lembaga sosial islam (lsi); legalitas dan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3077/1... ·...

74
LEMBAGA SOSIAL ISLAM (LSI); LEGALITAS DAN KONTRIBUSINYA DALAM PENGELOLAAN ZAKAT DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam Oleh: MUDATSIR NIM 22108002 JURUSAN SYARIAH PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2013

Upload: others

Post on 03-Feb-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • LEMBAGA SOSIAL ISLAM (LSI); LEGALITAS DAN

    KONTRIBUSINYA DALAM PENGELOLAAN ZAKAT

    DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUSUKAN

    KABUPATEN SEMARANG

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam

    Oleh:

    MUDATSIR

    NIM 22108002

    JURUSAN SYARIAH

    PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

    SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

    SALATIGA

    2013

  • MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    MOTTO

    “…Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantara kamu dan

    orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat…” (QS. al-Mujadillah/8: 11)

    PERSEMBAHAN

    Ku persembahkan skripsi ini kepada:

    1. Istriku tercinta yang dengan sabar memberikan dorongan.

    2. Anak ku tercinta Ulayatul Kustiati dan Annisa Nur Maghfiroh.

    3. Para dosen ku, saudara-saudara ku dan sahabat seperjuangan ku yang selalu

    setia “menemaniku”.

  • KATA PENGANTAR

    Alhamduluillah, puji dan syukur penyusun haturkan kehadirat Allah SWT

    tanpa kuasa-Nya mustahil penyusun dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Salawat dan

    salam semoga tetap terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri

    tauladan bagi umat manusia.

    Dengan telah selesainnya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

    semua pihak baik moril, materiil, maupun spiritual. Dengan demikian, penyusun

    mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan

    skripsi ini, khususnya kepada

    1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag, selaku pimpinan Sekolah Tinggi Agama

    Islam Negeri Salatiga.

    2. Bapak Drs. Mubasirun, M.Ag, selaku ketua jurusan syariah Sekolah Tinggi

    Agama Islam Negeri Salatiga.

    3. Bapak Ilyya Muhsin, S. HI., M.Si, selaku Ketua Program Studi Ahwal al-

    Syakhshiyyah

    4. Bapak Moh. Khusen, M.Ag, M.A selaku pembimbing, yang ditengah

    kesibukannya menyempatkan diri untuk memberikan pengarahan, bimbingan,

    dan saran dengan penuh keikhlasan.

  • 5. Keluarga besar dirumah, istri dan kedua anakku, motifasi kalian bagai sumber

    air di padang gesang.

    6. Teman-teman angkatan tahun 2008 non regular, terima kasih kalian sudah

    menemaniku saat aku butuh teman untuk berbagi.

    Penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan

    kelemahan, oleh karena itu penyusun mengharapkan kepada para pembaca untuk

    berkenan menyampaikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan

    skripsi ini.

    Terakhir, penyusun berharap semoga skripsi yang sederhanan ini dapat bermanfaat.

    Amin ya robbal alamin.

    Salatiga, Maret 2013

    Robiul akhir 1434

    Penyusun

    Mudatsir

  • ABSTRAK

    Mudatsir. 2008. Lembaga Sosial Islam (LSI) Legalitas dan Kontribusinya dalam

    Pengelolaan Zakat di Desa Susukan Kecamatan Susukan Kabupaten

    Semarang. Skripsi jurusan Syariah. Program Studi Ahwal al-Syakhshiyyah.

    Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Moh. Khusen

    M.Ag. M.A.

    Kata kunci: Lembaga Sosial Islam dan Manajemen Pengelolaan Zakat

    Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui potensi zakat di Desa Susukan.

    Petanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini ialah (1) Bagaimanakah

    legalitas Lembaga Sosial Islam sebagai lembaga amil zakat dalam tinjauan Undang-

    Undang nomor 38 1999 tentang pengelolaan zakat? (2) Bagaimanakah manajemen

    pendistribusian zakat di Lembaga Sosial Islam?(3) Bagaimanakah kontribusi

    Lembaga Sosial Islam dalam pengelolaan zakat.

    Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka dilakukan penelitian dengan

    menggunakan pendekatan deskriptif, kualitatif yaitu melakukan pembahasan terhadap

    kenyataan yang ada di dalam praktek untuk selanjutnya dihubungkan dengan

    pendekatan secara langsung terhadap penelitian. Dengan menggunakan data primer

    yaitu sebuah keterangan atau fakta yang secara langsung diperoleh melalui penelitian

    lapangan yang didapat dari hasil wawancara dengan informan. Sedangkan data

    sekunder yaitu keterangan pendukung dari data primer, data yang diperoleh peneliti

    dari sumber sekunder seperti buku-buku referensi dan dokumentasi kegiatan LSI

    Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Dalam aspek legalitas Lembaga

    Sosial Islam sebagai lembaga pengelolaan zakat belum sesuai dengan Undang-

    Undang No 38 Tahun 1999 karena belum berbadan hukum. Pengurus Lembaga Sosial

    Islam merasa belum memerlukan untuk memperoleh status badan hukum tersebut

    karena selama dalam pengelolaan zakat ini dirasa sudah cukup.(2) Manajemen

    pendistribusian zakat yang dikelola oleh Lembaga Sosial Islam dapat dikelompokan

    menjadi model pendistribusian zakat secara konsumtif dan investatif. Model

    konsumtif dilakukan dengan cara mendistribusikan zakat dalam bentuk uang dan

    beras secara langsung dalam rangka memenuhi kebutukan konsumsi harian

    masyarakat Desa Susukan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang, sedangkan

    model investatif diwujudkan dalam bentuk pemberian modal usaha dan penyediaan

    simpan pinjam kepada yang membutuhkan. (3) Kontribusi Lembaga Sosial Islam di

    Desa Susukan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang dalam pengelolaan zakat

    terbukti sangat besar dan dirasakan oleh masyarakat dalam pengentasan kemiskinan

    guna mencapai kesejahteraa di bidang kesehatan dan ekonomi.

  • DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

    PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii

    PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iii

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN........................................................ iv

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

    ABSTRAK ....................................................................................................... viii

    DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii

    DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

    B. Fokus Penelitian ............................................................................... 3

    C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4

    D. Kegunaan Penelitian ......................................................................... 4

    E. Penegasan Istilah .............................................................................. 5

  • F. Motode Penelitian ............................................................................. 6

    1. Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................. 6

    2. Kehadiran Peneliti ........................................................................ 6

    3. Lokasi ........................................................................................... 6

    4. Sumber Data................................................................................. 6

    5. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................ 7

    6. Analisis Data ................................................................................ 8

    7. Pengecekan Keabsahan Data ....................................................... 9

    G. Sistematika Pembahasan ................................................................... 9

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    A. Pengertian Zakat ............................................................................... 11

    B. Macam-Macam Zakat ....................................................................... 15

    C. Pendistribusian Zakat ....................................................................... 19

    D. Lembaga Pengelola Zakat ................................................................ 24

    BAB III HASIL PENELITIAN

    A. Monografi Desa Susukan .................................................................. 28

    B. Gambaran tentang Lembaga Sosial Islam ........................................ 31

    C. Manajemen Pendistribusian Zakat .................................................... 39

  • BAB IV ANALISIS

    A. Legalitas Lembaga Sosial Islam dalam tinjauan

    Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 .......................................... 46

    B. Manajemen Pendistribusian Zakat .................................................... 49

    C. Kontribusi Lembaga Sosial Islam .................................................... 51

    BAB V PENUTUP

    A. Simpulan ........................................................................................... 54

    B. Saran ................................................................................................ 55

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 56

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Desa Susukan dalam Kelompok Umur

    dan Jenis Kelamin ............................................................................ 29

    Tabel 3.2 Data pemeluk agama Desa Susukan ................................................ 29

    Tabel 3.3 Penduduk Desa Susukan menurut pekerjaannya ............................. 30

    Tabel 3.4 Lembaga Pendidikan Islam yang ada di Desa Susukan ................... 31

    Tabel 3.5 Susuna pengurus LSI tahun 2011 – 2015 ........................................ 34

    Tabel 3.6 Penerimaan Zakat, Infaq dan Shadaqoh LSI tahun 2012 ................. 39

    Tabel 3.7 Penerimaan Zakat, Infaq dan Shadaqoh LSI tahun 2011 ................. 40

    Tabel 3.8 Penerimaan Zakat, Infaq dan Shadaqoh LSI tahun 2010 ................. 41

    Tabel 3.9 Pendistribusian Zakat LSI Tahun 2012 ........................................... 42

    Tabel 3.10 Perincian Pembagian Zakat untuk Fakir Miskin ........................... 43

    Tabel 3.11 Modal yang dipinjamkan kepada masyarakat Tahun 2012 ............ 45

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 3.1 Struktur Organisasi Lembaga Sosial Islam (LSI)

    Desa Susukan ............................................................................... 33

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Zakat merupakan ibadah maliyah ijtima’iyah yang memiliki posisi yang

    sangat penting, strategis, dan menentukan, baik dari sisi ajaran maupun pembangunan

    kesejahteraan umat (Hafidhuddin,2002: 1). Zakat merupakan kewajiban bagi umat

    Islam yang harus dilaksanakan, khususnya bagi orang yang mampu. Zakat tidak

    wajib bagi orang yang tidak mampu melaksanakannya, bahkan ia berhak untuk

    mendapatkan zakat. Zakat merupakan bentuk social justice dalam Islam, yang apabila

    dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, maka kesejahteraan dan keadilan akan dapat

    dirasakan.

    Secara bahasa zakat artinya tumbuh, berkembang, subur, atau bertambah (QS.

    al-Baqarah: 276); zakat dapat pula berarti membersihkan atau mensucikan (QS. at-

    Taubah: 103). Secara istilah zakat itu nama bagi pengambilan tertentu dari harta

    tertentu, menurut sifat-sifat tertentu, dan untuk diberikan kepada golongan tertentu

    (Amar, 204: 4).

    Betapa pentingnya kedudukan zakat dalam Islam, sehingga Allah

    mensejajarkan perintah sholat dengan zakat. Manurut Yusuf Qardhawi (1988: 39),

    terdapat 27 ayat dalam al-Quran yang menyejajarkan antara sholat dan zakat.

    Beberapa kata dalam al-Quran yang memerintahkan kewajiban berzakat bisa dalam

    bentuk fi’l madi (kata kerja yang menunjukkan masa lalu), fi’l mudar’i (kata kerja

  • yang menunjukkan kata kerja sekarang danmasa yang akan datang), fi’l amr

    (perintah), bahkan dalam bentuk jamak.

