leaflet sehat jiwa

3
Pengertian sehat jiwa menurut Johanda adalah bersikap positif terhadap diri sendiri, mengalami pertumbuhan dan perkembangan sampai aktualisasi diri, memiliki integritas diri, otonomi, persepsi realitas dan menguasai lingkungan. Seseorang dikatakan sehat jiwa bila mampu menyesuaikan diri (beradaptasi) dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat dan lingkungan yang menjadi stressor. Ada beberapa ciri- ciri orang yang sehat jiwa, menurut WHO adalah dapat menyesuaikan diri secara konstruktif, merasakan kepuasan dari usaha nyata, lebih puas memberi daripada menerima, hubungan antar manusia yang saling menolong, menerima kekecewaan untuk pelajaran yang akan datang, mengarahkan rasa bermusuhan pada penyesalan yang kreatif dan konstruktif, serta mempunyai kasih sayang. Sedangkan ciri-ciri orang yang kurang sehat jiwanya menurut WHO antara lain selalu diliputi suasana khawatir dan gelisah, mudah marah karena hal-hal sepele, menyerang orang lain karena kemarahannya, permusuhan, kebencian, sulit memaafkan orang lain, tidak mampu menghadapi kenyataan hidup, tidak

Upload: rudy77

Post on 05-Feb-2016

36 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

leaflet

TRANSCRIPT

Page 1: Leaflet Sehat Jiwa

Pengertian sehat jiwa menurut Johanda adalah bersikap positif terhadap diri sendiri, mengalami pertumbuhan dan perkembangan sampai aktualisasi diri, memiliki integritas diri, otonomi, persepsi realitas dan menguasai lingkungan. Seseorang dikatakan sehat jiwa bila mampu menyesuaikan diri (beradaptasi) dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat dan lingkungan yang menjadi stressor.

Ada beberapa ciri-ciri orang yang sehat jiwa, menurut WHO adalah dapat menyesuaikan diri secara konstruktif, merasakan kepuasan dari usaha nyata, lebih puas memberi daripada menerima, hubungan antar manusia yang saling menolong, menerima kekecewaan untuk pelajaran yang akan datang, mengarahkan rasa bermusuhan pada penyesalan yang kreatif dan konstruktif, serta mempunyai kasih sayang. Sedangkan ciri-ciri orang yang kurang sehat jiwanya menurut WHO antara lain selalu diliputi suasana khawatir dan gelisah, mudah marah karena hal-hal sepele, menyerang orang lain karena kemarahannya, permusuhan, kebencian, sulit memaafkan orang lain, tidak mampu menghadapi kenyataan hidup, tidak realistik, lari dari kenyataan, murung, putus asa dan tidak mampu menyatakan isi hatinya kepada orang lain.

Ada 3 aspek utama yang merupakan faktor pendukung pertahanan kesehatan jiwa seseorang yaitu :a. IndividuMemiliki harga diri positif, vitalitas, hidup berarti, hidup harmonis, identitas positif dan faktor-faktor biologis terpenuhi.b. InterpersonalKomunikasi yang efektif, keintiman, menolong orang lain dan keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian.c. Budaya Rasa memiliki kelompok, suport antar anggota masyarakat, cukupnya sumber-sumber pemenuhan kebutuhan dalam masyarakat dan tidak adanya tindakan kekerasan dalam masyarakat.

Page 2: Leaflet Sehat Jiwa

Strategi pencegahan sakit jiwa dilakukan melalui pendidikan kesehatan, perubahan lingkungan dan sistem support sosial yang ada. Pendidikan kesehatan dapat meningkatkan kompetensi respon adaptif, kemampuan kontrol diri, strategi koping yang efektif dan peningkatan harga diri. Perubahan lingkungan meliputi pemantapan ekonomi dan keuangan keluarga, mendapatkan pekerjaan atau pendidikan yang memadai, tempat kerja aatau rumah baru, dll. Sistem support sosial yang diberikan dapat menghilangkan atau meminimalkan stressor pencetus dan faktor resikonya. Mensupport klien jiwa bertujuan menguatkan koping yang dimiliki, merujuk pada sistem support sosial yang ada di masyarakat seperti Puskesmas, kelompok masyarakat yang ada, dll.

Seandainya ada seorang yang menunjukkan gejala gangguan jiwa perlu segera dilakukan pemeriksaan oleh dokter jiwa. Sekecil apapun gejala penyakit jiwa sebaiknya konsultasikan dan ajak orang tersebut untuk menemui dokter jiwa atau psikiater. Dengan begitu bisa dilakukan antisipasi sedini mungkin sehingga tidak “kebablasan” dan merepotkan keluarga. Keluarga sebagai orang terdekat perlu

untuk membantu pulihnya penderita dengan gangguan jiwa. Caranya adalah dengan mengajak ngobrol, konsultasi dengan

dokter atau pikiater dan membantu menyadarkan jati dirinya. Penderita diajak untuk melakukan kegiatan keagamaan atau

beribadah. Bila seorang penderita telah sembuh, keluarga perlu menyiapkan

seorang pendamping yang setiap saat dapat membantu penderita mengurus dirinya,

mengawasi perilakunya, memberikan obat secara teratur sesuai petunjuk dokter.

Lingkungan yang kondusif sangat dibutuhkan dan harus tercipta saat penderita

keluar dari isolasi (pengobatan). 

Disusun oleh:

KELOMPOK 1

PROGRAM PROFESI NERSUNIVERSITAS ISLAM

SULTAN AGUNG SEMARANG2015