laporan umum

Upload: fairus

Post on 03-Mar-2016

334 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

Urea 1A Kujang

TRANSCRIPT

  • LAPORAN KERJA PRAKTEK

    PT PUPUK KUJANG (PERSERO)

    CIKAMPEK - JAWA BARAT

    DISUSUN OLEH:

    FAIRUS BACHMID 2012430008

    FATIMAH AZ ZAHRA 2012430009

    JURUSAN TEKNIK KIMIA

    FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

    JAKARTA

    OKTOBER 2015

  • i

    LEMBAR PENGESAHAN

    DISUSUN OLEH:

    FAIRUS BACHMID 2012430008

    FATIMAH AZ ZAHRA 2012430009

    TELAH DIPERIKSA DAN DISYAHKAN OLEH:

    Jakarta, Oktober 2015

    Dosen Pembimbing

    Ir. H. Hardono

    NIDN.0311054001

    Ketua Jurusan Teknik Kimia

    Dr. Ir. Ismiyati, MT

    NIDN. 0315016001

  • ii

    LEMBAR PENGESAHAN

    LAPORAN KERJA PRAKTEK

    PT PUPUK KUJANG (PERSERO)

    CIKAMPEK-JAWA BARAT

    Tugas Khusus :

    Menghitung Produksi Urea Secara Stoikiometri dan Mencari Losses Ammonia

    dan Karbondioksida Secara Desain dan Aktual

    DISUSUN OLEH:

    FAIRUS BACHMID 2012430008

    FATIMAH AZ ZAHRA 2012430009

    TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI,

    Cikampek, Oktober 2015

    Pembimbing Kerja Praktek

    PT PUPUK KUJANG (PERSERO)

    Muhammad Badri Halim,ST

    NIP.

  • iii

    ABSTRAK

    PT Pupuk Kujang adalah salah satu BUMN RI di bawah lindungan

    Departemen Perindustrian yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan pupuk

    dalam negeri. Didirikan pada tanggal 9 Juni 1975 di Desa Dauwan, Cikampek,

    Jawa Barat dan diresmikan pada tanggal 12 Desember 1978. Kapasitas produksi

    ammonia sebesar 330.000 ton/tahun dan produksi urea sebesar 570.000 ton/tahun.

    Sistem pemasaran disalurkan ke 99 distibutor resmi. Jumlah karyawannya tercatat

    pada biro ketenagakerjaan sampai bulan Februari 2013 adalah 1211 orang.

    Bahan baku utama dalam produksi urea adala Ammonia cair dan gas

    Karbondioksida. Proses yang digunakan pada unit ammonia adalah teknologi

    Kellog Overseas Corp. (USA) dan pada unit urea adalah proses Mitsui Toatsu

    Total Recycle C Improved. Produk urea yang dihasilkan mempunyai kandungan

    Nitrogen sebesar 46% dalam bentuk prill. Secara garis besar, proses pembuatan

    urea yakni reaksi sintesa urea terjadi di reactor (DC-101), dekomposisi urea

    terjadi pada High Presssure Decomposer (DA-201), Low Pressure Decomposer

    (DA-202), dan Gas Separator (DA-203). Recovery gas hasil dekomposisi urea

    terjadi di High Pressure Absorber Cooler (EA-401), High Pressure Absorber (DA-

    401), Low Pressure Absorber (DA-402), dan Off Gas Absorber (DA-403).

    Sedangkan pembutiran terjadi di Crystallizer (FA-201), dan Prilling Tower.

    Sebagai penunjang operasi, Dinas Operasi perusahaan memiliki Unit

    Utilitas yang bertugas menyediakan bahan baku dan bahan pembantu untuk

    memenuhi kebutuhan di seluruh pabrik, seperti unit penyedia air, unit pembangkit

    steam, unit penyedia udara bertekanan, distribusi listrik, unit pengolahan limbah,

    dan lain lain. Keselamatan kerja sangat penting dalam pengoperasian suatu pabrik, yaknik untuk melindungi keselamatan karyawan sendiri serta keselamatan

    dan kelangsungan pabrik.

    Tugas khusus yang dilakukan dalam Kerja Praktek Industri di PT Pupuk

    Kujang adalah Menghitung Produksi Urea Secara Stoikiometri dan Mencari Losses Ammonia dan Karbondioksida Secara Desain dan Aktual. Dari perhitungan didapatkan hasil:

    Berdasarkan stoikiometri reaksi, dengan kapasitas produksi urea sebesar

    1.725 ton/hari maka di dapat:

    Kapasitas reaktan NH3 sebesar 977,5 ton/hari dengan rasio 0,567 NH3.

    Kapasitas reaktan CO2 sebesar 1.265 ton/hari dengan rasio 0,733 CO2. Sedangkan perhitungan rasio NH3 dan CO2 secara aktual di dapat sebagai

    berikut:

    Rasio NH3 0,590 dimana > rasio desain NH3.

    Rasio CO2 0,731 dimana < rasio desain CO2.

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala anugerah,

    rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat

    menyelesaikan penyusunan Laporan Kerja Praktek ini.

    Kerja Praktek dilaksanakan di pabrik Pupuk Kujang selama 1 bulan

    dengan tugas khusus Menghitung Produksi Urea Secara Stoikiometri dan

    Mencari Losses Ammonia dan Karbondioksida Secara Desain dan Aktual.

