lembaga penjamin simpanan
DESCRIPTION
Makalah LPS Mata Kuliah Bank dan Lembaga Keuangan LainnyaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Amanah dari tujuan pembangunan nasional Republik Indonesia adalah mewujudkan
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, baik moril maupun materil berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Guna mewujudkan tujuan pembangunan
nasional tersebut, salah satu jalan yang ditempuh adalah menjamin keamanan masyarakatnya,
baik dalam kelangsungan hidupnya maupun dalam melakukan sesuatu yang tidak dilarang
oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penjaminan keamanan terhadap warga masyarakat tetap harus dilaksanakan, walaupun
negara dalam keadaan darurat sekalipun. Keadaan darurat Negara Republik Indonesia dalam
10 (sepuluh) tahun belakangan ini adalah berupa krisis ekonomi yang berakibat diantaranya
banyak bank-bank yang bangkrut dan dicabut izin usahanya. Padahal disana terhimpun dana
masyarakat Indonesia yang sangat besar, yang jika dibiarkan bukan hanya negara yang
dirugikan, melainkan masyarakat pengguna jasa bank yang sangat dirugikan dan juga akan
menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan.
Industri perbankan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam
perekonomian nasional demi menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional. Stabilitas industri perbankan sangat mempengaruhi stabilitas perekonomian secara
keseluruhan.
Pada tahun 1998, krisis moneter dan perbankan yang menghantam Indonesia, yang
ditandai dengan dilikuidasinya 16 bank, mengakibatkan menurunnya tingkat kepercayaan
masyarakat pada sistem perbankan. Untuk mengatasi krisis yang terjadi, pemerintah
mengeluarkan beberapa kebijakan diantaranya memberikan jaminan atas seluruh kewajiban
pembayaran bank, termasuk simpanan masyarakat (blanket guarantee). Hal ini ditetapkan
dalam Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban
Pembayaran Bank Umum dan Keputusan Presiden Nomor 193 Tahun 1998 tentang Jaminan
Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Perkreditan Rakyat.
Dalam pelaksanaannya, blanket guarantee memang dapat menumbuhkan kembali
kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan, namun ruang lingkup penjaminan yang
terlalu luas menyebabkan timbulnya moral hazard baik dari sisi pengelola bank maupun
masyarakat.
1
Untuk mengatasi hal tersebut dan agar tetap menciptakan rasa aman bagi nasabah
penyimpan serta menjaga stabilitas sistem perbankan, program penjaminan yang sangat luas
lingkupnya tersebut perlu digantikan dengan sistem penjaminan yang terbatas.
Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
mengamanatkan pembentukan suatu Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebagai pelaksana
penjaminan dana masyarakat.
Pada tanggal 22 September 2004, Presiden Republik Indonesia mengesahkan Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 24 tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Berdasarkan
Undang-Undang tersebut, dibentuk LPS, suatu lembaga independen yang berfungsi
menjamin simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem
perbankan sesuai dengan kewenangannya. Undang-undang ini berlaku efektif sejak tanggal
22 September 2005, dan sejak tanggal tersebut LPS resmi beroperasi.
Dengan begitu besarnya amanah yang diharapkan dengan lembaga penjamin simpanan,
bukanlah hal yang mudah bagi lembaga penjamin simpanan untuk melaksanakan tugas yang
dibebankan kepadanya, apalagi dalam masa sekarang ini yang masih bergejolak
permasalahan perbankan, sehingga akan banyak permasalahan yang harus dihadapinya.
Salah satu permasalahan disektor perbankan yang dihadapi LPS adalah langkah
penyelamatan yang diambil pada tahun 2008 dan 2009 dengan menyuntikkan dana senilai
Rp 6,7 triliun kepada Bank Century (kini Bank Mutiara). Langkah tersebut bagi sebagian
orang dinilai merupakan kerugian keuangan Negara.
