat 16810

ABSTRACT

One of the benchmarks for the value of a bank's performance is good bank health. Bank health is in the interest of all related parties, including owners, bank management, the public who use bank services, and Bank Indonesia as the banking and government supervisory authority. Banking failures will adversely affect the Indonesian economy.

This study aims to see whether there is an influence on the soundness of banks on profit growth. This study looks at the soundness of banks on profit growth. This study uses the Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning, Capital methods from 2012 – 2018 by using aspects of valuation namely, Finance to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Finance, Return On Assets, Return On Equity, Net Operating Margin and Operating Expenses against Operating Income on Profit Growth contained in 6 Sharia Commercial Banks in Indonesia using purposive sampling technique.

The results of this study indicate that partially the Finance to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio and Operating Expenses on Operating Income have an insignificant and positive influence on earnings growth. Non Performing Finance and Return On Assets have insignificant and negative influence on earnings growth. Whereas Return On Equity has no significant and negative influence on earnings growth. And Net Operating Margin has a significant and negative effect on earnings growth. While simultaneously it can be concluded that all independent variables have a significant effect on earnings growth in Islamic commercial banks in Indonesia for the period 2012 – 2018.

Keyword: Bank’s Performance, RGEC method, Profit Growth

ABSTRAK

Salah satu tolak ukur nilai kinerja suatu bank yaitu kesehatan bank yang baik. Kesehatan bank merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, manajemen bank, masyarakat pengguna jasa bank, dan Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan perbankan dan pemerintah. Kegagalan perbankan akan berakibat buruk terhadap perekonomian Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh tingkat kesehatan bank terhadap pertumbuhan laba. Penelitian ini melihat tingkat kesehatan bank pada pertumbuhan laba. Penelitian ini menggunakan metode Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning, Capital dari tahun 2012 – 2018 dengan menggunakan aspek penilaian yaitu, Finance to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Finance, Return On Asset, dan Return On Equity, Net Operating Margin dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional terhadap Pertumbuhan Laba yang terdapat pada 6 Bank Umum Syariah di Indonesia dengan menggunakan teknik purposive sampling.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa secara parsial variabel Finance to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional memiliki pengaruh tidak signifikan dan positif terhadap pertumbuhan laba. Non Performing Finance dan Return On Asset memiliki pengaruh tidak signifikan dan negatif terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan Return On Equity memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan laba. Dan Net Operating Margin memiliki pengaruh signifikan dan negatif terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan secara simultan dapat disimpulkan seluruh variabel independen terdapat pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada bank umum syariah di Indonesia periode 2012 – 2018.

Kata kunci: Tingkat Kesehatan Bank, Metode RGEC, Pertumbuhan Laba

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Puji syukur atas kehadirat Allah yang Maha Kuasa karena atas rahmat dan karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode RGEC yang Mempengaruhi Tingkat Pertumbuhan Laba Bank Umum Syariah Di Indonesia periode 2012 – 2018 (studi kasus BRI Syariah, BNI Syariah, BCA Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Syariah Bukopin dan Bank Panin Syariah)”. Shalawat seta salam senantiasa tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW, sang teladan yang membawa kita ke zaman penuh dengaan kebaikan ini dan ilmu pengetahuan yang berguna bagi kehidupan manusia.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak sekali memenuhi hambatan-hambatan akan tetapi Alhamdulillah berkat doa, semangat, motivasi, bantuan dan dorongan dari berbagi pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. ALLAH SWT atas segala rahmat dan karunianya yang telah diberikan sehingga penulis bias mengerjakan penelitian akhir ini.

2. Kedua orang tua, Papa Lili Tjahli dan Mama Dede Hotimah yang senantiasa selalu memberikan doa, semangat, dan bantuan baik secara moril, maupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah kalian berikan kepada penulis selama ini. Aamiin Ya Rabbal’alamin.

3. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., CA, QIA., BKP., CRMP selaku Deka Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta jajarannya.

4. Ibu Murdiyah Hayati, MM selaku Ketua Jurusan Manajemen yang telah meluangkan waktunya di tengah kesibukan untuk membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

5. Ibu Amalia, SE.,MSM Selaku Sekretaris Jurusan Management yang selalu siap untuk mahasiswanya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Indo Yama Nasarudin, SE., MAB selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan motivasi, arahan, saran, ilmu dan bimbingan serta meluangkan waktunya dalam proses penyelesaian skripsi hingga penelitian ini selesai.

7. Ibu Dr. Ir. Muniaty Aisyah, MM selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan serta bimbingan baik dari aspek keilmuan yang sangat berarti sejak awal perkuliahan sampai penyelesaian selama peneliti kuliah.

8. Seluruh Bapak/Ibu Dosen yangtelah mencurahkan dan mengamalkan ilmu yang tak ternilai hingga penulis menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universtias Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Seluruh Staf Tata Usaha dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.

10. Teh Eyi, Aa Adit, Teh Ati memberikan semangat dan motivasi selalu, dan menginsipirasi saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Keluarga besar, Paman, Uwa, Tante, Aa dan Sepupu-sepupu saya yang selalu memberikan doa, semangat dan dukungan untuk mendapatkan gelar sarjana.

12. Saudara Ipan Mardiansyah, Terimakasi atas doa, dukungan, motivasi dan waktu luangnya yang telah diberikan kepada penulis. Semoga diberikan kesehatan, dimudahkan dan dilimpahkan rezekinya dan selalu ada dititik manapun. Aamiin

13. Teman-teman seperjuangan bimbingan dari awal Winona Dwi Putri dan Elok Berliana Haryanti yang selalu ada untuk mendukung, memberikan semangat dan motivasi selalu, dan membantu peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

14. Seluruh teman-teman angkatan Manajemen 2014 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan terkhusus konsenterasi MIPS angkatan Manajemen 2014 yang telah memberikan wawasan dan ilmu dalam belajar.

15. Teman-teman Sekolah Menengah Pertama Negeri Lima Puluh Satu Jakarta terkhusus Abelara Fransisca, Alysa Destiani, Dina Ezra Louvisa dan Dinda Aprilia yang telah selalu menyemangati dan senantiasa mendukung proses penyelesaian skripsi ini

16. Teman-teman Sekolah Menengah Atas Negeri Lima Puluh Jakarta terkhusus Tri Putriningtias, Ulfa Damayanti, Anggita Emyla Zahira dan Nisrin Nur Aisyah yang telah selalu menyemangati dan senantiasa mendukung proses penyelesaian skripsi ini.

17. Teman-teman Kantor di Mandiri Amal Insani Amel, Faisal, Rashid, Mukhlas, Mba Riana, Alm. Mba Devi, Pak Hadi dan Pak Chalvin yang telah mendukung saya dan menginsipirasi saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

18. Teman-teman Kantor di Dinas Pemadam Kebakaran Ayu, Ita, Novika, Bu Dewi, Teh Dini, Teh Eka, Mas Chandra, Mas Ridwan, Mas Hary, Bang Dizan Juna dan Ibu Erma selaku kasubbag di kantor yang telah mendukung saya dan menginsipirasi saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

19. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah banyak membantu selama masa perkuliahan sampai pengerjaan skripsi dan memberikan masukan serta inspirasi bagi penulis. Semoga Allah SWT membalas seluruh kebaikan kalian semua. Aamiin YaRabbal’alamin

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk memperbaikan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini mampu memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan dilapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut oleh masyarakat dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi terutama bagi penelitian yang sejenis.

Wassalamu’alaikum, Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Jakarta, 26 Maret 2020

xii

xiv

Saskia Amalia Tjahli

1

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIFiiiLEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSIiiivLEMBAR PEERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAHvDAFTAR RIWAYAT HIDUPviABSTRACTviiiABSTRAKixDAFTAR ISIxivDAFTAR TABELxviiDAFTAR GAMBARxixDAFTAR LAMPIRANxxiBAB I1PENDAHULUAN1A.Latar Belakang1B.Rumusan Masalah24C.Tujuan Penelitian24D.Manfaat Penelitian24BAB II26TINJAUAN PUSTAKA26A.Landasan Teori261.Kinerja Keuangan262.Laporan Keuangan283.Analisis Laporan Keuangan334.Rasio Keuangan355.Pertumbuhan Laba396.Metode RGEC447.Perbankan Syariah51B.Penelitian Terdahulu65C.Keterkaitan antar Variabel77D.Kerangka Berfikir8989E.Hipotesis90BAB III91METODOLOGI PENELITIAN91A.Populasi dan Sampel91B.Teknik Pengumpulan Sampel92C.Teknik Pengumpulan Data94D.Metode Analisis Data951.Statistik Deskriptif952.Uji Asumsi Klasik953.Uji Model Regresi Data Panel1004.Uji Signifikansi1045.Persamaan Model Regresi Data Panel107E.Operasional Variabel Penelitian1081.Variabel Dependen1082.Variabel Independen108BAB IV116ANALISIS DAN PEMBAHASAN116A.Ringkasan Deskripsi1161.Analisis Pertumbuhan Variabel Pertumbuhan Laba (PL)117b.Analisis Pertumbuhan Variabel Financing to Deposit Ratio (FDR)118c.Analisis Perrtumbuhan Variabel Capital Adequancy Ratio (CAR)121d.Analisis Pertumbuhan Variabel Non Performing Financing (NPF)123e.Analisis Perkembangan Variabel Return on Assets (ROA)125f.Analisis Perkembangan Variabel Return on Equity (ROE)127g.Analisis Perkembangan Variabel Net Operating Margin (NOM)129h.Analisis Perkembangan Variabel Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)131B.Uji Asumsi Klasik1341.Uji Normalitas1342.Uji Multikolinearitas1343.Uji Heteroskedastisitas1354.Uji Autokorelasi135C.Uji Model Regresi Data Panel1361.Common Effect Model1362.Fixed Effect Model1373.Uji Chow1384.Random Effect Model1385.Uji Hausman140D.Uji Signifikansi1401.Uji t1402.Uji F1433.Koefisien Determinasi (Adjusted )144E.Model Regresi Data Panel144F.Interpretasi Hasil Penelitian149BAB V167PENUTUP167A.Kesimpulan167B.Keterbatasan168C.Saran168DAFTAR PUSTAKA170

xx

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Perkembangan Bank Umum Syariah dan Unis Usaha Syariah3