    Laporan ini merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk

    kelulusan mata kuliah Kerja Praktek.

    Bersama ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

    1. Ibu Dr. Ir. Ismiyati, MT, selaku ketua jurusan Teknik Kimia

    Universitas Muhammadiyah Jakarta.

    2. Bapak Ir. H. Hardono, selaku koordinator Kerja Praktek Jurusan

    Teknik Kimia dan Pembimbing Kerja Praktek.

    3. Bapak M. Badri Halim, ST, selaku pembimbing Kerja Praktek di PT

    Pupuk Kujang, Cikampek, Jawa Barat.

    4. Orang tua dan seluruh keluarga atas doa dan dukungan yang telah

    diberikan kepada penulis.

    5. Teman seangkatan serta berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan

    satu persatu yang telah mendukung terselesainya laporan ini.

    Penulis mengharapkan laporan ini dapat memberikan pengetahuan bagi

    penulis maupun pembaca. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih memiliki

    kekurangan, masukan berupa kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan

    sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan kualitas laporan ini. Untuk itu

    penulis mengucapkan terimakasih.

    Jakarta, Oktober 2015

    Penulis

  • v

    DAFTAR ISI

    Halaman

    LEMBAR JUDUL

    LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i

    LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii

    ABSTRAK ............................................................................................................. iii

    KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv

    DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv

    DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii

    DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... iviii

    BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang PT. Pupuk Kujang.................................................... 1

    1.2 Maksud dan Tujuan Pendirian Pabrik ............................................... 1

    1.3 Sejarah dan Perkembangan Pabrik .................................................... 2

    1.4 Kapasitas Produksi ............................................................................ 5

    1.5 Lokasi Pabrik .................................................................................... 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7

    2.1 Pupuk Urea ........................................................................................ 7

    2.2 Bahan Baku dan Bahan Pembantu Pupuk Urea .............................. 10

    2.3 Proses Produksi Pupuk Urea ........................................................... 17

    BAB III TINJAUAN PABRIK ............................................................................. 19

    3.1 Deskripsi Proses .............................................................................. 19

    3.1.1 Unit Sintesa........................................................................... 19

    3.1.2 Unit Pemurnian .................................................................... 23

    3.1.3 Seksi Recovery ..................................................................... 28

    3.2.1 Seksi Kristalisasi dan Pembutiran (Prilling) ......................... 31

    3.2 Penanganan Bahan Proses ................................................................ 34

    3.3 Spesifikasi Peralatan Proses ............................................................ 36

    3.3.1 Spesifikasi Peralatan Utama ................................................. 36

    3.3.2 Spesifikasi Peralatan Pendukung .......................................... 43

    3.4 Utilitas Pabrik .................................................................................. 59

    3.4.1 Unit Water Intake ................................................................. 59

    3.4.2 Unit Pengolahan Air ............................................................. 60

    3.4.3 Unit Pembangkit Uap ........................................................... 67

    3.4.4 Unit Pembangkit Listrik ....................................................... 69

    3.4.5 Unit Air Pendingin (Cooling Water) .................................... 70

  • vi

    3.4.5 Instrument Air/Plant Air (Udara Instrument) ....................... 72

    3.5 Sistem Pengendalian Mutu ............................................................... 72

    3.6 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja .................. 76

    3.7 Tata Letak Pabrik ............................................................................ 78

    3.8 Pengelolaan Limbah Pabrik ............................................................ 79

    BAB IV MANAJEMEN PERUSAHAAN............................................................ 82

    4.1 Visi dan Misi Perusahaan ................................................................. 82

    4.1.1 Visi......................................................................................... 82

    4.1.2 Misi ........................................................................................ 82

    4.2 Organisasi Perusahaan .................................................................... 82

    4.3 Sistem Kerja .................................................................................... 85

    4.4 Jaminan Sosial dan kesehatan ......................................................... 86

    4.4.1 Gaji ....................................................................................... 86

    4.4.2 Cuti ....................................................................................... 87

    4.5 Fasilitas .......................................................................................... 89

    4.5.1 Asuransi ................................................................................ 89

    4.5.2 Fasilitas Perusahaan .............................................................. 89

    4.5.3 Tanggung Jawab Sosial ........................................................ 90

    4.6 Ekonomi perusahaan ....................................................................... 90

    4.6.1 Kerjasama dengan Distributor .............................................. 90

    4.6.2 Jumlah Distributor Subsidi dan Non Subsidi ....................... 91

    4.6.3 Tinjauan keekonomian ......................................................... 91

    BAB V TUGAS KHUSUS .................................................................................. 92

    5.1 Latar Belakang dan Permasalahan .................................................. 92

    5.2 Landasan Teori ................................................................................ 92

    5.2.1 Cara Kerja ARA ................................................................... 94

    5.3 Metodologi ...................................................................................... 95

    5.4 Hasil Pengamatan dan Pembahasan ................................................ 97

    5.4.1 Hasil Pengamatan ................................................................. 97

    5.4.2 Pembahasan .......................................................................... 99

    5.5 Kesimpulan dan Saran.................................................................. 100

    5.5.1 Kesimpulan ......................................................................... 100

    5.5.2 Saran ................................................................................... 100

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 101

    6.1 Kesimpulan ................................................................................... 101

    6.2 Saran .............................................................................................. 101

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 102

    LAMPIRAN ........................................................................................................ 103

  • vii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Spesifikasi Produk Pupuk Urea............ Error! Bookmark not defined.9