Atas dasar tersebut, penulis ingin melihat bagaimana peran yang dilakukan oleh Lembaga
Penjamin Simpanan dalam mengatasi permasalahan perbankan yang dialami oleh Bank
Century (kini Bank Mutiara) pada tahun 2008.
B. Indentifikasi dan Ruang Lingkup Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat diidentifikasi 2
masalah yang akan dibahas, yaitu:
1. Bagaimana langkah yang diambil oleh LPS dalam penyelamatan Bank Century?
2. Apa sumber dana LPS yang digunakan untuk penyelamatan Bank Century?
Ruang lingkup permasalahan ini adalah mengenai peran LPS dalam fungsi dan tugasnya
sebagai lembaga pemerintah yang menjamin simpanan nasabah sesuai yang diamanatkan di
dalam perundang-undangan.
2
C. Manfaat
Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk menambah wawasan bagi pembaca mengenai bentuk, tugas dan wewenang dari
Lembaga Penjamin Simpanan.
2. Sebagai sarana bagi penulis untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan
yang diperoleh penulis dari bangku kuliah.
D. Tinjauan Pustaka
1. Bentuk & Organisasi
a. Bentuk & Status
1) LPS dibentuk oleh Pemerintah Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan.
2) LPS adalah badan hukum berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004
tentang Lembaga Penjamin Simpanan.
3) LPS merupakan lembaga yang independen, transparan, dan akuntabel dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya.
4) LPS bertanggung jawab kepada Presiden.
5) LPS berkedudukan di Jakarta dan dapat mempunyai kantor perwakilan di wilayah
negara Republik Indonesia.
b. Susunan Dewan Komisioner LPS
Ketua Dewan Komisioner : Heru BudiargoAnggota Dewan Komisoner merangkap Plt. Kepala Eksekutif
: Fauzi Ichsan
Anggota ex officio Bank Indonesia : Ronald WaasAnggota ex officio Otoritas Jasa Keuangan
: Nelson Tampubolon
Anggota ex officio Kementerian Keuangan
: Robert Pakpahan
c. Direktur Eksekutif LPS
Direktur Eksekutif Klaim dan Resolusi Bank
: Ferdinan Dwikoraja Purba
Direktur Eksekutif Penjaminan dan Manajemen Resiko
: Salusra Satria
Direktur Eksekutif Administrasi dan Sistem Informasi
: Poltak L. Tobing
Direktur Eksekutif Keuangan : R. Budi SantosoDirektur Eksekutif Hukum : Robertus Bilitea
2. Fungsi, Tugas & Wewenang
3
a. Fungsi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
1) Menjamin simpanan nasabah penyimpan.
2) Turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan
kewenangannnya.
b. Tugas Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
1) Merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan simpanan.
2) Melaksanakan penjaminan simpanan.
3) Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif memelihara
stabilitas sistem perbankan.
4) Merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan penyelesaian Bank
Gagal yang tidak berdampak sistemik.
5) Melaksanakan penanganan Bank Gagal yang berdampak sistemik.
c. Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
1) Menetapkan dan memungut premi penjaminan.
2) Menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank pertama kali menjadi
peserta.
3) Melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS.
4) Mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank, laporan keuangan
bank, dan laporan hasil pemeriksaan bank sepanjang tidak melanggar kerahasiaan
bank.
5) Melakukan rekonsiliasi, verifikasi, dan/atau konfirmasi atas data tersebut pada
angka 4.
6) Menetapkan syarat, tata cara, dan ketentuan pembayaran klaim.
7) Menunjuk, menguasakan, dan/atau menugaskan pihak lain untuk bertindak bagi
kepentingan dan/atau atas nama LPS, guna melaksanakan sebagian tugas tertentu.
8) Melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat tentang penjaminan
simpanan.
9) Menjatuhkan sanksi administratif.
