layanan konseling individu dalam …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/ahmad...konseling individu dalam...

120
i LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM MENGATASI KECEMASAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI YAYASAN LENTERA MATARAM OLEH : AHMAD RIJALUSSOLIHIN 153.144.039 BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM 2018

Upload: others

Post on 20-Mar-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

i

LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM MENGATASI KECEMASAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI YAYASAN

LENTERA MATARAM

OLEH :

AHMAD RIJALUSSOLIHIN

153.144.039

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

2018

Page 2: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

ii

LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM MENGATASI KECEMASAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI YAYASAN

LENTERA MATARAM

Skripsi

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Social (S.Sos)

OLEH :

AHMAD RIJALUSSOLIHIN 153.144.039

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

2018

Page 3: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

iii

Page 4: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

iv

Page 5: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

vi

Page 6: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

vii

Motto:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang

baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmuu

Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan

Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapatkan petunjuk. (QS. An-

Nahl:125)”

Page 7: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada orang-orang yang berjasa dalam

hidupku, Mama dan Bapak (Sahyuni dan Muhamad, S.Pd). Kakak Nia

Wiatun Whayuni dan Suaminya. Adinda Yusril Ahmadi dan Laili Darojatul

Aulia

Page 8: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

ix

LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM MENGATASI KECEMASAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI YAYASAN

LENTERA MATARAM

Oleh: Ahmad Rijalussolihin

NIM: 153 144 039

ABSTRAK

Pada penelitian ini peneliti mengangkat judul tentang “layanan konseling individu dalam mengatasi kecemasan korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Lentera Mataram”. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk kecemasan korban penyalahgunaan NAPZA dan layanan konseling individu dalam mengatasi kecemasan korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Lentera Mataram.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Metode pengumpulan data dilakukan denga metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Berdasarkan analisis dan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bentuk kecemasan pada korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Lentera Mataram adalah adanya rasa kekhawatiran, ketakutan, gelisah, kurang mampu mengontrol emosi marah, jantung berdebar dan kurang konsenterasi yang termasuk kedalam kecemasan neurotis. Adapun layanan konseling individu dalam mengatasi kecemasan pada korban penyalahgunaan NAPZA adalah dengan menggunakan tekhnik attending, empati, bertanya untuk membuka percakapan, eksplorasi, refleksi, member nasihat, serta merujuk pada pendekatan cognitive behavior theraphy (CBT) dengan menggunakan tekhnik intervensi assertive trining dan latihan social.

Kata Kunci : Layanan Konseling Individu, Kecemasan, Penyalahgunaan

NAPZA

Page 9: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

x

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-nya. Sehingga penulis

dapat menyelesaikan tugas akhir dalam penyusunan skripsi yang berjudul:

“Layanan Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban

Penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Lentera Mataram” . Sholawat serta salam

tak lupa kami panjatkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW

yang senantiasa kita nantikan syafa’atnya di akhir kelak. Dalam skripsi ini tidak

akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penlis

mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang ikut serta dalam

penyelesaian skripsi ini, diantaranya kepada:

1. Dr.Muhammd Thohri,M.Pd dan H.M. Syarifuddin, M.Pd. selaku dosen

pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam proses penyelesaian

skripsi ini, terima kasih banyak atas segala bimbingan, ilmu dan dukungan

selama ini.

2. Rendra Khaldun, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling

Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri

Mataram.

3. H. Masruri, Lc.MA, selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Konseling

Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri

Mataram.

4. Dr. H. Subhan Abdullah Acim, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan

Komunikasi Universitas Islam Negeri Mataram.

5. Prof.Dr.H.Mutawalli, M.Ag. selaku Rektor Universitas Negeri Mataram.

6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membagi ilmunya dan memperkaya

khazanah keilmuan bagi penulis selama proses kuliah di Universitas Islam

Negeri Mataram.

7. Segenap staff TU Jurusan Bimbingan Konseling Islam dan staff TU

bidang Akademik yang memudahkan administrasi bagi penulis selama

kegiatan perkuliahan sampai akhir masa studi.

Page 10: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

xi

8. Bapak Wirawan, selaku Kepala Yayasan LKS Lentera Kota Mataram yang

telah memberikan ijin bagi peneliti untuk melakukan penelitian di panti

tersebut.

9. Seluruh staf karyawan Yayasan LKS Lentera Kota Mataram atas kerja

samanya.

10. Kedua orang tuaku terima kasih atas dorongan semngat yang tiada henti

dan juga kepercayaan yang begitu besar.

11. Teman-teman BKI 2014 yang telah memberikan dukungan.

12. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini,

penulis mengucapkan terima kasih.

Semoga bantuan, motivasi, kebaikan, dan semangat yang telah Bapak dan

Ibu, sahabat, serta teman-teman yang telah diberikan amal baik dan mendapatkan

balasan dari Allah SWT, Amin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih

banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun untuk seanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis,

pembaca, serta keilmuan Bimbingan Konseling Islam, Amin.

Mataram, 30 april 2018

Penulis

Ahmad Rijalussolihin

Page 11: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iii

HALAMAN NOTA DINAS ........................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ v

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ vi

HALAMAN MOTTO .................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

ABSTRAK ...................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Konteks Penelitian ............................................................................... 1

B. Fokus Penelitian ................................................................................... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 5

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ................................................. 6

E. Telaah Pustaka ..................................................................................... 7

F. Kerangka Teori..................................................................................... 10 1. Layanan konseling individu... ................................................. ...... 10 2. Kecemasan korban penyalahgunaan NAPZA ............................... 25

G. Metode penelitian ................................................................... ............. 33

1. Pendekatan Penelitian .................................................................... 33 2. Kehadiran Peneliti .......................................................................... 34 3. Lokasi Penelitian ............................................................................ 35 4. Sumber data .................................................................................... 35 5. Prosedur Pengumpulan Data .......................................................... 36

Page 12: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

xiii

6. Teknik Analisis Data ...................................................................... 40 7. Keabsahan Data .............................................................................. 40

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ................................................ 43

A. Gambaran umum Yayasan Lentera Mataram ...................................... 43

B. Bentuk Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan

Lentera Mataram .................................................................................. 51

C. Layanan Konseling Individu dalam Mengatasi

Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di

Yayasan Lentera Mataram............................................. ...................... 62

BAB III PEMBAHASAN .............................................................................. 77

A. Bentuk Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan

Lentera Mataram................................ .................................................. 77

D. Layanan Konseling Individu Dalam Mengatasi

Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di

Yayasan Lentera Mataram ................................................................... 85

BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 96

A. Kesimpulan .......................................................................................... 96

B. Saran ..................................................................................................... 97

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. KONTEKS PENELITIAN

Perubahan yang terjadi dimasyarakat modern ditandai dengan

berkembangnya kapitalisasi di berbagai bidang kehidupan. Terjadi pergeseran

nilai, selera dan gaya hidup ke arah yang lebih berorientasi pada sifat

konsumeris, individualis, keduniawian. Yang akan mudah menimbulkan

prustasi, ketegangan jiwa, stress dan kecemasn diri.

Dalam suasana konflik, prustasi, stress dan kecemasan sering kali

penyelesaian yang ditempuh dengan menggunakan jalan yang melanggar

norma-norma yang berlaku didalam masyarakat, yakni dengan mengkonsumsi

NAPZA. Tanpa disadari dengan mengkonsumsi NAPZA ini akan

mengakibatkan permasalahan yang semakin konfleks dalam diri individu

tersebut.

NAPZA merupakan singkatan dari narkotika, alkohol, prikotropika dan

zat adiktif lainnya. Narkotika adalah zat/bahan aktif yang bekerja pada sistem

saraf pusat (otak), yang meneybabkan penurunan sampai kehilangan

kesadaran dari rasa sakit (nyeri), serta dapat menimbulkan ketergantungan.

Alkohol adalah minuman yang mengandung etil alkohol. Psikotropika adalah

zat/bahan bukan narkotika, bekerja pada sistem sarap dan dapat menyebabkan

perasaan khas pada aktivitas mental dan prilaku serta dapat menimbulkan

ketergantungan. Zat adiktif adalah zat/bahan aktif bukan narkoba dan

Page 14: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

2

psikotropika, bekerja pada sistem sarap pusat dan dapat menimbulkan

ketergantungan.1

Dari penyalahgunaan NAPZA, akibat yang dirasakan oleh korban

diantaranya:2

1. Takut yang berlebihan

2. Stress dan putus ada

3. Perasaan gelisah

4. Khawatir

5. Perasaan berdosa

6. Melemahnya daya pikir merusak organ-organ tubuh

7. Merusak susunan saraf yang berakibat kegilaan

Melihat akibat yang diakibatkan dari mengkonsumsi NAPZA diatas, kita

bisa simpulkan bahwa korban penyalahgunaan NAPZA kerapkali merasakan

kecemasan dalam dirinya. Cemas merupakan perasaan gelisah, khawatir

terhadap suatu yang belum terjadi dan was-was.3

Atkinson menjelaskan bahwa kecemasan merupakan emosi yang tidak

menyenangkan yang ditandai gejala seperti kekhawatiran dan perasaan takut.4

NAPZA dan danpaknya bagi korban penyalahgunaan bukanlah hal yang

baru diperbincangkan. Akan tetapi ini merupakan pekerjaan rumah pemerintah

1 Dzikiyah Darojah, “Pendekatan Familly Suport Group Dalam Pemulihan Korban

Penyalahgunaan Napza di Panti Sosial Pamardi Putra “Sehat Mandiri” Yogyakarta”, ( Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008).h.2

2 Sunarno, “Bahaya dan Upaya Pencegahan”, (PT. Bengawan Ilmu). h.16 3 Abdillah Piu dan Danu Prasetya, “KamusLengkap Bahasa Indonesia” ( Surabaya :

Arkola ) h.142. 4 Triantoro Safaria dan Nofrans Eka Saputra “Manajemen Emosi Sebuah Pannduan

Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif Dalam Hidup Anda”, ( Jakarta : PT Bumi Aksara, 2009), h. 49.

Page 15: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

3

dan masyarakat, yang sudah berjalan sejak dulu. Oleh karena itu berbagai

bentuk terobosan yang dibentuk pemerinatah sudah kita saksikan bersama

yaitu melalui pemutaran film-film yang menyangkut masalah bahaya NAPZA

dan membentuk tempat-tempat rehabilitasi bagi korban penyalahgunaan

NAPZA, salahsatunya Yayasan Lentera Mataram.

Yayasan Lentera Mataram merupakan tempat untuk para korban

penyalahgunaan NAPZA. Korban yang berada di Yayasan Lentera Mataram

menjalani program rehabilitasi dengan dilatar belakangi keinginan sendiri,

keinginan orang tua dan hasil tangkapan polisi dan putusan pengadilan.5

Dalam proses rehabilitasi di Yayasan Lentera Mataram, layanan yang

diberikan selain layanan kesehatan, layanan keterampilan dan advokasi,

layanan konseling kelompok, Yayasan Lentera Mataram juga memberikan

layanan konseling individu.6

Layanan konseling individu merupakan bantuan yang diberikan oleh

konselor kepada konseli, yang dilakukan secara tatap muka agar konseli

memahami dirinya sendiri, lingkngannya dan mampu mengentaskan

masalahnya sendiri.

Menurut Hallen, konseling merupakan suatu tekhnik dalam pelayanan

bimbingan dimana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui

wawancara dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antara

guru pembimbing/konselor dengan klien, dengan tujuan agar klien itu mampu

memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, mampu

5 Observasi, Yayasan Lentera Mataram, 10 januari 2018 6 Observasi, Yayasan Lentera Mataram, 10 januari 2018

Page 16: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

4

memecahkan masalah yang dihadapinya, dan mampu mengarahkan dirinya

untuk mngembangkan potensi yang dimiliki kearah perkembangan yang

optimal, sehingga ia dapat mencapai kebahagiaan pribadi dan kemamfaatan

sosial.7

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengkaji

lebih dalam dan melakukan penelitian dengan mengambil judul “Layanan

Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban

Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”.

B. FOKUS PENELITIAN

Rumusan masalah merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan

penelitian karya ilmiah. Masalah merupakan objek yang akan diteliti dan

dicari jalan keluarnya melalui penelitian. Dengan rumusan masalah yang

jelas, maka titik tekan dari sebuah penelitian tersebut dapat ditemukan

jawaban atas permasalahan-permasalahan yang ingin peneliti cari atau

ingin diketahui.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan

permasalahan yang perlu dikaji yaitu :

a. Bagaimanakah bentuk kecemasan korban penyalahgunaan NAPZA di

Yayasan Lentera Mataram ?

7 Samsul Munir Amin, “Bimbingan dan Konseling Islam”, (Jakarta : Amzah, 2015), h.10

Page 17: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

5

b. Bagaimanakah layanan konseling individu dalam mengatasi

kecemasan korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Lentera

Mataram ?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dari karya ilmiah merupakan target yang hendak

dicapai melalui serangkaian aktivitas penelitian. Segala aktivitas yang

diusahakan pasti mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai

sesuai dengan permasalahan yang dihadapinya.

Jadi dalam sebuah penelitian, antara rumusan masalah dan tujuan

penelitian harus relevan. Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui bentuk kecemasan korban penyalahgunaan

NAPZA di Yayasan Lentera Mataram.

b. Untuk mengetahui layanan konseling individu dalam mengatasi

kecemasan korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Lentera

Mataram.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini dapat dilihat dari segi teoritis dan

praktis:

Page 18: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

6

a. Secara teoritis

1. Dapat digunakan sebagai referensi dan dokumen atau bahan

perpustakaan yang dapat dibaca oleh semua pihak yang

berkepentingan khususnya mahasiswa jurusan BKI.

2. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

peneliti khususnya, bagi peneliti berikutnya yang ingin

melakukan penelitian lebih mendalam tentang layanan

konseling individu untuk mengatasi kecemasan korban

penyalahgunaan NAPZA.

b. Secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi korban penyalahgunaan NAPZA yang mengalami

kecemasan dan konselor yang menjadi mediator pemecahan

masalah kecemasan korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan

Lentera Mataram.

D. RUANG LINGKUP DAN SETTING PENELITIAN

1. Ruang Lingkup Penelitian

Sesuai dengan fokus penelitian yang dijelaskan di atas, untuk

menghinda ri pembahasan yang keluar dari hal tersebut. Maka cakupan

dan bahasan dalam penelitian ini membahas dua poin. Yaitu

bagaimana bentuk kecemasan korban penyalahgunaan NAPZA di

Yayasan Lentera Mataram dan bagaimana layanan konseling individu

Page 19: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

7

dalam mengatasi kecemasan korban penyalahgunaan NAPZA di

Yayasan Lentera Mataram.

2. Setting Penelitian

Dalam penelitian ini, lokasi penelitian dilakukan di Yayasan

Lentera Mataram.

E. TELAAH PUSTAKA

Telaah pustaka ini dilakukan untuk menjelaskan posisi penelitian yang

sedang dilaksanakan diantara hasil-hasil penelitian atau jurnal-jurnal terdahulu

yang permasalahannya hampir sama (serupa). Pada bagian ini, seharusnya

memaparkan hasil penelitian terdahulu dengan tujuan untuk menegaskan

kebaharuan penelitian ini bagi pengembangan keilmuan serta untuk

menghindari adanya duplikasi dalam penelitian. Dalam hal ini, penelitian akan

memaparkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan

membandingkannya dengan judul yang diangkat saat ini, diantaranya:

1. Skripsi oleh Hamzanwadi pada tahun 2016, dengan judul “Efektivitas

Layanan Bimbingan Dan Konseling Di SLB Pembina Kota Mataram

Terhadap Siswa/Siswi Yang Menyandang Keterbelakangan Mental”,

penelitian ini berpusat pada efektivitas layanan bimbingan dan

konseling di SLB Pembina Kota Mataram dan faktor penghambat

layanan bimbingan dan konseling di SLB Pembina Kota Mataram.

Jadi peneliti bisa simpulkan bahwa penelitian ini tidak menjiplak dari

penelitian sebelumnya, perbedaan penelitian peneliti dengan

Page 20: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

8

penelitian sebelumnya yaitu terletak pada fokus penelitian bahwa

penelitian peneliti berfokus pada bentuk kecemasan korban NAPZA

dan layanan konseling individu dalam mengatasi kecemasan korban

penyalahgunaan NAPZA. Mengenai metode yang digunakan antara

penelitian peneliti dengan penelitian terdahulu yaitu dengan

menggunakan metode kualitatif. Adapun hasil penelitian yang

dilakukan oleh peneliti terdahulu adalah bahwa dalam efektivitas

layanan bimbingan dan konseling terhadap siswa/siswi yang

menyandang keterbelakangan mental, adapun bentuk efektivitasnya

diantaranya menunjukkan perasaan positif, beradaptasi dengan

siswa/siswi, berbicara dengan siswa/siswi, memberikan pujian,

penghargaan, membantu siswa/siswi memfokuskan perhatian,

menjabarkan dan membantu siswa/siswi mencapai disiplin. Bentuk-

bentuk layanan yang diterapkan oleh guru pembimbing diantaranya :

layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan

penyaluran, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling

kelompok, layanan konsultasi, layanan mediasi sehingga efektivitas

layanan yang dilakukan guru BK perasaan positif, beradaptasi

dengan siswa, berbicara dengan siswa, memberikan pujian,

penghargaan, membantu siswa memfokuskan perhatian,

menjabarkan dan membantu siswa mencapai disiplin diri. Factor

penghambatnya disebabkan oleh factor internal dan eksternal.

Page 21: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

9

2. Skripsi oleh Andritiya pada tahun 2015 dengan judul “Efektivitas

layanan bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku

maladaptive siswa di SMP Negeri 7 Praya Lombok Tengah Tahun

Ajaran 2014/2015” dimana penelitian ini berpusat pada prilaku

maladaptif siswa dan efektivitas layanan bimbingan dan konseling

dalam mengatasi prilaku maladaptif siswa. Perbedaanya terletak pada

fokus penelitian yaitu penelitian peneliti berfokus pada bentuk

kecemasan korban penyalahgunaan NAPZA dan layanan konseling

individu untuk mengatasi kecemasan korban penyalahgunaan

NAPZA. Adapun hasil penelitian terdahulu bahwa layanan

bimbingan dan konseling di SMPN 7 Negeri Praya Lombok Tengah

belum efektif. Dalam penelitian yang dilakukan peneliti dengan

penelitian terdahulu dilihat dari segi metode penelitian, yaitu sama-

sama menggunakan metode penelitian kualitatif.

3. Skripsi oleh Fatmawati pada tahun 2015 dengan judul “Layanan

Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Berpidato (Studi

Pada Siswa MTS Negeri Yogyakarta 1”, dimana penelitian ini

berfokus pada faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan berpidato

pada siswa MTs Negeri Yogyakarta 1 dan bagaimanakah layanan

konseling individu yang dilakukan guru BK dalam menangani

kecemasan berpidato pada siswa MTs Negeri Yogyakarta 1.

Sedangkan penelitian peneliti berfokus pada bentuk kecemasan dan

layanan konseling individu untuk mengatasi kecemasan korban

Page 22: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

10

penyalahgunaan NAPZA. Antara penelitian terdahulu dengan

penelitian peneliti menggunakan metode penelitian kualitataif.

Adapun hasil penelitian peneliti terdahulu adalah dalam mengatasi

kecemasan berpidato siswa, guru BK menggunakan tekhnik

konseling individu yang merujuk pada tekhnik RET. Kecemasan

siswa dalam berpidato dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal.