    Perintah menunaikan zakat atas harta dan penghasilan dapat mendidik umat

    Islam agar menjauhi sifat mementingkan diri sendiri, dan mewujudkan semangat

    berbagi dengan orang lain. Kesadaran ini dipandang sebagai indikator utama

    ketundukan seseorang pada ajaran Islam. Perintah mendirikan sholat dalam al-Quran

    tidak pernah terpisahkan dengan perintah membayar zakat, sebagaimana Allah

    menyejajarkan iman dengan ukhuwah di dalam kitab suci-Nya.

    Zakat merupakan sarana komunikasi utama antar manusia dengan manusia

    lain dalam suatu tatanan kehidupan sosial. Obyek zakat sekarang sudah begitu banyak

    jenisnya seiring berkembangnya usaha manusia di sektor moderen. Karena itu, wajar

    jika pengelolaan zakat berkembang seiring dengan berkembangnya sektor

    perekonomian moderen.

    Salah satu penyebab belum optimalnya penghimpunan zakat dalam

    masyarakat adalah kurangnya pengetahuan tentang zakat secara komprehensif dan

    lemahnya sosialisasi organisasi pengelola zakat yang amanah dan professional

    (Depag, 202: 4). Hal ini dapat dilihat misalnya, pada era sebelum 90-an dimana

    pengelola zakat masih asal-asalah, musiman, dan cenderung bersifat karitatif dalam

    distribusinya.

    Masalah sosial merupakan masalah yang ditimbulkan oleh situasi dan kondisi

    kehidupan dalam masyarakat, pada umumnya problem sosial satu dengan lainnya

    saling berkaitan dan erat sekali hubungannya, seperti adanya ketidaktentuan peranan

  • ekonomi, banyak sekali pertaliannya dengan masalah kesehatan, masalah pendidikan,

    pelanggaran norma sosial dan sebagainya. Hal-hal semacam itu biasannya disebabkan

    kekacauan dan suasana masyarakat karena tidak adanya koordinasi satu sama lainnya.

    Untuk menanggulangi masalah-masalah di atas maka masyarakat Desa Susukan

    Kecamatn Susukan Kabupaten Semarang membentuk suatu lembaga yang khusus

    untuk menangani masalah yang berhubungan dengan masalah sosial yakni yang

    diberi nama Lembaga Sosial Islam (LSI).

    Dengan adanya Lembaga Sosial Islam (LSI), guna memberantas kemiskinan,

    mereka yang menderita, anak yatim piatu merupakan suatu tugas dan kewajiban

    masyarakat untuk berpartisipasi di dalamnya. Keberadaan lembaga ini juga sesuai

    dengan anjuran agama untuk memikirkan kesejahteraan para fakir miskin dan yatim

    piatu sebagimana tercantum dalam al-Quran surat al-Ma’un. 1-5.

    Oleh kerena itu peneliti tertarik untuk menggali informasi tentang keberadaan

    LSI di Desa Susukan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang sebagai sebuah

    lembaga pengelola zakat yang berakar dari masyarakat.

    B. Fokus Penelitian

    1. Bagaimanakah legalitas Lembaga Sosial Islam sebagai lembaga amil zakat

    dalam tinjauan Undang-undang No 38 tahun 1999 tentang pengelolaan

    zakat.

    2. Bagaimanakah manajemen pendistribusian zakat di Lembaga Sosial Islam

    Desa Susukan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang.

  • 3. Bagaimana kah kontribusi Lembaga Sosial Islam dalam pengelolaan zakat

    bagi masyarakat Desa Susukan, Kecamatan Susukan, Kabupaten

    Semarang.

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan fokus masalah penelitian, maka tujuan penelitian yang ingin

    dicapai :

    1. Untuk mengetahui legalitas Lembaga Sosial Islam sebagai lembaga amil

    zakat dalam tinjauan Undang-Undang No 38 tahun 1999 tenntang

    Pengelolaan zakat.

    2. Untuk mengetahui bagaimana menejemen pendistribusian zakat di

    Lembaga Sosial Islam Desa Susukan Kecamatan Susukan Kabupaten

    Semarang.

    3. Untuk mengetahui kontribusi Lembaga Sosial Islam dalam pengelolaan

    zakat bagi masyarakat Desa Susukan .

    D. Kegunaan penelitian

    1. Untuk menambah ilmu guna mengana;isa berbagai peraturan perundang-

    undangan dibidang zakat.

    2. Sebagai bahan kajian bagi peneliti lain untuk mengetahui seberapa jauh

    kesadaran masyarakat Desa Susukan dalam berzakat.

    3. Memberikan sumbangan yang berarti kepada masyarakat dalam

    pemahaman masalah zakat.

  • E. Penegasan Istilah

    Untuk mempermudah pengertian maka peneliti perlu mengadakan

    penjelasan istilah yang terdapat dalam judul skripsi ini, agar tidak terjadi

    kesimpang siuran dan kesalah pahaman pembaca dengan apa yang

    dimaksudkan oleh peneliti. Adapun istilah yang perlu peneliti jelaskan disini

    antara lain :

    1. Lembaga

    Disini penulis maksudkan adalah badan atau organisasi yang bertujuan

    melakukan sesuatu penyelidikan keilmuan atau suatu usaha, (Hasan, 2002;

    655).

    2. Sosial

    Yaitu sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat, (Hasan, 2002; 1085).

    3. Islam

    Agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW yang berpedoman

    pada kitab suci Al-Qur’an yang diturunkan ke dunia melaui wahyu Allah

    SWT, (Hasan, 2002; 444).

    4. Legalitas

    Adalah perihal (keadaan) sah; keabsahan, (Hasan, 2002; 651).

    5. Kontribusi

    Uang iuran atau sumbangan, (Hasan, 2002; 592).

  • 6. Pengelolaan

    Adalah proses atau cara melakukan kegiatan tertentu, (Hasan, 2002; 534).

    7. Zakat

    Jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama

    islam diberikan kepada golongan yang berhak menerima menurut

    ketentuan yang ditetapkan oleh syarak, (Hasan, 2002; 1279).

    F. Metode Penelitian

    1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

    Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yaitu melakukan

    pembahasan terhadap kenyataan atau data yang ada dalam praktek untuk

    selanjutnya dihubungkan dengan pendekatan secara langsung terhadap

    penelitian. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang

    bertujuan untuk memberi gambaran tentang lembaga Sosial Islam.

    legalitasnya sebagai lembaga pengelola zakat, menejemen pengelolaan

    zakat dan kontribusinya bagi masyarakat.

    2. Kehadiran Peneliti

    Peneliti bertindak sebagai instrument sekaligus sebagai pengumpul data

    yang mana peneliti langsung datang dan mewawancarai masyarakat dan

    informan kunci yang telah ditentukan.

  • 3. Lokasi

    Lokasi penelitian ini terletak di Desa Susukan, Kecamatan Susukan,

    Kabupaten Semarang.

    4. Sumber Data

    Jenis data yang penulis gunakan :

    a. Data primer

    Merupakan sebuah keterangan atau fakta yang secara langsung

    diperoleh melalui penelitian lapangan. Dalam hal ini adalah data yang

    didapatkan dari hasil wawancara penelitian dengan informan.

    b. Data sekunder

    Merupakan keterangan pendukung dari data primer, data

    sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber sekunder

    seperti buku-buku referensi dan dokumentasi kegiatan LSI.

    5. Prosedur Pengumpulan Data

    a. Metode interview/ wawancara

    Wawancara adalah berhadapan dengan maksud tertentu,

    percakapan ini dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara

    (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan wawancara (interview)

    yang memberikan jawaban atas pertanyaan (Moloeng, 2004; 186).

  • Wawancara dilakuakan kepada informan, metode ini dengan

    tanya jawab secara lisan mengenai masalah yang ada dengan

    berpedoman pada daftar pertanyaan sebagai rujukan yang telah

    dirumuskan, metode wawancara ini digunakan untuk mengetahui

    aspek legalitas LSI, menejemen pengelolaan zakatnya, dan

    kontribusinya dalam masyarakat.

    b. Observasi

    Adalah suatu cara pengumpulan data dengan jalan pengamatan

    secara langsung mengenai objek penelitian, metode ini peneliti

    gunakan sebagai langkah awal untuk mengetahui kondisi objektif

    mengenai objek penelitian (Arikunto, 1997; 234)

    Teknik observasi ini merupakan upaya untuk memperoleh data

    dengan melihat atau mengamati objek yang diteliti, serta melakukan

    pencatatan terhadap kejadian yang penulis ketahui.

    c. Metode Dokumentasi

    Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai

    sumber data, kerena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data

    dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan

    (Moloeng, 2004; 917).

    Dokumen yang ada dipelajari untuk memperoleh data dan

    informasi dalam penelitian ini. Dokumen tersebut adalah yang

    berkaitan dengan tema penelitian ini dan berkaitan dengan masalah

  • yang akan dibahas. Dokumen dapat dianggap sebagai materi yang

    tertulis atau sesuatu yang menyediakan informasi tentang suatu objek.

    6. Analisis Data

    Pada kegiatan analisa data, data yang terkumpul selanjutnya

    dilakukan perbaikan dari hasil survei di lapangan. Pada prinsipnya, proses

    perbaikan data bertujuan agar data yang nanti akan di analisis telah

    akurat.

    7. Pengecekan Keabsahan

    Pengecekan keabsahan data dilakukan karena dikhawatirkan

    masih ada kesalahan, atau kekeliruan yang terlewati oleh peneliti, dengan

    cara menulis kembali hasil wawancaraulang dari salah satu objek

    penelitian untuk menambah data yang kurang bila diperlukan.

    G. Sistematika Pembahasan

    Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab pertama berisi pendahuluan

    yang terdiri dari latar belakang masalah, fokus masalah, tujuan penelitian,

    kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian dan sitematika

    pembahasan.

    Bab kedua berisi kajian pustaka, terdiri dari pengertian zakat, macam-

    macam zakat, pendistribusian zakat dan lembaga pengelola zakat dalam

    tinjauan Undang-Undang Nomor 38/1999.

    Bab ketiga berisi hasil penelitian yang terdiri dari monografi Desa

    Susukan, sejarah Lembaga Sosial Islam, pengurus Lembaga Sosial Islam,.

  • Bab keempat berisi analisis terdiri dari legalitas Lembaga Sosial Islam,

    manajemen pendistribusian zakat, dan kontribusi Lembaga Sosial Islam dalam

    mengelola zakat.

    Bab kelima adalah penutup,berisi simpulan, dan saran.

  • BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Pengertian Zakat

    Secara etimologi kata zakat merupakan kata dasar (masdar) dari kata

    zaka yang berarti berkah, tumbuh bersih dan baik. Menurut Lisan al Arab arti

    dasar kata zakat adalah suci, tumbuh berkah dan terpuji, semuanya digunakan

    dalam Al Qur’an dan Al Hadist (Qardhawi, 1999;34). Oleh karena itu zakat

    berarti tumbuh dan berkembang. Jika pengertian itu dihubungkan dengan

    harta benda, maka menurut ajaran Islam harta yang dizakati itu akan tumbuh,

    bertambah, dan berkembang. Di mana akan membawa kebaikan bagi hidup

    dan kehidupan orang yang memeiliki harta tersebut, selain itu jiwa orang yang

    mengeluarkan zakat akan memiliki sifat-sifat suci, toleran, sosial dan bersih.

    Secara terminologis, zakat berarti sejumlah harta tertentu yang

    diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak. Selain

    itu zakat juga berarti mengeluarkan jumlah tertentu. Zakat adalah bagaian dari

    harta yang diberikan oleh setiap muslim yang memenuhi syarat kepada orang-

    orang tertentu, dengan syarat-syarat tertentu pula, yakni syarat nisab, haul, dan

    kadarnya (Ali, 1988:39).

    Allah menjanjikan berbagai keuntungan yang akan dinikmati oleh

    orang yang menunaikan zakat, di antaranya akan diberi pahala yang berlipat

    ganda, diampuni dosa-dosanya, dimasukkan ke dalam surga, dibersihkan

  • dirinya dari berbagai cela, dijauhkan dari rasa takut dan sedih, diberinya

    kehidupan yang baik dan tentram (Darojat, 1993;18).

    Al Qur’an dan As Sunnah selalu menggandengkan perontah sholat dan

    zakat. Hal ini menunjukkan bahwa betapa eratnya hubungan antara keduanya.

    Sholat merupakan hukum islam yang kedua, sedangkan zakat merupakan

    rukun islam yang keempat. Sedangkan sholat sendiri menurut Hadist

    Rasulullah, merupakan tiang agama, barang siapa yang menegakkannya

    berarti menegakkan agamanya dan barang siapa yang meruntuhkannya berarti

    meruntuhkan agamanya. Sementara itu zakat merupakan jembatan menuju

    islam, barang siapa yang melewatinya akan selamat sampai tujuan dan barang

    siapa yang memilih jalan lain akan tersesat (Qordowi, 1995; 92).

    Dalam buku Pedoman Zakat disebutkan bahwa zakat adalah sesuatu

    yang diberikan orang sebagai hak Allah SWT kepada yang berhak menerima

    antara lain fakir miskin menurut ketentuan agama Islam (Departemen Agama

    RI, 1991; 107). Adapun menurut Undang-Undang nomor 38 tahun 1999

    tentang Pengelolaan Zakat pasal 1 ayat 2, diterangkan bahwa zakat adalah

    “harta yang wajib disisihkan seorang muslim atau badan hukum yang dimiliki

    oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada

    yang berhak menerimanya”

    Dari uraian tersebut di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

    zakat mencakup dua hal prinsip. Pertama, zakat adalah jumlah kadar harta

    tertentu yang diwajibkan Allah atas harta orang Islam yang diberikan kepada

  • orang-orang tertentu dengan syarat-syarat tertentu yang menurut ketentuan

    Allah dan Rasulnya. Kedua, zakat adalah merupakan kewajiban bagi setiap

    muslim untuk memberikan sebagaian harta bendanya kepada orang-orang

    tertentu dengan syarat-syarat tertentu, menurut ketentuan Allah dan Rasulnya.

    Zakat mempunyai kesamaan dengan infaq dan sodaqoh yaitu ibadah

    atau perbuatan yang berkaitan dengan harta. Namun terdapat perbedaan antara

    zakat dengan infaq dan sodaqoh, perbedaan tersebut adalah :

    a. Dari segi hukumnya, zakat hukumnya wajib bagi umat Islam yang telah

    memenuhi ketentuan, sedangkan infaq dan sodaqoh hukumnya sunnah.

    b. Zakat mempunyai fungsi yang jelas, untuk mensucikan atau

    membersihkan harta dan jiwa pemberinya. Pengeluaran zakat dilakukan

    dengan cara-cara dan syarat-syarat tertentu, baik mengenai jumlah, waktu

    dan kadarnya.

    c. Infaq dan sodaqoh bukan merupakan suatu kewajiban, sifatnya suka rela

    dan tidak terikat pada syarat-syarat tertentu dalam pengeluarannya, baik

    mengenai jumlah, waktu, dan kadarnya.

    Zakat adalah ibadah maliyah ijtimaiyyah yang memiliki posisi yang

    sangat penting, strategis, dan menentukan baik dari sisi ajaran maupun dari

    sisi pembangunan kesejahteraan umat. Sebagai suatu ibadah pokok zakat

    termasuk salah satu rukun Islam, sebagaimanan diungkapkan dalam berbagai

    hadist nabi, sehinggga keberadaannya dianggap sebagai suatu yang sudah

  • umum diketahui umat dan merupakan bagian mutlak dari keislaman seseorang

    (Hafiduddin, 2007:68).

    Al Qur’an menyatakan bahwa kesediaan berzakat dipandang sebagai

    indikator ketundukan seseorang terhadap tuhannya melalui ajaran Isalm, ciri

    utama mukmin yang akan mendapatkan kebahagiaan hidup, mendapat rahmat

    dan pertolongan dari Allah SWT. Kesediaan berzakat dipandang pula sebagai

    orang yang selalu berkeinginan untuk membersihkan diri dan jiwanya dari

    berbagai sifat buruk manusia seperti bahil, egois, rakus, dan tamak, sekaligus

    berkeinginan untuk selalu membersihkan, mensucikan, dan mengembangkan

    harta yang dimilikinnya.

    Sebaliknya ajaran Islam memberikan peringatan dan ancaman yang

    keras terhadap orang yang enggan mengeluarkan zakat. Di akhirat kelak harta

    benda yang disimpan dan ditumpuk tanpa dikeluarkan zakatnya, akan berubah

    menjadi azab bagi pemiliknya. Sementara dalam kehidupan dunia sekarang

    orang yang enggan berzakat menurut beberapa buah hadist nabi, harta

    bendanya akan hancur dan jika keengganan ini memasal (banyak yang enggan

    untuk berzakat) Allah akan menurunkan berbagai azab, seperti musim

    kemarau yang panjang atau terjadi kebakaran. Abdullah bin Mas’ud

    menyatakan bahwa orang-orang yang beriman diperintahkan untuk

    menegakkan sholat dan megeluarkan zakat. Siapa yang tidak berzakat tidak

    ada sholat baginya, Rasulullah pernah menghukum Tsa’labah yang enggan

    mengeluarkan zakat dengan mengisolasi yang berkepanjangan, tak ada

  • seorang sahabatpun yang mau berhubungan dengannya, meski hanya bertegur

    sapa. Khalifah Abu Bakar As Sidiq bertekad akan memerangi orang-orang

    yang mau sholat tetapi enggan berzakat. Ketegasan sikap itu menunjukkan

    bahwa perbuatan meninggalkan zakat adalah suatu kedurhakaan dan bila hal

    ini dibiarkan maka akan memunculkan berbagai kedurhakaan dan

    kemaksiatan yang lain.

    Kewajiban menunaikan zakat merupakan sesuatu yang demikian tegas

    dan mutlak. Karena di dalam ajaran Islam hal yang demikian ini terkandung

    hikmah dan manfaat yang demikian besar dan mulia, baik yang berkaitan

    dengan muzakki, mustahiq, harta benda yang dikeluarkan zakatnya, maupun

    bagi masyarakat secara keseluruhan.

    B. Macam-macam Zakat

    Pada dasarnya harta yang dikenai kewajiban zakat adalah segala

    barang yang berharga yang dapat dipergunakan untuk menutupi kebutuhan

    hidup manusia, akan tetapi perinciannya berkembang sesuai dengan keadaan

    tempat dan tingkat kehidupan.

    Berdasarkan macamnya, ada dua macam zakat yaitu Zakat Mal, (zakat

    harta) dan Zakat Fitrah. Yang dimaksud dengan zakat mal atau zakat harta

    adalah bagian dari harta seorang atau badan hukum yang wajib dikeluarkan

    untuk golongan orang-orang tertentu setelah dimiliki dalam jangka waktu

    tertentu dan jumlah minimal tertentu, sedang Zakat Fitrah adalah pengeluaran

    wajib yang dilakukan oleh setiap muslim yang mempunyai kelebihan dari

  • kebutuhan keluarga yang wajar pada malam hari dan hari raya sampai batas

    sebelum sholat Idul Fitri.

    Mengenai harta kekayaan yang wajib dikenai zakatnya ada dua

    macam; yang pertama adalah kekayaan terbuka (Amwal Zhahiriah) yakni

    tidak dapat ditutup-tutupi misalnya hasil pertanian seperi segala macam

    tanaman dan buah-buahan serta berbagai jenis ternak. Sedangkan yang kedua

    adalah kekayaan yang tertutup (Amwal Bathiniah) yakni tidak mudah

    diketahui dengan begitu saja dan kemungkinan besar dimanipulasi. Contohnya

    emas, perak, mata uang, usaha perdagangan, maupun industri (Yafie, 1994;

    236).

    Mengenai ketentuan jenis barang yang wajib dizakatkan Prof. Dr.

    Zakiyah Darojat dalam bukunya Ilmu Fiqh menjelaskn bermacam-macam

    barang yang menjadi objek zakat dan dikelompokkan menjadi tiga bagian :

    1. Jenis harta yang disepakati wajib dizakatkan antara lain :

    a. Barang logam seperti emas dan perak

    b. Barang hasil tanaman

    c. Hasil perternakan

    Para ulama sepakat menetapkan bahwa emas, perak, hasil pertanian,

    peternakan, adalah jenis harta yang wajib dizakatkan karena ditunjuk

    secara jelas oleh nash yang qot’i.

    2. Jenis harta yang diperselisihkan ulama wajib zakatnya yaitu :

    a. Barang tambang selain emas dan perak

  • b. Emas dan perak yang menjadi pakaian

    c. Harta perniagaan

    d. Binatang ternak yang bukan untuk diternakkan

    e. Kuda

    f. Madu

    g. Hasil tanaman selain gandum, jewawut, dan kurma

    h. Anggur kering

    i. Benda-benda yang dikeluarkan dari laut

    3. Jenis harta yang disepakati ulama tidak dizakatkan ialah semua harta

    benda untuk keprluan rumah tangga dan untuk keperluan sehari-hari,

    bukan untuk diperdagangkan dan bukan untuk diperkembangbiakan

    seperti : rumah untuk ditempati, dan perabot rumah tangga yang ada di

    dalamnnya yang dipakai sehari-hari misalnya televisi, kulkas, tempat tidur

    dan lain sebagainnya.

