lapres modul 1 fix
TRANSCRIPT
7/22/2019 Lapres Modul 1 Fix
http://slidepdf.com/reader/full/lapres-modul-1-fix 1/31
1
RINGKASAN
Pada modul 1 ini praktikum yang dilaksanakan adalah pembutan, hal ini
dilatar belakangi oleh kebutuhan dunia industri yang membutuhkan proses
pemesinan untuk menjalankan proses produksi.
Pembubutan merupakan suatu proses pemakanan benda kerja yang
sayatannya dilakukan dengan cara memutar benda kerja kemudian dikenakan
pada pahat yang digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari
benda kerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak potong relatif dan
gerakkan translasi dari pahat disebut gerak umpan.
Secara umum mesin bubut dibagi menjadi beberapa macam, diantaranyaadalah mesin bubut ringan, sedang dan meja panjang. Parameter proses
pembubutan adalah kecepatan potong, keadalaman potong, penghasilan gram.
7/22/2019 Lapres Modul 1 Fix
http://slidepdf.com/reader/full/lapres-modul-1-fix 2/31
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dizaman yang modern seperti ini, didunia industri dituntut untuk mempunyai
beberapa cara dan alat dalam proses produksi yang memungkinkan untuk
menghasilkan efisiensi dan efektifitas dal proses produksi. Untuk mewujudkan hal
tersebut diperlukan sebuah perancangan sehingga nantinya ide – ide desain
produk dapat dimunculkan dalam bentuk nyata melalui gambar teknik. Setelah
proses desain, selanjutnya adalah proses pembentukan ide – ide menjadi barang
atau produk jadi. Untuk membuat barang jadi tersebut diperlukan beberapa mesinperkakas salah satunya adalah mesin bubut dan proses pembubutanya.
Pembubutan merupakan suatu proses pemakanan benda kerja yang
sayatanya dilakukan dengan cara memutar benda kerja kemudian dikenakan pada
pahat yang digerakan secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda
kerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak potong relatif dan gerakan
translasi dari pahat disebut gerak umpan (feeding) (bayuseno,2010).
2.2 Tujuan praktikumTujuan dari praktikum modul 1 ini adalah setelah praktikum ini, peserta
diharapkan mampu :
1. Mengerti dan memahami prinsip kerja, bagian – bagian dan fungsi masing
– masing bagian mesin bubut.
2. Menghitung dan menganalisa parameter proses bubut pada mesin dan
benda kerja yang dibutuhkan sebelum melakukan proses bubut.
3. Menghitung waktu pemesinan dari produk yang telah dirancang dan
jumlah produksi perhari.
7/22/2019 Lapres Modul 1 Fix
http://slidepdf.com/reader/full/lapres-modul-1-fix 3/31
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Mesin bubut
Pembubutan merupakan suatu proses pemakanan benda kerja yang
sayatannya dilakukan dengan cara memutar benda kerja kemudian dikenakan
pada pahat yang digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari
benda kerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak potong relatif dan
gerakkan translasi dari pahat disebut gerak umpan (feeding ) (Bayuseno, 2010).
Gambar 1.2.1 bagian bagian mesin bubut
Keterangan gambar:
a. Landasan (lathe bad )b. Kepala tetap (head stock )
c. Eretan (carriage)
d. Kepala lepas (tail stock )
e. Kotak roda gigi (freedom gear box )
f. Poros transportir (lead screw )
g. Poros pengumpan (feed shaft )
h. Poros penggerak (switch bar )
7/22/2019 Lapres Modul 1 Fix
http://slidepdf.com/reader/full/lapres-modul-1-fix 4/31
4
Pahat mesin bubut dapat dibuat dari berbagai-macam bahan, bahan-bahan
tersebut diantaranya :
1. Baja karbon tinggi, dengan kandungan karbon sekitar 0.8 sampai 1.2%,
digunakan untuk semua pahat pemotong.
2. Baja kecepatan tinggi, dengan menambahkan wolfram 18% dan chrom
5.5% dan paduan lainnya seperti vanadium, molibdin, dan kobalt .
3. Paduan cor bukan besi
4. Karbida
5. Intan
6. Keramik
Selama proses permesinan berlangsung, terdapat kontak antara pahat mesin
bubut itu sendiri dengan benda kerja. Kontak tersebut merupakan pengurangan
ukuran benda kerja oleh pahat karena proses pembubutan. Pada proses
pengurangannya akan terdapat serpihan-serpihan.
2.1 Jenis mesin bubut
Jenis mesin bubut pada garis besarnya diklasifikasikan dalam empat
kelompok, yaitu:
a. Mesin bubut ringan
Mesin bubut ini dimaksudkan untuk pekerjaan ringan. Dipergunakan untuk
mengerjakan benda-benda kerja yang berukuran kecil. Mesin ini terbagi atas
mesin bubut bangku dan model lantai.