F. KERANGKA TEORI

1. Layanan Konseling Individu

a) Pengertian Layanan Konseling Individu

Menurut Hallen, konseling merupakan suatu tekhnik dalam

pelayanan bimbingan dimana proses pemberian bantuan itu

berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan

langsung dan tatap muka antara guru pembimbing/konselor dengan

klien, dengan tujuan agar klien itu mampu memperoleh pemahaman

yang lebih baik terhadap dirinya, mampu memecahkan masalah yang

dihadapinya, dan mampu mengarahkan dirinya untuk mngembangkan

potensi yang dimiliki kearah perkembangan yang optimal, sehingga ia

dapat mencapai kebahagiaan pribadi dan kemamfaatan social.8

Dalam definisi yang lebih luas, Rogers mengartikan konseling

sebagai hubungan membantu dimana salah satu pihak (konselor)

bertujuan meningkatkan kemampuan dan fungsi mental pihak lain

8 Samsul Munir Amin, “Bimbingan dan Konseling Islam”, (Jakarta : Amzah, 2015). h.12.

Page 23: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

11

(klien), agar dapat menghadapi persoalan/konflik yang dihadapi

dengan lebih baik.9

Definisi konseling yang dijelaskan Rogers diatas bahwa proses

bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli dengan

menyediakan kondisi, sarana dan keterampilan yang membuat konseli

dapat membantu dirinya sendiri dalam pengentasan masalahnya.

Adapun pendekatan yang dilakukan konselor merujuk pada teori

Cognitif Behavior Terapi (CBT).

CBT pertamakali dirintis oleh Albert Ellis dan Aeron Beck sejak

tahun 1963 khusus untuk pasien-pasien psikiatri dengan gangguan

cemas dan atau depresi.10

Menurut Spiegler & Guevremont menyatakan bahawa CBT

merupakan psikoterapi yang berfokus pada kognisi yang dimodifikasi

secara langsung, yaitu ketika individu merubah prilaku maladaptifya

maka secara tidak langsung juga mengubah tingkah lakunya yang

tampak. Beck menyatakan bahwa salah satu tujuan utama CBT adalah

untuk membantu individu dalam mengubah pemikiran atau kognisi

yang irasional menjadi pemikiran yang lebih rasional.11

9 Namora Lumongga Lubis, “Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori Dan

Praktik” (Jakarta :Kencana 2013).h.2 10 Akbar Zulkifli Osman “Kefektivas Cognitive Behavior Therapy (CBT) Untuk

Menurunkan Tingkat Kecemasan Dan Meningkatkan Kualitas Hidup Tahanan/Narapidanan Penyalahgunaan NAPZA Di Rumah Tahanan Kelas 1 Surakarta”, (Tesis,Program Studi Kedokteran Keluarga Pasca Sarjana Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta, Surakarta 2008),h.31

11 Elna Yuslaiani siregar,dkk, “penerapan Cognitiev behavior therapy (CBT) terhadap penurunan durasi bermain game pada individu yang mengalami game addiction”, jurnal psikologi, volume 9, No 1, Juni 2013.h 19.

Page 24: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

12

Cognitif Behavior Terapi (CBT) membantu individu untuk

berkembang dengan meningkatkan keterampilan dan mekanisme

koping menurunkan kecemasan dan meningkatkan hargadiri, dalam

wheeler 2008.12

Pendekatan CBT kurang memperhatikan pemahaman dan lebih

berorientasi kepada tindakan klien yang menghasilkan perubahan.

Walaupun tiap praktisi memiliki gaya yang berbeda satu dengan yang

lain, namun kecenderungan dan cognitive behavior adalah

dilaksanakan pendekatan ini dalam sebuah program yang tersetruktur

langkah demi langkah. Proses seperti ini dapat mencakup. 13

1. Menciptakan hubungan yang sangat dekat dan aliansi kerja

antara konselor dan klien. Menjelaskan dasar pemikiran dari

penanganan yang akan diberikan.

2. Menilai masalah, mengidentifikasi, mengukur frekuensi,

intensitas dan kelayakan masalah perilaku dan kognisi.

3. Menetapkan target perubahan. Hal ini seharusnya dipilih

oleh klien, dan harus jelas, spesifik dan dapat tercapai.

4. Penerapan tekhnik kognitif behavior (prilaku).

5. Memonitor perkembangan, dengan menggunakan penilaian

berjalan terhadap prilaku sasaran.

12 Endang Caturini,dkk. “pengaruh Cognitiv behavior therafy (CBT) terhadap perubahan

kecemasan, mekanisme koping, harga diri pada pasien gangguan jiwa, dengan skizofrenia di RSJ Surakarta”, jurnal terpadu ilmu kesehatan, volume 3, no 1, Mei 2014.h.44

13 Jhon mcleod, “pengantar konseling teori dan study kasus” (Jakarta :Fajar Interpratama Offset, 2015). H.157

Page 25: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

13

6. Mengakhiri dan merancang program lanjutan untuk

menguatkan generalisasi dari apa yang didapat.

Person berpendapat bahwa merupakan suatu hal yang berguna

dalam pendekatan kognitif behavior untuk mengintegrasikan semua

informasi ini dalam suatu kesatuan formulasi atau konseptualisasi

kasus. Ini adalah sejenis teori mini keperibadian klien dan

permasalahannya. Person menyatakan hanya setelah konselor telah

mengonseptualisasikan kasus tersebut secara penuh, maka rintangan

dalam melakukan perawatan baru akan tampak dan karena itu dapat

dihilangkan.

Konselor cognitif behavior biasanya akan menggunakan

berbagai tekhnik intervensi untuk mendapatkan kesepakatan prilaku

sasaran dengan klien. Tekhnik yang biasanya digunakan adalah :14

1. Menentang keyakinan irasional

2. Membingkai kembali isu, misalnya menerima kondisi

emosional internal sebagai suatu yang menarik ketimbang

suatu yang menakutkan.

3. Mengulang kembali penggunaan beragam pernyataan dari

dalam role play dengan konselor.

4. Mencoba penggunaan berbagai pernyataan diri yang berbeda

dalam situasi riil.

14 Ibid.h.157

Page 26: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

14

5. Mengukur perasaan, misalnya dengan menempatkan

perasaan cemas yang ada saat ini dalam skala 0-100.

6. Menghentikan pikiran. Ketimbang membiarkan pikiran

cemas atau obseional “mengambil alih”, lebih baik klien

belajar untuk menghentikan mereka dengan cara seperti

menyabetkan karet ke pergelangan tangan.

7. Desensitiasi sistematis. Digantinya respon takut dan cemas

dengan respon relaksasi yang telah dipelajari. Konselor

membawa klien melawati tingkat hirarki situasi untuk

melenyapkan rasa takut.

8. Pelatihan keterampilan sosial.

9. Penugasan pekerjaan rumah. Mempraktikkan prilaku baru

dan strategi kognitif antara sesi terapi.

10. In vivo exposure. Memasuki situasi yang paling menakutkan

dengan didampingi oleh konselor. Misalnya mengunjungi

pertokoan dengan klien yang menderita agoraphobia

(ketakutan berlebih terhadap tempat umum). Peran konselor

adalah memotivasi klien menggunakan tekhnik cognitif

behavior untuk mengatasi situasi tersebut.

11. Assertive training. Yaitu melatih dan membiasakan klien

terus menerus menyesuaikan diri dengan prilaku tertentu

yang diinginkan.

Page 27: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

15

b) Tujuan konseling individu

Tujuan konseling individu adalah mengentaskan dan

memecahkan masalah yang dialami konseli. Apabila masalah konseli

itu dicirikan sebagai berkut :15

1. Sesuatu yang tidak disukai adanya

2. Suatu yang ingin dihilangkan

3. suatu yang menghambat dan menimbulkan kerugian

Maka upaya pengentasan masalah konseli melalui konseling

individu akan mengurangi intensitas permasalahan yang dialami oleh

konseli. Sehingga menjadikan konseli bisa menerima dan memahami

segala sesuatu yang berkaitan dengan dirinya.

c) Tekhnik konseling individu

Dalam melakukan konseling individu, konselor harus

memperhatikan dan memahami tekhnik-tekhnik dalam melakukan

konseling individu agar tujuan klien melakukan konseling tercapai.

Tekhnik-tekhnik konseling individu diantaranya sebagai berikut :16

a. Perilaku Attending

Disebut juga sebagai perilaku menghampiri klien yang

mencakup komponen kontak mata, bahasa badan dan bahasa lisan.

Prilaku attending yang baik adalah merupakan kombinasi ketiga

komponen tersebut sehingga memudahkan konselor untuk

15 Fatmawati, “Layanan Konseling Individu Dalam Menangani Kecemasan Berpidato Study Pada Siswa MTs Negeri Yogyakarta”, (Skripsi FDK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta 2015), h.19

16 Sofyan S. Willis, “Konseling Individual Teori dan Prktek” ( Bandung : Alfabeta, 2014 ).h h. 160

Page 28: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

16

membuat klien terlibat pembicaraan dan terbuka. Attending yang

baik dapat: (1) meningkatkan harga diri klien. (2) menciptakan

suasana yang aman. (3) mempermudah ekspresi perasaan klien

dengan bebas.

b. Empati

Empati ialah kemampuan konselor merasakan apa yang

dirasakan klien, merasa dan berpikir bersama klien dan bukan

untuk atau tentang klien. Empati dilakukan bersamaan dengan

attending. Dengan kata lain, tanpa prilaku attending tidak akan ada

empati.

Empati ada dua macam : (1) empati primer yaitu suatu bentuk

empati yang hanya memahami perasaan, pikiran, keinginan dan

pengalaman klien. Tujuannya agar klien terlibat pembicacaraan

dan terbuka. (2) empati tingkat tinggi yaitu apabila kepahaman

konselor terhadap perasaan, pikiran, keinginan serta pengalaman

klien lebih mendalam dan menyentuh klien karena konselor ikut

dengan perasaan tersebut. Keikutan konselor tersebut membuat

klien tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isi yang

terdalam dari lubuk hatinya berupa perasaan, pikiran, pengalaman,

temasuk penderitaanya.

Jika melakukan empati konselor harus mampu

mengosongkan perasaan dan pikiran egoistik, memasuki dunia

Page 29: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

17

dalam klien, melakuakn empati primer dan melakukan empati

tingkat tinggi.

c. Refleksi

Refleksi adalah keterampilan konselor untuk memantulkan

kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman

klien sebagai hasil pengamatan terhadap prilaku verbal dan

nonverbalnya. Refleksi ada tiga jenis yaitu : (1) refleksi perasaan.

(2) refleksi pengalaman. (3) refleksi pikiran.

d. Eksplorasi

Suatu keterampilan untuk menggali perasaan, pengalaman,

dan pikiran klien. Hal ini penting karena banyak klien menyimpan

rahasia batin, menutup diri, atau tidak mamapu mengemukakan

pendapatnya dengan terus terang. Barangkali dia hadir dengan

terpaksa, sehingga enggan mengemukakan perasaan dan

pikirannya. Mungkin pula karena faktor budaya bangsa kita yang

belatar belakang sejarah kerajaan, dimana rakyat tidak boleh

mengemukakan pendapat secara bebas, artinya tidak ada demokrasi

dan hak asasi manusia. Rakyat desa merasa lemah berhadapan

dengan orang yang tinggi seperti kaum priyayi, penguasa, pejabat

dan sebagainya.

e. Kehangatan

Untuk memudahkan klien memahami ide, perasaan dan

pengalamannya, seorang konselor perlu menangkap pesan

Page 30: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

18

utamanya dan menyatakan secara sederhana dan mudah dipahami

disampaikan dengan bahasa konselor sendiri. Hal ini perlu, karena

sering klien mengemukakan perasaan, pikiran dan pengalamannya

berbelit, berputar atau panjang

f. Bertanya untuk membuka percakapan

Kebanyakan seorang konselor sulit untuk membuka

percakapan dengan klien. Hal ini karena sulit untuk menduga apa

yang dipikirkan klien sehingga pertayaan menjadi pas. Untuk

memudahkan membuka percakapan seorang calon konselor dilatih

keterampilan bertanya dalam bentuk open-ended yang

memungkinkan munculnya pernyataan-pernyataan baru dari klien.

Untuk memulai bertanya, sebaiknya tidak menggunakan kata-

kata mengapa dan apa sebabnya. Pertanyaan seperti ini akan

mempersulit klien membuka wawasannya. Disamping itu akan

menyulitkan klien jika dia tidak tahu apa sebab suatu kejadian, atau

segaja dia tutupi karena malu, akibatnya bisa diduga, yaitu klien

akan tertutup dan akhirnya tujuan konseling tidak akan tercapai.

Pertanyaan-pertanyaan terbuka (open-ended) yang baik

dimulai dengan kata-kata : apakah, bagaimana, adakah, bolehkah,

dapatkah.

g. Bertanya tertutup

Pertayaan konselor tidak selalu terbuka, akan tetapi ada juga

yang tertutup yaitu bentuk-bentuk pertanyaan yang sering dimulai

Page 31: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

19

dengan kata-kata apakah, adakah, dan harus dijawab klien dengan

ya atau tidak dengan kata-kata singkat.

Tujuan keterampilan bertanya tertutup adalah untuk

mengumpulkan informasi, untuk menjernihkan atau

memperjelaskan sesuatu dan menghentikan omongan klien yang

melantur atau menyimpang jauh.

h. Dorongan minimal

Upaya seorang konselor adalah agar kliennya selalu telibat

dalam pembicaaan dan dirinya terbuka. Yang dimaksud dengan

dorongan minimal adalah suatu dorongan langsung yang singkat

terhadap apa yang telah dikatakan klien, dan memberikan dorongan

singkat seperti oh,iya,terus,lalu,dan.

Keterampilan ini bertujuan untuk membuat agar klien terus

berbicara dan dapat mengarahkan agar pembicaraan mencapai

tujuan. Akan tetapi penggunaan doronganminimal digunakan

secara selektif yaitu memilih saat klien keliahatan akan

mengurangi atau menghentikan pembicaraan, saat dia kurang

memusatkan pikirannya pada pembicaraan, dan saat konselor ragu

terhadap pembicaraan klien. Dengan kata lain, dorongan minimal

dapat meningkatkan eksplorasi diri.

i. Interpensi

Upaya konselor untuk mengulas pemikiran, perasaan, dan

prilaku/pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori,

Page 32: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

20

dinamakan tekhnik interpretasi. Jadi jelas bahwa sifat-sifat

subjektif konselor tidak termasuk kedalam interpretasi.

Tujuan utama tekhnik ini untuk memberikan rujukan,

pandangan atau prilaku klien, agar klien mengerti dan berubah

melalui pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut.

j. Mengarahkan

Untuk mengajak klien berpartisipasi secara penuh di dalam

proses konseling, perlu ada ajakan dan arahan dari konselor.

Keterampilan yang dibutuhkan untuk maksud tersebut adalah

mengarahkan, yaitu suatu keterampilan konseling yang

mengatakan kepada klien agar dia berbuat sesuatu, atau dengan

kata lain mengarahkannya agar melakukan sesuatu. Misalnya

menyuruh klien untuk bermain peran dengan konselor , atau

menghayalkan sesuatu.

k. Menyimpulkan sementara

Supaya pembicaraan maju secara bertahap dan arah

pembicaraan makin jelas, maka setiap periode waktu tertentu

konselor bersama klien perlu menyimpulkan pembicaraan.

Kebersamaan itu amat diperlukan agar klien mempunyai

pemahaman bahwa keputusan mengenai dirinya menjadi tanggung

jawab klien, sedangkan konselor hanyalan membantu. Mengenai

kapan suatu pembicaraan akan disimpulkan banyak tergantung

pada feeling konselor.

Page 33: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

21

Tujuannya menyimpulkan sementara adalah memberikan

kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas balik dari hal-hal

yang dibicarakan, untuk menyimpulkan kemajuan hasil

pembicaraan secara bertahap, meningkatkan kualitas diskusi dan

mempertajam atau memeperjelas fokus pada wawancara konseling.

l. Memimpin

Agar pembicaraan dalam wawancara konseling tidak

melantur atau menyimpang, seorang konselor harus mampu

memimpin arah pembicaraan sehingga nantinya tujuan.

Keterampilan memimpin bertujuan untuk agar klien tidak

menyimpang dari fokus pembicaraan dan agar arah pembicaraan

lurus kepada tujuan konseling.

m. Fokus

Seorang konselor yang efektif harus mampu membuat fokus

melalui perhatiannya yang terseleksi terhadap pembicaraan dengan

klien. Fokus membantu klien untuk memusatkan perhatian pada

pokok pembicaraan.

n. Konfrontasi

Konfrontasi adalah suatu tekhnik konseling yang menantang

klien untuk melihat adanya diskrepansi atau inkonsistensi antara

perkataan dengan bahasa badan (perbuatan), ide awal dengan ide

berikutnya, senyum dengan kepedihan, dan sebagainya.

Page 34: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

22

Adapun tujuan tekhnik ini adalah mendorong klien

mengadakan penelitian secara jujur, meningkatkan potensi klien,

membawa klien kepada kesadaran adanya diskrepansi, konflik atau

kontradiksi dalam dirinya.

Namun seorang konselor harus melakukan dengan teliti yaitu

dengan memberi komentar khusus terhadap klien yang tidak

konsisten dengan cara tepat waktu, tidak menilai apalagi

menyalahkan dan dilakuakan konselor dengan prilaku attending

dan empati.

o. Menjernihkan

Adalah suatu keteramplan untuk menjernihkan ucapan-

ucapan klien yang samar-samar, kurang jelas, dan agak meragukan.

Tujuannya adalah mengundang klien untuk menyatakan

perasaannya dengan jelas, ungkapan kata-kata yang tegas, dan

dengan alsan-alasan yang logis. Agar klien menjelaskan,

mengulang, dan mengilustrasikan perasaannya.

p. Memudahkan

Adalah suatu keterampilan membuka komunikasi agar klien

dengan mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan

perasaan, pikiran, dan pengalamnnya secara bebas. Sehinga

komunikasi dan partisipasi meningkat dan proses konseling

berjalan efektif.

Page 35: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

23

q. Diam

Diam adalah amat penting dengan cara attending. Diam

bukan berarti tidak ada komunikasi akan tetapi tetap ada yaitu

melalui prilaku nonverbal. Yang paling ideal diam itu paling tinggi

5-10 detik dan selebihnya dapat diganti dengan dorongan minimal.

Akan tetapi, jika konselor menunggu klien yang sedang berpikir

mungkin diammnya akan lebih dari 5 detik. Hal ini relative

tegantung feeling konselor.

Tujuan diam adalah menanti klien sedang berpikir, sebagai

protes jika klien bicara berbelit-belit, menunjang prilaku attending

dan empati sehingga klien bebas berbicara.

r. Mengambil inisiatif

Mengambil inisiatif perlu dilakukan konselor manakala klien

kurang bersemangat untuk berbicara, sering diam, dan kurang

partisifatif. Konselor mengucapkan kata-kata yang mengajak klien

untuk berinisiatif dalam menuntaskan diskusi.

Tujuan tekhnk ini adalah mengambil inisiatif jika klien

kurang semangat, jika klien lambat berpikir dalam mengambil

keputusan, jika klien kehilangan arah pembicaraan.

s. Memberi nasehat

Pemberian nasihat sebaiknya diberikan jika klien

memintanya. Wlaupun demikina, konselor tetap harus

mempertimbangkannya, apakah pantas untuk memberi nasihat atau

Page 36: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

24

tidak. Sebab dalam memberi nasihat tetap dijaga agar tujuan

konseling yakni kemandirian klien harus tetap tercapai.

t. Pemberian informasi

Dalam hal informasi yang diminta klien, sama halnya dengan

pemberian nasehat. Jika konselor tidak memiliki informasi

sebaiknya dengan jujur mengatakan tidak mengetahui hal itu. Akan

tetapi, jika konselor mengetahui informasi, sebaiknya upayakan

agar klien tetap mengusahakannya.

u. Merencanakan

Menjelang akhir sesi konseling seorang konselor harus dapat

membantu klien untuk dapat membuat rencana berupa suatu

program untuk action, perbuatan nyata yang produktif bagi

kemajuan dirinya. Suatu rencana yang baik ialah hasil kerjasama

konselor dengan klien.

v. Menyimpulkan

Pada akhir sesi konseling, konselor membantu klien untuk

menyimpulkan hasil pembicaraan yang menyangkut : Bagaimana

keadaan perasaan klien saat ini terutama mengenai kecemasan.