3. Visi, Misi & Nilai
a. Visi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
Menjadi lembaga penjamin simpanan yang dipercaya dalam memelihara stabilitas
sistem perbankan nasional.
b. Misi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
4
1) Mewujudkan program penjaminan simpanan yang efektif.
2) Berperan aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan nasional.
c. Nilai-nilai Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
1) Profesional
2) Integritas
3) Layanan Prima
4) Proaktif
5) Sinergi
4. Penjaminan Simpanan
(1) Kepesertaan
1) Setiap Bank yang melakukan kegiatan usaha di wilayah Negara Republik
Indonesia wajib menjadi peserta Penjaminan.
2) Bank peserta penjaminan meliputi seluruh Bank Umum (termasuk kantor cabang
dari bank yang berkedudukan di luar negeri yang melakukan kegiatan perbankan
dalam wilayah Republik Indonesia) dan Bank Perkreditan Rakyat, baik bank
konvensional maupun bank berdasarkan prinsip syariah.
3) Kantor cabang dari bank yang berkedudukan di Indonesia yang melakukan
kegiatan perbankan di luar wilayah Republik Indonesia tidak termasuk dalam
Penjaminan.
(2) Kewajiban Bank Peserta
Sebagai peserta Penjaminan, setiap bank yang melakukan kegiatan usaha di Indonesia
mempunyai kewajiban untuk:
1) Menyerahkan dokumen sebagai berikut:
a) Salinan anggaran dasar dan/atau akta pendirian bank;
b) Salinan dokumen perizinan bank;
c) Surat keterangan tingkat kesehatan bank; dan
d) Surat pernyataan dari Direksi, Komisaris, Pengendali, kantor pusat dari
cabang bank asing, dan Pemegang Saham Bank.
2) Membayar kontribusi kepesertaan
3) Membayar premi penjaminan dan menyampaikan copy bukti pembayaran premi
(transfer advance)
4) Menyampaikan perhitungan premi
5) Menyampaikan laporan secara berkala, yaitu:
5
a) Laporan Posisi Simpanan;
b) Laporan Keuangan Bulanan;
c) Laporan Tahunan yang telah diaudit;
d) Laporan Susunan Pemegang Saham, Pengendali bagi bank yang berbadan
hukum koperasi, direksi, dan komisaris bank setiap kali ada perubahan.
6) Menyampaikan laporan perubahan alamat
7) Menempatkan bukti kepesertaan di dalam kantor bank atau tempat lainnya
sehingga dapat diketahui dengan mudah oleh masyarakat
8) Menempatkan pengumuman pada seluruh kantor bank yang dapat diketahui
dengan mudah oleh nasabah mengenai:
a) Maksimum tingkat bunga yang dianggap wajar yang ditetapkan LPS; dan
b) Maksimum nilai simpanan yang dijamin LPS.
(3) Simpanan yang Dijamin
1) Simpanan yang dijamin meliputi giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan
atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu
2) Simpanan nasabah Bank berdasarkan Prinsip Syariah
3) Simpanan yang dijamin mencakup pula simpanan yang berasal dari bank lain
4) Nilai Simpanan yang dijamin LPS mencakup saldo pada tanggal pencabutan izin
usaha Bank
5) Saldo tersebut berupa:
a) Pokok ditambah bagi hasil yang telah menjadi hak nasabah, untuk Simpanan
yang memiliki komponen bagi hasil yang timbul dari transaksi dengan prinsip
syariah;
b) Pokok ditambah bunga yang telah menjadi hak nasabah, untuk Simpanan yang
memiliki komponen bunga;
c) Nilai sekarang per tanggal pencabutan izin usaha dengan menggunakan
tingkat diskonto yang tercatat pada bilyet, untuk Simpanan yang memiliki
komponen diskonto.
