lbm 1 part1

6
2. Test Thermal. Test termis (panas dan dingin) merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi vitalitas pulpa atau sesnsitivitas pulpa. Tes dingin dengan menggunakan batangan es, chloretil, dan air dingin. Penggunaan yang paling sering adalah dengan chloretil yang disemprotkan pada cotton pellet kemudian ditempelkan pada permukaan gigi yang karies yang telah dilakukan eskavasi terlebih dahulu, atau pada bukal dipertengahan mahkota. Apabila respon terhadap rangsang dingin positif menandakan bahwa pulpa gigi tersebut masih vital, sedangkan apabila gigi tersebut tidak merespon menandakan bahwa pulpa gigi dalam keadaan nonvital atau nekrosis. Tes panas tidak dilakukan secara rutin, berguna jika ada keluhan pada gigi yang sulit dilokalisir. Respon yang hebat dan menetap merupakan indikasi dari pulpitis irreversibel. Tes panas dapat menggunakan air panas, burnisher, atau menggunakan gutta percha yang dipanaskan, bahan dan alat diletakkan pada kavitas yang sudah dikeringkan kemudian diangkat dan amati respon pasien. 1. Test Elektris Alat yang digunakan yaitu EPT (Electic Pulp Test) merupakan alat pembantu dalam menentukan vitalitas gigi dengan menggunakan aliran listrik yang bertahap untuk mendapatkan respon dari pulpa. Angka yang ditunjukkan oleh alat tidak terlalu berperan. Masyarakat yang hidup dalam lingkungan modern memiliki gaya hidup yang lebih bervariasi. Hal ini terlihat dari meningkatnya kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman ringan yang mengandung zat asam. Menurut para ahli, zat asam yang terkandung dalam makanan dan minuman ringan merupakan faktor utama penyebab terjadinya erosi gigi, yaitu suatu proses hilangnya jaringan permukaan gigi yang tidak berhubungan dengan faktor mekanis (1). Erosi gigi harus dibedakan dari karies gigi walaupun keduanya mempunyai kesamaan yaitu terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi akibat asam. Perbedaannya bahwa karies gigi berasal

Upload: adianavikasanti

Post on 19-Dec-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

lbm 1 blok 13

TRANSCRIPT

Page 1: lbm 1 part1

2.     Test Thermal.Test termis (panas dan dingin) merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi vitalitas pulpa atau sesnsitivitas pulpa. Tes dingin dengan menggunakan batangan es, chloretil, dan air dingin. Penggunaan yang paling sering adalah dengan chloretil yang disemprotkan pada cotton pellet kemudian ditempelkan pada permukaan gigi yang karies yang telah dilakukan eskavasi terlebih dahulu, atau pada bukal dipertengahan mahkota. Apabila respon terhadap rangsang dingin positif menandakan bahwa pulpa gigi tersebut masih vital, sedangkan apabila gigi tersebut tidak merespon menandakan bahwa pulpa gigi dalam keadaan nonvital atau nekrosis.

Tes panas tidak dilakukan secara rutin, berguna jika ada keluhan pada gigi yang sulit dilokalisir. Respon yang hebat dan menetap merupakan indikasi dari pulpitis irreversibel. Tes panas dapat menggunakan air panas, burnisher, atau menggunakan gutta percha yang dipanaskan, bahan dan alat diletakkan pada kavitas yang sudah dikeringkan kemudian diangkat dan amati respon pasien.

1.       Test ElektrisAlat yang digunakan yaitu EPT (Electic Pulp Test) merupakan alat pembantu dalam menentukan vitalitas gigi dengan menggunakan aliran listrik yang bertahap untuk mendapatkan respon dari pulpa. Angka yang ditunjukkan oleh alat tidak terlalu berperan.

Masyarakat yang hidup dalam lingkungan modern memiliki gaya hidup yang lebih bervariasi.

Hal ini terlihat dari meningkatnya kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman ringan yang

mengandung zat asam. Menurut para ahli, zat asam yang terkandung dalam makanan dan

minuman ringan merupakan faktor utama penyebab terjadinya erosi gigi, yaitu suatu proses

hilangnya jaringan permukaan gigi yang tidak berhubungan dengan faktor mekanis (1).

Erosi gigi harus dibedakan dari karies gigi walaupun keduanya mempunyai kesamaan yaitu

terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi akibat asam. Perbedaannya bahwa karies gigi

berasal dari asam yang merupakan hasil fermentasi karbohidrat sisa-sisa makanan oleh bakteri

dalam tubuh sedangkan erosi gigi terjadi karena proses kimia tanpa melibatkan bakteri (2).