Gambar 4.2.2 mesin bubut ringan
(sumber : Atmantawarna, 2013)
7/22/2019 Lapres Modul 1 Fix
http://slidepdf.com/reader/full/lapres-modul-1-fix 5/31
5
b. Mesin bubut sedang (medium lathe)
Konstruksi mesin ini lebih cermat dan dilengkapi dengan penggabungan
peralatan khusus. Oleh karena itu mesin ini digunakan untuk pekerjaan yang
lebih banyak variasinya dan lebih teliti. Fungsi utama adalah untuk
menghasilkan atau memperbaiki perkakas secara produksi.
Gambar 4.2.3 mesin bubut sedang
(sumber : Atmantawarna, 2013)
c. Mesin bubut standar (standard lathe)
Mesin ini dibuat lebih berat, daya kudanya lebih besar daripada yang
dikerjakan mesin bubut ringan dan mesin ini merupakan standar dalam
pembuatan mesin-mesin bubut pada umumnya.
Gambar 4.2.4 mesin bubut standar
(sumber : Atmantawarna, 2013)
d. Mesin bubut meja panjang (long bed Lathe)
Mesin ini termasuk mesin bubut industri yang digunakan untuk
mengerjakan pekerjaan-pekerjaan panjang dan besar, bahan roda gigi dan
lainnya.
7/22/2019 Lapres Modul 1 Fix
http://slidepdf.com/reader/full/lapres-modul-1-fix 6/31
6
Gambar 4.2.5 mesin bubut meja panjang (long bed Lathe)
2. Jenis lain mesin bubut secara prinsipa. Mesin bubut centre lathe
Mesin bubut ini dirancang utnuk berbagai macam bentuk dan yang paling
umum digunakan, cara kerjanya benda kerja dipegang (dicekam) pada poros
spindle dengan bantuan chuck yang memiliki rahang pada salah satu
ujungnya, yaitu pada pusat sumbu putarnya, sementara ujung lainnya dapat
ditumpu dengan center lain.
Gambar 4.2.6 Mesin bubut centre lathe
7/22/2019 Lapres Modul 1 Fix
http://slidepdf.com/reader/full/lapres-modul-1-fix 7/31
7
b. mesin bubut sadel
Poros spindel akan memutar benda kerja melalui piringan pembawa
sehingga memutar Mesin bubut sabuk roda gigi yang digerakkan sabuk atau
puli pada poros spindel . Melalui roda gigi penghubung, putaran akan
disampaikan ke roda gigi poros ulir. Oleh klem berulir, putaran poros ulir
tersebut diubah menjadi gerak translasi pada eretan yang membawa pahat.
Akibatnya pada benda kerja akan terjadi sayatan yang berbentuk ulir.
Gambar 4.2.7 Mesin bubut sabuk
c. Mesin bubut vertical turning and boring milling
Mesin ini bekerja secara otomatis, pada pembuatan benda kerja yang
dibubut dari tangan, pekerjaan yang tidak dilakukan secara otomatis hanyalah
pemasangan batang-batang yang baru dan menyalurkan produk-produk yang
telah dikerjakan, oleh sebab itu satu pekerja dapat mengawasi beberapa buah
mesin otomatis dengan mudah.
Gambar 4.2.8 Mesin bubut vertical turning and boring milling
7/22/2019 Lapres Modul 1 Fix
http://slidepdf.com/reader/full/lapres-modul-1-fix 8/31
8
d. Mesin bubut facing lathe
Sebuah mesin bubut terutama digunakan untuk membubut benda kerja
berbentuk piringan yang besar. Benda-benda kerjanya dikencangkan dengan
cakar-cakar yang dapat disetting pada sebuah pelat penyeting yang besar,
tidak terdapat kepala lepas.
Gambar 4.2.9 Mesin bubut facing lathe
e. Mesin bubut turret
Mesin bubut turret mempunyai ciri khusus terutama menyesuaikan
terhadap produksi. “Ketrampilan pekerja” dibuat pada mesin ini sehingga
memungkinkan bagi operator yang tidak berpengalaman untuk memproduksi
kembali suku cadang yang identik. Kebalikannya, pembubut mesin
memerlukan operator yang sangat terampil dan mengambil waktu yang lebih
lama untuk memproduksi kembali beberapa suku cadang yang dimensinya
sama.
Karakteristik utama dari mesin bubut jenis ini adalah bahwa pahat untuk
operasi berurutan dapat disetting dalam kesiagaan untuk penggunaaan dalam
urutan yang sesuai. Meskipun diperlukan keterampilan yang sangat tinggiuntuk mengunci dan mengatur pahat dengan tepat tapi satu kali sudah benar
maka hanya sedikit keterampilan untuk mengoperasikannya dan banyak suku
cadang dapat diproduksi sebelum pensettingan dilakukan atau diperlukan
kembali.
7/22/2019 Lapres Modul 1 Fix
http://slidepdf.com/reader/full/lapres-modul-1-fix 9/31
9
Gambar 4.2.10 mesin bubut turret
f. Mesin bubut turret jenis sadel
Mempunyai turret yang dipasangkan langsung pada sadel yang bergerak
maju mundur dengan turret
Mesin bubut turret vertikal=== Mesin bubut vertikal adalah sebuah mesin yang
mirip Freis pengebor vertikal, tetapi memiliki karakteristik pengaturan turret
untuk memegang pahat. Terdiri atas pencekam atau meja putar dalam
kedudukan horizontal, dengan turret yang dipasangkan diatas rel penyilang
sebagai tambahan, terdapat paling tidak satu kepala samping yang dilengkapi
dengan turret bujur sangkar untuk memegang pahat.