Memantapkan rencana klien. Pokok-pokok yang akan dibicarakan

selanjutnya pada sesi berikutnya.

Page 37: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

25

2. Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA

a. Kecemasan

1. Definisi kecemasan

Atkinson menjelaskan bahwa kecemasan merupakan emosi

yang tidak menyenangkan yang ditandai gejala seperti

kekhawatiran dan perasaan takut.17

Kecemasan adalah kondisi kejiwaan yang penuh dengan

kekhawatiran dan ketakutan akan apa yang mungkin terjadi, baik

berkaitan dengan permasalahan yang terbatas maupun hal-hal yang

aneh. Deskripsi umum akan kecemasan yaitu “perasaan tertekan

dan tidak tenang serta berpikiran kacau dengan disertai banyak

penyesalan”. Hal ini sangat berpengaruh pada tubuh, hingga tubuh

dirasa menggigil, menimbulkan banyak keringat, jantung berdegup

cepat, lambung terasa mual, tubuh terasa lemas, kemampuan

berproduktivitas berkurang hingga banyak manusia yang melarikan

diri ke alam imajinasi sebagai bentuk terapi sementara.18

Gunarsa mengemukakan bahwa kecemasan merupakan

perasaan yang tidak menentu, takut yang tidak jelas dan tidak

terikat pada suatu ancaman bisa menyebabkan individu

17 Triantoro Safaria dan Nofrans Eka Saputra “Manajemen Emosi Sebuah Pannduan

Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif Dalam Hidup Anda”, ( Jakarta : PT Bumi Aksara, 2009), h. 49.

18 Sahrul sarea “Pengertian Kecemasan dan Tingkat Kecemasan Menurut Pendapat Ahli” dalam https://www.wawasanpendidikan.com/2014/09/Pengertian-Kecemasan-dan-Tingkat-Kecemasan-Menurut-Pendapat-Ahli.html. diakses tanggal 12 desember 2017

Page 38: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

26

menjauhkan diri, menghindar dari lingkungan atau tempat-tempat

dan keadaan tertentu.19

2. Proses terjadinya kecemasan

Menurut Blackburn dan Davitson, secara teoritis terjadinya

kecemasan diawali oleh pertemuan individu dengan stimulus yang

berupa situasi yang berpengaruh dalam membentuk kecemasan

(situasi mengancam), yang secara langsung/tidak langsung hasil

pengamatan/pengalaman tersebut diolah melalui proses kognitif

dengan menggunakan schemata (pengetahuan yang telah dimilik

individu terhadap situasi tersebut yang sebenarnya

mengancam/tidak mengancam dan pengetahuan tentang dirinya

utnuk mengendalikan dirinya dan situasi tersebut. Setiap

pengetahuan tersebut dapat membentuk dari keyakinan pendapat

orang lain, maupun pendapat individu sendiri serta dunia luar.

Pengetahuan (schemata) tersebut, tentunya akan mempengaruhi

individu untuk dapat membuat penilaian (hasil kognitif) sehingga

respon yang akan ditimbulkan tergantung seberapa baik peneliaian

individu untuk mengenali situasi tersebut, dan tergantung seberapa

baik individu dapat mengendalikan dirinya. Apabila pengetahuan

(schemata) sabjek terhadap situasi yang mengancam tersebut tidak

19 Togiaratua Nainggolan “Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan

Sosial Padapengguna NAPZA Penelitian Di Balai Kasih Sayang Parmadi Siwi” (jurnal sosiokonsepsia vol 16 No 2 tahun 2011).h.162

Page 39: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

27

memadai, tentunya individu tersebut akan mengalami kecemasan.

20

3. Reaksi yang Ditimbulkan oleh Kecemasan

Kecemasan yang dialami oleh individu akan mempengaruhi

sistem-sistem fisik dan psikis individu yang mengalami

kecemasan. Calhoun dan Acocella mengemukakan aspek-aspek

kecemasan yang dikemukakan dalam tiga reaksi, yaitu sebagai

berikut :21

1. Reaksi emosional, yaitu komponen kecemasan yang berkaitan

dengan persepsi individu terhadap pengaruh psikologis dari

kecemasan, seperti perasaan keprihatinan, ketegangan, marah,

sedih, mencela diri sendiri dan orang lain.

2. Reaksi kognitif, yaitu ketakutan atau kekhawatiran yang

berpengaruh terhadap kemampuan berpikir jernih sehingga

mengganggu dalam memecahkan masalah dan mengatasi

tuntutan lingkungan sekitarnya.

3. Reaksi fisiologis, yaitu reaksi yang ditampilkan oleh tubuh

terhadap sumber ketakutan dan kekhawatiran. Reaksi ini

berkaitan dengan system syaraf yang mengendalikan berbagai

otot dan kelenjar tubuh sehingga timbul reaksi dalam bentuk

20 Triantoro Safaria dan Nofrans Eka Saputra “Manajemen Emosi Sebuah Pannduan

Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif Dalam Hidup Anda”, ( Jakarta : PT Bumi Aksara, 2009), h.50.

21 Ibid. h. 55

Page 40: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

28

jantung berdetak lebih keras, nafas bergerak lebih cepat,

tekanan darah meningkat.

4. Macam-Macam Kecemasan

Menurut Sigmund Freud kecemasan dibagi menjadi tiga

macam, yaitu :22

1) Kecemasan objektif atau realistis

Dari ketiga macam kecemasan itu yang paling pokok

adalah kecemasan atau ketakutan yang realistis, atau takut

akan bahaya-bahaya di dunia luar.

2) Kecemasan neurotis

Kecemasan neurotic adalah kecemasan-kecemasan

kalau insting tidak dapat dikendalikan dan menyebabkan

orang berbuat sesuatu yang dapat dihukum. Kecemasan ini

sebenarnya mempunyai dasar di dalam realitas, karena

dunia sebagaimana diwakili oleh orang tua dan lain-lain

orang yang memegang kekuasaan itu menghukum anak

yang melakukan tindakan impulsive.

3) Kecemasan moral

Orang yang das Uber Ichnya berkembang baik cenderung

untuk merasa dosa apabila dia melakukan atau bahkan

berpikir untuk melakukan sesuatu yang bertentangan

dengan norma-norma moral. Kecemasan moral ini juga

22 Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, (Jakarta : Raja Grapindo Persada, 2015),

h.139 .

Page 41: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

29

mempunyai dasar dalam realitas. Karena dimasa yang

lampau orang telah mendapatkan hukuman sebagai akibat

dari perbuatan yang melanggar kode moral dan mungkin

akan mendapat hukuman lagi.

b. Korban Penyalahgunaan NAPZA

Berdasarkan Pasal 1 Angka 13 dan 15, dan Pasal 127 Ayat

1 Huruf (a) Undang-undang Narkotika, pecandu dan korban

penyalah guna pada dasarnya adalah penyalah guna (kelas

penyalah guna) yang menggunakan narkotika tanpa hak atau

melawan hukum.23

Penyalahguna narkoba adalah penggunaan narkoba hanya

untuk kesenangan, ketergantungan dan lain-lain. Dampaknya

sangat negative, dan mempengaruhi perkembangan fisik dan psikis

yang sangat abnormal.24

Dalam undang-undang republik Indonesia No 22 tahun

1997 tentang narkotika (pasal 1 ayat 14), yang dimaksud dengan

penyalahgunaan Narkoba adalah orang yang menggunakan

narkoba tanpa sepengatahuan dan pengawasan dokter.25

23 Yusup Hendriyanto, “Tentang Pecandu, Penyalah Guna & Korban penyalah Guna

dalam UU Narkotika” dalam http://www.hukumpedia.com/mashendrii/tentang-pecandu-penyalah-guna-korban-penyalah-guna-dalam-uu-narkotika, diakses tanggal 06 desember 2017, pukul 15.00

24 Intan Pandina “ Penyalahgunaan NAPZA Dalam Perspektif Psikologi Forensik” (dalam https://www .kompasiana.com Penyalahgunaan-NAPZ-Dalam-Perspekti-Psikologi-Forensik) diakses tanggal 06 desember 2017

25 ibid

Page 42: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

30

Dalam Pasal 54 undang-undang yang menyatakan bahwa

Pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika wajib

menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.26

Pasal 54 memunculkan “tokoh” baru yang dijelaskan dalam

bagian Penjelasan atas Undang-undang Narkotika sebagai korban

penyalahgunaan disini yang dimaksud dengan korban

penyalahgunaan Narkotika” adalah seseorang yang tidak sengaja

menggunakan Narkotika karena dibujuk, diperdaya, ditipu,

dipaksa, dan atau diancam untuk menggunakan Narkotika.

Perbedaan antara pecandu dan penyalah guna semakin nampak

disana. Penyalah guna diancam dengan pidana paling lama empat

tahun, sedangkan pecandu dan korban penyalahgunaan wajib

menjalani rehabilitasi medis dan sosial.

a. Napza

1. Pengertian NAPZA

NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol,

Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya, yaitu suatu jenis zat atau

obat yang dapat menenangkan syaraf, berhasiat menghilangkan

rasa sakit, memicu rasa kantuk dan dapat menimbulakan efek

ransangan. Napza merupakan sekelompok zat yang dapat

menimbulkan kecanduan bagi orang yang mengkonsumsinya

26 ibid

Page 43: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

31

sehingga menyebabkan ketergantungan. Adapun NAPZA

sebagai berikut :27

1. Narkotika

Narkotika adalah “zat atau obat yang berasal dari

tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi

sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran. Hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan

ketergantungan” (Undang-undang No. 22 tahun 1997).

2. Psikotropika

Psikotropika adalah “zat atau obat baik alamiah

maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang

menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan

perilaku” (Undang-undang No. 5 tahun 1997).

3. Bahan atau Zat Adiktif

Nicotin, terdapat dalam tembakau (Nikotiana

Tabacum L, berasal dari argentina) dengan kadar sekitar

1% sampai 4%. Dalam setiap batang rokok terdapat 1,1 mg

nikotin. Nikotin merupakan stimulant susunan syaraf pusat.

Selain dari nikotin, dalam daun tembakau terdapat ratusan

jenis zat lainnya.

27 Badan Narkotika Provinsi Nusa Tenggara Barat ”Bahaya Penyalahgunaan Narkoba

(Penyebab Pencegahan dan Perawatan) Mataram, Tahun 2009. Hlm. 8-10

Page 44: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

32

Alkohol adalah minuman beralkohol yang disebut

methyl alcohol atau etanol. Kadar alkohol yang dihasilkan

dari proses fermentasi tidak lebih dari 14% karena sel

fermentasi akan mati bila kadar alkohol melebihi 14%.

Sementara alkohol yang disebut methyl alcohol adalah jenis

alkohol yang sangat beracun.

2. Gejala dan Dampak Menggunakan NAPZA

Gejala fisik yaitu : a). Jantung berdebar; b). Bola mata

kemerahan, karna pembuluh darah kapiler pada bola mata

melebar; c). Nafsu makan bertambah, karena THC ganja

merangsang pusat nafsu makan di otak; d). Mulut kering,

karena THC menggangu sistim syaraf otonomi yang

mengendalikan kelenjar air liur.

Gejala psikis : a). Hilaritas (kegaduhan); b). Perasaan

tertekan; c). Halusinasi, yaitu tanggapan panca indera tanpa

adanya ransangan misalnya melihat orang lewat atau

mendengar suara, ada orang lewat atau tampak suara; d).

Euphoria/ rasa gembira berlebihan dan tertawa terbahak-bahak;

e). Perubahan persepsi tentang ruang dan waktu (satu meter

dipersepsi sepuluh meter, sepuluh menit dipersepsi satu jam);

f). Berkurangnya kemampuan koordinasi, pertimbangan dan

daya ingat; g). Meningkatnya kepekaan fisual dan

pendengaran; h). Agresif; i). Banyak bicara dan merasa

Page 45: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

33

pembicaraannya itu hebat; j). Merasa bahwa penampilan

dirinya keren waluapun kenyataannya sebaliknya.

G. METODE PENELITIAN

Pada bagian yang berisikan metode penelitian ini, dibahas tentang

metode-metode yang peneliti gunakan dalam melakukan penelitian di

lapangan dan metode yang digunakan dalam menganalisis data untuk

mendapatkan hasil yang diteliti. Diantara metode yang dibahas pada bagian

ini adalah: Pendekatan penelitian, sumber data, prosedur pengambilan data,

teknik analisis data, instrument pengumpulan data, keabsahan data dan

kehadiran penelitian.

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian merupakan suatu penyaluran hasrat ingin tahu manusia

(human curiosity) sehingga mereka mencoba mengabstraksikan dan

mengkaji lewat penelitian. Hal inilah yang tidak pernah luntur untuk

mendorong perkembangan ilmu pengetahuan. Sebagai salah satu upaya

mengabstraksikan hasrat ingin tahu yang dimiliki, peneliti mencoba

melakukan sebuah penelitian dalam upaya mencari tahu layanan

konseling individu dalam mengatasi kecemasan pada korban

penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Lentera Mataram.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif

karena data yang diperoleh di lapangan lebih banyak bersifat informasi

dan keterangan bukan dalam bentuk simbol atau angka. Penelitian

Page 46: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

34

kualitatif ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian

(pendekatan) deskriptif karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata

atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.28 Jadi penelitian ini

adalah laporan penelitian yang berisi kutipan-kutipan untuk memberi

gambaran penyajian laporan masalah penelitian.

2. Kehadiran Penelitian

Kehadiran peneliti dalam hal ini bukan ditunjukan untuk

mempengaruhi subjek peneliti atau memanifulasi data dan informasi,

akan tetapi bertujuan mengajukan pertanyaan-pertanyaan menyangkut

data-data yang diperlukan sekaligus mengumpulkan data dan informasi

melalui teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dengan teknik

tersebut, peneliti bisa memperoleh data yang akurat, objektif, dan valid,

serta peneliti bertindak sebagai instrument sekaligus sebagai pengumpul

data.

Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti hadir di lapangan mulai

sejak diizinkan melakukan (mengadakan) penelitian. Tujuan utama dari

kehadiran peneliti di lokasi penelitian adalah untuk memperoleh data

yang valid dari beberapa sumber data. Dalam hal ini, peneliti tidak akan

melakukan sesuatu yang sekiranya dapat mempengaruhi responden dalam

memberikan data dan informasi yang dibutuhkan.

28 Sugiyono, “Memahami Penelitian Kualitatif”,(Bandung: CV Alvabeta, 2016), h.9.

Page 47: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

35

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Lentera Mataram.

Sekertariat: jln. Jendral sudirman Gg. Solor No.10 Gegutu Barat Rembiga

Kota Mataram. Telp. 03707504716 E.mail : [email protected]

4. Sumber Data

Setiap penelitian memerlukan data dan informasi dari sumber-

sumber yang dapat dipercaya, agar data dan informasi tersebut dapat

dipergunakan untuk menjawab permasalahan yang dihadapi peneliti. Data

yang diperoleh harus jelas darimana sumbernya, apakah individu, gejala,

peristiwa kejadian, dokumen tertulis dan sejenisnya.

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan

tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-

lain.29 Sumber-sumber data dari penelitian ini adalah dari beberapa

korban penyalahgunaan NAPZA dan konselor.

Adapun jenis data yang dikumpulkan peneliti dalam penelitian ini

adalah data primer dan data sekunder. Data primer (data tangan pertama)

adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan

menggunakan alat pengukur atau pegambilan langsung pada subjek

sebagai informasi yang dicari, data primer tersebut diperoleh dari korban

penyalahgunaan NAPZA dan konselor. Sedangkan data sekunder (data

tangan kedua) adalah data yang diperoleh lewat pihak lain secara tidak

langsung diperoleh oleh peneliti yaitu dari gambar, dokumen dan arsip.

29 Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2012) h. 157

Page 48: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

36

5. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan keharusan bagi seorang peneliti dan

merupakan inti kegiatan utama penelitian dalam rangka memperoleh data

yang dibutuhkan. Adapun metode pengumpulan data yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, metode

wawancara, dan metode dokumentasi.

a. Metode Observasi

Observasi adalah suatu proses pengamatan yang dilakukan oleh

peneliti untuk memperoleh data dan informasi yang diinginkan.

Observasi (pengamatan) menurut Sutrisno Hadi dapat didefinisikan

sebagai suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari

berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting

adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.30

Dari segi proses pelaksanakan pengumpulan data, observasi

dapat dibedakan menjadi participant observation (observasi berperan

serta) dan non participant observation. Observasi berperan serta,

dalam observasi ini peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang

yang sedang diamati (sumber data), sedangkan non participant yaitu

peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independent.31

Adapun jenis observasi yang peneliti lakuan dalam penelitian ini

adalah teknik observasi non participant.

30Sugiyono “Metode Penelitian Kuantitatif,kualitatif dan R&D”, (Bandung :

Alfabeta,2017), h. 145. 31 Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D” (Bandung: Alfabeta,

2017) h. 145

Page 49: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

37

Dalam metode observasi ini peneliti mengumpulkan data

tentang :

1. Bentuk kecemasan korban penyalahgunaan NAPZA di

Yayasan Lentera Mataram.

2. Layanan konseling individu dalam mengatasi kecemasan

korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Lentera

Mataram.

b. Metode Wawancara

Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara

menanyakan sesuatu kepada seseorang yang menjadi informan atau

responden. Caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap

muka.32 Wawancara adalah percakapan langsung dan tatap muka (face

to face) dengan maksud tertentu.33 Jadi metode wawancara adalah

pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan cara melakukan

dialog (tanya-jawab) dengan narasumber.

Metode wawancara dikenal juga dengan istilah interview,

Terdapat tiga macam wawancara atau interview antara lain sebgai

berikut:

1) Wawancara Terstuktur. Wawanacara terstruktur digunakan sebagai teknik

pengumpulan data apabila peneliti sudah mengetahui dengan pasti informasi yang akan diperoleh.

2) Wawancara Semi terstuktur

32 Afifudin dan Beni Ahmad Saebani, “Metode Penelitian Kualitatif” (Bandung:

CV.Pustaka Setia, 2012) h. 131 33 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,

2012). h. 178.

Page 50: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

38

Dalam pelaksanaan wawancara semiterstruktur lebih bebas dibandingkan wawanacra terstruktur.

3) Wawancara Tak Berstruktur Wawancara ini adalah wawancara yang bebas di mana

peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis.34

Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan teknik

wawancara semiterstruktur karena bersifat lebih bebas. Di mana

peneliti lebih leluasa untuk menggali informasi yang hendak dicari.

Selain itu, alasan peneliti memilih wawancara semi terstruktur sebagai

cara untuk mengumpulkan data karena dalam hal jawaban informan

bisa melahirkan pertanyaan baru atau sifatnya terus berkembang

sehingga memunculkan pertanyaan baru lagi yang berhubungan

dengan penelitian tersebut.

c. Langkah-langkah Wawancara

Lincoln dan Guba mengemukakan ada tujuh langkah dalam

pengumpulan data kualitatif dengan teknik wawanacara yaitu sebagai

berikut:

1) Menetapkan kepada siapa wawanacara itu kan dilakukan 2) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi pokok

pembicaraan 3) Mengawali atau membuka alur wawancara 4) Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya 5) Menuliskan hasil wawanacara kedalam catatan lapangan 6) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah

diperoleh35

Dalam pelaksanaan wawancara ini peneliti akan menghubungi

informan terlebih dahulu, menyiapkan outline pertanyaan selanjutnya

34 Ibbid.h. 233. 35 Ibid., h. 235

Page 51: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

39

membuat janji kapan dan dimana tempat wawancara akan

dilaksanakan. Setelah itu menulis hasil wawancara dan sebagainya

sesuai prosedur dan langkah wawancara yang benar.

