lapsus vertigo 4 maret 2014
DESCRIPTION
lapsusTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Ny.S
Umur : 54 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Glendang 4/3 Watuagung Tuntang Kab. Semarang
Masuk RS : 25 Februari 2014
No. CM : 006984-2012
ANAMNESIS
Autoanamnesis dan alloanamnesis diperoleh dari pasien dan keluarga pasien tanggal 26
Februari 2014
Keluhan Utama
Pusing berputar
Riwayat Penyakit Sekarang
+ 2 minggu SMRS, pasien mengeluh pusing, pusing terasa lingkungan berputar pada
dirinya, pusing timbul tiba-tiba. Pusing bertambah berat saat pasien berubah posisi tubuh,
duduk ataupun berdiri. Saat berbaring pun pasien merasakan pusing dan terasa berputar,
sehinga pasien harus berbaring kekiri untuk meringankan pusingnya. Dengan berbaring
kurang lebih tiga puluh menit keluhan terasa berkurang. Pusing dirasa hilang timbul, timbul
jika pasien kecapaian, timbul berlangsung <1 menit. Keluhan lain seperti mual, muntah,
nyeri kepala, pingsan, gangguan pendengaran, demam di sangkal. Keluhan sudah diobati
dan sedikit membaik.
+ 1 jam SMRS, pasien mengeluh pusing berputar semakin bertambah terutama jika
pasien duduk dan beridiri. Keluhan tidak membaik dengan berbaring maupun menutup
mata. Pasien meminta dibawa ke rumah sakit. Keluhan lain berupa mual, mual timbul
bersama dengan pusing. Selain itu juga dirasakan adanya nyeri pada tengkuk belakang,
1
nyeri dirasa kenceng dan timbul saat pusing melanda, nyeri terasa hilang timbul selain itu
juga dirasa timbul keringat dingin. Keluhan lain seperti muntah, demam, pingsan disangkal.
Saat masuk Rumah Sakit pasien tampak lemas dengan keluhan pusing berputar
semakin meningkat, mual dan nyeri pada tengkuk terasa kenceng tidak disertai muntah,
pandangan double ataupun kabur, telinga berdenging. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
Riwayat sakit kencing manis : disangkal
Riwayat stroke : disangkal
Riwayat nyeri kepala : diakui (tetapi dengan obat yang dibeli di
warung nyeri terasa berkurang)
Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
Riwayat sakit jantung : disangkal
Riwayat cidera kepala : disangkal
Riwayat keganasan atau tumor : disangkal
Riwayat kejang : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga tekanan darah tinggi : disangkal
Riwayat keluarga sakit gula : disangkal
Riwayat stroke pada keluarga : disangkal
Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat Sosial (Habit) dan Ekonomi
Riwayat merokok : disangkal
Riwayat konsumsi alcohol : disangkal
Riwayat mengkonsumsi obat-obatan warung : diakui
Pasien hidup dengan suami dan 2 anak dengan pengobatan ditanggung sendiri
Kesan ekonomi cukup
Anamnesis Sistem:
2
Sistem serebrospinal : Pusing berputar
Sistem kardiovaskuler : Tidak ada keluhan
Sistem respirasi : Tidak ada keluhan
Sistem gastrointestinal : Mual
Sistem musculoskeletal : Tidak ada kelainan
Sistem integumentum : Keringat dingin
Sistem urogenital : Tidak ada keluhan
Resume Anamnesis
Seorang perempuan usia 54 tahun datang ke IGD RSUD Ambarawa dengan keluhan
pusing berputar, keluhan dirasakan sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu, keluhan timbul
tiba-tiba, keluhan meningkat dengan berubah posisi tubuh, duduk ataupun berdiri, keluhan
mereda dengan berbaring kearah kiri, keluhan hilang timbul, timbul jika pasien kecapaian,
keluhan lain mual (+), muntah (-), nyeri kepala (-), nyeri pada tengkuk belakang (+),
pingsan (-), pandangan double atau kabur (-), gangguan pendengaran (-).
Disangkal adanya riwayat jatuh, cidera kepala, stroke, sakit jantung, minum alcohol,
tekanan darah tinggi, kencing manis, kejang maupun minum obat- obatan
DISKUSI I
Dari anamnesis diatas diperoleh keluhan utama berupa pusing berputar, pusing
berputar atau dalam bahasa medis dinyatakan sebagai vertigo. Vertigo merupakan suatu
perasaan gangguan keseimbangan yang merujuk pada sensasi berputar sehingga
mengganggu rasa keseimbangan seseorang.
Keseimbangan dan kemampuan menyadari posisi dan kedudukan terhadap sekitarnya diatur
oleh integrasi berbagi system yaitu
1. Sistem vestibular
Berupa impuls pada labirin yang berfungsi sebagai propioseptor spasial spesifik
sangat sensistif terhadap perubahan kecepatan pergerakan dan posisi tubuh.