Semua pahat yang dipasangkan pada turret atau kepala samping
mempunyai perangkat penghenti masing-masing, sehingga panjang
pemotongan dapat sama dalam daur mesin yang berurutan. Pengaruhnya
adalah sama seperti bubut turret yang berdiri pada ujung kepala tetap. Dan
mempunyai segala ciri yang diperlukan untuk memudahkan pemuat,
pemegang dan pemesinan dari suku cadang yang diameternya besar dan
berat.
Pada mesin ini hanya dilakukan pekerjaan pencekaman (Makmur, 2010).
Gambar 4.2.11 mesin bubut turret jenis sedel
7/22/2019 Lapres Modul 1 Fix
http://slidepdf.com/reader/full/lapres-modul-1-fix 10/31
10
2.3 Macam – macam pengerjaan.
Pengerjaan pada mesin bubut dibagi menjadi beberapa macam,
diantaranya :
a) pembubutan permukaan ( Facing)
Pengerjaan benda kerja terhadap tepi penampangnya atau tegak lurus
terhadap sumbu benda kerja dibagi menjadi beberapa macam :
b) Pembubutan silindris (turn ing )
c) Pengerjaan benda kerja dilakukan sepanjang garis sumbunya. Baik
pengerjaan tepi maupun pengerjaan silindris posisi dari sisi potong
pahtnya harus terletak senter terhadap garis sumbu dan ini berlaku untuk
semua proses pemotongan pada mesin bubut.
d) Pembubutan alur (grooving )
e) Pembubutan yang di lakukan di antara dua permukaan.
f) Pembubutan tirus (chempering )
g) Adapun caranya sebagai berikut : Dengan memutar compound rest ,
Dengan menggeser sumbu tail stock , Dengan menggunakan taper
attachment.
h) Pembubutan ulir (threading )
Bentuk ulir didapat dengan cara menggerinda pahat menjadi bentuk yang
sesuai dengan menggunakan referensi mal ulir (thread gauge). Atau bisa
juga menggunakan pahat tertentu ukurannya yangsudah di jual di
pasaran, biasanya untuk ulir-ulir standar.
i). Drilling
Membuat lubang awal pada benda kerja
j). Bor ing
Memperbesar lubang pad benda kerja.
k). Kartel (knurling )Membuat profil atau grif pegangan pada benda kerja seperti pad
pegangan tang,obeng agar tidak licin.
l). Reaming
Memperhalus lubang pada benda kerja. Hal ini dilakukan untuk hasil
pembubutan dalam atau pengeboran di atas mesin bubut. Pada tingkatan
tertentu dibutuhkan kehalusan sesuai ketentuan. Untuk kegiatan tersebut
dipergunakan alat Reamer . Benda berlubang yang akan dihaluskan dikepit
pada cekam kepala tetap, sementara reamer dipasang pada hower dan
7/22/2019 Lapres Modul 1 Fix
http://slidepdf.com/reader/full/lapres-modul-1-fix 11/31
11
dijepit di senter kepala lepas. Pada saat proses penghalusan, posisi kepala
lepas didekatkan sehingga reamer dapat masuk ke lubang benda kerja.
Selanjutnya, mesin dinyalakan dan putaran reamer digerakkan memasuki
lubang sehingga geriginya bergesek dengan dinding lubang. Pada saat
itulah terjadi proses penghalusan dinding lubang.(Wibolo, Wahyudi,
sugianto, 2011).
2.4 Parameter mesin bubut
Pada proses bubut ada beberapa parameter yang harus diperhatikan.
karena kesalahan proses, alat maupun operator akan mempengaruhi proses
pembubutan dan hasil produk. Parameter yang harus diperhatikan antara lain :
kecepatan potong, pemakanan (Feeding ), dan kedalaman pemotongan (Depthof
Cut ).(makmur, 2010).
a. Kecepatan potong
Kecepatan potong adalah kecepatan keliling dari benda kerja melintasi ujung
pahat potong, kecepatan potong umumnya dinyatakan dalam satuan meter per
menit. Pemilihan kecepatan potong yang benar adalah harus disesuaikan dengan
bahan dari benda kerja yang dibubut dan bahan dari pahat potong yang
digunakan, pemilihan kecepatan potong yang terlalu tinggi menyebabkan ujung
pahat akan mudah tumpul dan aus sehingga akan banyak waktu yang terbuang
untuk mengasah/menggerinda atau merekondisi pahat tersebut, bila pemilihan
terlalu rendah maka efisiensi kerjanya rendah. Untuk menghitung kecepatan putar
spindle mesin bubut dalam satuan putaran per menit, maka kecepatan potong
bahan dan diameter benda kerja harus diketahui. Rumus putaran adalah :
n =
.
keterangan :
n : putaran spindle mesin (rpm)V : kecepatan potong bahan (m/menit)
D : diameter benda kerja (mm)
b. Pemakanan (Feeding )
Pemakanan adalah jarak yang ditempuh oleh pahat potong untuk memotong
dalam satu putaran benda kerja. Contoh : apabila mesin bubut pemakanannya
diatur 0,4 mm maka pahat potong akan menempuh jarak 0,4mm dalam setiap
putaran benda kerja. Dalam proses pembubutan dikenal dua jenis pemotongan,
yaitu pemotongan kasar (Roughing cut) dan pemotongan akhir (Finishing cut).