    Tabel 2.2 Komposisi Gas Alam ............................................................................ 11

    Tabel 2.3 Spesifikasi Ammonia Cair .................................................................... 15

    Tabel 2.4 Spesifikasi Gas Karbondioksida ........................................................... 16

    Tabel 2.5 Data Katalis ........................................................................................... 16

    Tabel 2.6 Komponen Larutan Benfield ................................................................. 17

    Tabel 3.1 Karakteristik Umpan Air Pabrik & Air Umpan Ketel .......................... 62

    Tabel 3.2 Karakteristik Umpan Air Pabrik dan Air Pendingin ............................. 71

    Tabel 5.1 Data Umpan Masuk Reaktor dan Produksi Urea .................................. 96

    Tabel 5.2 Komponen dengan Harga BM .............................................................. 97

    Tabel 5.3 Perhitungan Rasio Ammonia dan Karbondioksida ............................... 98

  • viii

    DAFTAR GAMBAR

    Tabel 3.11 Unit Demineralisasi.......................... Error! Bookmark not defined.65

    Tabel 3.12 Gambar Blok Diagram Proses Demineralisasi.................................... 65

    Tabel 3.13 Deaerator ............................................................................................. 66

    Tabel 3.14 Generator Hitachi ................................................................................ 70

  • ix

    DAFTAR LAMPIRAN

    I. Gambar Peralatan ............................................................................................. 103

    1. Urea Synthetic Reactor (DC-101) ............................................................... 103

    2. Ammonia Preheater I (EA-101) .................................................................. 104

    3. Ammonia Preheater II (EA-102) ................................................................. 105

    4. Ammonia Condenser (EA-404) .................................................................. 106

    5. Ammonia Reservoir (EA-401) .................................................................... 106

    6. High Pressure Decomposer (DA-201) ........................................................ 107

    7. Low Pressure Decomposer (DA-202) ......................................................... 108

    8. Gas Separator (DA-203) .............................................................................. 109

    9. Reboiler for High Pressure Decomposer (EA-201) .................................... 109

    10. Off Gas Absorber (DA-402) ..................................................................... 110

    11. Off Gas Condensor (EA-406) ................................................................... 110

    12. Low Pressure Absorber (EA-402) ............................................................. 111

    13. High Pressure Absorber Cooler (HPAC) (EA-401) .................................. 111

    14. High Pressure Absorber (DA-401) ............................................................ 111

    15. Crystallizer (FA-201) ................................................................................ 112

    16. Melter (EA-301) ........................................................................................ 112

    17. Prilling Tower (TA-301) ........................................................................... 113

    II. Struktur Organisasi PT Pupuk Kujang .......................................................... 114

    III. Rekapitulasi Karyawan PT Pupuk Kujang ................................................... 115

    IV. Flow Diagram Pembuatan Urea 1A ............................................................. 116

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang PT. Pupuk Kujang

    Pada repelita pertama sekitar tahun 1960-an pemerintah Indonesia

    mencanangkan pelaksanaan program peningkatan produksi pertanian di dalam

    usaha swasembadapangan. Demi suksesnya program pemerintah ini maka

    kebutuhan akan pupuk harus terpenuhi. Mengingat perkiraan produksi pupuk urea

    dari PT. Pupuk Sriwijaya 1 (PUSRI) tidak mencukupi serta menyusul

    ditemukannya sumber minyak dan gas alam di Cilamaya (pantai utara Jawa

    Barat), maka muncul gagasan untuk membangun pabrik urea di Jawa Barat.

    Gagasan terealisasi dengan lahirnya PT. Pupuk Kujang pada tanggal 9 Juni

    1975 yang merupakan sebuah BUMN di lingkungan Departemen Perindustrian

    yang mengemban tugas untuk membangun pabrik Pupuk Urea di desa Dawuan,

    Cikampek, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini berdasarkan atas pertimbangan

    pertimbangan sebagai berikut, dekat dengan sumber bahan baku gas alam di

    Cilamaya, dekat dengan sumber air tawar Sungai Citarum, dekat dengan sumber

    tenaga listrik Jatiluhur, tersedianya sarana transportasi darat, dan berada di

    tengah-tengah daerah pemasaran pupuk.

    1.2 Maksud dan Tujuan Pendirian Pabrik

    Tujuan didirikannya Perusahaan adalah untuk turut melaksanakan dan

    menunjang kebijakan serta program pemerintah di bidang ekonomi dan

    Pembangunan Nasional pada umumnya dan khususnya dibidang industry pupuk

    dan industry kimia lainnya. Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, Perusahaan

    menjalankan kegiatan usaha dibidang:

    a. Mengolah bahan-bahan mentah berupa gas alam dan udara menjadi bahan-

    bahan pokok yang diperlukan guna pembuatan pupuk dan bahan-bahan kimia

    lainnya, serta mengolah bahan pokok tersebut menjadi berbagai jenis pupuk

    dan hasil barang kimia lainnya.