6) Saldo yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu Bank adalah hasil
penjumlahan saldo seluruh rekening Simpanan nasabah pada Bank tersebut, baik
rekening tunggal maupun rekening gabungan (joint account)
7) Untuk rekening gabungan (joint account), saldo rekening yang diperhitungkan
bagi satu nasabah adalah saldo rekening gabungan tersebut yang dibagi secara
prorata dengan jumlah pemilik rekening
6
8) Dalam hal nasabah memiliki rekening tunggal dan rekening gabungan (joint
account), saldo rekening yang terlebih dahulu diperhitungkan adalah saldo
rekening tunggal
9) Dalam hal nasabah memiliki rekening yang dinyatakan secara tertulis
diperuntukkan bagi kepentingan pihak lain (beneficiary), maka saldo rekening
tersebut diperhitungkan sebagai saldo rekening pihak lain (beneficiary) yang
bersangkutan
10) Sejak 13 Oktober 2008, saldo yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu bank
adalah paling banyak sebesar Rp 2 Milyar
(4) Tingkat Bunga Penjaminan
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menetapkan tingkat bunga penjaminan untuk
periode tanggal 15 Mei 2015 s.d. 14 September 2015 sebagai berikut:
1) Untuk BPR tingkat bunga penjaminan sebesar 10,25%
2) Untuk Bank Umum tingkat bunga penjaminan sebesar 7,75% atas mata uang
Rupiah, dan sebesar 1,5% atas mata uang asing (valas).
5. Penyelamatan Bank
Berikut di bawah ini adalah diagram alur penanganan bank gagal sistemik oleh LPS.
Dalam penanganan bank gagal sistemik oleh LPS, ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi apabila mengikutsertakan pemegang saham, yaitu:
(1) Pemegang saham bersedia setor minimal 20% estimated rescuing cost
7
Bank dalam pengawasan khusus
maksimal 6 bulan
Bank gagal sistemik Mengikutsertakan pemegang saham? *)
Pemegang saham setor minimal 20%
LPS setor PMS maksimal 80%
LPS mengambil alih RUPS
LPS setor PMS 100%
Tindakan penyelamatan oleh
LPS
Divestasi(maks. 3 thn + 1 thn + 1 thn)
Normal Bank
YA
TIDAK
(2) Kesediaan RUPS menyerahkan penanganan ke LPS
(3) Menyerahkan dokumen-dokumen kepada LPS
Berikut di bawah ini adalah diagram alur penyelesaian bank gagal non sistemik oleh LPS
Dalam penanganan bank gagal nonsistemik oleh LPS, ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi apabila diselamatkan, yaitu:
(1) Biaya penyelamatan lebih rendah dari biaya tidak menyelamatkan
(2) Memiliki prospek usaha
(3) Kesediaan RUPS menyerahkan penyelesaian ke LPS
(4) Menyerahkan dokumen-dokumen kepada LPS
8
Bank dalam pengawasan khusus
maksimal 6 bulan
Bank gagal NonsistemikDiselamatkan LPS?
Tindakan penyelamatan oleh LPS
Normal Bank
LPS usul pencabutan izin
bank
BI cabut izin usaha Bank
YA
TIDAK
LPS bayar klaim penjaminan
LPS melikuidasi bank
BI serahkan ke LPS
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Masalah
1. Langkah yang diambil LPS dalam penyelamatan Bank Century
Berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat (1) UU Nomor 24 Tahun 2004, dalam
menjalankan fungsi penjaminan simpanan nasabah penyimpan, LPS mempunyai tugas:
a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan simpanan; dan
b. Melaksanakan penjaminan simpanan.
Bank Century merupakan salah satu bank di bawah penjaminan LPS dan di sisi lain LPS
bertugas untuk menyelamatkan Bank Century yang mengalami kondisi kesulitan
keuangan.
