legalitas hukum atas label halal luar negeri dalam...

92
LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM PRODUK PANGAN IMPOR SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: MUSYAROFAH 11140460000108 PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M/1440 H

Upload: others

Post on 14-Jul-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI

DALAM PRODUK PANGAN IMPOR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

MUSYAROFAH

11140460000108

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M/1440 H

Page 2: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru
Page 3: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru
Page 4: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru
Page 5: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

v

ABSTRAK

Musyarofah, NIM. 11140460000108, “LEGALITAS HUKUM ATAS

LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM PRODUK PANGAN IMPOR”,

Program Studi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440 H/2019 M.

Indonesia memiliki penduduk yang bermayoritas muslim, keterangan

tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru terdapat adanya

perlindungan hukum bagi masyarakat agar terhindar dari pangan yang berbahaya

atau tidak halal. Saat ini negara Indonesia merupakan salah satu negara yang

terlibat dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), maka dari itu semua produk

dalam jenis apapun bebas masuk ke Indonesia, termasuk produk pangan. Akan

tetapi, Indonesia memiliki ketentuan yang ketat terkait produk pangan, yaitu

mewajibkan bagi pelaku usaha yang ingin memasukkan produknya, berdedar, dan

diberdangkan untuk memiliki sertifikat halal. Sebagaimana telah ditegaskan dalam

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 33 tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

bahwa produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di wilayah Indonesia

wajib bersertifikat halal. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui berbagai

pengaturan mengenai sertifikasi halal bagi pelaku usaha luar negeri terhadap

produk pangan impor di Indonesia dan untuk untuk mengetahui perlindungan

hukum bagi konsumen terhadap produk tersebut.

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian normatif dengan pendekatan

undang-undang (statue aproach), teori, dokumen-dokumen. Penelitian ini

menggunakan tiga bahan hukum, yaitu bahan primer, sekunder, dan tertier.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada berbagai pengaturan tentang

sertifikasi dan pelabelan halal pada produk pangan, hal ini terjadi sebelum

lahirnya Undang-Undang Nomor 33 tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal,

yaitu terdiri dari Undang-Undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan, Undang-

Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang

36 tahun 2009 tentang Kesehatan, dan pengaturan lainnya yang berada di bawah

undang-undang. Penelitian ini pula menunjukan perlindungan hukum bagi

konsumen apabila dirugikan oleh pelaku usaha yang tidak mentaati ketentuan

sesuai peraturan perundang-undangan.

Kata Kunci : Produk Pangan Impor, Sertiikat Halal, Label Halal, JPH

Pembimbing : Fathudin, S.H.I., S.H., M.A.Hum., M.H.

Daftar Pustaka : Dari tahun 1969 sampai 2019

Page 6: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb…

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta

alam, berkat nikmat, anugerah, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL

HALAL LUAR NEGERI DALAM PRODUK PANGAN IMPOR”.

Shalawat serta salam, semoga tetap dan akan terus tercurahkan untuk Nabi

Muhammad SAW, yang telah memimpin umat Islam menuju jalan yang diridhoi

Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat doa,

dukungan, bimbingan, semangat, dan bantuan dari berbagai pihakk, sehingga

dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasi yang amat besar kepada:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.A., M.H., selaku Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Para Wakil

Dekan.

2. A.M. Hasan Ali, M.A., selaku Ketua Program Studi Hukum Ekonomi

Syariah, dan Dr. Abdurrauf, M.A., selaku Sekretaris Program Studi

Hukum Ekonomi Syariah UIN Syarifa Hidayatullah Jakarta.

3. Fathudin, S.H.I., S.H., M.A.Hum., M.H., selaku Dosen pembimbing yang

telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta kesabaran

dalam membimbing, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik.

4. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, khususnya dosen Program Studi Hukum Ekonomi Syariah yang

telah memberikan ilmu pengetahuan dengan tulus dan ikhlas, semoga

Page 7: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

vii

Allah SWT senantiasa membalas semua jasa-jasa dan serta menjadikan

semua kebaikan ini sebagai amal jariyah untuk beliau semua.

5. Pimpinan dan segenap staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum,

dan Pimpinan dan segenap staf Perpustakaan Utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan fasilitas yang memadai

untuk mengadakan studi kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini.

6. Kedua orang tua tercinta, Bapak Nurjaya dan Ibu Satirah, yang selalu tulus

memberikan semangat, dorongan moriil, materiil, serta doa yang selalu

dipanjatkan agar diberikan kemudahan serta kelancaran dalam

menyelesaikan skripsi ini.

7. Kakak-kakak tersayang, Nurhayati dan Ifah Kholifah, juga kakak-kakak

ipar penulis, Nana Rusdiana dan Dasep Ikhsan, yang selalu memberikan

dan arahan, dorongan serta motivasi penulis unutk menyelesaikan skripsi

ini.

8. Sahabat-sahabat tercinta, Geng Princess, Nabilla Yudia Putri, Ulfatun

Mardiyah, Iffah Karimah, Venny Andrianingtyas, Ines Nur Afifah, dan

Yuanita Nindyas, yang sudah menemani penulis sejak masuk perkuliahan

hingga saat ini, serta memberikan semangat kepada penulis selama

mengerjakan skripsi ini.

9. Teman sekaligus kakak bagi penulis, Evi Eriyani, S.Pd, selaku teman

tinggal bersama selama di kotsan, yang telah bersedia meluangkan waktu

unutk menemani penulis, memberikan dorongan dan semangat dalam

mengerjakan skripsi ini.

10. Teman-teman dan sahabat penulis pula, Indri Syahfitri, Muhammad

Syukron Amin, Ismiyatul Arifiah, Eti Asyaroh, yang tidak ada hentinya

untuk memberikan motivasi, dorongan serta mendengarkan keluh kesah

penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

11. Teman-teman Prodi Hukum Ekonomi Syariah UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta angkatan 2014, khususnya HES C (Native C), yang telah

mendukung, berbagi ilmu, dan memberikan semangat penulis sejak masuk

perkuliahan hingga saat ini.

Page 8: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

viii

12. Teman-teman KKN 110 (ASSOFIN), yang telah memberikan kenangan,

kebersamaan, dan pengalaman yang sangat berkesan.

13. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak

membantu dan memberi masukan dan inspirasi bagi penulis, suatu

kebahaian telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada

semua pihak atas seluruh bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada

penulis dalam menyusun skkripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum

Jakarta, September 2019

Penulis

Page 9: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN. ................................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ....................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................... 8

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ............................................................ 9

E. Teknik Pengolahan dan Metode Penelitian ................................................ 10

F. Sistematika Penulisan ................................................................................. 13

BAB II KERANGKA KONSEP DAN KAJIAN TERITIS

A. Kerangka Konseptual ............................................................................... 15

1. Legalitas Hukum ................................................................................ 15

2. Label Halal ......................................................................................... 15

3. Produk Pangan Impor ......................................................................... 18

4. Legalitas Hukum Label Halal Pada Produk Pangan Impor ................ 19

B. Kerangka Teoritis ..................................................................................... 19

1. Perlindungan Hukum ......................................................................... 19

2. Jenis Perlindungan Hukum ................................................................ 21

3. Perlindungan Konsumen .................................................................... 23

Page 10: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

x

4. Kepastian Hukum ............................................................................... 26

5. Kriteria Halal dalam Islam ................................................................. 28

BAB III PROSEDUR PERMOHONAN PENGAJUAN SERTIFIKASI

HALAL

A. Tahap Pengajuan Sertifikasi Halal ............................................................ 35

B. Tahap Pengajuan Sertifikasi Halal Produk Impor .................................... 42

BAB IV LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI

A. Sebelum Mandatory atau Sebelum Berlakunya Undang-Undang Nomor 33

Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal ............................................. 44

B. Setelah Mandatory atau Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 33

Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal .............................................. 46

C. Aspek Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Produk Pangan Impor ..... 53

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................. 61

B. Saran ......................................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 64

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan perekonomian di Indonesia saat ini telah melahirkan

berbagai industri baru yang mengahasilkan produk-produk konsumsi, baik

yang diproduksi oleh perusahaan domestik maupun perusahaan asing.

Produk-produk yang beredar di Indonesia tidak sepenuhnya berasal dari

negara Indonesia sendiri. Sejak Januari 2016, Indonesia merupakan salah satu

negara yang terlibat dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Dalam

kesepakatan MEA, negara ASEAN akan membebaskan free flow1 dalam

bidang barang, jasa, investasi, tenaga kerja, dan modal. Oleh karena itu,

berangkat dari kesamaan sesama negara berkembang maka para pemimpin

Negara anggota MEA menyepakati hal-hal tersebut, segala sesuatu

dibebaskan. Sebagaimana dengan ditandatanganinya Deklarasi Cebu2 dari

kesepakatan konsesus bahwa ASEAN dijadikan sebagai daerah perdagangan

bebas yang meliputi seluruh komponen aktivitas ekonomi. Mulai dari barang,

tenaga kerja (terampil), investasi, modal, sampai jasa.3 Free flow atau arus

bebas merupakan salah satu elemen utama MEA Blueprint dalam

mewujudkan MEA dengan kekuatan pasar tunggal dan berbasis produksi.

Arus bebas dalam MEA terdiri dari dari arus bebas barang, arus bebas jasa,

arus bebas investasi, arus bebas modal dan arus bebas tenaga kerja terampil.

Hal tersebut, bertujuan meningkatkan perekonomian di kawasan ASEAN.4

1 Arus bebas yang merupapkan salah satu tujuan dalam implementasi pasar tunggal dan

berbasis produksi ASEAN yang diharapkan dapat meningkatkan stabilitas perekonomian di

kawasan ASEAN

2 Hasil dari konsensus dari Konferensi Tingkat Tinggi antar negara ASEAN. Dengan

ditandatangani deklatasi Cebu maka keputusan konsesnsus dari tahun ke tahun menjadi satu

langkah nyata untuk menjadikan ASEAN sebagai daerah perdagangan bebas yang meliputi seluruh

komponen aktivitas ekonomi

3https://www.cermati.com/artikel/amp/masyarrakat-ekonomi-asean-mea-inilah-yang-perlu-

diketahui.html diakses pada tanggal 29 September 2018 Pukul 09:19 WIB

4 http://direktori-bisnis.com/10-negara-anggota-mea.html. Diakses pada tanggal 29

September 2018 pukul 09:36 WIB.

Page 12: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

2

Pada masa MEA semua produk dalam jenis apapun bebas masuk ke

Indonesia, termasuk produk makanan. Produk makanan impor dari berbagai

negara ASEAN akan dengan bebas masuk ke Indonesia tanpa adanya aturan

dari negara asalnya yang mengharuskan untuk memiliki sertifikat halal.

Sementara di Indonesia sendiri dalam Pasal 8 ayatu 1 huruf h Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentnag Perlindungan Konsumen, menyatakan

bahwa pelaku usaha harus mencantmkan pernyataan halal dalam produknya.5

Sebagaimana pengaturan tentang kewajiban memiliki sertifikat halal terdapat

dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan

Produk Halal, menyatakan bahwa produk yang masuk, beredar, dan

diperdagangkan di wilayah Indonesia wajib bersertifikat halal.6

Pada dasarnya, pangan halal berarti pangan yang tidak mengandung

unsur atau bahan haram atau dilarang untuk dikonsumsi oleh umat muslim,

baik menyangkut bahan baku pangan, bahan tambahan dan bahan penolong

lainnya. Kemudian diproses sesuai ketentuan hukum islam dengan cara yang

baik.7 Kehalalan suatu produk menjadi kebutuhan wajib bagi setiap

konsumen, terutama konsumen muslim. Baik itu produk berupa makanan,

obat-obatan maupun barang-barang konsumsi lainnya. Seiring besarnya

kuantitas konsumen muslim di Indonesia yang jumlahnya mencapai 204,8

juta jiwa penduduk Indonesia, dengan sendirinya pasar Indonesia menjadi

pasar konsumen muslim yang sangat besar. Oleh karena itu, jaminan akan

produk halal menjadi suatu hal yang penting untuk mendapatkan perhatian

dari negara.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah Al-Maaidah ayat 88:

لو حلال طيباوكلواما رزقكم ال

“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah

rezekikan kepadamu”(Q.S. Al-Maaidah:88)

5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

6 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

7 INFOPOM 18 Nomor 1 Januari-Februari 2017

Page 13: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

3

Dari ayat di atas bahwasannya Allah memerintahkan kepada umat Islam

untuk mengkonsumsi makanan yang halal merupakan suatu kewajiban bagi

umat Islam.

Namun demikian, pada masa akhir-akhir ini yang disebut dengan era

globalisasi, penetapan kehalalan suatu produk pangan tidak sederhana.

Penyebabnya berbagai makanan itu telah diperlakukan sedemikian rupa

sehingga bahan-bahan mentah dan campurannya pun sulit diklarifikasi.

Misalnya, membandingkannya dengan masa sebelum teknologi berkembang

pesat seperti sekarang. Berdasarkan hal di atas, diperlukan adanya suatu

jaminan dan kepastian akan kehalalan produk-produk pangan yang

dikonsumsi. Khususnya oleh umat Islam yang merupakan bagian terbesar

penduduk Indonesia. Dalam hal ini digarisbawahi bahwa lebih dari 89 persen

penduduk Indonesia adalah muslim.8

Produk makanan yang beredar di Indonesia sangat penting memiliki

nama produk dan label halal dari Majelis Ulama Indonesia, sebab konsumen

akan memahami bagaimana memilih produk berlabel halal yang benar-benar

terjamin kehalalannya. Sehingga pada akhirnya konsumen muslim lebih

memilih produk yang sudah berlabel halal resmi dibanding yang tidak ada

labelnya dan produsen yang telah memiliki sertifikat halal akan segera

menempel logo halal pada produksinya, agar konsumen yakin bahwa

makanan tersebut telah terjamin kehalalannya.9

Konsumsi terhadap produk halal menurut keyakinan agama (Islam) dan

atau demi kualitas hidup dan kehidupan, merupakan hak warga negara yang

dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945, khususnya Undang-Undang

Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999.10

Kemudian mengkonsumi

produk halal itu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.11

8 Mardiyono, “Peningkatan Mawas Diri Konsumen Menggunakan Label Halal”, Jurnal

Cakrawala Hukum, Vol 19, No.1 Juni 2014, h..60

9 Umdah auliya dan Iswantoro, “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Produk

Makanan yang Tidak Berlabel Halal di Daerah Istimewa Jakarta”, Jurnal Sumremasi Hukum, Vol

5, No. 2 2016, h. 226.

10 Amirsyah Tambunan, “Hak Konsumen Dalam Perspektif UU No.8 Tahun 1999”, Jurnal

halal, No.101 Th. XVI Tahun 2013, Jakarta: LPPOM MUI. h.16.

11 Anton Apriyantono, “LPPOM MUI Harus Diperkuat”, Jurnal Halal, No.99 Th. XVI

Tahun 2013, Jakarta: LPPOM MUI, h.48.

Page 14: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

4

Di Indonesia kedudukan Majelis Ulama Indonesia terhadap produk

halal adalah sentral dan sangat penting, karena keberadaan MUI di tahan air

diposisikan sebagai induk organisasi keislaman. MUI juga mendirikan suatu

lembaga teknis yaitu Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan

Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI). LPPOM MUI adalah

lembaga yang bertugas untuk meneliti, mengkaji, menganalisis dan

memutuskan apakah produk-produk baik pangan dan turunannya, obat-obatan

dan kosmetika aman dikonsumsi baik dari sisi kesehatan dan dari sisi agama

Islam (yakni halal dan baik untuk dikonsumsi bagi umat Islam) khususnya di

wilayah Indonesia, memberikan rekomendasi, merumuskan ketentuan dan

bimbingan kepada masyarakat.12

LPPOM MUI dapat mengeluarkan bukti

tertulis untuk menyatakan bahwa suatu produk itu halal yang dikeluarkan

dalam bentuk Sertifikat Halal yang ditandatangani oleh Pimpinan Lembaga

Teknis (Direktur LPPOM MUI).

Label halal yang terdapat pada kemasan produk, akan mempermudah

untuk mengidentifikasi suatu produk. Di Indonesia penggunaan label halal

sangatlah mudah ditemukan, pada produk makanan umumnya. Suatu produk

yang tidak jelas bahan baku dan pengolahannya dapat saja ditempeli tulisan

halal dengan tulisan Arab, maka seolah-olah produk tersebut telah halal

dikonsumsi. Padahal penentuan label halal pada suatu produk, tidak bisa

hanya asal tempel, harus dilakukan berdasarkan ketentuan-ketetuan syariat

Islam yang melibatkan pakar dari berbagai disiplin ilmu, baik agama maupun

ilmu-ilmu lain yang mendukung hal tersebut.

Adapun untuk memperoleh label halal tidak mudah, harus mengikuti

peraturannya sesuai dengan aturan yang berlaku di Negara Indonesia.

Mekanisme permhonan sertifikat halal menurut Undang-Undang Jaminan

Produk Halal.

Undang-undang ini menegaskan, permohonan sertifkat halal diajukan

oleh Pelaku Usaha secara tertulis kepada BPJPH. Selanjutnya, BPJPH

12

Mashudi, Kontruksi Hukum & Respons Masyarakat Terhadap Sertifikasi Produk Halal,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), h. 46.

Page 15: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

5

menetapkan LPH untuk melakukan pemeriksaan dan/atau pengajuan

kehalalan Produk. Adapun pemeriksaan dan/atau pengujian kehalalan produk

dilakukan oleh Auditor Halal di lokasi usaha pada saat proses produksi.

Sebgaimana ditegaskan dalam Pasal 31 ayat 3 Undang-Undang Nomor 33

Tahun 2014 bahwa dalam hal pemeriksaan produk sebagaimana dimaksud

terdapat bahan yang diragukan kehalalannya, dapat dilakukan pengujian di

laboratorium.

Selanjutnya, LPH menyerahkan hasil pemeriksaan dan/atau pengujian

kehalalan produk kepada BPJPH untuk disampaikan kepada Majelis Ulama

Indonesia (MUI) guna mendapatkan penetapan kehalalan produk.

MUI akan menggelar Sidang Fatwa Halal untuk menetapkan kehalalan

produk paling lama 30 (tiga pulu) hari kerja sejak diterimanya hasil

pemeriksaan dan/atau pengujian produk dari BPJPH itu. Keputusan

Penetapan Halal Produk akan disampaikan MUI kepada BPJPH untuk

menjadi dasar penerbitan Sertifikat Halal. “Dalam hal Sidang Fatwa Halal

menyatakan produk tidak halal, BPJPH mengembalikan permohonan

Sertifikat Halal kepada Pelaku Usaha disertai dengan alasan,” bunyi pasal 34

ayat (2) UU JPH. Sementara yang dinyatakan halal oleh Sidang Fatwa Halal

MUI akan menjadi dasar BPJPH untuk menerbitkan Sertifikat Halal paling

lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak keputusan kehalalan produk diterima

dari MUI.

Menurut Undang-Undang ini, Pelaku Usaha yang telah memperoleh

Sertifikat Halal wajib mencantukam Label Halal pada: a. Kemasan produk; b.

Bagian tertentu dari Produk; dan/atau tempat tertentu pada Produk.