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    2

    b. Menyelenggarakan pemberian jasa studi penelitian, pengembangan,

    engineering, pergudangan, angkutan dan expedisi, pengoperasian pabrik,

    kontruksi, manajemen, pemeliharaan, latihan & pendidikan, konsultansi dan

    jasa teknik lainnya dalam sektor pupuk serta industry kimia lainnya.

    c. Menyelenggarakan kegiatan distribusi dan perdagangan, baik dalam maupun

    luar negeri yang berhubungan dengan produk ammonia dan urea tersebut

    diatas dan produk-produk lainnya.

    1.3 Sejarah Dan Perkembangan Pabrik

    PT. Pupuk Kujang didirikan pada tanggal 9 Juni 1975 dengan dana US$

    260 juta merupakan pinjaman dari Pemerintah Iran sebesar US$ 200 juta, serta

    Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) Indonesia sebesar US$ 60 juta. Pinjaman

    kepada Pemerintah Iran telah dilunasi tahun 1989. Pembangunan pabrik Pupuk

    Kujang pertama yang kemudian diberi nama Pabrik Kujang 1A dengan kapasitas

    produksi 570.000 ton/tahun urea dan 330.000 ton/tahun ammonia,

    pembangunannya dilaksanakan oleh kontraktor utama Kellogg Overseas

    Corporation (USA) dan Toyo Engineering Corporation (Japan). Pembangunan

    Pabrik Kujang 1A ini berhasil dibangun selama 36 bulan dan diresmikan oleh

    Presiden Republik Indonesia pada tanggal 12 Desember 1978. PT. Pupuk Kujang

    merupakan anak perusahaan dari BUMN Pupuk di Indonesia yaitu PT. Pupuk

    Indonesia Holding Company.

    Sejalan dengan perkembangannya di usia pabrik yang semakin tua,

    membawa konsekuensi kepada pembebanan biaya pemeliharaan yang semakin

    tinggi. Penanggulangan masalah tersebut memerlukan dana yang besar terutama

    untuk replacement dan rekondisi beberapa peralatan inti. Untuk mengantisipasi

    masalah tersebut PT. Pupuk Kujang telah menyusun action paln sehingga

    kesinambungan usaha dapat terus berjalan. Salah satu rencana yang sudah

    dilaksanakan adala penggantian reactor urea pada tahun 2001 dan pembangunan

    Pabrik Kujang 1B. Pembangunan Pabrik Kujang 1B dengan kapasitas produksi

    570.000 ton/tahun urea dan 330.000 ton/tahun ammonia dilaksanakan oleh

    kontraktor utama Toyo Engineering Corporation (TEC) Japan dan didukung oleh

    2 (dua) kontraktor dalam negeri yaitu PT. Rekayasa Industri dan PT. Inti Karya

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    3

    Persada Teknik. Pembangunan Pabrik Kujang 1B ditempuh dalam waktu 36

    bulan, dimulai tanggal 1 Oktober 2003 sampai dengan 6 September 2005. Selain

    dari equity yang dimiliki oleh PT. Pupuk Kujang, pendanaan proyek ini diperoleh

    dari pinjaman Japan Bank for International Cooperation (JBIC) sebesar JPY

    27.048.700.000. Peresmian Pabrik Kujang 1B dilakukan oleh Presiden Republik

    Indonesia pada tanggal 3 April 2006.

    Pada tanggal 4 Januari 2011, PT. Pupuk Kujang melakukan Kredit

    Refinancing pembangunan pabrik Kujang 1B melalui proses Take Over oleh 4

    perbankan nasional. Hal ini merupakan langkah untuk menghindari fluktuasi

    utang luar negeri atas mata uang asing yen, serta merupaka arahan dari para

    pemegang saham serta implementasi dari Surat Kementerian BUMN no. S-

    33/MBU/2008 tentang Pengelolaan Pinjaman & Dana Dalam Valuta Asing.

    Dengan Kredit Refinancing ini, PT. Pupuk Kujang meminjam uang sebesar

    Rp.1,9 triliun kepada 4 bank nasional yaitu Bank BRI, BNI, Mandiri, dan BCA.

    Uang tersebut digunakan untuk membeli yen dan membayar utang kepada JBIC.

    Rencana pembayaran PT. Pupuk Kujang kepada 4 perbankan nasional akan

    dilakukan dalam jangka waktu 8 tahun mulai 2012 hingga 2019. Bahan baku

    utama dalam pembuatan urea adalah gas bumi, air dan udara. Ketiga bahan baku

    tersebut diolah sehingga menghasilkan ammonia dan akhirnya menjadi urea.

    Penyediaan gas bumi berasal dari Pertamina dan Perusahaan Gas Swasta lainnya

    yang diambil dari sumber lepas pantai laut Jawa, sedangkan air baku diambil dari

    Perum Jasa Tirta II Jatiluhur-Purwakarta. Untuk memanfaatkan ekses operasional

    Pabrik Pupuk Kujang maka dibangunlah beberapa anak Perusahaan yang

    merupakan Joint Venture dengan pihak swasta dalam negeri maupun luar negeri.

    Saat ini PT. Pupuk Kujang mempunyai 5 (lima) anak perusahaan yang merupakan

    perusahaan patungan dengan pihak swasta yaitu : PT. Sintas Kurama Perdana

    yang memproduksi Asam Formiat, PT. Multi Nitrotama Kimia yang

    memproduksi Ammonium Nitrat dan Asam Nitrat, PT. Peroksida Indonesia

    Pratama memproduksi Hydrogen Peroksida, PT. Kujang Sud-Chemie Catalysts

    yang memproduksi Katalis, dan yang terakhir adalah PT. Kawasan Industri

    Kujang Cikampek yang mengelola lahan di Kawasan PT. Pupuk Kujang.

