latar belakang dari matius 22 adalah tuhan yesus membedakan dengan tajam antara orang yang benar

Download Latar Belakang Dari Matius 22 Adalah Tuhan Yesus Membedakan Dengan Tajam Antara Orang Yang Benar

If you can't read please download the document

Upload: walben-sijabat

Post on 17-Sep-2015

18 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Latar belakang dari Matius 22 adalah Tuhan Yesus membedakan dengan tajam antara orang yang benar, yang berbagian di Kerajaan Surga dan yang tidak, antara orang yang mengerti akan kedaulatan Allah dengan yang tidak, Tuhan menuntut respon yang bertanggung jawab dari orang-orang yang berbagian dalam Kerajaan Surga. Mereka yang tidak bersedia adalah orang yang tidak layak berbagian dalam anugerah Tuhan. Kalimat dalam Matius 22:1-14 adalah kalimat yang sangat tajam, dan orang Farisi sadar bahwa kalimat tersebut ditujukan kepada diri mereka, karena itu mereka sangat sengit melawan Tuhan Yesus. Maka dalam Matius 22:15 diceritakan bahwa orang Farisi membentuk suatu persekongkolan untuk menjebak Tuhan Yesus melalui dialog. Dengan memakai cara yang halus ini, mereka tidaklah maju seorang diri melainkan yang pertama mereka pakai adalah orang Herodian yaitu sebuah partai politik yang cukup besar pada waktu itu yang merupakan pengikut Herodes. Orang Herodian ini mengajukan pertanyaan jebakan menyangkut masalah pajak. Tuhan Yesus menjawab bukan sekedar mengenai siapa yang harus membayar pajak tetapi juga sekaligus mengenai siapa yang berhak berbagian dalam Kerajaan Surga: kembalikan kepada kaisar apa yang menjadi milik kaisar dan kembalikan kepada Allah apa yang menjadi milik Allah. Kalimat ini begitu tajam menunjukkan kepada kita bahwa apa saja yang ada pada diri kita bahkan diri kita sendiripun bukanlah milik kita melainkan milik Tuhan. Maka semua yang menjadi milik Allah haruslah dikembalikan kepada Allah, kalau tidak maka akan merupakan pencurian/ kriminal/ berbuat kejahatan. Orang Kristen sejati adalah orang Kristen yang tahu bertanggung jawab mengembalikan semua yang Tuhan berikan kepada dia termasuk dirinya, hidupnya, talentanya, intelektualnya, dan semuanya. Orang Herodian menjadi bungkam dan mengundurkan diri.Pada tahap kedua, Tuhan Yesus harus berhadapan dengan orang Saduki. Orang Saduki adalah orang partai religius yang sangat liberal. Orang Saduki kelihatannya percaya kepada Allah tetapi pada hakekatnya mereka hanya sibuk dengan kekinian, mereka sibuk dengan urusan partai, politik, sosial, masyarakat, karena mereka jengkel dengan orang Farisi yang kelihatan sangat peduli Tuhan, peduli dengan hal-hal roh, berdoa, berpuasa tetapi sama sekali tidak mau mengurus urusan dunia, kenegaraan, sosial, masyarakat. Karena sibuk dengan kekinian, mereka begitu peduli dengan orang miskin, sibuk menolong orang miskin, akibatnya mereka tercemar dengan pikiran seputar masalah sosial yang muncul dari dunia. Sejarah mencatat bahwa pengaruh dari Epikurianisme (salah satu arus besar filsafat Yunani) merembes masuk ke dalam pikiran mereka. Akhirnya mereka sibuk dengan hal yang sekarang saja dan tidak peduli lagi dengan segala unsur rohani, mereka tidak percaya lagi dengan kebangkitan orang mati, surga atau neraka, adanya roh, adanya malaikat, adanya setan dan juga sekaligus tidak tahu adanya Tuhan. Mereka melempar semua pikiran yang ada di dunia kepada surga. Mereka melontarkan pertanyaan kepada Tuhan Yesus mengenai seorang wanita yang menikahi 7 orang pria secara berurutan karena pria yang dinikahinya mati satu persatu, akhirnya wanita itu mati juga, di surga nanti siapakah yang menjadi suami dari wanita itu. Tuhan menjawab dengan