latar belakang bimbingan dan konseling

Upload: ridho-kurniawan-putra

Post on 05-Oct-2015

10 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

BK

TRANSCRIPT

LATAR BELAKANG BIMBINGAN DAN KONSELING A.Latar Belakang Psikologis Latar belakang prikologis dalam BK memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menajadi sasaran (klien). Hal ini sangat penting karena bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku yang perlu diubah atau dikembangkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Untuk keperluan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian dalam bidang psikologi perlu dikuasai, yaitu tentang:1. Motif dan motivasiMotivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu menggerakan, mengarahkan, dan menopang tingkah laku manusia.a) Menggerakan berarti menimbulkan kekuatan pada individu, memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat kan kesenangan.b) Mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu.c) Untuk menjaga atau menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah dorongan dorongan dan kekuatan kekuatan individu.2. Pembawaan dasar dan lingkunganPembawaan adalah suatu konsep yang dipercayai/dikemukakan oleh orang-orang yang mempercayai adanya potensi dasar manusia yang akan berkembang sendiri atau berkembang dengan berinteraksi dengan lingkungan. Ada pula istilah lain yang biasa diidentikkan dengan pembawaan, yakni istilah keturunan dan bakat. Sebenarnya ketiga istilah tersebut tidaklah persis sama pengertiannya. Pembawaan ialah seluruh kemungkinan atau kesanggupan (potensi) yang terdapat pada suatu individu dan yang selama masa perkembangan benar-benar dapat diwujudkan (direalisasikan). Pembawaan tersebut berupa sifat, ciri, dan kesanggupan yang biasa bersifat fisik atau bisa juga yang bersifat psikis (kejiwaan). Warna rambut, bentuk mata, dan kemampuan berjalan adalah contoh sifat, ciri, dan kesanggupan yang bersifat fisik. Sedangkan sifat malas, lekas marah, dan kemampuan memahami sesuatu dengan cepat adalah sifat-sifat psikis yang mungkin berasal dari pembawaan. Pembawaan yang bermacam-macam itu tidak berdiri sendiri-sendiri, yang satu terlepas dari yang lain. Seluruh pembawaan yang terdapat dalam diri seseorang merupakan keseluruhan yang erat hubungannya satu sama lain; yang satu menentukan, mempengaruhi, menguatkan atau melemahkan yang lain. Manusia tidak dilahirkan dengan membawa sifat-sifat pembawaan yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri, tetapi merupakan struktur pembawaan. Struktur pembawaan itu menentukan apakah yang mungkin terjadi pada seseorang.lingkungan adalah segala sesuatu yang mempengaruhi perkembangan diri manusia, yakni orang-orang lain (individu atau masyarakat), binatang, alam, kebudayaan, agama, adat- istiadat, iklim. Seorang ahli psikolog Amerika, membagi lingkungan menjadi 3 bagian sebagai berikut:a. Lingkungan alam atau luar (eksternal or physical environment), ialah segala sesuatu yang ada dalam dunia ini, selain manusia. b. Lingkungan dalam (internal environment), ialah segala sesuatu yang telah masuk ke dalam diri kita, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik kita, misalnya makanan yang telah diserap pembuluh-pembuluh darah dalam tubuh. c. Lingkungan sosial, ialah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita.3. Perkembangan individuPerkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang dialami individu menuju kedewasaan baik fisik maupun psikis dan berlangsung secara terus menerus selama siklus kehidupan.4. Belajar, balikan dan penguatanBerdasarkan teori belajar yang dikemukakan Thorndike dengan teorinya Law of effect dalam hal ini siswa akan lebih bersemangat belajar apabila mengetahui dan mendapat hasil yang baik. Hasil yang baik akan menjadikan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik pada usaha belajar selanjutnya. Sedangkan dorongan belajar itu menurut Skinner tidak dengan penguatan yang menyenangkan, tetapi juga yang tidak menyenangkan. Siswa yang belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan, nilai yang baik itu mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi (penguatan positif). Sebaliknya, siswa yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, sehingga mendorongnya untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang jelek dan takut tidak naik kelas bias juga mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi (penguatan negatif).5. Kepribadian[footnoteRef:2][1] [2: [1] Prayitno. Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Hal. 170]

Kepribadian menurut Allport yaitu kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pikiran individu secara khas.[footnoteRef:3][2] [3: [2] http://trescent.wordpress.com/category/psikologi-kepribadian/]

B. Latar Belakang Sosial BudayaLatar belakang sosial budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial budaya yang ada di sekitarnya. Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial budaya dapat mengakibatkan tersingkir dari lingkungannya. Lingkungan sosial budaya yang melatar belakangi dan melingkupi individu berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan pula dalam proses pembentukan perilaku dan kepribadian individu yang bersangkutan. Apabila perbedaan dalam sosial budaya ini tidak dijembatani, maka tidak mustahil akan timbul konflik internal maupun eksternal, yang pada akhirnya dapat menghambat terhadap proses perkembangan pribadi dan perilaku individu yang besangkutan dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.Dalam proses konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara konselor dengan klien, yang mungkin antara konselor dan klien memiliki latar sosial dan budaya yang berbeda. Pederson dalam Prayitno mengemukakan lima macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya, yaitu :1. perbedaan bahasa2. komunikasi non-verbal3. stereotipe4. kecenderungan menilai5. kecemasan.[footnoteRef:4][3] [4: [3] Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta : Rineka Cipta, 2006) h. 32]

Kurangnya penguasaan bahasa yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkomunikasi dapat menimbulkan kesalahpahaman. Bahasa non-verbal pun sering kali memiliki makna yang berbeda-beda, dan bahkan mungkin bertolak belakang. Stereotipe cenderung menyamaratakan sifat-sifat individu atau golongan tertentu berdasarkan prasangka subyektif (social prejudice) yang biasanya tidak tepat.[footnoteRef:5][4] [5: [4] Gerlald Corey.Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi (Terj. E. Koswara), Bandung : Refika, 2003 h. 135]

Penilaian terhadap orang lain disamping dapat menghasilkan penilaian positif tetapi tidak sedikit pula menimbulkan reaksi-reaksi negatif. Kecemasan muncul ketika seorang individu memasuki lingkungan budaya lain yang unsur-unsurnya dirasakan asing. Kecemasan yang berlebihan dalam kaitannya dengan suasana antar budaya dapat menuju ke culture shock, yang menyebabkan dia tidak tahu sama sekali apa, dimana dan kapan harus berbuat sesuatu. Agar komuniskasi sosial antara konselor dengan klien dapat terjalin harmonis, maka kelima hambatan komunikasi tersebut perlu diantisipasi.[footnoteRef:6][5] [6: [5]www.landasanBK.htm ]

Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, Moh. Surya mengatakan tentang tren bimbingan dan konseling multikultural, bahwa bimbingan dan konseling dengan pendekatan multikultural sangat tepat untuk lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia. Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan latar belakang berlandaskan semangat bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di atas keragaman. Layanan bimbingan dan konseling hendaknya lebih berpangkal pada nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata mampu mewujudkan kehidupan yang harmoni dalam kondisi pluralistik.[footnoteRef:7][6] [7: [6] Syamsu Yusuf dan A. Nurishan Juntika, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006) h. 57]