2. Sistem visual
Impuls visusal yang berasal dari retina dan impuls proprioseptif yang berasal dari
otot bola mata yang berguna dalam menetapkan jarak suatu objek dari tubuh. Impuls
ini dikoordinasikan dengan impuls dari system vestibuler
3. System proprioseptif
3
Impuls propioseptif yang berasal dari otot dan tendon berhubungan dengn reflek
postural dan gerakan yang disadari
Untuk bekerja secara normal ketiga unit diatas memerulkan fungsi fisiologi indera –
indera tersebut sehingga informasi yang ditangkap dari sekitarnya bersifat proposional dan
adekuat. Informasi tersebut dipertukarkan dan diproses yang berlangsung dalam system
saraf pusat akan bekerja secara reflektorik. Tetapi bila suatu sebab terjadi hal-hal yang
menyimpang, maka unit proses sentral tidak lagi dapat memproses informasi – informasi
secara wajar, melainkan menempuh jalur luar biasa. Hasil akhir yang didapat selain
ketidaksempurnaan adaptasi otot-otot mata dan ekstremitas tersebut juga akan memberikan
tandayang disadari ataupun tidak disadari penderita. Jika yang disadari berumber dari pusat
vestibular dapat berupa vertigo, jika bersumber dari system saraf otonom timbul mual,
muntah, berkeringat. Jika bersumber dari system motorik berupa rasa tidak stabil. Tanda
yang tidak disadari terutama bersumber dari otot mata yaitu timbulnya nistagmus.
(Lumbaltobing,2000)
Penyimpangan proses yang wajar tersebut diatas dapat sebagai akibat
abnormalitas fungsi fisiologik salah satu atau lebih indera atau akibat informasi yang
tidak harmonis, atau tidak terkoordinasinya informasi-informasi yang datang dari indera-
indera ekuilibrium. Biasanya, bila abnormalitas itu bersumber dari sistem visual akan
menimbulkan rasa ringan dikepala, sedangkan bila bersumber dari system vestibular akan
menimbulkan rasa gerakan. Dikatakan dari semua indera itu, system vestibularlah
yang pegang andil paling besar terhadap ekuilibrium. Disamping ikut andil dalam
orientasi ruangan, system vestibular merupakan organ penting yang bekerja otomatis
mempertahankan dan menstabilkan posisi dan penglihatan. Sistem ini dapat
membangkitkan reflex otomatis, involuntar, gerakan paksaan yang hanya bergantung
pada kesadaran seseorang. Termasuk gerakan bola mata involuntary/nistagmus dan
reflex penyesuaian terhadap posisi miring. (Lumbaltobing, 2000)
Penyebab Vertigo
Penyebab vertigo dapat berasal dari berbagai system
1. Penyakit system vestibular perifer (labirin, nervus VIII atau inti vestibularis)
a. Telinga
Telinga luar : serumen, benda asing
4
Telinga tengah : retraksi membrane timpani, otitis media purulenta
akuta, otitis media dengan efusi, labirintitis, koleastetoma, rudapaksa
dengan perdarahan.
Telinga dalam : Labirintis akuta toksika, trauma, serangan vascular,
alergi, hidrops labirin (morbus meniere), mabuk gerakan, vertigo
postural
b. Nervus VIII (infeksi, trauma maupun tumor)
c. Inti vestibularis (batang otak)
Infeksi ( meningitis, encephalitis, abses otak)
Perdarahan
Trombosis (arteri serebeli postero-inferior)
Tumor
Sklerosis multiple
2. Penyakit susunan saraf pusat
a. Vaskular
- Iskemik otak
- Hipertensi kronis
- Arteriosklerosis
- Anemia
- Hipertensi kardiovascular
b. Infeksi (meningitis, ensefalitis, abses)
c. Trauma
d. Tumor
e. Migrain
f. Epilepsy
g. Kelainan endokrin (hipotiroid, hipoglikemik, keadaan menstruasi, hamil,
menopause)
h. Kelainan psikoneurosis
3. Penyakit mata (paresis otot mata, kelainan refraksi, galukom)
4. Kelainan propioseptik (pellagra, anemia pernisiosa, aloholisme, tabes dorsalis)
Klasifikasi
5
Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak, serebelum atau otak) atau
di perifer (telinga – dalam, atau saraf vestibular).
1. Fisiologik : ketinggian, mabuk udara
Vertigo fisiologik adalah keadaan vertigo yang ditimbulkan oleh stimulasi dari
sekitar penderita, dimana sistem vestibulum, mata, dan somatosensorik berfungsi
baik. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain :
Mabuk gerakan (motion sickness)
Mabuk gerakan ini akan ditekan bila dari pandangan sekitar (visual
surround) berlawanan dengan gerakan tubuh yang sebenarnya. Mabuk
gerakan akan sangat bila sekitar individu bergerak searah dengan
gerakan badan. Keadaan yang memperovokasi antara lain duduk di jok
belakang mobil, atau membaca waktu mobil bergerak.
Mabuk ruang angkasa (space sickness)
Mabuk ruang angkasa adalah fungsi dari keadaan tanpa berat
(weightlessness). Pada keadaan ini terdapat suatu gangguan dari
keseimbangan antara kanalis semisirkularis dan otolit.