Dalam proses interview (wawancara), peneliti terlebih dahulu

menyusun daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada responden

untuk mengali informasi masalah: (1) bagaimanakah bentuk

kecemasan korban penyalahgunaan NAPZA, dan (2) bagaimanakah

layanan konseling individu dalam mengatasi kecemasan korban

penyalahgunaan NAPZA. Dalam melakukan penelitian, peneliti yang

menentukan sendiri pertanyaan yang akan diajukan kepada

responden. Responden yang diwawancara (interview) adalah: a)

korban penyalahgunaan NAPZA, b) Konselor.

d. Metode Dokumentasi

Selain metode observasi dan wawancara, peneliti juga

menggunakan metode dokumentasi; metode dokumentasi yaitu

sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik

berupa sumber tertulis, film, gambar (fhoto), dan karya-karya

monumental, yang semuanya itu memberikan informasi bagi proses

penelitian.36.

Penggunaan metode dokumentasi dalam penelitian ini adalah

untuk mengumpulkan data dengan mencatat data (informasi) yang

bersumber dari dokumentasi resmi Yayasan Lentera Mataram yang

36 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik (Jakarta: Bum Aksara,

2015), h. 178.

Page 52: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

40

berupa frofil Yayasan, sejarah berdirinya, sarana-prasarana yang

dimiliki, visi dan misi, serta jumlah staf Yayasan tersebut. Dengan

ketersediaan data-data tersebut, maka akan dapat mendukung peneliti

dalam menyelesaikan penelitian yang dilakukannya.

Jadi kesimpulan dalam teknik pengumpulan data ini adalah

menggunkaan tiga teknik pengumpulan data, yaitu teknik wawancara,

teknik observasi dan teknik dokumentasi guna kelengkapan data yang

dibutuhkan.

6. Teknik Analisis Data

Dalam analisis data ini peneliti menggunakan analisa data

kualitatif Bogdan dan Biklen yaitu upaya yang dilakukan peneliti dengan

jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan

menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari,

dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain.37

Dalam penelitian ini, data yang akan diperoleh adalah data

tentang efektivitas layanan konseling individu dalam mengatasi

kecemasan korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Lentera

Mataram.

7. Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari

konsep kesahehan (validitas) dan kehandalan (reliabilitas) menurut versi

37Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PTRemaja Rosdakarya,

2012), h. 248.

Page 53: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

41

“positipisme” dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, keriteria, dan

pradigmanya sendiri. Keabsahan data dalam sebuah penelitian bertujuan

untuk membuktikan apakah data yang kita peroleh dari lapangan betul-

betul sesuai atau tidak. Validitas adalah data yang tidak berbeda antar

data yang diperoleh oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi

pada objek penelitian, sedang reliabilitas adalah yang berkenaan dengan

derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan.38

Untuk mengetahui data (informasi) yang diperoleh peneliti dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa cara untuk bisa megukur

keabsahan data yang diperoleh dari responden ataupun dari prosedur

pengumpulan data yang dilakukan peneliti.

Cara yang digunakan peneliti dalam mengukur keabsahan data yang

diperolehnya adalah:

a. Ketekunan pengamatan; tujuannya untuk menemukan data yang

dibutukkan dalam penelitian baik itu dalam bentuk aktivitas korban

penyalahgunaan NAPZA.

b. Triangulasi (pengecekan) yaitu pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk

membandingkan data yang diperoleh. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan pengecekan (pemeriksaan) dari sumber lain.

c. Pembahasan Teman Sejawat

38 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfa Beta,

2012). h. h. 267-268

Page 54: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

42

Teknik pemeriksaan atau pembahasan sejawat dimaksudkan

sebagai cara pengecekan data temuan yang mendiskusikan dengan

sejawat, sehingga temuan dimaksud memilki derajat keabsahan.

Tehnik ini dipakai untuk menjamin bahwa data-data berupa

catatan-catatan atau teks serta opini yang dihasilkan dari wawancara

terhadap Menajer maupun pihak yang terkait di Yayasan LKS Lentera

KotaMataram

Page 55: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

43

BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN DATA

A. Gambaran Umum Yayasan Lentera Mataram

1) Sejarah Berdirinya Yayasan Lentera Mataram

Dewasa ini banyak penyalahgunaan NAPZA di Indonesia yang

sangat menghawatirkan. Karena korban penyalahgunaan NAPZA telah

sangat meluas dan menyerang hampir seluruh lapisan masyarakat.

Korban atau penderita yang semula terbatas hanya dikota-kota besar

dengan sasaran keluarga yang mampu, kini telah menunjukkan

indikasi meluas sampai dikota-kota kecil dan menyerang keluarga

yang kurang mampu.

Penyalahgunaan NAPZA di Indonesia merupakan masalah yang

cukup komplek. Estimasi jumlah penyalahgunaan NAPZA di

Indonesia, berdasarkan hasil penelitian Badan Narkotika Nasional

(BNN) tahun 2008, mencapai 1,99% dari jumlah penduduk. Dan

jumlah tersebut pecandu yang telah mengikuti rehabilitasi sebanyak

0,5%, sisanya belum mendapatkan rehabilitasi. Situasi ini disebabkan

berbagai faktor antara lain jumlah lemabaga rehabilitasi yang masih

terbatas anggapan dari pecandu atau keluarga pecandu. Sebagai aib

bagi keluarga, masih adanya stigma dan diskriminasi dari masyarakat

penanganan hukum yang kurang berpihak sehingga mereka belum

bersedia melaporkan dirinya sebagai pecandu untuk menjalani proses

rehabilitasi.

Page 56: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

44

Terbitnya peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 25

tahun 2011 tentang pelaksanaan wajib lapor bagi pecandu narkotika

merupakan amanat dari pasal 55 Undang-Undang nomor 35 tahun

2004 tentang narkotika. Hal tersebut merupakan upaya pemerintah

untuk mendorong para pecandu untuk melaporkan diri pada Institusi

Penerima Wajib Lapor (IPWL) agar dapat menjalin rehabilitasi baik

secara medis maupun sosial, oleh karena itu dalam pelaksanaannya

diperlukan suatu mekanisme sehingga memberikan perlindungan dan

kemudahan kepada para pecandu, keluarga pecandu atau lembaga

pecandu untuk melapor ke Intitusi Penerima Wajib Lapor yang

ditetapkan oleh kementrian Republik Indonesia.

LKS “Lentera” adalah salah satu lembaga yang terdapat di Kota

Mataram, merupakan sebuah lembaga non profit yang bertujuan

membantu masyarakat, khususnya Kota Mataram. Pada umumnya

Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam menghadapi masalah-masalah

penyalahgunaan NAPZA. LKS Lentera dapat menjadi salah satu

potensi yang baik karena menyediakan tempat yang nyaman aman dan

positif.

Dilain pihak LKS Lentera merupakan lembaga yang ditunjuk

sebagai Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL). Sesuai dengan

keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 244/HUK/2016

tentang rumah damping Lentera sebagai INSTITUSI PENERIMA

Page 57: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

45

WAJIB LAPOR (IPWL) bagi korban penyalahgunaan narkotika,

psikotropika, dan zat adiktif lainnnya.

2) PROFIL

Nama Lembaga : LKS “Yayasan Lentera” Mataram NTB.

Tangga Berdirinya : 06 Mei 2006

No Akta Notaris : 04 Tahun 2006

No NPWP : 723673802911000

Alamat : Jln. Jendral. Sudirman Gg solor No.10 Gegutu

Barat.Kelurahan Rembiga Kec. Selaparang Kota

Mataram NTB.

No.Telp : 03707504716

Email : [email protected] Hp. 08175745671

3) KONDISI GEOGRAFIS

Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Lentera adalah salah satu

lembaga di kota Mataram yang bertujuan memberikan dampingan kepada

korban penyalahgunaan narkoba. Yayasan Lentera Mataram berada di

bawah naungan Kementrian Sosial (KEMENSOS). Lembaga ini teletak di

lingkungan Gegutu Barat, kelurahan Rembiga, kota Mataram, yang

berkedudukan di area tanah kurang lebih 10 are.

Yayasan LKS Lentera merupakan program sosial dalam

menanggulangi proses rehabilitasi pada penyalahguna narkoba yang

terletak di Ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu Kota Mataram,

yaitu :

Page 58: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

46

Sebelah Utara : Hotel Astoria Kota Mataram

Sebelah Timur : Bandar Udara Selaparang Rembige

Sebelah Selatan : Desa Mambalan Lombok Barat

Sebelah Barat : Sayang-sayang Kota Mataram

4) STRUKTUR YAYASAN LENTERA MATARAM

Yayasan Lentera Mataram didirikan oleh Drs.Rusman dan H.

Marzuki. Dengan dua orang pengurus yaitu Dra. Suko Asri dan

Chaerimawan.

Yayasan Lentera Mataram memiliki ketua yaitu Bapak Wirawan,

sekertaris Akhmad Irawan, bendahara Ibu Zahrul Hayati dan wakil ketua

Erwin Rahadi, S.Psi.

5) VISI DAN MISI

VISI : “Menjadikan korban penyalahgunaan NAPZA hidup layak,

produktif dan manusiawi”.

MISI :

1. menciptakan lingkungan yang sehat dan bebas narkotika,

psikotropika dan zat adiktif lainnya.

2. Memberikan pelayanan kepada korban penyalahgunaan

NAPZA secara profesional.

3. Membina korban penyalahgunaan NAPZA, agar mampu

mengatasi masalah-masalah dan memiliki kemampuan kerja.

4. Melakukan penjangkauan, pendampingan dan memberikan

layanan informasi bagi korban penyalahgunaan NAPZA.

Page 59: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

47

5. Menjalin kerjasama dengan pemerintah, BNN Provinsi NTB,

BNN Kota Mataram, Lembaga non IPWL dan instansi terkait

lainnya, dalam rangka pencegahan, pengobatan, dan

rehabilitasi bagi korban penyalahgunaan NAPZA.

BUDAYA : “Pendekatan, Kasih Sayang Dan Bertanggung Jawab”

NILAI : Inovatif,Bekerja Ikhlas, Aktif, Dipercaya, Aman dan

Harmonis.

MOTTO : “Dimana Ada Kemauan Pasti Ada Jalan”

6) PROGRAM

1. Program Jangka Pendek

a. Program rehabilitasi sosial rawat jalan bagi korban NAPZA, lama

program 3 bulan.

b. Program rehabilitasi sosial rawat inap bagi korban NAPZA, lama

program 6-12 bulan dengan klasifikasi program :

1. Primary : Lama Program 6 Bulan.

2. Re-entre : Lama Program 6 Bulan.

3. After care : Lama 6 Bulan

2. Program Jangka Menengah

a. Meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan sampai mencapai

standar.

b. Membentuk kader-kader baru bagi regenerasi pelayanan.

c. Mengintegrasikan instansi terkait untuk mencapai pelayanan yang

holistik.

Page 60: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

48

3. Program Jangka Panjang

a. Membuka cabang di sepuluh (10) Kabupaten/Kota se Provinsi

NTB.

b. Membuka bidang usaha untuk kemandirian Finansial Yayasan.

c. Memperluas jaringac n kerja dengan dunia internasional.

7) PELAYANAN

1. Wajib Lapor Bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA.

2. Konseling

3. Konseling Adiksi

4. Konseling Keluarga

5. Konseling Kelompok

6. Konseling Sosial

7. Konseling pekerjaan

8. Pelayanan Assasment

9. Terapi Singkat Bagi Korban Coba-coba (situasional)

10. Penjangkauan Korban Penyalahgunaan NAPZA

11. Pendampingan Korban Penyalahgunaan NAPZA

12. Pemeriksaan Urine

13. Home Visit

14. Bimbingan Rohani

15. Pemeriksaan Kesehatan Fisik

16. Pemeriksaan Psikologi

17. Pemeriksaan Psikiatrik Dasar

Page 61: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

49

18. Pendidikan Anak Korban NAPZA (Putus sekolah)

19. Kursus-kursus

20. Bimbingan Latihan Kerja (vokasional)

21. Bimbingan Mahasiswa

22. Penyuluhan Dampak Buruk NAPZA

23. NA (Narkotik Anonimous)

8) PELAYANAN PASCA REHABILITASI

1. Assasment

2. Konseling

3. Bimbingan Latihan Kerja (Vokasional)

4. Bimbingan Sosial

5. Pendidikan Formal Usia Sekolah

6. Penyaluran Keperusahaan-perusahaan/hotel

7. Permagangan Korban NAPZA

9) SARANA DAN PRASARANA

1. Kapasitas Tempat Tidur : 20 Orang

2. Fasilitas Fisik LKS “Yayasan Lentera”

a. Ruang Pertemuan : 1 lokal

b. Ruang Medis : 1 lokal

c. Ruang Konseling : 1 lokal

d. Ruang Baca (Perpustakaan) : 1 lokal

e. Kamar Mandi : 2 lokal

f. Dapur : 1 lokal

Page 62: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

50

g. Musholla : 1 lokal

h. Kapasitas Tempat Tidur : 20 TT

i. Pendopo (Aula) : 1 lokal

j. Pelatihan Kerja Perikanan : 1 lokal

k. Pelatihan Kerja Peternakan : 1 lokal

l. Latihan Olah Raga : 1 lokal

m. Pelatihan Kerja Perbengkelan : 1 lokal

n. Asrama Residence (20 TT) : 1 lokal

3. Jumlah Pegawai (SDM)

a. Penanggung Jawab Program : 1 orang

b. Konselor Adiksi : 1 orang

c. Konselor Adiksi (Dilatih) : 8 orang

d. Konselor Non Adiksi : 2 orang

e. Asesor : 1 orang

f. Tenaga Laboraturium (On Call) : 1 orang

g. Psikolog (On Call) : 1orang

h. Tenaga Ahli Gizi (On Call) : 1orang

i. Tenaga Penjangkauan : 4 orang

j. Instruktur : 2orang

k. Cleaning Service : 1 orang

l. Tenaga Perawat : 2 orang

m. Tenaga Dokter Umum (On Call) : 1 orang

n. Perawat Spesialis Jiwa (On Call) : 1orang

Page 63: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

51

o. Bendahara : 1 orang

p. Administrasi : 1orang

q. Petugas Keamanan : 1orang

B. Bentuk Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA di Yayasan

Lentera Mataram

Peroses rehabilitasi yang sedang dijalankan oleh korban

penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Lentera Mataram. Dalam proses

rehabilitasi yang dijalankan oleh Yayasan Lentera Mataram menggunakan

program therapeutic community (TC). Program TC yang dijalankan oleh

Yayasan Lentera Mataram merupakan perogram yang berbasis komunitas.

Pelaksanaan kegiatan yang berlangsung dalam peroses pemulihan

dilaksanakan oleh semua korban penyalahgunaan NAPZA yang sedang

menjalankan peroses rehabilitasi di Yayasan Lentera Mataram. Korban

penyalahgunaan NAPZA yang sedang menjalankan peroses rehabilitasi

beberapa dari mereka mengalami gangguan akibat dari penggunaan

NAPZA yang pernah dikonsumsi. NAPZA yang telah dikonsumsi oleh

para korban penyalahgunaan NAPZA yang sedang mengikuti proses

rehabilitasi mengakibatkan kerusakan fisik dan psikis. Salah satunya

emosi negative yang sangat sering dirasakan oleh korban penyalahgunaan

NAPZA yang sedang mengikuti peroses rehabilitasi, sehingga tidak jarang

kecemasan dirasakan oleh para korban penyalahgunaan NAPZA yang

sedang melakukan kegiatan rehabilitasi.

Page 64: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

52

Korban penyalahgunaan NAPZA yang sedang mengikuti peroses

rehabilitasi di Yayasan Lentera Mataram, sebagian dari mereka mengalami

keadaan psikis cemas.39

Berdasarkan hasil dokumentasi yang didapatkan peneliti. Peneliti

juga melakukan wawancara berkaitan dengan hasil dokumentasi yang

peneliti dapatkan selam peneliti berada di lapangan.

Sesuai dengan yang dituturkan Sister Ros terkait dengan

kecemasan korban penyalahgunaan NAPZA yang menuturkan bahwa :

“Kita aja yang tidak pernah mengkonsumsi NAPZA pasti memiliki perasaan cemas entah itu cemas dengan keadaan ekonomi keadaan keluarga banyak tugas yang belum selesai nah apalagi mereka yang kita sama-sama ketahui mereka pernah mengkonsumsi NAPZA dan saat ini sedang rehabilitasi pastilah mereka punya perasaan cemas”40

Yayasan Lentera Mataram merupakan lokasi rehabilitasi bagi

korban penyalahgunaan NAPZA. Yayasan Lentera Mataram merupakan

lingkungan baru bagi korban penyalahgunaan NAPZA yang sedang

menjalankan program rehabilitasi. Lingkungan rehabiilitasi yang baru

ditempati oleh korban penyalahgunaan NAPZA akan menimbulkan emosi

cemas bagi korban penyalahgunaan NAPZA yang sedang menjalankan

perogram rehabilitasi.

Sesuai dengan hal tersebut Bro Tata menuturkankan :

“yang menyebabkan mereka cemas selama mengikuti program rehabilitasi di Yayasan Lentera Mataram ini karena tempat rehabilitasi ini merupakan tempat tinggal baru bagi mereka tempat mereka belajar tempat mereka berusaha merubah kebiasaan buruk mereka

39 Dokumentasi , Yayasan Lentera Mataram, 18 Januari 2018 40 Sis Ros, Wawancara, Yayasan Lentera Mataram, 4 Januari 2018

Page 65: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

53

mengkonsumsi NAPZA jadi karena lingkungan rehabilitasi berbeda dengan lingkungan asal mereka jadi wajar mereka akan mengalami kecemasan”41

Berkaitan dengan yang telah dituturkan oleh Bro Tata mengenai

kecemasan korban penyalahgunaan NAPZA. Bapak Wirawan juga

menuturkan :

“korban penyalahgunaan NAPZA ini memang sering mengalami kecemasan yang menyebabkan merek merasakan kecemasan itu bermacam-macam mereka cemas karena mereka takut ditangkap polisi takut dilaporkan polisi apalagi jika ada orang baru yang mereka lihat dan belum mereka kenal pasti mereka akan merasakan cemas”42

Dari kedua penuturan narasumber diatas, bahwa keduanya

menyatakan. Kondisi dari korban penyalahgunaan NAPZA memiliki

perasaan cemas, hanya saja perbedaannya terletak pada penyebab korban

penyalahgunaan NAPZA tersebut merasakan kecemasannya selama

mengikuti program rehabilitasi di lingkungan Yayasana Lentera Mataram.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, peneliti

menemukan berbagai ciri yang menandakan bahwa korban

penyalahgunaan NAPZA terindikasi mengalami kecemasan. Seperti

kelihatan cara duduk yang tidak menentu ketika mengikuti kegiatan,

kurang fokus, dan kabur dari yayasan. Hal tersebut sesuai dengan yang

diungkapkan oleh Bapak Wirawan, mengatakan.