    Dalam bukunnya Hukum Zakat Yusuf Qardhawi menjelaskan secara

    rinci mengenai kekayaan yang wajib dizakati, yaitu:

    1. Zakat binatang ternak

    2. Emas dan perak

    3. Kekayaan dagang

    4. Pertanian

    5. Madu dan produksi hewan

    6. Barang tambang dan hasil laut

  • 7. Infestasi pabrik seperti gedung, tanah dan lain-lain

    8. Pencarian dan profesi

    9. Saham dan obligasi

    Dari uraian di atas dapat disampaikan bahwa pada dasarnya setiap

    macam harta kekayaan yang produktif dan bernilai ekonomis apabila sudah

    sampai ukuran nisabnya wajib dizakatkan. Penegasan ini berdasarkan firman

    Allah dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 267

    Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian

    dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan

    dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu

    kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau

    mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan

    ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji (Surat Al Baqarah

    267)

    Secara umum ayat tersebut menjelaskan bahwa kewajiban

    mengeluarkan zakat dari setiap zakat yang dikeluarkan dari usaha dan apa

    yang dikeluarkan dari bumi Allah dengan demikian dapat dipahami bahwa

    kewajiban mengeluarkan zakat itu dikenakan kepada setiap macam harta

    kekayaan yang halal dan diperoleh dengan cara yang halal pula, atau di dapat

    dengan jalan apapun yang dibolehkan oleh syariat Islam, baik dari hasil usaha

  • atau jasa, maupun berupa buah-buahan, binatang ternak, kekayaan produksi,

    pertanian dan sebagainnya.

    C. Pendistribusian Zakat

    Pada awal sejarahnya zakat ditangani sendiri oleh Rasulullah SAW

    dengan mengirim para utusannya untuk menarik zakat dan mereka yang

    ditetapkan sebagai pembayar zakat, lalu dicatat, dikumpulkan, dirawat, dan

    akhirnya dibagikan kepada para penerima zakat (Al asnaf Al tsamaniyah).

    Setelah Rasulullah wafat dilanjutkan oleh khalifah Abu Bakar tetapi beliau

    terpaksa mengambil tindakan keras karena adanya pembangkangan,

    pembangkangan yang menolak menyerahkan zakat kepada petugas.

    Adapun dasar kewajiban membayar zakat, memungut zakat, dan siapa-

    siapa yang berhak menerima sebagaimana dalam Al Qur’anul Karim, Surat Al

    Baqarah ayat 110

    Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja

    yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada

    sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.

    Yang mengandung hukum wajib untuk memungut sebagian harta bagai

    orang yang berzakat sebagai sarana untuk membersihkan mereka dari hal yang

  • kurang berkenan dalam pemilikan harta seseorang seperti adanya

    kemungkinan hak orang lain.

    Agar harta yang dikeluarkan oleh orang kaya benar-benar merupakan

    harta yang direlakan untuk

    a. Membersihkan jiwa dari sifat kikir

    b. Membersihkan harta dari tercampurnya harta yang kurang halal

    c. Untuk kesejahteraan

    d. Memenuhi kepentingan umum

    e. Mencegah berputarnya harta hanya ada di orang kaya demi pemerataan

    Kewajiban memungut zakat sebagaimana surat At Taubah ayat 103

    Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu dan

    mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu

    itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi

    Maha mengetahui.

    Kewajiban membayar zakat dikenakan kepada orang-orang yang

    beriman sebagaimana surat Al Baqarah 267

  • Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian

    dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan

    dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu

    kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau

    mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan

    ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

    Siapa-siapa yang berhak menerima zakat (mustahiq) sebagimana surat

    At Taubah ayat 60

    Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,

    orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk

    hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk

    jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu

    ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha

    Bijaksana.

    Dari ayat tersebut dapat dijelaskan mengenai delapan ashnaf

    (kelompok) :

    1. Orang Fakir

    Al-fuqara’ adalah bentuk jamak dari al-faqir. Sebenarnya tidak ada

    perbedaan antara fakir dengan miskin dari segi hajat dan keperluan dan

    berhak menerima zakat. Kebanyakan fuqaha berpendapat, bahwa fakir itu

  • satu golongan yang berdiri sendiri, dan miskin itu satu golongan yang

    berdiri sendiri. Fakir ialah orang yang tidak berharta, tidak dapat

    memenuhi kebutukan sehari-hari, dan tidak sanggup berusaha, tidak

    mempunyai pekerjaan (Ash Shiddieqy, 2006:166)

    2. Orang Miskin

    Al Masakin merupakan bentuk jama’ dari kata al-miskin adalah orang

    yang tidak mempunyai apa-apa atau orang yang sangat memerlukan

    pertolongan. Dan dapat dikatakan miskin, orang yang dihinakan oleh

    kemiskinan atau selainnya (Darodjad, 1995:240)

    3. Pengurus Zakat / Panitia Zakat (Amil)

    Dalam Al Quran disebut al-‘Amilin disebut juga dengan amalah, yaitu

    mereka yang diangkat oleh penguasa atau badan perkumpulan untuk

    mengurus zakat dalam hal ini dapat dibagi empat bagian yaitu, pertama,

    dinamakan Jubah atau Su’uh juga dinamakan hasyarah yaitu orang yang

    pekerjaannya mengumpul atau memungut zakat dan fitrah dari orang

    yang wajib mengeluarkan zakat. Kedua, dinamakan Katabah dan hasabah

    yaitu orang yang pekerjaannya membukukan zakat yang diterima dan

    menghitung zakat. Ketiga, dinamakan Qasamah, yaitu orang yang

    pekerjaannya menyampaikan / membagi zakat kepada yang berhak

    menerima. Keempat, dinamakan Khazanah dan disebut juga hafadhah,

  • yaitu orang yang pekerjaannya memelihara atau menjaga harta zakat atau

    fitrah (Ash Shiddieqy, 2006:175)

    4. Muallaf

    Atau orang yang dijinakkan hatinya, mereka yang perlu ditarik

    simpatinya kepada Islam agar keislamannya semakin kokoh, atau mereka

    yang ingin dimantapkan hatinya di dalam Islam. Mereka yang

    dikhawatirkan berbuat jahat terhadap orang Islam dan mereka yang

    diharap akan membela Islam.

    5. Riqab

    Mereka yang masih dalam perbudakan, dinamai riqab pada masa

    sekarang memang perbudakan dalam bentuk klasik sudah jarang ditemui

    bahkan sudah tidak ada lagi, akan tetapi perbudakan dengan bentuk yang

    bari telah banyak bermunculan dengan adanya illat-illat yang sama dalam

    bentuk yang baru misalnya jual beli anak. “Segala mereka yang hendak

    melepaskan dirinya dari ikatan riqab atau perbudakan” (At Tauba :60)

    6. Gharim

    Yaitu orang yang terlilit hutang yang tidak digunakan untuk

    bermaksiat kepada Allah (Muharom, 2010:40).

    Termasuk kedalamnya, mereka yang berhutang untuk kemaslahatan

    sendiri, mereka yang berhutang karena kemaslahatan umum, dan

    kemaslahatan bersama. Seperti mendamaikan persengketaan, menjamu

    tamu, memakmurkan masjid, membuat jembatan.

  • 7. Fisabilillah

    Sabilillah ialah jalan – baik berupa kepercayaan, maupun berupa amal,

    yang menyampaikan kita kepada keridlaan Allah. Di antara sebagain ulama

    atau ahli ilmu ada yang menentukan bahwa sabilillah diartikan dengan

    ghazwah (perang), yakni mereka menentukan hak zakat untuk orang yang

    berperang saja, baik mereka itu bala tentara penyerang ataupun bala tentara

    yang mempertahankan negeri. (Ash Shiddieqy, 2006:187)

    8. Ibnu Sabil

    Para ulama membagai ibnu sabil kedalam dua golongan, yaitu

    golongan (1) orang yang mengadakan perjalanan di tanah airnya sendiri,

    dan (2) orang yang mengadakan perjalanan di negeri orang. Di sini para

    ulama sepakat bahwa musafir yang kehabisan bekal di perjalanan boleh

    diberikan sebagian zakat sekedar umtuk mencukupi keperluannya selama

    dalam perjalanannya kembali. (Ash Siddiqiey, 2006:229)

    D. Lembaga Pengelola Zakat di Tinjau dari Undang-Undang 38/1999

    Zakat merupakan pranata keagamaan untuk mewujudakan keadilan

    sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dengan memperhatikan masyarakat yang

    kurang mampu, sehingga dibentuklah Undang-undang yang mengelola

    tentang zakat oleh pemerintah.

  • Dalam bab 1 tentang ketentuan umum pasal 1 ayat 2 zakat adalah harta

    yang wajib disisihkan oleh seorang muslim sesuai dengan ketentuan agama

    untuk diberikan kepada yang berhak menerima.

    Dalam bab 4 tentang pengumpulan zakat pasal 11 ayat (1) zakat terdiri

    atas zakat maal dan zakat fitrah dalam pasal 13 badan amil zakat dapat

    menerima harta selain zakat, seperti infaq, sodaqoh, hibah, wasiat, waris, dan

    kafarat.

    Dalam bab 4 tentang pengumpulan zakat pasal 11 ayat 2 huruf f zakat

    adalah satu-satunya rukun Islam yang berkaitan langsung dengan persoalan

    materi, dengan membayar zakat merupakan salah satu langkah untuk

    pengentasan kemiskinan baik dalam Undang-undang yang ditetapkan

    pemerintah maupun dalam memahami dalil-dalil agama dalam zakat.

    Dalam bab 3 tentang organisasi pengelolaan zakat pasal 6 ayat (1)

    pengelolaan zakat dilakukan oleh badan amil zakat yang dibentuk pemerintah.

    Ayat (4) pengurus badan amil zakat terdiri atas unsur masyarakat dan

    pemerintah yang memenuhi persyaratan tertentu.

    Sebagai langkah awal membenahi managerial amil, telah dibuat

    peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan zakat yang dilakukan oleh

    organisasi pengelola zakat, baik Badan Amil Zakat (BAZ) maupun Lembaga

    Amil Zakat (LAZ). Selain itu keberadaan undang-undang juga diharapkan

    bisa menuntun organisasi pengelola zakat untuk bisa bekerja lebih baik lagi,

  • sehingga kepercayaan masyarakat (muzakki) kepada organisasi pengelola

    zakat dapat meningkat.