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    4

    Mengingat biaya produksi pupuk urea masih lebih tinggi dari Harga

    Eceran Tertinggi (HET), maka Pemerintah memberikan subsidi melalui Peraturan

    Menteri Keuangan No. 122/KMK.02/2006 tanggal 7 Desember 2006, tentang Tata

    Cara Perhitungan dan Pembayaran Subsidi Pupuk Tahun Anggaran 2006 merubah

    pola subsidi gas menjadi subsidi harga, dalam subsidi harga tersebut besaran

    subsidi dari pemerintah terhadap industri pupuk adalah seluruh biaya produksi

    termasuk harga bahan baku utama yaitu gas alam ditambah margin 10 % dan

    biaya distribusi dikurangi dengan Harga Eceran Tertinggi (HET).

    Sesuai Peraturan Menteri Perdagangan No. 17/MDAG/PER/6/2011,

    tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi, dan Surat Direktur Utama

    PT. Pupuk Sriwidjaja (Persero) No. U-909/A00000.UM/2011 tanggal 11 Agustus

    2011 bahwa terhitung mulai tanggal 1 September 2011, seluruh Provinsi Jawa

    Barat menjadi daerah tanggung jawab PT. Pupuk Kujang. Posisi strategis

    perusahaan yang terletak di Provinsi Jawa Barat dan berdekatan dengan Ibu Kota

    DKI Jakarta menjadi salah satu tantangan tersendiri, mengingat Jawa Barat

    sebagai lumbung padi nasional harus ditunjang dengan pasokan pupuk yang

    memadai sehingga Ketahanan Pangan Nasional dapat terjamin. Mengenai harga

    jual, Harga eceran Tertinggi pupuk urea bersubsidi berdasarkan pada Peraturan

    Menteri Pertanian No. 87/Permentan/SR.130/12/2011 adalah Rp 1.800/Kg.

    Sedangkan ammonia, yang merupakan kelebihan dari produksi ammonia yang

    diproses menjadi urea, sebagian besar disalurkan ke PT. Multi Nitrotama Kimia

    serta sebagian lagi dipasarkan ke wilayah Jawa Barat, Jawa Timur dan diekspor

    dalam partai kecil (small cargo).

    Sesuai dengan arahan dari Surat Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana

    Pertanian Kementerian Pertanian No. 712/SR.130/B.5/8/2011 tanggal 23 Agustus

    2011 perihal Pewarnaan Pupuk Urea Bersubsidi, PT. Pupuk Kujang per tanggal 1

    Januari 2012 warna pupuk urea bersubsidi menjadi berwarna merah jambu (pink).

    Tujuannya agar pengawasan pupuk tersebut bias lebih mudah.

    Pewarna pupuk yang digunakan dalam proses ini menggunakan bahan-

    bahan Food-edible-grade atau aman untuk dikonsumsi, tidak beracun bagi

    tanaman, tidak mengubah kandungan zat hara yang ada pada pupuk, serta sesuai

    dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    5

    1.4 Kapasitas Produksi

    Unit Ammonia

    Unit Ammonia Kujang 1A dan Kujang 1B menghasilkan ammonia

    dengan kapasitas terpasang masing masing sebesar 330.000 ton/tahun. Selain

    itu dihasilkan juga produk samping berupa gas karbon dioksida yang

    digunakan untuk bahan baku pembuatan urea.

    Unit Urea

    Ammonia dan karbondioksida yang diperoleh dari unit ammonia

    kemudian diproses di unit urea. Pabrik urea Kujang 1A dan 1B memiliki

    kapasitas terpasang yang sama yaitu masing masing 570.000 ton/tahun

    sehingga kapasitas total produksi urea Pupuk Kujang sebesar 1.140.000

    ton/tahun.

    Kebutuhan bahan baku, bahan pembantu, dan utilitas dari pabrik urea

    adalah sebagai berikut:

    - Jumlah kebutuhan gas alam untuk pabrik 1A dan 1B adalah sebesar 108

    MMSCFD (Million Meter Standard Cubic Feet per Day).

    - Jumlah kebutuhan air untuk bahan baku adalah 9000 m3/jam.

    - Ammonia cair 40.000 kg/jam.

    - Gas Karbondioksida 27.000 kg/jam.

    - Uap air pada 42 kg/cm2G : 106 ton/jam.

    - Make up air pendingin 3 metrik ton.

    - Tenaga listrik kecuali instrument dan penerangan 60,1 KWh.

    - Udara instrument 5,6 Nm3.

    - Udara pabrik 1,12 Nm3.

    Pangsa pasar untuk pabrik urea ini adalah di daerah Jawa Barat.

    Sebagai pabrik milik BUMN, pabrik ini bertugas untuk mensuplai

    kebutuhan pupuk urea di daerah Jawa Barat. Pupuk yang disuplai adalah

    pupuk bersubsidi dari pemerintah. Pupuk yang non-subsidi dibuat sesuai

    permintaan distributor besar.

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    6

    Untuk rencana pengembangan belum ada, namun ada penggantian

    pabrik lama yaknik Kujang 1A dengan peralatan yang baru dengan

    kapasitas yang sama dan penggantian nama menjadi Kujang 1C.