kalimat yang tajam: “kamu SESAT! Kamu binasa didalam kesesatanmu.” Dari kalimat tersebut Tuhan hendak menajamkan bahwa iman Kristen yang sejati kembali kepada Tuhan yang sejati berdasarkan kebenaran yang sejati. Mengerti Allah secara salah, mengerti iman secara salah akan beresiko kematian. Ajaran yang menyeleweng adalah berurusan dengan iman, dengan hidup yang kekal. Allah yang sejati adalah Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub, dan Allah ini adalah Allah orang hidup. Kalau memang tidak ada kebangkitan berarti Abraham, Ishak, Yakub sudah mati dan Allah mereka adalah Allah orang mati. Kritik tajam ini mengingatkan orang Saduki bahwa mereka sudah sesat karena liberalisme yang mencengkeram pikiran mereka yang menyebabkan

TRANSCRIPT

Latar belakang dari Matius 22 adalah Tuhan Yesus membedakan dengan tajam antara orang yang benar, yang berbagian di Kerajaan Surga dan yang tidak, antara orang yang mengerti akan kedaulatan Allah dengan yang tidak, Tuhan menuntut respon yang bertanggung jawab dari orang-orang yang berbagian dalam Kerajaan Surga. Mereka yang tidak bersedia adalah orang yang tidak layak berbagian dalam anugerah Tuhan. Kalimat dalam Matius 22:1-14 adalah kalimat yang sangat tajam, dan orang Farisi sadar bahwa kalimat tersebut ditujukan kepada diri mereka, karena itu mereka sangat sengit melawan Tuhan Yesus. Maka dalam Matius 22:15 diceritakan bahwa orang Farisi membentuk suatu persekongkolan untuk menjebak Tuhan Yesus melalui dialog. Dengan memakai cara yang halus ini, mereka tidaklah maju seorang diri melainkan yang pertama mereka pakai adalah orang Herodian yaitu sebuah partai politik yang cukup besar pada waktu itu yang merupakan pengikut Herodes. Orang Herodian ini mengajukan pertanyaan jebakan menyangkut masalah pajak. Tuhan Yesus menjawab bukan sekedar mengenai siapa yang harus membayar pajak tetapi juga sekaligus mengenai siapa yang berhak berbagian dalam Kerajaan Surga: kembalikan kepada kaisar apa yang menjadi milik kaisar dan kembalikan kepada Allah apa yang menjadi milik Allah. Kalimat ini begitu tajam menunjukkan kepada kita bahwa apa saja yang ada pada diri kita bahkan diri kita sendiripun bukanlah milik kita melainkan milik Tuhan. Maka semua yang menjadi milik Allah haruslah dikembalikan kepada Allah, kalau tidak maka akan merupakan pencurian/ kriminal/ berbuat kejahatan. Orang Kristen sejati adalah orang Kristen yang tahu bertanggung jawab mengembalikan semua yang Tuhan berikan kepada dia termasuk dirinya, hidupnya, talentanya, intelektualnya, dan semuanya. Orang Herodian menjadi bungkam dan mengundurkan diri.Pada tahap kedua, Tuhan Yesus harus berhadapan dengan orang Saduki. Orang Saduki adalah orang partai religius yang sangat liberal. Orang Saduki kelihatannya percaya kepada Allah tetapi pada hakekatnya mereka hanya sibuk dengan kekinian, mereka sibuk dengan urusan partai, politik, sosial, masyarakat, karena mereka jengkel dengan orang Farisi yang kelihatan sangat peduli Tuhan, peduli dengan hal-hal roh, berdoa, berpuasa tetapi sama sekali tidak mau mengurus urusan dunia, kenegaraan, sosial, masyarakat. Karena sibuk dengan kekinian, mereka begitu peduli dengan orang miskin, sibuk menolong orang miskin, akibatnya mereka tercemar dengan pikiran seputar masalah sosial yang muncul dari dunia. Sejarah mencatat bahwa pengaruh dari Epikurianisme (salah satu arus besar filsafat Yunani) merembes masuk ke dalam pikiran mereka. Akhirnya mereka sibuk dengan hal yang sekarang saja dan tidak peduli lagi dengan segala unsur rohani, mereka tidak percaya lagi dengan kebangkitan orang mati, surga atau neraka, adanya roh, adanya