latar belakangasd

12
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim dimana dua pertiga dari wilayah Indonesia merupakan laut yang kaya akan sumber daya alam (SDA) (Ditjen Perikanan Budidaya, 2009). Wilayah perairan Indonesia merupakan sumber cangkang hewan invertebrata laut berkulit keras (Crustacea) yang mengandung kitin (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2000). Kitin ini umumnya diperoleh dari kerangka hewan invertebrata dari kelompok Arthopoda sp, Molusca sp, Coelenterata sp, Annelida sp, Nematoda sp, dan beberapa dari kelompok jamur. Sumber utamanya ialah cangkang Crustaceae sp, yaitu udang, lobster, kepiting dan hewan yang bercangkang lainnya (Hawab, 2005 dalam Hartono, 2014). Kitosan adalah biomaterial yang diperoleh melalui deasetilasi kitin dalam suasana basa (Srijanto dan Prayanto, 2005). Kitosan memiliki sifat tidak toksik, sifat biodegradabilitas dan biokompabilitas yang baik, serta 1

Upload: adisds

Post on 01-Oct-2015

20 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

asdasdassadgasdgsadgsdgsdgasdasdasdasd

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang MasalahIndonesia merupakan negara maritim dimana dua pertiga dari wilayah Indonesia merupakan laut yang kaya akan sumber daya alam (SDA) (Ditjen Perikanan Budidaya, 2009). Wilayah perairan Indonesia merupakan sumber cangkang hewan invertebrata laut berkulit keras (Crustacea) yang mengandung kitin (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2000). Kitin ini umumnya diperoleh dari kerangka hewan invertebrata dari kelompok Arthopoda sp, Molusca sp, Coelenterata sp, Annelida sp, Nematoda sp, dan beberapa dari kelompok jamur. Sumber utamanya ialah cangkang Crustaceae sp, yaitu udang, lobster, kepiting dan hewan yang bercangkang lainnya (Hawab, 2005 dalam Hartono, 2014). Kitosan adalah biomaterial yang diperoleh melalui deasetilasi kitin dalam suasana basa (Srijanto dan Prayanto, 2005). Kitosan memiliki sifat tidak toksik, sifat biodegradabilitas dan biokompabilitas yang baik, serta dapat dijadikan matriks untuk berbagai jenis obat dan ekstrak tanaman (Dai et al., 2011; Agnihotri dkk, 2004). Kitosan dengan konsentrasi 0.25%, 0,5%, 0,75%, dan 1% bersifat tidak toksik (Ariani et al., 2009). Persyaratan serbuk kitosan yang baik adalah berwarna putih, tidak berbau, tidak berasa, tidak larut air tetapi larut dalam asam asetat, pH 7,0 9,0 dan derajat deastilasi lebih dari 70% (Syaftriana, 2004). Karateristik kitosan yang bagus dilihat dari viskositas, derajat deasetilasi (DD), berat molekul (BM), pH, kelarutan dan sifat fisik (Berger et al., 2003; Sularsih, 2011). Kitosan memiliki efek antibakteri, antijamur, efek penyembuhan luka, antiinflamasi, tabir surya, pelembab, dan agen immunomodulator, antitumor, antikolestrol, antioksidan, antidiabetes, anti HIV, antiinflamasi, anti nyeri, biokompatibel untuk wound-dressing dan bahan perekat jaringan pada manajemen luka hemostatik dan memodulasi fungsi sel-sel inflamasi dan kemampuan mempercepat penyembuhan luka dan kemudian mempercepat granulasi dan proses penyembuhan berikutnya sehingga terjadi percepatan penyembuhan luka dan memicu regenerasi tulang dan matrix metalloproteinase (MMP) inhibition yang paling tidak diduga akan mensinergikan penggunaan Aloe vera sebagai obat dan bantuan kecantikan (Yogeshkumar et al., 2001; Okamoto dkk, 2002; Kim, 2010; Pieper dkk, 2000; Dai et al., 2011; Budihargono et al., 2013). Kitosan memiliki struktur polimer sama dengan hyaluronic acid yaitu golongan glycosaminoglycan (GAGs) yang merupakan molekul matrik ekstraseluler yang penting untuk penyembuhan luka (Chin dan Halim, 2009). Kitosan dengan berat molekul tinggi telah ditemukan lebih efektif daripada kitosan berat molekul sedang atau rendah dalam penyembuhan luka bakar (Alsarra, 2009). Kitosan dengan berat molekul tinggi memiliki sifat bioadhesive yang baik dalam menutup luka (Semalty, 2006; Ireland, 2010; Kerby dan Cusick, 2012). Kitosan dengan berat molekul rendah lebih mudah diabsorbsi oleh sel tubuh daripada kitosan berat molekul tinggi ( Prashanth dan Tharanathan, 2007). Kitosan mempunyai sifat fisik khas yaitu mudah dibentuk menjadi spons, membran, larutan, gel, pasta, kapsul, dan serat yang sangat bermanfaat dalam aplikasinya (Krajewska, 2004). Sediaan yang digunakan untuk luka pencabutan gigi menggunakan gel karena mudah diaplikasikan dan mudah melekat terhadap jaringan (Alemdaroglu dkk, 2006 ; Budihargono, 2013). Demikian pula sediaan gel juga lebih mudah diaplikasikan pada ulser rongga mulut. Indonesia adalah negaramegabiodiversityyang kaya akan tanaman obat, dan sangat potensial untuk dikembangkan, namun belum dikelola secara maksimal (Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2010). Hal ini memunculkan ide-ide kreatif dalam upaya pemanfaatan tanaman menjadi bahan pengobatan alternatif selain obat-obatan farmasi. Salah satu tanaman yang banyak manfaatnya adalah Aloe vera (Yudo,1997).Aloe vera diketahui memiliki manfaat untuk kesehatan (Aswatan dan Andreas, 2009). Pemanfaatan daun Aloe vera dapat berfungsi sebagai anti inflamansi, antijamur, antibakteri dan regenerasi sel, untuk mengontrol tekanan darah, menstimuli kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit kanker, serta dapat digunakan sebagai nutrisi pendukung bagi penderita HIV (Widodo dan Budiharti, 2006).Aloe vera mempunyai kandungan zat gizi yang diperlukan tubuh dengan cukup lengkap (Dewi, 2011). Aloe vera juga dapat mempercepat