legenda pulau senua, kepulauan riau - indonesia

5
 9/ 3/2014 Legenda Pulau Senua, Kepulauan Ri au - I ndonesi a ht tp: //ceri t arak y atnusantar a.com/id/f ol k lore/ 142-Legenda-Pul au-Senua 1/5  Hari ini 4.951  Kemarin 24.232  Minggu kemarin 133.477  Bulan kemarin 381.047 » Bahasa Indonesia  English version Pengunjung online : 613 Anda Pengunjung ke 13.153.164 Sejak 20 Januari 2009 (23 Muharam 1430) Member Baru ? Registrasi  | Login Aceh Sumatra Utara Sumat ra Barat Riau Kepulauan Riau Sumat ra Selatan Bengkulu Jambi Lampung Bangka Belitung DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah  Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Sulaw esi Ut ara  Beranda  | Cerita Terb aru | Berita  | Artikel  | Kedai Pustaka  | Donasi  | Peta Situs Rabu, 3 September 2014 Beranda » Cerita Rakyat Nusantara » Legenda Pulau Senua Legenda Pulau Senua Kepulauan Riau - Indonesia Rating : 2.5 (38 pemilih) Aceh  Sumatra Utara Sumatra Barat  Riau  Kepulauan Ria u  Sumatra Selatan Bengkulu Jambi  Lampung Bangka Belitung DK I Jak arta  Jawa Barat  Jawa Tengah   Yogyakart a Jawa Timur  Banten  Bali  Kalimantan Barat  Kalimantan Selatan Kalimantan Te ngah Kalimantan Tim ur  Sulawesi Utara Sulawesi Tengah  Sulawe si Tenggara Sulawesi Selatan Sula we si B arat  Gorontalo NTB NTT Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Cari  

Upload: zulfansyah-muchtar

Post on 05-Oct-2015

22 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

xx

TRANSCRIPT

  • 9/3/2014 Legenda Pulau Senua, Kepulauan Riau - Indonesia

    http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/142-Legenda-Pulau-Senua 1/5

    Hari ini 4.951

    Kemarin 24.232

    Minggu kemarin 133.477

    Bulan kemarin 381.047

    Bahasa Indonesia

    English version

    Pengunjung online : 613

    Anda Pengunjung ke 13.153.164 Sejak 20 Januari 2009

    (23 Muharam 1430)

    Member Baru ?Registrasi | Login

    Aceh

    Sumatra Utara

    Sumatra Barat

    Riau

    Kepulauan Riau

    Sumatra Selatan

    Bengkulu

    Jambi

    Lampung

    Bangka Belitung

    DKI Jakarta

    Jawa Barat

    Jawa Tengah

    Yogyakarta

    Jawa Timur

    Banten

    Bali

    Kalimantan Barat

    Kalimantan Selatan

    Kalimantan Tengah

    Kalimantan Timur

    Sulawesi Utara

    Beranda | Cerita Terbaru | Berita | Artikel | Kedai Pustaka | Donasi | Peta Situs

    Rabu, 3 September 2014

    Beranda Cerita Rakyat Nusantara Legenda Pulau Senua

    Legenda Pulau SenuaKepulauan Riau - Indonesia

    Rating : 2.5 (38 pemilih)

    Aceh Sumatra Utara Sumatra Barat Riau Kepulauan Riau Sumatra Selatan Bengkulu Jambi Lampung Bangka Belitung DKI Jakarta Jawa Barat Jawa

    Tengah Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi

    Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Gorontalo NTB NTT Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat

    Cari

  • 9/3/2014 Legenda Pulau Senua, Kepulauan Riau - Indonesia

    http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/142-Legenda-Pulau-Senua 2/5

    Sulawesi Tengah

    Sulawesi Tenggara

    Sulawesi Selatan

    Sulawesi Barat

    Gorontalo

    NTB

    NTT

    Maluku

    Maluku Utara

    Papua

    Papua Barat

    Senarai Isi 366 Cerita RakyatNusantara

    Sinopsis 366 Cerita RakyatNusantara

    www.melayuonline.comwww.wisatamelayu.comwww.rajaalihaji.comwww.tengkuamirhamzah.comwww.adicita.comwww.maharatu.comwww.jogjatrip.comwww.kerajaannusantara.comwww.infokorupsi.comwww.indonesiawonder.com

    Pulau Senua terletak di ujung Tanjung Senubing Bunguran Timur, Natuna, Provinsi Kepulauan Riau,Indonesia. Kata senua dalam bahasa setempat berarti satu tubuh berbadan dua. Menurut cerita,pulau yang terkenal sebagai sarang burung layang-layang putih ini merupakan penjelmaan dariseorang perempuan yang sedang berbadan dua (hamil) bernama Mai Lamah. Mengapa Mai Lamahmenjelma menjadi pulau? Ikuti kisahnya dalam cerita Legenda Pulau Senua berikut ini!