Sebagaimana tertulis pada Pasal 39 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014

bahwa Pencantuman lael halal harus mudah dilihat dan dibaca serta tidak

mudah dihapus, dilepas, dan dirusak. Sertifikat Halal berlaku selama 4

(empat) tahun sejak diterbitkan oleh BPJPH, dan wajib diperpanjang oleh

Pelaku Usaha dengan mengajukan pembaruan Sertifikat Halal paling lambat 3

(tiga) bulan sebelum masa berlaku Sertifikat Halal berlaku.13

Namun

13

https://kominfo.go.id/content/detail/4240/uu-no-332014-pemerintah-harus-bentuk-badan-

penyelenggara-jaminan-produk-halal/0/berita diakses pada 14 Oktober 2018 pukul 12:23 WIB

Page 16: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

6

bagaimana dengan produk yang telah memiliki label halal yang berasal dari

luar negeri atau produk impor?

Di era globalisasi, aktivitas perdagangan internasional berupa ekspor

dan impor barang dan jasa antar negara sudah tidak bisa dipungkiri lagi. Sejak

diberlakukannya pasar bebas, barang dan jasa dari luar negeri beredar secara

bebas di pasar Indonesia dan sebagai konsekuensinya produk-produk impor

akan banyak dijumpai di Indonesia. Bahkan ada beberapa produk yang tidak

memiliki label halal dan ada juga berlabel halal tetapi bukan dari lembaga

islam yang berwenang di Indonesia, melainkan label halal dari negara

pengimpor. Di sini jelas akan menjadi kekhawatiran bagi konsumen

Indonesia, karena label halal merupakan bagian yang sangat penting. Serta

legalitas hukum terhadap label halal dalam produk impor juga perlu adanya

kejelasan. Sehingga tidak ada lagi kerugian yang dialami oleh konsumen.

Untuk itulah diperlukan adanya peraturan dan pengaturan yang jelas, yang

menjamin kehalalan sehingga pihak konsumen baik masyarakat muslim dan

non muslim (masyarakat luas) mendapatkan kepastian hukum terhadap

produk makanan dan barang yang akan di konsumsi.

Indonesia merupakan salah satu negara yang sudah terlibat dalam

aktivitas ekspor maupun impor dengan negara lain. Untuk kegiatan impor

Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1990an. Kebutuhan impor barang dan

jasa di Indonesia dirasakan meningkat setelah terjadinya krisis ekonomi. Hal

ini dikarenakan banyak kebutuhan akan barang dan jasa masyarakat

konsumen di Indonesia yang tidak dapat dipenuhi oleh produsen dalam

negeri, di samping juga kualitas produk impor dipandang mempunyai kualitas

tinggi.14

Negara wajib menjamin setiap penduduk menjalankan agama dan

keyakinannya, termasuk dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan dan obat-

obatan halal sesuai akidah setiap muslim. Hal ini sejalan dengan Undang-

14

Irna Nurhayati, Efektivitas Pengawasan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Terhadap

Peredaran Produk Pangan Olahan Impor Dalam Mewujudkan Perlindungan Konsumen. Dalam

Jurnal Mimbar Hukum, Vol. 21, No.2, 2009, h.204

Page 17: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

7

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK)

Pasal 8 ayat (1) huruf h yang menyatakan bahwa pelaku usaha dilarang

memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/jasa yang tidak

mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan

“halal” yang dicantumkan pada label.15

Berdasarkan UUPK, setiap produsen

harus secara transparan mencantumkan unsur-unsur setiap makanan yang

diproduksi untuk melindungi kepentingan konsumen,16

sesuai dengan Pasal 4

huruf c yang menyatakan bahwasanya konsumen memilik hak atas informasi

yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau

jasa.17

Berdasarkan latar belakang di atas, maka ada masalah yang penting

untuk dibahas dan menarik untuk diteliti. Oleh karena itu, penulis memilih

judul: “Legalitas Hukum Atas Label Halal Luar Negeri Dalam Produk

Pangan Impor”

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah

dalam penelitian ini, diantaranya:

a. Perlindungan hukum bagi konsumen terhadap label halal pada

produk pangan impor

b. Tanggungjawab pelaku usaha terhadap setifikasi halal pada prodak

impor

c. Bagaimana peran LPPOM MUI terhadap label halal yang berasal

dari luar negeri

d. Legalitas hukum bagi label halal yang berasal dari luar negeri

e. Pengaturan sertifkat halal bagi pelaku usaha luar negeri

15

Pasal 8 Ayat (1) huruf h Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen

16 Siti Muslimah, “Label Halal Pada Produk Pangan Kemasan Dalam Prespektif

Perlindungan Konsumen Muslim”. Yustisia. Vol. 1, No. 2, 2012, h. 86

17 Pasal 4 huruf h Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Page 18: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

8

2. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini,

penulis membatasi masalah yang akan dibahas sehingga pembahasannya

lebih jelas dan terarah sesuai dengan yang diharapkan penulis. Di sini

penulis hanya akan membahas tentang legalitas hukum atas label halal

luar negeri dalam produk pangan impor dan perlindungan hukum bagi

konsumen terhadap label halal pada produk pangan impor.

3. Rumusan Masalah

Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan

penelitian sebagai berkut:

1. Bagaimana legalitas hukum atas label halal luar negeri dalam produk

pangan Impor yang beredar di Indonesia?

2. Bagaimana perlindungan konsumen atas produk pangan impor yang

berlabel halal dari luar negeri?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

Tujuan penelitian yang dilakukan adalah:

a. Untuk mengetahui legalitas hukum atas label halal luar negeri dalam

produk pangan Impor yang beredar di Indonesia.

b. Untuk mengetahui perlindungan konsumen atas produk pangan

impor yang berlabel halal dari luar negeri.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam melaksanakan penelitian ini adalah :

a. Secara Teoritis: dapat memberikan kontribusi sebuah keilmuan bagi

siapa saja, khususnya bagi penulis dan bagi orang lain. Kemudian

menambah literature perpustakaan khususnya dalam bidang ilmu

hukum ekonomi syariah.

b. Manfaat Praktisi. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan

masukan yang berguna dan bisa memberikan penjelasan kepada

masyarakat tentang regulasi dan perlindungan hukum bagi konsumen

atas label halal yang berasal dari Negara luar atau produk impor.

Page 19: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

9

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

1. Nurul Lisani, “Analisis Pengaruh Labelisasi Halal Produk-Produk

Konsumsi terhadap Preferensi Konsumsi Pada Mahasiswa Muslim FEB

USU” dalam skripsi ini menjelaskan bagaimana pengaruh labelisasi halal

pada produk-produk konsumsi terhadap preferensi konsumsi pada

mahasiswa muslim Fakulas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera

Utara. Sehingga mendapatkan kesimpulan bahwa hubungan yang positif

dan signifikan antara labelisasi produk-produk konsumsi terhadap

preferensi konsumsi pada mahasiswa muslim FEB USU dengan tingkat

keyakinan 95%. Dalam penulisan skripsi tersebut penulisan hanya

berbatas pada pengaruh labelitas halal produk-produk konsumsi di

Universitas Sumatra Utara, berbeda dengan apa yang penulis teliti yaitu

legalitas hukum atas label halal pada produk pangan impor.

2. Yulia Dian Iskandar, “Perlindungan Hukum Konsumen Dalam Hal

Pencantuman Produk Halal Oleh Pelaku Usaha (Studi Pada Produsen

Pangan Dalam Kemasan Di Kota Pontianak” dalam skripsi ini

menyimpulkan bahwa ketentuan yang mengatur masalah label halal tidak

diatur dalam satu aturan yang secara khusus mengatur label halal,

melainkan tersebar dalam berbagai peraturan perundang-undangan, dan

peraturan perundang-undangan yang mengatur label halal tersebut belum

dapat memberikan perlindungan hukum terhadap konsumen Islam di

Indonesia, karena ketentuan pencantuman label halal pada suatu produk

termasuk produk makanan dalam kemasan bukan merupakan kewajiban,

melainkan hanya bersifat sukarela dari pelaku usaha (produsen).

3. Yuli Mega Anggraeni “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen

Produk Pangan Impor yang Tidak Mencantumkan Label Berbahasa

Indnesia Di Kabupaten Banyumas” dalam skripsi ini menyimpulkan

bahwa perlindungan hukum terhadap konsumen produk pangan impor

yang tidak mencantumkan label berbahasa Indonesia di Kabupaten

Banyumas secara normatif telah terpenuhi sebagaimana yang

diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Page 20: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

10

Perlindungan Konsumen khususnya yang berkaitan dengan hak-hak

konsumen dalam Pasal 4 huruf a, c, dan h. Namun dalam kenyataannya,

hak-hak konsumen tersebut belum dapat terpenuhi secara optimal

dikarenakan masih ada pelaku usaha yang tidak memenuhi ketentuan

wajib label berbahasa Indonesia pada pangan yang diimpor.

4. Taufiq Rahman, Tinjauan Yuridis Terhadap Penerapan Sertifikasi Halal

Suatu Produk Di Indonesia (Studi pada Lembaga Pengkajian Pangan,

Obat-obatan , dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia Provinsi Sulawesi

Selatan). Dalam penelitian ini penulis memaparkan bagaimana proses

sertifkasi halal suatu produk oleh Majelis Ulama Indonesia dan apa saja

landasan hukum mengenai proses sertifikasi tersebut. Berbeda dengan

penulis teliti, yaitu tentang legalitas hukum atas label halal luar negeri

yang masuk ke Indonesia.

E. Teknik Pengolahan dan Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu proses yang panjang untuk menggali

sesuatu yang belum pernah dibahas sebelumnya. Berawal dari minat untuk

mengetahui fenomena tertentu dan selanjutnya berkembang menjadi gagasan,

teori, konsep, pemilihan metode penelitian yang sesuai dan seterusnya.

Penelitian (research) berarti pencarian kembali. Pencarian yang dimaksud

adalah pencarian terhadap pengetahuan yang benar (ilmiah), karena hasil dari

pencarian ini akan dipakai untuk menjawab permasalahan tertentu. Dengan

kata lain penelitian merupakan upaya pencarian yang amat bernilai edukatif,

melatih kita untuk selalu sadar bahwa di dunia ini banyak yang kita tidak

ketahui, dan apa yang kita coba cari, temukan dan ketahui itu tetaplah bukan

kebenaran mutlak. Oleh sebab itu masih perlu diuji kembali.18

Penelitian memiliki tujuan yaitu menemukan, mengembangkan, menguji,

kebenaran suatu pengetahuan berdasarkan fakta dan data. Karena sebuah

usaha dari pengembangan dan penemuan ilmu pengetahuan maka sebuah

18

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada,2004), h. 19

Page 21: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

11

penelitian harus mengguanakan metode ilmiah.19

Metode penelitian ilmiah

merupakan penyaluran hasras ingin tahu manusia dalam taraf keilmuan.

Seseorang akan yakin bahwa ada sebab bagi setiap akibat dari setiap gejala

yang tampak dapat dicari penjelasanya secara ilmiah. Penelitian bersikap

objektif, karena kesimpulan yang diperoleh hanya akan ditarik apabila

dilandasi dengan bukti-bukti yang meyakinkan yang dikumpulkan melalui

prosedur yang jelas, sistematis, dan terkontrol.20

Dalam penelitian ini

dijelaskan mengenai cara, prosedur atau proses penelitian sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif

yaitu penelitian hukum yang mengkaji hukum tertulis dari berbagai

aspek, yaitu aspek teori, sejarah, filososfi, perbandingan, struktur dan

komposisi, lingkup materi, dan konsistensi.21

2. Pendekatan

Penelitian normatif yakni suatu penelitian yang meneliti suatu

masalah dengan cara meninjau dari segi peraturan perundang-undangan

yang berlaku.22

Dalam studi hukum, pendekatan yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah pendekatan perundang-undangan (statute

Approach).

3. Sumber Data

Sumber data adalah segala sesuatu yang menjadi sumber dan

rujukan dalam penelitian. Adapun sumber data dalam penelitian ini

penulis bagi ke dalam tiga jenis data, yaitu :

a. Sumber Hukum Primer

Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang

mengikat, dan terdiri dari norma atau kaidah dasar, peraturan dasar,

19

Fahmi Muhammad Ahmadi, Djaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum (Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2010), h. 4

20 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta:Raja Grafindo Persada,

2003), h. 32

21 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2010), h. 10

22 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cet. Ke-6, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 11

Page 22: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

12

peraturan perundang-undangan, bahan hukum yang tidak

dikodifikasiakn seperti hukum adat dan yurisprudensi.23

Dalam penelitian ini bahan hukum primer yang penulis

gunakan terdiri dari beberapa aturan perundang-undangan yang

terkait, yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012

tentang Pangan, Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang

Kesehatan, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan

Produk Halal, Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang

Label dan Iklan Pangan, Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun

2019 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 33

Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal.

b. Sumber Hukum Sekunder

Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan sumber data

sekunder. Bahan hukum adalah bahan untuk memberikan penjelasan

tentang bahan hukum utama atau primer. Bahan hukum sekunder

yang digunakan adalah buku-buku hukum, skripsi, tesis, jurnal,

disertasi hukum, artikel ataupun materi-materi yang memberikan

penjelasan dan digunakan untuk menguatkan bahan hukum primer.

c. Sumber Hukum Tertier

Data yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna

terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Seperti Kamus Besar

Bahasa Indonesia, Kamus Hukum, media masa dan lain-lain.

4. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian hukum normatif menitikberatkan pada studi kepustakaan

(library research) atau metode pengumpulan data yang digunakan adalah

metode dokumentasi (documentary method).

23

Amiruddin, Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada,2004), h. 31

Page 23: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

13

5. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan dalam penelitian yang berupa

melakukan kajian atau telaah terhadap hasil pengolahan data yang

dibantu dengan teori-teori yang telah didapatkan sebelumnya. Secara

sederhana analisis data ini disebut sebagai kegiatan memberikan telaah

yang dapat berarti menentang, mengkritik, mendukung, menambah atau

memberi komentar dan kemudian membuat suatu kesimpulan terhadap

hasil penelitian dengan pemikiran sendiri dan dibantu teori yang telah

didapat.24

Berdasarkan sifat penelitian ini yang bersifat deskriptif analisis,

analisis data yang digunakan adalah kualitatif terhadap data yang didapat.

Deskriptif tersebut meliputi isis dan struktur hukum positif, yaitu suatu

kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk menentukan isis atau makna

aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan

permasalahan hukum yang menjadi objek kajian.25

F. Sistematika Penulisan

Dalam memudahkan penyusunan skripsi ini dan untuk memberikan

gambaran secara rinci mengenai pokok pembahasan, penulis menyusun

skripsi ini dalam beberapa bab dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Pada bab ini menjelaskan latar belakang masalah,

identifikasi, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

tinjauan (review) kajian terdahulu, metodologi penelitian dan sistematika

penulisan.

Bab II yaitu berisi tentang Kerangka Konsep dan Kajian Teoritis.

Dalam bab ini terdapat konsep mengenai legalitas hukum, label halal, produk

pangan impor dan legalitas label halal produk impor. Kemudian dalam Kajian

24

Mukti Fajar, Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris,

(Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2015), h.18

25 Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), h. 107

Page 24: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

14

teoritis memuat teori yang akan dipakai yaitu berupa teori perlindungan

hukum, kepastian hukum, dan kriteria halal dalam Islam.

Bab III yaitu menjelaskan bagaimana prosedur untuk mengajukan

permohonan serifikasi halal yang ditinjau dari aspek regulsi yang ada.

Bab IV yaitu menjelaskan gambaran umum, hasil penelitian dan

pembahasan mengenai legalitas label halal luar negeri sebelum mandatory

atau sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang

Jaminan Produk Halal dan setelah mandatory atau setelah berlakunya

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal dan

perlindungan hukum bagi konsumen atas label halal dari luar negeri.

Bab V yaitu penutup, menjelaskan tentang kesimpulan dan saran.

Page 25: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

15

BAB II

KERANGKA KONSEP DAN KAJIAN TEORITIS

A. Kerangka Konseptual

1. Legalitas Hukum

Legalitas berasal dari bahasa Latin yait lex (kata benda) yang

berarti undang-undang, atau kata jadian legalis yang berari sah atau

sesuai dengan ketentuan undang-undang. Dengan demikian legalitas

adalah keabsahaan sesuatu menurut undang-undang.1

Secara historis, gagasan legalitas yang mengklaim dapat

memberikan kepastian hukum dalam penegakan hukum, khususnya

dalam ranah hukum pidana, jika ditelusuri secara filosofis dan historis

adalah sebuah gagasan yang lahir berkat gagasan legisme. L.J. van

Apeldoorn, seorang yuris Belanda yang amat memengaruhi dasar-dasar

pendidikan hukum di Hindia Belanda, rupanya menerangkan bagaimana

legalitas itu lahir. Van mengungkapkan pemikiran dari J.J. Rousseau

tentang pembentukan hukum. Proses itu adalah semata-mata kewenangan

istimewa pembentuk undang-undang. Tidak ada tempat bagi kebiasaan

yang hidup dalam keseharian masyarakat untuk menjadi dasar

pembentukan hukum.2

2. Label Halal

Lebel halal adalah pencantuman tulisan atau pernyataan halal

pada kemasan produk untuk menunjukkan bahwa produk yang dimaksud

berstatus sebagai produk halal.3 Adapun yang dimaksud dengan produk

1 Subekti dan Tjitrosudibyo, Kamus Hukum, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1969), h. 63

2 E. Fernando M. Manullang, Legisme, Legalitas dan Kepastian Hukum, (Jakarta: Kencana,

Cet. Ke-2 2017), h. 9

3 Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal Direktorat Jenderal Bimbingan

Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Petunjuk Teknis Pedoman System Produksi Halal,

Departemen Agama, Jakarta, 2003, h. 2

Page 26: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

16

halal adalah produk yang telah dinyatakan halal sesuai dengan syriat

Islam.4

Label halal menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014

tentang Jaminan Produk Halal adalah sebagai tanda kehalalan suatu

produk.5 Label halal diperoleh setelah mendapatkan sertifikat halal.

Sedangkan sertifikat halal adalah fatwa tertulis yang dikeluarkan oleh

Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menyatakan kehalalan suatu

produk sesuai dengan syariat Islam melalui keputusan sidang Komisi

Fatwa Majelis Ulama Indonesia berdasrkan proses audit yang dilakukan

oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis

Ulama Indonesia (LPPOM MUI). Sertifikat halal merupakan syarat

untuk mendapatkan izin untuk pencantuman label halal pada kemasan

produk.6

Di Indonesia lembaga yang otoritatif melaksanakan sertifikasi

halal adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang secara teknis ditangani

oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika

(LPPOM). Sedangkan kegiatan labelisasi halal dikelola oleh Badan

Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM). Dalam pelaksanaannya di

Indonesia kegiatan labelisasi halal telah diterapkan lebih dahulu sebelum

sertifikasi halal. Adapun peraturan yang bersifat teknis yang mengatur

masalah pelabelan halal adalah Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal.7

Labelisasi halal adalah perizinan pemasangan kata “Halal” pada

kemasan produk dari suatu perusahaan oleh Badan POM. Izin

4 Burhanuddin, Pemikiran Hukum Perlindungan Konsumen dan Sertifikat Halal, (Malang,

UIN Maliki Press, 2011), h. 140

5 Pasal 1 ayat (11) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

6 Departemen Agama Republik Indonesia, 2003 :2/11

7 Nurul Lisani, Analisis Pengaruh Labelisasi Halal Produk-Produk Konsumsi Terhadap

Preferensi Konsumsi Pada Mahasiswa Muslim FEB USU, Skripsi, (Medan, Fakultas Ekonomi dan

Bisnis, Universitas Sumatera Utara, 2018), h. 30

Page 27: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

17

pencantuman label halal pada kemasan produk makanan yang

dikeluarkan oleh Badan POM didasarkan rekomendasi MUI dalam

bentuk sertifikat halal.8 Labelisasi halal mengacu pada klasifikasi label

yang diberikan oleh Stanton, maka lablel halal masuk dalam klasifikasi

Descriptive Label yaitu label yang menginformasikan tentang konstruksi

atau pembuatan, ingredient atau bahan baku, dan efek yang ditimbulkan

(other characteristic) yang sesuai dengan standar halal.9 Aspek-aspek

yang menjadi tinjauan dalam labelisasi halal yaitu:10

1. Proses produksi, proses ini harus diperhatikan bagi perusahaan yang

sudah menggunakan label halal dan hendaknya tetap menjaga hal-hal

berikut:

a. Binatang yang hendak dibersirkan merupakan binatang sudah

disembelih menurut syariat Islam.

b. Bahan campuran yang digunakan dalam proses produksi tidak

terbuat dari barang-barang atau bahan haram dan turunannya.

c. Air yang digunakann hendaklah air mutlak atau air bersih dan

mengalir.

d. Dalam proses produksi tidak tercampur atau berdekatan dengan

barang atau bahan yang najis.