malaikat, adanya setan dan juga sekaligus tidak tahu adanya Tuhan. Mereka melempar semua pikiran yang ada di dunia kepada surga. Mereka melontarkan pertanyaan kepada Tuhan Yesus mengenai seorang wanita yang menikahi 7 orang pria secara berurutan karena pria yang dinikahinya mati satu persatu, akhirnya wanita itu mati juga, di surga nanti siapakah yang menjadi suami dari wanita itu. Tuhan menjawab dengan kalimat yang tajam: kamu SESAT! Kamu binasa didalam kesesatanmu. Dari kalimat tersebut Tuhan hendak menajamkan bahwa iman Kristen yang sejati kembali kepada Tuhan yang sejati berdasarkan kebenaran yang sejati. Mengerti Allah secara salah, mengerti iman secara salah akan beresiko kematian. Ajaran yang menyeleweng adalah berurusan dengan iman, dengan hidup yang kekal. Allah yang sejati adalah Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub, dan Allah ini adalah Allah orang hidup. Kalau memang tidak ada kebangkitan berarti Abraham, Ishak, Yakub sudah mati dan Allah mereka adalah Allah orang mati. Kritik tajam ini mengingatkan orang Saduki bahwa mereka sudah sesat karena liberalisme yang mencengkeram pikiran mereka yang menyebabkan mereka binasa. Orang Saduki bungkam.Pada tahap ketiga, orang Farisi mengeluarkan orang terbaik mereka untuk berhadapan dengan Tuhan Yesus. Kata ahli Taurat dalam nats Alkitab kita hari ini berarti seorang ahli hukum. Orang yang maju ini bukanlah orang sembarangan melainkan adalah orang Farisi sekaligus ahli Taurat sekaligus ahli hukum. Orang Farisi merasa bahwa Tuhan Yesus yang mereka hadapi adalah orang besar yang perlu dihadapi dengan serius. Keseriusan mereka ini sekaligus juga memaparkan kebobrokan mereka. Orang Farisi sangat berlawanan dengan orang Saduki, dimulai sejak 300 SM-250 SM, mereka dikenal sebagai orang yang sangat bertendensi rohani. Orang Farisi ini berkumpul/ mengambil langkah setelah mereka melihat orang Saduki bungkam.Tuhan Yesus tahu bahwa aktor di balik 3 dialog tersebut diatas adalah orang Farisi. Ketika Tuhan Yesus menghadapi orang Saduki, dapat terlihat keluasan hatiNya, dengan bertindak:menempatkan kebenaran di titik teratas.Kalimat Tuhan Yesus kepada orang Saduki mengenai adanya kebangkitan, bahwa kebangkitan itu benar-benar ada, adalah mendukung orang Farisi. Padahal Tuhan Yesus tahu betapa jahatnya orang Farisi terhadap Dia. Dalam hal ini adalah bukan maksud Tuhan Yesus untuk memihak orang Farisi melainkan untuk mengembalikan kebenaran di posisi teratas dari relasi. Point ini sangatlah penting, mengingat kitaseringkali tidak suka kepada pikiran orang yang tidak kita sukai meskipun itu benar. Hal ini berarti kebenaran dikalahkan oleh konsep relasi. Iman Kristen menegaskan bahwa kebenaran haruslah berada diatas semua relasi, entah kita senang atau tidak, entah kita mendukung atau tidak, kebenaran harus dinyatakan lepas dari segala bentuk relasi. Kalau kita gagal mengerti hal ini maka relasi akan mengontrol kebenaran. Inilah kecelakaan besar. Di tengah-tengah zaman post-modern yang rusak ini, komunitas menjadi titik pusat. Orang Kristen yang tahu sesuatu yang benar tetapi tidak disetujui oleh komunitasnya maka dia tidak berani menyatakan kebenaran karena dia takut berada di bawah komunitas. Sebaliknya kalau ada komunitas lain yang menjadi musuh komunitasnya menyatakan sesuatu yang benar, dia tidak berani menyatakan hal yang benar tersebut karena takut dianggap mendukung komunitas lain. Di tengah-tengah era yang sangat menekankan komunitas dan relasi ini, hubungan antar pribadi menjadi begitu utama daripada kebenaran. Ini adalah dosa dan kebinasaan. Salah satu penyebab kebinasaan dari orang Farisi