    Namun demikian, walaupun telah dibuat perangkat hukum, yakni

    undang-undang nomer 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, hingga kini

    belum memberikan hasil yang optimal. Pengumpulan maupun pemberdayaan

    dana zakat masih belum mampu memberikan pengaruh bagi terwujudnya

    kesejahteraan umat Islam. Salah satu penyebabnya rendahnya rasa

    kepercayaan umat kepada lembaga-lembaga pengelola (amil) zakat. Sebagian

    besar umat Islam lebih percaya menyalurkan zakat infak, dan sedekah

    langsung kepada yang membutuhkan. Sebab, mereka belum merasa nyaman

    menyalurkan dana zakat ke lembaga yang diakui pemerintah.

    Di sini dibutuhkan gerakan perubahan dalam urusan zakat. Pertama

    yang harus dilakukan adalah menumbuhkan kesadaran bahwa zakat bukan

    sekedar membersihkan harta untuk kepentingan menghapus dosa individual,

    melainkan zakat merupakan alat pemberdayaan untuk umat Islam dari jerat

    kesulitan ekonomi. Kedua melakukan reformasi lembaga pengelola zakat agar

    menjadi lembaga yang bisa dan layak dipercaya. Kepercayaan akan tumbuh

    bila transparansi dan akuntabilitas dilambaga itu berkembang.

    Secara umum persyaratan organisasi pengelola zakat yang telah

    ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI no 373 tahun 2003

    tentang petunjuk pelaksanaan Undang-Undang nomor 38 tahun 1999 tentang

  • pengelolaan zakat bahwa Lembaga pengelola zakat harus memiliki

    persyaratan teknis yaitu :

    1. Berbadan hukum

    2. Memiliki data muzakki dan mustahiq

    3. Memiliki program kerja yang jelas

    4. Memiliki pembukuan yang baik

    5. Melaporkan surat pernyataan bersedia untuk diaudit

    6. Bersedia berkoordinasi dengan lembaga pengelola zakat lainnya

    Untuk mengelola zakat yang baik harus memiliki petugas yang

    ditunjuk khusus yang secara teknis langsung menangani pengelolaan zakat

    sesuai dengan kompetensi yang diperlukan. Oleh sebab itu, seorang yang

    ditunjuk sebagai amil zakat atau pengelola zakat, harus memiliki persyaratan :

    1. Beragama Islam, zakat adalah salah satu urusan utama kaum muslimin

    yang termasuk rukun Islam, karena itu sudah saatnya apabila urusan

    tanggung jawab muslimin itu diurus oleh sesame muslim.

    2. Mukallaf yaitu orang dewasa yang sehat akal pikirannya yang siap

    menerima tanggung jawab mengurus ummat.

    3. Memiliki sifat amanah atau jujur. Sifat ini sangat penting karena berkaitan

    dengan kepercayaan ummat. Artinya para muzakki akan dengan rela

    menyerahkan zakatnya melalui lembaga pengelola zakat, jika lembaga ini

    memang patut dan layak dipercaya.

  • 4. Mengerti dan memahami hukum-hukum zakat yang menyebabkan ia

    mampu melakukan sosialisasi segala sesuatu yang berkaitan dengan zakat

    kepada masyarakat.

    5. Memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.

    6. Kesungguhan amil zakat / pengelola zakat dalam melaksanakan tugasnya.

  • BAB III

    HASIL PENELITIAN

    A. Monografi Desa Susukan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang

    1. Gambaran Umum Desa Susukan

    a. Letak dan Batas Desa.

    Desa Susukan adalah sebuah desa yang terletak di Ibu Kota

    Kecamatan Susukan yang terdiri dari 7 RW dan 16 RT dengan batas-

    batas desa, sebelah selatan Desa Timpik, sebelah timur Desa

    Ketapang, sebelah utara Desa Sodoharjo, sebelah barat Desa Duren.

    b. Jumlah Penduduk Desa Susukan

    1) Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

    Jumlah kepala keluarga Desa Susukan Kecamatan Susukan

    ada 1502 kepala keluarga, sedang jumlah seluruhnya 3624 jiwa

    yang tebagi 7 RW dan 16 RT (monografi kantor Desa Susukan,

    2012)

    Untuk lebih jelasnya penduduk Desa Susukan Kecamatan

    Susukan dapat dilihat pada tabel 3.1

  • Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Desa Susukan dalam Kelompok

    Umur dan Jenis Kelamin

    No Kelompok

    Umur

    Jenis Kelamin Jumlah Laki-Laki Permpuan

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10.

    11.

    0 – 4

    5 – 9

    10 – 14

    15 – 19

    20 – 24

    25 – 29

    30 – 34

    35 – 39

    40 – 49

    50 – 59

    60 –

    keatas

    147

    156

    165

    176

    184

    173

    180

    179

    182

    160

    81

    251

    159

    168

    180

    188

    186

    173

    184

    187

    166

    99

    298

    315

    333

    356

    372

    359

    353

    363

    369

    326

    180

    Jumlah 1783 1841 3624

    Sumber : Data Penduduk Desa Susukan tahun 2012

    2) Jumlan Penduduk Berdasarkan Agama yang Dianut

    Mayoritas penduduk Desa Susukan memeluk agama Islam

    dan selebihnya memeluk agama Kristen. Berdasarkan catatan

    yang peneliti peroleh dari kantor Kepala Desa Susukan adalah

    sebagaimana dalam tabel 3.2

  • Tabel 3.2 Data pemeluk agama Desa Susukan

    No Pemeluk agama Jumlah penduduk Keterangan

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    Islam

    Kristen Katholik

    Kristen Protestan

    Hindu

    Budha

    3.613 orang

    -

    11 orang

    -

    -

    Jumlah 3.624

    Sumber : Data Penduduk Kelurahan Susukan tahun 2012

    3) Mata Pencaharian

    Mata pencaharian penduduk Desa Susukan mayoritas

    bertani dengan menggarap tanahnya sendiri dan pada urutan

    selanjutnya yang ditempati buruh tani dengan menggarap tanah

    orang lain penghasilannya dibagi dua, buruh industry dan buruh

    bangunan merupakan pekerjaan karena kurangnya pendidikan,

    sedangkan yang lainnya merupakan Pegawai Negiri Sipil, TNI,

    dan Polri, data selengkapnya dapat dilihat dalam tabel 3.3

  • Tabel 3.3 Penduduk Desa Susukan menurut pekerjaannya

    No Jenik Pekerjaan Jumlah

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    Petani sendiri

    Buruh Tani

    Pengusaha Industri

    Buruh Industri

    Buruh Bangunan

    Pedagang

    Pegawai Negeri Sipil

    TNI /Polri

    Pensiunan/Veteran

    Lain-lain

    (kuli, penjahit, PRT)

    405

    330

    6

    226

    225

    75

    167

    60

    24

    948

    Jumlah 2456

    Sumber : Data penduduk Kelurahan Susukan tahun 2012

    c. Lembaga Pendidikan di Desa Susukan

    Lembaga pendidikan mempunyai fungsi yang sangat komplek,

    ia akan mengembangkan anak didiknya menuju terbentuknya pribadi

    yang beriman dan bertakwa dan berilmu pengetahuan dengan

    berusaha untuk mengembangkan fungsi-fungsi phisik dan psikis.

    Lembaga pendidikan bukan hanya menyiapkan seorang anak didik

    yang mempunyai ilmu-ilmu pengetahuan tertentu akan tetapi lebih

    dari itu mampu mengabdi kepada masyarakat dengan ilmu yang

    dimilikinya. Dengan demikian anak didik diharapkan dapat

    mempraktekan dan mengamalkan ilmu pengetahuannya di dalam

  • masyarakat. Adapun Lembaga Pendidikan Islam yang berada di Desa

    Susukan dapat dilihat dalam tabel 3.4

    Tabel 3.4 Lembaga Pendidikan Islam yang ada di Desa Susukan

    No Tingkat sekolahan Jumlah Keterangan

    1.

    2.

    3.

    4.

    TK / RA

    SD / MI

    SMP / MTs

    MA

    2 buah

    4 buah

    2 buah

    1 buah

    Jumlah 9 buah

    Sumber : Data Sekolahan Desa Susukan tahun 2012

    B. Gambaran Tentang Lembaga Sosial Islam

    1. Sejarah Lembaga Sosial Islam (LSI)

    Lembaga Sosial Islam didirikan pada tanggal 10 Desember 1989

    sebagai hasil musyawarah bersama antara tokoh masyarakat dan tokoh

    Agama Islam, dan Kepala Desa Susukan. Menurut informasi yang

    peneliti peroleh dari ketua LSI bahwa lembaga tersebut didirikan

    bertujuan mengajak umat Islam agar menjalankan syariat Islam dengan

    benar dan konsekuen seperti yang diajarkan oleh Nabi Muhammad

    SAW terutama yang menyangkut kepentingan sosial diantaranya

    mengumpulkan dan membagikan zakat kepada fakir miskin.

  • Lembaga Sosial Islam sebagai wadah untuk menghimpun segala

    potensi dana bagi umat Islam yang mana pada waktu itu masyarakat

    muslim dalam menyalurkan zakat hanya diberikan kepada seorang amil

    yang mengelola zakat secara individual sehingga sering terjadi orang

    yang berhak menerima zakat justru tidak memperoleh bagian zakat.

    Oleh sebab itu, masyarakat membuat suatu badan untuk minghimpun

    zakat agar zakat tersebut terorganisir yang akhirnya nanti dalam

    pendiatribusian zakat bida tepat sasaran.

    2. Struktur Organisasi Lembaga Sosial Islam (LSI)

    Lembaga Sosial Islam (LSI) diketuai oleh Bapak Drs. Qowa’id

    Tachrir dan dibantu oleh beberapa anggota yang tergabung dalam

    pengurusan. Lembaga Sosial Islam (LSI) yang terdiri dari ketua, wakil

    ketua, bendahara, sekertaris, seksi-seksi, serta beberapa anggota lainnya

    yang berjumlah 20 orang. Lembaga ini berciri khas sosial dan

    mempunyai program serta struktur organisasi tersendiri sebagaimana

    dalam gambar 3.1

  • Gambar 3.1 Struktur Organisasi Lembaga Sosial Islam (LSI) Desa Susukan

    Susunan pengurus Lembaga Sosial Islam (LSI) Desa Susukan

    Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang masa bakti tahun 2011 –

    2015 dapat dilihat dalam tabel 3.5 :

    Ketua

    Wakil Ketua

    Sekertaris I +II Bendahara I + II

    Pembina

    Sie

    Pendidikan

    Sie

    Penerangan

    Sie

    Pembangunan

    Sie

    Kesejahteraan

    Sie

    Ibadah Sosial

    Zakat

    Fitrah

    Zakat

    Tijaro

    h

    Zakat

    Mal

    Zakat

    Zuruk

    Yatim

    Piatu

    Dana

    Sehat

  • Tabel 3.5 Susuna pengurus LSI tahun 2011 – 2015

    No Nama Jabatan

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10

    11.