C. Latar Belakang AgamaDalam landasan agama, bimbingan dan konseling diperlukan penekanan pada 3 hal pokok:1. Keyakinan bahwa mnusia dan seluruh alam adalah mahluk Tuhan2. Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan kearah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama3. Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama untuk membentuk perkembangan dan pemecahan masalah individu Latar belakang agama berkenaan dengan :1. Manusia sebagai Mahluk TuhanManusia adalah mahluk Tuhan yang memiliki sisi-sisi kemanusiaan. Sisi-sisi kemanusiaan tersebut tdiak boleh dibiarkan agar tidak mengarah pada hal-hal negatif. Perlu adanya bimbingan yang akan mengarahkan sisi-sisi kemanusiaan tersebut pada hal-hal positif.2. Sikap KeberagamaanAgama yang menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat menjadi isi dari sikap keberagamaan. Sikap keberagamaan tersebut pertama difokuskan pada agama itu sendiri, agama harus dipandang sebagai pedoman penting dalam hidup, nilai-nilainya harus diresapi dan diamalkan. Kedua, menyikapi peningkatan iptek sebagai upaya lanjut dari penyeimbang kehidupan dunia dan akhirat.3. Peranan AgamaPemanfaatan unsur-unsur agama hendaknya dilakukan secara wajar, tidak dipaksakan dan tepat menempatkan klien sebagai seorang yang bebas dan berhak mengambil keputusan sendiri sehingga agama dapat berperan positif dalam konseling yang dilakukan agama sebagai pedoman hidup ia memiliki fungsi:4. Memelihara fitrah5. Memelihara jiwa6. Memelihara akal7. Memelihara keturunan Faktor agama dalam bimbingan dan konseling yang lainnya adalah: 1. Individu sebagai makhluk Tuhan (fitrah sebagai khalifah dan hamba, homo religius)2. Tantangan terhadap dimensi spiritualitas individu (dekadensi moral, budaya, hedonistik, penyakit-penyakit hati, dll)3. Pengaruh agama terhadap kesehatan mental.[footnoteRef:8][7] [8: [7] Sofwan, S Willis Prof Dr. Konseling Individu Teori dan Praktek, 2007, hal 38]

D. Latar Belakang PendidikanSesuai dengan kebijaksanaan pemerintah, pendidikan diartikan sebagai suatu usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian yang berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Sedangkan tujuan pendidikan sebagaimana dikemukakan dalam GBHN adalah: Untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Dan pengertian dan tujuan di atas, jelas bahwa yang menjadi tujuan inti dari pendidikan adalah perkembangan kepribadian secara optimal dan setiap anak didik sebagai pribadi. Dengan demikian setiap kegiatan proses pendidikan diarahkan kepada tercapainya pribadi-pribadi yang berkembang optimal sesuai dengan potensi masing-masing.Untuk menuju tercapainya pribadi yang berkembang, maka kegiatan pendidikan hendaknya bersifat menyeluruh yang tidak hanya berupa kegiatan instruksional (pengajaran), akan tetapi meliputi kegiatan yang menjamin bahwa setiap anak didik secara pribadi mendapat layanan sehingga akhirnya dapat berkembang secara optimal. Kegiatan pendidikan yang diinginkan seperti tersebut di atas, adalah kegiatan pendidikan yang ditandai dengan pengadministrasian yang baik, kurikulum beserta proses belajar mengajar yang memadai, dan layanan pribadi kepada anak didik melalui bimbingan.[footnoteRef:9][8] [9: [8]W.S, Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta : PT Grasindo,1991) h.112]

Dalam hubungan inilah bimbingan mempunyai peranan yang amat penting dalam pendidikan, yaitu membantu setiap pribadi anak didik agar berkembang secara optimal. Dengan demikian maka hasil pendidikan sesungguhnya akan tercermin pada pribadi anak didik yang berkembang baik secara akademik, psikologis, maupun sosial. Kalau kita menyimak kenyataan yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia pada umumnya, masih terdapat kecenderungan bahwa pendidikan belum sepenuhnya dapat membantu perkembangan kepribadian anak didik secara optimal. Secara akademis masih nampak gejala bahwa anak didik belum mencapai prestasi belajar secara optimal. Hal ini nampak antara lain dalam gejala-gejala: putus sekolah, tinggal kelas, lambat belajar, berprestasi rendah, kekurang-percayaan masyarakat terhadap basil pendidikan, dan sebagainya. Secara psikologis masih banyak adanya gejala-gejala perkembangan kepribadian yang kurang matang, kurang percaya pada diri sendiri, kecemasan, putus asa, bersikap santai, kurang responsif, ketergantungan, pribadi yang tidak seimbang, dan sebagainya. Demikian juga secara sosial ada kecenderungan anak didik belum memiliki kemampuan penyesuaian sosial secara memadai.FAKTA: Pendidikan belum sepenuhnya dapat membantu perkembangan kepribadian anak didik secara optimal. Secara akademis masih nampak gejala bahwa anak didik belum mencapai prestasi belajar secara optimal pula. Secara psikologis masih banyak adanya gejala-gejala perkembangan kepribadian yang kurang matang, kurang percaya pada diri sendiri, kecemasan, putus asa, bersikap santai, kurang responsif, ketergantungan, pribadi yang tidak seimbang, dan sebagainya Ada tiga hal pokok yang menjadi latar belakang perlunya bimbingan dilihat dan segi pendidikan. Pertama adalah dilihat dan hakikat pendidikan sebagai suatu usaha sadar dalam mengembangkan kepribadian. Hal ini mengandung implikasi bahwa proses pendidikan menuntut adanya pendekatan yang lebih luas dari pada sekedar pengajaran. Pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan pribadi melalui layanan bimbingan dan konseling. Kedua, pendidikan senantiasa berkembang secara dinamis dan karenanya selalu terjadi perubahan perubahan dan penyesuaian dalam komponen-komponennya. Menghadapi perkembangan ini para siswa sebagai subjek didik memerlukan bantuan dalam penyesuaian diri melalui layanan bimbingan. Ketiga pada hakikatnya guru mempunyai peranan yang tidak hanya sebagai pengajar,tetapi lebih luas dari itu, yaitu sebagai pendidik. Sebagai pendidik, maka guru seyogyanya dapat menggunakan pendekatan pribadi dalam mendidik para siswanya. Pendekatan pribadi ini diwujudkan melalui layanan bimbingan.Uraian di atas, menjelaskan bahwa perlunya layanan bimbingan di sekolah adalah berlatarbelakangkan tiga aspek. Pertama adalah aspek lingkungan, khususnya lingkungan. sosial kultural, yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi individu siswa sebagai subjek didik, dan sekolah sebagai lembaga pendidikan. Sebagai akibat dari lingkungan pengaruh sosial-kultural ini, maka individu memerlukan adanya bantuan dalam perkembangannya, dan sekolahpun memerlukan pendekatan khusus. Bantuan dan pendekatan yang diperlukan adalah layanan bimbingan dan konseling. Aspek yang kedua adalah lembaganya itu sendiri yaitu pendidikan yang mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian subjek didik. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang dilaksanakan secara tuntas baik dalam proses kegiatannya maupun tindak dan para pelaksana nya yaitu guru sebagai pendidik. Untuk menuntaskan pendidikan, diperlu kan adanya layanan bimbingan dan konseling. Aspek ketiga adalah yang menyangkut segi subjek didik sebagai pribadi yang unik, dinamik dan berkembang, memerlukan pendekatan dan bantuan yang khusus melalui layanan bimbingan dan konseling.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa aspek lingkungan (sosial kultural) pendidikan, dan siswa (psikologis) merupakan latar belakang perlunya layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Perlunya layanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak terlepas kaitannya dengan beberapa aspek yang menjadi latar belakangnya, yaitu aspek sosial-kultural, pedagogis, dan psikologis. Latar belakang sosial-kultural berhubungan dengan masalah perkembangan sosial yang juga erat kaitannya dengan perkembangan kebudayaan khususnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan tersebut mempengaruhi sekolah sebagai lembaga pendidikan dan juga mempengaruhi siswa sebagai individu. Latar belakang pedagogis berhubungan dengan masalah hakikat pendidikan sebagai usaha mengembangkan kepribadian, dinamika dan perkembangan kepribadian, dan hakikat peranan guru sebagai pendidik. Hal itu berkaitan erat dengan perlunya layanan pribadi para siswa dalam upaya mencapai perkembangan optimal. Latar belakang psikologis, berhubungan dengan hakikat siswa sebagai pribadi yang unik, dinamik dan berkembang, dalam upaya mencapai perwujudan diri. Secara psikologis setiap siswa memerlukan adanya layanan yang bertitik tolak dari kondisi keunikan masing-masing. Ketiga hal di atas, menuntut adanya layanan bimbingan dan konseling sebagai salah satu unsur dalam keseluruhan pendidikan di sekolah. Latar belang pendidikan yang lainnya adalah sebagai berikut:Demokratisasi yang menyebabkan perkembangan pendidikan yang bersifat meninggi, meluas, dan mendalam.1. meninggi: bertambahnya kesempatan dan kemungkinan untuk mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi, yang merupakan kebutuhan pilihan jenjang pendidikan yang tepat.2. Meluas: pembagian sekolah dalam berbagai jurusan khusus dan sekolah kejuruan, yang merupakan kebutuhan pilihan jurusan dan bidang studi yang tepat.3. Mendalam: berkembangnya ruang lingkup dan keragaman serta pertumbuhan tingkat kerumitan tiap bidang studi, yang merupakan pengembangan kemampuan, sikap dan minat serta perhatian individual.[footnoteRef:10][9] [10: [9] www.bimbingan-dan-konseling.html]