7/22/2019 Lapres Modul 1 Fix
http://slidepdf.com/reader/full/lapres-modul-1-fix 12/31
12
Pada pemotongan kasar pengurangan benda kerja dilakukan
denganmempertimbangkan kualitas permukaan (nilai kekasaran permukaannya),
sehingga pemakanan yang digunakan adalah pemakanan untuk pengasaran.
Pada pemotongan akhir digunakan untuk mendapatkan hasil akhir permukaan
dengan nilai kekasaran yang baik dan pemakanan yang digunakan adalah yang
kecil. Pada proses pembubutan umumnya pemakanan untuk pengasaran yang
digunakan berkisar antara 0,25 ± 0,4 mm. Dan untuk pemotongan akhir berkisar
antara 0,07 ± 0,012 mm.
c. Kedalaman Pemotongan (Depth of Cut )
Kedalaman pemotongan adalah ketebalan tatal / beram (chip) yang dilepaskan
oleh pahat dari benda kerja. Untuk proses pembubutan dengan pengurangan
diameter yang besar kedalaman pemotongan dilakukan dengancara bertahap,
yaitu proses pengasaran dan proses pemotongan akhir. Kedalaman pemotongan
untuk pembubutan pengasaran dipengaruhi oleh beberapa factor sebagai berikut
a. Kondisi mesin bubut
b.Jenis dan bentuk pahat bubut yang digunakan
c.Kekakuan benda kerja
d.Kecepatan pemotongan
Kedalaman pemotongan untuk proses pengerjaan akhir tergantung pada tipe
benda kerja dan kualitas permukaan yang diinginkan dari pada umumnya tidak
lebih dari 0,13 mm.
7/22/2019 Lapres Modul 1 Fix
http://slidepdf.com/reader/full/lapres-modul-1-fix 13/31
13
BAB III
ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat dan bahan
Bahan dan alat yang digunakan dalam modul 1 ini adalah :
Bahan :
1. Alumunium pejal
2. besi silinder
3. cairan pendingin (coolant oil).
4. kain lap
Peralatan :1. Mesin bubut, mesin gerinda, dan perkakas potong lainya yang dibutuhkan.
2. Jangka sorong
3. Jam digital atau stopwatch
4. Kuas
5. Toolbox besrta tool – tool yang diperlukan untuk memasang dan melepas
benda kerja dan elemen – elemen mesin.
3.2 prosedur pelaksanaan
1. mengukur bahan yang akan digunakan2. memotong bahan
3. menyalakan mesin bubut
4. menentukan kecepatan spindle
5. mengatur posisi pahat agar center
6. membubut permukaan (facing) dengan kedalaman 10 mm dan 15 mm pad
diameter awal 60 mm.
7. Membubut sampai ukuran yang ditentukan
8. Melubangi benda kerja menggunakan bor (boring) dengan diameter 10 mm
dan 15 mm.
9. Membubut reaming untuk menghaluskan permukaan dan fishing.
10. Merapikan alat.
7/22/2019 Lapres Modul 1 Fix
http://slidepdf.com/reader/full/lapres-modul-1-fix 14/31
14
3.2 Flow Chart Praktikum Modul 1
Gambar 1.3.12 Flowchart Prosedur Praktikum
TahapPengolahan Data
Persia anAlat raktikum
Identifikasi Masalah
Memasukkann hasil kedalaman chek sheet
Pengumpulan data :
1. bubut muka
2. boring3. bubut desain
SELESAI
Tahap
Identifikasi
Pengolahan Data :
1. Kecepatan potong
2. Kecepatan spindle
3. Waktu pemesinan
4. OPC
Menyimpulkan hasil praktikum dan saran
Melakukan analisa dan intrepetasi data
Tahap Analisis Dan
Kesimpulan
Tujuan Praktikum
mulai
Tahap
pengumpulan data
Tahap pengolahan
data
7/22/2019 Lapres Modul 1 Fix
http://slidepdf.com/reader/full/lapres-modul-1-fix 15/31
15
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
4.1 Mesin Bubut
4.1.1 Pengumpulan Data
4.1.1.1 Spesifikasi Mesin Bubut
Pada pelaksanaan praktikum proses manufaktur, dalam proses
pembubutan telah diperoleh data sebagai berikut :
Jenis mesin : Mesin bubut
Tipe mesin : CQ6230
Much no : 28100
Date : 3-11-2013
4.1.1.2 Data Operasional
Putaran Spindle (n) : 325 rmp
Gerakan Allowance (A) : 5 mm
4.1.1.3 Gambar Awal Benda Kerja Sebelum Dibubut
Gambar 1.4.13 Benda Awal Sebelum Dibubut
7/22/2019 Lapres Modul 1 Fix
http://slidepdf.com/reader/full/lapres-modul-1-fix 16/31
16
4.1.1.4 Gambar Akhir Benda Kerja Setelah Dibubut
Gambar 1.4.14 Bentuk Akhir Benda Kerja
4.1.1.5 Langkah-langkah Pengerjaan Mesin Bubut
Tabel 2.4.1 Proses Permesinan Pembuatan Benda 1
Proses Pahat d (mm) L (mm) Tc (waktu)
1 drilling 5 5 1.3 menit
2 boring 8 20 2.8 menit
3 boring 10 20 1 menit
4 dalam 15 5 22 menit
5 alur 30 20 4.22 menit
6 alur 20 10 15.97 menit
7 pemotongan 0 20 1.78 menit
Keterangan :
1. Langkah pertama yang dilakukan adalah proses drilling untukmembuat mata lubang. Dengan diameter drilling 5 mm dan panjang
drilling 5 mm dengan waktu 1.3 menit.
