latar belakang.docx

8
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT (Teams Games Tournaments) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MAPEL GEOGRAFI SISWA KELAS XI-1S2 SMA NEGERI 2 PARE Pembelajaran merupakan suatu usaha manusia yang dilakukan dengan tujuan untuk membantu memfasilitasi belajar orang lain. Pembelajaran geografi pada hakekatnya dapat memberi kontribusi pada kemampuan intelektual, grafis, ketrampilan dalam berkomunikasi, kemampuan social, politis dan ekonomis (astina, 2000:45). Pencapaian tujuan pembelajaran tidak mudah karena banyak factor seperti metode yang diterapkan kurang menarik siswa, keterbatasan media atau guru tidak mampu mengkontekskan pelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses pembelajaran di dalam kelas banyak di jumpai dalam kondisi nyata disekolah-sekolah yang masih saja di dominasi oleh guru ketika proses pembelajaran. Guru dijadikan sebagai sumber belajar utama dan hanya dengan menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran. Tentu hal ini sangat merugikan bagi siswa karena tidak dapat memperoleh pendidikan yang baik. Biasanya ketika proses pembelajaran siswa malas tentang materi yang diberikan dalam pembelajaran dikelas, merasa bosan ketika proses pembelajaran karena guru yang mengajar begitu-begitu saja, mengantuk ketika proses pembelajaran sedang berlangsung seakan guru sedang membajakan dongeng sebagai pengatar tidur. Selain itu juga kadang ketika guru menjelaskan materi pelajaran, tampak siswa kurang tertarik mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh guru. seperti membuat tulisan - tulisan yang tidak berkaitan

Upload: segarabali

Post on 26-Oct-2015

24 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

LATAR

TRANSCRIPT

Page 1: latar belakang.docx

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT (Teams Games Tournaments)

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MAPEL GEOGRAFI

SISWA KELAS XI-1S2 SMA NEGERI 2 PARE

Pembelajaran merupakan suatu usaha manusia yang dilakukan dengan tujuan untuk membantu

memfasilitasi belajar orang lain. Pembelajaran geografi pada hakekatnya dapat memberi

kontribusi pada kemampuan intelektual, grafis, ketrampilan dalam berkomunikasi, kemampuan

social, politis dan ekonomis (astina, 2000:45). Pencapaian tujuan pembelajaran tidak mudah

karena banyak factor seperti metode yang diterapkan kurang menarik siswa, keterbatasan media

atau guru tidak mampu mengkontekskan pelajaran dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam proses pembelajaran di dalam kelas banyak di jumpai dalam kondisi nyata disekolah-

sekolah yang masih saja di dominasi oleh guru ketika proses pembelajaran. Guru dijadikan

sebagai sumber belajar utama dan hanya dengan menggunakan metode ceramah dalam

pembelajaran. Tentu hal ini sangat merugikan bagi siswa karena tidak dapat memperoleh

pendidikan yang baik. Biasanya ketika proses pembelajaran siswa malas tentang materi yang

diberikan dalam pembelajaran dikelas, merasa bosan ketika proses pembelajaran karena guru

yang mengajar begitu-begitu saja, mengantuk ketika proses pembelajaran sedang berlangsung

seakan guru sedang membajakan dongeng sebagai pengatar tidur. Selain itu juga kadang ketika

guru menjelaskan materi pelajaran, tampak siswa kurang tertarik mengikuti pembelajaran yang

diberikan oleh guru. seperti membuat tulisan - tulisan yang tidak berkaitan dengan materi

pelajaran, berbisik-bisik dengan temannya atau bahkan kelihatan mengantuk.

Dengan kejadian yang seperti ini tentu proses pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas

tidak akan dapat berjalan secara maksimal sebagai mana yang diharapkan oleh guru. Tentu

materi yang diberikan kepada siswa tidak akan dapat diserap secara optimal dan difahami di

dalam otaknya secara mendalam. Oleh karena itu hal ini tentu sedik banyak akan berdampak

pada perolehan hasil belajar siswa, pasti akan terus mengalami penurun ketika diadakan evaluasi

dikarenakan pembelajaran yang diberikan tidak diterima secara optimal. Hal ini dikarenakan

siswa akan belajar saja sudah malas karena model pembelajaran yang berpusat pada guru dan

selalu begitu-begitu saja pasti siswa akan merasa jenuh. Sehingga tentunya akan banyak siswa

yang nilainya tidak mencapai KKM.