“anak-anak yang mengalami kecemasan ini mereka menampakkan perasaan cemas yang mereka alami dari cara mereka mengikuti kegiatan seperti cara duduk mereka yang tidak menentu pandangan mereka kesana kemari keringat dingin dan kurang focus

41Bro Tata, Wawancara 18 Januari 2018 42Bapak Wirawan, Wawancara 16 Januari 2018

Page 66: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

54

dari sana kita sebagai konselor bisa mengetahui bahwa klien sedang mengalami kecemasan”43

Dari penuturan yang dituturkan oleh Bapak Wirawan mengenai

cara mengetahui perasaan cemas yang dialami oleh korban

penyalahgunaan NAPZA. Bro Tata juga menuturkan hal serupa seperti

yang dituturkan oleh Bapak Wirawan. Bahwa kecemasan yang dialami

oleh korban penyalahgunaan NAPZA selama mengikuti program

rehabilitasi di Yayasan Lentera Mataram. Mereka menampakkan

kecemasannya dari cara mereka mengikuti kegiatan, korban

penyalahgunaan NAPZA tersebut terlihat seperti tidak berkonsenterasi

ketika mengikuti kegiatan.44

Penuturan kedua narasumber diatas yang menuturkan bahwa.

Kecemasan yang dialami oleh korban penyalahgunaan NAPZA dapat

diketahui dari cara korban penyalahgunaan NAPZA mengikuti kegiatan

selama menjalankan program rehabilitasi selama di yayasan.

Korban penyalahgunaan NAPZA yang berada di Yayasana Lentera

Mataram akan merasakan berbagai macam perasaan didalam dirinya dan

menampakkan berbagai macam tingkah laku sehingga kecemasan yang

dialami oleh korban penyalahgunaan NAPZA bisa diketahui oleh konselor

Yayasan Lentera Mataram dan peneliti selama berada di lapangan.

Kecemasan yang dirasakan akan menimbulkan perasaan khawatir

oleh korban penyalahgunaan NAPZA selama mengikuti perogram

43 Bapak Wirawan, Wawancara, Yayasan Lentera Mataram, 16 Januari 2018 44 Bro Tata, Wawancara 18 Januari 2018

Page 67: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

55

rehabilitasi di Yayasan Lentera Mataram. Mengani hal tersebut seorang

korban penyalahgunaan NAPZA berinisial D menuturkan kepada peneliti

bahwa.

“Ketika baru pertama berada di lingkungan Yayasan merasakan perasaan khawatir.”45

Perasaan khawatir yang dirasakan oleh korban penyalahgunaan

NAPZA berinisial D juga dirasakan oleh korban penyalahgunaan NAPZA

berinisial S selama berada di Yayasan Lentera Mataram. Dalam penuturan

korban penyalahgunaan NAPZA berinisial S, bahwa dia menuturkan.

“Saya pernah mengalami perasaan khawatir selama berada dalam lingkungan Yayasan Lentera Mataram ini.”46

Korban penyalahgunaan NAPZA berinisial D dan S selama berada

di lingkungan Yayasan Lentera Mataram pernah mengalami kekhawatiran,

begitu juga dengan korban penyalahgunaan NAPZA berinisial W. Dalam

proses rehabilitasi yang diikutinya, korban penyalahgunaan NAPZA

berinisial W menuturkan.

“Aku pernah bahkan sering mengalami kekhawatiran selam berada ketika berada disini apalagi pas baru berada di sini.”47

Perasaan-perasaan yang dirasakan oleh korban penyalahgunaan

NAPZA yang mengalami kecemasan selain merasa khawatir, korban

penyalahgunaan NAPZA juga akan merasa takut, sehingga kecemasan

yang dirasakan oleh korban penyalahgunaan NAPZA bisa diketahui dari

45 korban penyalahgunaan NAPZA beinisial D, Wawancara 26 maret 2018 46 korban penyalahgunaan NAPZA beinisial S, Wawancara 26 maret 2018 47 korban penyalahgunaan NAPZA beinisial W, Wawancara 26 maret 2018

Page 68: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

56

perasaa takut yang dirasakan oleh korban penyalahgunaan NAPZA selama

mengikuti program rehabilitas di Yayasan Lentera Mataram.

Seorang korban penyalahgunaan NAPZA berinisial S selama

mengikuti program rehabilitasi di lingkungan Yayasan Lentera Mataram.

Dalam proses rehabilitasi yang diikuti di lingkungan Yayasan Lentera

Mataram korban penyalahgunaan NAPZA berinisial S menuturkan.

“Aku pernah merasakan takut selama berada di kingkungan Yayasan Lentera Mataram apalagi ketika baru-baru berada di lingkungan Yayasan Lentera Mataram.”48

Selain korban penyalahgunaan NAPZA berinisial S, seorang

korban penyalahgunaan NAPZA berinisial D juga merasakan hal serupa

seperti yang dirasakan oleh korban penyalahgunaan NAPZA berinisial S.

Bahwa dalam program rehabilitasi yang diikuti olehnya tersebut, korban

penyalahgunaan NAPZA berinisial D menuturkan.

“Saya sering mengalami perasaan takut selama berada di lingkungan Yayasan Lentera Mataram.”49

Senada dengan yang diungkapkan oleh korban penyalahgunaan

NAPZA berinisial S dan D. Bahwa korban penyalahgunaan NAPZA

berinisial W juga pernah merasakan perasaan takut selama berada di

lingkungan Yayasan Lentera Mataram.50

Ketiga korban penyalahgunaan NAPZA yang peneliti wawancarai

menyatakan bahwa mereka pernah merasakan perasaan takut. Bahkan ada

48 korban penyalahgunaan NAPZA beinisial S, Wawancara 26 maret 2018 49 korban penyalahgunaan NAPZA beinisial D, Wawancara 26 maret 2018 50 korban penyalahgunaan NAPZA beinisial W, Wawancara 26 maret 2018

Page 69: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

57

dari mereka yang sering merasakan perasaan takut selama mengikuti

program rehabilitasi di Yayasan Lentera Mataram.

Kecemasan yang dirasakan oleh korban penyalahgunaan NAPZA

selain akan menimbulkan perasaan takut, kecemasan yang dialami juga

akan menimbulkan perasaan gelisah. Perasaan gelisah yang dirasakan oleh

korban penyalahgunaan NAPZA merupakan reaksi dari kecemasan yang

dialaminya selama mengikuti program rehabilitasi di Yayasan Lentera

Mataram.

Perasaan gelisah yang dirasakan korban penyalahgunaan NAPZA

sebagai reaksi dari kecemasan yang dialami. Seorang korban

penyalahgunaan NAPZA berinisial D mengatakan kepada peneliti bahwa.

“selama saya menjalankan program rehabilitasi saya sering mengalami perasaan gelisah.”51

Perasaan gelisah yang dialami oleh korban penyalahgunaan

NAPZA berinisial D, juga dirasakan oleh korban penyalahgunaan NAPZA

berinisial W. Dalam penuturannya kepada peneliti bahwa korban

penyalahgunaan NAPZA berinisial W menuturkan.

“saya pernah merasakan perasaan gelisah selama mengikuti program rehabilitasi di Yayasan Lentera Mataram.”52

Serupa dengan yang dituturkan oleh korban penyalahgunaan

NAPZA berinisial W dan D. seorang korban penyalahgunaan NAPZA

berinisial S juga menuturkan kepada peneliti bahwa dalam mengikuti

program rehabilitasi di Yayasan Lentera Mataram, korban penyalahgunaan

51 korban penyalahgunaan NAPZA beinisial D, Wawancara 26 maret 2018 52 korban penyalahgunaan NAPZA beinisial W, Wawancara 26 maret 2018

Page 70: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

58

NAPZA berinisial S sering mengalami perasaan gelisah. Seperti dalam

penuturannya kepada peneliti.

“Dalam menjalankan rehabilitasi ini saya sering mengalami perasaan-perasaan gelisah.”53

Ketiga korban penyalahgunaan NAPZA diatas menyatakan bahwa

mereka pernah merasakan perasaan gelisah selama mengikuti program

rehabilitasi di Yayasan Lentera Mataram. Perasaan gelisah yang dirasakan

oleh korban penyalahgunaan NAPZA diatas merupakan reaksi dari

kecemasan yang dirasakan oleh korban penyalahgunaan NAPZA.

Kecemasan yang dialami oleh korban penyalahgunaan NAPZA

juga akan mengakibatkan emosi marah. Emosi marah yang mudah

dirasakan oleh korban penyalahgunaan NAPZA ketika ada stimulus yang

dirasa mengganggu korban penyalhgunaan NAPZA tersebut.

Berkaitan dengan hal tersebut seorang korban penyalahgunaan

NAPZA berinisial S menuturkan kepada peneliti.

“Saya akan cepat mengalami emosi marah jika ada yang mengganggu saya secara berlebihan apalagi jika saya dalam kondisi korban dalam kondisi galau.”54

Senada dengan yang diungkapkan oleh korban penyalahgunaan

NAPZA berinisial S. Bahwa seorang korban penyalahgunaan NAPZA

berinisial D menuturkan.

“ saya juga akan mudah marah jika ada yang mengganggu saya secara berlebihan.55

53 korban penyalahgunaan NAPZA beinisial S, Wawancara 26 maret 2018 54 Ibid 2018 55korban penyalahgunaan NAPZA beinisial D, Wawancara 26 maret 2018

Page 71: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

59

Penuturan korban penyalahgunaan NAPZA berinisial S dan D,

berbeda dengan yang dituturkan oleh korban penyalahgunaan NAPZA

berinisial W. Korban penyalahgunaan NAPZA berinisial W menuturkan.

“Saya tidak mudah marah meskipun ada yang mengganggu saya karena saya menganggap hal tersebut sebagai candaan saja. 56

Pernyataan korban penyalahgunaan NAPZA tersebut, dua

diantaranya menyatakan bahwa dirinya akan mudah marah jika ada yang

mengganggu diri mereka, sedangkan korban penyalahgunaan NAPZA

yang berinisial W tidak mudah menampakkan emosi marah yang

berlebihan jika diganggu oleh temannya yang lain.

Korban penyalahgunaan NAPZA yang memiliki perasaan cemas

akan merasakan detak jantung yang berdebar-debar. Detak jantung yang

berdebar-debar akan dialami oleh korban penyalahgunaan NAPZA jika

dihadapkan dengan stimulus atau dipertemukan dengan orang yang belum

dikenal, yang akan menyebabkan korban penyalahgunaan NAPZA tersebut

merasakan kecemasan.

Korban penyalahgunaan NAPZA berinisial D menuturkan.

“Dalam peroses rehabilitasi yang sedang saya ikuti saya pernah mengalami detak jantung berdebar jika bertemu dengan orang yang baru saya kenal.”57

Senada seperti yang dituturkan oleh korban penyalahgunaan

NAPZA berinisial D. Korban penyalahgunaan NAPZA berinisial S juga

56 korban penyalahgunaan NAPZA beinisial W, Wawancara 26 maret 2018 57 korban penyalahgunaan NAPZA beinisial D, Wawancara 26 maret 2018

Page 72: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

60

menuturkan kepada peneliti bahwa jika dia bertemu dengan orang yang

baru maka jantungnya sering berdebar-debar.

Hal serupa juga dituturkan oleh korban penyalahgunaan NAPZA

berinisial W. Dalam pertemuan yang dilakukan peneliti dengan korban

penyalahgunaan NAPZA berinisila W tersebut, bahwa korban

penyalahgunaan NAPZA berinisial W menuturkan.

“saya pernah mengalami detak jantung yang berdebar-debar ketika bertemu dengan orang yang baru saya kenal.”58

Ketiga korban penyalahgunaan NAPZA yang diwawancarai oleh

peneliti. Ketiganya menuturkan bahwa mereka pernah merasakan detak

jantung yang berdebar jika baru bertemu dengan orang yang belum mereka

kenal.

Kecemasan yang dialami oleh korban penyalahgunaan NAPZA

juga akan mengakibatkan penurunan konsentrasi ketika dalam mengikuti

kegiatan selama di Yayasan Lentera Mataram. Penurunan konsentrasi yang

dialami merupakan manifestasi dari kecemasan yang dialaminya.

Penurunan konsenterasi sebagai reaksi dari kecemasan yang

dialami oleh korban penyalahgunaan NAPZA. Seorang korban

penyalahgunaan NAPZA berinisial S menuturkan kepada peneliti.

“Saya sering mengalami gangguan konseterasi dalam mengikuti sesi kelas.”59

58korban penyalahgunaan NAPZA beinisial W, Wawancara 26 maret 2018 59 korban penyalahgunaan NAPZA beinisial S, Wawancara 26 maret 2018

Page 73: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

61

Berkaitan dengan yang telah diungkapkan oleh korban

penyalahgunaan NAPZA berinisial S diatas. Seorang korban

penyalahgunaan NAPZA berinisial D juga menuturkan hal serupa bahwa.

“Saya pernah mengalami penurunan konsenterasi apalagi ketika saya mengikuti sesi di dalam lingkup yayasan.60

Serupa seperti yang diungkapkan oleh korban penyalahgunaan

NAPZA berinisial S dan D. Seorang korban penyalahgunaan NAPZA

berinisial W menuturkan.

“saya pernah mengalami sulit dalam konsenterasi.”61

Korban penyalahgunaan NAPZA yang diwawancarai oleh peneliti.

Peneliti menemukan bahwa ketiganya menuturkan mereka pernah

mengalami susah konsenterasi dalam mengikuti kegiatan selama di

Yayasan Lentera Mataram.

Dari berbagai macam indikasi yang menandakan korban

penyalahgunaan NAPZA tersebut mengalami kecemasan. Tidak terlepas

dari penyebab yang menyebabkan indikasi-indikasi tersebut dirasakan oleh

korban penyalahgunaan NAPZA. Berkenaan dengan hal tersebut bapak

wirawa menuturkan.

“korban penyalahgunaan NAPZA ini mengalami kecemasan disebabkan karena mereka takut ditangkap polisi dan bisa saja mereka takut jika kalian sebagai orang yang baru mereka kenal mereka anggap akan melaporkan mereka ke polisi.”62

60 korban penyalahgunaan NAPZA beinisial D, Wawancara 26 maret 2018 61 korban penyalahgunaan NAPZA beinisial W, Wawancara 26 maret 2018 62 Bapak Wirawan, Wawancara 25 Maret 2018

Page 74: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

62

Seorang korban penyalahgunaan NAPZA berinisial D menuturkan

kepada peneliti bahwa dirinya takut ditangkap polisi.

“yang menyebabkan saya merasakan hal tersebut karena saya takut nantinya ditangkap polisi.”63

Selain korban penyalahgunaan NAPZA berinial D, korban

penyalahgunaan NAPZA berinisial W menuturkan.

“saya takut jika orang-orang kampong saya mengetahui perbuatan saya ini.64

Korban penyalahgunaan NAPZA berinisial S juga menuturkan

kepada peneliti.

“saya selalu berpikir apakah saya bisa bebas dari jeratan

NAPZA atau tidak.”65

C. Layanan Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban

Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram

Layanan konseling individu merupakan layanan yang diberikan

oleh Yayasan Lentera Mataram dalam mengatasi permasalahan korban

penyalahgunaan NAPZA dalam hal ini masalah kecemasan, agar korban

penyalahgunaan NAPZA bisa terlepas dari permasalahan yang dialaminya.

Berkaitan dengan layanan konseling yang diberikan kepada para

korban penyalahgunaan NAPZA Bapak Wirawan menuturkan :

“mengenai layanan-layanan yang kami berikan kepada para korban penyalahgunaan NAPZA sebenarnya ada berbagaimacam layanan salah satunya konseling individu konseling individu tersebut kita berikan terhadap para para korban penyalahgunaan NAPZA

63korban penyalahgunaan NAPZA beinisial D, Wawancara 26 maret 2018 64 korban penyalahgunaan NAPZA beinisial W, Wawancara 26 maret 2018 65 korban penyalahgunaan NAPZA beinisial S, Wawancara 26 maret 2018

Page 75: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

63

karena hal tersebut sudah termasuk kedalam program rehabilitasi korban penyalahgunaan NAPZA”66

Selain yang ditutukan oleh Bapak Wirawan tersebut, Bro Tata juga

menuturkan hal serupa, Bro Tata menuturkan :

“jika berbicara layanan konseling individu jadi dalam proses rehabilitasi yang kami jalankan di Yayasan ini iya kita berikan layanan konseling individu karena layanan konseling individu merupakan program rehabilitasi yang ada disini dan bahkan setiap Yayasan pasti memberikan layanan konseling individu dan harus kita berikan kepada korban penyalahgunaan NAPZA”67

Melihat dari penuturan kedua narasumber tersebut bahwa keduanya

menuturkankan, layanan konseling individu merupakan bentuk layanan

yang harus diberikan oleh konselor terhadap korban penyalahgunaan

NAPZA yang sedang dalam masa rehablitasi. Karena keberadaan layanan

konseling individu sangat berpengaruh terhadap pemulihan para korban

penyalahgunaan NAPZA.

Layanan konseling individu yang diberikan oleh konselor terhadap

korban penyalahgunaan NAPZA, dilakukan didalam ruangan konseling.

Sehingga memungkinkan kenyamanan dan keleluasaan dari korban

penyalahgunaan NAPZA mengutarakan permasalahannya. Dalam peroses

konseling individu yang dilakukan konselor dan korban penyalahgunaan

NAPZA di Yayasan Lentera Mataram dilakukan dengan tatap muka dalam

ruangan khusus konseling di Yayasan Lentera Mataram.68

66 Bapak Wirawan, wawancara 16 Januari 2018 67 Bro Tata, wawancara 18 Januari 2018 68 Observasi Yayasan Lentera Mataram 12 januari 2018

Page 76: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

64

Pemberian layanan konseling secara tatap muka yang dilakukan

konselor Yayasan Lentera Mataram sesuai dengan yang dituturkan oleh

Bapak Wirawan sebagai berikut :

“Disini konseling individu yang kita berikan kepada korban penyalahgunaan NAPZA kita berikan secara langsung atau tatap muka kepada korban penyalahgunaan NAPZA karena korban NAPZA ini jika kita berikan dengan tidak tatap muka maka kurang bagus Karen kita sebagai konselor perlu juga melihat bagaimana perkembangan keadaan klien atau konseli tersebut”69

Hal serupa juga dituturkan oleh Bro Tata mengenai pemberian

layanan konseling individu terhadap korban penyalahgunaan NAPZA. Bro

Tata menuturkan :

“sejauh ini dalam pemberian layanan konseling individu kepada korban penyalahgunaan NAPZA kita berikan layanan konseling ini secara tatap muka karena bertemunya bertatap mukanya antara konselor dengan korban penyalahgunaan NAPZA akan menyebabakan yang tidak terungkap jadi terungkap jadi hal ini sangat perlu karena kita juga perlu melihat apakah yang dikatakan klien tersebut benar atau tidak dan kita juga bisa melihat perkembangan dari korban penyalahgunaan NAPZA tersebut”70

Pemberian layanan konseling secara tatap muka memungkinkan

bagi konselor untuk melihat perkembangan dan melihat permaslahan yang

ditanpakkan oleh korban penyalahgunaan NAPZA. Melalui gerakan dan

perkataan yang konseli tersebut tampakkan dalam proses konseling

berlangsung. Sehingga permasalahan yang dialami oleh korban

penyalahgunaan NAPZA akan mudah untuk ditemukan jalan keluar dari

permasasalahan yang dialami oleh korban penyalahgunaan NAPZA

tersebut.