7/22/2019 Lapres Modul 1 Fix
http://slidepdf.com/reader/full/lapres-modul-1-fix 17/31
17
Gambar 1.4.15 proses drilling
2. Untuk proses kedua, dilakukan proses pengeboran pada ujung benda
kerja yang sudah melalui proses drilling dengan diameter bor 8 mm
dengan panjang pengeboran 20 mm dan waktu yang digunakan
selama 2.8 menit.
Gambar 1.416 Proses pengeboran
3. Untuk proses ketiga, dilakukan proses pengeboran pada ujung benda
kerja yang sudah melalui proses borring pertama kemudian dilakukan
pengeboran kedua atau pengeboran ulang dengan diameter bor 10
mm dengan panjang pengeboran 20 mm dan waktu yang digunakan
selama 1 menit.
Gambar 1.4.17 Proses borring dengan diameter 10 mm
7/22/2019 Lapres Modul 1 Fix
http://slidepdf.com/reader/full/lapres-modul-1-fix 18/31
18
4. Untuk proses keempat, dilakukan pembubutan dalam pada ujung
benda kerja yang sudah melalui proses borring kedua dengan
diameter kedalaman sebesar 15 mm dengan panjang pengeboran 5
mm dan waktu yang digunakan selama 22 menit.
Gambar 1.4.18 Proses bubut tirus
5. Unuk proses selanjutnya, dilakukan pembubutan atau pemakanan
untuk mengurangi diameter pada bagian ujung sebelah kiri benda kerja
hingga berdiameter 30 mm dengan panjang 10 mm dan waktu yang
digunakan selama 4.22 menit
Gambar 1.4.19 Proses bubut
6. Setelah pembubutan pertama selesai dan diameter menjadi 30 mm,
kemudian dilakukan pembubutan atau pemakanan untuk mengurangi
diameter pada jaak 10 mm dari ujung sebelah kiri benda kerja hingga
7/22/2019 Lapres Modul 1 Fix
http://slidepdf.com/reader/full/lapres-modul-1-fix 19/31
19
berdiameter menjadi 20 mm dengan panjang 10 mm dan waktu yang
digunakan selama 15.97 menit.
Gambar 1.4.20 Proses pemotongan
7. Setelah benda terbentuk sesuai dengan benda yang diinginkan
kemudian dilakukan pemotongan dengan panjang 20 mm dan waktu
selama 1.78 menit.
Gambar1.4.21 Hasil Proses pembubutan
4.2 Pengolahan Data
Pada proses analisa data ini menggunakan data praktikum secara teoritis
Diketahui :
Gerak Allowance : 5 mm
Waktu set-up : 1800 s
: 30 menit
7/22/2019 Lapres Modul 1 Fix
http://slidepdf.com/reader/full/lapres-modul-1-fix 20/31
20
Delay : 1800 s
: 30 menit.
n pada mesin bubut : 325 rpm
Pada proses analisa data ini menggunakan data praktikum secara praktik
Diketahui :
Gerak Allowance : 5 mm
Waktu set-up : 349 s
: 5,82 menit
Delay : 150 s
: 2,5 menit.
4.2.1 Perhitungan proses bubut
1) Kecepatan potong (v, m/menit )
=. .
1000
dimana :
D0 = diameter rata-rata benda kerja (mm)
n = putaran poros utama ( put/menit )
π = 3,14
v = 61 m/menit.
secara teoritis
=. .
1000
=. 1000
.
=61 × 1000
3.14 × 32.5
=61000
102.05
= 597.746 m/menit
secara praktis
=. .