Vertigo ketinggian (height vertigo)
Adalah uatu instabilitas subjektif dari keseimbangan postural dan
lokomotor oleh karena induksi visual, disertai rasa takut jatuh, dang
gejala-gejala vegetatif
2. Patologis
Vertigo patologis terdiri dari vertigo vestibular dan nonvestibular. Vertigo vestibular
adalah vertigo yang disebabkan oleh gangguan sistem vestibular, sedangkan
vertigo non vestibular adalah vertigo yang disebabkan oleh gangguan system
visual dan somatosensori
Karakteristik Vertigo Vestibular Vertigo Non-vestibular
Waktu Episodic Konstan
Sifat vertigo Berputar Melayang
Faktor pencetus Gerakan kepala, perubhan posisi Stress, hiperventilasi
Gejala penyerta Mual, muntah, tuli, tinnitusGangguan mata, gangguan
somatosensorik
Vertigo vestibular dapat diklasifikasikan menjadi :
6
a. Sentral, vertigo yang terjadi akibat gangguan alat keseimbangan tubuh di
sistem saraf pusat, baik di pusat integrasi (serebelum dan batang otak)
ataupun di area persepsi (korteks)
b. Perifer, vertigo yang terjadi akibat gangguan alat keseimbangan tubuh di
labirin (telinga dalam) atau di saraf kranial VIII (Saraf Vestibulokoklear)
divisi vestibular
Kata kunci untuk vertigo yang berasal dari sentral adalah gejala atau tanda
batang otak lainnya atau tanda onset akut misalnya sakit kepala tuli dan
temuan neurologis lainnya misalnya trigeminal sensory loss pada infark arteri
cebellar postero inferior. Pada pasien seperti ini perlu cepat dirujuk dan
diinvestigasi.
Red flag pada pasien dengan vertigo meliputi :
Sakit kepala
Gejala neurologis
Tanda neurologis
Penting juga untuk mengklasifikasikan vertigo menjadi akut dan kronik. Vertigo
akut biasanya memiliki mekanisme yang tunggal sedangkan vertigo kronik
memiliki mekanisme multifaktorial.
Ciri-ciri Vertigo perifer Vertigo sentral
Onset Tiba-tiba, onset mendadak Perlahan, onset gradual
Durasi Menit hingga jam Minggu hingga bulan
Frekuensi Biasanya hilang timbul Biasanya konstan
Intensitas Berat Sedang
Mual muntah Tipikal Sering kali tidak ada
Diperparah dengan
perubahan posisi kepala
Ya Kadang tidak berkaitan
Usia pasien Berapapun, biasanya muda Usia lanjut
Gangguan status mental Tidak ada atau kadang
kadang
Biasanya ada
Defisit nervi cranial atau
cerebellum
Tidak ada Kadang disertai ataxia
Pendengaran Seringkali berkurang atau Biasanya normal
7
dengan tinitus
Nistagmus Nistagmus horizontal dan
rotator; ada nistagmus
fatique 5- 30 detik
Nistagmus horizontal atau
vertical; tidak ada nistagmus
fatique
Penyebab Meniere’s disease,
Labyrinthitis, Positional
vertigo
Massa Cerebellar / stroke,
Encephalitis/ abscess otak,
Insufisiensi A. Vertebral,
Neuroma Akustik, Sklerosis
Multiple
Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam
bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa
terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali. Sesuai kejadiannya, vertigo
ada beberapa macam yaitu :
Vertigo spontan
Vertigo ini timbul tanpa pemberian rangsangan. Rangsangan timbul dari
Penyakitnya sendiri, misalnya pada penyakit Meniere oleh sebab tekanan
endolimfa yang meninggi. Vertigo spontan komponen cepatnya mengarah ke
jurusan lirikan kedua bola mata
Vertigo posisi
Vertigo ini disebabkan oleh perubahan posisi kepala. Vertigo timbul karena
perangsangan pada kupula kanalis semi-sirkularis oleh debris atau pada
kelainan servikal. Debris ialah kotoran yang menempel pada kupula kanalis semi-
sirkularis.
Vertigo kalori
Vertigo yang dirasakan pada saat pemeriksaan kalori. Vertigo ini penting
ditanyakan pada pasien sewaktu tes kalori, supaya ia dapat membandingkan
perasaan vertigo ini dengan serangan yang pernah dialaminya. Bila sama, maka
keluhan vertigonya adalah betul, sedangkan bila ternyata berbeda, maka keluhan
vertigo sebelumnya patut diragukan
Onset dan durasi vertigo
8
Durasi tiap episode memiliki nilai diagnostic yang signifikan, semakin lama durasi
vertigo maka kemungkinan kea rah vertigo sentral menjadi lebih besar. Vertigo perifer
umumnya memilki onset akut dibandingkan vertigo sentral kecuali pada
cerebrovascular attack. Vertigo sentral biasanya berkembang bertahap (kecuali pada
vertigo sentral yang berasal dari vascular misalnya CVA). Lesi sentral biasanya
menyebabkan tanda neurologis tambahan selain vertigonya, menyebabkan
ketidakseimbnagan yang parah, nystagmus murni vertical, horizontal atau torsional dan
tidak dapat dihambat oleh fiksasi mata pada objek.