69 Bapak Wirawan, Wawancara 26 Maret 2018 70 Bro Tata, wawancara 26 Maret 2018

Page 77: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

65

Permasalahan-permasalahan baik yang disebabkan oleh faktor

internal maupun eksternal akan lebih mudah diselesaikan jika korban

penyalahgunaan NAPZA menggunakan layanan konseling individu yang

ada di Yayasan Lentera Mataram. Mengingat bahwa konseli yang berada

dalam Yayasan Lentera Mataram merupakan korban penyalahgunaan

NAPZA, sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa permasalahan

seperti kecemasan kerap kali dirasakan oleh korban penyalahgunaan

NAPZA yang berada di Yayasan Lentera Mataram. Pemberian layanan

konseling individu sangat diperlukan oleh korban penyalahgunaan

NAPZA agar kecemasan yang dialaminya tersebut bisa teratasi.

Berkaitan dengan permasalahan yang dialami oleh korban

penyalahgunaan NAPZA Yayasan Lentera memberikan layanan konseling

indivdiu. Berdasarkan yang telah disampaikan Bapak Wirawan. Beliau

menuturkan :

“jika membahas tentang permasalahan yang dialami oleh korban penyalahgunaan NAPZA memang para korban penyalahgunaan NAPZA yang berada disini memiliki permasalahan apalagi yang berkaitan dengan permasalahan dengan kecemasannya jadi kami disini memberikan layanan konseling individu terhadap para korban penyalahgunaan NAPZA yang mengalami kecemasan”71

Selain melakukan wawancara dengan Bapak Wirawan, peneliti

juga mewawancarai Bro Tata, Bro Tata menuturkan :

“mengenai pemberian layanan konseling individu terhadap masalah kecemasan yang dialami oleh korban penyalahgunaan NAPZA hal tersebut sudah menjadi hukum wajib kita berikan kepada korban penyalahgunaan NAPZA yang mengalami kecemasan karena

71 Bapak Wirawan, wawancara 16 Januari 2018

Page 78: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

66

jika tidak bisa jadi akan menghambat peroses pemulihan korban penyalahgunaan NAPZA tersebut”72

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan dua

orang konselor Yayasan Lentera Mataram tersebut bahwa pemberian

layanan konseling individu selalu diberikan kepada korban

penyalahgunaan NAPZA yang mengalami kecemasan. Karena pemberian

layanan konseling individu terhadap korban penyalahgunaan NAPZA yang

mengalami kecemasan akan sangat mempengaruhi dari proses rehabilitasi

yang sedang dijalankan oleh para korban penyalahgunaan NAPZA

tersebut.

Pemberian layanan konseling terhadap korban penyalahgunaan

NAPZA, harus dilakukan dengan baik. Mulai dari bagaimana cara

penerimaan konselor terhadap korban penyalahgunaan NAPZA yang akan

melakukan kegiatan konseling. Cara penerimaan yang ditunjukkan

konselor merupakan penilain pertama bagi seorang konseli, penerimaan

yang baik oleh konselor akan mampu membuat suasana nyaman bagi

konseli, sehingga suasana raport harus diciptakan dalam proses konseling.

Sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak Wirawan terkait

dengan proses konseling. Bapak Wirawan menuturkan bahwa dalam

proses konseling harus tercipta suasana raport saling percaya antara

konseli dan konselor harus bagus.73

72 Bro Tata, wawancara 18 Januari 2018 73 Bapak Wirawan, wawancara 12 Januari 2018

Page 79: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

67

Hubungan yang baik antara konselor dan konseli akan membantu

mempermudah proses pengungkapan masalah dalam proses konseling.

Sehingga dalam proses pengentasan masalah yang dihadapi konseli, antara

konselor dan konseli bisa mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi

oleh konseli tersebut dalam hal ini korban penyalahgunaan NAPZA.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama dilapangan sebelum

proses konseling berlangsung. Konselor memanggil korban

penyalahgunaan NAPZA yang sedang duduk dibangku ruang tamu dengan

panggilan yang bersahabat, konselor mempersilahkan korban

penyalahgunaan NAPZA memasuki ruangan konseling dengan berjalan

beriringan dengan memegang pundak korban penyalahgunaan NAPZA,

kemudian konselor mempersilahkan korban penyalahgunaan NAPZA

masuk ruangan dan mempersilahkan korban penyalahgunaan NAPZA

duduk dibangku yang telah disediakan diruang konseling.74

Kegiatan yang dilakukan oleh konselor tersebut menandakan

bahwa konselor telah melakukan tekhnik attending. Tekhnik attending

telah dilakukan oleh konselor akan membuat konseli merasa nyaman

selama proses konseling berlangsung.

Hasil observasi yang dilakukan peneliti sesuai dengan yang

dipaparkan oleh bapak Nazrin :

“Dalam pemberian layanan konseling individu kepada klien korban penyalahgunaan NAPZA kita harus attending empati open question memberikan nasehat kepada klien agar mereka mau mengikuti proses konseling setelah mereka mau mengiuti peroses

74 Observasi, Proses Konseling Yayasan Lentera Mataram, 12 Januari 2018

Page 80: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

68

konseling otomatis tujuan dari proses konseling individu yang sedang kita laksanakan akan menemukan pada titik dimana korban penyalahgunaan NAPZA tersebut mampu mengatasi maslahnya sendiri”75

Tekhnik attending dan empati merupakan tekhnik dasar dalam

peroses konseling yang harus konselor terapkan dalam menjalankan

tugasnya sebagai seorang konselor. Attending dan empati yang

ditunjukkan konselor terhadap konseli bisa menjadikan konseli merasa

nyaman dalam proses konseling berlangsung. Sehingga konseli merasa

bahwa konselor mengerti akan apa yang dirasakannya. Tekhnik konseling

yang diberikan selama proses konseling harus disesuaikan dengan

permasalahan yang sedang dialami oleh konseli. Jika tidak sesuai antara

tekhnik dengan masalah yang dihadapi konseli maka akan akan

mengakibatkan permasalahan yang dialami konseli akan semakin

konfleks, mengingat konseli yang akan menerima layanan ialah individu-

individu yang pernah mengkonsumsi NAPZA yang pada saat ini sedang

dalam proses rehabilitasi.

Mengenai permasalahan kecemasan yang dialami oleh konseli,

berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan, bapak wirawan

menuturkan :

“Didalam mengkonseling klien, beda kita mengkonseling orang yang tidak pernah mgkonsumsi NAPZA dengan orang yang mengkonsumsi NAPZA, kita harus bisa membuat suasana raport kita harus empati dan terbuka agar klien merasa nyaman dalam proses konseling, setelah nyaman baru kita buka pertanyaan yang open

75 Bapak Nazrin, wawancara , yayasan Lentere Mataram, 16 Januari 2018

Page 81: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

69

andded pemberian nasehat jika diperlukan dan kita gali masalahnya sampai kita menemukan permasalahan yang sebenarnya”76.

Selain yang dipaparkan oleh Bapak wirawan diatas, Bro Tata juga

menuturkan :

“Tekhnik yang yang digunakan dalam pemberian layanan konseling individu pertama menjalain hubungan yang baik dengan klien agar klien tersebut mau terbuka kemudian baru kita empati attending dan menggunakan tekhnik-tekhnik yang lainnya seperti penggalian masalah memberikan nasehat jika dibutuhkan dan juga perlu kita merefleksikan perasaan klien baik yang kita dengar maupun yang kita lihat dari diri klien tersebut”77

Selain menggunakan tekhnik dasar yang harus dimiliki oleh setiap

konselor dalam mengkonseling korban penyalahgunaan NAPZA. Konselor

juga harus mampu menemukan jenis pendekatan yang sekiranya bisa

digunakan sehingga masalah kecemasan yang dialami oleh korban

penyalahgunaan NAPZA bisa di entaskan.

Dalam pemberian layanan konseling individu terhadap korban

penyalahgunaan NAPZA yang mengalami kecemasan. Konselor harus

mampu menemukan jenis pendekatan yang digunakan, agar tujuan dari

pemberian layanan konseling individu tersebut bisa sesuai dengan yang

diharapkan oleh konselor dan konseli, yaitu mengatasi kecemasan dari

konseli sehingga akan mempercepat dari proses pemulihan konseli.

Berkaitan dengan jenis pendekatan yang digunakan dalam

mengkonseling korban penyalahgunaan NAPZA yang mengalami

kecemasan, Bapak Wirawan menuturkan :

76 Bapak Wirawan, wawancara 17 Januari 2018 77Bro Tata, wawancara 18 Januari 2018

Page 82: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

70

“Dalam mengkonseling korban penyalahgunaan NAPZA kami selaku konselor Yayasan Lentera menggunakan konseling individu dengan menggunakan pendekatan CBT atau cognitive behavior theraphy dalam mengkonseling korban penyalahgunaan NAPZA yang mengalami permasalahan kecemasan”78

Hal serupa juga ditutukan oleh Bro Tata, Bro Tata menuturkan :

“mengkonseling korban penyalahgunaan NAPZA yang mengalami kecemasn kita tidak bisa hanya denan konseling individu semata tanpa memperhatikan pendekatan yang kita gunakan jadi dalam memberikan layanan konseling individu terhadap korban penyalahgunaan NAPZA yang mengalami masalah kecemasan kami menggunakan pendekatan CBT karena kami rasa pendekatan tersebut yang pas untuk mengatasi kecemasan yang dialami oleh klien”79

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan dua orang

konselor Yayasan Lentera Mataram. Kedua konselor tersebut menyatakan

dalam proses pemberian layanan konseling individu terhadap korban

penyalahgunaan NAPZA yang mengalami kecemasan, konselor Yayasan

Lentera Mataram menggunakan pendekatan CBT cognitive behavior

theraphy.

Layanan konseling individu dengan menggunakan pendekatan

CBT cognitive behavior theraphy. Pendekatan CBT itu sendiri memiliki

tekhnik-tekhnik intervensi yang bisa digunakan oleh konselor dalam

menangani permasalahan kecemasan yang dialami oleh korban

penyalahgunaan NAPZA. Dengan harapan korban penyalahgunaan

NAPZA tersebut bisa mengatasi kecemasannya dengan cara yang baik.

78 Bapak Wirawan, wawancara 16 Januari 2018 79 Bro Tata, wawancara 18 Januari 2018

Page 83: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

71

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan

konselor Yayasan Lentera Mataram berkaitan dengan tekhnik intervensi

yang digunakan, Bapak Wirawan menuturkan :

“tekhnik intervensi yang biasa digunakan melihat dari permasalahan klien dengan menggunakan assertive training dengan mengurutkan prilaku positif yang ingin dilakukan klien kita kuatkan yang sekiranya menurut mereka itulah cara yang bisa mereka lakukan untuk mengatasi kecemasan mereka, misal kita Tanya apa yang sekiranya dia bisa lakukan sehingga cemasnya itu menurun misal nonton tv maka kuatkan nonton tv tersebut sehingga cemas yang dialaminya itu menurun kemudian yang kedua latihan sosial”80

Selain yang dituturkan oleh Bapak Wirawan, Bro Tata juga

menuturkan:

“Dalam pemberian layanan konseling individu dengan menggunakan pendekatan CBT dalam menangani kecemasan korban penyalahgunaan NAPZA saya biasa menggunakan tehnik assertive kita kuatkan yang sekiranya menurut mereka itulah cara yang bisa mereka lakukan untuk mengatasi kecemasan mereka.”81

Dari hasil wawancara peneliti yang diakukan terhadap kedua

konselor diatas bahwa kedua konselor tersebut menyatakan bahwa tekhnik

intervensi yang biasa digunakan ialah tekhnik intervensi assertive training

dan latihan social.

Dengan menggunakan pendekatan dan tekhnik intervensi yang

sesuai dengan permasalahan kecemasan yang dialami oleh korban

penyalahgunaan NAPZA, maka akan menghasilkan hasil yang sesuai

dengan yang diharapkan oleh konselor dan korban penyalahgunaan

NAPZA yaitu adanya penurunan tingkat kecemasan.

80 Bapak Wirawan, wawancara 16 Januari 2018 81Bro Tata, wawancara 18 Januari 2018

Page 84: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

72

Penurunan tingkat kecemasan yang dialami oleh korban

penyalahgunaan NAPZA, merupakan hasil yang positif atas terlaksananya

sebuah proses konseling. Hasil dari pemberian layanan konseling individu

tersebut yang bisa dilihat dari peningkatan konsentrasi konseli.

Peningkatan konsenterasi dari korban penyalahgunaan NAPZA

yang telah menerima layanan konseling indvidu terlihat dari cara mereka

dalam mengikuti sesi kelas. Dalam sesi kelas yang diikutinya korban

penyalahgunaan NAPZA menampakkan konsenterasi dan focus dalam

mengikuti kegiatan tersebut.82

Berdasarkan hal tersebut peneliti melakukan wawancara dengan

korban penyalahgunaan NAPZA yang berisial W. korban penyalahgunaan

NAPZA berinisial W menuturkan bahwa.

“Saya lebih konsenterasi dalam mengikuti sesi kelas setelah menerima layanan konseling individu dari konselor.”83

Selain yang dituturkan oleh konseli berinisial W, korban

penyalahgunaan NAPZA berinisial S juga menuturkan terkait dengan

peningkatan konsenterasi. korban penyalahgunaan NAPZA berinisial S

menuturkan bahwa.

“konsenterasi saya sedikit meningkat setelah saya menerima konseling indivdiu dalam persses konseling yang saya ikuti saya menjadi tenang dan beban pikiran menjadi ringan.”84

82 Observasi Yayasan Lentera Mataram, 28 maret 2018 83 korban penyalahgunaan NAPZA beinisial W, wawancara 26 maret 2018 84 korban penyalahgunaan NAPZA beinisial S, wawancara 26 maret 2018

Page 85: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

73

Senada dengan yang diturukan oleh korban penyalahgunaan

NAPZA berinisial W dan S terkait dengan peningkatan konsenterasi.

Korban penyalahgunaan NAPZA berinisial D menuturkan.

“setelah saya beberapa kali menerima layanan konseling individu saya menjadi lebih konsenterasi dalam mengikuti sesi kelas daripada sebelumnya.85

Dari kedua korban penyalahgunaan NAPZA yang peneliti

wawancarai. Keduanya menyatakan bahwa adanya penurunan tingkat

kecemasan setelah diberikan layanan konseling individu oleh konselor

Yayasan Lentera Mataram.

Selain dapat dilihat dari konsentrasi konseli yang berubah, hasil

dari konseling individu yang diberikan konselor terhadap kecemasan yang

dialami oleh korban penyalahgunaan NAPZA, juga dapat ketahui dari

bagaimana keadaan detak jantung korban penyalahgunaan NAPZA ketika

bertemu dengan orang yang belum konseli kenal.

Penurunan tingkat kecemasan yang dialami oleh korban

penyalahgunaan NAPZA bisa diketahui dari keadaan detak jantung. Detak

jantung yang tidak lagi berdebar ketika dipertemukan dengan orang yang

baru dikenal merupakan tanda penurunan kecemasan korban

penyalahgunaan NAPZA. Seorang korban penyalahgunaan NAPZA

berinisial D menuturkan bahwa.

“ Setelah saya menerima layanan konseling jantung saya sudah tidak berdebar ketika bertemu dengan orang yang baru saya kenal.86

85Observasi Yayasan Lentera Mataram, 26 maret 2018 86 Ibid

Page 86: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

74

Senada seperti yang telah dituturkan oleh korban penyalahgunaan

NAPZA berinisial D diatas, korban penyalahgunaan NAPZA berinisial W

juga menutuarkan.

“Setelah saya mnerima layanan konseling keadaan detak jantung saya sudah tidak seperti sebelum diberikannya layanan konseling individu.87

Serupa seperti yang telah dituturkan oleh korban penyalahgunaan

NAPZA berinisial D dan W. korban penyalahgunaan NAPZA berinisial S

juga menuturkan bahwa.

“setelah saya menerima layanan konseling individu saya menjadi lebih percaya diri dan detak jantung saya tidak berdetak kencang ketika bertemu dengan orang baru.88

Pernyataan dari ketiga korban penyalahgunaan NAPZA tersebut,

menyatakan bahwa adanya penurunan detak jantung ketika bertemu

dengan orang baru. Penurunan detak jantung tersebut menandakan bahwa

adanya penurunan kecemasan yang dialami oleh korban penyalahgunaan

NAPZA. Yang awalnya memiliki kecemasan ketika bertemu dengan orang

yang baru dikenal.

Selain dari detak jantung yang dirasakn oleh korban

penyalahgunaan NAPZA, hasil dari layanan konseling individu terhadap

masalah kecemasan yang dialami oleh korban penyalahgunaan NAPZA di

Yayasan Lentera Mataram bisa dilihat dari emosi marah yang dimiliki oleh

setiap korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Lentera Mataram.

87 korban penyalahgunaan NAPZA beinisial W, wawancara 26 maret 2018 88 korban penyalahgunaan NAPZA beinisial S, wawancara 26 maret 2016

Page 87: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

75

Emosi marah yang sudah bisa dikontrol oleh korban

penyalahgunaan NAPZA merupakan tanda penurunan kecemasan yang

dirasakan oleh korban penyalahgunaan NAPZA. Seorang korban

penyalahgunaan NAPZA berinisial S menuturkan kepada peneliti bahwa.

“setelah saya menerima layanan konseling individu saya menjadi lebih bisa mengontrol emosi marah saya.89

Senada dengan yang dituturkan oleh korban penyalahgunaan

NAPZA berinisial S, korban penyalahgunaan NAPZA berinisial D juga

menuturkan.

“saya tidak terlalu mudah marah setelah menerima layanan konseling individu.”90

Korban penyalahgunaan NAPZA berinisial W juga menuturkan hal

serupa bahwa.

“saya sudah tidak mudah marah setelah menerima layanan konseling individu dan saya hanya menganggap teman-teman yang mengganggunya hanya sebagai candaan saja.”91

Pernyataan ketiga korban penyalahgunaan NAPZA atau konseli

tersebut menyatakan bahwa emosi marah yang dimiliki oleh ketiganya

setelah menerima konseling individu sudah bisa dikontrol sehingga hal

tersebut bisa dikategorikan bahwa ada danpak yang baik bagi korban

penyalahgunaan NAPZA tersebut.

Penurunan kecemasan korban penyalahgunaan NAPZA juga bisa

dilihat dari keadaan korban penyalahgunaan NAPZA. Keadaan korban

89 korban penyalahgunaan NAPZA beinisial S, wawancara 26 maret 2018 90 korban penyalahgunaan NAPZA beinisial D, wawancara 26 maret 2018 91 korban penyalahgunaan NAPZA beinisial W, wawancara 26 maret 2018

Page 88: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

76

penyalahgunaan NAPZA yang sudah tidak menanpakkan kegelisahannya

selama berada di Yayasan Lentera Mataram.

Berkaitan dengan penurunan tingkat kegelisahan yang dialami

selama diyayasan, seorang korban penyalahgunaan NAPZA berinisial W

menuturkan.

“Saya sudah tidak terlalu sering gelisah.”92

Senada dengan yang diungkapkan oleh korban penyalahgunaan

NAPZA berinisial W. Korban penyalahgunaan NAPZA beinisial S juga

menuturkan bahwa.

“saya setelah menerima layanan konseling saya sudah tidak sering mengalami perasaan gelisah lagi.”93

Kedua pernyataan dari konseli tersebut menyatakan bahwa

keduanya sudah tidak terlalau sering merasakan gelisah. Penurunan tingkat

kecemasan yang dialami oleh korban penyalahgunaan NAPZA tersebut

merupakan manifestasi dari koseling individu yang telah diterima dari

konselor Yayasan Lentera Mataram.

92 korban penyalahgunaan NAPZA beinisial W, wawancara 26 maret 2018 93 korban penyalahgunaan NAPZA beinisial S, wawancara 26 maret 2018

Page 89: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

77

BAB III

PEMBAHASAN

A. Bentuk Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan

Lentera Mataram

Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh konselor Yayasan Lentera

Mataram. Konselor Yayasan Lentera Mataram menuturkan bahwa korban

penyalahgunaan NAPZA kerap kali mengalami masalah kecemasan dalam

mengikuti peroses rehabilitasi di Yayasan Lentera Mataram.