2. Bahan baku utama, yaitu bahan utama yang digunakan dalam kegiatan

proses produksi. Baik berupa bahan baku, bahan setengah jadi

maupun bahan jadi.

3. Bahan pembantu atau bahan penolong, yaitu bahan yang berfungsi

untuk membantu mempercepat ataupun memperlambat prses

produksi, termasuk proses rekayasa.

8 Aisjah Girindra, Pengukir Sejarah Sertifikasi Halal, (Jakarta: LP POM MUI, 2005), h. 69

9 https://karyatulisilmiah.com/pengertian-halal-label-dan-labelisasi-halal/ diakses pada 25

Mei 2019 pukul 1:31 WIB

10 Burhanuddin, Pemikiran Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Raawali Pers, 2011)

h.142

Page 28: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

18

4. Efek, yaitu suatu dampak yang terkandung dari makanan dan

minuman yang diproduksi. Apabila suatu jenis makanan dapat

membahayakan jiwa, maka makanan tersebut haram untuk

dikonsumsi. Karena produk halal tidak terlepas dari syariat Islam,

yaitu mengambil maslahat dan menlak mudharat atau bahaya.

Manfaat dan tujuan tersebut adalah untuk memberikan kepastian

status kehalalan pada suatu produk sehingga dapat melindungi konsumen

Muslim. Label halal pula mengandung aspek yuridis untuk memberikan

perlindungan pada konsumennya, artinya secara hukum dengan cara

mencantumkan label halal pada sebuah produk berarti telah melindungi

hak-hak konsumen dan telah melaksanakan suatu ketentuan dari Undang-

Undang Perlindungan Konsumen, sebab pencantuman label halal

mengandung konsekuensi hak atas kenyamanan dan keamanan konsumen

dalam mengkonsumi produk.11

3. Produk Pangan Impor

Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah

pabean.12

Secara umum impor adalah suatu kegiatan pembelian dan

memasukkan barang/jasa atau komoditas dari luar negeri ke dalam negeri

secara legal melalui proses perdagangan.13

Sedangkan pangan impor atau

impor pangan adalah kegiatan memasukkan Pangan ke dalam daerah

pabean14

negara Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat,

perairan, dan ruang udara di atasnya, tempat-tempat tertentu di Zona

Ekonomi Eksklusif, dan landas kontinen.15

Impor Pangan yang dilakukan

11

Muhammad Ibnu Elmi, Label Halal antara Spiritualitas dan Komoditas Agama,

(Malang: Madani Wisma Kalimetro, 2009), h. 73

12 Pasal 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan

13 https://www.maxmanroe.com/vid/bisnis/pengertian-impor.html diakses pada 19 Juni

2019 pukul 12:15 WIB

14 Wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di

atasnya, serta tempat-tempat tertentu di zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen yang di

dalamnya berlaku undang-undang ini.

Page 29: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

19

untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri wajib memenuhi

persyaratan keamanan, mutu, Gizi, dan tidak bertentangan dengan

agama, keyakinan, dan budaya masyarakat.16

4. Legalitas Hukum Label Halal pada Produk Pangan Impor

Izin pencantuman label halal merupakan otoritasnya Badan POM,

prouk impor sendiri harus mencantumkan label halal MUI, tujuannya

agar mempermudah dalam pengawasan. Sebelumnya, produk impor yang

akan diedarkan di Indonsesia harus mencantumkan lebla halal dari MUI

dan harus memiliki sertifikat halal terlebih dahulu, sehingga produk

tersebut harus didaftarkan terlebih dahulu ke MUI. Apabila produk impor

masih menggunakan label halal dari negaranya maka produk tersebut

belum terregister dan dapat dikatakan bahwa produk tersebut ilegal.17

B. Kerangka Teoritis

1. Perlindungan Hukum

Masalah kehalalan suatu produk yang akan dikonsumsi oleh

masyarakat merupakan persoalan yang penting, sehingga apa yang akan

dikonsumsi itu benar-benar halal, dan tidak sedikitpun tercampur oleh

bahan-bahan yang berbahaya atau haram. Oleh karena itu perlu adanya

perlindungan hukum terhadap persoalan di atas.

Teori perlindungan hukum dikemukakan oleh Salmond yang

selanjutnya dijelaskan oleh Fitgerald. Teori ini mengatakan bahwa

hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai

kepentingan hukum yang dapat bertabrakan satu sama lain, sehingga

dengan hukum yang diintegrasikan sedemikian rupa dapat menekan

terjadinya tabrakan kepentingan tersebut.18

Dalam lalu lintas

15

Pasal 1 angka (25) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan

16 Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan

17 Menurut pihak Humas LPPOM MUI

18 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), h. 53

Page 30: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

20

kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan-kepentingan tertentu

hanya dapat dilakukan dengan cara membatasi kepentingan di lain pihak.

Maka dari itu hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara

mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam

rangka kepentingannya sendiri. Pengalokasian kekuasaan ini dilakukan

secara terukur, dalam arti ditentukan keluasan dan kedalamannya,

sehingga kekuasaan yang demikian yang disebut dengan hak.19

Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan

kepada subyek hukum ke dalam bentuk perangkat baik bersifat preventif

maupun yang bersifat represif, baik lisan maupun tertulis. Dengan kata

lain dapat dikatakan bahwa perlindungan hukum sebagai suatu gambaran

tersendiri diri fungsi hukum itu sendiri yang memiliki konsep bahwa

hukum memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan

dan kedamaian.20

Perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk

melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa

yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban

dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati

martabatnya sebagai manusia.21

Menurut Satjipto Raharjo mendefinisikan perlindungan hukum

adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang

dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada

masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan

oleh hukum.22

Menurut R. La Porta dalam Jurnal of Financial

19

Muthia Sakti, Dwi Aryanti R, dan Yuliana Yuli, “Perlindungn Konsumen Terhadap

Beredarnya Makanan yang Tidak Bersertikat Halal”, Jurnal Yuridis, Vol.2 No. 1, 2015, h.65-66

20 http://tesishukum.com/pengertian-perlindungan-hukum-menurut-para-ahli/ diakses pada

tanggal 25 Mei 2019 pukul 23.10 WIB

21 Setiono, Rule Of Law (supremasi hukum), Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2004, h.3

22 Satjipto Rahardjo, Ilmu hukum,….h. 53

Page 31: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

21

economics, bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh suatu negara

memiliki dua sifat, yaitu bersifat pencegahan (prohibited) dan bersifat

hukuman (sanction).23

Bentuk perlindungan yang paling nyata yaitu

adanya institusi-institusi penega hukum seperti pengadila, kejaksaan,

kepolisin, dan lembaga-lembaga penyelesaian sengkena d luar

pengadilan (non-litigasi).

2. Jenis Perlindungan Hukum

Menurut Muchsin, perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu:

1) Perlindungan Hukum Preventif

Perlindungan yang diberkan oleh pemerintah dengan tujuan untuk

mencegah sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam

perauran perundang-undangan dengan maksud untuk mencegah

suatu pelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batasa-

batasan dalam melakukan suatu kewajiban.

2) Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa

sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang

diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu

pelanggaran.24

Menurut Philipus M. Hadjon, bahwa sarana perlindungan

hukum ada dua macam, yaitu :

1) Sarana Perlindungan Hukum Preventif

Pada perlindungan hukum preventif ini, subyek hukum

diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan atau

pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat

23

Rafael La porta, “Investor Protection and Crorate Governence”, Jurnal of Financial

Economic, no.5 (Oktober 1999), h.9

24 Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum Bagi Investor di Indonesia, (Surakarta,

Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2003), h.20

Page 32: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

22

bentuk yang definitif. Tujuannya adalah mencegah terjadinya

sengketa. Perlindungan hukum ini dapat dilakukan melalui 3

metode, yaitu: pembinaan, pengawasan, dan peraturan

perundang-undangan.

2) Sarana Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk

menyelesaikan sengketa. Perlindungan hukum ni dapat

dilakukan melalui: penindakan dan pemberian sanksi berupa

perdata atau ganti rugi, pidana, dan administrasi.

Penanganan perlindungan hukum oleh Pengadilan Umum dan

Pengadilan Administrasi di Indonesia termasuk kategori perlindungan

hukum ini. Prinsip perlindungan hukum terhadap tindakan pemerintah

bertumpu dan bersumber dari konsep tentang pengakuan dan

perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia karena menurut sejarah

dari barat, lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan perlindungan

terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan kepada pembatasan-

pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah. Prinsip

kedua yang mendasari perlindungan hukum terhadap tindak

pemerintahan adalah prinsip negara hukum. Jika dikaitkan dengan

pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, pengakuan

dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia mendapat tempat

utama dan dapat dikaitkan dengan tujuan dari negara hukum.25

Keadilan terbentuk oleh pemikiran yang benar, dilakukan secara

adil dan jujur serta bertanggungjawab atas tindakan yang dilakukan. Rasa

keadilan tersebut harus ditegakkan berdasarkan hukum positif untuk

menegakkan keadilan dalam hukum sesuai dengan realitas masyarakat

yang menghendaki tercapainya masyarakat yang damai dan aman.

Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepeningan manusia, penegakkan

hukum harus memperhatikan 4 (empat) unsur, yaitu: kepastian hukum

25

Phillipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, (Surabaya: Bina

Ilmu, 1987), h.117

Page 33: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

23

(Rechtssicherkeit),kemanfaatan hukum (Zeweckmassigkeit), keadilan

hukum (Gerechtigkeit), dan jaminan hukum (Doelmatigkeit).26

3. Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin

adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada

konsumen.27

Adapun tujuan hukum dalam perlindungan konsumen

adalah untuk mewujudkan keadilan, kemanfaatan, dan kepastian

hukum.28

Perlindungan konsumen merupakan istilah yang dipakai untuk

menggambarkan bahwa adanya hukum yang memberikan perlindungan

terhadap konsumen dari kerugian atas penggunaan produk barang

dan/atau jasa. Perlindungan konsumen mempunyai cakupan yang luas,

meliputi perlindungan terhadap segala kerugian akibat penggunaan

barang dan/atau jasa.29

Cakupan tersebut dapat dibedakan dalam dua

aspek, yaitu:30

1. Perlindungan terhadap kemungkinan barang yang diserahkan kepada

konsumen tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati.

2. Perlindungan tehadap diberlakukannya syarat-syarat yang tidak adil

kepada konsumen.

Keinginan yang hendak dicapai dalam perlindungan konsumen

adalah menciptakan rasa aman bagi konsumen dalam memenuhi

kebutuhan hidup. Hal ini terbukti bahwa semua norma mengenai

perlindungan konsumen dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen

26

Ishaq, Dasar-dasar Imu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.43

27 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

28 Erna Widjajati dan Yessy Kusumadewi, Pengantar Hukum Dagang, (Jakarta: Roda Inti

Media, 2010), h.23

29 Burhanuddin, Pemikiran Hukum Perlindungan Konsumen,... h.1

30 Adrianus Meliala, Produk Bisnis Curang, (Jakarta: Pustaka Sina Harapan, 1993), h.152

Page 34: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

24

memiliki sanksi pidana.31

Singkatnya, bahwa segala upaya yang

dimaksudkan dalam perlindungan konsumen tersebut tidak hanya

terhadap tindakan preventif, melainkan juga tindakan represif dalam

sebuah bidang perlindungan yang diberikan kepada konsumen. Maka

pengaturan perlindunga konsumen dilakukan dengan cara:32

1. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung

unsur keterbukaan akses informasi, serta menjamin kepastian

hukum.

2. Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan kepentingan

keseluruh pelaku usaha.

3. Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa.

4. Memberikan perlindungan kepada konsumen dari praktik usaha yang

menipu dan menyesatkan.

5. Memadukan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan

perlindungan konsumen dengan bidang-bidang perlindungan pada

bidang-bidang lainnya.

Dalam perlindungan terdapat asas-asas perlindungan konsumen.

Menurut Satjipto Raharjo, asas hukum bukan merupakan peraturan

hukum, namun tidak ada hukum yang bisa dipahami tanpa mengetahui

asas-asas hukum memberikan yang ada di dalamnya, asas-asas hukum

memberikan maksa etis kepada setiap peraturan-peraturan hukum serta

tata hukum. Asas merupakan sebuah fondasi bagi suatu undang-undang

dn peraturan pelaksananya.33

31

Pada posisi itu, hukum pidana sebagai sarana social defence yang bertujuan melindungi

kepentingan-kepentingan masyarakat dalam: (1) pemeliharaan tertib masyarakat; (2) perlindungan

masyarakat dari kejahatan, kerugian atau bahaya-bahaya yang tidak dibenarkan yang dilakukan

orang lain; (3) pemsyarakatan kembali (resosialisasi) para pelanggar hukum; (4) pemeliharaan dan

pemertahanan integritas pandangan-pandangan dasar tentang keadilan social, martabat

kemanusiaan dan keadilan individu. Lihat dalam Yusuf Shoie, Perlindungan Konsumen dan

Instrumen Hukumnya,(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), h.30-31

32 Husni Syawali dan Neni Sri Ismayanti, Hukum Perlindungan Konsumen, (Bandung:

Mandar Maju, 2000), h.7

33 Eli Wuria Dewi, Hak-hak Konsumen Jika Dirugikan, (Jakarta: Visimedia, 2008), h.10

Page 35: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

25

Perlindungan konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama

seluruh piha yang terkait, masyarakat, pelaku usaha, dan pemerintah.

Berdasarkan lima asas menurut pasal 2 undang-undang perlindungan

konsumen, yaitu:34

1. Asas manfaat, yaitu mengutamakan bahwa segala upaya dalam

penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat

sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha.

2. Asal keadilan, yaitu agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan

secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan

pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan

kewajibannya secara adil.

3. Asas keseimbangan, yaitu untuk memberikan keseimbangan antara

kepentingan konsumen, pelaku usha, dan pemerintah dalam arti

materiil dan spiritual.

4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen, yaitu memberikan

jaminan atas eamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam

penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang

dikonsumsi atau digunakan.

5. Asas kepastian hukum, yaitu agar baik pelaku usaha maupun

konsumen mentaati hukum dan memperoleh keadilan dalam

penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin

kepastin hukum.

Mengingat tujun hukum merupakan untuk meujudkan keadilan,

kemanfaatan, dan kepastian hukum.35

Kepastian hukum untuk

melindungi hak-hak konsumen dari kecurangan atau dirugikan diperkuat

melalui undang-undang khusus yaitu undang-undang perlindungan

konsumen, undang-undang ini memberikan harapan agar pelaku usaha

34

Ahmad Miru, dkk, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2011), h.25

35 Ahmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Sebuah Kajian Filosofi dan Sosiologis), (Jakarta:

Gunung Agung, 2002), h.85

Page 36: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

26

tidak bertindang sewenang-wenang yang dapat menimbulkan kerugian

bagi hak-hak konsumen.36

4. Kepastian Hukum

Kepastian adalah perihal (keadaan) yang pasti, ketentuan atau

ketetapan.37

Sedangkan hukum adalah kumpulan peraturan-peraturan

atau kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan bersama, keseluruhan

peraturan tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan

bersama yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.38

Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu peraturan

dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan

logis. Jelas berarti tidak menimbulkan keragu-raguan (multitafsir) dan

logis berarti menjadi suatu sistem norma dengan norma lain sehingga

tidak berbenturan atau menimbulkan konflik norma. Konflik norma yang

ditimbulkan dari ketidakpastian aturan dapat berbentuk kontestasi norma

reduksi norma atau distorsi norma.39

Kepastian hukum adalah “sicherkeit des Rechts selbst” (kepastian

tentang hukum itu sendiri). Ada empat hal yang berhubungan dengan

makna kepastian hukum. Pertama, bahwa hukum itu positif, artinya

bahwa ia adalah perundang-undangan (gesetzliches Recht). Kedua,

bahwa hukum itu didasarkan pada fakta (Tatsachen), bukan suatu

rumusan tentang penilaian yang nanti akan dilakukan oleh hakim, seperti

“kemauan baik”, ”kesopanan”. Ketiga, bahwa fakta itu harus dirumuskan

dengan cara yang jelas sehingga menghindari kekeliruan dalam

36

Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Sinar Gafika,

2011), h.5

37 Cst Kansil, Christine S.t Kansil, dan Engelien, dkk, Kamus Istilah Hukum, (Jakarta: Jala

Permata Aksara, 2009), h. 385

38 Sudikno Mertokusumo, Perkembangan Teori dalam Ilmu Hukum, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2010), h. 24

39 https://yancearizona.net/2008/04/13/apa-itu-kepastian-hukum/ diakses pada 26 Juni 2019

pukul 15:01 WIB

Page 37: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

27

pemaknaan, di samping juga mudah dijalankan. Keempat, hukum positif

itu tidak boleh sering diubah-ubah.40

Kepastian hukum memiliki pengertian lain yaitu suatu jaminan

bahwa suatu hukum harus dijalankan dengan cara yang baik atau tepat.

Kepastian pada intinya merupakan tujuan utama dari hukum. Jika hukum

tidak ada kepastian maka hukum akan kehilangan jati diri serta

maknanya. Jika hukum tersebut tidak memiliki jati diri, maka hukum

tidak lagi dapat digunakan sebagai pedoman perilaku setiap orang.41

Tanpa kepastian hukum orang tidak tahu apa yang harus diperbuatnya

dan akhirnya timbul keresahan. Tetapi apabila terlalu menitikberatkan

pada kepastian hukum, maka akan terlalu ketat mentaati peraturan hukum

yang dapat mengakibatkan hukum tersebut kaku dan akan menimbulkan

rasa tidak adil.

Kepastian hukum itu selalu dikaitkan dengan tindakan yang tidak

bisa ditawar-tawar atau suatu keharusan sikap. Apapun aturannya (baik

atau buruk), setiap orang harus patuh. Padahal, kepatuhan itu bukanlah

murni tentang hukum atau aturan, tetapi hal yang berkaitan dengan

psikologi, seperti juga tentang kesadaran kesadaran hukum. Kepatuhan

hukum dan kesadaran hukum merupakan dua term yang penting dalam

mengkonstruksi hukum. Jika terjadi kesenjangan dalam penerapan

hukum antara kepastian dengan keadilam, maka seyogianya yang

diutamakan adalah keadilan.42

Adanya kepastian hukum merupakan harapan bagi pencari

keadilan terhadap kesewenang-wenangan dari aparat penega hukum yang

terkadang selalu arogansi dalam menjalankan tugasnya sebagai penegak

40

Satjipto Rahardjo, Hukum Dalam Jagat Ketertiban, (Jakarta: UKI Press,2006), h.135-136

41 https://www.pengertianmenurutparaahli.com/pengertian-asas-kepastian-hukum/ diakses

pada 4 Juni 2019 pukul 20:11 WIB

42 Mashudi, Konstruksi Hukum & Respons Masyarakat Terhadap Sertifikasi Produk Halal

(Studi Socio-Legal terhadap Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis

Ulama Indonesia), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), h. 306

Page 38: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

28

hukum. Dengan adanya kepastian hukum maka masyarakat akan tahu

kejelasan akan hak dan kewajian menurut hukum. Tanpa adanya

kepastian hukum maka seseorang akan tidak tahu apa yang haus

diperbuat, tidak mengetahui perbuatannya benar atau salah, dilarang atau

tidak dilarang oleh hukum. Kepastian hukum ini dapat diwujudkan

melalui penormaan yang baik dan jelas dalam suatu undang-undang dan

akan jelas pula penerapannya. Dengan kata lain, kepastian hukum itu

berarti tepat hukumnya, subjek dan objeknya serta ancaman hukumnya.