Tabel 1. 2 Data Sampel Bank Umum Syariah6

Tabel 1. 3 Tabel Variabel Independendan Variabel Dependen23

Tabel 2. 1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional…………………..…………56

Tabel 2. 2 Penelitian Terdahulu65

Tabel 3. 1 Daftar Bank Umum Syariah di Indonesia92

Tabel 3. 2 Sampel Penelitian93

Tabel 3. 3 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponan FDR109

Tabel 3. 4 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponan CAR110

Tabel 3. 5 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponan NPF111

Tabel 3. 6 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponan ROA112

Tabel 3. 7 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponan ROE113

Tabel 3. 8 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponan NOM114

Tabel 3. 9 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponan BOPO115

Tabel 4. 1 Daftar Bank Umum Syariah……………………………………………….……116

Tabel 4. 2 Deskripsi Rata-rata Pertumbuhan Laba Bank Umum Syariah117

Tabel 4. 3 Deskripsi Rata-rata FDR Bank Umum Syariah119

Tabel 4. 4 Deskripsi Rata-rata CAR Bank Umum Syariah121

Tabel 4. 5 Deskripsi Rata-rata NPF Bank Umum Syariah123

Tabel 4. 6 Deskripsi Rata-rata ROA Bank Umum Syariah125

Tabel 4. 7 Deskripsi Rata-rata ROE Bank Umum Syariah127

Tabel 4. 8 Deskripsi Rat-rata NOM Bank Umum Syariah129

Tabel 4. 9 Deskripsi Rat-rata BOPO Bank Umum Syariah131

Tabel 4. 10 Model Regresi Tiap Bank146

Tabel 4. 11 Hubungan Variabel Independen terhadap Pertumbuhan Laba149

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Perkembangan Perubahan Laba7

Gambar 1. 2 Perkembangan Rasio FDR9

Gambar 1. 3 Perkembangan Rasio CAR10

Gambar 1. 4 Perkembangan Rasio NPF11

Gambar 1. 5 Perkembangan Rasio ROA12

Gambar 1. 6 Perkembangan Rasio ROE13

Gambar 1. 7 Perkembangan Rasio NOM14

Gambar 1. 8 Perkembangan Rasio BOPO15

Gambar 2. 1 Skema Sistem Operasional bank Syariah57

Gambar 2. 2 Fungsi Bank Syariah59

Gambar 2. 3 Produk dan Jasa bank Syariah61

Gambar 2. 4 Kerangka Berfikir89

Gambar 4. 1 Pertumbuhan Laba118

Gambar 4. 2 Pertumbuhan Financing to Deposit Ratio (FDR)120

Gambar 4. 3 Pertumbuhan Capital Adequancy Ratio (CAR)122

Gambar 4. 4 Pertumbuhan Non Performing Financing (NPF)124

Gambar 4. 5 Pertumbuhan Return on Assets (ROA)127

Gambar 4. 6 Pertumbuhan Return on Equity (ROE)129

Gambar 4. 7 Pertumbuhan Net Operating Margin (NOM)131

Gambar 4. 8 Pertumbuhan Beban Operasional terhadap Penapatan Operasional133

Gambar 4. 9 Hasil Uji Normalitas Jarque-Bera134

Gambar 4. 10 Hasil Uji Correlation Matrix134

Gambar 4. 11 Hasil Uji White135

Gambar 4. 12 Hasil Uji Lagrange Multiplier (LM Test)135

Gambar 4. 13 Hasil Uji Common Effect Model136

Gambar 4. 14 Hasil Uji Fixed Effect Model137

Gambar 4. 15 Hasil Uji Chow138

Gambar 4. 16 Hasil Uji Random Effect Model139

Gambar 4. 17 Hasil Uji Hausman140

Gambar 4. 18 Hasil Uji t141

Gambar 4. 19 Hail Uji F143

Gambar 4. 20 Hasil Uji Koefisien Determinasi144

Gambar 4. 21 Uji Model Regresi Data Panel145

DAFTAR LAMPIRAN

Lampira I Pertumbuhan Laba…………………………….………………….............…182

Lampiran II Rasio Keuangan Triwulan Bank Umum Syariah Tahun 2012 – 2018....188

Lampiran III Uji Stasioner……………………………….……………………………...194

Lapiran IV Uji Asumsi Klasik………………………….…………………....…………..202

Lapiran IV Hasil Kesehatan Bank.…………………….………………………………..202

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perekonomian Indonesia tidak luput dari imbas dinamika pasar keuangan global. Salah satu imbas dari dinamika ini adalah krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 2008 yang berakibat pada sektor Perbankan di Indonesia, terutama untuk Bank Konvensional. Hal ini dikarenakan Bank Konvensional memiliki tingkat integritas yang tinggi dengan sistem keuangan global. Dapat dilihat pada Oktober tahun 2018 Bank Mandiri Tbk, Bank Negara Indonesia Tbk, dan Bank Rakyat Indonesia Tbk, meminta bantuan likuiditas dari Bank Indonesia. Berbeda dengan Bank Konvensional, Perbankan Syariah tidak terlalu mengalami dampak negatif dari krisis ekonomi global yang terjadi. Meski pada masa krisis keuangan tersebut Perbankan Syariah dapat bertahan dan dapat mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam kegiatan usahanya, namun Bank Syariah sebagai Lembaga Keuangan yang berorentasi terhadap keuntungan tentu akan tetap menghadapi berbagai risiko yang tidak menutup kemungkinan mengancam eksitensinya (Ihsan, 2015).

Krisis keuangan tahun 2008 salah satunya dipicu oleh krisis kredit perumahaan produk sekuritas (subprime mortage) dan bangkrutnya beberapa perusahaan besar di Amerika Serikat yang ikut mempengaruhi perekonomian di Indonesia, salah satunya adalah sektor perbankan. Bank yang tidak mampu bersaing untuk mempertahankan kinerjanya lambat laun akan tergusur dari lingkungan industrinya dan akan mengalami kebangkrutan, demikian pula dengan perbankan syariah. Oleh karena itu untuk mengantisipasi berbagai risiko yang mungkin terjadi, diperlukan suatu tindakan sendiri mungkin untuk mengukur kondisi serta tingkat kesehatan perbankan syariah itu sendiri. Sistem peringatan dini (early warning system) untuk memprediksi adanya keadaan kesulitan keuangan (financial distress) yang menujuk ke arah kebangkrutan ada beberapa model analisis yang sering digunakan, salah satunya yang terkenal adalah model Altman Z-Score yang dikemukakan oleh Edward I. Altman pada tahun 1968 (Ramadhan, 2017).

Sejak dikeluarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah diberlakukan di Indonesia, banyak investor mulai memilih untuk berinvestasi di bidang perbankan syariah. Berdasarkan data statistik perbankan syariah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa industri perbankan syariah di Indonesia mengalami perkembangan positif terutama Bank Umum Syariah (BUS). Perkembangan perbankan syariah di Indonesia merupakan suatu perwujudan dari permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem perbankan alternatif yang selain menyediakan jasa perbankkan atau keuangan yang sehat, juga memenuhi prinsip-prinsip syariah. Perkembangan industri keuangan syariah secara informal telah dimulai sebelum dikeluarkannya kerangka hukum formal sebagai landasan operasional perbankan syariah di Indonesia. Sebelum tahun 1992, telah didirikan beberapa badan usaha pembiayaan non-bank yang telah menerapkan konsep bagi hasil dalam kegiatan operasionalnya. Hal tersebut menunjukkan kebutuhan masyarakat akan hadirnya institusi-institusi keuangan yang dapat memberikan jasa keuangan yang sesuai dengan syariah (Wibowo, 2011).

Terbukti pertumbuhan perbankan syariah secara kuantitas telah ditunjukkan dengan semakin banyaknya Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang dibuka oleh Bank Konvensional.