Belakangan ini, prevalensi erosi gigi dilaporkan semakin meningkat terutama di kalangan kaum

muda sebagai konsumen primer minuman ringan, oleh karena itu, sama seperti karies, masalah

ini perlu mendapat perhatian. Minuman ringan merupakan minuman yang tidak mengandung

alcohol (non-alkohol), merupakan minuman yang berkarbonat. Minuman ringan mengandung

bahan pemanis, asam dan bahan perasa alami maupun buatan. Bahan alami dapat berupa kacang-

kacangan, buah-buahan, sayur-sayuran. Kopi, teh, susu serta coklat bukan merupakan minuman

ringan, yang termasuk minuman ringan adalah cola, lemon, orange dan kopi bir serta anggur.(3)

Page 2: lbm 1 part1

Minuman ringan yang berbahaya bagi enamel adalah minuman yang mengandung karbohidrat

yang mudah difermentasi, sangat asam dan mempunyai adesi termodinamik yang sangat tinggi,

sehingga minuman ini tidak mudah dihilangkan oleh saliva (5). Hal ini disebabkan oleh beberapa

faktor yang mempengaruhi proses demineralisasi, yaitu jenis dan konsentrasi asam minuman

yang tidak berdisosiasi, kandungan karbohidrat dalam minuman, pH dan kapasitas dapar

minuman serta kandungan fosfat dan f1uor yang ada dalam minuman. (3,4)

Ada dua penyebab utama yang dapat menjelaskan mengapa minuman ringan (kecuali susu dan

air) dapat menyebabkan kerusakan gigi. Pertama, pH yang rendah dan keasaman minuman

ringan sehingga menyebabkan permukaan enamel gigi mengalami erosi. Kedua, gula yang

terkandung di dalam minuman ringan akan dimetabolisme oleh mikroorganisme plak untuk

menghasilkan asam penyebab demineralisasi sehingga mengakibatkan terbentuknya kavitas atau

karies (5). Proses erosi gigi dimulai dari adanya pelepasan kalsium enamel gigi, bila hal ini

berlanjut terus akan menyebabkan kehilangan sebagian elemen enamel, dan apabila telah sampai

ke dentin maka penderita akan merasa ngilu. (6)

Sebagaimana diketahui bahwa enamel sebagian besar terdiri dari hidroksiapatit (CalO (PO4)6

(OH)2) atau Fluoroapatit (CalO (PO4)6 F2), kedua unsur tersebut dalam suasana asam akan larut

menjadi Ca2+; PO4 -9 dan F-, OH-. Ion H+ akan beraksi dengan gugus PO4 -9, F-, atau

OHmembentuk HSO4 -; H2SO4- HF atau H2O, sedangkan yang kompleks terbentuk CaHSO4;

CaPO4 dan CaHPO4. (3,7) Kecepatan melarutnya enamel dipengaruhi oleh derajat keasaman

(pH), konsentrasi asam, waktu melarut dan kehadiran ion sejenis kalsium, dan fosfat. (8)

Minuman ringan yang menyebabkan demineralisasi enamel gigi adalah minuman yang

mempunyai pH rendah dan kapasitas dapar tinggi. Kapasitas dapar adalah jumlah basa yang

diperlukan untuk menaikkan pH minuman ke pH netral. (2) Reaksi kimia pelepasan ion kalsium

dari enamel gigi dalam medium yang bersifat asam, yaitu pada pH 4,5 sampai 6 merupakan

reaksi orde nol. Adapun pengaruh pH terhadap koefisien laju reaksi menunjukkan, bahwa

semakin kecil atau semakin asam media, maka makin tinggi laju reaksi pelepasan ion kalsium

dari enamel gigi. (9) Reaksi kimia pelepasan ion kalsium dari enamel gigi dalam suasana asam

ditunjukkan dengan persamaan reaksi sebagai berikut:

Pada dasarnya, semua jenis zat asam baik yang bersumber dari dalam (zat asam intrinsik)

maupun luar tubuh (zat asam ekstrinsik) dapat mengakibatkan demineralisasi pada enamel dan

dentin. Zat asam instrinsik berasal dari isi lambung yang naik ke esophagus dan mencapai

rongga mulut seperti yang terjadi pada penderita GERD (Gastro-esophageal Reflux Disease) dan

Page 3: lbm 1 part1

bulimia, sedangkan zat asam ekstrinsik adalah zat-zat asam yang terdapat pada makanan,

minuman, dan obat-obatan. Kebanyakan buah-buahan dan jus buah memiliki pH rendah

(keasaman tinggi) sehingga sangat berpotensi menyebabkan terjadinya erosi gigi. Selain itu,

beberapa makanan seperti makanan vegetarian dengan kandungan buah-buahan 6%, beberapa

jenis bir dan teh herbal dengan pH rendah, makanan yang diawetkan serta minuman ringan yang

mengandung kafein juga dapat menyebabkan erosi gigi. (5)