E. Latar Belakang Perkembangan IPTEKBimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bersifat multireferensial, artinya ilmu dengan rujukan berbagai ilmu yang lain. Misalnya ilmu statistik dan evaluasi memberikan pemahaman dan tehnik-tehnik. Pengukuran dan evaluasi karakteristik individu; biologi memberikan pemahaman tentang kehidupan kejasmanian individu. Hal itu sangat penting bagi teori dan praktek bimbingan dan konseling.Sejalan dengan perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi berbasis komputer, sejak tahun 1980-an peranan komputer telah banyak dikembangkan dalam bimbingan dan konseling. Bidang yang telah banyak memanfaatkan jasa komputer ialah bimbingan karier dan bimbingan dan konseling pendidikan. Hal ini bahwa sejalan dengan perkembangan teknologi komputer interaksi antara konselor dengan individu yang dilayaninya (klien) tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi dapat juga dilakukan melalui hubungan secara virtual (maya) melalui internet, dalam bentuk cyber counseling. Dikemukakan pula, bahwa perkembangan dalam bidang teknologi komunikasi menuntut kesiapan dan adaptasi konselor dalam penguasaan teknologi dalam melaksanakan bimbingan dan konseling.Dengan teknologi jaringan tersebut tidak hanya mata kuliah atau bidang studi saja yang bisa memanfaatkan teknologi tinggi ini, melainkan hampir sebagian besar proses belajar mengajar termasuk BK (Bimbingan Konseling) atau Bimbingan Karier sudah bisa memanfaatkan teknologi tinggi ini.Seperti kita ketahui bahwa saat ini BK belum dikatakan materi, sehingga tidak semua sekolah di Indonesia memberikan jam yang cukup untuk materi BK ini, karena berbagai alasan. Dengan demikian apakah dengan tidak tersedianya waktu yang cukup peran Guru BK akan berhasil? Siapapun pasti akan menjawab tidak. Dengan argumen apapun jika waktu yang tersedia tidak cukup atau tidak sesuai seperti yang diharapkan, maka jangan harap apa yang disampaikan bisa mengenai sasarannya. Oleh karena itu peranan teknolgi bisa menjawab kekurangan waktu tersebut.[footnoteRef:11][10] [11: [10] Ibid. h.203]

Salah satu tantangan guru BK yaitu dihadapi pilihan yang terus berubah (over choise). Para siswa sekarang lebih dahsyat lagi menerima pengaruh global. Kondisi ini menuntut guru BK tak boleh ketingalan IPTEK.Informasi dunia kerja, cara belajar dan menghadapi masalah sosial harus mampu diakses guru BK lewat berbagai cara. Sekolah ataupun lembaga wajib menyiapkan SDM calon guru BK agar kompetensinya relevan dengan kebutuhan masyarakat. Guru BK harus bisa menyelesaikan masalah di sekolah dan juga berperan di masyarakat maupun memecahkan masalah keluarga.Guru BK di sekolah harus berkreasi mengatasi tantangan masa depan anak-anak yang makin kompleks. Guru BK menjadi pendamping siswa guna membangun potensi, memotivasi belajar serta mencairkan faktor penghalang kemajuan siswa.Terkait sasaran layanan makin kompleks, diperlukan pelayanan BK yang profesional. Salah satu syarat pekerjaan profesional itu adanya komitmen menerapkan keahlian. Lembaga ataupun sekolah harus selalu menyiapkan guru BK yang adaptif dengan perubahan iptek sehingga teori yang dipelajari relevan dengan tugas BK.[footnoteRef:12][11] [12: [11] www.bimbingan-dan-konseling.htm]

Dengan teknologi khususnya jaringan komputer baik Intranet maupun Internet proses belajar mengajar, proses interaksi antara konselor dan klien bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja tanpa dibatasi ruang dan waktu. Dengan demikian peran teknologi tinggi dalam dunia pendidikan khususnya Bimbingan dan Konseling sangat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dan maksimal. Terlepas dari itu semua apakah seorang konselor dalam hal ini Guru BK (Bimbingan dan Konseling) sudah siap dengan teknologi ini? Jika sudah siap maka kapan lagi kalau tidak dimulai dari sekarang, karena banyak sarana, bahan dan sebagainya yang bisa kita dapatkan melali dunia maya tersebut.

LATAR BELAKANG PERLUNYA BIMBINGAN DAN KONSELING 3:36 AM Diposkan oleh Sahrotul Fitria

I. PendahuluanMenurut pakar bimbingan, bimbingan yaitu suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.[1]

Sedangkan konseling merupakan bagian dari bimbingan, baik sebagai pelayanan maupun sebagai teknik. Konseling menurut Rochman Natawidjaja yaitu satu jenis pelayanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Konseli merupakan bagian terpadu dari bimbingan dua orang individu, dimana konselor berusaha membantu konseli untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang.[2]