Akan tetapi, kepastian hukum mungkin sebaiknya tidak dianggap sebagai

elemen yang mutlak ada setiap saat, tetapi sarana yang digunakan sesuai

dengan situasi dan kondisi dengan memperhatikan asas manfaat dan

efisiensi.43

5. Kriteria Halal dalam Islam

Halal berasal dari kata حلل yang artinya diperbolehkan adalah

segala objek atau kegiatan yang diizinkan untuk digunakan atau

dilaksanakan, dalam agama Islam. Istilah ini dalam kosa kata sehari-hari

lebih sering digunakan untuk menunjukkan makanan dan minuman yang

diizinkan untuk dikonsumsi menurut Islam, menurut jenis makanan dan

cara memperolehnya. Pasangan halal adalah thayyib yang berarti 'baik'.

Suatu makanan dan minuman tidak hanya halal, tetapi harus thayyib;

apakah layak dikonsumsi atau tidak, atau bermanfaatkah bagi kesehatan.

Lawan halal adalah haram.44

Haram adalah segala sesuatu yang dilarang

oleh syariat Islam untuk dikonsumsi, dan apabila tetap dikonsumsi akan

mendapatkan dosa kecuali dalam keadaan terpaksa, serta memiliki

banyak mudharatnya dari pada hikmahnya.45

43

https://www.academia.edu/28896771/A_._Kepastian_Hukum diakses pada 4 Juni 2019

pukul 21:26 WIB

44 https://id.wikipedia.org/wiki/Halal diakses pada 6 Juni 2019 pukul 18:41 WIB

45 Mutawalli Sya’awi, Halal dan Haram, (Jakarta: Amzah, 2003) h. 12

Page 39: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

29

Makanan dapat dikatakan halal harus memiliki tiga kriteria, yaitu

halal zatnya, cara memperolehnya, dan cara pengolahannya.

a. Halal zatnya, yaitu makanan yang dari dasarnya halal untuk

dikonsumsi. Kehalalan tersebut telah ditetapkan dalam kitab suci al-

quran dan hadits.

Islam mengajarkan umatnya untuk mengonsumsi makanan

halal lagi baik, suci, dan tidak mengandung mudharat. Semua

makanan yang dapat menimbulkan mudharat hukumnya haram untuk

dikonsumsi. Mudharat yang dimaksud di sini adalah makanan

dengan unsur yang dapat merusak dan berbahaya bagi

tubuh.46

Sebagaimana anjuran kehalalan tertuang dalam surah Al-

Baqarah ayat 168

تبعوا خطوات الشيطان يا أي ها الناس كلواما ف الرض حلال طيبا وال ت بني ج إنو لكم عدوم

“Wahai manusia, makanlah dari makanan yang halal dan baik yang terdapat

dimuka bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan.

Sungguh setn itu musuh nyata bagimu.”47

(Q.S. Al-Baqarah:168)

Ayat tersebut bermaksud untuk menyuruh umat manusia agar

senantiasa mengkonsumsi yang ada di muka bumi yang halal dan

baik, baik itu berupa makanan dan minuman, bahkan obat-obatan

serta kosmetik juga lainnya. Obat-obatan dan kosmetik disebut halal

apabila bahan-bahan yang terkandung dalam keduanya harus dari

bahan baku pilihan atau tidak mengandung zat berbahaya dan

bersifat haram, sesuai dengan syariat Islam dan memiliki sertifikat

halal dari Majelis Ulama Indonesia.

46

https://www.hijup.com/magazine/p/kriteria-makanan-halal-menurut-islam diakses pada 6

Juni 2019 pukul 18:34 WIB

47 Departemen Agama RI Al-Quran dan Terjemah, Al-Quran dan Terjemah, (Solo: Tiga

Serangkai Pustaka Mandiri, 2009), h.25

Page 40: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

30

Makna thayyib dalam ayat-ayat tersebut segala sesuatu yang secara

dzat nya baik, suci, bersih, mudah dicerna, mengandung gizi yang

bermanfaat bagi jasad serta tidak mengandung dzat yang merusak dan

membahayakan badan dan akal. Sementara yang dimaksud dengan halal

adalah segala sesuatu yang secara dzat telah dibolehkan oleh Allah untuk

dikonsumsi thayyib dan diperoleh dari penghasilan yang halal, tidak

mencuri serta tidak berasal dari mu’amalah yang haram. Jadi, halal dalam

ayat tersebut terkait dengan proses dan mekanisme mendapatkannya.

Sedangkan thayyib terkait dengan dzatnya yang baik, bermanfaat, dan tidak

berbahaya.

Adapun konsep thayyib dalam ajaran Islam sesuai dengan hasil

penemuan dan penelitian para ahli ilmu gizi adalah sebagai berikut:

1. Sehat; makanan sehat adalah makanan yang mempunyai zat gizi

yang cukup, lengkap dan seimbang.

2. Proporsional; yaitu mengkonsumsi makanan yang bergizi,

lengkap dan seimbang bagi manusia yang berada dalam masa

pertumbuhan manusia. Misalnya janin dan bayi atau balita serta

remaja perlu diberikan makanan yang mengandung zat

pembangun (protein).

3. Aman; makanan yang dikonsumsi oleh manusia akan

berpengaruh terhadap kesehatan dan ketahanan fisiknya.

Apabila makanan itu sehat, lengkap dan seimbang, maka kondisi

fisik orang yang mengkonsumsinya akan selalu sehat dan

terhindar dari berbagai macam penyakit. Tetapi sebaliknya,

apabila makanan itu tidak sehat atau tidak cocok dengan kondisi

fisiknya, maka makanan akan menjadi penyebab timbulnya

berbagai penyakit dan bahkan mungkin akan membawa kepada

kematian. 48

48

Mastuhu, Makanan Indonesia Dalam Pandangan Islam, (Kantor Menteri Negara Urusan

Pangan Repunlik Indonesia, 1995), hlm. 55-106

Page 41: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

31

Selanjutnya mengumandangkan seruannya kepada orang-orang

mukmin secara khusus.

Firman Allah dalam surah Al-Baqarah: 172-173

ما رزق ناكم واشكروا للو إن كنتم إياه ت عبدون طيبات منيا أي ها الذين آمنوا كلوا

م ولم النزير وما أىل بو لغياللو ا حرم عليكم الميتة والد فمن اضطر اإن

رباغ والعادفل إث عليو إن اللو غفوررحيم غي “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik

yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-

benar kepada-Nya kamu menyembah. Sesungguhnya Allah hanya

mengharamkan bagimu bangkai,darah, daging babi, dan binatang yang

(ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah, akan tetapi barang siapa

dalam keadaaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya

dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.

Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-

Baqarah: 172-173).

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah memerintahkan mereka

supaya suka makan yang baik dan supaya mereka suka menunaikan hak

nikmat itu, yaitu dengan bersyukur kepada Zat yang memberikan nikmat.

Selanjutnya, Allah menjelaskan pula bahwa ia tidak mengharamkan atas

mereka kecuali empat macam seperti yang telah di sebutkan pada ayat di

atas.49

b. Halal cara memperolehnya, yaitu makanan yang diperoleh dengan

cara yang baik dan sah, dan makanan tersebut akan menjadi haram

apabila cara memperolehnya dengan jalan bathil karena cara itu

dapat merugikan orang lain dan dilarang oleh syariat. Contontohnya

cara memperoleh dengan cara yang baik yaitu membeli dengan uang

sendiri, bertani, hadiah, dan lain sebagainya. Sedangkan dengan cara

yg bathil yaitu mencuri, merampok, menyamun, dan lain-lain.

49

Syekh Yusuf Qarhawi, "Halal dan Haram dalam Islam", (Surabaya: PT. Bina ilmu,

1982), h.53-54

Page 42: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

32

c. Halal cara pengolahannya, yaitu makanan yang semula halal akan

menjadi haram apabila cara pengolahannya tidak sesuai dengan syariat

Islam.50

Contohnya buah anggur, makanan ini halal tetapi karena telah

diolah menjadi minuman keras maka minuman ini menjadi haram.

Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-A'raf ayat 157

دونو مكتوباعن لذين ي تبعون الر ا ي الذي ي وراة سول النب الم دىم ف الت ل لم الطيبات ويرم هاىم عن المنكر وي يل يأمركم بلمعرف وي ن واإلن

هم إصرىم والغلل الت كانت عليهم عليهم البائث ويضع عن أولئك ىم فالذين آمنوا بو وعزروه ونصروه وات ب عوا الن ر الذي أنزل معو

فلحون

امل"(Yaitu)orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya)

mereks dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang

menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari

mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik

dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka

beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang

yang beriman kepadanya. Memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya

yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Quran), mereka itulah orang-orang

yang beruntung". (Q.S. Surah Al-A'raf:157).

Adapun syarat-syarat makanan halal menurut islam yaitu:

1) Tidak mengandung babi dan bahan berasal dari babi

2) Tidak mengandung khamar dan produk turunannya

3) Semua bahan berasal dari hewan harus berasal dari hewan halal

yang disembelih menurut tata cara syariat Islam

4) Tidak mengandung bahan-bahan lain yang diharamkan atau

tergolong najis seperti, bangkai, darah, bahan-bahan yang berasal

dari organ manusia, kotoran dan lain sebagainya

5) Semua tempat penyimpanan, penualan, pengolahan, pengelolaan

dan alat transportasi untuk produk halal tidak boleh digunakan

50

Muhammad Djakfar, Hukum Bisnis, (Malang: UIN Malang Press, 2009), h. 194

Page 43: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

33

untuk babi atau barang tidak halal. Jika pernah digunakan untuk

babi atau tidak halal lainnya dan kemudian akan digunakan untuk

produk halal, maka terlebih dahulu harus dibersihkan sesuai

dengan cara yang diatur menurut syaiat Islam. Penggunaan

fasilitas produks untuk produk halal dan tidak halal secara

bergantian tidak diperbolehkan.51

Sebaliknya, ada juga makan yang haram menurut islam untuk

dikonsumsi, yaitu:

1) Bangkai, yaitu semua hewan yang mati tanpa penyembelihan

yang syar'i dan juga bukan hasil perburuan.

a) Al-Munkhaniqah, yaitu binatang yang mati karena dicekik,

baik dengan cara menghimpit leher binatang tersebut

maupun meletakan kepala binatang pada tempat sempit

dan sebagainya, hingga binatang tersebut mati.

b) Al-Mauqudzah, yaitu binatang yang mati karena dipukul

dengan benda keras hingga mati.

c) Al-Mutaraddiyah, yaitu binatang yang jatuh dari tempat

yang tinggi.

d) An-Nathihah, yaitu binatang yang mati karena baku

hantam atau ditanduk hingga mati oleh binatang lain.

e) Maa akalas sabu', yaitu binatang yang disergap oleh

binatang buas dengan dimakan sebagian dagingnya

sehingga mati.

Namun tidak semua bangkai itu haram dimakan, ada juga

bangkai yang dibolehkan dalam syariat islam, yaitu belalang dan

ikan yang hidup di dalam air.

2) Darah, yaitu darah yang mengalir dan terpancar. Alasan

diharamkannya darah yaitu kotor, yang tidak mungkin jiwa

manusia yang bersih menyukai atau mengkonsuminya.

51

Aisjah Girindra, Pengantar Sejarah Sertifikasi Halal, (Jakarta: LPPOM MUI, 1998), h.

124-125

Page 44: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

34

3) Daging babi, semua daging yang berasal dari babi adalah

haram, karena makanan-makanan babi itu yang kotor dan najis.

Bahkan menurut ilmu kesehatan, di dalam daging babi terdapat

cacing pita dan itu sangat berbahaya jika masuk ke dalam

tubuh.52

4) Khamar

Sebagaimana dalam surah Al-Maidah ayat 90

ن ا المر والميسر والنصاب والزالم رجس م يا أي هاالذين آمنواإن

لعلكم ت فلحون عمل الشيطان فاجتنبوه "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,

berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah

termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar

kamu mendapat keberuntunga." (Q.S. Al-Maidah:90).

52

Syekh Yusuf Qarhawi, "Halal dan Haram dalam Islam", (Surabaya: PT. Bina ilmu,

1982), h.55-59

Page 45: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

35

BAB III

PROSEDUR PERMOHONAN PENGAJUAN SERTIFIKSI HALAL

A. Tahapan Pengajuan Sertifikasi Halal

Bagi perusahaan yang ingin memperoleh sertifikat halal LPPOM MUI,

baik industri pengolahan (pangan, obat, kosmetika), Rumah Potong Hewan

(RPH), dan restoran/katering/dapur, harus melakukan pendaftaran sertifikasi

halal dan memenuhi persyaratan sertifikasi halal. Sebelum produk diedarkan

di masyarakat tentunya harus dipastikan terlebih dahulu apakah produk

tersebut tidak mengandung zat yang berbahaya atau dilarang maka pelaku

usaha wajib mengajukan sertifikasi halal terlebih dahulu kepada lembaga

yang berwenang.

Berikut ini adalah tahapan yang dilewati perusahaan yang akan

mendaftar proses sertifikasi halal di LPPOM MUI sebelum disahkannya

Undang-Undang Nomor 33 Jaminan Produk Halal:1

1. Memahami Persyaratan Sertifikasi Halal dan Mengikuti Pelatihan

Sistem Jaminan Halal (SJH)2

Perusahaan harus memahami persyaratan sertifikasi halal yang

tercantum dalam HAS 230003. Dokumen HAS 23000 dapat dipesan di e-

store. Selain itu pula, perusahaan juga harus mengikuti pelatihan SJH

yang diadakan LPPOM MUI, baik berupa pelatihan reguler maupun

pelatihan online (e-training).

HAS 23000 terdiri dari 2 bagian, yaitu Bagian I tentang

Persyaratan Sertifikasi Halal: Kriteria Jaminan Halal, dan Bagian II

tentang Persyaratan

1 Prosedur dan tahapan dapat dilihat di www.halalmui.org

2 Sistem yang disusun, dilaksanakan dan dipelihara perusahaan pemegang sertifkat halal

dengan tujuan untuk menjaga kesinambungan proses produksi halal sehina produk yang dihasilkan

dapat dijamin kehalalannya sesuai dengan aturan yang digarskan oleh LPPOM MUI

3 Dokumen yang berisi persyaratan sertifikasi halal LPPOM MUI

Page 46: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

36

2. Menerapkan Sistem Jaminan Halal (SJH)

Perusahaan harus menerapkan SJH sebelum melakukan

pendaftaran sertifikasi halal, antara lain: penetapan kebijakan halal,

penetapan Tim Manajemen Halal, pembuatan Manual SJH, pelaksanaan

pelatihan, penyiapan prosedur terkait SJH, pelaksanaan internal audit dan

kaji ulang manajemen. Untuk membantu perusahaan dalam menerapkan

SJH, LPPOM MUI membuat dokumen pedoman yang dapat dipesan di e-

store.

3. Menyiapkan Dokumen Sertifikasi Halal

Perusahaan harus menyiapkan dokumen yang diperlukan untuk

sertifikasi halal, antara lain: daftar produk, daftar bahan dan dokumen

bahan, daftar penyembelih (khusus rumah potong hewan), matriks

produk, Manual SJH, diagram alir proses, daftar alamat fasilitas

produksi, bukti sosialisasi kebijakan halal, bukti pelatihan internal dan

bukti audit internal.4

4. Melakukan Pendaftaran Sertifikasi Halal (upload data)

Pendaftaran sertifikasi halal dilakukan secara online di sistem Cerol

melalui website www.e-lppommui.org. Perusahaan harus membaca user

manual Cerol terlebih dahulu untuk memahami prosedur sertifikasi halal

yang dapat diunduh di website yang sudah tersedia. Setelah itu

perusahaan harus melakukan upload data sertifikasi sampai selesai, baru

dapat diproses oleh LPPOM MUI.

5. Melakukan Monitoring Pre Audit dan Pembayaan Akad Sertifikasi

Monitoring pre audit disarankan dilakukan setiap hari untuk

mengetahui adanya ketidaksesuaian pada hasil pre audit. Pembayaran

akad sertifikasi dilakukan dengan mengunduh akad di Cerol, membayar

biaya akad dan menandatangani akad, untuk kemudian melakukan

pembayaran di Cerol dan disetujui oleh Bendahara LPPOM MUI.

4 http://www.halalmui.org/mui14/index.php/main/go_to_section/56/1362/page/1 diakses

pada 6 Juni 2019 pukul 17:13 WIB

Page 47: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

37

6. Pelaksaan Audit

Audit dapat dilaksanakan apabila perusahaan sudah lolos pre audit

dan akad sudah disetujui. Audit dilaksanakan di semua fasilitas yang

berkaitan dengan produk yang disertifikasi.

7. Melakukan Monitoring Pasca Audit

Setelah melakukan upload data sertifikasi, perusahaan harus

melakukan monitoring pasca audit. Monitoring pasca audit disarankan

dilakukan setiap hari untuk mengetahui adanya ketidaksesuaian pada

hasil audit, dan jika terdapat ketidaksesuaian agar dilakukan perbaikan.

8. Memperoleh Sertifikat Halal

Perusahaan dapat mengunduh Sertifikat halal dalam bentuk

softcopy di Cerol. Sertifikat halal yang asli dapat diambil di kantor

LPPOM MUI Jakarta dan dapat juga dikirim ke alamat perusahaan.

Sertifikat halal berlaku selama 2 (dua) tahun.5

Gambar 3.1 Proses Sertifikasi Halal sebelum disahkannya UUJPH

5 http://www.halalmui.org/mui14/index.php/main/go_to_section/56/1362/page/1 diakses

pada 6 Juni 2019 pukul 17:13 WIB

Page 48: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

38

Secara umum prosedur sertifikasi halal adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan yang mengajukan sertifikasi, baik pendaftaran baru,

pengembangan (produk/fasilitas) dan perpanjangan, dapat melakukan

pendaftaran secara online. Melalui website LPPOM MUI

2. Mengisi data pendaftaran: status sertifikasi (baru/pengembangan

/pepanjangan), dan sertifikat halal, status SJH (jika ada) dan kelompok

produk.

3. Membayar biaya pendaftaran dan biaya akad sertifikasi halal.

Komponen biaya akad sertifikasi halal mencakup: honor audit, biaya

sertifikat halal, biaya penilaian implementasi SJH, dan biaya publikasi

majalah jurnal halal.

4. Mengisi dokumen yang dipersyaratkan dalam proses pendaftaran

sesuai dengan status pendaftaran (baru/pengembangan/perpanjangan)

dan proses bisnis (industri pengolahan, RPH, restoran, dan industri

jasa), diantaranya: Manual SJH, Diagram alir proses produksi, data

pabrik, data produk, data bahan dan dokumen bahan yang digunakan,

serta data matrix produk.