Tabel 1. 1 Perkembangan Bank Umum Syariah dan Unis Usaha Syariah

Indikator

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

Bank Umum Syariah

717

1.226

1.412

1.756

2.009

2.163

2.002

1.882

1.889

1.912

1.933

Jumlah Bank

6

11

11

11

11

12

12

13

14

14

14

Jumlah Kantor

711

1.215

1.401

1.745

1.998

2.151

1.990

1.869

1.875

1.898

1.919

Unit Usaha Syariah

312

285

360

541

613

342

333

353

364

374

401

Jumlah Bank Umum Konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah

25

23

24

24

23

22

22

21

20

20

20

Jumlah Kantor

287

262

336

517

590

320

311

332

344

354

381

Sumber: Laporan Statistik Perbankan Syariah – Otoritas Jasa Keuangan Tahun 2010 – 2019

Dari table 1.1 terlihat perkembangan perbankan syariah di Indonesia digambarkan dengan pertumbuhan jumlah BUS, UUS dan BPRS. Pada akhir tahun 2009 berjumlah 6 (enam) Bank Umum Syariah bertambah 5 (lima) Bank Umum Syariah dimana 3 (tiga) Bank Umum Syariah merupakan hasil konversi Bank Umum Konvensional dan 2 (dua) Bank Umum Syariah hasil spin off Unit Usaha Syariah sehingga di tahun 2010 terdapat 11 (sebelas) Bank Umum Syariah dan 23 (dua puluh tiga) Unit Usaha Syariah. Dari data Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah ini bisa dilihat pertumbuhan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah mengalami peningkatan yang terus menerus dari tahun ke tahunnya yang memiliki potensi yang sangat tinggi untuk berkembang. Meskipun pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia cukup pesat, namun market share perbankan syariah terhadap perbankan nasional masih dikisaran angka 5%. Dengan semakin ketatnya persaingan antara bank syariah dan bank konvensional, maka bank syariah dituntut untuk memiliki kinerja yang baik agar dapat bersaing dalam memperebutkan pasar perbankan nasional di Indonesia.

Sejak kehadiran Bank Syariah hingga saat ini, belum ada satu pun Bank Syariah yang telah dinyatakan bangkrut. Bukan berarti Perbankan Syariah tidak dapat mengalami kebangkrutan karena Bank Syariah tetaplah sebuah perusahan dan perusahaan manapun bisa mengalami kebangkrutan. Untuk Mengetahui kondisi suatu bank dan potensi terjadinya kebangkrutan maka perlu dilakukan penilaian terhadap kinerja dan kesehatan bank tersebut. Masalah kebangkrutan pada suatu perusahaan termasuk bagi bank umum syariah merupakan sebuah risiko yang tidak dapat dihindarkan, namun risiko ini dapat diminimalisasi atau dicegah. Kebangkrutan sendiri merupakan akibat dari hasil kinerja negatif yang dilakukan oleh bank umum syariah. Untuk mengetahui kinerja bank umum syariah baik atau tidak dapat dilihat dari tingkat kesehatan bank umum syariah tersebut. Penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah dapat menggunakan model analisis RGEC berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 8/POJK.03/2014 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah (Ihsan, 2015).

Berdasarkan POJK No.8/POJK.03/2014 dalam rangka meningkatkan efektivitas penilaian tingkat kesehatan bank untuk menghadapi perubahan kompleksitas usaha, maka diperlukan penilaian tingkat kesehatan bank dengan pendekatan berdasarkan risiko (Risk Based Bank Rating). Penilaian tingkat kesehatan yang dimaksud peraturan tersebut adalah penilaian dengan menggunakan metode RGEC. Komponen RGEC yaitu Risk Profile (Profil Risiko), Good Corporate Governance (GCG), Earning (Rentabilitas), dan Capital (Permodalan). Penilaian tingkat kesehatan bank dengan metode RGEC ini dinilai lebih komprehensif karena selain menilai kinerja keuangan, metode ini juga memperhatikan kualitas manajemen (Ramadhan, 2017).

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Dengan kata lain, bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dan dapat menjalankan fungsi sosial dan dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter.

Namun kenyataannya di Indonesia dengan keberadaan berbagai pengukuran kinerja yang ada saat ini seperti RGEC, balance scorecars, Return On Investment (ROI) tidak mampu mengungkapkan fungsi sosial suatu bank. Pengukuran kinerja saat ini hanya menampilkan financial performance saja, sehingga diperlukan pengukuran kinerja yang tidak hanya mampu mengungkapkan nilai-nilai materialistiknya saja, namun juga mampu mengungkapkan nilai-nilai spiritual dan sosial yang dimaksud adalah nilai-nilai tentang keadilan, kehalalan dan kesucian.

Dalam penelitian ini hanya menggunakan rasio-rasio keuangan yang membentuk kinerja perbankan model RGEC (Risk Profile, Good Corporate Govermance, Earning, Capital) yang terdiri dari Risk Profile yang terdiri dari Net Performing Financing (NPF), Financing to Debt Ratio (FDR), selain itu ada Earning yang diwakili oleh Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Net Operating Margin (NOM) dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan yang terakhir Capital yang menghitung kecukupan modal dengan cara dihitung oleh Capital Adequancy Ratio (CAR). Selain itu objek dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah yang memenuhi kriteria dalam proses penelitian ini, sebagai berikut:

Tabel 1. 2 Data Sampel Bank Umum Syariah

Sumber: Statistik Perkembangan Syariah – Otoritas Jasa Keuangan Tahun 2010 – 2018

Dari table diatas dapat dilihat bahwa Bank Umum Syariah yang digunakan sebagai objek penelitian yaitu ada enam Bank Umum Syariah yaitu BRI Syariah, BNI Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Syariah Bukopin, dan BCA Syariah periode 2012 – 2018.

Kinerja keuangan bank adalah gambaran kondisi keuangan bank pada saat periode tertentu bank menyangkut aspek penghimpunan dana maupun pengeluaran dana yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas bank. Dalam menilai kinerja perusahaan, analisis laporan keuangan dapat membantu para pelaku bisnis baik pemerintah maupun swasta serta para pemakai laporan keuangan lainnya untuk menilai kondisi keuangan lainnya. Penilainan kinerja keuangan ini merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh para pihak manajemen agar dapat memenuhi kewjibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh suatu bank, selain itu kinerja keuangan melihat pada laporan keuangan yang dimiliki oleh perusahaan atau badan usaha yang bersangkutan dan tercermini dari informasi yang diperoleh pada balance sheet (neraca), income statement (laporan laba rugi) dan cash flow statement (laporan arus kas) serta hal-hal lain yang turut mendukung sebagai penguatan penilaian financial performace tersebut (Ramadhan, 2017).

Laba merupakan kelebihan hasil (revenue) dari biaya seluruh pos pendapatan (gain) dan rugi, biaya tidak termasuk bunga, pajak dan bagi hasil. Sedangkan perubahan laba merupakan perbedaan antara pendapatan dalam suatu periode dan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan perubahan laba. Laba pada umumnya digunakan sebagai alat ukur atas prestasi yang telah dicapai sebagai dasar pengambilan keputusan investasi dan untuk memprediksi perubahan laba dimasa mendatang yang akan berpengaruh terhadap keputusan investasi para investor dan calon investor yang akan menanamkan modalnya ke dalam perusahaan. (Indayani, 2017).

Sumber: Website masing-masing Bank Umum Syariah Tahun 2012-2018

Gambar 1. 1 Perkembangan Pertumbuhan Laba

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa Pertumbuhan Laba Bank Umum Syariah setiap tahunnya mengalami kondisi yang fluktuatif. Hal ini dapat dilihat pertumbuhan laba terendah dan tertinggi terjadi pada tahun 2012 dan 2014 yaitu pada BCA Syariah sebesar 21,23% dan 51,01%. Dengan demikian perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba sehingga dapat diambil langkah perbaikan kinerja untuk meningkatkan laba. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba adalah faktor fundamental perusahaan. Untuk itu dapat diukur menggunakan analisa rasio keuangan yang dapat menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya secara efisien dan efektif dalam menghasilkan keuntungan yang semaksimal mungkin.

Rasio keuangan adalah hasil perhitungan antara dua macam data keuangan bank, yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kedua data keuangan tersebut yang pada umumnya dinyatakan secara numerik, baik dalam presentase atau kali. Hasil perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan bank dan dapat dijadikan tolak ukur untuk menilai kinerja pada periode tertentu. Menurut Slamet (2004) rasio keuangan perbankan meliputi (1) Rasio permodalan yaitu Capital Adequancy Ratio (CAR), (2) Aktiva produktif yaitu Non Performing Financing (NPF), (3) Rasio rentabilitas yaitu Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Operating Margin (NOM), Beban Operasional Termasuk Pendapatan Bunga (BOPO), (4) Rasio likuiditas yaitu Financing to Deposit Ratio (FDR) (Slamet, 2004).

Financing to Deposit Ratio (FDR) dijadikan variabel yang mempengaruhi Pertumbuhan Laba. Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank. Financing to Deposit Ratio (FDR) dapat menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan DPK yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan. Semakin tinggi Financing to Deposit Ratio (FDR) maka laba yang diperoleh bank tersebut akan meningkat. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993, besarnya Financing to Deposit Ratio (FDR) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia tidak boleh melebihi 110%. Apabila suatu bank melebihi dari batas yang ditetapkan oleh BI, maka bank dalam hal ini dapat dikatakan tidak menjalankan fungsinya sebagai pihak intermediasi (perantara) dengan baik.

