las_gas_ acc tulis rossy
DESCRIPTION
teknikTRANSCRIPT
II.4. LAS GAS
Pengelasan dengan gas adalah suatu pengelasan yang dilakukan dengan membakar bahan bakar gas dengan O2 sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencairkan logam induk dan logam pengisi. Bahan bakar yang dapat digunakan dalam pengelasan ini adalah gas-gas asitelin, propan atau hydrogen. Diantara ketiga bahan bakar ini yang paling banyak digunakan adalah gas asitelin, sehingga las pada umumnya diartikan sebagai las oksi-asitelin. Reaksi kimia yang terjadi antar gas oksigen dan gas oksiasitelin adalah sebagai berkut :
2 C2H2 + SO2 4 CO2 + 2H2
Pada las gas kita dapat menyambung plat yang tebal. Sedangkan apabila kita ingin menyambung plat yang tebal kita menggunakan las busur listrik.
(Sumber :www.rahmatxtkr2.blogspot.com/2013/05/las-gas-dan-las-listrik.html?m=1)
II.4.1 Sejarah Las Gas Pada tahun 1892 gas acetylene ditemukan oleh Thomas Leopard Wetson. Campuran gas acetylene dan oksigen dengan perbandingan dan tekanan tertentu bila dibakar akan menghasilkan suhu yang cukup tinggi untuk dapat melelehkan logam. Gas oksigen diproduksi dengan cara mencairkan udara sehingga oksigen murni dapat diambil. Cara ini dilakukan oleh Brins bersaudara, yaitu orang Perancis pada tahun 1886. Alat untuk membakar campuran gas acetylene dan oksigen dinamakan brander, ditemukan oleh Fouche dan Picord. Alat ini mulai digunakan pada tahun 1901. Las ini berhasil menggeser pemakaian las tempa dan mendominasi proses pengelasan untuk beberapa dekade sampai dikembangkan las listrik.Pada tahun 1925 las oksigen acetylene digeser oleh adanya perbaikan las busur listrik dimana las busur tersebut memakai electrode terbungkus. Setelah terbakar, pembungkus electrode menghasilkan gas dan terak. Gas melindungi kawah las dari oksidasi pada saat proses pengelasan sedang berlangsung. Terak melindungi las selama proses pembekuan hingga dingin (sampai terak dibersihkan). Keterbatasan las busur electrode batangan adalah panjang elektroda yang terbatas sehingga setiap periode tertentu pengelasan harus berhenti mengganti elektroda.
Bertitik tolak dari kelemahan tersebut maka pada akhir tahun 1930-an diciptakan las busur electrode gulungan. Secara prinsip, pengelasan tidak perlu berhenti sebelum sampai ujung jalur las. Dan pengelasan dapat dilakukan dengan cara semi otomatis atau otomatis. Sebagai pelindung dipakai flux. Flux dituangkan sesaat di muka electrode sehingga busur nyala listrik terpendam oleh flux. Keuntungannya, operator tidak silau oleh busur nyala listrik, kelemahannya, las terbatas pada posisi di bawah tangan saja pada posisi lain flux akan jatuh berhamburan sebelum berfungsi.
II.4.2 Pembuatan Asetilen :
Secara komersial Asetilen (C2H2) untuk industri las karbit, diperoleh dengan mereaksikan kalsium karbida dengan air. Jadi asetilen adalah gas hidro karbon yang diperoleh dari unsur-unsur kapur, karbon dan air dengan reaksi sebagai berikut : Ca O + 3 C Ca C2 + Co 108 k.kal/g.mole. (jadi pembakaran kapur dengan karbon tanpa udara).
Asetilen tidak berbau dan tidak berwarna, sedangkan dalam perdagangan ada bau khusus karena ada kotoran belerang dan phosphor. Asetilen murni mudah meledak karena factor-faktor tekanan dan temperature. Tetapi factor-faktor lain yang mempengaruhi expobility dari asetilen adalah adanya kotoran-kotoran, katalisator, kelembaban, sumber sumber penyalaan, ukuran dan bentuk tangki.