1000
=3,14 32,5 325
1000
=
3,14 32,5 325
1000
7/22/2019 Lapres Modul 1 Fix
http://slidepdf.com/reader/full/lapres-modul-1-fix 21/31
21
= 331,66 m/mnit
2) Kecepatan makan (v f , mm/menit )
v f = f .n
dimana :
f = feed (0,05) gerak makan (mm/put )
secara teoritis
v f = 0,05 x 597.746
= 29,89 mm/mnt
Secara praktis
v f = 0,05 x 325
= 16,25 mm/mnt
3) Kecepatan penghasilan talam (Material Removal Rate, MRR, mm3 /menit )
Secara teoritis
1. MRR = v.f.d
=−
2
=32,5 5
2
d= 13,75 mmMRR = v.f.d
=61000
0,05
13,75
= 41937.5 mm3 /menit
Adapun MRR dari semua proses adalah sebagai berikut :
Tabel 1.4.2 Hasil perhitungan MRR secara teoritis
No Proses Do (mm) Dt (mm) d (mm) MRR
1 drilling 32.5 5 13.75 41937.5
2 boring 32.5 8 12.25 37362.53 boring 32.5 10 11.25 34312.5
4 dalam 32.5 15 8.75 26687.5
5 alur 32.5 30 1.25 3812.5
6 alur 32.5 20 6.25 19062.5
7 pemotongan 20 0 10 30500
27667.8571rata-rata
Berdasarkan data pada tabel diatas untuk perhitungan kecepatan
penghasilan talam atau MRR secara teoritis, dapat disimpulkan bahwa dari
beberapa proses diatas yang memiliki kecepatan penghasilan terbesar adalah
7/22/2019 Lapres Modul 1 Fix
http://slidepdf.com/reader/full/lapres-modul-1-fix 22/31
22
pada proses drilling dengan nilai MRR sebesar 41937,5 mm3 /menit . Sedangkan
yang memiliki kecepatan penghasilan talam terkecil terdapat pada proses alur
yang kedua dengan nilai MRR sebesar 19062,5 mm3 /menit .
Hitung secara praktisnya
1. MRR = v.f.d
=−
2
=32,5 5
2
d= 13,75 mm
MRR = v.f.d
=331,66
0,05
13,75
= 228.01625 mm3 /menit
Tabel 1.4.3 Hasil perhitungan MRR secara praktis
No Proses Do (mm) Dt (mm) d (mm) MRR
1 drilling 32.5 5 13.75 228.01625
2 boring 32.5 8 12.25 203.14175
3 boring 32.5 10 11.25 186.55875
4 dalam 32.5 15 8.75 145.10125
5 alur 32.5 30 1.25 20.72875
6 alur 32.5 20 6.25 103.64375
7 pemotongan 20 0 10 165.83
150.4315rata-rata
Berdasarkan data pada tabel diatas untuk perhitungan kecepatan
penghasilan talam atau MRR secara praktis, dapat disimpulkan bahwa dari
beberapa proses diatas yang memiliki kecepatan penghasilan terbesar adalah
pada proses drilling dengan nilai MRR sebesar 228,01625 mm3 /menit . Sedangkan
yang memiliki kecepatan penghasilan talam terkecil terdapat pada proses alur
yang pertama dengan nilai MRR sebesar 20,72675 mm3 /menit .
4.3 Waktu Permesinan
4.3.1 Waktu produk tif
Waktu produktif adalah waktu yang dipengaruhi oleh variabel proses, yaitu terdiri
waktu pemotongan sesungguhnya (t c ) dan waktu penggantian pahat rata-rata per
produk (t b).
= .
t b : waktu penggantian pahat per produk (menit/produk )
7/22/2019 Lapres Modul 1 Fix
http://slidepdf.com/reader/full/lapres-modul-1-fix 23/31
23
t d : waktu penggantian pahat (menit )
T : umur pahat (menit )
Keterangan
1. l t = L – A, dimana L adalah panjang pergerakan pahat dan A adalah jarak
antara pahat dan benda kerja sebelum pemotongan.
2. Secara tidak langsung,
merupakan bagian umur pahat yang digunakan
untuk memproses satu produk.
Secara praktis
=
=5
16,25/
= 0,308 /
= .
= 0.5 .0,308 /
40
= 0,0038 menit/produk
t c : waktu pemotong sesungguhnya (menit/produk )
l t : panjang pemotongan (mm)
v f : kecepatan makan (mm/menit )
Adapun perhitungan tb dan tc dari semua proses adalah sebagai berikut:
Tabel 1.4.4 Hasil perhitungan tc dan tb secara praktis
Berdasarkan data pada tabel diatas, untuk perhitungan tc dan tb secara
praktis, dapat disimpulkan bahwa nilai terbesar untuk waktu pemotongan
No Proses Lt tc tb
1 drilling 5 0.3076923 0.003846154
2 boring 8 0.4923077 0.006153846
3 boring 10 0.6153846 0.007692308
4 dalam 15 0.9230769 0.011538462
5 alur 30 1.8461538 0.023076923
6 alur 20 1.2307692 0.015384615
7 pemotongan 0 0 0
5.4153846 0.067692308Total
7/22/2019 Lapres Modul 1 Fix
http://slidepdf.com/reader/full/lapres-modul-1-fix 24/31
24
sesungguhnya dan waktu penggantian pahat per produk adalah pada proses alur
yang pertama yaitu dengan nilai sebesar tc = 1,8461538 / dan tb =
0,23076923 /. Sedangkan nilai terkecil untuk waktu pemotongan
sesungguhnya dan waktu penggantian pahat per produk adalah pada proses
pemotongan yaitu keduanya memiliki nilai 0.
Hitung secara teoritis
=
=5
29,89 /
= 0,167 /
= .