Sumber: Website masing-masing Bank Umum Syariah Tahun 2012-2018

Gambar 1. 2 Perkembangan Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa Financing to Deposit Ratio (FDR) Bank Umum Syariah setiap tahunnya mengalami kondisi yang fluktuatif. Hal ini dapat dilihat Financing to Deposit Ratio (FDR) terendah terjadi pada tahun 2013 yaitu pada Bank BCA Syariah sebesar 46,63% dan tertinggi terjadi pada tahun 2016 yaitu pada Bank Mega Syariah sebesar 109,08%. Dalam perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) Bank Umum Syariah dari tahun 2012 hingga tahun 2018 ada yang melebihi batas yang sudah ditentukan oleh Bank Indonesia yaitu 110%.

Capital Adequancy Ratio (CAR) adalah rasio penilaian untuk mengukur kecukupan odal yang dimiliki perusahaan dalam menunjang aktiva yang mengandung resiko. Capital Adequancy Ratio (CAR) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola modalnya untuk menutupi penurunan aktiva akibat aktiva yang mengandung resiko baik, sehingga akan memacu kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba. Capital Adequancy Ratio (CAR) ini merupakan rasio yang efektif digunakan saat bank mengalami kerugian, karena dengan rasio ini dapat dilihat seberapa mampu bank menutupi aktivanya yang mengalami penurunan sebagai akibat dari aktiva yang beresiko atas kecukupan modal yang dimiliki bank. Semakin besar nilai rasio Capital Adequancy Ratio (CAR), maka menandakan semakin mampu bank dalam menanggung resiko atas aktivanya yang berresiko.

Sumber: Website masing-masing Bank Umum Syariah Tahun 2012-2018

Gambar 1. 3 Perkembangan Rasio Capital Adequancy Ratio (CAR)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa Capital Adequancy Ratio (CAR) Bank Umum Syariah setiap tahunnya mengalami kondisi yang fluktuatif. Hal ini dapat terlihat rasio Capital Adequancy Ratio (CAR) terendah terjadi pada tahun 2013 yaitu pada Bank Syariah Bukopin sebesar 11.1,10% dan tertinggi terjadi pada tahun 2016 yaitu pada Bank BCA Syariah sebesar 36,70%.

Non Performing Financing (NPF) merupakan pembiayaan bermasalah yang terdiri dari pembiayaan berklasifikasi kurang lancar. Rasio ini bertujuan untuk mengukur kemampuan bank dalam menjaga resiko kegagalan pengembalian pembiayaan. Besaran rasio Non Performing Financing (NPF) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia berdasarkan Peraturan BI Nomor 15/2/PBI/2013 adalah maksimal 5%. Jika melebihi 5%, maka akan mempengaruhi tingkat kesehatan bank yang bersangkutan.

Sumber: Website masing-masing Bank Umum Syariah Tahun 2012-2018

Gambar 1. 4 Perkembangan Rasio Non Performing Financing (NPF)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa Non Performing Financing (NPF) Bank Umum Syariah setiap tahunnya mengalami kondisi yang fluktuatif. Hal ini dapat terlihat rasio Non Performing Financing (NPF) terendah terjadi pada tahun 2014 yaitu pada Bank BCA Syariah sebesar 0,09% dan tertinggi terjadi pada tahun 2018 yaitu pada Bank Panin Syariah sebesar 4,81%.

Dalam perkembangan Non Performing Financing (NPF) Bank Umum Syariah dari tahun 2012 hingga tahun 2018 ada tiga bank yang melebihi batas yang sudah ditentukan oleh Bank Indonesia yaitu 5%, yaitu Bank Syariah Bukopin pada tahun 2017 dan 2018 sebesar 7,85% dan 5,71%, Bank BRI Syariah pada tahun 2017 dan 2018 sebesar 6.43% dan 6.73% dan yang lebih besar melebihi pada Bank Panin Syariah pada tahun 2017 sebesar 12,52%.

Return on Assets (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih. Semakin tinggi hasil pengembalian atas aset berarti semakin tinggi pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Sebaliknya, semakin rendah hasil pengembalian atas aset berarti semakin rendah pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset (Hery, 2015).

Sumber: Website masing-masing Bank Umum Syariah Tahun 2012-2018

Gambar 1. 5 Perkembangan Rasio Return on Assets (ROA)

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa Return on Assets (ROA) Bank Umum Syariah setiap tahunnya mengalami kondisi yang fluktuatif. Hal ini dapat terlihat rasio Return on Assets (ROA) terendah terjadi pada tahun 2017 dan 2018 yaitu pada Bank Syariah Bukopin sebesar 0,02% dan tertinggi terjadi pada tahun 2016 yaitu pada Bank BCA Syariah sebesar 12,72%.

Return on Equity (ROE) digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total ekuitas. Semakin tinggi hasil pengembalian atas ekuitas berarti semakin tinggi pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Sebaliknya, semakin rendah hasil pengembalian atas ekuitas berarti semakin rendah pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset (Hery, 2015).

Sumber: Website masing-masing Bank Umum Syariah Tahun 2012-2018

Gambar 1. 6 Perkembangan Rasio Return on Equity (ROE)

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa Return on Equity (ROE) Bank Umum Syariah setiap tahunnya mengalami kondisi yang fluktuatif. Hal ini dapat terlihat rasio Return on Equity (ROE) terendah terjadi pada tahun 2017 yaitu Bank Syariah Bukopin sebesar 0,20% dan tertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu pada Bank Mega Syariah sebesar 57,98%.

Net Operating Margin (NOM) adalah rasio yang berfungsi untuk mengetahui kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba melalui perbandingan pendapatan operasional dan beban operasional dengan rata-rata aktiva produktif. Nilai Net Operating Margin (NOM) semakin tinggi semakin baik apalagi diatas 5% maka nilai Net Operating Margin (NOM) disuatu bank dikatakan sangat sehat namun jika nilai dibawah 0 atau minues maka nilai kesehatan pada Net Operating Margin (NOM) tidak sehat.

Sumber: Website masing-masing Bank Umum Syariah Tahun 2012-2018

Gambar 1. 7 Perkembangan Rasio Net Operating Margin (NOM)

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa Net Operating Margin (NOM) Bank Umum Syariah setiap tahunnya mengalami kondisi yang fluktuatif. Hal ini dapat terlihat rasio Net Operating Margin (NOM) terendah terjadi pada tahun 2018 yaitu Bank Panin Syariah sebesar 2,36 % dan tertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu pada Bank Mega Syariah sebesar 13,94%.

Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) adalah rasio yang berfungsi untuk mengukur kemampuan bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Jika nilai Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) kurang dari 94% maka nilai Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) disuatu bank dikatakan sangat sehat namun jika nilai melebihi nilai 97% maka nilai kesehatan pada Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) tidak sehat.

Sumber: Website masing-masing Bank Umum Syariah Tahun 2012-2018

Gambar 1. 8 Perkembangan Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Bank Umum Syariah setiap tahunnya mengalami kondisi yang fluktuatif. Hal ini dapat terlihat rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terendah terjadi Bank Bank Panin Syariah pada tahun 2012 sebesar 50,76 % dan tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar 217,40%.

Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, bank sangat tergantung pada sumber dana dari masyarakat. Sebagai lembaga kepercayaan, kelangsungan hidup perbankan sangatlah ditentukan oleh kepercayaan masyarakat. Kesehatan bank harus dipelihara atau ditingkatkan agar kepercayaan masyarakat terhadap bank dapat tetap terjaga menurut PBI No.13/1/PBI/2011. Sesuai dengan Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah dilakukan perubahan dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998, dimana bank wajib memelihara kesehatannya. Kesehatan bank yang merupakan cerminan kondisi dan kinerja bank merupakan sarana bagi otoritas pengawas dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan terhadap bank. Selain itu, kesehatan bank juga menjadi kepentingan semua pihak terbaik, baik pemilik, pengelola (manajemen), dan masyarakat pengguna jasa bank. Dalam mencapai kesehatan perbankan tersebut, bank-bank yang ada di Indonesia akan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai pengatur dan pengawas terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan yang sebelumnya dijalankan oleh Bank Indonesia. Kehadiran OJK sebagai pengawas perbankan baru terealisasi pada tahun 2014 dengan dikeluarkannya Peraturan POJK No.8/PJOK3/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Peraturan tersebut secara efektif mulai berlaku sejak tanggal 1 Juli 2014. Namun, dalam penelitian ini akan melakukan analisis pada periode 2012 – 2018 sehingga masih mengacu pada Peraturan Bank Indonesia. Peraturan tersebut merupakan penyempurnaan dari peraturan sebelumnya mengenai penilaian tingkat kesehatan bank yang dibuat oleh Bank Indonesia. Perubahan Peraturan Bank Indonesi (PBI) menjadi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) ini disebabkan karena adanya pembagian tugas oleh kedua lembaga tersebut. Bank Indonesia bertugas sebagai mengawasi aspek makroprudential, sedangkan Otoritas Jasa Keuangan bertugas mengawasi aspek mikroprudential.