Page 2: latar belakang.docx

Dikarenakan hal tersebut oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti mencoba untuk membuat

suatu model pembelajaran yang baru supaya siswa menjadi tidak ngantuk ketika pembelajaran

berlangsung. Selain itu juga tidak merasa bosan dengan materi yang disajikan dengan suatu

model yang baru. Diharapkan supaya siswa menjadi nyaman dan enjoy dalam belajar supaya

tidak terbebani fikirannya. Model yang akan dipakai oleh peneliti adalah model TGT (Teams

Games Tournaments). Model pembelajaran TGT ini merupakan model pembelajaran yang

memasukan unsur-unsur keterlibatan siswa secara langsung. Teknik TGT ini menawarkan

suasana yang menyenangkan dimana siswa dibagi dalam suatu kelompok dan diberikan suatu

materi yang dirancang sebelumnya oleh guru kemudian dilanjutkan dalam kompetensi antar tim

yang dikemas dalam suatu permainan. Sehingga dengan adanya pembelajaran ini siswa menjadi

lebih rileks dalam proses pembelajaran dan materi pembelajaran yang disampaikan dapat

diterima secara baik dan optimal. Supaya ketika diadakan evaluasi seperti tes siswa dapat

mengerjakan dan hasil perolehan belajar dapat lebih meningkat dari sebelum model

pembelajaran ceramah yang digunakan.

Dari berbagai hasil skripsi yang telah dilakukan oleh beberapa orang guna mendukung judul

yang saya angkat diantaranya skripsi yang berjudul

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL TEAM GAME TOURNAMENT

(TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEO PD SISWA KELAS XI IS-2

SMAN 2 MALANG

Amriz Fauzi; 2012

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukannya di kelas XI IS-2 SMA Negeri 2 Malang

diketahui bahwa pada saat pembelajaran geografi hampir separuh siswa terlihat mengantuk dan

kurang memperhatikan pelajaran karena merasa malas dan ingin cepat untuk pulang, beberapa

siswa juga terlihat berbicara sendiri, dan pembelajarannya terpusat kepada guru (amriz fauzi

2012). Kondisi yang demikian menuntut alternative model pembelajran yang bisa membantu

perbaikan untuk menciptakan suasana belajar yang efektif dan dapat memberikan kesempatan

siswa untuk lebih aktif bekerjasama dengan teman belajar.

Salah satu solusinya dengan penerapan model pembelajaran Team Game Tournament. Dimana

suatu tipe pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok belajar beranggotakan 5-4

Page 3: latar belakang.docx

orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, ras yang berbeada. Kemudian guru menyajikan

masalah yang harus dikerjakan bersama-sama. Model pembelajaran TGT bisa diterapkan karena

pembelajaran ini tidak memerlukan media khusus melainkan memerlukan keterampilan guru

dalam menguasai kelas. Permainannya berupa pertanyaan yang ditulis pada kartu yang diberi

angka. Tiap siswa akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka dan berusaha untuk

menjawab pertanyaan. Tournament harus memungkinkan seluruh siswa memberikan sumbangan

poin bagi kelompok agar semua siswa mendapat kesempatan untuk menjawab.

Oleh karena itu saya juga mengambil model pembelajaran yang sama yaitu TGT (team game

tournament), dikarenakan model pembelajaran ini akan membuat suasana kelas menjadi nyaman

dan kondusif sehingga siswa tidak akan merasa mengantuk lagi. Karena mereka harus berfikir

keras dalam permainan perlombaan yang ada dan membuat siswa menjadi tidak bosan lagi ketika

pembelajaran. Mereka akan menjadi merasa terdapat nuansa baru yang dapat menjadian siswa

semangat dalamm belajar.

UPAYA MENINGKATKAN AKTIFITAS SISWA DAN HASIL BELAJAR IPS GEOGRAFI

DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELJARAN MAKE A MATCH PADA

SISWAKELAS VIII SMP NEGERI 20 MALANG

Ratna Farida; 2012

Tujuan dari tiap pembelajaran untuk memperoleh hasil yang optimal, kegiatan akan tercapai

dengan baik jika siswa sebagai subjek terikat secara aktif baik fisik maupun emosinya dalam

pembelajaran. Pelajaran geografi selama ini dianggap sebagai pelajaran yang membosankan

karena terkesan monoton. Sehingga aktivitas siswa mengikuti pelajaran rendah akibat aktifitas

belajar rendah. Metode pembelajaran geografi disekolah berpusat pada guru. Guru lebih aktif

memberikan informasi kepada siswa. Model pembelajaran yang dipakai pun kurang bervariasi,

mengakibatkan siswa kurang terdorong dan berperan aktif dalam proses pembelajaran dan akan

berdampak pada hasil belajar.

Model pembelajaran ceramah, Tanya jawab, diskusi kelompok dari hasil observasi peneliti

tanggal 26 oktober 2011 di SMP Negeri 20 Malang terdapat kelas yang hasil belajarnya rendah,.

Rata-rata nilai 63,78 = 13,51% 86,49% tidak tuntas. Aktivitas siswa dikelas pasih, hanya 6

dari 36 siswa yang aktif.