II. PembahasanA. Latar belakang perlunya bimbingan dan konselingFaktor-faktor yang melatarbelakangi muncul dan diperlukannya bimbingan dan konseling:1. Latar belakang historisSejarah tentang developing ones potential (pengembangan potensi individu) dapat ditelusiri masyarakat Yunani kuno. Mereka menekankan tentang upaya untuk mengembangkan dan memperkuat individu melaui pendidikan, sehingga mereka dapat mengisi peranannya dimasyarakat. Mereka meyakini bahwa dalam diri individu terdapat kekuatan-kekuatan yang dapat distimulasi dan dibimbing kearah tujuan-tujuan yang berguna, bermanfaat atau menguntungkan baik bagi dirinya sendiri maupun masyarakat. Konselor yang terkenal di Yunani kuno adalah Plato, karena dia telah menaruh perhatian yang begitu besar terhadap pemahaman psikologis individu, seperti menyangkut aspek isu-isu moral, pendidikan, hubungan dalam masyarakat, dan teologis. Dia juga menaruh perhatian terhadap masalah-masalah: a. Bagaimana membangun pribadi manusia yang baik melalui asuhan atau pendidikan formal.b. Bagaimana caranya supaya anak dapat berfikir lebih efektif.c. Teknik apa yang telah berhasil mempengaruhi manusia dalam kemampuannya mengambil keputusan dan mengembangkan keyakinannya.Konselor yang lain diantaranya adalah Aristoteles (murid Plato), Hippocrates dan para dokter lainnya yang menaruh perhatian pada bidang psikologi.[3]2. Latar belakang filosofisKata filosofis atau filsafat dalam bahasa Arab yang berasal dari kata yunani yang berarti filosofia (philosophia). Filsafat artinya cinta terhadap kebijaksanaan atu hikmah atau ingin mengerti segala sesuatu dengan mendalam. John J. Pietrofesa et.al mengemukakan pendapat James Cribin tentang prinsip-prinsip filosofis dalam bimbingan:a. Bimbingan hendaknya didasarkan kepada pengakuan akan kemuliaan dan harga diri individu dan atas hak-haknya untuk mendapat bantuan.b. Bimbingan merupakan proses pendidikan yang berkesinambungan artinya bimbingan merupakan bagian intergal dalam pendidikan.c. Bimbingan harus respek terhadap hak-hak setiap klien yang meminta bantuan atau pelayanan.d. Bimbingan bukan prerogatif kelompok khusus profesi kesehatan mental. Bimbingan dilaksanakan melaui kerjasama, dan masing-masing bekerja berdasarkan keahlian atau kompetensinya sendiri.e. Fokus bimbingan adalah membantu individu merealisasikan potensi dirinya. f. Bimbingan merupakan elemen pendidikan yang bersifat individualisme, personalisasi dan sosialisai.[4]Pemikiran dan pemahaman filosofis menjadi alat yang bermanfaat bagi pelayanaan bimbingan dan konseling pada umumnya, dan bagi konselor khususnya yaitu membantu konselor dalam memahami situasi konseling dan dalam memberi keputusan yang tepat.[5]3. Latar belakang sosial budayaFaktor-faktor sosial budaya yang menimbulkan kebutuhan akan bimbingan:a. Perubahan konstelasi keluargaTerkait dengan masalah keluarga yang disfungsional, Stephen R. Covey mengemukakan sekitar 30 tahun yang lalu terjadi perubahan situasi keluarga yang sangat kuat dan dramatis seperti peristiwa berikut ini:1) Angka kelahiran anak yang tidak sah meningkat menjadi 400%.2) Persentase orang tua tunggal (single parrent) telah berlipat ganda.3) Angka perceraian yang terjadi telah berlipat ganda, pernikahan yang berakhir dengan perceraian.4) Peristiwa bunuh diri dikalangan remaja meningkat sekitar 300%.5) Sekor tes bakat skolastik para siswa turun sekitar 73 butir6) Masalah nomor satu wanita Amerika pada saat ini adalah tindakan kekerasan (pemerkosaan).7) Seperempat remaja yang melakukan hubungan seksual telah terkena penyakit kelamin sebelum menamatkan sekolahnya di SMA.[6]b. Perkembangan pendidikanArah meluas tampak dalam pembagian sekolah dalam berbagai jurusan khusus dan sekolah kejuruan. Hal ini menimbulkan kebutuhan akan bimbingan untuk memilih jurusan yang khusus dan memilih bidang studi yang tepat bagi setiap murid. Arah mendalam tampak dalam berkembangnya ruang lingkup dan keragaman disertai dengan pertumbuhan tingkat kerumitan dalam tiap bidang studi. Hal ini menimbulkan masalah bagi murid untuk mendalami tiap bidang studi dengan tekun. Perkembangan ke arah ini bersangkut paut pula dengan kemampuan dan sikap serta minat murid terhadap bidang studi tertentu. Ini semua menimbulkan akibat bahwa setiap murid memerlukan perhatian yang bersifat individual dan khusus. Dalam hal ini pula terasa sekali kebutuhan akan bimbingan di sekolah.[7]c. Dunia kerjaDalam dunia kerja bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan karena terjadi berbagai macam perubahan diantaranya sebagai berikut:1) Semakin berkurangnya kebutuhan terhadap pekerja yang tidak memilki ketrampilan.2) Meningkatnya kebutuhan terhadap para pekerja yang profesional dan memiliki ketrampilan teknik.3) Berkembangnya berbagai jenis pekerjaan sebagai dampak dari penerapan teknologi maju.4) Berkembangnya perindustrian di berbagai daerah.5) Berbagai jenis pekerjaan yang baru memerlukan cara-cara pelayanan yang baru.6) Semakin bertambahnya jumlah para pekerja yang masih berusia muda dalam dunia kerja.d. Perkembangan metropolitanDampak sosial yang buruk dari pertumbuhan kota di abad-21 terutama di kota-kota berkembang sebagai berikut:1) Urbanisasi dilakukan dengan motivasi mengadu nasib.2) Masalah pengangguran.3) Banyaknya tenaga kerja yang tidak memenuhi kebutuhan lapangan kerja di kota.4) Banyaknya pemukiman ilegal didirikan.5) Terbatasnya fasilitas air bersih dibanding banyaknya jumlah kebutuhan penduduk.6) Lingkungan semakin buruk yang mengakibatkan meningkatnya angka kematian anak.e. Perkembangan komunikasif. Seksisme dan rasismeSeksisme merupakan paham yang mengunggulkan salah satu jenis kelamin dari jenis kelamin yang lainya. Sedangkan rasisme merupakan paham yang mengunggulkan ras yang satu dari ras yang lainnya.g. Kesehatan mentalh. Perkembangan teknologiTimbul dua masalah penting yang menyebabkan kerumitan struktur dan keadaan masyarakat:1) Penggantian sebagian besar tenaga kerja dengan alat-alat mekanis-elektronik.2) Bertambahnya jenis-jenis pekerjaan dan jabatan baru yang menghendaki keahlian dan pendidikan khusus. i. Kondisi moral dan keagamaanj. Kondisi sosial ekonomi.[8]4. Latar belakang religiusLandasan religius bimbingan dan konseling pada dasarnya ingin menetapkan klien sebagai makhluk Tuhan dengan segenap kemuliaannya menjadi fokus sentral upaya bimbingan dan konseling. Pembahasan landasan religius ini, terkait dengan upaya mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam proses bimbingan dan konseling. Pendekatan bimbingan dan konseling yang terintegrasi di dalamnya dimensi agama, ternyata sangat disenangi oleh masyarakat Amerika sekarang ini. Perlunya pengintegrasian nilai-nilai agama dalam konseling, Marsha Wiggin Frame mengemukakan bahwa agama sepatutnya mendapat tempat dalam praktek-praktek konseling atau psikoterapi, yang berdasarkan alasan:a. Mayoritas orang Amerika meyakini Tuhan dan mereka banyak yang aktif mengikuti peribadatan.b. Terdapat tumpang tindih dalam nilai dan tujuan antara konseling dengan agama, seperti menyangkut upaya membantu individu agar dapat mengelola berbagai kesulitan hidupnya.c. Banyak bukti empirik yang menunjukkan bahwa keyakinan beragama telah terkontribusi secara positif terhadap kesehatan mental.d. Agama sudah sepatutnya diintegrasikan ke dalam konseling dalam upaya mengubah pola pikir yang berkembang di akhir babad-20.e. Kebutuhan yang serius untuk mempertimbangkan konteks dan latar balakang budaya klien, mengimplikasikan bahwa konselor harus memperhatikan secara sungguh-sungguh tentang peranan agama dalam budaya.[9]5. Latar belakang psikologisPeserta didik sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses perkembangan, memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksi dengan lingkungannya. Di samping itu, peserta didik senantiasa mengalami berbagai perubahan sikap dan tingkah lakunya. Proses perkembangan tidak selalu berlangsung secara linier (sesuai dengan arah yang diharapkan atau norma yang dijunjung tinggi), tetapi bersifat fluktuatif dan bahkan terjadi stagnasi atau diskontinuitas perkembangan.[10]