    12.

    13.

    14.

    15.

    16.

    17.

    18.

    19.

    20.

    21.

    22.

    Kepala Desa Susukan

    Kepala KUA Kec.Susukan

    H. Drs. Qowa’id Tachrir

    H. Drs. Adib Mansyur

    Drs. Aqwam

    Yazid. SH

    Mahful

    Maskur. S.Ag

    Rofiudin. S.Pd

    Nardan

    Tri Tunggal

    Tamsuri BA

    Suroto

    Drs. Aunur Rofiq

    Drs. Matoli’ul huda

    Subagyo Rahman

    Sriyadi

    Zuhri

    Slamet

    Suyanto

    Darusi

    Walidi

    Pembina

    Pembina

    Ketua

    Wakil Ketua

    Sekertaris 1

    Sekertaris 2

    Bendahara 1

    Bendahara 2

    Sie Pendidikan

    Sie Penerangan

    Sie Pembangunan

    Sie Kesejahteraan

    Sie Ibadah Sosial

    Subsie Zakat Fitrah

    Subsie Zakat Tijaroh

    Subsie Zakat Mal

    Subsie Zakat Jaruk

    Subsie Yatim Piatu

    Subsie Dana Sehat

    Anggota

    Anggota

    Anggota

    Sumber : Dokumen Kepengurusan LSI

    3. Tata Kerja Kepengurusan LSI

    a. Pembina

    Dalam rangka menciptakan kebaikan bersama untuk

    pelaksanaan tata kerja kepengurusan Lembaga Sosial Islam, maka

    diangkatlah pembina yang terdiri dari Ulama dan Umaro’.

    Adapun Tugas, wewenang dan tanggung jawab pembina ialah :

  • 1) Memberikan pertimbangan dan pembinaan tentang

    pengembangan hukum dan pemahaman zakat.

    2) Memberikan pembinaan akan kebijakan-kebijakan

    pengumpulan, pendaya gunaan dan pendistribusian zakat.

    3) Menampung dan penyalurkan pendapat umat.

    b. Ketua

    Ketua mempunyai tugas sebagai pemimpin dan bertanggung

    jawab untuk meleaksanakan tugas, maka ketua berfungsi :

    1) Memimpin dan mengendalikan serta mengkoordinir semua

    kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Lembaga Sosial

    Islam (LSI).

    2) Secara khusus melaksanakan koordinasi dengan seksi-seksi.

    3) Untuk masa jabatan kepengurusan Lembaga Sosial Islam (LSI)

    di tetapkan 4 tahun sekali dan selanjutnya dapat dipilih kembali

    apabila dianggap perlu.

    4) Merencanakan pengembangan pengumpulan dan

    pendayagunaan zakat.

    c. Sekretaris

    Sekretaris mempunyai tugas :

    1) Melaksanakan kegiatan ketatausahaan.

    2) Menyediakan bahan-bahan untuk pelaksanaan kegiatan

    Lembaga Sosial Islam serta mempersiapkan bahan laporannya.

  • 3) Menyediakan fasilitas untuk kelancaran pelaksanaan program

    kegiatan.

    4) Membantu kegiatan dalam mengkoordinasikan urusan-urusan

    serta bagian-bagian.

    d. Bendahara

    Bendahara mempunyai tugas yaitu :

    1) Melaksanakan sistem administrasi keuangan, pengawasan,

    pengumpulan dan pemberdayaan dana Lembaga Sosial Islam.

    2) Membukukan pendapatan dan pendayagunaan dana serta

    membuat laporan keuangan.

    3) Menyediakan dana operasional dan mengatur efisiensi

    penggunaan anggaran operasional.

    4) Mempertanggung jawabkan dana Lembaga Sosial Islam dan

    hasil kegiatan lainnya kepada ketua.

    Seksi-seksi dalam Lembaga Sosial Islam (LSI) memiliki tugas

    masing-masing sebagai berikut:

    a. Seksi Pendidikan

    Seksi pendidikan mengenai masalah pendidikan khususnya

    lembaga-lembaga pendidikan Islam swasta yang kegiatannya antara

    lain :

    1) Membantu lancarnya pendidikan

  • 2) Membantu secara tidak langsung bagi kesejahteraan karyawan,

    honorer di lembaga-lembaga pendidikan Islam swasta

    b. Seksi Penerangan

    Seksi ini menangani masalah-masalah yang ada hubungannya

    dengan penerangan keagamaan ada pun kegiatannya meliputi :

    1) Memberikan penerangan/penyuluhan (khusus agama Islam)

    terhadap masyarakat Desa Susukan Kecamatan Susukan

    Kabupaten Semarang dengan jalan mengadakan pengajian-

    pengajian.

    2) Ceramah-ceramah agama

    3) Dari seksi penerangan tersebut membentuk suatu tim mubaligh

    agama.

    4) Mengirimkan mubaligh, mubalinghot untuk memberikan

    penerangan/berdakwah Agama Islam ke desa-desa di seluruh Desa

    Susukan terutama kedaerah-daerah yang masih dianggap rawan

    menguasai Agama Islam.

    c. Seksi Pembangunan

    Seksi ini menangani masalah pembangunan dan membentuk

    pembangunan pemerintah khususnya pembangunan desa setempat

    misalnya memperbaiki jalan-jalan masuk desa, membuat saluran-

    saluran air, kerja bakti, masyarakat membuat WC/kamar mandi

    umum, merehab masjid, langgar/mushola, dan sebagainya

  • d. Seksi Kesejahteraan

    Seksi ini menangani masalah-masalah yang ada hubungannya

    dengan kesejahteraan masyarakat Desa Susukan Kecamatan Susukan

    Kabupaten Semarang yang kegiatannya antara lain :

    1) Membentuk kelompok/organisasi pemuda islam, remaja masjid.

    2) Menggerakkan pemuda atau remaja islam untuk mengadakan

    kegiatan PHBI.

    3) Membentuk tim olahraga.

    4) Membentuk grup kesenian dan sebagainya.

    e. Seksi ibadah sosial

    Seksi ini bertugas mengumpulkan dan membagikan hasil dari

    zakat, infak dan sodaqoh yang telah diperoleh dari para muzakki dan

    aghnia’/dermawan untuk dibagikan kepada fakir miskin, yatim piatu,

    orang tua jompo, serta untuk kepentingan sosial lainnya. Adapun

    mengenai dana zakat, infak sodaqoh yang dapat dikumpulkan oleh

    Lembaga Sosial Islam (LSI) adalah : zakat fitrah, zakat tijaroh, zakat

    maal, zakat zuruk.

    C. Manajemen Pendistribusian Zakat

    1. Penerimaan Zakat

    Lembaga Sosial Islam telah menerima zakat dari berbagai sumber

    yaitu : zakat mal yang terdiri dari zakat juruk dan zakat tijaroh, zakat

    fitrah, dana infaq dari para Pegawai Negeri Sipil dan pensiunan yang

  • ada si Desa Susukan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang serta

    dana tahlikah (cukur rambut).Penerimaan zakat, infak, dan sodaqoh

    dapat dilihat pada tabel 3.6

    Tabel 3.6 Penerimaan Zakat, Infaq dan Shadaqoh LSI tahun 2012

    No Penerimaan Banyaknya

    Keterangan Beras Uang Rp….

    1.

    2.

    3.

    4.

    Zakat mal :

    1) Zakat zuruk 2) Zakat tijaroh Zakat fitrah

    Dana infak dari

    PNS dan Pensiunan

    Dana tahlikah

    (cukur rambut)

    -

    9.032,5 kg

    -

    -

    Rp 4.300.000;

    -

    Rp 6.200.000;

    Rp 700.000;

    Tidak panen

    Jumlah 9.032,5 kg Rp 11.200.000;

    Sumber : Dokumen penerimaan zakat, infak dan sodaqoh tahun 2012

    Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, penerimaan

    tahun 2012 ini mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 penerimaan

    total zakat, infaq dan shadaqoh LSI mencapai Rp 10.530.000; ditambah

    10.192 kg beras. Adapun data lebih rinci dapat dilihat pada tabel 3.7

  • Tabel 3.7 Penerimaan Zakat, Infaq dan Shadaqoh LSI tahun 2011

    No Penerimaan Banyaknya

    Keterangan Beras Uang Rp….

    1.

    2.

    3.

    4.

    Zakat mal :

    1) Zakat zuruk 2) Zakat tijaroh Zakat fitrah

    Dana infak dari

    PNS dan Pensiunan

    Dana tahlikah

    (cukur rambut)

    1.212 kg

    8.980 kg

    Rp 4.130.000;

    Rp 5.800.000;

    Rp 600.000;

    Jumlah 10.192 kg Rp 10.530.000;

    Sumber : Dokumen penerimaan zakat, infak dan sodaqoh tahun 2011

    Jika dibandingkan dengan tahun 2010, penerimaan tahun 2011

    mengalami kenaikan sekitar 621 kg, dan penerimaan uang mengalami

    penurunan Rp 270.000;. adapun data lebih rinci dapat dilihat pada tabel

    3.8.

  • Tabel 3.8 Penerimaan Zakat, Infaq dan Shadaqoh LSI tahun 2010

    No Penerimaan Banyaknya

    Keterangan Beras Uang Rp….

    1.

    2.

    3.

    4.

    Zakat mal :

    1) Zakat zuruk 2) Zakat tijaroh Zakat fitrah

    Dana infak dari

    PNS dan

    Pensiunan

    Dana tahlikah

    (cukur rambut)

    614 kg

    8.900 kg

    Rp 4.100.000;

    Rp 5.800.000;

    Rp 900.000;

    Sebagian

    hama tikus

    Jumlah 9.514 kg Rp 10.800.000;

    Sumber : Dokumen penerimaan zakat, infak dan sodaqoh tahun 2010

    2. Pendistribusian zakat

    Urusan pendistribusian zakat berkaitan dengan memilih cara yang

    paling efektif dan yang paling baik untuk mengetahui para mustahiq

    zakat, kemudian melaksanakan klarifikasi terhadap mereka dan

    menyatakan hak-hak mereka. Juga menghitung jumlah kebutuhan

    mereka dan jumlah biaya yang cukup untuk mereka. Akhirnya

    meletakkan dasar-dasar dalam pembagian sesuai dengan jumlah dan

    kondisi sosialnya.