    * * *

    Alkisah, di sebuah daerah di Natuna, Kepulauan Riau, hiduplah sepasang suami-istri miskin. Sangsuami bernama Baitusen, sedangkan istrinya bernama Mai Lamah. Suatu ketika, merekamemutuskan merantau ke Pulau Bunguran untuk mengadu nasib. Mereka memilih Pulau Bungurankarena daerah tersebut terkenal memiliki banyak kekayaan laut, terutama kerang dan siput.

    Ketika pertama kali tinggal di Pulau Bunguran, Baitusen bekerja sebagai nelayan sebagaimanaumumnya warga yang tinggal di pulau tersebut. Setiap hari, ia pergi ke laut mencari siput-lolak(kerang-kerangan yang kulitnya dapat dibuat perhiasan), kelekuk-kulai (siput mutiara), danberagam jenis kerang-lokan. Sedangkan istrinya, Mai Lamah, membantu suaminya membuka kulitkerang untuk dibuat perhiasan.

    Baitusen dan istrinya pun merasa senang dan betah tinggal di Pulau Bunguran, karena warga pulautersebut menunjukkan sikap yang ramah dan penuh persaudaraan. Kebetulan rumah merekabersebelahan dengan rumah Mak Semah, seorang bidan kampung yang miskin, tapi baik hati.

    Jika suatu ketika kalian sakit-mentak (sakit-sakitan), panggil saja Emak! Emak pasti akan datang,pesan Mak Semah kepada Mai Lamah, tetangga barunya itu.

    Terim kasih, Mak! ucap Mai Lamah dengan senang hati.

    Begitu pula warga Bunguran lainnya, mereka senantiasa bersikap baik terhadap Baitusen danistrinya, sehingga hanya dalam waktu beberapa bulan tinggal di daerah itu, mereka sudah merasamenjadi penduduk setempat.

    Bang! Sejak berada di kampung ini, Adik tidak pernah merasa sebagai pendatang. Semuapenduduk di sini menganggap kita sebagai saudara sendiri, kata Mai Lamah kepada suaminya.

    Begitulah kalau kita pandai membawa diri di kampung halaman orang, pungkas Baitusen.

    Waktu terus berjalan. Baitusen semakin rajin pergi ke laut mencari kerang dan siput. Ia berangkatke laut sebelum matahari terbit di ufuk timur dan baru pulang saat matahari mulai terbenam.Daerah pencariannya pun semakin jauh hingga ke daerah pesisir Pulau Bunguran Timur.

    Pada suatu hari, Baitusen menemukan sebuah lubuk teripang, di mana terdapat ribuan ekorteripang (sejenis binatang laut) di dalamnya. Sejak menemukan lubuk teripang, ia tidak pernah lagimencari kerang dan siput. Ia berharap bahwa dengan mencari teripang hidupnya akan menjadilebih baik, karena harga teripang kering di bandar Singapura dan di pasar Kwan Tong di Negeri Cinasangatlah mahal. Ia pun membawa pulang teripang-teripang untuk dikeringkan lalu dijual ke NegeriSingapura dan Cina.

    Akhirnya, hasil penjualan tersebut benar-benar mengubah nasib Baitusen dan istrinya. Merekatelah menjadi nelayan kaya raya. Para tauke dari negeri seberang lautan pun berdatangan kePulau Bunguran untuk membeli teripang hasil tangkapan Baitusen dengan menggunakan tongkang-wangkang (kapal besar). Setiap enam bulan sekali segala jenis tongkang-wangkang milik para tauketersebut berlabuh di pelabuhan Bunguran sebelah timur.

    Sejak saat itu, Baitusen terkenal sebagai saudagar teripang. Langganannya pun datang dariberbagai negeri. Tak heran jika dalam kurun waktu dua tahun saja, pesisir timur Pulau Bunguranmenjadi Bandar yang sangat ramai. Istri Baitusen pun terkenal dengan panggilan Nyonya May Lamoleh para tauke langganan suaminya itu. Rupanya, gelar tersebut membuat Mai Lamah lupadaratan dan lupa dengan asal-usulnya. Ia lupa kalau dirinya dulu hanyalah istri nelayan pencarisiput yang miskin dan hidupnya serba kekurangan.