Sejalan dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia membuat Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 mengenai penilaian tingkat kesehatan Bank Umum dengan pendekatan Risk Profile, Earning and Capital (RGEC) yang merupakan metode baru penguran tingkat kesehatan bank. Berdasarkan POJK No.8/PJOK3/2014 dalam rangka meningkatkan efektivitas penilaian tingkat kesehatan bank untuk menghadapi perubahan kompleksitas usaha, maka diperlukan penilaian tingkat kesehatan bank dengan pendekatan berdasarkan risiko (Risk Based Bank Rating). Penilaian tingkat kesehatan yang dimaksud peraturan tersebut adalah penilaian dengan menggunakan metode RGEC. Komponen RGEC yaitu Risk Profile (Profil Risiko), Earning (Rentabilitas) dan Capital (Permodalan). Penilainan tingkat kesehatan bank dengan metode RGEC ini dinilai lebih komprehensif karena selain menilai kinerja keuangan, metode ini juga memperhatikan kualitas manajemen. Pada tahun 2014 ada penyempurnaan terhadap Peraturan Bank Indonesia tersebut, ditandai dengan beredarkannya Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.10/SEOJK.03/2014 Syariah yang masih menggunakan pendekatan yang sama. Tujuan dibuatnya Peraturan Bank Indonesia dan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan tersebut adalah agar bank dapat mengidentifikasi permasalahan lebih dini, melakukan tindak lanjut perbaikan yang sesuai dan lebih cepat, serta menerapkan prinsip Good Corporate Govermance dan manajemen risiko yang lebih baik.

Permasalahan dalam penelitian ini membahas mengenai tingkat kesehatan bank yang terdapat dari beberapa Bank Umum Syariah di Indonesia dengan pendekatan Risk Profile, Earning and Capital (RGEC) yang merupakan metode baru penggunaan tingkat kesehatan bank. Dalan permasalahan penelitian ini juga diperkuat dengan adanya research gap setiap variabel dari hasil penelitian terdahulu. Pada penelitian Raifah (2015) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh terhadap Perubahan Laba (PL). Pada penelitian Purnamasari (2018) menujukan hasil bahwa Financing to Deposit Ratio (FDR) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (PL).

Berbeda dengan penelitian Indayani (2017) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh terhadap Perubahan Laba (PL) sama dengan hasil penelitian Ramadhan (2017) dalam penelitiannya disebutkan bahwa Financing to Deposit Ratio (FDR) memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (PL). Dalam penelitian Amalia (2018) menujukkan bahwa Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak memiliki pengaruh terhadap Pertumbuhan Laba (PL) dengan tingkat signifikannya 5%.

Permasalahan research gap dalam penelitian ini juga diperkuat pada perbedaan hasil penelitian variabel Capital Adequency Ratio (CAR), seperti pada hasil penelitian Purnamasari (2018) menujukkan hasil bahwa Capital Adequency Ratio (CAR) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (PL). Dalam penelitian Aini (2013) menujukkan bahwa Capital Adequency Ratio (CAR) memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Perubahan Laba (PL) dan pada penelitian Lubis (2013) menyatakan dalam penelitiannya bahwa Capital Adequency Ratio (CAR) memiliki pengaruh negatif dan signifiikan terhadap Pertumbuhan Laba (PL).

Berbeda dengan hasil penelitian Dewanti (2016) menujukkan hasil bahwa pada Capital Adequency Ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba (PL). Dalam penelitian Emilda (2016) menujukkan hasil bawah Capital Adequency Ratio (CAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap Perubahan Laba (PL). Hasil penelitian Setiawan (2016) menyatakan bahwa Capital Adequency Ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba (PL), sama dengan hasil penelitian Rafiqah (2017) menujukkan bahwa Capital Adequency Ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba (PL). Pada penelitian Astuti (2018) menunjukan hasil yang sama dengan penelitian sebelumnya bahwa Capital Adequency Ratio (CAR) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (PL), sama halnya dalam penelitian Amalia (2018) yang menujukkan bahwa Capital Adequency Ratio (CAR) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (PL) dengan tingkat signifikan 5%.

Permasalahan research gap dalam penelitian ini juga diperkuat pada perbedaan hasil penelitian rasio Non Performing Financing (NPF), seperti pada hasil penelitian Indayani (2017) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa Non Performing Financing (NPF) berpengaruh terhadap Perubahan Laba (PL). Pada hasil penelitian Amalia (2018) Non Performing Financing (NPF) memiliki pengaruh terhadap Pertumbuhan Laba (PL).

Berbeda dengan hasil penelitian Ramadhan (2017) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa Non Performing Financing (NPF) tidak berpengaruh terhadap Perubahan Laba (PL). Pada hasil Purnamasari (2018) menyatakan bahwa Non Performing Financing (NPF) memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (PL).

Permasalahan research gap dalam penelitian ini juga diperkuat pada perbedaan hasil penelitian rasio Return on Assets (ROA), seperti pada hasil penelitian Indayani (2017) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa Return on Assets (ROA) berpengaruh terhadap Perubahan Laba (PL). Pada hasil penelitian Ramadhan (2017) menujukkan bahwa Return on Assets (ROA) memiliki pengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (PL). Dalam hasil penelitian Cahyadi (2013) menyatakan bahwa Return on Assets (ROA) memiliki pengaruh terhadap Pertumbuhan Laba (PL) sama seperti hasil penelitian Dewanti (2016) yang menyatakan bahwa Return on Assets (ROA) memiliki pengaruh terhadap Pertumbuhan Laba(PL) dan penelitian Amalia (2018) juga menujukkan hasil yang sama bahwa Return on Assets (ROA) memiliki pengaruh terhadap Pertumbuhan Laba (PL). Pada penelitian Purnamasari (2018) menyatakan bahwa Return on Assets (ROA) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (PL). Dan pada hasil Peneitian Marsellina (2017) menujukkan bahwa Return on Assets (ROA) terdapat pengaruh positif yang signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (PL).

Berbeda dengan hasil penelitian Wibowo (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pada hasil penelitian Return on Assets (ROA) memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap Perubahan Laba (PL). Dan pada hasil penelitian Chandra (2014) menyatakan bahwa Return on Assets (ROA) tidak memiliki pengaruh positif terhadap Pertumbuhan Laba (PL).

Permasalahan research gap dalam penelitian ini juga diperkuat pada perbedaan hasil penelitian rasio Return on Equity (ROE), seperti pada hasil penelitian Menurut Indayani (2017) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa Return on Equity (ROE) berpengaruh terhadap Perubahan Laba (PL). Hasil penelitian Dewanti (2016) yang menyatakan bahwa Return on Equity (ROE) memiliki pengaruh terhadap Pertumbuhan Laba (PL). Pada penellitian Pradani (2018) menyatakan bahwa Return on Equity (ROE) berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (PL). Dan pada hasil penelitian Emilda (2016) menyatakan bahwa Return on Equity (ROE) berpengaruh signifikan terhadap Perubahan Laba (PL).

Berbeda dengan hasil penelitian Wibowo (2011) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa Return on Equity (ROE) memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap Perubahan Laba (PL). Pada penelitian Marsellina (2017) menujukkan bahwa Return on Equity (ROE) terdapat pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (PL).

Permasalahan research gap dalam penelitian ini juga diperkuat pada perbedaan hasil penelitian rasio Net Operating Margin (NOM), seperti pada hasil penelitian Aini (2013) menyatakan bahwa Net Operating Margin (NOM) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Perubahan Laba (PL). Dan pada hasil penelitian Anggraenin (2014) menyatakan bahwa Net Operating Margin (NOM) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (PL). Berbeda dengan hasil penelitian Hidayatullah (2012) menyatakan bahwa Net Operating Margin (NOM) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (PL). Dan pada penelitian Ariyanti (2010) menyatakan bahwa tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Perubahan Laba (PL).

Permasalahan research gap dalam penelitian ini juga diperkuat pada perbedaan hasil penelitian rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), seperti pada hasil penelitian Astuti (2018) menyatakan bahwa Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh secara signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (PL). Penelitian Purnamasari (2018) menyatakan bahwa Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (PL). Hasil penelitian Aini (2013) menyatakan bahwa Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif signifikan terhadap Perubahan Laba (PL). Pada hasil penelitian Lubis (2013) menyatakan bahwa Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (PL). Hasil penelitian Setiawan (2016) menyatakan bahwa Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba (PL). Dan penelitian Hidayatullah (2012) menyatakan bahwa Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (PL).

Berbeda dengan hasil penelitian Ramadhan (2017) menujukkan bahwa Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (PL). Pada hasil penelitian Emilda (2016) bahwa Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) menyatakan tidak berpengaruh signifikan terhadap Perubahan Laba (PL). Dan hasil penelitian Raifah (2015) bahwa Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) menyatakan tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba (PL).