  • Lembaga Sosial Islam yang diwakili oleh sie ibadah sosial juga

    bertindak sebagai pengelola zakat sebagaimana ditentukan dalam syariat

    Islam. Para pelaksana serta orang yang diserahi tugas pendistribusian

    zakat harus melakukan pencatatan para mustahiq serta mengetahui

    jumlah dan besarnya kebutuhan mereka. Setelah diketahui seluruh

    jumlah zakat dan pendistribusiannya maka proses pendistribusian harus

    segera diselesaikan biar tidak terjadi kerusakan harta zakat. Tugas-tugas

    pokok terkait dengan kepemimpinan yang dipercayakan kepada

    pengurus Lembaga Sosial Islam harus memenuhi syarat-syarat yang

    ditetapkan oleh ulama fiqih antara lain muslim, laki-laki, jujur, dan

    mengetahui hukum zakat. Adapun tugas-tugas sekunder yang boleh

    diserahkan kepada orang lain hanya disyaratkan memenuhi sebagian

    syarat-syarat di atas, seperti petugas bagian akuntansi, penyimpanan,

    dan perawatan aset yang ditunjuk oleh Lembaga Sosial Islam selaku

    pengelola zakat. Adapun data pendistribusian zakat LSI dapat dilihat

    pada tabel 3.9

  • Tabel 3.9 Pendistribusian Zakat LSI Tahun 2012

    No Kelompok penerima Banyaknya

    Keterangan Beras Uang Rp….

    1.

    2.

    3.

    4

    Fakir miskin

    Yatim piatu

    Amil

    Sabilillah

    4.822 kg

    480 kg

    240 kg

    240 kg

    6.000.000

    1.500.000

    800.000

    900.000

    Jumlah 5.782 kg 8.200.000

    Sumber : Dokumen pendistribusian zakat LSI tahun 2012

    Adapun perincian pembagian zakat kepada fakir miskin dapat

    dilihat pada tabel 3.10

  • Tabel 3.10 Perincian Pembagian Zakat untuk Fakir Miskin

    No Golongan Beras/keluarga Uang/keluarga Keterangan

    1.

    2.

    3.

    4.

    A

    B

    C

    D

    18 kg

    15 kg

    12 kg

    10 kg

    Rp 50.000;

    Rp 40.000;

    Rp 40.000;

    Rp 40.000;

    Sumber : Dokumen pendistribusian zakat LSI tahun 2012

    Keterangan :

    A = miskin, tidak mempunyai pekerjaan, anak lebih dari 3 orang

    B = miskin, tidak bekerja, anak kurang dari 3 orang

    C = miskin, bekerja, anak lebih dari 3 orang

    D = miskin, bekerja, anak kurang dari 3 orang

    Secara riil sasaran penyeluran zakat yang dikelola oleh LSI selain

    kepada fakir miskin, yatim piatu adalah diperuntukan :

    a. Guru ngaji

    b. Pembangunan sarana tempat ibadah

    c. Pensertifikatan tanah wakaf

    Dari kegiatan penyaluran zakat yang dimaksud oleh Lembaga

    Sosial Islam lebih mengarah pada pemanfaatan zakat yang bersifat

    konsumtif, dalam rangka member bantuan secara langsung kepada

    mustahiq yang benar-benar membutuhkan bantuan dengan

  • pertimbangan bahwa mereka dalah termasuk mustahiq yang berhak

    menerima zakat.

    Penyaluran zakat secara konsumtif yang cinderung

    melanggengakan kemiskinan, pemanfaatan zakat secara konsumtif dapat

    juga dilakukan dengan cara:

    a. Memberikan langsung untuk penggunaan konsumtif seperti makan.

    b. Memberikan honor kepada guru ngaji.

    c. Untuk pembangunan tempat ibadah.

    Selain pembagian zakat secara konsumtif seperi di atas

    pelaksanaan pendistribusian oleh Lembaga Sosial Islam juga ditujukan

    untuk mendayagunakan hasil zakat dengan jalan mengalokasikan secara

    investatif. Para pengurus memilih program investasi dengan beberapa

    bentuk pengembangan, yaitu :

    a. Simpan pinjaman lebih diutamakan kepada fakir miskin

    b. Untuk pengembangan berwirausaha seperti pertukangan untuk

    membantu permodalan, karena zakat merupakan saranan yang

    efektif untuk modal usaha dengan demikian dapat mengurangi

    pengangguran, adapun data modal yang dipinjamkan dapat dilihat

    dalam tabel 3.11

  • Tabel 3.11 Modal yang dipinjamkan kepada masyarakat Tahun

    2012

    No Dipinjamkan

    Bulan Besar Pinjaman

    1 Januari Rp 2.000.000;

    2 Februari Rp 1.900.000;

    3 Maret Rp 1.800.000;

    4 April Rp 1.500.000;

    5 Mei Rp 1.100.000;

    6 Juni Rp 1.800.000;

    7 Juli Rp 1.800.000;

    8 Agustus Rp 2.600.000;

    9 September Rp 2.000.000;

    10 Oktober Rp 1.950.000;

    11 November Rp 2.200.000;

    12 Desember Rp 1.800.000;

  • BAB IV

    ANALISIS

    A. Legalitas Lembaga Sosial Islam dalam Tinjauan Undang-Undang No 38

    Tahun 1999

    Lembaga Sosial Islam senantiasa memperhatikan keseimbangan yaitu

    keseimbangan antara peri kehidupan dunia dan peri kehidupan akhirat. Selain

    asas manfaat, asas pemerataan, dan lain-lain maka asas keseimbangan peri

    kehidupan dunia dan akhirat juga dijadikan sebagai landasan operasional oleh

    Lembaga Sosial Islam.

    Undang-Undang No 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat

    khususnya dalam bab III tentang organisasi pengelolaan zakat, menyebutkan

    bahwa pengelolaan zakat dilakukan oleh suatu badan yang dibentuk

    pemerintah bersama masyarakat dan lembaga amil zakat yang sepenuhnya

    dibentuk oleh masyarakat yang terhimpun dalam suatu lembaga. Dalam hal ini

    Lembaga Sosial Islam sebagai lembaga pengelola zakat harus menyesuaikan

    diri dengan amanat Undang-Undang No 38 Tahun 1999 yakni

    pembentukannya berdasarkan Undang-Undang tersebut untuk dikukuhkan

    sebagai Lembaga Pengelolaan Zakat atau Unit Pengumpul Zakat sebagai

    wujud dari pembinaan, perlindungan dan pengawasan yang harus diberikan

    pemerintah.

  • Sebagaimana disebutkan dalam Bab II bahwa secara umum

    persyaratan organisasi pengelola zakat yang telah ditetapkan berdasarkan

    Keputusan Menteri Agama RI no 373 tahun 2003 tentang petunjuk

    pelaksanaan Undang-Undang nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat

    bahwa Lembaga pengelola zakat harus memiliki persyaratan teknis yaitu :

    1. Berbadan hukum

    2. Memiliki data muzakki dan mustahiq

    3. Memiliki program kerja yang jelas

    4. Memiliki pembukuan yang baik

    5. Melaporkan surat pernyataan bersedia untuk diaudit

    6. Bersedia berkoordinasi dengan lembaga pengelola zakat lainnya

    Selanjutnya analisis legalitas Lembaga Sosial Islam sebagai lembaga

    pengelola zakat dilakukan berdasarkan enam persyaratan teknis tersebut.

    1. Berbadan hukum

    Bersadarkan hasil penelitian diketahui bahwa Lembaga Sosial Islam

    dalam pengelolaan zakat belum berbadan hukum. Hukum sebagaimana

    dipersaratkan dalam keputusan Menteri Agama RI nomor 373 Tahun 2003

    Tentang Petunjuk Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999.

    2. Memiliki data muzakki dan mustahiq

    Sebagai pengelola zakat Lembaga Sosial Islam dalam penerimaan dan

    pendistribusiannya harus memiliki data muzakki maupun mustahiq

    sebagai dasar untuk perencanaan pengumpulan pendistribusian dan

  • pendayagunaan agar zakat bisa ditasarufkan kepada yang berhak

    menerima untuk itu diperlukan adanya data muzakki dan mustahiq yang

    akurat.

    3. Memiliki program kerja

    Program kerja yang akan dilaksanakan oleh Lembaga Sosial Islam:

    a. Melaksanakan pengumpulan pendayagunaan dan pendistribusian

    zakat.

    b. Memberikan santunan kepada anak yatim piatu untuk melanjutkan

    pendidikan bagi yang tidak mampu.

    c. Memberikan modal kerja kepada para kaun dhuafa.

    4. Memiliki pembukuan yang baik

    Untuk kelancaran program yang ada semua kegiatan yang dilakukan

    oleh Lembaga Sosial Islam telah dibukukan dalam suatu dokumen yang

    mana pada setiap saat diperlukan mudah untuk mencarinya

    5. Melaporkan surat pernyataan bersedia untuk diaudit

    Sebagai bagian dari penerapan prinsip keterbukaan LSI bersedia untuk

    diaudit baik oleh auditor internal maupun eksternal, auditor internal

    diwakili oleh Pembina, sedang audiror eksternal dapat diwakili oleh

    akuntan publik atau auditor independen lainnya untuk itu perlu adanya

    laporan.

    Laporan merupakan sebagai pertanggungjawaban atar pelaksanaan

    program dapat digunakan sebagai alat untuk mendeteksi keberhasilan dan

  • kekurangan organisasi, dengan tidak membuat laporan akan

    mengakibatkan kepercayaan masyarakat terhadap LSI berkurang. Untuk

    itu diperlukan koordinasi dengan Lembaga Pengelola Zakat lain sangat

    diperlukan, selama ini LSI selalu berkoordinasi dan melaporkan program

    kerja dan pelaksanaannya kepada Kantor Urusan Agama Kecamatan

    Susukan sebagai lembaga penerima laporan yang nantinya akan diteruskan

    kepada yang lebih tinggi.

    6. Bersedia berkoordinasi dengan lembaga pengelola zakat lainnya

    Lembaga Sosial Islam selama ini selalu berkoordinasi dengan

    pemerintah Desa Susukan dan Kantor Urusan Agama khususnya dalam

    hal pentasarupan zakat dengan harapan rakyat miskin yang ada di Desa

    Susukan dapat terangkat kesejahteraannya.

    B. Manajemen Pendistribusian Zakat Lembaga Sosial Islam

    Lembaga Sosial Islam suatu lembaga yang dibentuk oleh masyarakat yang

    ditunjuk untuk merencanakan, menghimpun, mengelola, dan mendistribusikan serta

    membina para muzakki dan mustahiq secara baik dan benar, terencana, terkontrol,

    dan terevaluasi sesuai dengan aturan yang berlaku.