5. Setelah selesai mengisi dokumen yang dipersyaratkan, maka tahap

selanjutnya sesuai dengan diagram alir proses sertifikasi halal seperti

diatas yaitu pemeriksaan kecukupan dokumen Penerbitan Sertifikat

Halal.6

Dalam pelaksanaannya, prosedur untuk memperoleh sertifikasi halal

mengalami penyempurnaan dari waktu ke waktu sejalan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi pangan

serta tuntutan kebutuhan di lapangan.7

6 https://www.gomuslim.co.id/read/regulasi_direktori/2016/10/15/1799/begini-tata-cara-

pengurusan-sertifikat-halal-mui.html diakses pada 29 Juni 2019 pukul 17:59 WIB

7 Sopa, Sertifikasi Halal Majelis Ulama Indonesia, (Jakarta: Gaung Persada Press Grup

(GP Press), 2013), h. 123

Page 49: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

39

Menurut Undang-Undang Nomor 33 tahun 2014 tentang Jaminan Produk

Halal mengatur tentang tata cara atau mekanisme memperoleh sertifikasi

halal termaktub pada pasal 29 sampai 45, yaitu sebagai berikut:8

Gambar 3.2 Proses Sertifikasi Halal setelah disahkannya UU JPH

Berikut merupakan penjelasan alur diagram di atas:

1. Pengajuan Permohonan

a. Permohonan sertifikasi halal diajukan oleh pelaku usaha secara

tertulis kepada BPJPH.

b. Permohonan sertifikasi halal harus dilengkapi dengan dokumen:

data pelaku usaha, nama dan jenis prduk, daftar produk dan bahan

yang digunakan, dan proses pengolahan produk.

2. Penetapan Lembaga Pemeriksa Halal

a. BPJPH menetapkan LPH untuk melakukan pemeriksaan dan/atau

pengujian kehalalan produk.

b. Penetapan LPH sebagaimana dimaksud pada di atas dilakukan

dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak

dokumen permohonan dinyatakan lengkap.

8 Pasal 29-45 Undang-Undang Nomor 33 tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

Page 50: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

40

3. Pemeriksaan dan Pengujian

a. Pemeriksaan dan/atau pengujian kehalalan produk dilakukan oleh

Auditor Halal.

b. Pemeriksaan terhadap produk dilakukan di lokasi usaha pada saat

proses produksi.

c. Dalam hal pemeriksaaan produk terdapat bahan yang diragukan

kehalalannya, dapat dilakukan pengujian di laboratorium.

d. Dalam pelaksanaan pemeriksaan di lokasi usaha, pelaku usaha

wajib memberikan informasi kepada Auditor Halal.

Kemudian LPH menyerahkan hasil pemeriksaan dan/atau

pengujian kehalalan produk kepada BPJPH. Setelah itu, BPJPH

menyampaikan hasil pemeriksaan dan/atau pengujian kehalalan

produk kepada MUI untuk memperoleh penetapan kehalalan

produk.

4. Penetapan Kehalalan Produk

a. Penetapan kehalalan Produk dilakukan oleh MUI.

b. Penetapan kehalalan Produk dilakukan dalam Sidang Fatwa

Halal.

c. Sidang Fatwa Halal MUI mengikutsertakan pakar, unsur

kementerian/lembaga, dan/atau instansi terkait.

d. Sidang Fatwa Halal memutuskan kehalalan Produk paling lama

30 (tiga puluh) hari kerja sejak MUI menerima hasil pemeriksaan

dan/atau pengujian Produk dari BPJPH.

e. Keputusan Penetapan Halal Produk ditandatangani oleh MUI.

f. Keputusan Penetapan Halal Produk disampaikan kepada BPJPH

untuk menjadi dasar penerbitan Sertifikat Halal.

5. Penerbitan Sertifikat Halal

a. Dalam hal Sidang Fatwa Halal menetapkan halal pada Produk

yang dimohonkan Pelaku Usaha, BPJPH menerbitkan Sertifikat

Halal.

Page 51: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

41

b. Dalam hal Sidang Fatwa Halal menyatakan Produk tidak halal,

BPJPH mengembalikan permohonan Sertifikat Halal kepada

Pelaku Usaha disertai dengan alasan.

Kemudian sertifikat halal diterbitkan oleh BPJPH paling lama 7

(tujuh) hari kerja terhitung sejak sejak keputusan kehalalan Produk

diterima dari MUI. Setelah penerbitan Seertifikat Halal, BPJPH wajib

mempublikasikannya.

6. Label Halal

a. BPJPH menetapkan bentuk Label Halal yang berlaku nasional.

b. Pelaku Usaha yang telah memperoleh Sertifikat Halal wajib

mencantumkan Label Halal pada: kemasan Produk, bagian

tertentu dari Produk; dan/atau, tempat tertentu pada Produk.

c. Pencantuman Label Halal harus mudah dilihat dan dibaca serta

tidak mudah dihapus, dilepas, dan dirusak.

d. Pelaku Usaha yang mencantumkan Label Halal tidak sesuai

dengan ketentuan di atas dikenai sanksi administratif berupa:

teguran lisan, peringatan tertulis; atau pencabutan Sertifikat Halal.

7. Pembaruan Sertifikat Halal

a. Sertifikat Halal berlaku selama 4 (empat) tahun sejak diterbitkan

oleh BPJPH, kecuali terdapat perubahan komposisi Bahan.

b. Sertifikat Halal wajib diperpanjang oleh Pelaku Usaha dengan

mengajukan pembaruan Sertifikat Halal paling lambat 3 (tiga)

bulan sebelum masa berlaku Sertifikat Halal berakhir.

c. Setiap orang yang terlibat dalam penyelenggaraan proses JPH

wajib menjaga kerahasiaan formula yang tercantum dalam

informasi yang diserahkan oleh Pelaku Usaha.

8. Pembiayaan

a. Biaya Sertifikasi Halal dibebankan kepada Pelaku Usaha yang

mengajukan permohonan Sertifikat Halal.

b. Dalam hal Pelaku Usaha merupakan usaha mikro dan kecil, biaya

Sertifikasi Halal dapat difasilitasi oleh pihak lain.

Page 52: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

42

c. BPJPH dalam mengelola keuangan menggunakan pengelolaan

keuangan badan layanan umum.9

B. Tahapan Pengajuan Sertifikasi Halal Produk Impor

Untuk produk impor yang telah memiliki sertifikat halal dari negaranya

dan apabila negara tersebut sudah tercatat dalam list negara yang bekerjasama

internasional, maka negara tersebut tidak perlu mengajukan permohonan

sertifikat halal, sepanjang sertifikat tersebut diterbitkan oleh lembaga halal

luar negeri yang telah kerja sama.10

Produk halal yang sertifikat halalnya

diterbitkan oleh lembaga halal luaar negera yang belum diedarkan di

Indonesia, selain memenuhi kewajiban registrasi sertifikat halal juga produk

tersebut wajib memenuhi ketentuan peratran perundang-undangan yang

mengatur mengenai persyaratan peredaan produk terkait.11

Adapun tata

registrasinya sebagi berikut:

1. Pelaku usaha mengajukan permohonan kepada BPJPH secara tertulis

(dapat menggunakan sisem eketrnonik atau manual) dengan

melampirkan:

a. Salinan sertifikat halal luar negeri produk bersangkutan yang telah

disahkan oleh perwakilan Indnesia di luar negeri;

b. Daftar barang yang akan diimpor ke Indonesia dilengkapi degan

nomor kode sistem harmonisasi; dan

c. Surat pernyataan yang menyatakan dokumen yang disampaikan

benar dan sah.12

2. Kepala Badan menerbitkan nomor registasi bagi sertifikat halal luar

negeri yang telah memenuhi persyaratan di atas.13

9 Bab V Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

10 Pasal 47 ayat (2) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

11 Pasal 64 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2019 tentang

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

12 Pasal 65 ayat (1-2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2019

tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk

Halal

Page 53: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

43

3. Pelaku usaha yang telah memperoleh nomor registrasi wajib

mencantumkan nomor registras berdekatan dengan label halal pada:

kemasan produk, bagian tertentu pada produk, dan/atau tempat tertentu

pada produk.14

13

Pasal 66 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2019 tentang

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

14 Pasal 66 ayat (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2019 tentang

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

Page 54: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

44

BAB IV

LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGRI

A. Sebelum Mandatory atau sebelum Berlakunya Undang-Undang Nomor

33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

Sebagai wujud nyata kehadiran negara dalam melindungi konsumen

dari produk yang tidak halal, maka terdapat beberapa peraturan perundang-

undangan yang sejak lama digunakan untuk mengatur peredaran produk halal.

Peraturan-peraturan tersebut lahir jauh sebelum dibuatanya Rancangan

Undang-Undang Jaminan Produk Halal (RUU JPH). Hal ini menandakan

bahwa persoalan pengaturan produk halal sesuangguhnya sudah sejak lama

diperlukan, baik dalam konteks peredaran barang dalam skala domestik

maupun peredaran barang dalam perdagangan global, terutama yang terkait

dalam kegiatan ekspor impor. Tentu adanya perbedaan otoritas yang

berkewajiban atas pencantuman label halal dan prosedur untuk pengajuan

sertifikat halal, label halal bagi produk pangan impor dan legalitas dari label

halal dari produk pangan impor tersebut.

Sebelum mandatory atau sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor

33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, izin pencantuman label halal

merupakan otoritas Badan POM, sebagaimana sesuai dengan Kepmenkes RI

No.82/Menkes/SK/I/1996 tentang Pencantuman Tulisan “Halal” pada Label

Makanan, pada peraturan ini menjelaskan bahwa hasil pengujian laboratorium

dan dilakukan evaluasi oleh tim ahli Majelis Ulama Indonesia. Kemudian

hasil evaluasi tersebut disampaikan kepada Komisi Fatwa1 Majelis Ulama

Indonesia berupa pemberian sertifikay halal bagi yang memenuhi syarat atau

berupa penolakan.2 Berdasarkan keputusan tersebut, izin pencantuman label

halal dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan

1 Komisi Fatwa adalah salah satu komisi di lingkungan Majelis Ulama Indonesia yang

bertugas menyelesaikan beberapa persoalan hukum yang berkembang di masyarakat.

2 Pasal 10 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 tahun 1996

Page 55: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

45

Depkes RI (sekarang Menjadi Badan Pengawas Obat dan Makanan/Badan

POM), baik tugas,3 kedudukan,

4 fungsi

5 dan kewenangan.

6

Untuk produk pangan impor sendiri, Badan POM mensyaratkan bahwa

untuk produknya harus mencantumkan logo atau label halal Majelis Ulama

Indonesia (MUI). Tujuannya untuk mempermudah dalam pengawasan.

Dengan demikian, ketika ada produk impor yang masuk ke Indonesia dan

dengan label halal bukan dari MUI atau label halal dari negara asalnya, maka

produk tersebut belum ter-register oleh Badan POM untuk pencantuman label

halal MUI. maka dengan demikian label halal tersebut dapat dikatakan ilegal,

karena salah satu syarat produk impor untuk beredar di Indonesia harus

menggunakan label halal dari MUI.

Produk impor yang akan diedarkan di Indonesia yang diharuskan

menggunakan lebla halal MUI, maka demikian produk tersebut harus

memiliki sertifikat halal dari MUI. sehingga produk tersebut harus

mendaftarkan terlebih dahulu kepada MUI, dan Lembaga Pengkajian Pangan,

Obat-Obatan dan Kosmetika (LPPOM) MUI bertindak sebagai pemeriksanya,

melakukan audit dan lain-lain.

3 BPOM mempunya tugas melaksanakan tugas pemerintah di bidang pengawasan obat dan

makanan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku

4 Kedudukan BPOM yaitu: sebagai lembaga pemerintah non departemen yang dibentuk

untuk melaksanan tugas pemerintah tertentu dari Presiden, berada di bawah dan bertanggng jawab

kepada Presiden, dalam melaksanakan tugasnya, BPOM dikoordinasikan oleh Menteri Kesehatan

dan Kesejahteraan Sosial, dan dipimin oleh Kepala

5 Fungsi BPOM yaitu: a) pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang

pengawasan obat dan makanan; b) pelaksanaan kebijakan tetentu di bidang pengawasan obat dan

makanan,; c) koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPOM; d) pemantauan,

pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang pengawasan

obat dan makanan; e) penyelenggaraan bpembinan dan pelayanan administrasi umum di bidang

perencanaan umum; ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawain, keuangan, kearsian,

persandian, perlengkapan dan rumah tangga.

6 Kewenangan BPOM yaitu: a) penysunan rencana nasionalsecara makro di bidang

pengawasan obat dan makanan; b) perumusan kebijakan di bidang pengawasan obat dan makanan

untuk mendukung pembangunan secar makro; c) penetapan sistem informasi di bidang

pengawasan obat dan makanan; d) penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan (zat aditif)

tertentu untuk makanan dan penetapan pedoman pengawasan peredaran obat dan makanan; e)

pemberian izin dan pengawasan peredaran obt serta penagawasan industri farmasi; f) penetapan

pedoman penggunaan, konservasi, pembangunan, dan pengawasan tanaman obat.

Page 56: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

46

Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa sebelum mandatory, legalitas

dari suatu produk impor, label halal, dan bahan yang terkandung di dalamnya

untuk pencantuman izinnya merupakan otoritas Badan POM.7

Kemudian dalam hal pengakuan sertifikat halal luar negeri, MUI

bekerja sama dengan lembaga halal luar negeri. Lembaga sertifikasi luar

negeri dapat dikatakan diakui oleh MUI jika lembaga tersebut memenuhi

persyaratan dari MUI. Salah satunya yaitu apakah ada ulama yang tergabung

dalam lembaga tersebut, karena di luar negeri tidak semua lembaga sertifikasi

halal memiliki ulama. Dengan demikian, akan berbeda standar yang

ditetapkan MUI dengan lembaga sertifikasi luar negeri. Kemudian

persyaratan lainnya yaitu apakah ada tim yang melakukan pemeriksaan/audit,

karena ada sebagian lembaga yang tidak memiliki tim pemeriksaan atau tim

audit yang sesuai dengan backgroundnya. Jika lembaga luar negeri dapat

memenuhi persyaratan-persyaratan yang diajukan oleh MUI maka lembaga

tersebut dapat bergabung dengan Lembaga Sertifikat Halal Luar Negeri.

B. Setelah Mandatory atau setelah diberlakukannya Undang-Undang

Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

Perbedaan sebelum mandatory dan setelah mandatory yaitu, mengenai

izin untuk pencantuman label halal MUI yang sebelumnya menjadi otoritas

Badan POM namun setelah Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang

Jaminan Produk Halal berlaku maka otoritas tersebut menjadi otoritas Badan

Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH). Sebelum Undang-Undang

Jaminan Produk Halal, sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 Surat Keputusan

Menteri Agama RI No. 519/2001 tentang Lembaga Pelaksana Pemeriksaan

Pangan Halal yang menunjuk MUI sebagai lembaga pelaksana pemeriksaan

pangan yang dinyatakan halal, yang dikemas untuk diperdagangkan di

Indonesia. Akan tetapi, ketika UU JPH lahir, otoritas ini diambil oleh Badan

Penyelenggra Jaminan Produk Halal (BPJPH).8

7 Hasil Wawancara bersama Bagian Humas LPPOM MUI

8 https://beritagar.id/artikel/berita/badan-pembuat-sertifikat-halal-dan-kewenangan-mui

diakses pada 29 Juni pukul 18:26 WIB

Page 57: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

47

Dalam melaksanaan wewenangnya BPJPH9 bekerjasama dengan

beberapa lembaga yaitu,10

Kementerian dan/atau lembaga terkait, Lembaga

Pemeriksa Halal (LPH)11

, dan Majelis Ulama Indnesia (MUI).

MUI adalah Lembaga Swadaya Masyarakat yang mewadahi ulama, zu’ama,

dan cendikiawan Islam di Indonesia untuk membimbing, membina dan

mengayomi kaum muslimin di seluruh Indonesia.12

1. Wewenang Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH)

Dalam penyelenggaraan jaminan produk halal (JPH)13

, BPJPH

berwenang:14

a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan JPH;

b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria JPH;

c. Menerbitkan dan mencabut Sertifikat Halal dan Label Halal pada

Produk;

d. Melakukan registrasi Sertifikat Halal pada Produk luar negeri;

e. Melakukan sosialisasi, edukasi, dan publikasi Produk Halal;

f. Melakukan akreditasi terhadap LPH;

g. Melakukan registrasi Auditor Halal;15

h. Melakukan pengawasan terhadap JPH;

i. Melakukan pembinaan Auditor Halal; dan

j. Melakukan kerja sama dengan lembaga dalam dan luar negeri di

bidang penyelenggaraan JPH.

9 Badan yang dibentuk oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan produk halal

10 Pasal 7 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Jaminan Produk Halal

11 Lembaga yang melakukan kegiatan pemeriksaan dan/atau pengujian terhadap kehalalan

produk.

12 https://mui.or.id/sejarah-mui/ diakses pada 29 Juni pukul 18:30 WIB

13 Kepastian hukum terhadap kehalalan suatu produk yng dibuktikan dengan sertifikat halal.

14 Pasal 6 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Jaminan Produk Halal

15 Orang yang memiliki kemampuan melakukan pemeriksaan kehalaln produk.

Page 58: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

48

2. BPJPH melakukan pengawasan terhadap JPH.16

Adapun pengawsan JPH dilakukan terhadap:17

a. Lembaga Pemeriksa Halal (LPH)18

;

b. Masa berlaku Sertifikat Halal;

c. Kehalalan Produk;

d. Pencantuman Label Halal;

e. Pencantuman keterangan tidak halal;

f. Pemisahan lokasi, tempat dan alat penyembelihan, pengolahan,

penyimpanan, pengemasan, pendistribusian, penjualan, serta

penyajian antara Produk Halal dan tidak halal;

g. Keberadaan Penyelia Halal;19

dan/atau

h. Kegiatan lain yang berkaitan dengan JPH.

Ketentuan Undang-Undang ini juga berlaku untuk untuk produk halal

luar negeri.20 Sesuai dengan bunyi pasal 47 ayat 1 yaitu produk halal luar

negeri yang diimpor ke Indonesia berlaku ketentuan sebagaimana diatur

dalam undang-undang ini.

Menurut peraturan yang berlaku, yaitu Undang-Undang, Peraturan

Pemerintah dan Rangcangan Peraturan Menteri Agama bahwa ketika produk

impor yang masuk ke Indonesia, barang retail atau non retail produk tersebut

bisa hanya didukung sertifikat halal yang diakui dari lembaga halal yang ada

di negara asalnya.

Telah disebutkan pula dalam undang-undang ini bahwa terdapat

kerjasama Internasiona. Kersama ini dibangun antara MUI dengan lembaga

sertikasi halal dari negara lain dalam hal pengakuan sertifikat halal.

16

Pasal 49 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Jaminan Produk Halal

17 Pasal 50 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Jaminan Produk Halal

18 Lembaga yang melakukan kegiatan pemeriksaan dan/atau pengujian terhadap kehalalan

produk

19 Orang yang bertanggung jawab terhadap PPH

20 Pasal 47 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Jaminan Produk Halal

Page 59: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

49

Pengakuan ini dilakukan oleh MUI, sebagai lembaga yang berwenang atas

sertifikasi atau penilaian kesesuaian terhadap LSHLN yang juga pada

dasarnya memiliki tugas utama melakukan penilaian. Pengakuan yang MUI

berikan berimplikasi pada dapat diterimanya produk negara lain yang telah

melakukan penilaian kesesuaian atau sertifikasi terhadapnya yang dilakukan

oleh lembaga sertifikasi halal dari neggara lain tanpa dilakukannya sertifikasi

ulang oleh LPPOM MUI di Indonesia.21

Mengenai produk yang bersertifikat

halal dari lembaga sertifikat luar negeri tentunya perlu diperhtikan, sebab

tidak semua standar luar negeri atau internasional dapat diterapkan di

Indonesia, karena Indonesia memiliki ketentuan batasan halal yang paling

ketat.