Perbedaan durasi gejala untuk berbagai penyebab vertigo
Dari penjelasan diatas jika disesuaikan dengan anamnesis pada penderita berupa adanya
sensasi berputar, lingkungan berputar terhadap dirinya (true vertigo), terjadi secara
mendadak, dengan perubahan posisi kepala tidak menurunkan keluhan,dan keluhan lain
berupa mual tidak diikuti gangguan pendengaran.
Diagnosis sementara
Diagnosis klinis : pusing berputar
Diagnosis topis : organ vestibuler, arteri vertebrobasiler
Diagnosis etiologi : vertigo perifer DD vertigo sentral
Pemeriksaan Fisik
9
Pemeriksaan dilakuan pada tanggal 26 Februari 2014
Status generalis:
Keadaan umum :Baik, GCS E4-V5-M6
Tanda vital :Tekanan darah: 170/120 mmHg Nadi: 85 kali/menit
Respirasi: 20 kali/menit Suhu: 37,0o C
Kepala : pupil isokor diameter 3/3, conjunctiva tak anemis, sclera tak icterik
Telinga : serumen (-)
Leher : tak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tak ada deformitas.
Pulmo : simetris, suara vesikuler normal, ronchi (-)
Cor : SI-SII murni, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : perut supel, hepar-lien tak teraba, peristaltik (+), nyeri tekan (-),
refleks kulit dinding perut (+)
Ekstremitas : edema (-), atrofi (-), capilarry refill < 2detik,
Status psikiatrikus:
Tingkah laku : dalam batas normal
Perasaan hati : dalam batas normal
Orientasi OWTS : dalam batas normal
Kecerdasan : dalam batas normal
Daya ingat : dalam batas normal
Status neurologikus:
Sikap Tubuh : Lurus dan simetri
Gerakan Abnormal : (-)
Kepala : normocephal, reflek cahaya +/+, refleks kornea +/+,
Kaku kuduk (-), meningeal sign (-)
Nn Cranialis :
NERVUS CRANIALIS Kanan Kiri
N.I Daya Penghidu Normosmia
N.II Daya Penglihatan + +
Penglihatan Warna Tidak dilakukan
Lapang Pandang Tidak dilakukan
10
N.III Ptosis - -
Gerakan mata ke medial + +
Gerakan mata ke atas + +
Gerakan mata ke bawah + +
Ukuran Pupil 3mm 3mm
Reflek cahaya Langsung + +
Reflek cahaya konsensuil + +
Strabismus divergen - -
N.IV Gerakan mata ke lateral
bawah
+ +
Strabismus konvergen - -
Menggigit + +
Membuka mulut Simetris
N.V Sensibilitas muka + +
Reflek kornea + +
Trismus - -
N.VI Gerakan mata ke lateral
bawah
+ +
Strabismus konvergen - -
N.VII Kedipan mata + +
Lipatan nasolabial + +
Sudut mulut + +
Mengerutkan dahi + +
Menutup mata + +
Meringis + +
Menggembungkan pipi + +
Daya kecap lidah 2/3 depan Tidak dilakukan
N.VII
IMendengar suara berbisik
+ +
Tes Kalori Tidak dilakukan
Tes Rinne Tidak dilakukan
11
Tes Schawabach Tidak dilakukan
Tes Weber Tidak dilakukan
N.IX Arkus Faring Simetris
Daya kecap lidah 1/3
belakangTidak dilakukan
Reflek muntah Tidak dilakukan
Sengau Tidak dilakukan
Tersedak Tidak dilakukan
N.X Denyut nadi 85x/mnt regular,kuat angkat
Arkus Faring Simetris
Bersuara Normal
Menelan Tidak ada kelainan
N.XI Memalingkan kepala + +
Sikap bahu + +
Mengangkat bahu + +
Trofi otot bahu Eutrofi Eutrofi
N.XII Sikap Lidah Simetris
Artikulasi Jelas
Tremor Lidah -
Menjulurkan Lidah Simetris
Trofi otot lidah Eutrofi
Fasikulasi Lidah -
Koordinasi langkah dan keseimbangan
Romberg test : + jatuh ke sisi kanan (saat mata tertutup)
Stepping test : deviasi 300 ke kanan
Tandem gait test : cenderung jatuh ke kanan
Dismetri (tes telunjuk hidung) : menyimpang kearah kanan
Disdiadokinesis test : pasien bingung
Nystagmus : +
Lhermit : -
Ekstremitas:
12
G B B K 555 555 Tn N N Tr E E
B B 555 555 N N E E
RF +N +N Rp - - Cl -/-
+ N +N - -
Sensibilitas : dalam batas normal
Vegetatif: : BAB dan BAK dalam batas normal
Pemeriksaan penunjang:
Laboratorium (27 Februari 2014) :
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi
Darah Rutin
Hemoglobin 13,3 14,0-18,0 g/dl
Leukosit 7,7 4,0-10 ribu