adalah mereka mempermainkan kebenaran demi ambisi diri, demi mencapai keinginan diri mereka menggeser kebenaran. Seberapa jauh di tengah-tengah zaman yang seperti ini kita belajar menerapkan apa yang Kristus katakan? Hidup Kristen di mana saja haruslah kembali kepada kebenaran azasi. Disinilah kita bisa mengerti apa yang menjadi isi hati Tuhan, yang menjadi teriakan dari Tuhan. Orang yang berdiri dalam kebenaran, seluruh aspek hidupnya akan tertata didalam kebenaran, maka dia tidak akan mudah digoyahkan oleh relativitas dunia. Menjadi seorang Reformed adalah menjadi orang yang mengerti menempatkan kebenaran di titik pertama, kebenaran ini harus dijalankan didalam kasih. Inilah kunci penting didalam mengerti seluruh iman kekristenan. Menjadi orang Kristen sejati, menjadi warga Kerajaan Surga, mengutip Efesus, adalah orang yang hidup didalam kebenaran dan didalam kasih.Di saat Tuhan Yesus melakukan hal itu terhadap orang Farisi seharusnya mereka suka tetapi kenyataannya tidak demikian. Mereka justru menjadi sengit terhadap Tuhan Yesus lalu melawan. Orang Farisi katanya begitu setia kepada kebenaran, begitu belajar Taurat, begitu ketat dan tidak mau geser sedikitpun, sampai begitu detail membuat hukum-hukum Taurat. Orang Farisi menyusun 613 hukum yang ditata berdasarkan hukum Taurat, terdiri dari 248 harus dan 365 jangan. Orang Farisi harus hafal semuanya dan menjalankannya. Orang Farisi kelihatan kemunafikannya, dari luar kelihatan hebat dan begitu rohani tetapi di belakangnya menggandeng semua bidat demi untuk mendapatkan keinginan mereka. Ambisi mereka berada di atas kebenaran. Kelihatan begitu rohani tetapi dalamnya begitu humanis, kelihatan begitu mementingkan Tuhan tetapi dalamnya begitu mementingkan diri. Kalau tidak berhati-hati, orang Reformed bisa menjadi sama dengan orang Farisi. Gereja perlu waspada supaya tidak mencemarkan diri dengan segala bentuk apapun, membuka lubang sedikit saja untuk membiarkan bidat masuk. Demi menjadi besar, banyak gereja yang mengkompromikan ajaran dengan aliran apapun. Makin mau besar, kita harus mengkompromikan makin besar pula. Inilah sikap bagaimana ambisi manusia menunggangi religiositas. Di belakang kereligiositas yang luar biasa bisa ada sikap humanis yang sangat besar. Theologi Reformed yang ketat dan solid perlu dijalankan dengan tanggung jawab yang penuh, dengan motivasi yang murni, dengan mengerti menjaga diri dan menjaga hati didalam ambisi agar kita tidak menjadi sama dengan orang Farisi.Ternyata semua kerohanian orang Farisi bukan berakhir di kehidupan riil bersama Tuhan. Semua aktivitas pelayanan, kegiatan ritual mereka hanyalah menyatakan kebinasaan mereka. Ini adalah point yang menakutkan. Agama yang tidak kembali kepada kebenaran, kembali kepada esensi yang sesungguhnya, akan menjadi bumerang yang menghancurkan manusia. Adalah menakutkan jika orang bisa melakukan berbagai aktivitas rohani yang luar biasa tetapi masuk ke neraka. Banyak agama di dunia ini, mereka semuanya menuju kebinasaan karena mereka tidak balik kepada kebenaran, mereka bermain dengan pikiran-pikiran yang bukan kebenaran, akhirnya semua yang mereka perjuangkan menjadi habis. Banyak pula arus theologi yang mencampurkan arus kekristenan, kalau tidak kembali kepada kebenaran, akan membawa kepada kebinasaan. Orang Farisi berusaha untuk mengerti Taurat tetapi mereka justru memasukkan ide mereka ke dalam Taurat. Ajaran sepanjang PL sampai PB konsisten dengan prinsip: setiap anak Tuhan harus memasukkan diri/hidup kita ke dalam Firman Tuhan, karena dengan demikian hidup kita akan hidup yang sesuai dengan Firman Tuhan. Orang Farisi sedikit memutar prinsip ini yaitu: bagaimana Firman Tuhan dikaitkan dengan kita.Matius 22:36: Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat? Tuhan Yesus menjawab: Hukum yang terutama dan yang pertama adalah kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Di atas kedua hukum inilah berdiri semua hukum Taurat dan kitab para nabi. Apa latar belakang dari jawaban Tuhan Yesus? Mari kita melihat ke PL. Ulangan 6:4-5: Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa! Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Orang Farisi bertanya kepada Tuhan Yesus dengan mengharapkan Tuhan Yesus menjawab seperti Ulangan 6:4, karena orang Israel percaya penuh bahwa mereka harus melekat dengan Firman. Seharusnya mereka yang harus melekat dengan Firman tetapi mereka mengerti lain yaitu dengan memasang ban di dahi yang bagian tengahnya ada sebuah kotak kecil yang berisi tulisan Firman dalam Ulangan 6:4. Itulah syema/syahadat bagi orang Israel. Mereka menganggap bahwa hukum yang utama dan yang terutama adalah: Tuhan itu Allah, Tuhan itu esa! Secara konsep doktrinal hal ini tidaklah salah tetapi kalau hanya mengerti sampai sebatas ini, bukanlah iman Kristen. Mereka bermaksud menjebak Tuhan Yesus melalui ayat ini. Kalau seandainya Tuhan Yesus menjawab ayat ini maka mereka segera akan memperkarakan omongan Tuhan Yesus bahwa Dia adalah Anak Allah. Tuhan Yesus hendak menyatakan bahwa inti ayat itu bukanlah pada ayat itu, kalau engkau tahu bahwa Tuhan itu Allah dan Tuhan itu esa maka engkau harus bagaimana? Hal inipun menjadi kecelakaan bagi orang Reformed yang merasa sudah jago dalam hal doktrin tetapi ketika dituntut untuk melaksanakannya tidak ada yang mampu.Prinsip iman Kristen: warga Kerajaan Surga/umat Allah yang sejati/ milik Tuhan yang sejati/ imamat yang rajani adalah dia yang menuruti Ulangan 6:5. Ayat ini adalah reaksi yang seharusnya dari orang yang ikut Tuhan yang adalah Allah dan yang esa. Inilah iman Kristen yang sesungguhnya. Kalau kita tidak mencintai Tuhan dengan sungguh-sungguh, dengan segenap hati, dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi maka kita sudah berbohong dengan mengaku sebagai orang Kristen. Demikian juga semua aktivitas ibadah kita, pelayanan kita adalah kebohongan belaka, karena kita tidak mencintai Tuhan dengan sepenuhnya. Untuk apakah kita hadir di kebaktian kalau tidak mencintai Tuhan dengan sepenuhnya? Adakah motivasi lain? Berarti kita sudah munafik. Kalau kita mencintai Tuhan maka kita akan datang ke kebaktian dengan penuh semangat karena akan memuji Tuhan, kita akan senang sekali membaca Firman Tuhan, seperti halnya ketika kita mencintai seseorang, kita akan selalu ingin bertemu dia, membaca suratnya. Orang Farisi tahu semua aturan tetapi gagal menangkap jiwanya. Adalah paling menakutkan kalau kita terjebak ke dalam kalimat hukum tetapi kita kehilangan esensi/ jiwanya hukum.Ajaran iman Kristen bukan berhenti di rumusan hukum tapi bagaimana kita menjiwai. John Calvin, sebagai pencetus Theologi Reformed, bukan menginginkan kita bertheologi secara otak. Ada 1 kalimat besar beliau yang dijadikan salah satu slogan dalam kekristenan dan yang digambarkan dalam lukisan dua telapak tangan yang terbuka dan di tengahnya ada gambar hati dengan salib di dalamnya. Calvin disejajarkan dengan Polycarpus, ketika Polycarpus berhadapan dengan kesulitan yang paling besar yang menuntut dia untuk mengingkari imannya, dia mengatakan: 86 tahun aku melayani Tuhan dan Dia tidak pernah mengecewakan aku, bagaimana mungkin aku menyangkali Raja dan Tuhanku. Aku lebih rela mati daripada harus menyangkali Dia. Akhirnya, dia dibakar hidup-hidup. Calvin pada tahun 1536 diminta untuk melayani di Geneva, dia melayani di sana dengan sepenuh hati, tetapi orang Geneva tidak suka dididik oleh Calvin dalam kebenaran Firman, pada tahun 1538 dia ditendang keluar dari Geneva. Calvin keluar menuju ke Strassburg dalam keadaan yang sangat miskin, sangat kekurangan dan hampir tidak bisa makan. 