B. Urgensi bimbingan dan konseling Ada beberapa alasan dibutuhkannya bimbingan dan konseling pada setiap bidang, diantaranya:1. Perkembangan IPTEK. Karena di era modern ini semakin maju dan berkembang, sehingga antara manfaat dan kerugiannya sangat tipis perbedaannya. Dampak perkembangan IPTEK ini sebagai berikut:a. Menimbulkan perubahan-perubahan dalam berbagai sendi kehidupan seperti: sosial, budaya, politik, ekonomi, industri, dan lain sebagainya.b. Berkembangnya sejumlah karier atau jenis lapangan pekerjaan tertentu.c. Timbul masalah hubungan sosial, tenaga ahli, lapangan pekerjaan, pengangguran, dan lain sebagainya.d. Membawa dampak positif dan negatif, pertumbuhan penduduk semakin kompleks masalahnya.e. Berpengaruh dalam dunia pendidikan, khususnya dalam lingkup sekolah dan madrasah. Lembaga pendidikan bertanggung jawab mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu (berhasil) menyesuaikan diri di dalam masyarakat dan mampu memecahkan berbagai masalah yang dihadapi. Sehingga layanan bimbingan dan konseling sangat diperlukan.[11]2. Makna dan fungsi pendidikan Dalam konteks Islam, pendidikan bermakna bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam. Pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya untuk membentuk manusia lebih berkualitas. Inti tujuan pendidikan adalah terwujudnya kepribadian yang optimal dari setiap peserta didik.[12]3. GuruTugas utama guru selain sebagai pengajar juga pembimbing. Fungsi sebagai pengajar dan pembimbing terintegrasi dalam peran guru dalam proses pembelajaran. Guru diharapkan mampu: a. Mengenal dan memahami setiap siswa baik sebagai individu maupun kelompok.b. Memberikan berbagai informasi yang diperlukan dalam proses pembelajaran.c. Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya.d. Membantu (membimbing) setiap siswa dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya.e. Menilai keberhasilan siswa Guru mewujudkan fungsi dan peran seperti di atas merupakan suatu keniscayaan bagi setiap calon guru dan guru untuk menguasi bimbingan dan konseling.[13]4. Faktor psikologisTerdapat perbedaan individual antara siswa satu dengan yang lain. Masalah-masalah psikologis yang timbul pada siswa menuntut adanya upaya pemecahan melalui pendekatan psikologis antara lain melalui layanan dan bimbingan konseling. Beberapa masalah psikologis yang menjadi latar belakang perlunya layanan bimbingan dan konseling, diantaranya:a. Masalah perkembangan individu.b. Masalah perbedaan individu.c. Masalah kebutuhan individu.d. Masalah penyesuaian diri.e. Masalah belajar.[14] Pada hakikatnya manusia mengalami masalah-masalah yang kadang sulit untuk dipecahkan sehingga membutuhkan bantuan dari orang lain. Kalau orang terdekat misalnya keluarga tidak dapat membantu maka dibutuhkan bimbingan dan konseling untuk membantu memecahkan masalah tersebut.

III. PenutupSimpulan1. Bimbingan dari kata guidance yang berarti mengarahkan, memandu, mengelola dan menyetir. Faktor-faktor yang melatarbelakangi perlunya bimbingan dan konseling, yaitu:a. Latar belakang historisb. Latar belakang filosofisc. Latar belakang sosial budayad. Latar belakang religiuse. Latar belakang psikologis2. Urgensi bimbingan dan konseling, yaitu:a. Adanya perkembangan IPTEKb. Makna dan fungsi pendidikanc. Gurud. Faktor psikologis

DAFTAR PUSTAKA

Ketut Sukardi, Dewa, dan Desak P.E. Nila Kusumawati. Proses Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. 2008.

Prayitno dan Erman Amti. DasarDasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.1999.

Tohirin. Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2008.

Yusuf, Syamsu, dan A. Juntika Nurihsan. Landasan Bimbingan Dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2009.

[1] Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E. Nila Kusumawati, Proses Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 2. [2] Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E. Nila Kusumawati, Proses Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, 4-5. [3] Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan Dan Konseling (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 85-86 [4] Ibid, 105-108. [5] Prayitno dan Erman Amti, DasarDasar Bimbingan Dan Konseling (Jakarta: Rineka Cipta,1999), 138. [6] Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan Dan Konseling, 119-120. [7] Ibid, 123-124. [8] Ibid, 125-130. [9] Ibid, 133-134. [10] Ibid, 157-158. [11] Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), 2-3

Latar Belakang Perlunya BK dalam Pendidikan 04.56 Ani Endriani. S.Pdi., MA No comments Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Latar Belakang Perlunya Bimbingan Dan Konseling Dalam Pendidikan

Berikut akan dikemukakan beragai latar belakang perunya bimbingan dan konseling dalam pendidikan. a. Latar belakang social budaya Perkembangan dan perubahan social budaya sangat cepat terjadi dalam kehidupan manusia saat ini, terutama dengan adanya era globalisasi. Perkembangan dan perubahan tersebut akan mengakibtkan bertambahnya jenis pekerjaan, pendidikan, dan pola yang dituntut untuk mengisi kehidupan tersebut. b. Latar belakang pendidikan Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mempunyai peranan yang penting dalam usaha mendewasakan siswa. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar ada tiga bidang pendidikan yang satu sama lain saling berkaitan 1. Bidang pengajaran dan kurikulum 2. Bidang administrasi dan kepemimpinan 3. Bidang layanan bantuan c. Latar belakang psikologis Latar belakang dari segi psikologis menyangkut masalah perkembangan individu, perbedaan individu, kebutuhan individupenyesuaian diri serta masalah belajar. Masalah psikologis siswa dapat berupa: 1. Masalah perkembangan individu Pada masalah ini siswa diharapkan dapat memberikan bimbingan dan arahan dalam proses perkembangan mereka. 2. Masalah perbedaan individu Disekolah siswa dibentuk oleh lingkungan guru dan materi pelajaran yang sama, akan tetapi hasilnya berbeda, ada siswa yang cepat, lambat, dan malas dalam belajar, kentyataan ini menunjukkan pelayanan bimbingan dan konseling diperlukan, sebab melalui kegiatan bimbingan dan konseling perbedaan individu merupakan faktor layanan. 3. Masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku Penyesuaian diri merupakan kelanjutan perubahan individu. Bila individu dapt memenuhi kebutuhan tersebut dan ditunjang oleh lingkungan yang konduksif maka individu dapatmenyesuaikan diri tanpa mengalami masalah. 4. Masalah belajar Individu yang sedang belajar dipngaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dalam diri ataupun luardiri mereka. Faktor dalam maupun luar individu dapat menimbulkan masalah belajar bagi siswa.