Karena alasan-alasan tersebut diatas pada asetilen generator dibatasi tekanan asetilen maksimum 5 atm, harus dilarutkan pada aseton cair. Caranya adalah melapisi dinding dalam penyimpanan dengan asbes ferrous dan dicelupkan dengan acetone cair.
II.4.3 Peralatan las gas :
Dalam proses las gas akan diperlukan peralatan peralatan penunjang agar proses pengelasan gas dapat dilakukan. Diantaranya adalah :a. Peralatan Utama
1. Tabung gas
Adalah tempt untuk menyimpan gas yang digunakan dalam proses las gas. Ada 2 macam tabung yang digunakan pada las gas, yaitu :a. Tabung gas OksigenAdalah tempat untuk menyimpan gas oksigen . Tabung ini harus bisa menahan tekanan hingga 15 30 atm. Tabung oksigen biasanya lebih tinggi dari tabung gas bahan bakar.
Gambar 2.4.1 Tabung gas Oksigen (Sumber : Laboratorium Proses Produksi)
b. Tabung Gas Bahan Bakar
Adalah tempat untuk menyimpan gas bahan bakar . Tabung ini harus bisa menahan tekanan hingga 15 30 atm.
Gambar 2.4.2 Tabung gas bahan bakar(Sumber : Laboratorium Proses Produksi)
2. Regulator
Regulator adalah alat untuk mengatur tekanan gas didalam tabung dan gas yang keluar dari tabung. Pada regulator terdapat manometer yang berfungsi sebagai mengukur tekanan tabung sedangkan yang satunya lagi adalah untuk mengukur tekanan gas yang keluar dari tabung atau tekanan kerja. Tekanan kerja yang dipakai pada praktikum las gas kali ini adalah 40 psi (per square inch).
Gambar 2.4.3 Regulator(Sumber : Laboratorium Proses Produksi)3. Flashback Arrestor
Flashback arrestor adalah alat untuk mencegah nyala api balik ke dalam tabung gas bahan bakar kembali sehingga mencegah ledakan.
Gambar 2.4.4 Flashback Arrestor(Sumber : Laboratorium Proses Produksi)
4. Unit pembakar
Adalah tempat untuk mencampur gas oksigen dan asitelin serta tempat keluarnya api. Pada unit ini terdapat komponen sebagai berikut :a. Saluran gas ( saluran ini ada dua buah yan satu untuk gas asitelin dan yang satunya lagi untuk gas oksigen )
b. Mixer ( ruang tempat kedua agas bercampur )
c. Kran ( kran ini adlah untuk mengatur keluarnya gas oksigen dan asitelin )
d. Nozle ( tempat keluarnya api )
Gambar 2.4.5 Unit pembakar(Sumber : Laboratorium Proses Produksi)
b. Peralatan Safety
1. Google
Berfungsi untuk melindungi mata kita dari cahaya las yang menyilaukan.
Gambar 2.4.6 Google(Sumber : Laboratorium Proses Produksi)
2. Sarung tanganUntuk melindungi kita dari panas yang dihasilkan dari pengelasan dan percikan api pada waktu pengelasan
Gambar 2.4.7 Sarung tangan(Sumber : Laboratorium Proses Produksi)3. Wear Pack (Baju kerja)
Untuk melindungi tubuh dari percikan api las
Gambar 2.4.8 Wear Pack (Baju kerja)
(Sumber : www.google.com ) 4. Safety shoes
Untuk melindungi kaki dari benda kerja ataupun peralatan permesinan
Gambar 2.4.9 Wear Pack (Baju kerja)
(Sumber : www.google.com)c. Peralatan Bantu
1. Pemantik
Pemantik berfungsi sebagai pemicu api untuk membakar campuran gas bahan bakar dengan oksigen yang keluar dari nozzle.
Gambar 2.4.10 Pemantik(Sumber : Laboratorium Proses Produksi)
2. Meja Kerja
Sebagai tempat untuk meletakkan benda kerja yang akan dilakukan proses pengelasan.
Gambar 2.4.11 Meja Kerja(Sumber : Laboratorium Proses Produksi)
3. Bangku Kerja
Berfungsi sebagai tempat kita duduk untuk memposisikan sikap kerja saat proses pengelasan.