Berdasarkan penjelasan diatas terdapat beberapa variabel yang berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba (PL). Namun dari banyaknya penelitian terdahulu, menujukan perbedaan hasil yang sangat berbeda atau tidak kosisten pada hasilnya yang mengakibatkan pemahaman yang beragam mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap Pertumbuhan Laba (PL). Maka dari itu pada penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Dalam penelitian sebelumnya populasi dan sampel yang digunakan berbeda dengan penelitian ini, pada penelitian ini digunakan pendekatan penilaian kesehatan bank atau kinerja bank lalu dilanjutkan dengan perhitungan untuk mengetahui seberapa pengaruhnya tingkat kesehatan bank dengan menggunakan metode RGEC yang berpengaruh dalam tingkat pertumbuhan laba. Dalam peneilitian ini dilakukan pada Bank Umum Syariah yang beroperasi di Indonesia dengan menggunakan metode RGEC yang terdiri dari risk profile, earning, dan capital. Berikut ini variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini:

Tabel 1. 3 Tabel Variabel Independendan Variabel Dependen

Risk Profile

Risk Profile

1. Risiko Kredit

NPF (Non Performing Financing)

2. Risiko Likuiditas

FDR (Financing to Deposit Ratio)

Earning

1. ROA (Return On Assets)

2. ROE (Return On Equity)

3. NOM

(Net Operating Margin)

4. BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional)

Capital

CAR (Capital Adequency Ratio)

Pertumbuhan Laba (PL)

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti ingin mengetahui kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan menggunakan metode RGEC terhadap pertumbuhan laba Bank Umum syariah di Indonesia, maka penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode RGEC yang Mempengaruhi Tingkat Pertumbuhan Laba Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2012 – 2018 (Studi kasus BCA Syariah, Bank Syariah Bukopin, Bank Mega Syariah, BRI Syariah, BNI Syariah, dan Bank Panin Syariah)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah di jelaskan di atas maka dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh Risk Profile (NPF, FDR), Earning (ROA, ROE, NOM, BOPO), dan Capital (CAR) terhadap Pertumbuhan Laba secara Parsial?

2. Apakah terdapat pengaruh Risk Profile (NPF, FDR), Earning (ROA, ROE, NOM, BOPO), dan Capital (CAR) terhadap Pertumbuhan Laba secara Simultan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat di buat beberapa tujuan dan manfaat penelitian sebagai berikut:

1. Menganalisis pengaruh Risk Profile (NPF, FDR), Earning (ROA, ROE, NOM, BOPO), dan Capital (CAR) terhadap Pertumbuhan Laba secara Parsial?

2. Menganalisis pengaruh Risk Profile (NPF, FDR), Earning (ROA, ROE, NOM, BOPO), dan Capital (CAR) terhadap Pertumbuhan Laba secara Simultan?

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh bagian yang membaca penelitian ini, berikut manfaat hasil penelitian ini:

1. Bagi Penulis

Agar dapat memperluas pengetahuan mengenai pengaruh antar variabel penelitian yaitu antara rasio-rasio kinerja keuangan dengan metode RGEC dan rasio-rasio kinerja bank dengan islamicity performance index.

2. Bagi Akademik (ilmu pengetahuan)

Penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai contoh studi kasus nyata dalam perkuliahan disamping digunakan sebagai koleksi hasil penelitian di perpustakaan.

3. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan kajian dan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang harus diambil oleh perusahaan. Dengan ini diharapkan perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan investory.

4. Bagi Investor

Penelitian dapat menjadikan informasi tentang bentuk atau tingkat efisiensi finansial perusahaan sehingga dapat membantu investor dalam membuat kebijakan investasinya.

25

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan adalah gambaran tentang setiap hasil ekonomi yang mampu diraih oleh perusahaan perbankan pada saat periode tertentu melalui aktivitas-aktivitas perusahaan untuk menghasilkan keuntungan secara efesien dan efektif, yang dapat diukur perkembangannya dengan mengadakan analisis terhadap terhadap data-data keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan. Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan keuanganya dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja keuangan juga merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu (Hery, 2015).

Penilaian kinerja keuangan merupakan suatu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibanya terhadap para pemangku kepentingan dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Adapun manfaat dari kinerja keuangan adalah untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatannya, digunakan untuk melihat kinerja organisasi secara keseluruhan dan kontribusi suatu bagian dalam pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan dan kontribusi suatu bagian dalam pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan, digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan dimasa yang akan datang, untuk memberikan petunjuk dalam pembuatan keputusan serta kegiatan organisasi dan sebagai dasar penentuan kebijakan penanaman modal agar dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan (Fahmi, 2013).

Kinerja bank secara keseluruhan merupakan prestasi yang dicapai bank dalam operasionalnya, baik menyangkut aspek pemasaran, keuangan, penghimpunan, dan penyaluran dana serta teknologi maupun sumber daya manusia. Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasa diukur dengan indicator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas bank (Wardiah, 2013).

Laporan Keuangan Bank adalah laporan keuangan yang menunjukkan kondisi keuangan bank secara keseluruhan. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, serta ringkasan dari transaksi keuangan yang disusun untuk menyediakan informasi keuangan mengenai suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Dari laporan ini dapat diketahui bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk kekurangan dan keunggulan yang dimiliki. Laporan ini menunjukkan kinerja manajemen bank selama satu periode. Keuntungan dengan membaca laporan ini pihak manajemen dalam memperbaiki kekurangan yang ada serta mempertahankan keunggulan yang dimiliki (Kasmir, 2010).

Informasi mengenai kesehatan bank dapat digunakan oleh pihak-pihak tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan menejemen risiko. Ketentuan penilaian tingkat kesehatan bank digunakan sebagai bahan untuk menilai, menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank agar bank-bank dapat dikelola menjadi bank-bank yang layak dan sehat untuk terus berkembang di dunia perbankan (Kasmir, 2014).

2. Laporan Keuangana. Definisi Laporan Keuangan

Laporan keuangan dapat menunjukkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah: Neraca atau Laporan Laba/Rugi, atau hasil usaha, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Posisi Keuangan. Dalam Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) pengertian laporan keuangan yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara sebagai contoh, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, sebagai contoh, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga. Akan tetapi, laporan keuangan tidak mencakup item tertentu seperti laporan manajemen, analisis dan pembahasan umum oleh manajemen dan item serupa yang dapat termasuk laporan keuangan atau laporan tahunan (Fahmi, 2013).

Laporan keuangan merupakan informasi yang menggambarkan kondisi suatu perusahaan dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut. Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan kata lain, laporan keuangan ini berfungsi sebagai alat informasi yang menghubungkan perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan, yang menunjukkan kondisi kesehatan keuangan perusahaan dan kinerja perusahaan (Hery, 2015).

Secara umum laporan keuangan dapat meliputi ikhtisar-ikhtisar yang menggambarkan posisi keuangan, hasil usaha, arus kas serta perubahan ekuitas sebuah organisasi dalam satu periode waktu tertentu. Tiap ikhtisar tersebut dibuat dalam satu format sendiri secara terpisah. Laporan keuangan berguna untuk mengetahui perkembangan suatu perusahaan dan kondisi keuangan perusahaan. Pada dasarnya, laporan keuangan adalah hasil dari proses pencatatan, penggolongan dan peringkasan dari kejadian-kejadian yang bersifat keuangan dengan cara setepat-tepatnya sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan (Sofyan, 2016).

b. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Wiroso, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Sedangkan menurut Ai Nur Bayyinah, laporan keuangan dibuat dengan tujuan untuk menyampaikan informasi tentang kondisi keuangan perusahaan pada suatu saat tertentu kepada para pemangku kepentingan. Namun, sejalan dengan perkembangan kepentingan kelompok pemakai informasi maka pelaporan keuangan diperluas dengan tujuan sebagai berikut (Wiroso, 2011):

1) Membuat keputusan investasi dan kredit. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk membuat keputusan investasi atau keputusan kredit tanpa harus membuat lebih dari satu laporan keuangan untuk satu periode akuntansi.

2) Menilai prospek arus kas. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat digunakan untuk menilai potensi arus kas di masa yang akan datang.

3) Melaporkan sumber daya perusahaan, klaim atas sumber daya tersebut, dan perubahan-perubahan didalamnya. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan menjelaskan kekayaan perusahaan, kepemilikan dan pihak-pihak yang masih berhak atas sumber daya tersebut.

4) Melaporkan sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas para pemilik.

5) Melaporkan kinerja dan laba perusahaan. Laporan keuangan digunakan untuk mengukur prestasi manajemen dengan selisih antara pendapatan dan beban dalam periode akuntansi yang sama.

6) Menilai likuiditas, solvabilitas, dan arus dana. Laporan keuangan dapat digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan melunasi utang jangka pendek, jangka panjang, dan arus dana.

7) Menilai pengelolaan dan kinerja manajemen.

8) Menjelaskan dan menafsirkan informasi keuangan.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 menjelaskan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Menurut Kasmir secara umum tujuan pembuatan laporan keuangan bank adalah sebagai berikut (Kasmir, 2014):

1) Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva dan jenis-jenis aktiva yang dimiliki.

2) Memberikan informasi keuangan tentang jumlah kewajiban dan jenis-jenis kewajiban baik jangka pendek (lancar) maupun jangka panjang.

3) Memberikan informasi keuangan tentang jumlah modal dan jenis-jenis modal bank pada waktu tertentu.

4) Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari jumlah pendapatan yang diperoleh dan sumber-sumber pendapatan bank tersebut.