    1.5 Lokasi Pabrik

    PT. Pupuk Kujang berlokasi di Jalan Ahmad Yani No.39, Desa Dauwan,

    Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat.

    Pemilihan lokasi ini berdasarkan atas beberapa pertimbangan, diantaranya

    adalah sebagai berikut:

    a. Dekat dengan sumber bahan baku gas alam di Cilamaya (sekitar 70

    km dari lokasi pabrik).

    b. Dekat dengan sumber air tawar Sungai Citarum.

    c. Dekat dengan sumber tenaga listrik Jatiluhur.

    d. Tersedianya sarana transportasi darat yang baik seperti jalan raya

    dan jalan kereta api.

    e. Berada di tengah-tengah daerah pemasaran produksinya

    f. Terdapatnya sungai pembuangan limbah, yaitu Sungai

    Cikaranggelam.

    g. Penyediaan tenaga kerja dijamin keberadaannya.

    Proses pembuatan pupuk urea di PT. Pupuk Kujang adalah proses continue

    sehingga lay-out disusun sedemikian rupa dengan pertimbangan untuk

    memudahkan jalannya proses produksi. Di samping itu juga untuk memudahkan

    keluar masuknya kendaraan baik kendaraan berat ataupun kendaraan ringan sebab

    untuk perbaikan perlu peralatan berat seperti derek fork lift dan sebagainya. Unit

    pengantongan diletakkan di bagian depan. Unit pengolahan air buangan diatur

    sedemikian rupa sehingga air yang keluar dari lingkungan pabrik dianggap tidak

    membahayakan. PT. Pupuk Kujang juga membuat daerah pengaman dengan jarak

    100 m untuk melindungi lingkungan sekitar dari polusi udara dan kebisingan.

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pupuk Urea

    Bahan produksi yang dihasilkan adalah pupuk. Pupuk adalah material yang

    ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara

    yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material

    pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-organik (mineral). Pupuk berbeda

    dari suplemen. Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan

    perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormon tumbuhan

    membantu kelancaran proses metabolisme. Meskipun demikian, didalam pupuk,

    khususnya pupuk buatan, dapat ditambahkan sejumlah material suplemen.

    Dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan tumbuhan tersebut,

    agar tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat makanan. Terlalu sedikit atau

    terlalu banyak zat makanan dapat berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat

    diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun. Salah satu jenis pupuk

    organik adalah pupuk kompos.

    Dalam praktik sehari-hari, pupuk biasa dikelompok-kelompokkan untuk

    kemudahan pembahasan. Pembagian itu berdasarkan sumber bahan

    pembuatannya, bentuk fisiknya, atau berdasarkan kandungannya.

    Pupuk berdasarkan sumber bahan

    Dilihat dari sumber pembuatannya, terdapat dua kelompok besar

    pupuk: (1) pupuk organik atau pupuk alami dan (2) pupuk kimia atau

    pupuk buatan. Pupuk organik mencakup semua pupuk yang dibuat dari

    sisa-sisa metabolisme atau organ hewan dan tumbuhan, sedangkan pupuk

    kimia dibuat melalui proses pengolahan oleh manusia dari bahan-bahan

    mineral. Pupuk kimia biasanya lebih murni daripada pupuk organik,

    dengan kandungan bahan yang dapat dikalkulasi. Pupuk organik sukar

    ditentukan isinya, tergantung dari sumbernya; keunggulannya adalah ia

    dapat memperbaiki kondisi fisik tanah karena membantu pengikatan air

    secara efektif.

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    8

    Pupuk berdasarkan bentuk fisik

    Berdasarkan bentuk fisiknya, pupuk dibedakan menjadi pupuk padat

    dan pupuk cair. Pupuk padat diperdagangkan dalam bentuk onggokan,

    remahan, butiran, atau kristal. Pupuk cair diperdagangkan dalam bentuk

    konsentrasi atau cairan. Pupuk padatan biasanya diaplikasikan ke

    tanah/media tanam, sementara pupuk cair diberikan secara disemprot ke

    tubuh tanaman.

    Pupuk berdasarkan kandungannya

    Terdapat dua kelompok pupuk berdasarkan kandungan: pupuk

    tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal mengandung hanya satu

    unsur, sedangkan pupuk majemuk paling tidak mengandung dua unsur

    yang diperlukan. Terdapat pula pengelompokan yang disebut pupuk mikro,

    karena mengandung hara mikro (micronutrients). Beberapa merk pupuk

    majemuk modern sekarang juga diberi campuran zat pengatur tumbuh atau

    zat lainnya untuk meningkatkan efektivitas penyerapan hara yang

    diberikan.