Latar Belakang Perlunya Bimbingan dan Konseling di Sekolah Ditulis oleh Kang Mu Rabu, 03 Desember 2014 0 comments

Latar Belakang perlunya Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia. Manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yang lain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalam sifat maupun kemampuannya. Manusia perlu mengenal dirinya sendiri dengan sebaik-baiknya. Karena dengan mengenal dirinya sendiri, mereka akan dapat bertindak dengan tepat sesuai dengan kemampuan yang ada pada pada dirinya

Adapun latar belakang perlunya Bimbingan Konseling dapat dibedakan menjadi beberapa faktor diantaranya

1. BERDASARKAN FAKTOR PSIKOLOGIS

Perlunya BK Berdasarkan Aspek Psikologis Bimbingan dan konseling sangat perlu sekali karena pada dasarnya dapat memberikan penjelasan bahwa individu merupakan pribadi yang unik seperti menyangkut aspek kecerdasan, emosional, sosiabilitas, sikap, kebiasaan, dan kemampuan penyesuaian diri, individu tidak sama dan pasti memiliki perbedaan, dapat memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu seiring perkembangannya yang selalu berubah sesuai dengan tugas perkembangannya kearah kematangan, tingkah laku yang perlu diubah atau dikembangkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi, serta dapat memberikan pemahaman tentang masalah-masalah psikologis.

Selanjutnya akan diuraikan masalah psikologis yang merupakan latar belakang perlunya Bimbingan dan Konseling di sekolah

A. Masalah perkembangan individu1. Hasil proses belajar tergantung pada tingkat kematangan yang telah dicapai2. Tempo perkembangan berlangsung cepat pada tahun- tahun permulaan3. Setiap individu memiliki tempo perkembangan masing-masing4. Perkembangan individu mengikuti pola umum Faktor pembawaan dan lingkungan sama pengaruhnya terhadap proses perkembangan individu5. Masalah perbedaan individu di sekolah siswa dibentuk oleh lingkungan guru dan materi pelajaran yang yang sama, akan tetapi hasilnya berbeda, ada siswa yang cepat, lambat, ada yang cerdas, dan malas dalam belajar.Kenyataan ini menunjukkan pelayanan bimbingan dan konseling diperlukan, mengingat bahwa yang menjadi tujuan pendidikan adalah perkembangan yang optimal dari setiap murid, maka masalah perbedaan individu perlu mendapatkan perhatian dalam pelayanan pendidikan di sekolah

B. Faktor Perbedaan Individu

Keunikan individu berarti tidak ada dua orang individu yang sama persis di dalam aspek-aspek pribadinya, baik aspek jasmaniah maupun rohaniah. Individu yang satu berbeda dan individu yang lainny.

Faktor pembawaan dan lingkungan sebagai komponen utama bagi terbentuknya keunikan individu. Perbedaan pembawaan akan memungkinkan perbedaan individu meskipun dengan lingkungan sama. Dan sebaliknya lingkungan yang berbeda akan memungkinkan timbulnya perbedaan individu meskipun pembawaannya sama.

Di sekolah seringkali tampak masalah perbedaan individu ini, misalnya ada siswa yang sangat cepat dan ada yang lambat belajar, ada yang cerdas, dan ada yang berbakat dalam bidang tertentu, dan sebagainya.

Kenyataan ini akan membawa konsekwensi bagi pelayanan pendidikan, khususnya yang menyangkut bahan pelajaran, metode mengajar, alat-alat pelajaran, penilaian, dan pelayanan lain. Di samping itu, perbedaan perbedaan ini seringkali banyak menimbulkan masalah-masalah baik bagi siswa itu sendiri maupun bagi lingkungan. Siswa akan menghadapi kesulitan dalam penyesuaian diri antara keunikan dirinya dengan tuntutan dalam lingkungannya

Beberapa segi perbedaan individual yang perlu mendapat perhatian ialah perbedaan dalam: 1. Kecerdasan2. Kecakapan3. Hasil belajar4. Bakat5. Sikap6. Kebiasaan7. Pengetahuan8. Kepribadian9. Cita-cita10. Kebutuhan11. Minat12. Pola-pola dan tempo perkembangan13. Ciri-ciri jasmaniah14. Latar belakang lingkungan

Data tentang perbedaan-perbedaan tersebut akan besar sekali manfaatnya bagi usaha bantuan yang diberikan kepada siswa di sekolah.

C. Masalah Kebutuhan Individu

Kebutuhan merupakan dasar timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karena ada dorongan untuk memenuhi kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan ini sifatnya mendasar bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri. Jika individu berhasil dalam memenuhi kebutuhannya, maka dia akan merasa puas, dan sebaliknya kegagalan dalam memenuhi kebutuhan ini akan banyak menimbulkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungan.

Dengan berpegang kepada prinsip bahwa tingkah laku individu merupakan cara dalam memenuhi kebutuhannya, maka kegiatan belajar pada hakikatnya merupakan perwujudan usaha pemenuhan kebutuhan tersebut.

Sekolah hendaknya menyadari hal tersebut, baik dalam mengenal kebutuhan-kebutuhan pada diri siswa, maupun dalam memberikan bantuan yang sebaik-baiknya dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut.

Seperti telah dikatakan di atas, kegagalan dalam memenuhi kebutuhan ini akan banyak menimbulkan masalah-masalah bagi dirinya. Pada umumnya secara psikologis dikenal ada dua jenis kebutuhan dalam diri individu yaitu kebutuhan biologis dan kebutuhan sosial/psikologis. Beberapa diantara kebutuhan-kebutuhan yang harus kita perhatikan ialah kebutuhan: 1. Memperoleh kasih sayang2. Memperoleh harga diri3. Untuk memperoleh pengharapan yang sama4. Ingin dikenal5. Memperoleh prestasi dan posisi6. Untuk dibutuhkan orang lain7. Merasa bagian dari kelompok8. Rasa aman dan perlindungan diri9. Untuk memperoleh kemerdekaan diri Pengenalan terhadap jenis dan tingkat kebutuhan siswa sangat diperlukan bagi usaha membantu mereka. Program bimbingan dan konseling merupakan salah satu usaha kearah itu.

D. Masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku

Kegiatan atau tingkah laku pada hakikatnya merupakan cara pemenuhan kebutuhan. Banyak cara yang dapat ditempuh individu untuk memenuhi kebutuhannya, baik cara-cara yang wajar maupun yang tidak wajar, cara-cara yang disadari maupun yang tidak disadari. Yang penting untuk dapat memenuhi kebutuhan ini, individu harus dapat menyesuaikan antara kebutuhan dengan segala kemungkinan yang ada dalam lingkungan, disebut sebagai proses penyesuaian diri. Individu harus menyesuaikan diri dengan berbagai lingkungan baik lingkungan sekolah, rumah maupun masyarakat.

Proses penyesuaian diri ini banyak sekali menimbulkan berbagai masalah terutama bagi diri individu sendiri. Jika individu dapat berhasil memenuhi kebutuhannya sesuai dengan lingkungannya dan tanpa menimbulkan gangguan atau kerugian bagi lingkungannya, hal itu disebut adjusted atau penyesuaian yang baik. Dan sebaliknya jika individu gagal dalam proses penyesuaian diri tersebut, disebut maladjusted atau salah sesuai.