3 tahun kemudian situasi sudah membaik, Calvin sudah mengalami perbaikan dalam kehidupannya, dia sudah beristri dan melayani di Strassburg. Saat itu, Geneva memanggil balik Calvin karena semenjak ditinggalkan Calvin Geneva menjadi berantakan. Calvin dalam hatinya tidak suka untuk kembali ke sana, tetapi dia berdoa kepada Tuhan: Tuhan, aku bukan orang yang hidup untuk diriku. Tuhan, aku persembahkan hatiku ke dalam tanganMu, sekarang dan dengan sepenuh hatiku. Keluarlah kalimat besar dari Calvin. Paulus juga pernah berkata: hidupku bukannya aku lagi tapi Kristus dalamku. Tidak ada hidup yang boleh aku kuasai sendiri.Orang Kristen sejati adalah orang yang hidupnya selalu melihat Tuhan, mencintai Tuhan dan memberikan seluruh hatinya kepada Tuhan. Tuhan Yesus bukan sekedar menjawab pertanyaan orang Farisi diatas tetapi Dia juga hendak menusuk dalam si ahli hukum ini supaya dia mengerti bukanlah rumusan hukum, bukan sekedar mengerti aturan theologis, tetapi mengerti jiwa hukum, mengerti jiwa dari isi hati Tuhan, dimana kita diminta untuk mencintai Dia sesungguhnya. Mari kita belajar untuk mencintai Tuhan yang sudah begitu mencintai kita, yang sudah rela mati untuk kita untuk menebus kita.Tuhan juga mengajar kita untuk mengasihi sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Di alam semesta ini ada 2 hukum inter personal yang begitu tinggi nilainya yaitu Confusius dengan etika relasinya yang begitu besar, dia mengatakan: apapun yang engkau tidak ingin orang lain lakukan padamu, jangan lakukan itu pada orang lain. Kalimat ini menjadikan hubungan antar pribadi begitu baik. Kita tidak melakukan hal yang mencelakakan orang lain karena kita tidak ingin orang lain mencelakakan kita. Tetapi kalimat besar ini belumlah sebanding dengan hukum emas yang ditegakkan oleh Kristus. Orang yang tidak melakukan hal-hal yang mencelakakan/ mengganggu orang lain bukan berarti dia melakukan hal yang baik. Tuhan Yesus mengajarkan: apa yang kau inginkan orang lain lakukan padamu, lakukan itu kepada mereka. Ajaran ini lebih bersifat aktif. Sayangnya, orang berdosa dengan pikiran yang rusak mengambil kesimpulan bahwa sebelum mengasihi orang lain kita harus mengasihi diri sendiri terlebih dahulu. Ini sesat! Ajaran diatas bukan memberi kesempatan untuk kita menjadi egois melainkan justru mematahkan keegoisan kita yaitu dengan bagaimana kita berinisiasi mencintai orang lain. Konsep ini tidak bisa dijalankan kalau bukan oleh anak Tuhan.2 hukum diatas akan membedakan antara orang Kristen yang sejati dengan yang bukan. Hanya orang yang sudah terlebih dahulu mengalami cinta Tuhan dalam hidupnya yang sanggup mencintai Tuhan. Hanya orang yang sudah mengalami penebusan yang sanggup menjalankan 2 hukum tersebut. Orang yang hidupnya mencintai Tuhan dengan sungguh baru dapat mencintai orang lain. Cinta dunia hanyalah cinta yang mengorbankan korban: kalau saya cinta kamu karena saya mau makan kamu. Mengasihi sesama seharusnya bukan karena kita mendapatkan sesuatu tetapi karena kita memberikan yang terbaik untuk orang lain. Hati/jiwa mengerti Allah yang sejati akan membuat kita mengerti tentang manusia yang sejati. Mari kita evaluasi diri kita: seberapa jauh kita mencintai Tuhan dan sesama? Kalau selama ini belum dilaksanakan, mengapa bisa demikian? Amin. ?