    Produk yang dihasilkan adalah jenis pupuk buatan, yakni pupuk urea. Pupuk

    Urea adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen yang berkadar tinggi. Unsur

    Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk Urea

    berbentuk butir butir kristal berwarna putih dengan rumus kimia CO(NH2)2,

    merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya higroskopis, karena itu

    sebaiknya disimpan di tempat kering dan tertutup rapat. Pupuk urea mengandung

    unsur hara Nitrogen sebesar 46 % dengan pengertian setiap 100 kg Urea

    mengandung 46 kg Nitrogen. Jika diperhitungkan dari kelebihannya Urea

    mempunyai kandungan Nitrogen yang tinggi dan harganya tidak terlalu mahal. Di

    dalam tanah dengan aktivitas bakteri yang kuat, Urea akan cepat berubah menjadi

    Ammonia dalam waktu kurang dari 1 minggu. Tapi karena lahan yang digunakan

    bersifat basa atau asam dan aktivitas bakteri lemah, maka proses penguraian urea

    memakan waktu yang lama. (George T. Austin, 1990)

    Unsur hara Nitrogen yang dikandung dalam pupuk urea sangat besar

    kegunaannya bagi tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan antara lain:

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    9

    o Membuat daun tanaman lebih hijau segar dan banyak mengandung butir

    hijau daun (klorofil) yang mempunyai peranan sangat penting dalam

    proses fotosintesa.

    o Mempercepat pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang).

    o Menambah kandungan protein tanaman.

    o Dapat dipakai untuk semua jenis tanaman baik tanaman pangan,

    holtikultura, tanaman perkebunan, usaha peternakan, dan usaha perikanan.

    Spesifikasi Produk Urea

    Spesifikasi produk pupuk urea pada PT. Pupuk Kujang adalah sebagai

    berikut:

    Kandungan Komponen Jumlah

    Kadar Nitrogen 46,08% berat min

    Kadar Air 0,3% berat maks

    Kadar Biuret 0,5% berat maks

    Kadar Besi 1 ppm maks (b/b)

    Ammonia bebas 150 ppm maks (b/b)

    Kadar Abu 15 ppm maks (b/b)

    Bentuk Butiran (prill)

    Ukuran Butir 6 18 US. Mesh 95% berat min

    Ukuran butir lolos 25 US. Mesh 2% berat maks

    Tabel 2.1. Spesifikasi Produk Pupuk Urea (Unit Urea 1A Engineering Data Book,

    2010)

    1. Sifat Fisika Urea

    Sifat sifat fisika dari urea adalah sebagai berikut:

    Berat Molekul : 60,06

    Spesific Gravity : 1,335

    Titik Lebur : 132,7oC

    Kelarutan : 100 (17 oC dalam 100 % air)

    20 (20 oC dalam 100 % alkohol)

    Panas pembakaran : -91,02.105 J/kg

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    10

    2. Sifat sifat Kimia Urea

    Urea dalam air akan terhidrolisis menjadi ammonium karbamat yang

    kemudian peruraiannya menjadi ammonia dan karbondioksida.

    Reaksinya :

    NH2CONH2 + H2O NH2COONH4

    Urea Ammonium Karbamat

    NH2COONH4 2NH3 + CO2

    Ammonium Karbamat Ammonia Karbondioksida

    Selain terjadi reaksi urea di atas terjadi pula reaksi samping yaitu

    pembentukan senyawa biuret yang tidak diinginkan karena merupakan racun

    bagi tanaman.

    Reaksinya :

    2 NH2CONH2 NH2CONHCONH2 + NH3

    Urea Biuret Ammonia

    Biuret akan terbentuk bila kadar Ammonia rendah dan apabila terjadi

    kontak suhu tinggi yang cukup lama.

    2.2 Bahan Baku dan Bahan Pembantu Pupuk Urea

    2.2.1 Gas Alam

    Gas Alam untuk proses produksi urea Kujang 1A diperoleh dari

    Pertamina PHE (Pertamina Hulu Energy) dan Kujang 1B diperoleh dari

    pertamina EP dengan jumlah kebutuhan kedua pabrik adalah sebesar 108

    MMSCFD (Million Meter Standard Cubic Feet per Day). Keduanya

    mengambil sumber gas alam dari lepas pantai pulau jawa.

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    11

    Komposisi Jumlah

    CO2 8.45 %

    Ar 0.01 %

    N2 1.28 %

    CH4 82.00 %

    H2 Trc

    H2S 6.85 ppm

    C2 3.56 %

    C3 2.61 %

    i-C4 0.67 %

    n-C4 0.78 %

    i-C5 0.35 %

    n-C5 0.29 %

    C6+ -

    Total 100 %

    Tabel 2.2 Komposisi Gas Alam ( Process Engineering, Laporan Analisis

    pada 9 April 2013)

    Untuk penyediaan gas alam telah dipasang pipa bawah tanah sepanjang

    114 km dengan diameter 24 inch, serta digunakan kompresor, sedangkan

    stasiun meterannya dibangun di dekat kawasan pabrik, yang berfungsi

    sebagai pencatat gas alam yang dipakai oleh PT. Pupuk Kujang.

    2.2.2 Air

    Untuk penyediaan air pabrik, diambil dari aliran sungai Citarum yang

    mengalir dari Bendungan Jatiluhur menuju Laut Utara. Untuk itu dibangun

    beberapa stasiun pompa air yaitu stasiun pompa air di daerah Parungkadali

    Bendungan Curug dan Cikao sebelah hilir Jatiluhur dengan kapasitas 1600

    m3/jam. Cikao adalah daerah yang paling dekat dengan Bendungan Jatiluhur,

    daerah ini dipilih karena aliran air di stasiun pompa lainnya sudah mulai kotor

    sehingga dicarilah lokasi yang dekat dengan hilir bangunan untuk mencari

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    12

    aliran air yang masih bersih. Untuk mengatasi apabila air baku dari

    Parungkadali tidak dapat mensuplai maka dibuat kolam 8. Kolam 8 adalah

    kolam adangan sumbernya dari air hujan yang ditampung di kolam. Sebelum

    dimanfaatkan lebih lanjut air dialirkan ke unit utility untuk mendapatkan

    perlakuan terlebih dahulu.