Dalam hal ini sekolah hendaknya memberikan bantuan agar setiap siswa dapat menyesuaikan diri dengan baik dan terhindar dan timbulnya gejala gejala tidak sesuai. Sekolah hendaknya menempatkan diri sebagai suatu lingkungan yang memberikan kemudahan-kemudahan untuk tercapainya penyesuaian yang baik.

Sebagaimana telah dikatakan bahwa jika individu gagal dalam memperoleh penyesuaian diri, maka ia akan sampai pada suatu situasi tidak sesuai. Gejala-gejala tidak sesuai ini akan dimanifestasikan dalam bentuk tingkah laku yang kurang wajar atau yang sering disebut sebagai bentuk kelainan tingkah laku.

Kenyataan kelainan tingkah laku ini sering tampak seperti tingkah laku agresif, rasa rendah diri, bersifat bandel, haus perhatian, mencuri dan sebagainya. Gejala-gejala semacam itu seringkali banyak menimbulkan berbagai masalah. Tentu saja hal itu tidak dapat dibiarkan terus, karena akan banyak mengganggu baik bagi individu itu sendiri maupun bagi lingkungan. Mereka yang menunjukkan gejala-gejala kelainan tingkah laku mempunyai kecenderungan untuk gagal dalam proses pendidikannya. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu usaha nyata untuk menanggulangi gejala-gejala tersebut. Dalam hubungan ini bimbingan dan konseling memberikan peranan yang cukup penting.

E. Masalah belajar

Secara psikologis belajar dapat diartikan sebagai suatu proses memperoleh perubahan tingkah laku untuk memperoleh pola-pola respons yang baru yang diperlukan dalam interaksi dengan lingkungan secara efisien. Dalam proses belajar dapat timbul berbagai masalah baik bagi pelajar itu sendiri maupun bagi pengajar. Beberapa masalah belajar, misalnya bagaimana menciptakan kondisi yang baik agar perbuatan belajar berhasil, memilih metode dan alat-alat yang tepat sesuai dengan jenis dan situasi belajar, membuat rencana belajar bagi siswa, menyesuaikan proses belajar dengan keunikan siswa, penilaian hasil belajar, diagnosis kesulitan belajar, dan sebagainya.

Beberapa masalah belajar, misalnya:1. Bagaimana menciptakan kondisi yang baik agar perbuatan belajar berhasil, 2. Memilih metode dan alat-alat yang tepat sesuai dengan jenis dan situasi belajar, 3. Membuat rencana belajar bagi siswa, menyesuaikan proses belajar dengan keunikan siswa, penilaian hasil belajar, diagnosis kesulitan belajar, dan sebagainya. Bagi siswa sendiri, masalah belajar yang mungkin timbul misalnya1. Pengaturan waktu belajar2. Memilih cara belajar3. Menggunakan buku-buku pelajaran4. Belajar berkelompok5. Mempersiapkan ujian, memilih mata kuliah yang cocok, dsbJadi jelas bahwa dalam kegiatan belajar ini banyak masalah-masalah yang timbul terutama yang dirasakan oleh si pelajar. Sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar dalam membantu siswa agar mereka berhasil dalam belajar. Untuk itu hendaknya sekolah memberikan bantuan kepada siswa dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar. Di sinilah letak penting dan perlunya program bimbingan dan konseling untuk membantu agar mereka berhasil dalam belajar.

2. BERDASARKAN FAKTOR SOSIAL-BUDAYA

Perkembangan zaman (globalisasi) menimbulkan perubahan dan kemajuan dalam masyarakat. Aspek perubahan meliputi: sosial, politik, ekonomi, industri, informasi dsb. Berbagai permasalahan yang dihadapi oleh individu diantaranya:1. Pengangguran2. Syarat-syarat pekerjaan3. Gangguan penyesuaian diri, jenis dan kesempatan pendidikan, 4. Perencanaan dan pemilihan pendidikan5. Masalah hubungan sosial6. Masalah keluarga7. Keuangan, masalah pribadi dsb.Walaupun pada umumnya masing-masing individu berhasil mengatasi dengan sempurna, sebagian lain masih perlu mendapatkan bantuan. Contoh Tanggung jawab sekolah, membantu para siswa baik sebagai pribadi maupun sebagai calon anggota masyarakat, dengan mendidik dan menyiapkan siswa agar berhasil menyesuaikan diri di masyarakat dan mampu menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapinya dengan demikian Program bimbingan dan konseling bisabmembantu berhasilnya program pendidikan pada umumnya.

3. BERDASARKAN FAKTOR AGAMA

Setiap individu merupakan makhluk Tuhan yang pada dasarnya sama memiliki fitrah sebagai khalifah dan hamba-Nya. Dalam kategori ini pun, sangat diperlukan sekali bimbingan terhadap setiap tantangan dimensi spiritualitas individu, seperti: dekadensi moral, budaya hedonistik, dan penyakit hati.

Bimbingan dalam hal ini diperuntukan agar setiap individu mampu memandang setiap tantangan ke arah positif bukan malah terjerumus ke arah negatif, sehingga kehidupan dapat dijalani sesuai dengan kaidah-kaidah agama. Alasan inilah yang mendorong adanya bimbingan di sekolah, khususnya bimbingan yang berkaitan dengan kehidupan moral.

Landasan agama bimbingan dan koseling pada dasarnya ingin menetapkan klien sebagai makhluk Tuhan dengan segenap kemuliaannya, pendekatan bimbingan dan koseling yang terintegrasi didalamnya dimensi agama, ternyata disenangi oleh masyarakat amerika dewasa ini. Kondisi ini didasarkan oleh hasil polling gallup pada tahun 1992 yang menunjukkan:1. Sebanyak 66% masyarakat menyenangi konselor yang profisional, yang memiliki nilai-nilai keyakinan dan spiritual.2. Sebanyak 80% masyarakat menyenangi proses konseling yang memperhatikan nilai-nilai keyakinan (agama)4. BERDASARKAN FAKTOR PENDIDIKAN

Pendidikan diartikan sebagai suatu usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian yang berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Sedangkan tujuan pendidikan (GBHN) adalah: Untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

Jelas bahwa yang menjadi tujuan inti dari pendidikan adalah perkembangan kepribadian secara optimal dari setiap anak didik sebagai pribadi sesuai dengan potensi masing-masing.

Contoh Pribadi yang berkembang :1. Kegiatan pendidikan bersifat menyeluruh2. Tidak hanya berupa kegiatan instruksional (pengajaran) akan 3. tetapi meliputi kegiatan yang menjamin bahwa setiap anak 4. didik secara pribadi mendapat layanan sehingga akhirnya 5. dapat berkembang secara optimal6. Pengadministrasian yang baik7. Kurikulum beserta proses belajar mengajar yang memadai8. Layanan pribadi kepada anak didik melalui bimbingan & konseling.Dengan demikian maka hasil pendidikan sesungguhnya akan tercermin pada pribadi anak didik yang berkembang baik secara akademik, psikologis, maupun sosial.