Eritrosit 4,41 4,0-6,2 juta
Hematokrit 36,7 40-58 %
Trombosit 316 200-400 ribu
MCV 87,8 80-90 mikro m3
MCH 30,2 27-34 pg
MCHC 34,4 32-36 g/dl
RDW 13,5 10-16 %
MPV 7,2 7-11 mikro m3
Limfosit 2,2 1,0-4,5 10^3/mikroL
Monosit 0,4 0,2-1,0 10^3/mikroL
Eosinofil 0,4 0,004-0,8 10^3/mikroL
Basofil 0,1 0-0,2 10^3/mikroL
Neutrofil 4,7 1,8-7,5 10^3/mikroL
Limfosit % 28,6 25-40 %
Monosit % 5,0 2-8 %
13
Eosinofil % 5,4 2-4 %
Basofil % 0,2 0-1 %
Neutrofil % 50,8 50-70 %
PCT 0,229 0,2-0,5 %
PDW 12,8 10-16 %
Kimia Klinik
Gula Darah Sewaktu 75 70-100 mg/dl
Ureum 36,1 10-50 mg/dl
Creatinin 0,95 0,62-1,1 mg/dl
SGOT 16 0-50 U/L
SGPT 22 0-50 IU/L
Protein total 7,19 6-8 g/dL
Albumin 4,58 3,4-4,8 g/dL
Globulin 2,61 20-40 mg/dL
Uric acid 4,12 2-7 mg/dL
Cholesterol 249
<200 dianjurkan
200 – 239 risiki sedang
>= 240 risiko tinggi
Trigliserid 182 70-140 mg/dL
HBsAg Non reaktif Non reaktif
X – Foto Cervical AP, Lateral, Obliq ( 1 Maret 2014):
Kesan :
Kompresi ringan bagian posterior corpus vertebralis C6
14
Penyempitan diskus invertebralis C5-C6
Osteofit corpus vertebralis C4, C5, C6, merupakan spondilosis cervikalis ringan
Tak tampak listesis, maupun fracture pada vertebrae cervical
DISKUS II
Untuk menegakan diagnosis dilakukan pemeriksaan fisik. Dengan pemeriksaan fisik
disini untuk membedakan adanya proses patologis di perifer ataupun di sentral. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan adanya tekanan darah 170/120 mmHg. Merupakan kriteria
Hipertensi grade II. Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah diatas normal. Jika
terjadi hipertensi yang sifatnya kronis maka akan terjadi adanya thrombosis, emboli,
vasospame dan akan mereduksi dari oksigenais pada system vestibular (terjadi perubahan
konsentrasi oksigen, maka hanya satu sis saja yang mengadakan penyesuaian, ayang
akibatnya terdapat perbedaan elektropotensial antara vestibuler kanan dan kiri ) maka akan
menimbulkan vertigo.
Dalam pemeriksaan koordinasi langkah dan keseimbangan didapatkan hasil berupa test
Romberg positif. Romberg test merupakan tes neurologis untuk mendeteksi
ketidakseimbangan yang secara khusus mendeteksi ketidakmampuan untuk
mempertahankan postur tubuh berdiri stabil dengan mata tertutup. Dikatakan postitif jika
saat diam dengan mata tertutup ada goyanagan yang berlebihaan atau jatuh. Dengan
Romberg test postitif dapat disebabkan oleh
a. Gangguan di telinga dalam
b. Gangguan di nervi cranialis yang menuju ke telinga (N.VIII)
c. Lesi di pons daerah dari batang otak dimana N.VIII berada
d. Kerusakan lain di system saraf pusat jalur yang terhubung ke pons
Pada pasien didaptkan Romberg positif jatuh ke kanan saat mata tertutup yang berarti
bahwa terdapat gangguan keseimbangan postur untuk berdiri stabil yang terjadi akibat
adanya suspek lesi di hemisfer dextra atau organ vestibuler bagian dextra.
Pemeriksaan stepping test merupakan pemeriksaan neurologis yang mendeteksi
adanya ganggyan system vestibular. Test ini dilakukan dengan cara penderita diminta untuk
berjalan ditempat dengan mata tertutup, sebanyak 50 langkah dengan keceptan seperti
berjalan biasa. Jika terjadi kelainan pada system vestibular maka pada kedudukan akhir
beranjak lebih dari 1 meter atau badan berputar lebih dari 30 derajat. Pada pasien ini
dikatakn positif karena adanya deviasi stepping test 30 derajat dari tempat semula dank e
kanan yang kemungkinan diakibtakan adanya lesi di system vetsibuler dextra.
15
Test dismetri disini dilakukan test telunjuk hidung yang dilakukan dengan penderita diminta
untuk menyentuh hidung dan jari telunjuk dengan cepat. Jika terdapat adanya kesalah dalam
menunjuk merupakan adanya gangguan sereberal.