Pada level global, LPPOM MUI aktif menjalin kerja sama dengan

lembaga sertifkasi internasional. LPPOM MUI memprakarsai World Halal

Food Council (WHFC) atau Dewan Halal Pangan Dunia. Pada kongres

WHFC 2004 menetapkan langkah-langkah dengan keluarnya kesepakatan

antar lembaga sertifikasi halal untuk membuat standar pemeriksa halal yang

sama untuk seluruh anggota Dewan Halal Dunia.22

Standar halal MUI dan

auditor halal LPPOM MUI telah menjadi pedoman di Indonesia dan menjadi

rujukan pada 43 lembaga sertifikasi halal luar negeri di 23 negara.23

Sebagaimana disebutkan dalam undang-undang ini bahwa (1)

Pemerintah dapat melakukan kerja sama internasional dalam bidang JPH

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Kerja sama

internasional dalam bidang JPH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

berbentuk pengembangan JPH, penilaian kesesuaian, dan/atau pengakuan

Sertifikat Halal.24

Selanjutnya disebutkan pula pada pasal 47 bahwa: (1)

21

Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika MUI, Indonesian Halal

Directory 2016-2017 : Potensial Develoment of Halal Port In Indonesia, h.70

22 Lukmanul Hakim, Bahan Seminar Nasional Halal dan Focus Group Discution di

Universitas Djuanda Bogor, 15 Desember 2014, h.2. 36 P

23 List negara yang tergabung dalam Lembaga Sertikat Halal Luar Negeri (Terlampir)

24 Pasal 46 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Jaminan Produk Halal

Page 60: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

50

Produk Halal luar negeri yang diimpor ke Indonesia berlaku ketentuan

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (2) Produk Halal,

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak perlu diajukan permohonan

Sertifikat Halalnya sepanjang Sertifikat Halal diterbitkan oleh lembaga halal

luar negeri yang telah melakukan kerja sama saling pengakuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 46 ayat (2). (3) Sertifikat Halal sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) wajib diregistrasi oleh BPJPH sebelum Produk diedarkan di

Indonesia.25

Menurut kedua pasal di atas, dapat disimpulkan bahwa produk impor

yang sudah memiliki sertifikat halal tidak perlu mengajukan permohonan

sertifikasi halal kembali, sepanjang sertifikat halal dari produk tersebut

diterbitkan oleh lembaga halal luar negeri yang bekerjasama dengan

Indonesia.

Seperti yang kita ketahui bahwa pengaturan produk halal di Indonesia

saat ini mengandung tiga norma sekaligus, yaitu sukarea (voluntary),

wajib/keharusan (mandatory), bagi produk hewan, dan waib dipersyaratkan

(mandatory if recommended). Padahal perlindungan terhadap hak-hak

konsumen harus dipahami bukanlah sebagai sikap anti terhadap produsen,

melainkan apresiasi terhadap hak-hak konsumen secara universal. Disamping

juga konsumen memiliki hak personal defenses26

. Hadirnya regulasi jaminan

produk halal dari yang semula bersifat voluntary (sukarela) menjadi

mandatory (keharusan) bagi semu produk yang masuk, beredar dan

diperdagangkan di wilayah Indonesia, sesuai dengan bunyi pasal 427

undang-

undang jaminan produk halal nomor 33 tahun 2014. Hal inilah yang menjad

pembeda utama dengan produk perundang-undangan sebelumnya.

25

Pasal 47 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Jaminan Produk Halal

26 Sopa, Sertifikasi Halal Majelis Ulama Indonesia, (Jakarta: Gaung Persada Press Grup

(GP Grup), 2013), h.12

27 Produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di wilayah Indonesia wajib

bersertifikat halal.

Page 61: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

51

Kemudian, Proses Pengakuan Lembaga Sertifikat Halal Luar Negeri.

MUI melakukan kerjasama dengan lembaga sertifikasi halal luar negeri

(LSHLN) yang menerapkan standar halal MUI melalui proses pengakuan,

diantaranya:28

a. Tahapan Proses Pengakuan Lembaga Sertifikat Halal Luar Negeri

1) Kriteria pengakuan, yaitu dalam kriteria ini MUI menetapkan 7

(tujuh) kriteria sebagai prasyarat yang harus dipenuhi oleh LSHLN

yang ingin diakui oleh MUI. Pengakuan MUI terhadap LSHLN

dilakukan berdasarkan permohonan dari LSHLN yang bersangkutan.

2) Pemenuhan Data Kuesioner Pengakuan

Data pemenuhan 7 kriteria dituangkan ke dalam kuisoner yang

ditetapkan LPPOM MUI yang menitik beratkan pada kemampuan

menerapkan standar dan prosedur sertifikasi halal LSHLN. Data

LSHLN selanjutnya akan dipelajari oleh LPPOM.

Hasil kajian dan verifikasi data oleh LPPOM MUI selanjutnya

disampaikan kepada MUI. Berdasarkan kajian dan verifikasi data

oleh LPPOM MUI, kemudian Dewan Pimpinan MUI akan

menetapkan status kelayakan LSHLN untuk dikunjungi (audit

lapangan) ke LSHLN setempat.

3) Kunjungan Pengakuan, tujuan dari kunjungan ini untuk

membuktikan keberadaan LSHLN dan kebenaran prosedur dan

standar yang tertulis dalam data yang dikirimkan ke MUI.

Kunjungan dilakukan oleh suatu tim yang menguasai aspek

keilmuan (sains) dan syariah.

4) Penetapan Status Pengakuan

Berdasarkan hasil kunjungan lapangan ke LSHLN, tim auditor

berdasarkan data dan fakta lapangan akan menetapkan status

kesesuaian dan pemenuhan berdasarkan ketentuan MUI dan LPPOM

MUI. Jika sesuai maka akan diterbitkan Decree MUI atas pengakuan

28

http://www.halalmui.org/mui14/index.php/main/detil_page/8/1935 diakses pada 10 Mei

2019 pukul 22:42 WIB

Page 62: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

52

lembaga sertifikasi halal tersebut untuk kategori tertentu (kategori

pengakuan MUI ada tiga yaitu pemotongan/slaughtering, industri

pengolahan dan flavor).

5) Masa Evaluasi Pengakuan, yaitu MUI akan melakukan review atas

pengakuan LSHLN setiap dua tahun sekali.

b. Peran Lembaga Sertifikat Halal Luar Negeri dalam Proses Sertifikasi

Halal

Sertifikat halal dari LSHLN yang diakui oleh MUI berperan dalam

proses sertifikasi halal untuk bahan baku yang digunakan pada produk

akhir saja dan hanya untuk produk yang diproduksi di wilayah negara

LSHLN tersebut berada.

c. Pembiayaan Pengakuan Lembaga Sertifikat Halal Luar Negeri

Penerbitan sertifikat pengakuan LSHLN diberikan secara gratis.

Pembiayaan dalam proses pengakuan Lembaga Sertifikat Halal Luar

Negeri (LSHLN) hanya untuk mengganti biaya perjalanan (meliputi tiket,

visa, transport lokal di Indonesia, fiskal) dan honor auditor (besarannya

sesuai dengan kebijakan LSHLN). Jadi, ketika Decree MUI diterbitan

tidak dikenai biaya apapun. Berdasarkan standar pembiayaan yang

berlaku di MUI terhadap pengakuan LSHLN, maka tidak dimungkinkan

adanya pembiayaan lain di luar untuk kepentingan audit LSHLN.

d. Sistem Monitoring pada Lembaga Sertifikat Halal Luar Negeri

Monitoring atas pengakuan LSHLN yang telah diakui MUI

dilakukan dengan cara memastikan keabsahan (otentisitas) sertifikat halal

yang diterbitkan, berkomunikasi aktif jika diketahui ada hal-hal yang

tidak sesuai dengan standar dan prosedur MUI dan LPPOM MUI, serta

pertemuan tahunan untuk melakukan koordinasi.

Menurut Kepala BPJPH Sukoso mengatakan bahwa, Peraturan

Menteri Agama (PMA) tentang Tata Cara Registrasi Sertifikat Halal

Luar Negeri diperlukan sebagai dasar pelaksanaan kewenangan BPJPH

dalam melakukan registrasi sertifikat dari produk halal yang disertifikasi

oleh lembaga halal luar negeri. Lembaga dimaksud tentunya adalah yang

Page 63: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

53

telah bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia. Dengan demikian,

produk halal luar negeri yang akan masuk ke Indonesia, tidak perlu

diajukan permohonan sertifikat halalnya lagi. Produk tersebut cukup

diregistrasi di BPJPH sebelum diedarkan di wilayah Indonesia.29

C. Aspek Perlindungan Hukum bagi Konsumen Produk Pangan Impor

Produk luar negeri yang diimpor oleh para pelaku usaha di dalam negeri

banyak sekali macamnya. Produk-produk itu harus menyesuaikan dengan

keadaan suatu negara, termasuk mengenai standar yang telah ditetapkan oleh

negara itu. Demikian juga mengenai produk halal harus ada keterangan

bahwa produk itu benar-benar halal baik pengolahannya maupun tata cara

pengepakannya semua harus memenuhi aturan yang telah ditentukan dalam

agama. Mengingat Indonesia penduduknya adalah muslim dan terbesar di

dunia maka semua produk makanan dan minuman harus halal.30

Produk halal kini bukan lagi semata-mata isu agama, tetapi sudah

menjadi isu di bidang bisnis perdagangan. Saat ini, jaminan sebuah produk

sudah menjadi simbol global bahwa produk yang bersangkutan terjamin

kualitasnya. Selain itu, masyarakat dunia sekarang cenderung memilih

produk-produk yang berlabelkan halal, malah menjadi semacam gaya hidup.

Sebab, kualitas produk halal akan lebih terjaga dari segala macam bahan-

bahan yang berbahaya, yang dapat menimbulkan penyakit bagi yang

mengkonsumsinya.

Seiring dengan perkembangan teknologi pangan di Indonesia, Undang-

Undang Jaminan Halal akan diberlakukan dan dilaksanankan pada tahun

2019. Maka salah satu bentuk perlindungan hukum bagi konsumen terhadap

produk pangan yang berlabel halal dari luar negeri ataupun yang tidak

berlabel halal pada saat ini adalah dengan melihat daftar bahan yang

digunakan, nomor izin edar bagi pengolahan, tanggal kode produksi, nama

29

https://jpp.go.id/humaniora/sosial-budaya/326427-bpjph-atur-tata-cara-registrasi-halal-

luar-negeriaa tgl 12/5/19 diakses pada tanggal 12 Mei 2019 pukul 00:48 WIB

30 Mardiyono, “Peningkatan Mawas Diri Konsumen Menggunakan Produk Berlabel Halal”,

Jurnal Cakrawala Hukum, Vol.19, Juni 2014, h.65

Page 64: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

54

dan alamat pihak yang memproduksi atau negara yang mengimpor produk

tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi terhadap produk yang tidak

jelas akan kehalalannya.

Perlindungan hukum menurut Satjipto Raharjo yaitu memberikan

pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan

perlindungan diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati

semua hak-hak yan diberikan oleh hukum.31

Pada awalnya dasar dari

keberadaan jaminan produk pangan halal berasal dari informasi yang benar,

jelas, dan lengkap, baik secara kuantitatif maupun kualitas dari produk

pangan yang mereka konsumsi. Dengan adanya pencantuman label halal

sebagai konsekuensi sebuah produk yang bersertifikat halal akan

mengembalikan hak-hak konsumen untuk menyeleksi dan mengkonsumsi

jenis makanan yang akan dikonsumsinya. Maka, pencantuman label halal

harus terbuka dan jelas terlihat, sehingga menunjukkan bahwa adanya itikad

baik dari pelaku usaha untuk memastikan bahwa hak-hak konsumen

terpenuhi. Perlindungan konsumen merupakan bagian yang tak terpisahkan

dari kegiatan bisnis yang sehat. Dalam kegiatan bisnis yang sehat terdapat

keseimbangan perlindungan hukum antara konsumen dan produsen.

Dalam konteks Indonesia, perlindungan makanan menjadi standar yang

perlu dipenuhi. Kelalaian sebagian umat Islam terhadap kehalalan suatu

produk yang dimanfaatkannya dapat memberikan dampak negatif yang

panjang.32

Oleh karena itu, tentunya diperlukan perhatian yang besar terhadap

produk makanan yang beredar bebas di pasaran terutama dari sisi

kehalalannya. Hal ini dikarenakan produk makanan yang terdistribusi akan

diserap oleh pasar yang mayoritas konsumennya adalah pemeluk agama Isalm

dan kepercayaannya tertentu yang mewajibkan pemeluknya untuk

mengkonsumsi makanan tertentu.

31

Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Adtya Bakti, 2000), h.53

32 Sri Nuryati, Halalkah Makanan Anda? (Solo: Aqwa Medika, 2008), h.15

Page 65: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

55

Labelisasi produk dengan menggunakan stiker atau logo halal

merupakan salah satu fenomena penting yang tidak hanya menandai

bangkitnya kesadaran nilai-nilai etika dan spiritual dalam ranah bisnis dan

perilaku bisnis produsen, tetapi juga menunjukkan adanya kepedulian

produsen terhadap kemaslahatan konsumen. Fenomena labelisasi halal pada

produk ini sudah marak dilakukan di dunia bisnis, baik dalam skala

internasional, nasional maupun lokal.33

Label halal dalam suatu produk

pangan mengandung aspek yuridis untuk memberikan perlindungan terhadap

konsumen. Artinya, secara hukum dengan mencantumkan label halal berarti

melindungi konsumen dan melaksanakan undang-undang tentang

perlindungan konsumen.

Sertifikasi dan labelisasi bertujuan untuk memberikan kepastian hukum

dan perlindungan terhadap konsumen, serta meningkatkan daya saing produk

dalam negeri dalam meningkatkan pendapatan nasional. Ada tiga sasaran

utama yang ingin dicapai yaitu:

1. Menguntungkan konsumen dengan memberikan perlindungan dan

kepastian hukum.

2. Menguntungkan produsen dengan peningkatan daya saing dan omset

produksi dalam penjualan.

3. Menguntungkan pemerintah dengan mendapatkan tambahan

pemasukan terhadap kas negara.34

Adapun upaya perlindungan hukum bagi konsumen salah satunya

dengan memberikan hak-hak yang khusus untuk konsumen, mellihat dari

tujuan hukum melindungi konsumen yaitu mewujudkan keadilan,

kemanfaatan, dan kepastian hukum.35

Untuk itu konsumen diberikan hak-hak

pada Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 Perlindungan Konsumen pada

33

Muhammad Ibnu Elmi As Pelu, Label Halal (Malang: Madani, 2009), h.5

34 Teti Indrawati Purnamasari, Sertifikasi dan Labelisasi Produk Pangan Halal dalam

Rangka Perlindungan konsumen muslim di Indonesia”, Jurnal-Istinbath , No.1 Vol. 3 Desember

2005, h.48.

35 Erna Widjajati dan Yessy Kusumadewi, Pengantar Hukum Dagang,... h.23

Page 66: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

56

pasal 4 dan 5 disebutkan bahwa konsumen memiliki hak dan kewajiban yang

harus dipenuhi, yaitu:36

Hak-hak konsumen:

1) Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi

barang dan/atau jasa;

2) Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang

dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan

yang dijanjikan;

3) Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa;

4) Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa

yang digunakan;

5) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian

sengketa perlindungan konsumen secara patut.

6) Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

7) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif;

8) Hak untuk mendapatkan kompensasi atau ganti rugi jika barang atau asa

yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau sebagaimana mestinya.

Peraturan yang mengkhususkan menganai perlindungan konsumen bagi

konsumen muslim tertuang pada Undang-Undang Nomor 33 tahun 2014

tentang Jaminan Produk Halal. Pada undang-undang ini terdapat aturan

tentang hak dan kewajiban pelaku usaha, yaitu pada pasal 2337

, pasal 2438

,

36

Pasal 4 dan 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

37 Pelaku Usaha berhak memperoleh: a) informasi, edukasi, dan sosialisasi mengenai sistem

JPH; b) pembinaan dalam memproduksi Produk Halal; dan c) pelayanan untuk mendapatkan

Sertifikat Halal secara cepat, efisien, biaya terjangkau, dan tidak diskriminatif

38 Pelaku Usaha yang mengajukan permohonan Sertifikat Halal wajib: a) memberikan

informasi secara benar, jelas, dan jujur; b) memisahkan lokasi, tempat dan alat penyembelihan,

pengolahan, penyimpanan, pengemasan, pendistribusian, penjualan, dan penyajian antara Produk

Halal dan tidak halal; c) memiliki Penyelia Halal; dan d. melaporkan perubahan komposisi Bahan

kepada BPJPH.

Page 67: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

57

pasal 2539

, pasl 2640

, dan pasal 2741

, sehingga sebagai pelaku usaha/produsen

tidak sembarangan memproduksi produknya. Undang-undang ini tidak hanya

mengatur tentang kehalalan produk dan sertifikasi halal bagi produk halal

saja, melainkan memberikan pengecualian terhadap pelaku usaha yang

memproduksi produk dari bahan yang bahan dasarnya yang diharamkan

dengan kewajiban mencantumkan secara tegas keterangan tidak halal pada

kemasan produk atau pada bagian tertentu dari produk yang mudah dilihat,

dibaca, tidak mudah terhapus, dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari produk. Telah disebutkan pada pasal 26 bahwa pelaku usaha yang

memproduksi produk dari bahan yang berasal dari bahan yang diharamkan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 1842

dan pasal 2043

dikecualikan dari

mengajukan permohonan sertifikat halal.44

39

Pelaku Usaha yang telah memperoleh Sertifikat Halal wajib: a) mencantumkan Label

Halal terhadap Produk yang telah mendapat Sertifikat Halal; b) menjaga kehalalan Produk yang

telah memperoleh Sertifikat Halal; c) memisahkan lokasi, tempat dan penyembelihan, alat

pengolahan, penyimpanan, pengemasan, pendistribusian, penjualan, dan penyajian antara Produk

Halal dan tidak halal; d) memperbarui Sertifikat Halal jika masa berlaku Sertifikat Halal berakhir;

dan e. melaporkan perubahan komposisi Bahan kepada BPJPH.

40 (1) Pelaku Usaha yang memproduksi Produk dari Bahan yang berasal dari Bahan yang

diharamkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dan Pasal 20 dikecualikan dari mengajukan

permohonan Sertifikat Halal. (2) Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

mencantumkan keterangan tidak halal pada Produk.

41 (1) Pelaku Usaha yang tidak melakukan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal

25 dikenai sanksi administratif berupa: a) peringatan tertulis; b) denda administratif; atau c)

pencabutan Sertifikat Halal. (2) Pelaku Usaha yang tidak melakukan kewajiban sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) dikenai sanksi administratif berupa: a) teguran lisan; b)

peringatan tertulis; atau c) denda administratif. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara

pengenaan sanksi administratif diatur dalam Peraturan Menteri.

42 (1) Bahan yang berasal dari hewan yang diharamkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

17 ayat (3) meliputi: a) bangkai; b) darah; c) babi; dan/atau d) hewan yang disembelih tidak sesuai

dengan syariat. (2) Bahan yang berasal dari hewan yang diharamkan selain sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri berdasarkan fatwa MUI.