proses penyembuhan rekuren aftosa stomatitis (SAR) karena mengandung zat-zat yang dibutuhkan dalam proses penyembuhan tersebut, seperti enzyme bradykinase dan karboxypeptidase sebagai anti inflamasi, kemudian mengandung vitamin B1, B2, B6, C, mineral, asam amino, asam folat dan zat-zat lainnya (Purbaya,2003). Untuk digunakan secara topikal, Aloe vera dapat dijadikan sediaan salep, krim, lotion, dan sediaan lainnya (Fonseca, 2005). Aplikasi Aloe vera secara topikal pada daerah luka, akan menghasilkan perbaikan luka yang lebih baik dengan kemampuan angiogenik dan mitogenik, meningkatkan rata-rata kontraksi luka, menurunkan waktu penyembuhan secara signifikan, dan meningkatkan epitelisasi. Hal tersebut terjadi karena Aloe vera mampu menyediakan mikronutrien yang penting untuk membantu proses penyembuhan, mendatangkan efek antiinflamasi dan efek antimikroba, serta menstimulasi fibroblas (Subramanian et al, 2006)Berdasarkan beberapa penelitian, proses penyembuhan luka akan lebih cepat dan lebih baik setelah pemberian Aloe vera secara topikal. Hal tersebut terjadi karena Aloe vera memiliki aksi untuk melembabkan, efek penyembuhan luka, antiinflamasi, dan antibakteri/antifungal/antiviral, menurunkan nekrosis jaringan, dilatasi pembuluh darah, menstimulasi dan meningkatkan vaskularisasi di sekeliling daerah, proliferasi fibroblas, deposisi kolagen, angiogenesis, pengingkatan ekspresi transforming growth factor -1 (TGF--1), basic fibroblast growth factor (bFGF), vascular endothelial growth factor A (VEGF-A) dan Platelet Derived Growth Factor (PDGF) serta Epithelial Growth Factor (Rajasekaran et al., 2005; Mukherjee dan Roychowdhury, 2008; Fonseca, 2005; Mukherjee dan Roychowdhury, 2008; Fray et al., 2004; Atiba dkk, 2011; Atik dan Januarsih, 2009). Aktivasi fibroblas oleh Aloe vera dilaporkan dapat meningkatkan sintesis proteoglikan, kolagen, elastin, dan unsur lain sehingga dapat mempercepat pembentukan jaringan baru (Rastita, 2008; Surjushe, 2008; Tan et al., 2006; Moghbel, 2007; Mukherjee dan Roychowdhury, 2008).Membran dengan bahan dasar kitosan Aloe vera menghasilkan degradasi, kekerasan, kelembaban dan sifat mekanik yang memuaskan. Kombinasi membran tersebut menunjukkan potensi antibakteri yang lebih tinggi. Selain itu, berdasarkan tes secara in-vitro menunjukkan membran tersebut memiliki kompatibilitas yang baik dengan primary human dermal fibroblas. Membran kitosan Aloe vera memiliki potensi untuk dijadikan wound dressing (Silva et al., 2013). Kitosan memiliki kemampuan efek antibakteri, yang diduga akan mensinergikan penggunaan Aloe vera sebagai obat. Ekstrak Aloe Vera diaplikasikan dalam bentuk sediaan gel dengan menggunakan variasi konsentrasi gelling agent kitosan dapat mempercepat penyembuhan luka bakar (Ahlam, 2011).Ekstrak Aloe vera dalam bentuk gel dan kitosan sendiri sudah terbukti mempunyai manfaat dalam bidang kesehatan. Diharapkan pengunaan kombinasi kitosan dan ekstrak gel Aloe vera dapat memberikan efek yang sinergis terhadap manfaat tersebut dan mempercepat proses penyembuhan dari luka. Gel adalah media padat atau semi padat terdiri dari 2 suspensi atau lebih yang terpenetrasi dalam cairan, dapat digunakan sebagai obat yang diberikan secara topikal dan bersifat kompatibel dengan berbagai bahan antimikroba. Gel sebagai media dianggap mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan bentuk media lainnya, yaitu jumlah penggunaan bahan aktif yang lebih kecil dan dapat menghasilkan konsentrasi yang lebih tinggi, gel memiliki perlekatan yang lebih stabil sehingga memberikan waktu kerja yang lebih lama dan semakin lama bahan aktif tersebut berada pada targetnya di dalam rongga mulut maka akan semakin efektif hasilnya (Paye et al., 2006). Gel secara umum merupakan suatu formula yang dikombinasi dengan satu atau lebih zat bukan obat dengan manfaat yang bermacam-macam, seperti untuk melarutkan, mengentalkan, mengencerkan, mewarnai, mengawetkan, memberikan rasa dan menstabilkan (Ansel, 1985 dalam Dwiartyani, 2012). Salah satu contoh yaitu pada penggunaan CarboxyMethyl (CMC) sebagai bahan pengental pada penelitian yang menganalisa kestabilan fisik gel (Rahardjo, 2008). Pembuatan formulasi gel yang tepat untuk diaplikasikan di rongga mulut perlu memperhatikan beberapa persyaratan gel yaitu sifat fisik gel yang tidak berubah, sediaan yang homogen, pH yang netral, viskositas yang tinggi dan kelarutan yang ideal untuk membuat konsistensi sediaan yang tepat (Muthoharoh, 2012; Alsarra, 2009; Mappa dkk, 2013). Sediaan obat harus stabil secara fisika dan kimia selama penyimpanan sesuai waktu penggunaan, ketidakstabilan formulasi obat dapat dideteksi secara fisika dalam beberapa hal yaitu suatu perubahan dalam penampilan fisik, warna, bau, rasa dan tekstur (Ansel, 1985 dalam Dwiartyani, 2012). Namun suatu sediaan gel dapat mengalami perubahan karena pengaruh dari lama penyimpanan, oleh sebab itu sebaiknya sediaan obat berupa cair atau semi cair tidak disimpan dalam kurun waktu lebih dari 3 bulan (Hermansyah A, 2013).Berdasarkan latar belakang diatas, untuk mendapatkan sediaan gel kombinasi kitosan yang memiliki berat molekul rendah dan berat molekul tinggi dengan ekstrak Aloe vera dengan formulasi yang tepat dan mudah diaplikasikan maka perlu dilakukan beberapa penelitian meliputi pengukuran kelarutan, pH, viskositas, uji organoleptik (bentuk, warna dan bau), homogenitas, konsistensi dan pengaruh lama penyimpanan gel kombinasi kitosan dan ekstrak Aloe vera.