Page 4: latar belakang.docx

Persoalan tidak hanya pada upaya membuat kegiatan belajar lebih menarik tetapi juga cara

mengelola kelas agar pembelajaran lebih bermakna dan meningkatkan aktifitas serta hasil

belajar. Untuk mengatasi masalah tersebut menggunakan model make a match (mencari

pasangan), model ini melibatkan siswa aktif tanpa membedakan status. Manfaat dari model ini

guna meningkatkan aktivitas, motivasi, hasil belajar siswa selain menciptakan suasana.

Kelebihan dari model yaitu melatih ketelitian, ketepatan dan kecepatan. Sedangkan

kelemahannya suasna gaduh di kelas, materi harus dipelajari sebelumnya, siswa harus memiliki

pengetahuan awal sebelum pembelajaran.

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN PROBLEM SOLVING DAN

BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

SEMESTER GASAL KELAS XI DI MAN 1 JEMBER

Suwito; 2011

Guru sebagai tenaga pendidik dan salah satu unsur penunjang keberhasilan pembelajaran harus

memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan dan memilih serta mengembangkan model

pembelajaran yang tepat dengan karakter materi dan tujuan. Factor keberhasilan program yaitu

guru, metode mengajar , kurikulum, Sarana, dan sistem administrasi.

Penelitian model roblem solving (pemeahan masalah) tidak hanya metode mengajar melainkan

metode berfikir. Model problem based learning menggunakan pendekatan siswa masalah

alternative, sehingga siswa dapat menyusun pengetahuan sendiri, ketrampilan, memandirikan

siswa dan meningkatkan hasil belajar.

Problem solfing merupakan metode dengan jalan melatih siswa menghadaipi masalah baik

perseorangan atau kelompok. Keunggulan berbasis masalah untuk mengembangkan

keterampilan berfikir dan mengatasi masalah, menjadi pelajar mandiri, mengorganisasikan

pengajar seputar pertanyaan dan masalah secara social. Sedangkan kelemahannya beberapa

pokok bahasan sulit diterapkan dan memerlukan waktu yang panjang.

problem based learning siswa melakukan investigasi autentik untuk menemukan solusi riil,

menganalisis dan menetapkan masalah, mengembangkan hipotesis dan prediksi, mengumpulkan

dan menganalisis info, eksperimen, infers dan kesimpulan. Kelemahan problem based learning

Page 5: latar belakang.docx

yakni memerlukan waktu banyak, pembelajaran tidak dieksperimen dan dikendalikan guru

membawa resiko merugikan, memerlukan sumber belajar beraneka ragam.

Dari hasil observasi peneliti sering membuat catatan tradisional mencakup seluruh materi

sehingga catatan terlihat monoton dan membosankan, kebanyakan materi pembelajaran

membutuhkan emahaman mendalam (antroposfer dan asrpek kependudukan). Disini peneliti

membandingkan dua model supaya dapat meningkatkan hasil belajar.

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJRAN

GEOGRAFI MATERI LINGKUNGAN HIDUP MELALUI PENGGUNAAN MODEL

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

DI SMA NEGERI 1 GONDANG WETAN KAB.PASURUHAN

Mahmudi; 2011

Keaktifan siswa dikelas sangat diperlukan, dengan keaktifan dapat menunjukkan siswa benar-

benar mengikuti pembelajaran, memperhatikan dan terlibat. Hasil observer SMA Negeri 1

Gondang Wetan dengan metode ceramah beberapa siswa berbicara dengan teman sebangku da

nada yang tidak memperhatikan penjelasan guru. Jika diberi kesempatan bertanyatidak mau

bertanya.

Metode diskusi, ditemui siswa berbicara dengan teman kelompok diluar materi dan ada yang

menunggu untuk mencontoh jawaban tanpa memahami tugas. Ketika sesi Tanya jawab dan

diskusi kelas siswa kurang tanggap pada pertaanyaan guru. Siswadiam dan kurang semangat

menjawab hanya beberapa siswa yang menjawab. Guru memberikan kesempatan bertanya daan

memberikan tanggapan jarang siswa yang melakukan, siswa yang aktih hanya 14 dan 23 pasif.

Masalah ketidak aktifan siswa dalam pembelajran dari hasil wawancara karena siswa kurang

tertarik, bosan pada pembelajaran geografi.

Pendekatan pembelajaran yang dikembangkan kurang. Pendekatan pembelajaran dengan

masalah dunia nyata, untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan memecahkan

masalah, memperoleh pengetahuan dan konsep esensial mata pelajaran.

Page 6: latar belakang.docx

Tujuannya guna membentuk insan mandiri, karena dalam proses pembelajaran partisipasi siswa

sangat diutamakan baik secara kognitif, afektif dan psikomotorik. Keterlibatan secara total akan

menunjukkan keterampilan intelektual, ssosial maupun fisik untuk nanti di kehdupan nyata.

Metode berbasis masalah juga mengorientasikan siswa pada masalah autentik dan menuntut

kerjasama dalam penyelidikan dan menghasilkan karya.