43 (1) Bahan yang berasal dari tumbuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2)

huruf b pada dasarnya halal, kecuali yang memabukkan dan/atau membahayakan kesehatan bagi

orang yang mengonsumsinya. (2) Bahan yang berasal dari mikroba dan bahan yang dihasilkan

melalui proses kimiawi, proses biologi, atau proses rekayasa genetik sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 17 ayat (2) huruf c dan huruf d diharamkan jika proses pertumbuhan dan/atau pembuatannya

tercampur, terkandung, dan/atau terkontaminasi dengan bahan yang diharamkan. (3) Bahan yang

diharamkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh Menteri berdasarkan

fatwa MUI.

44 Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Nomor 33 tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

Page 68: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

58

Undang-Undang Jaminan Produk Halal lebih mempertegas terkait

kepastian hukum dan jaminan terhadap produk pangan halal di Indonesia.

Sebagaimana penjelasan pada Pasal 2 Undang-Undang Nomor 33 Tahun

2014 bahwa adanya asas-asas penyelenggaraan jaminan produk halal, yaitu:

1. Asas perlindungan, yaitu dalam penyelenggraan JPH bertujuan untuk

melindungi masyarakat muslim.

2. Asas keadilan, yaitu bahwa dalam penyelenggaraan JPH harus

mencerminkan keadilan secara proposional bagi setiap warga Negara.

3. Asas kepastian hukum, yaitu bahwa penyelenggaraan JPH bertujuan

memberikan kepastian hukum mengenai kehalalan suatu produk yang

dibuktikan dengan sertifikasi halal.

4. Asas akuntabilitas dan transparansi, yaitu bahwa dalam kegiatan

penyelenggaraan JPH harus dapat dipertanggungjawabkan kepada

masyarakat sebagai pemegang kedulatan tertingi negara sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. Asas efektivitas dan efisiensi, yaitu bahwa penyelenggaraan JPH

digunakan dengan tepat dalam orientasi tepat guna dan berdaya guna

serta meminimalissi penggunaan sumber daya yang dilakukan dengan

cara cepat, sederhana, dan biaya ringan atau terjangkau.45

6. Asas profesionalitas, yaitu penyelenggaraan JPH dilakukan dengan

mengutamakan keahlian yang berdasarkan kompetensi dan kode etik.46

Dalam undang-undang jaminan produk halal juga terdapat sanksi

hukum bagi pelaku usaha yang tidak mematuhi ketentuan yang terdapat

dalam undang-undang ini. Pelaku usaha yang tidak melakukan kewajiban

bagi pelaku usaha yang telah memperoleh sertifikat halal sebagaimana yang

tercantum pada Pasal 25 UU JPH maka dikenai saksi administratif berupa

peringatan tertulis, denda administrati atau pencabutan sertifikat halal. Begitu

45

Tabunan, Amirsyah, “Hak Konsumen dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999”, Jurnal Halal, No. 101, Tahun XVI, Jakarta: LPPO MUI, 2013, h.,12

46 Penjelasan Pasal 2 huruf (f) Undang-Undang Nomor 33 tahun 2014 tentang Jaminan

Produk Halal

Page 69: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

59

pula bagi pelaku usaha yang tidak melakukan kewajibannya terhadap dalam

memproduksi bahan yang diharamkan sesuai Pasal 26 dikenakan sanksi

administratif berupa teguran lisan, teguran tertulis atau denda administratif.

Selain ketentuan berupa denda yang bersifat administratif dalam UU

JPH ini juga mengatur ketentuan pidana bagi pelaku usaha yang tercantum

dalam Pasal 56 yaitu “Pelaku Usaha yang tidak menjaga kehalalan Produk

yang telah memperoleh Sertifikat Halal sebagaimana dimaksud dalam Pasal

25 huruf b dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau

pidana denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah)”.

Kemudian untuk menjamin kerahasiaan formula yang diajukan oleh pelaku

usaha yang melakuan pengajuan sertifikast halal diatur dalam Pasal 43 UU

JPH, yaitu “Setiap orang yang terlibat dalam penyelenggaraan proses JPH

wajib menjaga kerahasiaan formula yang tercantum dalam informasi yang

diserahkan oleh Pelaku Usaha”. Apabila pelaku usaha melanggar ketentuan

tersebut maka pelaku usaha dipidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau

pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000 (dua milyar rupiah).47

Kerap kali kita menemukan beberapa produk impor yang sebelumnya

berlabel halal dari lembaga sertifikasi halal negara asalnya sekarang sudah

tidak kita temukan lagi pada kemasannya, bahkan kerap kali label halalnya

ditutupi dengan stiker seolah-olah label halal produk tersebut tidak berlaku.

Hal tersebut dilakukan bukan karena label halal tersebut palsu atau

tidak berlaku. Ternyata ketentuan ini merupakan implementasi peraturan

perundang-undangan yang telah ditetapkan. Diantaranya ialah Undang-

undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-

Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, dan UU Nomor 18 Tahun

2012 tentang Pangan, Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang

Label dan Iklan Pangan; Keputusan Menteri Agama Nomor 518 Tahun 2001

tentang Pedoman dan Tata Cara Pemeriksaan dan Penetapan Pangan Halal;

47

Pasal 57 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

Page 70: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

60

dan Keputusan Menteri Agama Nomor 519 Tahun 2001 tentang Lembaga

Pelaksana Pemeriksaan Pangan Halal, dll.

Implementasi ini selain bertujuan untuk melindungi pengusaha nasional

dari serbuan produk pangan impor, terutama di era pasar bebas, dimana

gencarnya produk luar masuk ke pasar domestik, aturan ini sekaligus

menjalankan misi perlindungan umat dari produk-produk impor yang belum

jelas kehalalannya. Oleh karena itu, pencantuman label halal untuk produk

halal yang beredar dan dipasarkan di Indonesia, harus dengan adanya bukti

Sertifikat Halal dari MUI sebagai Lembaga Pelaksana Pemeriksaan Pangan

Halal yang diakui pemerintah Indonesia.

Produk impor berlebel halal masih diragukan kehalalannya dikarenakan

masih adanya lembaga sertifikasi luar negeri yang belum diakui standardnya

oleh LPPOM MUI. Menurut Ketua MUI KH Ma’ruf Amin, “Banyak lembaga

sertifikat halal luar negeri tidak memiliki dewan fatwa, dan beberapa

diantaranya tidak beroperasi di bawah organisasi Islam. Oleh karena itu kami

bermaksud untuk memastikan bahwa produk-produk yang berlebel halal

tersebut memang benar-benar halal,” ujarnya KH Ma’ruf Amin.

Dalam hal ini lembaga sertifikasi internasional juga telah menyetujui

bahwa jika mereka tidak memenuhi standar halal Indonesia, maka produk-

produk tersebut tidak akan memperoleh izin untuk masuk ke Indonesia. Bisa

dibilang peraturan ini secara tidak langsung memberi dampak positif bagi

lembaga sertifikasi luar negeri untuk memperbaiki standar mereka.

Sehingga untuk mendapatkan pengakuan kehalalannya oleh Majelis Ulama

Indonesia (MUI) produk halal impor yang akan masuk ke Indonesia terlebih

dahulu harus memiliki sertifikasi halal dari lembaga sertifikasi halal negara

asal yang memenuhi standar halal menurut MUI.48

48

https://www.halalcorner.id/regulasi-label-halal-di-kemasan-produk-impor/ diakses pada

10 Mei 2019 pukul 01:15 WIB

Page 71: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

61

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis mengambil

kesimpulan bahwa:

1. Legalitas atas label halal luar sebelum mandatory, legalitas dari suatu

produk impor, label halal, dan bahan yang terkandung di dalamnya untuk

pencantuman izinnya merupakan otoritas Badan POM dan untuk produk

impor, ketika produknya ingin diedarkan di Indonesia maka harus

mencantumkan label halal dari MUI. Apabila produk tersebut masih

menggunakan label halal dari negara asalnya maka produk tersebut

belum ter-register oleh Badan POM dan MUI dan produk tersebut dapat

dikatakan ilegal. Maka dari itu produk impor harus memiliki sertifikat

halal dari MUI sehingga lembaga halal luar negeri harus mendaftarkan

produknya terlebih dahulu kepada MUI. Setelah mandatory, otoritas

untuk izin pencantuman label halal menjadi kewenangan Badan

Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) yang bekerjasama dengan

Kementerian dan/atau lembaga terkait, Lembaga Pemeriksa Halal (LPH),

dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Sesuai dengan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Jaminan

Produk Halal bahwa produk yang masuk, beredar dan diperdagangkan di

wilayah Indonesia wajib bersertifikat halal. Untuk produk impor yang

telah memiliki sertifikat halal dan label halal tidak perlu melakukan

sertifikasi ulang sepanjang sertifikat halal diterbitkan oleh lembaga halal

luar negeri yang telah melakukan kerja sama saling pengakuan di bidang

jaminan produk halal. Sertifikat halal tersebut hanya perlu diregistrasi

oleh BPJPH sebelum produk diedarkan. Ketentuan-ketentuan mengenai

kerja sama di atas diatur dalam pasal 25 dan tata cara registrasi produk

impor diatur dalam pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 31 tahun 2019

tentang Peratuan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2014

tentang Jaminan Produk Halal.

Page 72: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

62

2. Pelaku usaha atau produsen yang telah mendapatkan sertifikat halal dari

BPJPH, maka pelaku usaha tersebut memiliki tanggung jawab untuk

menjaga kehalalan produknya. Jika suatu saat pelaku usaha tersebut

merubah formula atau inkonsisten di dalam penerapan bahan-bahan

(ingredients) sehingga dapat merubah status kehalalan pada produk

tersebut, maka pelaku usaha akan dikenakan sanksi. Sebagaimana

tercantum pada Pasal 56 bahwa “pelaku usaha yang tidak menjaga

kehalalan produk yang telah memperoleh sertifikat halal sebagaimana

dimaksud dimaksud dalam Pasal 25 huruf b dipidana dengan pidana

penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp

2000.000.000,00 (dua milyar rupiah)”. Kemudian untuk menjamin

kerahasiaan formula yang diajukan oleh pelaku usaha yang melakuan

pengajuan sertifikast halal diatur dalam Pasal 43 UU JPH, yaitu “Setiap

orang yang terlibat dalam penyelenggaraan proses JPH wajib menjaga

kerahasiaan formula yang tercantum dalam informasi yang diserahkan

oleh pelaku usaha”. Apabila pelaku usaha melanggar ketentuan tersebut

maka pelaku usaha dipidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau

pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000 (dua milyar rupiah).

Perlindungan lainnya yaitu MUI melakukan tindakan terhadap produk

impor yang berlabel halal dengan cara mengganti label halal tersebut

dengan label halal MUI, dan ada pula yang menyandingkan label halal

dari luar negeri dengan label halal MUI. Tujuannya adalah untuk

menghindari kekhawatiran masyarakat atas label tersebut, tindakan

tersebut berdasar atas undang-undang yang di sebutkan di atas.

B. Saran

1. Pemerintah harus melakukan sosialisasi dan edukasi terkait sertifikasi

halal secara masif. Hal ini diperlukan sebagaimana mengingat

diwaibkannya sertifikasi (mandatory) menurut ketentuan Undang-Undang

Nomor 33 tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal.

Page 73: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

63

2. Pemerintah serta lembaga yang berwenang mengenai proses sertifikasi

halal hendaknya lebih memperketat produk yang masuk, dan diedarkan di

Indonesia tentang kehalalal dan label halal. Karena masih banyak produk

impor yang tidak mencantumkan label halal pada kemasannya.

3. Untuk masyarakat, hendaknya mejandi konsumen yang teliti dan cerdas

sebelum memutuskan untuk membeli produk, perhatikan label dalam

kemasan dan juga kandungan dalam produk tersebut. Sebagai masyarakat

muslim, perlu adanya peran serta dalam mendukung posees

penyelenggaraan jaminan produk halal.

4. Pelaku usaha hendaknya lebih memperhatikan kandungan yang terdapat

pada produk yang diproduksinya. Sehingga tidak hanya menjual tetapi

mengunakan bahan yang tidak membahayakan konsumen, dan

mencantumkan label sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan.

Page 74: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

64

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ali, Ahmad, Menguak Tabir Hukum (Sebuah Kajian Filosofi dan Sosiologis,

Jakarta: Gunung Agung, 2002.

Amiruddin, Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2004.

Ali, Zainudin, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2010.

Burhanuddin, Pemikiran Hukum Perlindungan Konsumen dan Sertifikat Halal,

Malang: UIN Maliki Press, 2011.

Departemen Agama, Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan

Haji, Petunjuk Teknis Pedoman System Produksi Halal, Jakarta, 2003.

Departemen Agama RI Al-Quran dan Terjemah, Al-Quran dan Terjemah, Solo:

Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009.

Djakfar, Muhammad, Hukum Bisnis, Malang: UIN Malang Press, 2009.

Fajar, Mukti, dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &

Empiris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.

Fernando, E. M. Manullang, Legisme, Legalitas dan Kepastian Hukum, Jakarta:

Kencana, Cet. Ke-2, 2017.

Hakim, Lukmanul, Bahan Seminar Nasional Halal dan Focus Group Discution di

Universitas Djuanda Bogor, 15 Desember 2014.

Ibnu, Muhammad Elmi, Label Halal antara Spiritualitas dan Komoditas Agama,

Malang: Madani Wisma Kalimetro, 2009.

INFOPOM 18 Nomor 1 Januari-Februari 2017.

Ishaq, Dasar-dasar Imu Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

Kansil, Cst, Christine S.t Kansil, dkk, Kamus Istilah Hukum, Jakarta: Jala Permata

Aksara, 2009.

Lisani, Nurul, Analisis Pengaruh Labelisasi Halal Produk-Produk Konsumsi

Terhadap Preferensi Konsumsi Pada Mahasiswa Muslim FEB USU,

Page 75: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

65

Skripsi, Medan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera

Utara, 2018.

M., Phillipus Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Surabaya:

Bina Ilmu, 1987.

Mahmud, Peter Marzuki, Penelitian Hukum, Cet. Ke-6, Jakarta: Kencana, 2010.

Mashudi, Kontruksi Hukum & Respons Masyarakat Terhadap Sertifikasi Produk

Halal, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.

Mastuhu, Makanan Indonesia Dalam Pandangan Islam, Kantor Menteri Negara

Urusan Pangan Republik Indonesia, 1995.

Mertokusumo, Sudikno, Perkembangan Teori dalam Ilmu Hukum, Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2010.

Miru, Ahmad, dkk, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2011.

Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum Bagi Investor di Indonesia,

Surakarta, Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret, 2003.

Muhammad, Fahmi Ahmadi, Djaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2010.

Nurhayati, Sri, Halalkah Makanan Anda?, Solo: Aqwa Media, 2008.

Rahardjo, Satjipto, Hukum Dalam Jagat Ketertiban, Jakarta: UKI Press, 2006.

Raharjo, Satjipto, Ilmu Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000.

Setiono, Rule Of Law (supremasi hukum), Magister Ilmu Hukum Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta: 2004.

Soekanto, Soerjono , Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 2010.

Sopa, Sertifikasi Halal Majelis Ulama Indonesia, (Jakarta: Gaung Persada Press

Grup (GP Press), 2013

Subekti dan Tjitrosudibyo, Kamus Hukum, Jakarta: Pradnya Paramita, 1969.

Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta:Raja Grafindo

Persada, 2003.

Sya’awi, Mutawalli, Halal dan Haram, Jakarta: Amzah, 2003.

Page 76: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

66

Syawali, Husni dan Neni Sri Ismayanti, Hukum Perlindungan Konsumen,

Bandung: Mandar Maju, 2000.

Tri, Celina Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Sinar

Gafika, 2011.

Widjajati, Erna dan Yessy Kusumadewi, Pengantar Hukum Dagang, Jakarta:

Roda Inti Media, 2010.

Wuria, Eli Dewi, Hak-hak Konsumen Jika Dirugikan, Jakarta: Visimedia, 2008.

Yusuf, Syekh Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam, Surabaya: PT. Bina

Ilmu, 1982.

Jurnal

Apriyantono, Anton, LPPOM MUI Harus Diperkuat, Jurnal Halal, LPPOM MUI

Nomor 99, Jakarta: 2013.

Auliya, Umdah dan Iswantoro, “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen

Produk Makanan yang Tidak Berlabel Halal di Daerah Istimewa Jakarta”,

Jurnal Sumremasi Hukum, Vol 5, No. 2 2016.

Girindra, Aisjah, Pengantar Sejarah Sertifikasi Halal, Jakarta: LPPOM MUI,

1998.

Girindra, Aisjah, Pengukir Sejarah Sertifikasi Halal, Jakarta: LP POM MUI,

2005.

Indrawati, Tabunan, X, “Hak Konsumen dalam Perspektif Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999”, Jurnal Halal, No. 101, Tahun XVI, Jakarta:

LPPOM MUI, 2013.

La, Rafael porta, “Investor Protection and Crorate Governence”, Jurnal of

Financial Economic, No.5, Oktober 1999.

Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika MUI, Indonesian Halal

Directory 2016-2017 : Potensial Develoment of Halal Port In Indonesia.

Mardiyono, “Peningkatan Mawas Diri Konsumen Menggunakan Label Halal”,

Jurnal Cakrawala Hukum, Vol 19, No.1 Juni 2014.

Muslimah, Siti, “Label Halal Pada Produk Pangan Kemasan Dalam Prespektif

Perlindungan Konsuemn Muslim”. Yustisia. Vol. 1, No.2, 2012.

Page 77: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

67

Nurhayati, Irna, Efektivitas Pengawasan Badan Pengawas Obat Dan Makanan

Terhadap Peredaran Produk Pangan Olahan Impor Dalam Mewujudkan

Perlindungan Konsumen. Dalam Jurnal Mimbar Hukum, Vol.21 No.2,

2009.

Sakti, Muthia, Dwi Aryanti R, dan Yuliana Yuli, “Perlindungn Konsumen

Terhadap Beredarnya Makanan yang Tidak Bersertikat Halal”, Jurnal

Yuridis, Vol.2 No. 1, 2015.

Tambunan, Amirsyah, “Hak Konsumen Dalam Perspektif UU No.8 Tahun 1999”,

Jurnal halal, No.101 Th. XVI Tahun 2013, Jakarta: LPPOM MUI.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 33 tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal.

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

Undang-Undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan.

Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan pada Pangan.

Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2019 tentang Peraturan Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal.