Salah satu bagian tubuh yang mampu melindungi enamel gigi dari zat asam adalah saliva. Saliva

akan membasahi gigi dengan larutan jenuh yang kaya kalsium dan fosfor, sehingga enamel gigi

tetap konstan saat demineralisasi struktur gigi terjadi. Selain itu, saliva akan bertindak sebagi

bufer untuk mencegah agar rongga mulut tidak terlalu asam. Pada waktu zat asam yang

terkandung dalam minuman ringan masuk ke dalam rongga mulut, maka aliran saliva akan

meningkat disertai meningkatnya pH, sehingga dalam beberapa saat keasaman dapat dinetraliser

dan pH menjadi normal kembali. (5)

Sudah banyak upaya yang dilakukan oleh pabrik pembuat minuman ringan dengan mencoba

memodifikasi komposisi minuman ringan untuk mengurangi efeknya pada gigi. Caranya adalah

dengan menambah atau mengurangi komponen tertentu dalam minuman ringan. Frekuensi dan

cara mengonsumsi minuman ringan juga dapat mempengaruhi kemampuan erosifnya.

Sebaliknya, kandungan lain dalam minuman ringan seperti kalsium, fosfat dan fluor dapat

mengurangi kemampuan erosifnya.

Ada beberapa hal yang disarankan agar bisa mengonsumsi minuman ringan dengan aman yaitu:

(5)

Mengikuti anjuran pabrik pembuatnya, apakah bisa diminum langsung atau harus

dicairkan.

Meminum minuman ringan hanya pada waktu makan.

Waktu minum tidak boleh lama.

Sebaiknya menggunakan pipet (sedotan).

Meminum minuman ringan yang didinginkan karena kurang bersifat erosif.

Tidak dibolehkan mengulum minuman dalam mulut.

Jangan menyikat gigi segera setelah mengonsumsi minuman ringan.

Usahakan minum susu, air putih atau makan keju setelah mengonsumsi minuman

ringan yang mengandung asam.

Page 4: lbm 1 part1

Bila memungkinkan, sebaiknya mengganti minuman ringan mengandung asam

dengan minuman lain yang kurang bersifat erosif.

Kesimpulan dan saran pada artikel ini adalah dengan mencegah agar suasana di dalam rongga

mulut tidak terlalu asam, baik yang dihasilkan oleh bakteri atau makanan atau minuman,

sehingga dapat menghambat pelepasan ion kalsium dari enamel gigi. Mengurangi proses

demineralisasi dapat dilakukan dengan menghentikan difusi asam, yaitu mengurangi kontak

asam dengan gigi, misal mengurangi intake asam atau minum minuman ringan dengan memakai

sedotan, cara lain yaitu dengan menghentikan terbentuknya persenyawaan kompleks kalsium

fosfat dengan meningkatkan ketahanan enamel melalui fluoridasi air minum atau topikal aplikasi

dengan fluor atau penambahan ion fluor dalam minuman. (1)

Perawatan ErosiArea  erosi dapat menjadi sensitif dan harus direstorasi dengan conventional operative procedure.Dokter gigi mengganti gigi yang erosi dengan material restorasi. Jika erosinya ekstensif, harus dibuat crown.

Menurut Watson, 1985; & Lewis, 1973 (dalam Wijaya, 1996:6) :

Atrisi : Terkikisnya substansi gigi atau restorasi akibat penguyahan pada saat gigi -gigi

berkontak. Umumnya dataran yang berfungsi yang terkena.

Erosi : Terkikisnya jaringan keras gigi akibat proses kimia tanpa melibatkan bakteri.

Abrasi : Terkikisnya substansi gigi atau restorasi akibat faktor lain selain kontak antara gigi -

gigi.Sebab-sebab kerusakan email (Harshanur, 1995:31) :

1. Abrasi: Karena mekanis, misalnya karena menyikat gigi dengan cara yang salah

2. Erosi : Karena khemis, misalnya karena suka makanan yang mengandung cuka (asam)

atau minum air yang mengandung zat khem is (mis. Pb)

3. Atrisi : Karena banyaknya dipakai untuk mengunyah

Atrisi adalah keausan pada gigi karena proses pengunyahan (Pindborg, 1970 dalam

Koerniati, 2006:123). Cirinya permukaan oklusal gigi geraham terlihat aus, tonjol palatinal

molar (geraham) atas aus, molar bawah tonjol bukalnya terlihat aus, dentin terlihat dan kalau

ausnya banyak, warna dentin berubah. Ini terlihat jelas pada gigi depan bawah berwarna coklat

Page 5: lbm 1 part1

seperti terbakar (Pindborg, 1970 dalam Koerniati, 2006:124)