    Para amil zakat mempunyai berbagai tugas dan pekerjaan. Semua

    berhubungan dengan pengaturan zakat, yaitu terhadap orang-orang yang wajib zakat

    dan macam-macam zakat yang diwajibkan kepadanya. Juga besar harta yang wajib

    dizakat, kemudian mengetahui para mustahiq zakat. Berapa jumlah dan kebutuhan

  • merekan serta besar biaya yang dapat mencukupi dan hal-dal lain yang merupakan

    urusan yang perlu ditangani secara sempurna oleh para petugas amil zakat.

    Para pengumpul zakat melaksanakan pekerjaan pengumpulan zakat, di antara

    tugas itu ialah melakukan sensus terhadap orang-orang wajib zakat, macam harta

    yang mereka miliki, dan besar harta yang wajib dizakat. Kemudian menagihnya dari

    para wajib zakat lalu menyimpan dan menjagannya untuk kemudian diserahkan

    kepada Lembaga Sosial Islam seksi ibadah sosial.

    Untuk memudahkan pengumpulan zakat, baik kemudahan bagi amil zakat

    dalam menjangkau para muzakki maupun kemudahan bagi para muzakki untuk

    membayar zakatnya, maka ditiap-tiap RT menempatkan petugas untuk mencatat para

    wajib zakat dimana mereka bertugas sebagai pengumpul zakat.

    Sesuai kaidah Fiqih bahwa zakat itu harus diambil dari orang yang telah

    mempunyai kewajiban zakat, maka atas dasar itulah amil atau pengurus Lembaga

    Sosial Islam selaku pengelola zakat dapat menjemput langsung zakat dari muzakki

    baik atas permintaan muzakki yang bersangkutan maupun inisiatif petugas sendiri.

    Sejauh ini pengumpulan zakat yang dilakukan oleh Lembaga Sosial Islam

    masih banyak menemui kendala dan hambatan dan problematika yang antara lain:

    pertama secara umum pemahaman umat Islam tentang zakat masih sangat minim

    dibanding pemahaman mereka tentang sholat, puasa, dan kewajiban syariat lainnya.

    Kedua konsep fiqih zakat yang dipahami masyarakat dan dipelajari masyarakat tidak

    lagi sesuai dengan kondisi sosiokultural misalnya tentang zakat profesi, sehingga

    masih banyak sumber dana yang belum tergali. Ketiga kurangnya kepercayaan

  • masyarakat kepada Lembaga Sosial Islam karena dipandang masih belum amanah.

    Akhirnya masyarakat masih menggunakan pola tradisional yaitu memberikan zakat

    langsung kepada ulama dan tokoh masysrakat lainnya untuk kemudian

    didistribusikan kepada umat. Keempat masih adanya kelemahan dalam aspek Sumber

    Daya Manusia (SDM) dan pengelola zakat. Selain minimnya tenaga professional,

    para pengelola zakat tidak sedikit yang hanya part time, sehingga hasilnya pun tidak

    bisa maksimal.

    C. Kontribusi Lembaga Sosial Islam (LSI)

    Kontribusi yang dilakuakan Lembaga Sosial Islam (LSI) terhadap kehidupan

    masyarakat yang beraneka ragam bentuk, corak serta selera seseorang, tentu saja

    berbeda pula ketentuan dan keinginan yang diinginkan oleh setiap individu baik itu

    yang menyangkut kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani.Seiring dengan

    tumbuh dan berkembangnya Lembaga Sosial Islam di tengah-tengah masyarakat

    berarti mau tidak mau dengan sendirinya Lembaga Sosial Islam ikut melibatkan diri

    dalam masyarakat gunan mencapai suatu kesejahteraan masyarakat.

    Kontribusi paling nyata dari LSI adalah dalam memberikan bantuan kepada

    masyarakat yang belum memahami sepenuhnya tentang kewajiban zakat. Dalam

    mengeluarkan zakat terkadang seseorang masih bingung, enggan atau bahkan sibuk

    dengan aktivitas kesehariannya. Sehingga dijadikan alasan untuk tidak membayar

    zakat karena tidak tahu lokasi mana dan siapa saja yang wajib untuk mendapatkan

    wajib. Meski demikian, mereka juga harus membayarkan zakatnya. Lembaga Sosial

  • Islam dapat mendistribusikan zakat kepada mereka yang tercatat dalam delapan

    golongan orang yang wajib menerima zakat.

    Lembaga Sosial Islam dengan tujuannya untuk menyeimbangkan antara orang

    yang kelebihan dana dengan orang yang kekurangan dana sehingga akan tercipta

    perekonomian yang setabil artinya zakat itu digunakan untuk mengentaskan

    kemiskinan. Dalam hal ini Lembaga Sosial Islam selaku pengelola zakat, infaq dan

    shodaqoh banyak mendapat simpati dari masyarakat Susukan Kecamatan Susukan

    Kabupaten Semarang karena Lembaga Sosial Islam melalui organisasi dan Lembaga

    Pengelola Zakat yang tumbuh dan berkembang di masyarakat.

    Secara umum kontribusi LSI dalam memecahkan masalah-masalah

    bagi masyarakatdapat dikelompokan dalam dua bidang utama yaitu :

    1. Segi kesehatan / kebersihan

    Bila ditinjau dari segi kesehatan / kebersihan Lembaga Sosial Islam

    ikut menggerakkan masyarakat mengadakan kerja bakti seperti

    pemberantasan hama tikus, pemberantasan nyamuk malaria,

    membersihkan selokan-selokan dan sebagainya

    2. Segi ekonomi

    Bila ditinjau dari segi ekonomi Lembaga Sosial Islam berperan menghimpun

    segala macam potensi yang ada yang kemudian untuk disalaurkan kepada masyarakat

    contoh penggalangan dana untuk bencana alam seperti gunung meletus

    Kontribusi yang lain dapat juga dilihat dari tujuan Lembaga Sosial Islam

    adalah tidak lain untuk membantu pemerintah desa atau kelurahan dalam

  • menggerakkan swadaya gotong royong dengan memberikan modal usaha kepada

    fakir miskin untuk usaha produktif. Sedang tujuan lain dari LSI itu sendiri adalah

    membantu pemerintah desa atau kelurahan dalam hal :

    1. Merencanakan pembangunan yang didasarkan atas asas-asas masyarakat

    2. Menggerakkan dan meningkatkan prakarsa dan partisipasi masyarakat

    tentang untuk melaksanakan pembangunan secara terpadu baik dari

    berbagai kegiatan, pemerintah maupun swadaya gotong royong

    masyarakar

    3. Menumbuhkan kondisi dinamis masyarakat untuk mengembangkan

    ketahanan di Desa/ Kelurahan (wawancara dengan bapak Drs. Qowa’id,

    ketua LSI Desa Susukan tanggal 27 Januari 2013)

  • BAB V

    PENUTUP

    A. Simpulan

    Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, yang

    kemudian dilakukan analisis maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

    1. Dalam aspek legalitas Lembaga Sosial Islam sebagai lembaga pengelolaan

    zakat belum sesuai dengan Undang-Undang No 38 Tahun 1999 karena

    belum berbadan hukum. Pengurus Lembaga Sosial Islam merasa belum

    memerlukan untuk memperoleh status badan hukum tersebut karena

    selama dalam pengelolaan zakat ini dirasa sudah cukup.

    2. Manajemen pendistribusian zakat yang dikelola oleh Lembaga Sosial

    Islam dapat dikelompokan menjadi model pendistribusian zakat secara

    konsumtif dan investatif. Model konsumtif dilakukan dengan cara

    mendistribusikan zakat dalam bentuk uang dan beras secara langsung

    dalam rangka memenuhi kebutukan konsumsi harian masyarakat Desa

    Susukan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang, sedangkan model

    investatif diwujudkan dalam bentuk pemberian modal usaha dan

    penyediaan simpan pinjam kepada yang membutuhkan.

    3. Kontribusi Lembaga Sosial Islam di Desa Susukan Kecamatan Susukan

    Kabupaten Semarang dalam pengelolaan zakat terbukti sangat besar dan

  • dirasakan oleh masyarakat dalam pengentasan kemiskinan guna mencapai

    kesejahteraa di bidang kesehatan dan ekonomi.

    B. Saran

    Bertitik tolak dari simpulan diatas maka dapatkah disampaikan

    beberapa saran :

    1. Menghimbau kepada Lembaga SIsial Islam (LSI) untuk di akta

    notariskan dan di daftarkan kepada Departemen Hukum dan Hak Asasi

    Manusia agar disahkan oleh Menteri Kehakiman RI.

    2. Perlunya pemasyarakatan, sosialisasi, dan penyuluhan tentang zakat

    kepada semua lapisan masyarakat, kerena pada umumnya mereka belum

    memahami secara jelas dan rinci mengenai hukum zakat dan tata cara

    pelaksanaannya.

    3. Dibutuhkan kebijakan yang menyeluruh untuk melakukan perubahan

    dalam pengelolaan zakat.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Ali, Muhammad Daud. 1988, Sistim Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf, Jakarta:

    Universitas Indonesia (UI Press)

    Amar, Faozan (Ed). 2004, ”Pedoman Zakat Praktis”, Suara Muhammadiyah,

    Yogyakarta

    Arikunto, Suharsini. 1997, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:

    Rimala Cipta

    Ash-Shiddiqy, Hasbi Muhammad. 2006, Pedoman Zakat, Semarang: Pustaka Rizki

    Putra

    Darojat, Zakiyah. 1993, Zakat Pembersih Harta dan Jiwa, Jakarta: Yayasan

    Pendidikan Islam Ruhama

    Darojat, Zakiyah. 1995, Ilmu Fiqih jilid 1, Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf

    Departemen Agama RI. 1991, Pedoman Zakat 9 seri, Proyek Pembinaan Zakat dan

    Wakaf, Jakarta

    Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggara Haji Direktorat Urusan Agama Islam,

    Departemen Agama RI. 2005, Al-Quran dan terjemahannya, Jakarta: CV

    Kathoda,

    Hafidhuddin, Didin. 2002, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani

    Press

    Hafidhuddin, Didin. 2007, Agar Harta Berkah dan Bertambah, Jakarta: Gema Insani

    Hasan, Fuad. 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka

    Moleong, Lexy. 2004, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda

    Qardhawi, Yusuf. 1995, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, Penerjemah Safril

    Halim, Jakarta: Gema Insani Press

    Qardhawi, Yusuf. 1998, Hukum Zakat, Studi Komperatif Mengenai Status dan

    Filsafat Zakat Berdasarkan al-Quran, Bandung: Mizan

    Qardhawi, Yusuf. 1999, Hukum Zakat, penerjemah Salman Harun, dkk, Citra

    Antarnusa bekerja sama dengan Badan Amil Zakat, Infaq, dan Shodaqoh

    (Bazis), DKI Jakarta, Bogor

  • Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat

    Yafie, Ali. 1994, Menggagas Fiqih Sosia, Bandung: Mizan