1.2Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana formulasi sediaan gel kombinasi pada kitosan yang memiliki berat molekul rendah dan tinggi dengan ekstrak Aloe vera yang sesuai kriteria aplikasi di rongga mulut?

1.3Tujuan1.3.1Tujuan UtamaTujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari formulasi sediaan gel ideal pada kombinasi kitosan yang memiliki berat molekul rendah dan tinggi dengan ekstrak Aloe vera yang sesuai kriteria aplikasi di rongga mulut.1.3.2Tujuan KhususTujuan khusus penelitian ini adalah:1. Mengetahui kelarutan antara kombinasi kitosan yang memiliki berat molekul rendah dan tinggi dengan ekstrak Aloe vera.2. Mengetahui pH antara kombinasi kitosan yang memiliki berat molekul rendah dan tinggi dengan ekstrak Aloe vera.3. Mengetahui homogenitas antara kombinasi kitosan yang memiliki berat molekul rendah dan tinggi dengan ekstrak Aloe vera.4. Mengetahui konsistensi antara kombinasi kitosan yang memiliki berat molekul rendah dan tinggi dengan ekstrak Aloe vera.5. Mengetahui viskositas antara kombinasi kitosan yang memiliki berat molekul rendah dan tinggi dengan ekstrak Aloe vera.6. Mengetahui sifat fisik (bentuk, warna, dan aroma) antara kombinasi kitosan yang memiliki berat molekul rendah dan tinggi dengan ekstrak Aloe vera.7. Mengetahui perubahan pH, homogenitas, konsistensi, viskositas dan sifat fisik yang terjadi selama penyimpanan antara kombinasi kitosan yang memiliki berat molekul rendah dan tinggi dengan ekstrak Aloe vera.

1.4Manfaat Penelitian1.4.1Manfaat TeoritisManfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan formulasi gel yang ideal serta sesuai kriteria agar dapat diaplikasikan pada mukosa rongga mulut. Selain itu juga dapat sebagai sumber ilmu dalam memilih berat molekul kitosan dan konsentrasi ekstrak Aloe vera yang paling cocok digunakan dalam penyembuhan luka.1.4.2Manfaat PraktisManfaat praktis yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu sebagai dasar pengembangan produk biota laut dan tumbuhan berkhasiat obat yang dapat digunakan sebagai obat alternatif yang sesuai kriteria saat diaplikasikan di rongga mulut.

1