5) Memberikan informasi keuangan tentang jumlah-jumlah biaya yang dikeluarkan berikut jenis-jenis biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu.

6) Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban, dan modal suatu bank.

7) Memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam suatu periode dari hasil laporan keuangan yang disajikan.

Dengan demikian, laporan keuangan di samping menggambarkan kondisi keuangan suatu bank juga untuk menilai kinerja manajemen bank yang bersangkutan. Penilaian kinerja manajemen akan menjadi patokan apakah manajemen berhasil atau tidak dalam menjalankan kebijakan yang telah digariskan oleh perusahaan.

c. Jenis – jenis Laporan Keuangan

Menurut Ai Nur Bayyinah, jenis-jenis laporan keuangan Asuransi Syariah sebagai berikut (Bayyinah, 2017):

1) Laporan posisi keuangan, mencakup aset, liabilitas, dana peserta dan ekuitas.

2) Laporan surplus defisit underwriting dana tabarru’, berisi laporan laba rugi peserta dengan memperhatikan ketentuan PSAK yang relevan.

3) Laporan perubahan dana tabarru’, mencakup surplus atau defisit periode berjalan, bagian surplus yang didistribusikan ke peserta dan atau pengelola, dan surplus yang tersedia untuk dana tabarru’.

4) Laporan laba rugi, berisi pendapatan pengelola yang diperoleh dan beban operasional yang dikeluarkan oleh pengelola atas aktivitas usahanya.

5) Laporan perubahan ekuitas, menunjukkan perubahan modal disetor, cadangan, dan saldo laba dana pengelola pada periode tertentu

6) Laporan arus kas, memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna agar mengetahui bagaimana entitas menghasilkan kas dan setara kas.

7) Laporan sumber dan penggunaan dana zakat, mengungkapkan sumber zakat internal maupun eksternal dari entitas asuransi syariah, kebijakan penyaluran zakat, dan proporsi dana yang disalurkan.

8) Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan, berisi sumber dana, serta alasan munculnya penerimaan dan penggunaan dana non halal.

9) Catatan atas laporan keuangan dapat mengungkapkan:

a) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting.

b) Informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak disajikan di laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan sumber dan penggunaan dana zakat, dan laporan penggunaan dana kebajikan.

c) Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.

3. Analisis Laporan Keuangana. Definisi Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat (Sofyan, 2016).

Menganalisis laporan keuangan berarti menilai kinerja perusahaan, baik secara internal maupun untuk dibandingkan dengan perusahaan lain yang berada dalam industri yang sama. Hal ini berguna bagi arah perkembangan perusahaan dengan mengetahui seberapa efektif operasi perusahaan telah berjalan. Analisis laporan keuangan sangat berguna tidak hanya bagi internal perusahaan saja, tetapi juga bagi investor dan pemangku kepentingan lainnya (Hery, 2015).

b. Teknik Analisis Laporan Keuangan

Adapun jenis-jenis teknik analisis laporan keuangan yang dapat dilakukan menurut Hery adalah sebagai berikut (Hery, 2015):

1) Analisis perbandingan Laporan Keuangan, merupakan teknik analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan dari dua periode atau lebih untuk menunjukkan perubahan dalam jumlah maupun dalam presentase.

2) Analisis Trend, merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan dan kinerja perusahaan, apakah menunjukkan kenaikan atau penurunan.

3) Analisis Presentase per Komponen (common size), merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui presentase masing-masing komponen aset terhadap total aset; presentase masing-masing komponen utang dan modal terhadap total passiva (total aset), presentase masing-masing komponen laporan laba rugi terhadap penjualan bersih.

4) Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja selama dua periode waktu yang dibandingkan.

5) Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui kondisi kas dan perubahan kas ada suatu periode waktu tertentu.

6) Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi.

7) Analsis Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui posisi laba kotor dari suatu periode ke periode berikutnya, serta sebab-sebab terjadinya perubahan laba kotor tersebut.

8) Analisis Titik Impas, merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

9) Analisis Kredit, merupakan teknik analisis yang digunakan untuk menilai layak tidaknya suatu permohonan kredit debitor kepada kreditor, seperti bank.

4. Rasio Keuangan a. Definisi Rasio keuangan

Rasio keuangan yaitu angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dengan kata lain rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai secara tepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian dan akan terlihat kondisi kesehatan keuangan perusahaan yang bersangkutan (Sofyan, 2016).

Menurut James C. van Horne, rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan kelihatan kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan (Kasmir, 2010).

Analisis rasio merupakan bagian dari analisis keuangan. Analisis rasio adalah analisis yang dilakukan dengan menghubungkan berbagai perkiraan yang ada pada laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan. Analisis rasio keuangan ini dapat mengungkapkan hubungan yang penting antarperkiraan laporan keuangan dan dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan (Fahmi, 2013).

b. Hubungan Rasio Keuangan Dengan Pertumbuhan Laba

Kinerja berasal dari pengertian performance. Ada pula yang memberikan pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja, tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan berlangsung. Dengan demikian, kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut.

Menurut James C. Van Horne dan John M. Wachowicz bahwa “To evaluate the financial condition and performance of a firm, the financial analyst needs certain yardstick. The yardstick frequently used is a ratio, index, relating two pieces of financial data of to each other”. Jadi untuk menilai kondisi dan kinerja keuangan perusahaan dapat digunakan rasio yang merupakan perbandingan angka-angka yang terdapat pada pos-pos laporan keuangan. Gitman mengatakan bahwa “Ratio analysis involves methods of calculating and interpreting financial ratio to asses the firm’s performance. The basic inputs to ratio analysis are the firm’s income statement and balance sheet”. Yang berarti analisis rasio melibatkan metode perhitungan dan menafsirkan rasio keuangan untuk menilai kinerja perusahaan. Input dasar untuk analisis rasio adalah laporan laba rugi perusahaan dan neraca. Dari pendapat di atas dapat dimengerti bahwa rasio keuangan dan kinerja perusahaan mempunyai hubungan yang erat (Fahmi, 2013).

Menurut Mamduh Hanafi dan Abdul Halim, rasio keuangan pada dasarnya disusun dengan cara menggabungkan angka-angka di dalam laporan keuangan antara laporan laba rugi dan neraca. Dari macam-macam rasio yang ada, rasio-rasio tersebut berguna untuk melihat prospek dan risiko perusahaan di masa yang akan datang. Prospek dan risiko perusahaan dapat dilihat melalui pertumbuhan laba perusahaan. Pertumbuhan laba tersebut dapat menunjukkan kinerja perusahaan. Dan kinerja suatu perusahaan dapat dilihat melalui rasio keuangan (Mamduh M, 2016).

Menurut Kasmir, contoh dari rasio likuiditas yakni current ratio. Current ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka pendeknya. Semakin tinggi current ratio maka semakin besar kemampuan perusahaan dapat membayar hutang jangka pendeknya. Sedangkan semakin rendah current ratio dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang rendah karena perusahaan kekurangan modal (Kasmir, 2010).

Selain rasio likuiditas, terdapat rasio keuangan lain yakni rasio solvabilitas (laverage) yang terdiri dari debt to equity ratio dan debt ratio. Debt to equity ratio digunakan untuk mengukur seberapa nilai setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang. Semakin tinggi nilai debt to equity ratio dapat menunjukkan semakin tinggi nilai pendanaan yang disediakan pemilik modal dan akan berdampak buruk terhadap kinerja perusahaan karena dapat mengurangi pertumbuhan laba. Dan sebaliknya semakin rendah debt to equity ratio menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik sehingga tingkat pengembalian akan semakin tinggi dan mempengaruhi tingkat pencapaian laba. Sedangkan debt ratio digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang. Semakin tinggi rasio ini dapat menujukkan pendanaan oleh hutang semakin banyak dan menimbullkan risiko jika perusahan tidak mampu menutupi hutang-hutangnya sedangkan semakin rendah rasio ini menujukkan kinerja yang semakin baik karena pendanaan perusahaan semakin kecil yang dibiayai oleh hutang (Mamduh M, 2016).

Untuk rasio profitabilitas, jenis rasio yang digunakan yakni ROI, ROE dan net profit margin. ROI digunakan untuk mengukur pengembalian hasil atas jumlah aktiva yang digunakan. Semakin tinggi rasio ini dapat menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik karena perusahaan semakin efektif dalam mengelola investasinya sehingga meningkatkan laba yang dimiliki. dan sebaliknya semakin rendah nilai ROI maka kinerja perusahaan juga semakin buruk sehingga tidak mampu meningkatkan laba perusahaan. ROE digunakan untuk menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan keberhasilan manajemen dalam mengelola perusahaan semakin baik sehingga pertumbuhan laba perusahaan semakin baik. Dan sebaliknya jika semakin rendah ROE, maka keberhasilan manajemen perusahaan juga akan rendah. Net profit margin digunakan untuk pendapatan bersih yang diperoleh dai hasil penjualan. Semakin tinggi laba yang diperoleh maka nilai rasio NPM akan semakin tinggi dan akan berpengaruh baik terhadap pertumbuhan laba. Sebaliknya jika laba yang diperoleh semakin rendah, maka akan menurunkan nilai rasio NPM dan akan berpengaruh juga terhadap pertumbuhan laba (Mamduh M, 2016).