Lain-lain

https://www.cermati.com/artikel/amp/masyarrakat-ekonomi-asean-mea-inilah-

yang-perlu-diketahui.html

http://direktori-bisnis.com/10-negara-anggota-mea.html.

https://kominfo.go.id/content/detail/4240/uu-no-332014-pemerintah-harus-

bentuk-badan-penyelenggara-jaminan-produk-halal/0/berita

https://karyatulisilmiah.com/pengertian-halal-label-dan-labelisasi-halal/

https://www.maxmanroe.com/vid/bisnis/pengertian-impor.html

http://tesishukum.com/pengertian-perlindungan-hukum-menurut-para-ahli/

https://yancearizona.net/2008/04/13/apa-itu-kepastian-hukum/

https://www.pengertianmenurutparaahli.com/pengertian-asas-kepastian-hukum/

https://www.academia.edu/28896771/A_._Kepastian_Hukum

Page 78: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

68

https://id.wikipedia.org/wiki/Halal

https://www.hijup.com/magazine/p/kriteria-makanan-halal-menurut-islam

http://www.halalmui.org/mui14/index.php/main/go_to_section/56/1362/page/1

https://www.gomuslim.co.id/read/regulasi_direktori/2016/10/15/1799/begini-tata-

cara-pengurusan-sertifikat-halal-mui.html

https://beritagar.id/artikel/berita/badan-pembuat-sertifikat-halal-dan-kewenangan-

mui

https://mui.or.id/sejarah-mui/

http://www.halalmui.org/images/stories/pdf/LSH/juli2013/LSHLN.pdf

https://jpp.go.id/humaniora/sosial-budaya/326427-bpjph-atur-tata-cara-registrasi-

halal-luar-negeriaa tgl 12/5/19

https://www.halalcorner.id/regulasi-label-halal-di-kemasan-produk-impor/

Page 79: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

LIST OF APPROVED FOREIGN HALAL CERTIFICATION BODIES

No Name of Halal

Certification Bodies Logo Address & CP

Category

Status Copy of

Decree

Slaughtering

Raw Material

Flavor

ASIA

1 Majelis Ugama Islam Singapore (MUIS)

Singapore Islamic Hub, 273 Braddeli Road, Singapore 579702 T : + 6563591199, F : + 65 6253 7572

Email : [email protected]

■ ■ ■ Expired 2020/06/08

Decree

2 Jabatan Kemajuan Islam

Malaysia (JAKIM)

Aras 1, Blok D7, Parcel D, Pusat

Pentadbiran Kerajaan Persekutuan W.P. Putrajaya, Kuala Lumpur, Malaysia T : +603 8315 0200,

F : +603 8889 4951 Email : [email protected]

■ ■ ■ Expired

2020/06/08

Decree

3 Bahagian Kawalan Makanan Halal Jabatan Hal Ehwal Syariah

Tingkat II, BangunanKementerian Hal EhwalUgama (LAMA),Jalan Elizabeth, Bandar Seri Begawan BS 3510 Negara

Brunei Darussalam T : +673 2242565, F : +673 2223106

Expired 2020/06/08

Decree

4 Muslim Professional Japan Association (MPJA)

Yoshioka Build 3F, 4-32-1 Yotsuya, Shinjuku-ku, Tokyo 160-0004, Japan, P : +813 6869 1046/ +813 6274 8392

Email : [email protected]

■ ■

Expired 2019/06/06

Decree

Page 80: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

No Name of Halal

Certification Bodies Logo Address & CP

Category

Status Copy of

Decree

Slaughtering

Raw Material

Flavor

5 The Japan Moslem Association (JMA)

3-17-23 Higashigotanda, Shinagawa-ku, Tokyo, 141-0022 Japan

P : +81 36277 3561 F : +81 36277 3597 Email : [email protected],

CP : Prof. Tayeb Muto

■ ■ Expired 2020/09/28

Decree

6 Taiwan Halal Integrity

Development Association (THIDA)

3, Lane 25, Xinhai Road, Sec. 1, Taipei

City, Taiwan T : +886-2-2367-5231; F : +8862-2365-2094,

Email : [email protected], CP: Isa Chao

■ ■ Expired

2020/09/27

Decree

7 Jamiat Ulama Halal Foundation

Imam BADA Compound, Imam Bada Road, Near Bhindi Bazar, Mumbai - 400 009 (India), P : +91-22-23735373, F :

+91-22-23759169 Email : jamiatulamaemaharashtra@ hotmail.com; contact@hallacommitee-

jum-org. Website: Halal.committee-jum.org CP : Gulzar Ahmed Azmi

■ Expired 2020/06/08

Decree

8 Jamiat Ulama I-Hind Halal Trust

1 Bahadur Shah Zafar Marg, New Delhi-110002, India

P : +91-11-23322197 F : +91-11-23316173 Email : [email protected]

■ Expired 2020/06/08

Decree

Page 81: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

CP : Niaz Ahmed Farooqui

No Name of Halal

Certification Bodies Logo Address & CP

Category

Status Copy of

Decree

Slaughtering

Raw Material

Flavor

9 Asia Pacific Halal Council Co Ltd (APHC)

Flat/Rm B 8/F Chong Ming Building 72 Cheung Sha Wan Road KL, Hongkong

P : +85258083041 Email : [email protected] CP : Uztazah Jannah Ramli

■ ■ Expired 2019/10/02

Decree

10 The Central Islamic Council of Thailand

(CICOT)

45 Moo 3 Klongkao Rd., Klongsib, Nongchok, Bangkok 10530, Thailand

T : +662 949 4114, F : +662 949 5904 email : [email protected]

Cp : Khatawut Murad

■ ■ Expired 2020/09/27

Decree

11 Halal Certification Agency (HCA)

Hai Van Tower, 129 B Tran Dang Ninh, Cau Giay district, Ha Noi, Vietnam

P :+88462693741 F: +88462671285, Email: [email protected], CP : Hj. Mohammed Omar

■ ■ Expired 2019/05/26

Decree

12 Halal Development Institute of the

Phillipines (HDIP)

Central Bldg, 4F, 37 Arayat St. Corner Malabito St. Cubao, Quezon City.

Philippines No.10-Ninoy Aquino Avenue, San Dionisio, Paranaque City, Philippines

P : +025 9944 244, F : +025 6338754 Email: [email protected]/

[email protected] CP : H. Abdulatif S. Sangcupan

■ Expired 2019/05/26

Decree

Page 82: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

No Name of Halal

Certification Bodies Logo Address & CP

Category

Status Copy of

Decree

Slaughtering

Raw Material

Flavor

13 Halal Accreditation Council (Guarantee)

Limited

26 –B Retreat Road, Bambalapitiya, Colombo 04, Sri Lanka

T :+94117425 225, F : +94112588050 Email: [email protected]/[email protected]

CP : Mr. Ali Fatharally/Mr. M.J.M Fari

■ Expired 2019/05/26

Decree

Australia & New Zealand

14 The Islamic Coordinating

Council of Victoria (ICCV)

155 Lygon Street, East Brunswick

Victoria 3057 Australia T : +61 39380 5467 F : +61 39380 6143

Email : [email protected]

■ ■ ■ Expired

2020/06/08

Decree

15 Supreme Islamic Council

of Halal Meat in Australia Inc. (SICHMA)

Unit No. 1/35/37 Harrow Road,

Auburn New South Wales - Australia 2144 T : +61 2 96437775,

F : +61 2 96437776 Email : [email protected]

■ ■ Expired

2020/09/27

Decree

16 Australian Halal

Development & Accreditation (AHDAA)

Address 839 Beaudesert Road,

Archerfield 4108, Brisbane, Qld, Australia P/F +61 732751077 / +61 733738411,

CP : Ali Warsama, Email : [email protected], Website : www.ahdaa.com.au

■ Expired

2019/08/31

Decree

Page 83: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

No Name of Halal

Certification Bodies Logo Address & CP

Category

Status Copy of

Decree

Slaughtering

Raw Material

Flavor

17 Global halal Trade Center Pty Ltd (GHTC

Pty.Ltd)

Level 1, 27 Basswood Street, Algester, QLD 4115, Australia

T : +61 432171255 Email : [email protected] CP : Taoufik Elidrissi

■ ■ Expired 2020/08/07

Decree

18 Western Australian Halal Authority (WAHA)

Unit 2/64 Attfield Street, Maddington, WA 6109, Australia

T : +61 8 9459 4216 F : +61 8 9459 8323 Email : [email protected]

Website : www.halalbooklet.com

■ ■ ■ Expired 2020/08/08

Decree

19 Australian Halal Authority & Advisers

(AHAA)

135 Sydney Road, Coburg VIC 3058 Australia (Melbourne Office)

P : +61 393846939 Email : [email protected], CP : Azmi Raid Badres

■ ■ Expired 2020-09-12

Decree

20 Global Australian Halal Certification (GAHC)

Suite 3/20-21 Bankstown City Plaza, Bankstown, Sidney NSW 2200 P: +61 421050941,

Email : [email protected] CP : Neil Siregar

■ Expired 2020/09/18

Decree

21 Asia Pasific Halal Service - New Zealand, Pty 2011 Limited (APHSNZ-Pty

2011 ltd)

Prime Property House, Level 2, 2 Woodward Street, Wellington 6142 New Zealand, PO Box 11645,

Wellington 6142 New Zealand T : + 64 44734675, F : + 64 44734674 CP : Mr. Mohamud Mohamed Mobile : + 64 212 376 571

■ Expired 2020/06/08

Decree

Page 84: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

Email : [email protected]

No Name of Halal

Certification Bodies Logo Address & CP

Category

Status Copy of

Decree

Slaughtering

Raw Material

Flavor

22 New Zealand Islamic Development Trust (NZIDT)

Level 4-369 Queen Street, PO Box 5045, Auckland City, 1010

New Zealand P : 09 306 8934, F : 09 306 8935, Email : [email protected]

CP. : Taoufik Elidrissi

■ ■ Expired 2020/09/27

Decree

23 The Federation of Islamic Association of

New Zealand, Inc (FIANZ)

7-11 Queens Drive, Kilbirnie, Wellington 6022, New Zealand

T : +64 27 571 0929 F : +64 4 387 8023 Email: [email protected]

Website: www.fianz.co.nz CP : Mr. Tahir Nawaz

■ Expired 2019/10/02

Decree

EUROPE

24 Halal Food Council of

Europe (HFCE)

Rue de La Presse, 1000, Brussles,

Belgium T : +32.2227.1114, F : +32.2218.3141 Email : [email protected]

CP: Prof. Dr. Mohamed Sadek

■ ■ ■ Expired

2020/09/28

Decree

25 The Muslim Religious

Union of Poland (MRU)

15-207 Bialystok, ul. Piastowska 13F,

Poland or mailing address : skr.pocz.nr2,ul. Mieszka 114. 15-050 Bialystok 8, Poland

T / F : +0048856643516 Email : [email protected], [email protected]

Website : www.mzr.pl,

■ ■ Expired

2020/06/08

Decree

Page 85: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

CP: Tomasz Miskiewics (Mufti Poland)

No Name of Halal

Certification Bodies Logo Address & CP

Category

Status Copy of

Decree

Slaughtering

Raw Material

Flavor

26 Halal Quality Control (HQC)

Laan van Meerdervoort 53d, 2517 AE the Hague, The Netherlands

T : +31703469795, F : +31703450033 Email : [email protected], [email protected], CP: Munim Al Chaman

Pallaswiesenstrasse. 63, 64293 Darmstadt, Germany

T: +49 6151 3609850 Email: [email protected], Web: www.hqc-germany.com

CP: Dr. Abdullah Hito BramscherStr.67, 49088 Osnabrueck,-

Germany T:+49 (0)541/94536876 M :+49(0)1773160482

E-Mail :[email protected] Web: www.halalquality.de General Manager: Dr. Ibrahim Salama

Halal Quality Control Denmark: Agro Food Park 13, 8200 Aarhus,

Denmark +45 2830 9606 [email protected] | [email protected]

Contact: Mrs. Lillian Dakkak

■ ■ ■ Expired 2020/06/08

Decree

Page 86: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

Halal Quality Control Austria: Address: Firmenbuchgericht Wien, FN

469056 Telephone: +43 677 62 43 45 49 E-mail: [email protected]

Contact person: Dr. Ahmed Sherif

27 Instituto Halal De Junta

Islamica (Halal Institute of Spain)

Fuente Arriba, s/n 14720

Almodovar deRio – Cordoba, Spain T : +34 902431937, F : +34 957713203

Email : [email protected] Website: institutohalal.com CP: Mariam Isabel Romero

■ ■ Expired

2020/09/28

Decree

28 World Halal Authority (WHA)

Via Gaetano Salvemini, 09, Italy Phone: +39 0236587564

Fax: +39 0295441130 Email: [email protected] CP:Mohamed Elkafrawy

■ ■ ■ Expired 2019/05/26

Decree

29 Total Quality Halal Correct Certification

(TQHCC)

PO. BOX. 179, 2300 AD Leiden, Nederland

T : +31 715235770, F : +31 715235771 Email : [email protected]

Centroallee 273-277, 46047 Oberhausen, Germany

T : +49 (0)208-8802 7110 F : +49 (0)208-8802 7001

■ ■ ■ Expired 2019/06/06

Decree

Page 87: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

Email : [email protected]

CP : Taoufik Maatoug

No Name of Halal

Certification Bodies Logo Address & CP

Category

Status Copy of Decree

Slaughtering

Raw

Material

Flavor

30 HALAL CONTROL

Stahlstr. 44, D-65428 Ruesselsheim,

Germany T: +49 6142 301 987-0 F: +49 6142 301 987-29

E-Mail: [email protected] Website : www.halalcontrol.eu

■ ■ Expired

2018/08/02

Decree

31 Halal Certification

Europe (HCE)

PO. BOX 1786 Leicester LE5 5ZE,

England, UK/12 Mayfields Wembley HA9 9PS, P/F : +44 116 273 8228, Email : [email protected],

[email protected] CP : Yusuf Abo Bakar

■ Expired

2020/09/27

Decree

32 Halal Food Authority (HFA) – UK

3rd Floor, Balfour House 741 High Road

London N12 0BP, UK Email : info@halalfoodauthority Web : www.halalfoodauthority.com

CP : Saqib Mohammad

■ ■ Expired 2019/05/26

Decree

33 Halal Feed and Food

Inspection Authority (HFFIA)

Neherkade 3140, 2521 VX, The Hague,

The Netherlands // PO BOX 16786 / 2500 BT / the Hague / The Netherlands P: +31-703649191,

F : +31-703645460 Email: [email protected], [email protected]

■ ■ ■ Expired

2021/03/28

Decree

Page 88: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

Website : www.halal.nl

CP : Yasmina Ben Koubia

No Name of Halal

Certification Bodies Logo Address & CP

Category

Status Copy of Decree

Slaughtering

Raw

Material

Flavor

34 Halal Certification

Services (HCS)

Salinenstrasse 18, 4310 Rheinfelden,

Switzerland T : + 41 618133064, F : + 41 618133065

Email : [email protected], [email protected] Website : www.halalcs.org

German Office: Halal Certification Services (EU)GmbH Cear-Stünzi-Strasse 1379618 Rheinfelden (Baden), Germany

T:+ 4930469990384 Email: [email protected] Website: www.halalcs.eu

CP: Mr. Sheeraz Majeed Spain Office: Halal Certification Services S.L.

Calle Poeta Joan Maragall 60 2a planta officina no. 10 Plaza Castilla28020 Madrid –MADRID, Spain

T: +34 914 528 227 F: +34 915 714 266 Email: [email protected]

CP: Mr. Ali Achcar

■ ■ ■ Expired

2020/09/27

Decree

35 Eurasia Halal Services

Centre

Karacaoğlan Mahallesi 6157/2 Sokak

No: 3/10, Işıkkent izmir Türkiye 35070, Turkey T : +902324610988,

■ Expired

2019/10/02

Decree

Page 89: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

F : +902324610989

Email : [email protected] CP : Arzu Gavas

No Name of Halal

Certification Bodies Logo Address & CP

Category

Status Copy of Decree

Slaughtering

Raw Material

Flavor

36 HAFSA Halal Certification and Food Imp&Exp Ltd

Kizkalesi Sokak Elit Plaza A Blok No: 1A/24-Serifali / Umraniye,Istanbul /

Turkey T: +90 2123189163 M: +90 5446978104

Email : [email protected] Website : www.hafsahalal.com

■ Expired 2019/06/08

Decree

37 Islamic Foundation of Ireland (IFI)

163 South Circular Road, Dublin 8, Ireland T : 003531 4533242

F : 003531 4532785 Email : [email protected] CP : Yahya Mohammad Al-Hussein

■ ■ Expired 2020/09/11

Decree

AMERICA

38 Islamic Services of America (ISA)

4334 16th Ave SW P.O Box 521 Cedar Rapids, Iowa 52404. USA

T : (319) 362-0480, F : (319) 366-4369 Email : [email protected]

Website : www.isahalal.org

■ ■ ■ Expired 2020/09/27

Decree

39 Halal Transaction of Omaha

P.O. Box. 4546, Omaha, NE 68104 USA T : +1 402 572 6120

F : +1 402 572 4020

■ ■ ■ Expired 2020/06/08

Decree

Page 90: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

Email : [email protected]

No Name of Halal

Certification Bodies Logo Address & CP

Category

Status Copy of

Decree

Slaughtering

Raw Material

Flavor

40 The Islamic Food and

Nutrition Council of America (IFANCA)

777 Busse highway - Park Ridge, Illinois

60068 USA T : 847-993-0034 F : 847-993-0038

Email : [email protected] Website :www.ifanca.org CP: Dr. Muhammad Chaudry

■ ■ ■ Expired

2020/06/08

Decree

41 Halal Food Council USA (HFC USA)

132 E, Main Street, Suite 302 Salisbury, MD 21801 USA. T : +1 410 548 1728

F : +1 410 548 2217 Email : [email protected]

■ ■ Expired 2020/09/27

Decree

42 American Halal

Foundation (AHF)

125 N. Vincent Drive Bolingbrook, IL-

60490 (USA) T: +1 6307594981, F: +1 6307594981

Email : [email protected] Cp : Mahzar Hussaini

■ ■ Expired

2020/09/27

Decree

43 Federation of Muslims

Associations in Brazil (FAMBRAS)

Rua Tejupa, 188-CEP 04350-020 San

Paula – SP- Brazil. P : 005511 – 5035820, F : 005511-50316586

CP: Nizar El Ghandour Email : [email protected]

■ ■ ■ Expired

2020-09-12

Decree

44 Islamic Dissemination

Centre for Latin America

MarechalDeodoro, Street 1960, Centro

Sao Bernardo do Compo /Sp – Cep

■ ■ Expired

2020/09/27

Decree

Page 91: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

(CDIAL) Brazil

09710 201 – CNPJ 03.243.138/0001-00.,

Brazil T : +11 4338 8456, F : +11 4338 8456 Email : [email protected]

No Name of Halal

Certification Bodies Logo Address & CP

Category

Status Copy of

Decree

Slaughtering

Raw Material

Flavor

SOUTH AFRICA

45 National Independent Halal Trust (NIHT)

South Africa

5770 Corner Topaas & Turquoise Street, Extension 5, Lenasia, 1827 South Africa, T/F : +27 118 544382 / +27

8524300, Website : halal.org.za email : [email protected]

CP : Moulana Abdul WahabWookay

■ ■ Expired 2019/05/26

Decree

Notes :

1. LPPOM MUI recognize halal certificates issued by approved halal certification body only for product produced in the country where the halal certification body located, except for product produced in Europe can be used halal certificate by any approved halal certification body located in Europe.

2. There are still possibilities for LPPOM MUI to ask supporting document to clarify the critical points of certain certified products. 3. The MUI decree regarding list of approved foreign halal certification body is effective for 2 (two) years as of the date it is

stipulated and it will be monitored and evaluated once a year.

4. There are 45 Halal Certifier Bodies approved by LPPOM MUI from 26 country, contain 36 bodies approved for (cattle) slaughtering category, 38 bodies approved for raw material category, 17 bodies approved for flavor category.

5. Updated January 2019.

*) Updated January 2019

Page 92: LEGALITAS HUKUM ATAS LABEL HALAL LUAR NEGERI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48443/1/MUSYA… · tentang produk halal menjadi sangat penting dan justru

Contoh produk berlabel halal luar negeri

bersanding dengan label halal MUI.

Label halal pada gambar di sampin

berasal dari negara China. Yaitu

Shandong Halal Certificate Service

(SHC)

Contoh produk berabel halal luar negeri

diganti dengan label halal MUI.

Label MUI merupakan label yang

diberkan oleh negara Indonesia.

Contoh produk berlabel halal luar negeri.

Label halal pada produk di samping berasal dari

negara Korea. Yaitu Korea Muslim Federation

Committee.