Apakah peran guru dalam pendidikan? 1. Pengambilan inisiatif, pengarah dan penilai kegiatan-kegiatan pendidikan. Hal ini berarti bahwa guru turut serta memikirkan kegiatan-kegiatan pendidikan yang direncanakan serta nilainya.2. Wakil masyarakat yang berarti dalam lingkungan sekolah guru menjadi suatu masyarakat. Guru harus mencerminkan suasana dan kemauan masyarakat dalam arti yang baik. 3. Orang yang ahli dalam mata pelajaran. Bahwa guru bertanggung jawab untuk mewariskan kebudayaan kepada generasi muda yang berupa pengetahuan, hendaknya akan diajarkannya baik isi maupun metode. 4. Penegak disiplin yaitu harus menjaga agar tercapai suatu disiplin.Apakah peran guru dalam pendidikan? 1. Pelaksana administrasi pendidikan Di samping menjadi pengajar, guru pun bertanggung jawab akan kelancaran jalannya pendidikan. Dia harus mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan administratif. 2. Pemimpin generasi muda. Masa depan generasi muda terletak di tangan guru. Guru berperan sebagai pemimpin mereka dalam mempersiapkan diri untuk menjadi anggota masyarakat yang dewasa. 3. Penterjemah kepada masyarakat artinya guru berperan untuk menyampaikan segala perkembangan kemajuan dunia sekitar kepada masyarakat, khususnya untuk masalah-masalah pendidikan.Perlunya BK Berdasarkan Pendidikan

Ada tiga hal pokok yang menjadi latar belakang perlunya bimbingan dilihat dan segi pendidikan. 1. Pertama adalah dilihat dan hakikat pendidikan sebagai suatu usaha sadar dalam mengembangkan kepribadian. Hal ini mengandung implikasi bahwa proses pendidikan menuntut adanya pendekatan yang lebih luas dari pada sekedar pengajaran2. Kedua pendidikan senantiasa berkembang secara dinamis dan karenanya selalu terjadi perubahan perubahan dan penyesuaian dalam komponen-komponennya3. Ketiga pada hakikatnya guru mempunyai peranan yang tidak hanya sebagai pengajar, tetapi lebih luas dari itu, yaitu sebagai pendidik

Dilihat dan segi dirinya sendiri (self oriented), seorang guru harus berperan sebagai:

1) Petugas sosial yaitu seorang yang harus membantu untuk kepentingan masyarakat. Dalam kegiatan-kegiatan masyarakat guru senantiasa merupakan petugas-petugas yang dapat dipercaya untuk berpartisipasi di dalamnya.

2) Pelajar dan ilmuwan yaitu sebagai yang senantiasa terus menerus menuntut ilmu pengetahuan. Dengan berbagai cara setiap saat guru senantiasa belajar untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Disamping itu guru menjadi spesialisasi, misalnya seorang guru matematik akan menjadi wakil dan dunia matematika.

3) Orang tua: yaitu mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidikan anaknya. Sekolah merupakan lembaga pendidikan sesudah keluarga, sehingga dalam arti luas sekolah dapat merupakan keluarga di mana guru berperan sebagai orang tua dari siswa-siswanya.

Secara psikologis, guru dipandang sebagai:

1) Ahli psikologi pendidikan yaitu petugas psikologi dalam pendidikan, yang melaksanakan tugasnya atas dasar prinsipprinsip psikologi.

2) Seniman dalam hubungan antar manusia ( human relation), yaitu orang yang mampu membuat hubungan antarmanusia untuk tujuan tertentu, dengan menggunakan teknik tertentu, khususnya dalam kegiatan pendidikan.

3) Pembentuk kelompok sebagai jalan atau alat dalam pendidikan.

4) Catalytic agent yaitu orang yang mempunyai pengaruh dalam menimbulkan pembaharuan. Sering pula peranan ini disebut sebagai inovator (pembaharu).

5) Petugas kesehatan mental ( hygiene worker) yang bertanggung jawab terhadap pembinaan kesehatan mental khususnya kesehatan mental siswa.

Guru sebagai direktur belajar

Dalam proses belajar mengajar tidak hanya memakai pendekatan instruksional tetapi juga melaluipendekatan, hrs memahami siswa secara mendalam sehingga dapat membantu dlm keseluruhan proses belajarnya. Sbg director of learning , guru sekaligus berperan sebagai pembimbing dlm proses belajar siswanya yg harus :

1) mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individu maupun kelompok2) memberikan informasi-informasi yang diperlukan dalam proses belajar3) memberikan kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya4) membantu setiap siswa dalam mengatasi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya5) menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan.

Ada tiga hal pokok yang menjadi latar belakang perlunya bimbingan konseling; dilihat dan segi pendidikan.

Dilihat dari hakikat pendidikan sebagai suatu usaha sadar dalam mengembangkan kepribadian. Maka dalam hal ini proses pendidikan menuntut adanya pendekatan yang lebih luas dari pada sekedar pengajaran; yaitu dengan pendekatan pribadi melalui layanan bimbingan dan konseling.

Pendidikan senantiasa berkembang secara dinamis dan karenanya selalu terjadi perubahan perubahan dan penyesuaian dalam komponen-komponennya. Siswa sebagai subjek didik memerlukan bantuan dalam penyesuaian diri melalui layanan bimbingan.

Guru mempunyai peranan yang tidak hanya sebagai pengajar, tetapi lebih luas lagi yaitu sebagai pendidik Guru seyogyanya dapat menggunakan pendekatan pribadi dalam mendidik para siswanya diwujudkan melalui layanan bimbingan.

Uraian di atas, menjelaskan bahwa perlunya layanan bimbingan di sekolah adalah berlatarbelakangkan tiga aspek. 1. Pertama adalah aspek lingkungan khususnya lingkungan. sosial kultural, yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi individu siswa sebagai subjek didik, dan sekolah sebagai lembaga pendidikan. Sebagai akibat dari lingkungan pengaruh sosial-kultural ini, maka individu memerlukan adanya bantuan dalam perkembangannya, dan sekolahpun memerlukan pendekatan khusus. Bantuan dan pendekatan yang diperlukan adalah layanan bimbingan dan konseling. 2. Aspek yang kedua adalah lembaganya itu sendiri yaitu pendidikan yang mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian subjek didik. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang dilaksanakan secara tuntas baik dalam proses kegiatannya maupun tindak dan para pelaksana nya yaitu guru sebagai pendidik. Untuk menuntaskan pendidikan, diperlu kan adanya layanan bimbingan dan konseling. 3. Aspek ketiga adalah yang menyangkut segi subjek didik sebagai pribadi yang unik, dinamik dan berkembang, memerlukan pendekatan dan bantuan yang khusus melalui layanan bimbingan dan konseling. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa aspek lingkungan (sosial kultural) pendidikan, dan siswa (psikologis) merupakan latar belakang perlunya layanan bimbingan dan konseling di sekolah.5. BERDASARKAN FAKTOR IPTEK

Di era ini ilmu pengetahuan, informasi dan teknologi berkembang sangat pesat. Oleh karena itu, diperlukannya Bimbingan dan Konseling, agar individu dapat mengetahui dampak positif dan negatifnya dari perkembangan tersebut. Lewat Bimbingan dan Konseling, individu diarahkan kepada dampak positif dari IPTEK yang lebih ditujukan pada penerapan teknologi yang harus dimilliki dan dikuasai karena semakin kompleksnya jenis-jenis dan syarat pekerjaan serta persaingan antar individu.

Dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, timbul dua masalah penting yang menyebabakan kerumitan struktur dan keadaan masyarakat, ialah:1. Penggantian sebagian besar tenaga kerja dengan alat-alat mekanis-elektronik, dan hal ini mau tidak mau menyebabkan pengangguran.2. Bertambahnya jenis-jenis pekerjaan dan jabatan baru yang menghendaki keahlian khusus dan memerlukan pendidikan khusus pula bagi orang-orang yang hendak menjabatnya.Sumber: Slide Mata kuliah Bimbingan dan Konseling oleh bu LISA DEVI DIAN ARIFIA, M.Psi