5. Pertumbuhan Labaa. Definisi Pertumbuhan Laba

Tujuan utama perusahaan ialah dapat memaksimalkan laba. Laba merupakan kelebihan pendapatan atas beban dan kerugian yang terkait dalam operasi perusahaan pada suatu periode tertentu. Laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Laba merupakan kelebihan hasil (revenue) dari biaya seluruh pos pendapatan (gain) dan rugi, biaya tidak termasuk bunga, pajak dan bagi hasil (Sujarwo, 2015).

Pertumbuhan laba adalah kenaikan laba yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan laba tahun sebelumnya. Pertumbuhan laba dapat dihitung dengan cara mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode sebelumnya.

Menurut Harahap dalam Riza Hermanda laba merupakan angka yang penting dalam laporan keungan karena berbagai alasan antara lain: laba merupakan dasar dalam perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja perusahaan (Harahap, 2007).

Laba menurut pendapat ulama-ulama fiqih adalah pertambahan pada modal pokok perdagangan atau dapat juga diartikan sebagai tambahan nilai yang timbul karena barter atau ekspedisi dagang. Laba yang didapatkan harus halal secara zatnya maupun secara perolehannya. Dalam artian laba yang diperoleh harus bebas dari riba. Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Sedangkan menurut istilah riba merupakan penambahan harta pokok (modal) secara bathil.

Terdapat beberapa surat yang mengatur tentang riba salah satunya QS. Ali-Imran (3) ayat 130:

Yā ayyuhallażīna āmanụ lā ta`kulur-ribā aḍ'āfam muḍā'afataw wattaqullāha la'allakum tufliḥụn.

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Ali Imran: 130).

Berikut ini beberapa aturan mengenai laba dalam konsep Islam:

1) Adanya harta (uang) yang dikhususkan untuk perdagangan.

2) Mengoperasikan modal tersebut secara interaktif dengan unsur-unsur yang lain terkait untuk produksi, seperti usaha dan sumber-sumber alam.

3) Memposisikan harta sebagai obyek dalam pemutarannya karena adanya kemungkinan pertambahan atau pengurangan jumlah.

4) Selamatnya modal yang berarti modal bisa dikembalikan

b. Karakteristik Pertumbuhan laba

Chariri dan Ghozali menyebutkan bahwa laba memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut (Ghozali, 2013):

1) Laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi.

2) Laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi perusahaan pada periode tertentu.

3) Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran, dan pengakuan pendapatan.

4) Laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapat pendapatan tertentu.

5) Laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antara pendapatan dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Laba

Menurut Angkoso dalam Jurnal Isnainah Laili Khatmi Safitri pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain (Safitri, 2016):

1) Besarnya Perusahan

Semakin besar suatu perusahaan, maka ketepatan pertumbuhan laba yang diharapkan semakin tinggi.

2) Umur Perusahan

Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam meningkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah.

3) Tingkat Leverage

Bila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi, maka manajer cenderung memanipulasi laba sehingga dapat mengurangi ketepatan pertumbuhan laba.

4) Tingkat Penjualan

Tingkat pengualan di masa lalu yang tinggi, semakin tinggi tingkat penjualan di masa yang akan data sehingga pertumbuhan laba semakin tinggi.

5) Perubahan Laba Masa Lalu

Semakin besar perubahan laba masa lalu, semakin tidak pasti laba yang diperoleh di masa mendatang.

d. Analisis Pertumbuhan Laba

Ada dua macam analisis untuk menentukan pertumbuhan laba yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal, tetapi dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis fundamental. Berikut adalah penjelasannya (Safitri 2016):

a) Analisis Fundamental

Analisis fundamental merupakan yang berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Dengan analisis fundamental diharapkan calon investor akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya menjadi milik investor, apakah sehat atau tidak, apakah menguntungkan atau tidak dan sebagainya. Analisis fundamental adalah analisis historis atas kekuatan keuangan dari suatu perusahaan yang sering disebut dengan company analysis. Data yang digunakan yaitu data historis, artinya data yang telah terjadi dan mencerminkan keadaan keuangan yang sebenarnya pada saat analisis. Dalam company analysis para analis akan menganalisis laporan keuangan perusahaan yang salah satunya dengan rasio keuangan. Para analis fundamental mencoba memprediksikan pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengestimasi faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi pertumbuahan laba yang akan datang, yaitu kondisi ekonomi dan kondisi keuangan yang tercermin melalui kinerja perusahaan. Hal ini pentingnya karena nantinya akan berhubungan dengan hasil yang akan diperoleh investasi dan risiko yang harus ditanggung.

b) Analisis Teknikal

Analisis teknikal sering dipakai oleh investor, dan biasanya data atau catatn pasar yang digunakan berupa grafik. Analisis ini berupaya untuk memprediksi pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengamati perubahan laba di masa lalu teknik ini mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan.

6. Metode RGEC

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Kesehatan Bank Umum, Bank di Indononesia diwajibakan menggunakan metode penilaian kesetahan bank. Selain itu Tahun 2014 OJK engeluarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, yang mewajibkan melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan berdasarkan Risiko (Risk-Based Bank Rating) yang dimana indikator dari setiap penilaian tersebut berdasarkan SE OJK Nomor 10/SEOJK.03/2014. Makan dari itu penelitian ini menggunakan metode RGEC, yang dimana meliputi Penilaian Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, dan Capital.

a. Profil Risiko (Risk Profile)

Penilaian risk profile ini merupakan penilaian terhadap baik buruknya penerapan manajemen resiko dan resiko inheren dalam kegiatan opersional bank. Risiko yang wajib dinilai berdasarkan SE OJK No.10/SEOJK.03/2014 terdiri atas 10 (sepuluh) jenis risiko yaitu:

1) Risiko Kredit

Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank sesuai dengan perjanjian yang disepakati. Risiko kredit pada umumnya melekat pada seluruh aktivitas penanaman dana yang dilakukan oleh bank yang kinerjanya bergantung pada kinerja pihak lawan (counterparty), penerbit (issuer) atau kinerja peminjam dana (borrower). Risiko kredit juga dapat diakibatkan oleh terkonsentrasinya penyediaan dana pada debitur, wilayah geografis, produk, jenis pembiayaan, atau lapangan usaha tertentu. Dalam penelitian ini risiko kredit dihitung dengan menggunakan rasio NPF dengan rumus berikut:

2) Risiko Pasar

Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif akibat perubahan harga pasar, antara lain risiko berupa perubahan nilai dari aset yang dapat diperdagangkan atau disewakan. Risiko pasar meliputi antara lain risiko benchmark suku bunga (benchmark interest rate risk), risiko nilai tukar, risiko ekuitas, dan risiko komoditas.

3) Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank. Risiko ini disebut juga risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity risk). Risiko likuiditas juga dapat disebabkan oleh ketidakmampuan bank melikuidasi asset tanpa terkena diskon yang material karena tidak adanya pasar aktif atau adanya gangguan pasar (market disruption) yang parah. Risiko ini disebut sebagai risiko likuiditas pasar (market liquidity risk). Perhitungsn risiko likuiditas dapat menggunakan rasio FDR dengan perumusan sebagai berikut:

4) Risiko Operasional

Risiko operasional adalah risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Sumber risiko operasional dapat disebabkan antara lain oleh sumber daya manusia, proses, sistem, dan kejadian eksternal.

5) Risiko Hukum

Risiko hukum adalah risiko yang timbul akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. Risiko ini juga dapat timbul antara lain karena ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendasari atau kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya perjanjian atau agunan yang tidak memadai.

6) Risiko Stratejik

Risiko stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. Sumber risiko stratejik antara lain dapat berasal dari kelemahan dalam proses formulasi strategi dan ketidaktepatan dalam perumusan strategi, ketidaktepatan dalam implementasi strategi, dan kegagalan mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.

7) Risiko Kepatuhan

Risiko kepatuhan adalah risiko akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku, serta prinsip syariah. Sumber risiko kepatuhan antara lain dapat disebabkan oleh kurangnya pemahaman atau kesadaran hukum terhadap ketentuan, prinsip syariah, maupun standar bisnis yang berlaku umum.

8) Risiko Reputasi

Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank.

9) Risiko Imbal Hasil

Risiko imbal hasil (Rate of Return Risk) adalah risiko akibat perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan bank kepada nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang diterima bank dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi perilaku nasabah dana pihak ketiga bank.

10) Risiko Investasi

Risiko investasi (Equity Investment Risk) adalah risiko akibat bank ikut menanggung kerugian usaha nasabah yang dibiayai dalam pembiayaan berbasis bagi hasil baik yang menggunakan metode net revenue sharing maupun yang menggunakan metode profit and loss sharing.

Pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan risiko kredit (NPF), dan risiko likuiditas (FDR).

b. Good Corporate Governance (GCG)

Penilaian faktor GCG merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG. Prinsip-prinsip GCG dan fokus penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip GCG berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia mengenai Pelaksanaan GCG bagi bank umum dengan memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha Bank (SEBI No. 13/24/DPNP/2011).

Penilaian faktor good corporate governance bagi bank umum syariah merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen bank atas pelaksan