    Sejak menjadi istri seorang saudagar kaya, penampilan sehari-hari Mai Lamah berubah. Kini, iaselalu memakai gincu, bedak, dan wangi-wangian. Bukan hanya penampilannya saja yang berubah,tetapi sikap dan perilakunya pun berubah. Ia berusaha menjauhkan diri dari pergaulan, karena jijikbergaul dengan para tetangganya yang miskin, berbau anyir, pedak-bilis (sejenis pekasam atau ikanasin, makanan khas orang Natuna), dan berbau kelekuk (siput) busuk. Selain itu, ia juga menjadipelokek (sangat kikir) dan kedekut (pelit).

    Pada suatu hari, Mak Semah datang ke rumahnya hendak meminjam beras kepadanya. Namunmalang bagi Mak Semah, bukannya beras yang ia peroleh dari Mai Lamah, melainkan cibiran.

    Hai, perempuan miskin! Tak punya kebun sekangkang-kera (bidal untuk menentukan luas tanahladang/perkebunan), masih saja pinjam terus. Dengan apa kamu akan membayar hutangmu? MaiLamah mencemooh Mak Semah.

    Mendengar cemoohan itu, Mak Semah hanya terdiam menunduk. Sementara suami Mai Lamah yangjuga hadir di tempat itu, berusaha untuk membujuk istrinya.

  • 9/3/2014 Legenda Pulau Senua, Kepulauan Riau - Indonesia

    http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/142-Legenda-Pulau-Senua 3/5

    Istriku, penuhilah permintaan Mak Semah! Bukankah dia tetangga kita yang baik hati. Dulu diatelah banyak membantu kita.

    Ah, persetan dengan yang dulu-dulu itu! Dulu itu dulu, sekarang ya sekarang! seru Mai Lamahdengan ketus.

    Begitulah sikap dan perlakuan Mai Lamah kepada setiap warga miskin yang datang ke rumahnyauntuk meminta bantuan. Dengan sikapnya itu, para warga pun menjauhinya dan enggan untukbergaul dengannya.

    Suatu ketika, tiba juga masanya Mai Lamah membutuhkan pertolongan tetanggannya. Ia hendakmelahirkan, sedangkan Mak Bidan dari pulau seberang belum juga datang. Baitusen telah berkali-kali meminta bantuan Mak Semah dan warga lainnya, namun tak seorang pun yang bersediamenolong. Mereka sakit hati karena sering dicemooh oleh istrinya, Mai Lamah.

    Ah, buat apa menolong Mai Lamah yang kedekut itu! Biar dia tau rasa dan sadar bahwa budi baikdan hidup bertegur sapa itu jauh lebih berharga dari pada harta benda, cetus Mak Saiyah, seorangistri nelayan, tetangga Mai Lamah.

    Baitusen yang tidak tega lagi melihat keadaan istrinya itu segera mengajaknya ke pulau seberanguntuk mencari bidan.

    Ayo, kita ke pulau seberang saja, Istriku! ajak Baitusen sambil memapah istrinya naik ke perahu.

    Bang! Jangan lupa membawa serta peti emas dan perak kita! Bawa semua naik ke perahu! seruMai Lamah sambil menahan rasa sakit.

    Baiklah, Istriku! jawab Baitusen.

    Setelah mengantar istrinya naik ke atas perahu, Baitusen kembali ke rumahnya untuk mengambilpeti emas dan perak tersebut. Setelah itu, mereka pun berangkat menuju ke pulau seberang.Dengan susah payah, saudagar kaya itu mengayuh perahunya melawan arus gelombang laut.Semakin ke tengah, gelombang laut semakin besar. Percikan air laut pun semakin banyak yangmasuk ke dalam perahu mereka. Lama-kelamaan, perahu itu semakin berat muatannya danakhirnya tenggelam bersama seluruh peti emas dan perak ke dasar laut.

    Sementara Baitusen dan istrinya berusaha menyelamatkan diri. Mereka berenang menuju ke pantaiBungurun Timur mengikuti arus gelombang laut. Tubuh Mai Lamah timbul tenggelam di permukaanair laut, karena keberatan oleh kandungannya dan ditambah pula dengan gelang-cincin, kalung lokit(liontin emas), dan subang emas yang melilit di tubuhnya. Untungnya, ia masih bisa berpegangpada tali pinggang suaminya yang terbuat dari kulit kayu terap yang cukup kuat, sehingga bisaselamat sampai di pantai Bunguran Timur bersama suaminya. Namun, malang nasib istri saudagarkaya yang kedekut itu, bumi Bunguran tidak mau lagi menerimanya. Saat itu, angin pun bertiupkencang disertai hujan deras. Petir menyambar-nyambar disusul suara guntur yang menggelegar.Tak berapa lama kemudian, tubuh Mai Lamah menjelma menjadi batu besar dalam keadaanberbadan dua. Lama-kelamaan batu besar itu berubah menjadi sebuah pulau. Oleh masyarakatsetempat, pulau tersebut dinamakan Sanua yang berarti satu tubuh berbadan dua. Sementaraemas dan perak yang melilit tubuh Mai Lamah menjelma menjadi burung layang-layang putih ataulebih kenal dengan burung walet. Hingga kini, Pulau Bunguran terkenal sebagai pulau sarangburung layang-layang putih itu.