Nistagmus merupakan suatu gerakan bola mata bersamadengan komponen cepat
menunjuk satu arah disertai komponen lambat kea rah berlawanan. Gangguan vestibular
biasnya mempunyai gejala nistagmus. Nistagmus merupakan suatu gejala obyektif dapat
digunakan sebagai parameter untuk menentukan aktivitas vestibular. Komponen cepatnya
kea rah telinga yang sehat sedangkan komponen lambatnya kearah telinga yang sakit. Arah
nistagmus dinamai sesuai dengan arah komponen cepatnya.
a. Nistagmus yang bersifat sentral (misalnya pada penyakit serebelar) tidak akan
berkurang jika dilakukan fiksasi visual, yaitu mata memandang kepada satu benda
yang bergerak. Nistagmus dapat berubah arah bila arah pandangan berubah dan
biasanya geraknya beberapa arah tidak menentu dan tidak simetris kanan dan kiri
b. Nistagmus yang bersifat perifer pada neuritis vestibuler lebih meningkat bila
pandangan diarahkan menjauhi telinga yang terkena dan mengurang bila dilakukan
fiksasi visual. Pada nistagmus perifer, nistagmus akan berkurang bila memfiksasi
pandangan ke suatu benda.
Nistagmus menurut onsetnya terdiri dari
a. Nistagmus spontan adalah nistagmus yang timbul tanpa ada rangsangan terlebih
dahulu.
b. Nistagmus provokasi/ kalori adalah nistagmus yang timbul karena rangsangan dan
menetap saat sesudah rangsangan selesai (misalnya tes kalori).
c. Nistagmus posisi adalah nistagmus yang timbul karena perubahan posisi kepala/
labirin (Nylen).
a. Nylen tipe 1: arah berubah sesuai dengan perubahan posisi.
b. Nylen tipe 2: arah tetap meskipun posisi berubah.
c. Nylen tipe 3: nistagmus berubah meskipun posisi tetap
d. Tipikal (nistagmus posisi paroksismal jinak), dengan tanda antara lain
mempunyai masa laten, hilang timbul, disertai vertigo hebat.
e. Atipikal.
Nylen tipe 2 dan tipikal biasanya berasal kelainan perifer, sedangkan Nylen tipe
1 dan atipikal berasal dari kelainan sentral
16
Pada pemeriksaan x-foto vertebrae cervical didapatkan bahwa adanya kompresi dan osteofit
yang merupakan gambaran spondilosis servikalis. Pada pasien ini hubungan antara
timbulnya vertigo dengan kompresi dan spondilosis servikalis adalah dengan 2 teori
1. Neurogenik
Adanya impuls afferent dari perjalan di leher melalui akar servikal posterior
menuju ke nuclei vestibularis yang dalam percobaannya dengan kelinci ditimbulkan
akibat pergerakan kepala pada tubuh yang dapat menimbulkan vertigo. Juga dengan
bagaian transevrasl dari musculus suboccipital, surgical deafferentiation dari C1-C3,
atau hasil anatesi suboccipital pada ataksia lokomotor. Anastesi local dalam jaringan
leher bagian posterolateral pada manusis biasnya memunculkan sebuah peningkatan
secara transient ipsilateral dan penurunan tonus otot ekstensor kontralateral dengan
kecenderungan untuk jatuh, gait deviation, dan pastpointing towards pada bagian
yang sakit.
Pada spondilosis servikalis, perubahan dalam aliran aferen servikal
kemungkinan karena tekanan pada akar saraf servikalis dengan disc. protrusions.
Pada penelitian Mangat dan McDowall yang menyelidiki kejadain vertigo dengan
spondilosis servikalis yang menerangkan bahwa resolusi vertigo dan nistagmus
dengan dekompresi anterior servikalis dan juga kemungkinan menunjukkan
abnormal pada aliran afferent di servikal posterior pada pasien spondilosis servikalis
yang memicu timbulnya tonus vestibular yang tidak stabil yang juga diprovokasi
dengan torsi leher. Selain itu Barre et al juga mengusulkan pendapat bahwa iritasi
saraf simpatis di sekitar arteri vertebralis bisa berperan dalam produksi timbulnya
vertigo dan nistagmus sebagai akibat dari osteofit servikalis.
2. Vasogenik
Sirkulasi vertebrobasilar menyuplai labirin vestibular, nervus VIII, batang
otak, cerebellum dan lobus occipital. Osteofit pada servikal dapa menekan aretri
vertebralis yang menyebabkan oklusi selama pemutaran pada kepala. Keluhan
paling umum pada insufisiensi vertebrobasilar adalah vertigo.
Sebagai suplai darah organ vestibulokoklear yang merupakan end arteri,
yang benar benar supalinya bergantung pada sirkulasi vertebrobasiler dan karenya
lebih rentan terhadap insufisiensi vertebrobasilar yang mencetuskan adanya
vestibular vertigo. Sheehan et al menunjukkan bahwa insufisensi pada
17
vertebrobasilar dan kompresi vertebralis karena spondilosis servikalis pada
arteriografi vertebra selama kepala berputar. Dengan penelitian ini menunjukan
bahwa mereka yang memiliki faktor resiko vascular yang dapat mengganggu
intehritas dari sirkulus Willisi khususnya pada orang yang lebih tuadimana terdapat
25% pengurangan pada aliran basilar antara umur 20 dan 70 tahun.