Cara yang ditempuh Pemerintah Republik Indonesia dalam penyelamatan Bank
Century melalui Lembaga Penjamin Simpanan adalah dengan mengucurkan dana kepada
rekening Bank Century yang ada di Bank Indonesia, yang secara keseluruhan berjumlah
Rp6,7 triliun. Dana sebesar Rp6,7 triliun tersebut merupakan Penyertaan Modal
Sementara (PMS) LPS kepada Bank Century yang bertujuan untuk memenuhi ketentuan
tingkat kesehatan bank, karena pemerintah menganggap bahwa kesulitan keuangan yang
dialami Bank Century berdampak sistemik. Dengan penempatan PMS tersebut, LPS
memiliki 99,99% saham Bank Century dalam bentuk penyertaan modal, namun aset yang
dimiliki oleh Bank Century tetap dikelola oleh manajemen. Pengembalian dana tersebut
nantinya dapat dilakukan melalui mekanisme penjualan saham Bank Century. Tindakan
penyertaan modal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 pada
pasal sebagai berikut:
- Pasal 26 huruf b menyebutkan bahwa “Setelah RUPS menyerahkan hak dan
wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, LPS dapat melakukan tindakan
melakukan penyertaan modal sementara”.
- Pasal 27 menyebutkan bahwa “Seluruh biaya penyelamatan bank yang dikeluarkan
oleh LPS menjadi penyertaan modal sementara LPS pada bank”.
Kemudian dalam dua tahun terhitung sejak LPS mengambil alih penanganan bank
gagal tersebut, LPS harus menjual saham bank Century dengan harga optimal, artinya
sebesar uang yang sudah dikeluarkan LPS untuk menyehatkan bank tersebut. Apabila
dalam dua tahun tidak terjual, maka LPS daat memperpanjang jangka waktu penjualan
9
saham Bank Century sampai dengan dua tahun kedepan. Dan setelah dua tahun
perpanjangan saham tersebut tidak laku juga, LPS harus tetap menjual saham bank
tersebut dengan harga penawaran tertinggi. Artinya bisa dijual dengan harga di bawah
nilai yang dikeluarkan untuk menyelamatkan Bank Century. Langkah penjualan saham
bank tersebut diatur pada pasal berikut:
- Pasal 29 ayat (1) menyebutkan bahwa “Dalam perjanjian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 ayat (1) diatur mengenai penggunaan hasil penjualan saham bank
yang telah diselamatkan dengan urutan sebagai berikut:
a. Pengembalian seluruh biaya penyelamatan yang telah dikeluarkan oleh LPS;
b. Pengembalian kepada pemegang saham lama sebesar ekuitas pada saat
penyerahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25”.
- Pasal 29 ayat (2) menyebutkan bahwa “Apabila setelah penggunaan hasil penjualan
saham bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masih ada sisa, maka dibagi
secara proporsional kepada LPS dan pemegang saham lama dengan perbandingan
huruf a dan huruf b pada ayat (1)”.
- Pasal 30 yang menyebutkan bahwa:
(1) LPS wajib wajib menjual seluruh saham bank yang diselamatkan dalam jangka
waktu paling lama 2 (dua) tahun sejak penyerahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25.
(2) Penjualan saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara
terbuka dan transparan, dengan tetap mempertimbangkan tingkat pengembalian
yang optimal bagi LPS.
(3) Tingkat pengembalian yang optimal sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
paling sedikit sebesar seluruh penempatan modal sementara yang dikeluarkan
oleh LPS.
(4) Dalam hal tingkat pengembalian yang optimal sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) dan ayat (3) tidak dapat diwujudkan dalam jangka waktu paling lama 2
(dua) tahun, jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diperpanjang sebanyak-banyaknya 2 (dua) kali dengan masing-masing
perpanjangan selama 1 (satu) tahun.
(5) Dalam hal tingkat pengembalian yang optimal sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) dan ayat (3) tidak dapat diwujudkan dalam jangka waktu perpanjangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), maka LPS menjual saham bank tanpa
memperhatikan ketentuan ayat (3) dalam waktu 1 (satu) tahun berikutnya.