= 0.5 .0,167 /
40
= 0,00208 menit/produk
t c : waktu pemotong sesungguhnya (menit/produk )
l t : panjang pemotongan (mm)
v f : kecepatan makan (mm/menit )
Tabel 1.4.5 Hasil perhitungan tc dan tb secara teoritis
No Proses Lt tc tb
1 drilling 5 0.167280027 0.002091
2 boring 8 0.267648043 0.003345601
3 boring 10 0.334560054 0.004182001
4 dalam 15 0.50184008 0.006273001
5 alur 30 1.003680161 0.012546002
6 alur 20 0.669120107 0.008364001
7 pemotongan 0 0 0
2.944128471 0.036801606Total
Berdasarkan data pada tabel diatas, untuk perhitungan tc dan tb secarateoritis, dapat disimpulkan bahwa nilai terbesar untuk waktu pemotongan
sesungguhnya dan waktu penggantian pahat per produk adalah pada proses alur
yang pertama yaitu dengan nilai sebesar tc = 1,003680161 / dan tb
= 0,012546002 /. Sedangkan nilai terkecil untuk waktu pemotongan
sesungguhnya dan waktu penggantian pahat per produk adalah pada proses
pemotongan yaitu keduanya memiliki nilai 0.
7/22/2019 Lapres Modul 1 Fix
http://slidepdf.com/reader/full/lapres-modul-1-fix 25/31
25
4.3.2 Waktu non -produkti f
Waktu non-produktif (t a) adalah waktu tambahan yang tidak tergantung
pada variabel proses. Waktu non-produktif ini terdiri dari waktu
pemasangan benda kerja (t LW ), waktu penyiapan yang digunakan untuk
membawa/menggerakkan pahat ke posisi siap memotong (t AT ), waktu
pengakhiran yang digunakan untuk membawa/menggerakkan pahat dari
posisi akhir ke posisi mula (t RT ), waktu pengambilan produk (t UW ) dan
waktu penyiapan mesin (t s). Dalam praktikum ini, waktu-waktu tersebut
dihitung dengan menggunakan stop-watch.
= + + + +
Keterangan : auxiliary time (menit/produk), waktu tambahan
: time for loading the workpiece (menit/produk), waktu
pemasangan benda kerja
: advancing time (menit/produk), memajukan waktu (1 mnit)
: retracting time (menit/produk), waktu mencabut (1 mnt/produk)
: time for unloading the workpiece (menit/produk), waktu untuk
bongkar muat benda kerja (2 mnt/produk)
: setup time, waktu penyiapan mesin (menit )
N : lot size, jumlah produk yang diproduksi untuk satu kali
persiapan mesin
Secara praktis
= + + + +
= 5
+ 1 + 1 + 2 / +
5,82
1
= 14,82 menit/produk
Dari perhitungan waktu di atas, dapat diketahui total waktu
pemesinan (t m)
= + +
= 14,82
+ 0.0676
+ 5.4153
= 20,3029
7/22/2019 Lapres Modul 1 Fix
http://slidepdf.com/reader/full/lapres-modul-1-fix 26/31
26
Secara teoritis
= + + + +
= 5
+ 1 + 1 + 2 / +
30
1
= 39 menit/produk
Dari perhitungan waktu di atas, dapat diketahui total waktu pemesinan (t m)
= + +
= 39
+ 0.0368
+ 2.9441
= 41,9809
4.4 Perhitungan Jumlah Produksi per Hari
Jumlah produk yang mampu dihasilkan dalam satu hari dapat dihitung dari
perbandingan jam kerja dalam satu hari dengan waktu total pemesinan per produk
Secara teoritis
ℎ =
ℎ =480
41,9809
= 11,43 produk
= 11 produk
Secara praktis
ℎ =480
20,3029
= 23,64 produk
= 23 produk
7/22/2019 Lapres Modul 1 Fix
http://slidepdf.com/reader/full/lapres-modul-1-fix 27/31
27
BAB V
ANALISA DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisa Permesinan
Pada pelaksanaan praktikum proses manufaktur, dalam proses
pembubutan telah diperoleh data sebagai berikut :
Jenis mesin : Mesin bubut
Tipe mesin : CQ6230
Much no : 28100
Pada prsktikum modul 1 ini kita membuat puley dengan menggunakan
kecepatan spindle yang digunakan adalah 325 rmp dengan ketebalan
pemakananmaksimal 2 mm dimana bahan yang digunakan adalah alumunium
bertujuan untuk tidak merusak benda.
5.2 Interpretasi Data
5.2.1 Analisa Kecepatan Potong
Dalam proses perpotongan yang dilakukan pada praktikum mesin bubut
inimenggunakan pahat potong dimana kecepatan memotong ditetapkan V sebesar
61 m/menit. Setelah diketahui v, selanjutnya yang dicari adalah n (putaran poros
utama) dan hasil yang didapat dari perhitungan n adalah 597.746 put/menit.
5.2.2 Analisa Waktu permesinan
Dalam proses permesinan yang digunakan pada praktikum mesin bubut
ini, waktu permesinan dibedakan menjadi dua cara yaitu waktu produktif waktu,
non produktif dan Perhitungan Jumlah Produksi per Hari. Dalam waktu produktif,
dimana pada waktu produktif itu dibedakan menjadi 2 macam perhitungan yaitu
sebagai berikut :
1. Perhitungan secaraTeoritis
=
=5
29,89 /
= 0,167 /
= .