    * * *

    Demikian cerita Legenda Pulau Senua dari daerah Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Ceritadi atas termasuk kategori legenda yang mengandung pesan-pesan moral yang dapat dijadikanpedoman dalam kehidupan sehari-hari. Setidaknya ada dua pesan modal yang dapat dipetik daricerita di atas, yaitu akibat buruk dari sifat kedekut (pelit), dan tidak pandai mensyukuri nikmatTuhan.

    Pertama, akibat buruk dari sifat kedekut (pelit). Sifat ini ditunjukkan oleh sikap Mai Lamah yang tidakmau membantu para tetanggannya yang membutuhkan pertolongan. Akibatnya, para warga punmenjauhinya dan ketika ia membutuhkan pertolongan, para warga pun enggan untukmenolongnya. Dikatakan dalam tunjuk ajar Melayu:

    kalau hidup dengan kedekut,bila mati bangkai bersemut

    kalau hidup terlalu pelit,alamat hidup akan tersepit

    orang kedekut, mati hanyutorang kedekut, matinya sempotorang kedekut, mati mengerekotorang kedekut, mati takut,

    Kedua, akibat buruk dari sifat tidak pandai mensyukuri nikmat Tuhan. Sifat ini ditunjukkan oleh sikapMai Lamah yang senantiasa membangga-banggakan harta kekayaannya. Akibatnya, ia pun tersisihdari pergaulan sehari-hari. Dikatakan dalam tunjuk ajar Melayu:

    siapa yang tak mau mensyukuri nikmat,harta yang dapat takkan berkat

    apa tanda batang kemiribuahnya keras dibuat rempah

  • 9/3/2014 Legenda Pulau Senua, Kepulauan Riau - Indonesia

    http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/142-Legenda-Pulau-Senua 4/5

    40

    Rating : 1 rate

    apa tanda orang tak tahu diriberoleh karunia hatinya pongah

    wahai ananda hendaklah ingat,siapa tak mau mensyukuri nikmathidupnya hina mati pun sesatsepanjang masa dalam melarat

    (Samsuni/sas/130/03-09)

    Sumber:

    Isi cerita diadaptasi dari B.M. Syamsuddin. 1997. Cerita Rakyat dari Natuna. Jakarta: Grasindo.Anonim. Natuna, (http://www.natuna.go.id/website/index.php?option=com_content&task=view&id=12&Itemid=26, diakses pada tanggal 16 Maret 2009)Anonim. Kabupaten Natuna, (http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Natuna, diakses padatanggal 16 Maret 2009)Tenas Effendy. 2006. Tunjuk Ajar Melayu. Yogyakarta: Balai Kajian dan PengembanganBudaya Melayu bekerja sama dengan Penerbit AdiCita Karya Nusa.

    Dibaca 20.038 kali

    Share

    ^^ Kembali ke atas

    Hak Cipta Telah Didaftarkan pada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RepublikIndonseia @ Copyrights by Ceritarakyatnusantara.com | Dilarang keras mendownload,menggunakan, dan menyebarluaskan cerita-cerita di website ini tanpa seizin penulis danCeritarakyatnusantara.com.

    Silahkan memberikan rating anda terhadap cerita ini.

    Komentar untuk "Legenda Pulau Senua"

    devi agustina 16 Oktober 2012

    "Perfek , sesuai dgn yg dicari."

    M.Roni.Riansyah 27 Februari 2012

    "Seppp..........! "

    hafiez s.g.o 21 Desember 2011

    "Tambahkan lagi cerita bagus dan bernilai moral tinggi di sini. Takkan Melayu Hilang di Bumi."

    Nessa AQilla 6 November 2011

    "Ak ibat pelit dan tidak mensyukuri nikmat Tuhan, akhirnya mati sengsara!"

    siti 31 Oktober 2011

    "Bagus."

    Bella Saskia P.A. 16 Oktober 2011

    "Bagus ceritanya."

    Berikan Komentar Anda

  • 9/3/2014 Legenda Pulau Senua, Kepulauan Riau - Indonesia

    http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/142-Legenda-Pulau-Senua 5/5

    Nama

    Maksimal 500 Karakter

    Kirim

    Donasi Layanan Kebijakan Tautan Komentar Tamu Hubungi Kami Tentang kami Peta Situs

    Privacy & Terms

    Type the text