10
Ketentuan pada pasal-pasal yang tertera di dalam Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan menjadi pedoman langkah LPS dalam
tugasnya melakukan penyertaan modal sementara pada Bank Century dan untuk
selanjutnya menjual kembali saham bank tersebut guna memperoleh kembali dana yang
telah dikeluarkan pada saat penyelamatan Bank Century.
2. Sumber dana yang digunakan oleh LPS dalam penyelamatan Bank Century
Sebelumnya banyak tanggapan yang menduga-duga bahwa dana yang dipergunakan
oleh Lembaga Penjamin Simpanan untuk penyelamatan Bank Century menggunakan
dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana dilakukan oleh Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dahulu, tetapi nyatanya dana yang disalurkan
oleh Lembaga Penjamin Simpanan kepada Bank Century adalah dananya sendiri yang
berasal dari pendapatan premi bank yang dijamin.
Biaya penanganan sebesar Rp.6,7 triliun merupakan tambahan modal Bank Century
yang disetorkan secara tunai via rekening Bank Century di Bank Indonesia sebesar
Rp5,31 triliun dan dalam bentuk penyerahan Surat Utang Negara (SUN) senilai
Rp1,45 triliun. Penyetoran tunai dilakukan via rekening giro Bank Century di Bank
Indonesia, sedangkan penyerahan SUN dilakukan secara langsung kepada Bank Century.
Penarikan sumber dana dan pengelolaan sumber dana yang dilakukan oleh LPS
terhadap penyelamatan Bank Century selain telah sesuai dengan ketentuan Pasal 16 dan
Pasal 17 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004, juga telah sejalan dengan ketentuan
Pasal 81 dan Pasal 82 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004. Adapun ketentuan kedua
pasal tersebut adalah sebagai berikut:
- Pasal 81 ayat (1) yang menyebutkan bahwa “Modal awal LPS ditetapkan sekurang-
kurangnya Rp4.000.000.000.000,00 (empat triliun rupiah) dan sebesar-besarnya
Rp8.000.000.000.000,00 (delapan triliun rupiah)”.
- Pasal 82 ayat (3) yang menyebutkan bahwa “LPS tidak dapat menempatkan investasi
pada bank atau perusahaan lainnya, kecuali dalam bentuk penyertaan modal
sementara dalam rangka penyelamatan atau penanganan Bank Gagal”.
11
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat diperoleh dua
kesimpulan sebagai berikut:
1. Langkah yang ditempuh oleh Lembaga Penjamin Simpanan dalam menyelamatkan Bank
Century adalah dengan penyertaan modal sementara sebesar Rp6,7 triliun, yang akan
dikembalikan 2 (dua) sampai 5 (lima) tahun melalui penjualan saham Bank Century
tersebut. Langkah ini sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004
tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Kemudian hasil dari langkah ini cukup efektif
dengan melihat sampai saat ini Bank Century tetap beroperasional, walaupun namanya
telah diubah menjadi Bank Mutiara.
2. Sumber dana yang dipergunakan oleh Lembaga Penjamin Simpanan untuk penyelamatan
Bank Century keseluruhannya berasal dari pendapatan premi yang dibayar oleh bank-
bank peserta penjaminan, walaupun pada Lembaga Penjamin Simpanan masih terdapat
modal dari pemerintah. Penggunaan sumber dana inipun telah sejalan dengan ketentuan
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://www.lps.go.id
http://id.wikipedia.org/wiki/Aliran_Dana_Lembaga_Penjamin_Simpanan_pada_Bank_Century
Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 5/PLPS/2006 tentang Penanganan Bank Gagal Yang Berdampak Sistemik
Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 3/PLPS/2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 5/PLPS/2006 tentang Penanganan Bank Gagak Yang Berdampak Sistemik
Undang-undang Nomor 24 tentang Lembaga Penjamin Simpanan
13