= 0.5 .0,167 /
40
= 0,00208 menit/produk
7/22/2019 Lapres Modul 1 Fix
http://slidepdf.com/reader/full/lapres-modul-1-fix 28/31
28
t c : waktu pemotong sesungguhnya (menit/produk )
l t : panjang pemotongan (mm)
v f : kecepatan makan (mm/menit )
2, perhitungan praktis
=
=5
16,25/
= 0,308 /
= .
= 0.5 .
0,308 /
40
= 0,0038 menit/produk
t c : waktu pemotong sesungguhnya (menit/produk )
l t : panjang pemotongan (mm)
v f : kecepatan makan (mm/menit )
jadi perbedaan antara perhitugan secara teoritis dan praktis yaitu bisa dilihat
pada setiap perhitungan dan hasilnya pun tiadak terlalu jauh.
Dalam waktu non produktif, dimana pada waktu non produktif itu dibedakan
menjadi 2 macam perhitungan yaitu sebagai berikut :
1. Perhitungan secara teoritis
= + + + +
= 5
+ 1 + 1 + 2 / +
5,82
1
= 14,82 menit/produk
Dari perhitungan waktu di atas, dapat diketahui total waktu pemesinan (t m)
= + +
= 14,82
+ 0.0676
+ 5.4153
= 20,3029
Perhitungan Secara teoritis
= + + + +
= 5
+ 1 + 1 + 2 / +
30
1
7/22/2019 Lapres Modul 1 Fix
http://slidepdf.com/reader/full/lapres-modul-1-fix 29/31
29
= 39 menit/produk
Dari perhitungan waktu di atas, dapat diketahui total waktu pemesinan (t m)
= + +
= 39
+ 0.0368
+ 2.9441
= 41,9809
Dalam waktu Perhitungan Jumlah Produksi per Hari, dimana pada
perhitungan ini dibedakan menjadi 2 macam yaitu sebagai beriku ;
ℎ =
1. Secara teoritis
ℎ =480
41,9809
= 11,43 produk
= 11 produk
2. Secara praktis
ℎ =480
20,3029
= 23,64 produk
= 23 produk
7/22/2019 Lapres Modul 1 Fix
http://slidepdf.com/reader/full/lapres-modul-1-fix 30/31
30
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Dalam praktikum yang telah dilakukan, praktikan dapat memahami metode
menggambar teknik yang benar untuk mengplikasiikan gambar dari pada
benda kerja.
2. Dalam proses pengerjaan benda kerja, diberikan toleransi yang ditujukan
untuk memberi batasan dalam proses pahat agar benda kerja tersebut masih
dalam batas kewajaran.
3. Benda kerja yang telah melalui proses pembubutan diaplikasikan kedalam
bentuk gambar dengan menggunakan aplikasi program autocad 2007.
4. Sebelum menggunakan mesin bubut terlebih dahulu melakukan pengaturan
kecepatan putaran. Kecepatan putaran ini menyesuaikan bahan benda kerja
yang akan dibubut.
6.2 Saran
1. Seharusnya praktikan dalam praktikum menggunakan masker agar tidak
terhirup serpihan-serpihan dari sisa benda kerja yang telah dibubut,
2. Dalam praktikum ini alat yang digunakan masih terlalu minim sehingga perlu
ditingkatkan untuk ditambah sehingga mempercepat dalam waktu praktikum.
3. Perlu diperhatikan untuk lebih ditingkatkan keamanan dalam proses praktikum
agar tidak terjadi hal yang tak diinginkan pada praktikan.
4. perhatikan unsur K3 nya..
7/22/2019 Lapres Modul 1 Fix
http://slidepdf.com/reader/full/lapres-modul-1-fix 31/31
DAFTAR PUSTAKA
Boenasir, Sumbodo Wirawan & Karsono, Pembuatan Benda Kerja
Menggunakan Mesin Bubut CNC Fanuc Series Oi Mate TC
Berbasis Software AutoCAD, 2010, Semarang.
Wibolo achmad, wahyudi slamet, sugiarto, optimasi parameter
pemotongan mesin bubut cnc terhadap kekasaran permukaan
dengan geometri pahat yang dilengkapi chip breaker, 2011,
Malang.
Syafa’at zubaidi, Darmanto, analisis pengaruh kecepatan putar dan
kecepatan pemakanan terhadap kekasaran permukaan material
fcd 40 pada mesin bubut cnc, 2012, Semarang.
Wibowo aji, Variasi pengaruh kecepatan spindel dan bahan pahat
terhadap kehalusan opermukaan baja EMS 65 pada mesin CNC
Tu-2A, 2010 , Surakarta
sunarto, modifikasi fungsi mesin bubut konvensional untuk
pembuatan alur pasak pada poros, semarang,
Atmantawarna patria henggar, perbaikan mesin bubut dan uji unjuk
kerjadengan bahan besi pejal ”reduksi d 21 mm, panjang ulir 40mm, dan kedalaman lubang 65 mm, 2013, Semarang.