Gambar 2.4.12 Bangku Kerja(Sumber : Laboratorium Proses Produksi)
4. Tang penjepit
Sama seperti pada las litrik tang ini juga berfungi untuk menjepit kerja yang masih panas.
Gambar 2.4.13 Tang(Sumber : Laboratorium Proses Produksi)
5. Palu dan Sikat baja
Keduanya untuk membersihkan kotoran pada hasil las-lasan
Gambar 2.4.14 Palu dan Sikat baja(Sumber : Laboratorium Proses Produksi)
6. Ember berisi airDigunakan untuk mendinginkan benda kerja setelah melalui proses pengelasan.
Gambar 2.4.15 Ember berisi air
(Sumber : Laboratorium Proses Produksi)
7. Needle Nozzle
Digunakan untuk membersihkan noozle setelah proses pengelasan
Gambar 2.4.16 Ember berisi air
(Sumber : Laboratorium Proses Produksi)II.4.4 Jenis Sambungan
Pengelasan adalah penyambungan dua atau lebih logam dengan menggunakan logam untuk menyatukannya.penyatuan di lakukan di daerah sambungan.Berikut adalah beberapa jenis-jenis sambungan:
1. Sambungan Tumpul
Sambungan dengan bentuk dua logam yang ada disatukan di salah satu sisi nya.
Gambar 2.4.17 Sambungan Tumpul(sumber : andi90.blogspot.com/2012/04/jenis-pengelasan.html)
2. Sambungan T
Sambungan dengan bentuk huruf T yang dimana sudut pengiku adalah daerah yang akan di las.
Gambar 2.4.18 Sambungan T
(sumber : andi90.blogspot.com/2012/04/jenis-pengelasan.html)
3. Sambungan Sudut
Sambungan dengan berbentuk sudut, dengan ujung sudut sebagai daerah yang dilas.
Gambar 2.4.19 Sambungan Sudut
(sumber : andi90.blogspot.com/2012/04/jenis-pengelasan.html)
4. Sambungan Dengan Penguat
Sambungan dengan mengapit dua atau lebih logam dimana permukaan dalam logam akan di las.
Gambar 2.4.20 Sambungan Dengan Penguat
(sumber : andi90.blogspot.com/2012/04/jenis-pengelasan.html)
5. Sambungan Tumpang
Sambungan dengan menumpuk dua atau lebih logam seperti tangga dengan sisi ujung logam sebagai daerah yang di las.
Gambar 2.4.21 Sambungan Tumpang
(sumber : andi90.blogspot.com/2012/04/jenis-pengelasan.html)
II.4.5 Posisi Pengelasan
Dalam proses pengelasan dengan menggunakan gas asetilen terdapat teknik untuk melakukan pengelasan tersebut,Posisi pengelasan sangat diperhatikan untuk membuat hasil las sesuai dengan keinginan.setiap posisi menjadi pengaruh hasil las.Berikut adalah posisi pengelasan gas:
1. Posisi Datar
Pola pergerakan torch yang bergelombang direkomendasikan untuk proses pengelasan posisi datar. Untuk single-pass, butted joint, pergerakan torch dilakukan dengan pergerakan agak kebelakang. Untuk pengelasan butt joint agak sedikit menekan dinding untuk memastikan semua area terisi.
Gambar 2.4.22 Posisi Datar(Sumber : kaplpakjian,schmid.manufacturing and technology)
2. Posisi Horizontal
Untuk pengelasan fillet joint posisi horizontal, pergerakan melingkar direkomendasikan. Untuk pengelasan butt joint, gerakan maju mundur dan sedikit menekan dinding benda kerja direkomendasikan.
Gambar 2.4.23 Posisi Horizontal(Sumber : kaplpakjian,schmid.manufacturing and technology)
3. Posisi Vertikal
Mengelas dengan posisi tegak merupakan pengelasan yang arahnya mengikuti arah garis verikal.Posisi benda biasanya berdiri tegak atau miring sedikit searah dengan gerak las yaitu naik turun.