Mengenai permasalahan kecemasan yang dialami oleh korban

penyalahgunaan NAPZA. Konselor Yayasan Lentera Mataram telah

mengetahui jika korban penyalahgunaan NAPZA terindikasi mengalami

masalah kecemasan. Konselor Yayasan Lentera Mataram mengetahui hal

tersebut dengan melihat tindakan yang ditanpakkan oleh korban

penyalahgunaan NAPZA ketika mengikuti kegiatan yang ada di Yayasan

Lentera Mataram.

Jika ditinjau dari permasalahan terhadap korban peyalahgunaan

NAPZA di Yayasan Lentera Mataram, konselor sudah seharusnya

mengetahui permaslahan yang dialami oleh korban penyalahgunaan NAPZA,

lebih-lebih mengenai permasalahan kecemasan yang dirasakan oleh korban

penyalahgunaan NAPZA, dikarnakan permasalahan kecemasan yang dialami

oleh korban penyalahgunaan NAPZA jika konselor tidak mengetahuinya dan

memberikan layanan yang bisa menurunkan intensitas kecemasan korban

Page 90: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

78

penyalahgunaan NAPZA, maka akan mempengaruhi proses rehabilitasi yang

sedang dijalankannya.

Mengingat korban penyalahgunaan NAPZA kerap kali merasakan

kecemasan, Sis Ros selaku konselor Yayasn Lentera Mataram menuturkan :

“Kita aja yang tidak pernah mengkonsumsi NAPZA pasti memiliki perasaan cemas entah itu cemas dengan keadaan ekonomi keadaan keluarga banyak tugas yang belum selesai nah apalagi mereka yang kita sama-sama ketahui mereka pernah mengkonsumsi NAPZA dan saat ini sedang rehabilitasi pastilah mereka punya perasaan cemas”

Berdasarkan yang telah dituturkan oleh Sis Ros, selaku konselor

adiksi Yayasan Lentera Mataram bahwasanya korban penyalahgunaan

NAPZA pastinya merasakan perasaan cemas. Meskipun mereka sedang

menjalankan program rehabilitasi, karena menurut anggapan Sis Ros tersebut

orang yang tidak pernah mengkonsumsi NAPZA sering merasakan perasaan

cemas apalagi seorang korban penyalahgunaan NAPZA sudah pasti

merasakan perasaan cemas.

Selain dari perkataan yang dituturkan Sis Ros tersebut. Peneliti juga

menemukan bahwa korban penyalahgunaan NAPZA yang sedang menjalani

proses rehabilitasi sering mengalami masalah kecemasan. Peneleiti

mengetahui hal tersebut dari data dokumen yang peneliti temukan dan

peneliti melakukan observasi dalam kegiatan yang dilakukan oleh korban

penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Lentera Mataram.

Kecemasan yang dialami oleh korban penyalahgunaan NAPZA

merupakan manifestasi dari perasaan khawatir dan perasaan takut. Sesuai

dengan teori Atkinson yang menyatakan bahwa kecemasan merupakan emosi

Page 91: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

79

yang tidak menyenangkan yang ditandai gejala seperti kekhawatiran dan

perasaan takut.

Kecemasan yang dialami oleh korban penyalahgunaan NAPZA akan

mengalami perasaan khawatir dan perasaan takut. Perasaan khawatir dan

perasaan takut yang dilami oleh korban penyalahgunaan NAPZA merupakan

manifestasi dari kecemasan yang dialaminya selama mengikuti program

rehabilitasi di Yayasan Lentera Mataram.

Dari teori tersebut sesuai dengan yang diterjadi dilapangan. Bahwa

korban penyalahgunaan NAPZA berinisial D menyatakan dirinya pernah

mengalami perasaan khawatir ketika pertamakali menjalankan program

rehabilitasi di Yayasan Lentera Mataram. Selain mengalami perasaan

khawatir korban penyalahgunaan NAPZA berinisial D juga sering mengalami

perasaan takut selama berada di lingkungan Yayasan Lentera Mataram.

Kesesuaian teori yang digunakan peneliti dalam penelitian dengan

temuan peneliti dalam penelitian juga peneliti temukan dalam penuturan

korban penyalahgunaan NAPZA yang peneliti wawancarai, yaitu dari korban

penyalahgunaan NAPZA berinisial S dan W bahwa dalam mengikuti program

rehabilitasi di yayasan lentera mataram, mereka sering merasakan perasaan

khawatir dan takut selama mengikuti program rehabilitasi di Yayasan Lentera

Mataram.

Perasaan khawatir dan perasaan takut yang dialami oleh ketiga korban

penyalahgunaan NAPZA tersebut merupakan manifestasi dari perasaan

Page 92: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

80

kecemasan yang dialaminya selama mengikuti program rehabilitasi di

Yayasan Lentera Mataram.

Korban penyalahgunaan NAPZA yang merasakan kecemasan di

Yayasan Lentera Mataram menampakkannya dengan berbagai tindakan yang

bisa dilihat secara langsung atupun dari pernyataan korban penyalahgunaan

NAPZA itu sendiri. Dari hal tersebut maka kecemasan yang dialami oleh

korban penyalahgunaan NAPZA dapat digolongkan berdasarkan bentuk-

bentuk kecemasan yang telah dicetuskan oleh Sigmund Freud.

Kecemasan pada dasarnya memiliki tiga bentuk sesuai dengan teori

dari Sigmund Freud yang menyatakan bahwa kecemasan dibagi menjadi tiga

macam yaitu kecemasan realistis, kecemasan neurotic dan kecemasan moral.

1. Kecemasan objektif atau realistis

Dari ketiga macam kecemasan itu yang paling pokok adalah

kecemasan atau ketakutan yang realistis, atau takut akan bahaya-

bahaya di dunia luar. Secara lebih rinci kecemasan obyektif atau

realistis adalah suatu pengalaman perasaan sebagai akibat

pengamatan suatu bahaya dari dunia luar. Bahaya adalah sikap

keadaan dalam lingkungan seseorang yang mengancam untuk

mencelakakannya. Pengalaman bahaya dan timbulnya kecemasan

mungkin dari sifat pembawaan, dalam arti kata bahwa seseorang

mewarisi kecenderungan untuk menjadi takut kalau dia berada di

dekat dengan benda- benda tertentu atau keadaan tertentu dari

lingkungannya.

Page 93: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

81

Yayasan Lentera Mataram sebagai lingkungan baru bagi

korban penyalahgunaan NAPZA yang sedang menjalankan

program rehabilitasi. Didalam Yayasan Lentera Mataram selain

sebagai lingkungan baru dan kondisi baru bagi korban

penyalahgunaan NAPZA juga akan bertemu dengan orang-orang

baru, sehingga korban penyalahgunaan NAPZA akan merasakan

suatu perasaan yang mengganggu dirinya seperti perasaan takut.

Yayasan Lentera Mataram sebagai lingkungan baru yang

berpotensi menyebabkan perasaan cemas bagi korban

penyalahgunaan NAPZA. Berkaitan dengan hal tersebut telah

dituturkan oleh seorang konselor Yayasan Lentera Mataram, Bro

Tata menuturkan :

“yang menyebabkan mereka cemas selama mengikuti program rehabilitasi di Yayasan Lentera Mataram ini karena tempat rehabilitasi ini merupakan tempat tinggal baru bagi mereka tempat mereka belajar tempat mereka berusaha merubah kebiasaan buruk mereka mengkonsumsi NAPZA jadi karena lingkungan rehabilitasi berbeda dengan lingkungan asal mereka jadi wajar mereka akan mengalami kecemasan”.

Yayasan Lentera Mataram sebagai lingkungan baru bagi

korban penyalahgunaan NAPZA. Lingkungan baru yang

ditempatinya ini akan menyebaban perasaan-perasaan takut karena

lingungan yang ditempatinya jauh beda dengan lingkungan tempat

tinggalnya yang sekarang yaitu Yayasan Lentera Mataram.

Ketakutan-ketakutan yang dirasakan oleh korban

penyalahgunaan NAPZA yang peneliti temukan seperti perasaan

Page 94: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

82

takut jika ditangkap oleh polisi dan takut akan diketahui oleh

masyarakat sekitar tempat tinggalnya.

2. Kecemasan neurotis

Kecemasan neurotic adalah kecemasan-kecemasan kalau

insting tidak dapat dikendalikan dan menyebabkan orang berbuat

sesuatu yang dapat dihukum. Kecemasan ini sebenarnya

mempunyai dasar di dalam realitas, karena dunia sebagaimana

diwakili oleh orang tua dan lain-lain orang yang memegang

kekuasaan itu menghukum anak yang melakukan tindakan

impulsive.

Sigmund Freud membagi kecemasan neurotis menjadi tiga

bagian :94

1) Kecemasan yang timbul karena penyesuaian diri dengan

lingkungan. Kecemasan semacam ini menjadi sifat dari

seseorang yang gelisah, yang selalu mengira bahwa sesuatu

yang hebat akan terjadi.

Perasaan gelisah merupakan suatu hal yang sering

dirasakan oleh korban penyalahgunaan NAPZA selama

mengikuti program rehabilitasi di Yayasan Lentera Mataram.

94 Lailatullatief “macam-macam kecemasan menurut Sigmund Freud” dalam

https://lailaallatief.wordpress.com/2013/01/13/macam-macam-kecemasan-menurut-sigmund-freud/. Diakses tanggal 11 april 2018.

Page 95: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

83

Perasaan gelisah yang dialaminya merupakan manifesasi dari

kecemasan yang dialami oleh korban penyalahgunaan

NAPZA. Proses rehabilitasi yang diikuti oleh Korban

Penyalahgunaan NAPZA di Yayayasan Lentera Mataram,

Dalam proses penelitian yang dilakukan peneliti, peneliti

menemukan bahwa korban penyalahgunaan NAPZA yang

sedang menjalankan program rehabilitasi sering merasakan

perasaan gelisah selama berada di Yayasan Lentera Mataram.

2) Bentuk ketakutan yang tegang dan irasional (phobia). Sifat

khusus dari pobia adalah bahwa, intensitif ketakutan melebihi

proporsi yang sebenarnya dari objek yang ditakutkan.

Ketakutan merupakan suatu permasalahan yang sering

dialami oleh korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan

Lentera Mataram. Ketakutan yang dirasakan disebabkan oleh

pemikiran-pemikiran yang irasional, pemikiran irasional

tersebut merupakan suatu permasalahan yang timbul dari

penyalahgunaan NAPZA yang pernah dilakukan.

Korban penyalahgunaan NAPZA yang mengalami hal

tersebut tidak hanya dialami oleh satu korban penyalahgunaan

NAPZA saja akan tetapi sebagian besar dari korban

penyalahgunaan NAPZA di Yayasa Lentera Mataram

mengalami hal tersebut.

Page 96: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

84

3) Reaksi gugup atau setengah gugup, reaksi ini munculnya

secara tiba-tiba tanpa adanya provokasi yang tegas.

Korban penyalahgunaan NAPZA yang berada di

lingkungan Yayasan Lentera Mataram yang sedang

menjalankan program rehabilitasi kerap mengalami perasaan

gugup. Perasaan gugup yang dialaminya akan menyebabkan

jantung korban penyalahgunaan NAPZA akan berdetak lebih

kencang dari sebelumnya, korban penyalahgunaan NAPZA

akan mengalami keringat dingin dan gangguan dalam

konsenterasi.

3. Kecemasan moral

Orang yang das Uber Ichnya berkembang baik cenderung

untuk merasa dosa apabila dia melakukan atau bahkan berpikir

untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma-norma

moral. Kecemasan moral ini juga mempunyai dasar dalam realitas.

Karena dimasa yang lampau orang telah mendapatkan hukuman

sebagai akibat dari perbuatan yang melanggar kode moral dan

mungkin akan mendapat hukuman lagi.

Kecemasan moral merupakan konplik antara id dan superego.

Secara dasar merupakan ketakutan akan suara hati individu sendiri.

Ketika individu termotivasi untuk melakukan impuls instingtual

yang berlawanan dengan nilai moral yang termaksud dalam super

ego individu tersebut akan merasa malu atau bersalah. Individu

Page 97: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

85

dengan kata hati yang kuat akan mengalami konflik yang lebih

hebat dari pada individu yang mempunyai kondisi toleransi moral

yang lebih longgar. Rasa malu dan perasaan bersalah menyertai

kecemasan moral. Dapat dikatakan bahwa yang menyebabkan

kecemasan adalah kata hati individu itu sendiri.

Korban penyalahgunaan NAPZA yang diteliti peneliti, peneliti

menemukan bahwa yang berkaitan dengan kecemasan moral,

peneliti menemukan bahwa korban penyalahgunaan NAPZA

merasakan suatu ketakutan-ketakutan dari perbuatan

mengkonsumsi NAPZA yang telah dilakukannya, karena telah

melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat dan

melanggar hukum negara.

B. Layanan Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban

Penyalahgunaan NAPZA

Layanan konseling individu merupakan peroses layanan dalam

bingkai budaya indonesia dan religius. Arah layanan konseling individu

adalah membantu konseli dalam memahami dirinya, memahami

lingkungannya dan dapat mencari jalan keluar dari permasalahan yang

dialami oleh konseli tersebut.

Dalam teori yang digunakan peneliti dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan teori Hallen yang mengatakan bahwa konseling merupakan

suatu tekhnik dalam pelayanan bimbingan dimana proses pemberian bantuan

Page 98: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

86

itu berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan langsung

dan tatap muka antara guru pembimbing/konselor dengan klien, dengan

tujuan agar klien itu mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik

terhadap dirinya, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya, dan

mampu mengarahkan dirinya untuk mngembangkan potensi yang dimiliki

kearah perkembangan yang optimal, sehingga ia dapat mencapai kebahagiaan

pribadi dan kemamfaatan sosial.

Layanan konseling individu yang diterapkan di Yayasan Lentera

Mataram bahwasanya diberikan kepada korban penyalahgunaan NAPZA.

Korban penyalahgunaan NAPZA yang masih merasakan kecemasan pada

dirinya, sangat memerlukan layanan konseling individu sebagai bentuk

pemecahan masalah untuk korban penyalahgunaan NAPZA. Agar mereka

lebih memahami lingkungan tempat mereka berada dan untuk mempermudah

dan memperlancar korban penyalahgunaan NAPZA dalam bersosialisasi

berinteraksi, beradaptasi dengan lingkungan maupun teman sejawatnya dan

memahami permasalahan yang dialami beserta mengatasi permasalahan yang

dialaminya dengan cara yang positif.

Dari teori yang peneliti gunakan dalam penelitian ini, peneliti

menemukan bahwa dalam masalah kecemasan yang dialami oleh korban

penyalahgunaan NAPZA, konselor Yayasan Lentera Mataram memberikan

layanan konseling individu dalam mengatasi masalah kecemasan yang

dialami oleh korban penyalahgunaan NAPZA.

Page 99: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

87

Dalam peroses layanan konseling individu yang diberikan oleh

konselor Yayasan Lentera Mataram, layanan konseling individu diberikan

secara tatap muka.

Dalam proses pemberian layanan konseling individu yang diberikan

oleh konselor terhadap konseli diperlukan tekhnik-tekhnik dasar yang harus

digunakan konselor dalam pemberian layanan konseling individu agar tujuan

pemberian layanan konseling individu tersebut sesuai dengan tujuan yang

diharapkan oleh konselor dan konseli. Berdasarkan hal tersebut peneliti

menemukan beberapa tekhnik dasar yang digunakan konselor dalam

memberikan layanan konseling individu terhadap korban penyalahgunaan

NAPZA yang mengalami kecemasan. Tekhnik-tekhnik dasar yang digunakan

sesuai dengan teori Sofyan S. Willis diantaranya :

a. perilaku attending

Attending disebut juga sebagai perilaku menghampiri klien

yang mencakup komponen kontak mata, bahasa badan dan bahasa

lisan. Perilaku attending yang digunakan oleh konselor yang

peneliti temukan dalam penelitian yang dilakukan peneliti bahwa

dalam proses konseling yang akan dilakukan konselor Yayasan

Lentera Mataram terhadap korban penyalahgunaan NAPZA,

konselor menggunakan tekhnik attending yang kelihatan dari cara

konselor terhadap konseli ketika akan melaksanakan proses

konseling di ruangan khusus konseling di Yayasan Lentera

Mataram.

Page 100: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

88

Tujuan diadakannya tekhnik attending oleh konselor terhadap

korban penyalahgunaan NAPZA agar konselor dapat mengetahui

bagaimana caranya menggunakan kontak mata, bahasa badan dan

bahasa lisan dalam proses konseling,

Tekhnik attending ini diterapkan di Yayasan Lentera

Mataram agar korban penyalahgunaan NAPZA dapat

meningkatkan harga diri korban penyalahgunaan NAPZA,

menciptakan suasana yang aman dan mempermudah ekspresi

perasaan korban penyalahgunaan NAPZA dengan bebas.

b. Empati

Empati ialah kemampuan konselor merasakan apa yang

dirasakan konseli, merasa dan berpikir bersama konseli dan bukan

untuk atau tentang konseli. Empati dilakukan bersamaan dengan

attending. Dengan kata lain, tanpa prilaku attending tidak akan

ada empati.

Adapun macam-macam empati yang diberikan pada korban

penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Lentera Mataram yaitu :

1. Empati primer yaitu suatu bentuk empati yang hanya

memahami perasaan, pikiran, keinginan dan pengalaman

korban penyalahgunaan NAPZA. Tujuannya agar korban

penyalahgunaan NAPZA terlibat pembicacaraan dan

terbuka.

Page 101: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

89

2. Empati tingkat tinggi yaitu apabila kepahaman konselor

terhadap perasaan, pikiran, keinginan serta pengalaman

korban penyalahgunaan NAPZA lebih mendalam dan

menyentuh korban penyalahgunaan NAPZA karena

konselor ikut dengan perasaan tersebut. Keikutan konselor

tersebut membuat korban penyalahgunaan NAPZA

tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isi yang

terdalam dari lubuk hatinya berupa perasaan, pikiran,

pengalaman, temasuk penderitaanya.

Dalam tekhnik empati yang dilakukan di Yayasan Lentera

Mataram konselor dalam melakukan empati konselor harus mampu

mengosongkan perasaan dan pikiran egoistik, memasuki dunia

dalam korban penyalahgunaan NAPZA, melakuakn empati primer

dan melakukan empati tingkat tinggi.

Tekhnik empati yang digunakan oleh konselor Yayasan

Lentera Mataram bertujuan untuk agar korban penyalahgunaan

NAPZA merasa bahwa dalam peroses konseling yang sedang

diikuti korban penyalahgunaan NAPZA merasa bahwa konselor

mengerti dan merasakan akan apa yang dirasakan oleh korban

penyalahgunaan NAPZA tersebut.

c. Bertanya untuk membuka percakapan

Bertanya untuk membuka percakapan dalam peroses

konseling merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap

Page 102: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

90

konselor. Hal ini karena sulit untuk menduga apa yang dipikirkan

konseli sehingga pertayaan yang digunakan konselor dalam

peroses konseling terhadap konseli bisa mengungkap

permasalahan yang dialami oleh konseli tersebut. Untuk

memudahkan membuka percakapan seorang konselor dilatih

keterampilan bertanya dalam bentuk open-ended yang

memungkinkan munculnya pernyataan-pernyataan baru dari

konseli.

Dengan adanya tekhnik bertanya untuk membuka

percakapan tersebut dapat membantu korban penyalahgunaan

NAPZA untuk dapat mengungkapan permasalahannya dalam

peroses permberian layanan konseling individu.