Selain itu juga terdapat faktor lain yang diperkirakan memberikan kontribusi
untuk terjadinya insufisiensi vertebrobasilar posisional yaitu dalam spondilosis
servikalis terdapat penyempitan pada diskus intravertebralis yang akan
menyempitkan lebar servikal spine dengan penurunan bersamaan panjang arteri
vertebralis
BPPV (Benign Paroxysmal Positional Vertigo)
Atau vertigo positional ialah vertigo yang muncul bila kepala mengambil posisi atau
sikap tertentu. Merupakan bagian vertigo perifer yang paling sering dijumpai. Sindroma ini
ditandai dengan episode vertigo yang berat yang berlangsung singkat (beberapa detik
sampai menit) yang disertai nausea dan atau vomitus.
Vertigo akan mereda jika pasien terus mempertahankan sikap atau posisi yang
mencetuskannya apabila terjadi vertigo perifer. Jika vertigo sentral maka tidak dapat
merespon dengan mengurangi keadaan tersebut.
Pada vertigo posisional perifer, vertigo timbul tidak segera setelah dalam posisi yang
memicu. Didapatkan waktu yang laten yang berlangsung beberapa detik. Pada vertigo
sentral, vertigo dan nistagmus langsung timbul jika kepala dipindahkan posisi
Diagnosis dari vertigo posistional ialah serangan vertigo umumnya berlangsung
singkat, kurang dari satu sampai dua menit Bila vertigo datang bertubi tubi mengakibatkan
kepala merasa ringan, meras tidak setabil, atau mengambang yang menetap selama bebrapa
jam atau hari. Sering dijumpai pada kelompok usia mengeah, pada usia 40-an tahun dan 50-
an tahun.Wanita lebih sering dari pada pria.Nistagmus bersifat torsional (rotator).
Penyebab BPPV tidak diketahui (idiopatik). Bisa terjadi dari trauma kepala atau
leher, infeksi telinga tengah, atau operasi stapedektomi. Banyak BPPV yang timbul spontan,
disebabkan oleh kelainan di otokonial berupa deposit yang berada di kupula bejana
semisirkularis posterior. Deposit ini menyebabkan bejana menjadi sensitive terhadap
perubahan gravitasi yang menyertai keadaan posisi kepala yang berubah.
Untuk membedakan vertigo vestibular sentral atau perifer yaitu
18
Tanda dan gejala Vertigo sentral Vertigo perifer Pasien
Onset Kronis / perlahan
(gradual)
Akut Akut
Serangan Konstan Intermiten Intermiten
Intensitas pusing Ringan-sedang Sedang-berat Sedang-berat
Mual, muntah Jarang / tidak ada Ada Ada
Positionally related Jarang / tidak ada Selalu Ada
Hearing loss atau
gangguan
pendengaran
Jarang / tidak ada Ada Tidak ada
Deficit neurologi Ada Tidak ada Tidak ada
Nistagmus Arah
multidirectional
Arah horizontal Arah horizontal
Maka dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang ditemukan disimpulkan
Diagnosis Akhir
Diagnosis klinis : vertigo campuran (mix type)
Diagnosis topis : arteri vertebrobasiler yang memevaskularisasi medulla oblongata
dan serebelum, organ vestibular
Diagnosis etiologi : insufisiensi atau iskemik vestibulobasiler
DD medulla oblongata dan serebelum
Organ vestibular DD BPPV, Presbiastaksis
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang diberikan:
Simptomatic terapi
a. Injeksi Piracetam 3x3 gr
b. Injeksi Ranitidin 2x1 ampul
c. Inj Mecobalamin 1x1
d. Betahistin 3x1 tab
e. Amlodipin 1x10 mg
f. Diltiazem 2x30 mg
Rehabilitatif terapi
a. Positioning alih baring
19
b. Vertigo exercise
c. Mobilisasi bertahap
d. Edukasi Keluarga
Diskui III
Terapi vertigo meliputi:
1. Terapi kausal
Kebanyakan kasus vertigo tidak diketahui penyebabnya, walaupun
demikian bilamana penyebabnya dapat diketemukan, maka terapi kausal
merupakan pilihan utama.
2. Terapi simptomatik
Ditujukan untuk 2 hal utama, yaitu rasa vertigo dan gejala otonom
(mual, muntah). Berkat adanya mekanisme kompensasi sentral, maka gejala
akan berkurang, namun pada fase akut terapi simptomatis sangat diperlukan
untuk kenyamanan, ketenangan pasien dan segera dapat memobilisasi pasien
dalam rangka rehablitasi. Terapi simptomatis hendaknya tidak berlebihan
agar mkanisme kompensasi tidak terhalang. Pemilihan obat vertigo
tergantung dari titik tangkap kerja obat, berat vertigo, fase dan tipe vertigo.
Berikut ini mekanisme kerja obat anti vertigo:
a. Ca entry Blocker: mengurangi eksitatori SSP dengan menekan pelepasan
glutamat dan bekerja langsung sebagai depresor labirin. Bisa untuk
vertigo sentral/perifer. Conth: Flunarizin
b. Antihistamin: efek antikolinergik dan merangsang inhibitori
monoaminergik dengan akibat inhibisi n. Vestibularis. Contoh: sinarisin,
dimenhidrinat, prometazin
c. Antikolinergik: mengurangi eksitabilitas neuron dengan menghambat
jaras eksitatorik-kolinergik ke n. Vestibularis yang bersifat kolinergik
mengurangi respon n. Vestibularis terhadap rangsang. Contoh:
skopolamin, atropin.
d. Monoaminergik: merangsang jaras inhibitori monoaminergik pada
n.Vestibularis, sehingga berakibat mengurangi eksitabilitas neuron.