Gambar 2.4.24 Posisi Vertical(sumber : kaplpakjian,schmid.manufacturing and technology)
4. Posisi Diatas Kepala
Torch untuk las asetilin mempunyai persyaratan harus aman, mengahasilkan nyala yang tetap dan konstan komposisinya, harus ringan (untukyang manual) dan mudah untuk pengaturannya.Orifice diameter dari welding tip menyatakan atau sebanding dengan besarnya kapasitas dan temperature yang dicapai.
Gambar 2.4.25 Posisi Diatas Kepala(sumber : kaplpakjian,schmid.manufacturing and technology)
II.4.6 Cacat Las Gas
Dalam setiap proses pengelasan las gas sering kali terjadi cacat pada benda kerja. Macam-macam cacat yang timbul pada proses pengelasan las gas yaitu :1. Penetrasi yang kurang sempurna
Jenis cacat las ini dapat terjadi karena :
Ketika melakukan pengelasan tidak melakukan penetrasi ke seluruh ketebalan dari logam dasar (base metal) Ketika dua weld bead yang berhadapan tidak melalukan inter-penetrasi
Ketika weld bead tidak melakukan penetrasi ke ujung dari fillet weld tetapi hanya menyebranginya. Gambar 2.4.26 Penetrasi yang kurang sempurna(Sumber : kaplpakjian,schmid.manufacturing and technology)
2. Kurangnya peleburan
Cacat las ini terjadi karena kurang atau tidak terjadi peleburan diantara logam las dan permukaan dari base metal. Biasanya diakibatkan oleh kecepatan pengelasan terlalu lambat. Terkadang juga diakibatkan pengaturan tekanan gas yang rendah.
Gambar 2.4.27 Kurangnya peleburan(Sumber : kaplpakjian,schmid.manufacturing and technology)3. Undercutting
Cacat las ini diakibatkan oleh penggunaan parameter tekanan gas yang kurang tepat, khususnya kecepatan pengelasan dan tekanan gas yang tidak sesuai. Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan undercutting terjadi.
Gambar 2.4.28 Undercutting(Sumber : kaplpakjian,schmid.manufacturing and technology)
4. Porosity
Porosity adalah lubang yang diakibatkan oleh gelembung gas yang telah membeku. Penyebab utama dari porosity adalah kontaminasi atmosfir, oksidasi yang tinggi pada permukaan benda kerja.
Gambar 2.4.29 Porosity
(Sumber : kaplpakjian,schmid.manufacturing and technology)
5. Keretakan
Keretakan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Keretakan panas, dapat terjadi ketika weld bead berada antara temperature meleleh dan membeku.
b. Keretakan dingin, biasanya terjadi pada saat weld bead membeku.
Gambar 2.4.30 Keretakan
(Sumber : kaplpakjian,schmid.manufacturing and technology)
II.4.7 Aplikasi
Proses pengelasan las gas dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari kita, diantaranya:
1. Pengelasan pada knalpot
Pengelasan knalpot motor dilakukan menggunakan proses pengelasan las asetilen, hal ini dikarenakan material dari knalpot yang memiliki ketebalan yang tipis, sehingga cocok untuk diaplikasikan bagi pengelasan asetilen.
Gambar 2.4.31 Pengelasan knalpot(http://www.m.satuharapan.com/index.php?id=148&tx_ttnews%255Btt_news%255D=2837&cHash=e3c340fab5f0ee4837fc93a918601f54)
2. Penyambungan material
Penyambungan merupakan salah satu aplikasi yang dapat digunakan dari las asetilen, missal untuk menggabungkan antar profil L sehingga memperoleh bentuk yang diinginkan.
Gambar 2.4.32 Penyambungan plat
(Sumber: Las Oxy-acetylen.pdf)3. Pemotongan
Selain penyambungan las asetilen juga dimanfaatkan untuk digunakan dalam proses pemotongan dengan memanfaatkan nyala api oksidasi, serta penggunaan cutting torch.
Gambar 2.4.33 Pemotongan
(Sumber: Las Oxy-acetylen.pdf)d
c
b
a
PAGE