Begitu pentingnya tekhnik bertanya utnuk membuka

percakapan ini di Yayasan Lentera Mataram sangat diperlukan

untuk mengantarkan korban penyalahgunaan NAPZA kearah

pemeceahan masalah yang positif, karenanya Yayasan Lentera

Mataram sebagai lembaga rehabilitasi yang mengharuskan

mempunyai konselor yang professional.

Sehubungan dengan hal tersebut maka korban

penyalahgunaan NAPZA nantinya akan dikonseling oleh konselor

yang professional untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya.

Dalam penelitian yang dilakukan peneliti bahwa konselor

Yayasan Yayasan Lentera Mataram menuturkan bahwa dalam

Page 103: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

91

peroses konseling yang dijalankan mereka menggunakan

pertanyaan dalam bentuk Open-ended sehingga konseli akan

menyatakan pernyataan-pernyataan baru yang akan memudahkan

bagi konselor dalam mengungkap permasalahan yang dialami oleh

korban penyalahgunaan NAPZA.

d. Eksplorasi

Suatu keterampilan untuk menggali perasaan, pengalaman,

dan pikiran korban penyalahgunaan NAPZA. Hal ini penting

karena banyak korban penyalahgunaan NAPZA menyimpan

rahasia batin, menutup diri, atau tidak mamapu mengemukakan

pendapatnya dengan terus terang. Barangkali dia hadir dengan

terpaksa, sehingga enggan mengemukakan perasaan dan

pikirannya.

Tekhnik eksplorasi yang digunakan oleh konselor dalam

mengkonseling korban penyalahgunaan NAPZA sangat diperlukan.

Karena penggalian masalah merupakan hal yang sangat diperlukan

agar factor penyebab korban penyalahgunaan NAPZA tersebut

merasakan kecemasannya bisa diketahui dan kecemasannya bisa

teratasi.

e. Refleksi

Refleksi adalah keterampilan konselor untuk memantulkan

kembali kepada korban penyalahgunaan NAPZA tentang perasaan,

Page 104: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

92

pikiran, dan pengalamannya sebagai hasil pengamatan terhadap

prilaku verbal dan nonverbalnya.

Dalam pengamatan yang dilakukan konselor diharuskan

konselor totalitas dalam melaksanakan proses konseling karena

dengan hal tersebut konselor bisa melihat dan menangkap apa yang

dikatakan oleh korban penyalahgunaan NAPZA dengan

menggunakan komunikasi verbal dan non verbalnya. Sehingga

konselor bisa merefleksikannya kepada korban penyalahgunaan

NAPZA. Refleksi ada tiga jenis yaitu : (1) refleksi perasaan. (2)

refleksi pengalaman. (3) refleksi pikiran.

f. Memberi nasihat

Pemberian nasihat sebaiknya diberikan jika konseli

memintanya. Walaupun demikian, konselor tetap harus

mempertimbangkannya, apakah pantas untuk memberi nasihat atau

tidak. Sebab dalam memberi nasihat tetap dijaga agar tujuan

konseling yakni kemandirian konseli harus tetap tercapai.

Keuntungan dari tekhnik pemberian nasihat ini adalah

nasehat tetap dijaga dengan tujuan agar proses konseling yang

dilakukan oleh konselor demi tercapainya kemandirian korban

penyalahgunaan NAPZA.

Dari beberapa tekhnik yang telah peneliti jelaskan diatas

sesuai dengan yang telah diungkapkan oleh konselor Yayasan

Page 105: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

93

Lentera mataram. Bro Tata selaku koselor Yayasan Lentera

Mataram menuturkan :

“Tekhnik yang yang digunakan dalam pemberian layanan konseling individu pertama menjalain hubungan yang baik dengan klien agar klien tersebut mau terbuka kemudian baru kita empati attending dan menggunakan tekhnik-tekhnik yang lainnya seperti penggalian masalah memberikan nasehat jika dibutuhkan dan juga perlu kita merefleksikan perasaan klien baik yang kita dengar maupun yang kita lihat dari diri klien tersebut”

Dari penuturan salah satu konselor Yayasan Lentera Mataram

tersebut, telah mewakili penuturan-penuturan konselor Yayasan

Lentera Mataram yang lainnya. Bahwa tekhnik dasar yang

digunakan dalam proses pemberian layanan konseling kepada

korban penyalahgunaan NAPZA diantaranya attending, empati,

open question, eksplorasi, refleksi, memberikan nasihat.

Dalam pelaksanaan layanan konseling individu selain menggunakan

tekhnik dasar konseling. Pemberian layanan konseling individu juga konselor

menggunakan jenis pendekatan yang sesuai dengan permasalahan yang

dialami oleh korban penyalalahgunaan NAPZA.

Permasalahan yang dialami oleh korban penyalahgunaan NAPZA

dalam hal ini maslah kecemasan. Dalam mengkonseling korban

penyalahgunaan NAPZA yang mengalami kecemasan diperlukan pendekatan

yang sesuai dengan masalah kecemasan yang dialami oleh korban

penyalahgunaan NAPZA tersebut. Sehingga kecemasan yang dialami oleh

korban penyalahgunaan NAPZA bisa teratasi.

Page 106: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

94

Dalam hal ini peneliti menggunakan teori Wheller dalam Endang

Caturini,dkk yang menyatakan bahwa cognitive behavior terapi (CBT)

membantu individu untuk berkembang dengan meningkatkan keterampilan

dan mekanisme koping menurunkan kecemasan dan meningkatkan hargadiri.

Dari teori yang digunakan peneliti diatas peneliti menemukan bahwa

dalam peroses pemberian layanan konseling individu yang diberikan oleh

konselor Yayasan Lentera Mataram terhadap kecemasan korban

penyalahgunaan NAPZA, konselor Yayasan Lentera Mataram menggunakan

pendekatan cognitive behavior therapy (CBT) dalam mengkonseling korban

penyalahgunaan NAPZA yang mengalami masalah kecemasan. Sesuai

dengan teori yang peneliti gunakan diatas.

Berkaitan dengan hal tersebut salahsatu konselor Yayasan Lentera

Mataram menuturkan :

“mengkonseling korban penyalahgunaan NAPZA yang mengalami kecemasn kita tidak bisa hanya denan konseling individu semata tanpa memperhatikan pendekatan yang kita gunakan jadi dalam memberikan layanan konseling individu terhadap korban penyalahgunaan NAPZA yang mengalami masalah kecemasan kami menggunakan pendekatan CBT karena kami rasa pendekatan tersebut yang pas untuk mengatasi kecemasan yang dialami oleh klien”

Konselor tersebut melanjutkan bahwa didalam pemberian layanan

konseling dengan pendekaan CBT juga menggunakan tekhnik intervensi

yang ada dalam pendekatan CBT tersebut.

Hal ini sesuai dengan yang dituturkan oleh Bapak Wirawan :

“tekhnik intervensi yang biasa digunakan melihat dari permasalahan klien dengan menggunakan assertive training dengan mengurutkan prilaku positif yang ingin dilakukan klien kita kuatkan yang sekiranya menurut mereka itulah cara yang bisa mereka lakukan untuk

Page 107: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

95

mengatasi kecemasan mereka, misal kita Tanya apa yang sekiranya dia bisa lakukan sehingga cemasnya itu menurun misal nonton tv maka kuatkan nonton tv tersebut sehingga cemas yang dialaminya itu menurun kemudian yang kedua latihan sosial”

Dengan dilaksanakannya layanan konseling individu oleh konselor

Yayasan Lentera mataram dengan menggunakan tekhnik dan pendekatan

CBT, dapat dihasilkan yaitu :

1. Dalam mengikuti program rehabilitasi Yayasan Lentera Mataram,

Korban penyalahgunaan NAPZA menunjukkan Peningkatan

konsenterasi ketika korban penyalahgunaan NAPZA mengikuti

morning meeting dan sesi kelas.

2. Korban penyalahgunaan NAPZA setelah menerima layanan

konseling individu sudah mampu membiasakan dirinya ketika

bertemu dengan orang yang baru dia kenal sehingga detak

jantungnya tidak berdetak kencang.

3. Setelah menerima layanan konseling individu korban

penyalahgunaan NAPZA sudah mampu mengontrol emosi marah

ketika dirinya merasa terganggu dengan teman sebanyanya.

4. Perasaan gelisah yang dirasakan oleh korban penyalahgunaan

NAPZA mengalami penurunan intensitas setelah menerima

layanan konseling individu di Yayasan Lentera Mataram.

Page 108: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

96

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil temuan dan analisis data, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa :

1. Kecemasan korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Lenera

Mataram adalah adanya rasa kekhawatiran, ketakutan, gelisah, kurang

mampu mengontrol emosi marah, jantung berdebar dan kurang

konsenterasi yang termasuk kedalam kecemasan neurotis.

2. Layanan konseling individu dalam mengatasi kecemasan korban

penyalagunaan NAPZA di Yayasan Lentera Mataram adalah :

attending menjalin hubungan dengan baik kepada korban

penyalahgunaan NAPZA, Empati menumbuhkan rasa saling

memahami antara konselor dan korban penyalahgunaan NAPZA,

bertanya untuk membuka percakapan, eksplorasi menggali

permasalahan yang dialami oleh korban penyalahgunaan NAPZA

untuk memudahkan dalam mengatasi permasalahannya, refleksi

memantulkan perasaan yang dirasakan oleh korban penyalahgunaan

NAPZA, member nasihat jika dibutuhkan korban penyalahgunaan

NAPZA. Kemudian merujuk pada pendekatan cognitive behavior

therapy (CBT) dengan menggunakan tekhnik intervensi assertive

training dan latihan social.

Page 109: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

97

B. SARAN

Dari hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan

sebelumnya, maka sarah-saran yang penulis ajukan adalah sebagai berikut :

1. Perlu kiranya bagi konselor Yayasan Lentera Mataram dalam

menangani kecemasan korban penyalahgunaan NAPZA dengan

menggunakan layanan konseling individu, seyogyanya

mengembangkan tekhnik-tekhnik intervensi yang ada dalam

pendekatan CBT.

2. Meningkatkan kualitas diri, kemampuan dan keterampilan sudi

kiranya dikembangkan oleh konselor Yayasan Lentera Mataram

dalam memberikan layanan konseling individu terhadap korban

penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Lentera Mataram.

3. Kepada korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Lentera

Mataram, diharapkan untuk mengikuti layanan konseling individu

dengan baik, karena sudah terbukti bahwa layanan konseling individu

sangat bagus dalam menangani kecemasan korban penyalahgunaan

NAPZA.

4. Kepada mahasiswa BKI atau calon konselor seyogyanya ikut

berperan serta dalam upaya mengatasi masalah penyalahgunaan

NAPZA baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan

maupun dalam lingkungan masyarakat.

Page 110: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

98

DAFTAR PUSTAKA

Afifudin dan Saebani, Beni Ahmad, “Metode Penelitian Kualitatif” (Bandung: CV.Pustaka Setia, 2012)

Aini, Sahuratul, Efektivitas Pola PembinaanSosial Dalam Rrangka

Pemberdayaan Klien di Panti Social Karya Wanita (PSKW) Budi Rini Mataram (Skripsi, IAIN Mataram, Mataram, 2008).

Amin, Munir, Samsul, “Bimbingan dan Konseling Islam”, (Jakarta : Amzah,

2015). Badan Narkotika Provinsi Nusa Tenggara Barat ”Bahaya Penyalahgunaan

Narkoba (Penyebab Pencegahan dan Perawatan) Mataram, Tahun 2009. Caturini, Endang,dkk. “pengaruh Cognitiv behavior therafy (CBT) terhadap

perubahan kecemasan, mekanisme koping, harga diri pada pasien gangguan jiwa, dengan skizofrenia di RSJ Surakarta”, jurnal terpadu ilmu kesehatan, volume 3, no 1, Mei 2014.

Darojah, Dzikiyah, “Pendekatan Familly Suport Group Dalam Pemulihan Korban

Penyalahgunaan Napza di Panti Sosial Pamardi Putra “Sehat Mandiri” Yogyakarta”, ( Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008).

Fatmawati, “Layanan Konseling Individu Dalam Menangani Kecemasan

Berpidato Study Pada Siswa MTs Negeri Yogyakarta”, (Skripsi FDK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta 2015).

Gunawan, Imam, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik (Jakarta: Bum

Aksara, 2015), Hendriyanto, Yusuf, “Tentang Pecandu, Penyalah Guna & Korban penyalah

Guna dalam UU Narkotika” dalam http://www.hukumpedia.com/mashendrii/tentang-pecandu-penyalah-guna-korban-penyalah-guna-dalam-uu-narkotika, diakses tanggal 06 desember 2017, pukul 15.00

Lailatullatief “macam-macam kecemasan menurut Sigmund Freud” dalam

https://lailaallatief.wordpress.com/2013/01/13/macam-macam-kecemasan-menurut-sigmund-freud/. Diakses tanggal 11 april 2018.

Lubis, Lumongga, Namora, “Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori Dan Praktik” (Jakarta :Kencana 2013).

Maleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2012) Mcleod, Jhon, “pengantar konseling teori dan study kasus” (Jakarta :Fajar

Interpratama Offset, 2015).

Page 111: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

99

Muharrar, Ahmad, “Efektifitas Rehabilitasi Terhadap Anak Korban Kekerasan Seksual di LPA NTB”, (Skripsi,FDIK IAIN Mataram, Matara, 2015).

Nainggolan, Togiaratua, “Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan

Kecemasan Sosial Padapengguna NAPZA Penelitian Di Balai Kasih Sayang Parmadi Siwi” (jurnal sosiokonsepsia vol 16 No 2 tahun 2011).

Osman, Zulkifli, Akbar, “Kefektivas Cognitive Behavior Therapy (CBT) Untuk

Menurunkan Tingkat Kecemasan Dan Meningkatkan Kualitas Hidup Tahanan/Narapidanan Penyalahgunaan NAPZA Di Rumah Tahanan Kelas 1 Surakarta”, (Tesis,Program Studi Kedokteran Keluarga Pasca Sarjana Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta, Surakarta 2008).

Pandina, Intan “ Penyalahgunaan NAPZA Dalam Perspektif Psikologi Forensik”

(dalam https://www .kompasiana.com Penyalahgunaan-NAPZ-Dalam-Perspekti-Psikologi-Forensik) diakses tanggal 06 desember 2017

Piu, Abdillah dan Prasetya, Danu, “KamusLengkap Bahasa Indonesia” ( Surabaya

: Arkola ) Safaria, Triantoro dan Saputra, Eka, Nofrans “Manajemen Emosi Sebuah

Pannduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif Dalam Hidup Anda”, ( Jakarta : PT Bumi Aksara, 2009),

sarea ,Sahrul, “Pengertian Kecemasan dan Tingkat Kecemasan Menurut

Pendapat Ahli” dalam https://www.wawasanpendidikan.com/2014/09/Pengertian-Kecemasan-dan-Tingkat-Kecemasan-Menurut-Pendapat-Ahli.html. diakses tanggal 12 desember 2017

Siregar, Yuslaiani, Elna,dkk, “penerapan Cognitiev behavior therapy (CBT)

terhadap penurunan durasi bermain game pada individu yang mengalami game addiction”, jurnal psikologi, volume 9, No 1, Juni 2013.

Sugiyono “Metode Penelitian Kuantitatif,kualitatif dan R&D”, (Bandung :

Alfabeta,2017), Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfa

Beta, 2012). Sunarno, “Bahaya dan Upaya Pencegahan”, (PT. Bengawan Ilmu). Suryabrata, Sumadi, Psikologi Kepribadian, (Jakarta : Raja Grapindo Persada,

2015), Willis, Sofyan S., “Konseling Individual Teori dan Prktek” ( Bandung : Alfabeta,

2014 ).

Page 112: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

100

LAMPIRAN

Page 113: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

101

Page 114: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

102

Page 115: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

103

Page 116: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

96

96

INSTRUMEN PENELITIAN

A. Konseling individu

INSTRUMEN UNTUK KONSELOR

1. Apakah konseling individu diberikan oleh konselor kepada konseli ?

2. Apakah layanan konseling individu diberikan secara tatap muka ?

3. Apakah konseling individu diberikan kepada konseli yang mengalami

masalah kecemasan selama mengikuti proses rehabilitasi ?

4. Apakah anda menggunakan pendekatan CBT dalam mengkonseling

korban penyalahgunaan NAPZA yang mengalami kecemasan selama

mengikuti program rehabilitasi ?

5. Bagaimana tekhnik intervensi yang anda gunakan dalam pendekatan

CBT ?

6. Bagaimana tekhnik konseling yang anda gunakan ?

Page 117: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

97

97

INSTRUMEN UNTUK KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA

1. Setelah anda menerima layanan konseling apakah anda merasa

konsentrasi anda meningkat ketika mengikuti kegiatan selama mengikuti

kegiatan di yayasan ?

2. Setelah anda menerima layanan konseling apakah detak jantung anda

tidak berdetak kencang ketika bertemu dengan orang lain ?

3. Setelah anda menerima layanan konseling apakah anda mudah marah

ketika ada yang mengganggu anda ?

4. Setelah anda menerima layanan konseling apakah anda sering gelisah ?

Page 118: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

98

98

B. KECEMASAN

INSTRUMEN UNTUK KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA

1. Apakah anda pernah/sering merasa khawatir selama di yayasan ?

2. Apakah anda pernah /sering merasa takut ?

3. Apakah anda pernah/sering merasa gelisah selama berada di yayasan ?

4. Apakah pernah anda mudah marah ketika ada yang mengganggu anda

?

5. Apakah pernah detak jantung anda berdetak kencang ketika bertemu

dengan orang lain ?

6. Apakah pernah/sering konsentrasi anda terganggu dalam mengikuti

kegiatan di yayasan ?

7. Ketika anda ada masalah apakah ada keinginan anda mengkonsumsi

NAPZ.?

8. Apa yang menyebabkan sehingga anda bisa merasakan hal tersebut ?

INSTRUMEN UNTUK KONSELOR

1. Apakah anda mengetahui konseli tersebut sedang mengalami

kecemasan ?

2. Bagaimana anda mengetahui bahwa konseli tersebut sedang menglami

kecemasan ?

3. Apa yang anda lakukan terhadap konseli yang sedang mengalami

kecemasan tersebut ?

Page 119: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

99

99

Data Korban Penyalahgunaan NAPZA

Jati Diri Residen :

Nama : Mr. S

Tempat/Tanggal Lahir :-

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Anak Ke :1 dari 2 saudara

Alamat Rumah : Rembige Utara

Nama : Mr.W

Umur : 17 Tahun

Status : Belum Menikah

Tempat Tanggal Lahir : Mataram 10 Juni 2000

Alamat : Rumak, Kediri, Lombok

Barat

Agama : Islam

Jenis kelamin : Laki-laki

Anak ke : 1 dari 2 saudara

Nama : Mr. D

Umur : 20 Tahun

Status : Belum Menikah

Tempat Tanggal Lahir : Mataram 13 November 1997

Alamat : Jln. Tranggo, Seganteng

Subangan, Kota Mataram

Agama : Islam

Suku bangsa : sasak

Jenis kelamin : Laki-laki

Anak ke : 6 dari 7 saudara

Page 120: LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/1596/1/Ahmad...Konseling Individu Dalam Mengatasi Kecemasan Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Yayasan Lentera Mataram”

100

100

Yayasan Lentera Mataram Visi Misi Yayasan Lentera Mataram

Ruang Konseling Yayasan Lentera Mataram

Program Rehabilitasi Yayasan Lentera

Mataram

Wawancara Bapak Wirawan

Wawancara Bapak Nazrin

Wawancara Bro Tata