Contoh: amfetamin, efedrin
20
e. Antidopaminergik: bekerja pada kemoreseptor triger zone dan pusat
muntah di medula oblongata. Contoh: klorpromazine, haloperidol,
droperidol
f. Bensodiasepin: menurunkan resting aktifitas neuron pada n. Vestibularis
dengan menekan reticular fascilitatory system. Contoh: diazepam
g. Histaminik: inhibisi neuron polisinaptik pada n. Vestibularis latteralis.
Contoh: betahistin mesilat
h. Antipileptik: bekerja dengan meningkatkan ambang, khususnya pada
vertigo akibat epilepsi lobus temporalis. Contoh: karbamazepin, fenitoin.
3. terapi rehabilitatif
Tujuan adalah untuk meningkatkan kompensasi sentral dan habituasi
pada pasien dengan gangguan vestibuler.Mekanisme kerja melalui:
a. Substitusi sentral oleh sistem visual dan somatosensori untuk fungsi
vestibuler yang terganggu
b. Mengaktifkan kendali tonus ini n. Vestibularis oleh serebelum, sistem
visual dan somatosensori
c. Menimbulkan habituasi yaitu berkurangnya respon terhadap stimuli
sensorik yang berulang-ulang. ( Perdossi, 2000)
Planning pemeriksaan
- DSA - Ct Scan
- TCD (Trans Cuteaneus Doppler) - USG Collar doppler
- BERA
FOLLOW UP
Tanda vital 26-2-2014 27-2-2014 28-2-2014 1-3-2014 2-3-2014 3-3-2014
Tekanan darah
(mmHg)
170/120 130/90 110/80 120/90 120/80 130/80
Nadi (x/menit) 85 84 84 89 84 85
Pernapasan 20x/menit 19x/menit 19 21 20 19
Suhu (0C) 37,0 36,7 36,8 36,9 36,5 37,0
Subyektif 26-2-2014 27-2-2014 28-2-2014 1-3-2014 2-3-2014 3-3-2014
Pusing ++++ +++ ++ + - -
21
berputar
Mual +++ - - - - -
Muntah - - - - - -
Nyeri
kepala++ + + +↓ +↓ +↓
Penglihatan
ganda- - - - - -
Leher
kenceng++ + - - - -
Gangguan
telinga- - - - - -
Obyektif 26-2-2014 27-2-2014 28-2-2014 1-3-2014 2-3-2014 3-3-2014
Nistagmus + + + - - -
Romberg test +
(kekanan)
+ + + + +
Stepping test + (deviasi
ke kanan)
+ + + + +
Tandem gait
test
+ (jatuh ke
kanan)
+ + + + +
Dismetri + + + + + +
Disdiadokinesis Tidak
valid
dinilai
Tidak valid dinilai
Tidak valid dinilai
Tidak valid dinilai
Tidak valid dinilai
Tidak valid dinilai
Lhermit - - - - - -
Assessment Vertigo
mix type
Vertigo mix type
Vertigo mix type
Vertigo mix type
Vertigo mix type
Vertigo mix type
Penatalaksanaan 26-2-2014 27-2-2014 28-2-2014 1-3-2014 2-3-2014 3-3-2014
Inj. Piracetam 3x3gr √ √ √ √ √ √
Inj. Ranitidin 2x1 √ √ √ √ √ √
Inj. Mecobalamin √ √ √ √ √ √
22
1x1
Betahistin 3x1 √ √ √ √ √ √
Amlodipin 1x10mg √ √ √ √ √ √
Diltiazem 2x30mg √ √ √ √ √ √
Prognosis
Didapat kesan prognosis pada pasien ini:
Death : dubia ad bonam
Desease : dubia ad bonam
Dissability : dubia ad bonam
Discomfort : dubia ad bonam
Dissatisfaction: dubia ad bonam
Distitution : dubia ad bonam
23
DAFTAR PUSTAKA
Adams R.D., Victor M., Rooper A.H., 2001, Disease of N. VIII in Principles of
Neurology, 7th ed. McGraw-Hill, New York
Harsono, 2005, Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada university Press
Huff S.J, 2001, Vertigo and Dizzy in eMedicine Journal ; Volume 2 Number 5
Joesoef AA., Tinjauan Neurobiologi Molekuler dari Vertigo, 2003, Makalah Konas V
Perdossi, Bali
Keith, Marill, 2001, Central verigo, @ NEUROLOGY\ Neurotoksikologi dan Vertigo\
eMedicine - Central Vertigo.html
Neil H,Harrison, 2005, Harrison Internal Medicine,USA,McGrew Hill,
Perdossi, 2000, Vertigo Patofisiologi, Diagnosis dan Terapi, Jansen Pharmaceiuticals
Sidharta,P., 1999, Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi, PT Dian Rakyat, Jakarta
24