    Pengaliran air dari Parungkadali ke pabrik menggunakan dua buah

    pompa dengan kapasitas masing-masing 5.500 gpm, dimana 10.000 gpm

    dipompakan dan dialirkanke lokasi pabrik, sedangkan sisanya ditampung

    pada penampungan untuk persediaan jika suplai air tidak mencukupi. Jumlah

    air yang dibutuhkan adalah 9.000 m3/jam. Air untuk bahan baku harus diolah

    agar memenuhi syarat sebagai air pendingin, air umpan boiler, dan untuk

    lingkungan pabrik dan pemukiman. Kebutuhan bahan baku dan utilitas untuk

    operasi kapasitas penuh, yaitu:

    - Ammonia cair 40.000 kg/jam

    - Gas Karbondoksida 27.000 kg/jam

    - Uap air pada 42 kg/cm2G : 106 ton/jam

    - Make up air pendingin 3 metrik ton

    - Tenaga listrik kecuali instrument dan penerangan 60,1 KWh

    - Udara instrument 5,6 Nm3

    - Udara pabrik 1,12 Nm3

    Air yang digunakan dalam proses dibedakan menjadi dua yakni air

    umpan ketel dan air pendingin. Kebutuhan air umpan ketel adalah 2,4 m3/ton

    urea sementara kebutuhan air pendingin adalah 272,4 m3/ton urea.

    Uap yang dihasilkan dari ketel (boiler) dibagi menjadi 3 jenis:

    - High Pressure Steam (HPS) dengan P = 105 kg/cm2, T = 440 oC

    - Medium Pressure Steam (MPS) dengan P = 42 kg/cm2, T = 371 oC

    - Low Pressure Steam (LPS) dengan P = 3,5 kg/cm2

    Kebutuhan steam tekanan tinggi adalah 3,5 ton/ton urea dan kebutuhan

    steam tekanan rendah adalah 1,4 ton/ton urea. Selain itu diperlukan ammonia

    panas sebanyak 0,5 ton untuk membangkitkan steam tersebut.

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    13

    Disamping itu, penggunaan air di pabrik adalah sebagai air pendingin.

    Unit air pendingin ini mengelola air dari proses pendinginan yang suhunya 46

    oC menjadi 32

    oC agar dapat digunakan lagi sebagai air proses pendingin pada

    cooler (penukar panas) di peralatan yang membutuhkan pendingin. Bahan

    kimia yang diinjeksikan pada air pendingin adalah :

    - Senyawa fosfat, untuk mencegah timbulnya kerak dan korosi pada pipa

    heat exchanger.

    - Senyawa klor, untuk membunuh bakteri dan mencegah timbulnya lumut

    pada menara pendingin.

    - Asam sulfat dan basa, untuk mengatur pH air pendingin.

    - Dispersant, untuk mencegah penggumpalan dan pengendapan kotoran-

    kotoran yang terdapat pada air pendingin dan mencegah terjadinya fouling

    pada pipa heat exchanger.

    Penggunaan air baku yang utama di dalam pabrik adalah sebagai air

    pendingin mempunyai spesifikasi sebagai berikut :

    - Turbiditas : < 3 NTU

    - pH : 6,5 7,5

    - Total hardness : < 25 ppm sebagai CaCO3

    - Warna : < 10 ppm sebagai unit harzen

    - Besi : < 0,1 ppm sebagai Fe

    - Klorida : < 8 ppm sebagai Cl

    - Sulfat : < 10 ppm sebagai SO4

    - Minyak : bersih

    - Permanganat : < 3 ppm sebagai O

    - Nitrogen : 0 ppm sebagai NH3 dan urea

    - P-alkalinity : 0 ppm sebagai CaCO3

    - M-alkalinity : 12 ppm sebagai CaCO3

    - Padatan terlarut : < 80 ppm

    - Tekanan : min. 1,5 kg/cm2G

    - Temperatur : temperatur lingkungan

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    14

    2.2.3 Udara

    Jumlah udara yang dibutuhkan oleh PT. Pupuk Kujang untuk

    menunjang proses produksi yaitu sebesar 40.635 Nm2/jam. Udara yang

    digunakan diambil dari lingkungan sekitar pabrik, yang telah dimurnikan

    terlebih dahulu dari impuritas-impuritasnya yang terkandung di dalamnya.

    Komponen utama yang diambil adalah gas nitrogen (N2) yang digunakan

    sebagai bahan baku utama pembuatan ammonia. Udara yang digunakan harus

    bebas dari debu, bebas minyak, dan mempunyai tekanan 7 kg/cm2.

    Spesifikasi minimal sebagai instrument air yang harus dipenuhi adalah

    sebagai berikut:

    - Karakteristik : bebas minyak, tidak berdebu dan kering

    - Titik Embun : -40 oC pada tekanan atmosfer

    - Tekanan : 7 kg/cm2G

    - Temperatur : sama dengan temperatur lingkungan

    Sedangkan spesifikasi minimal plant air yang harus dipenuhi adalah

    sebagai berikut:

    - Karakteristik : udara bersih bertekanan

    - Tekanan : 7 kg/cm2G

    Untuk memproduksi 1 ton urea, dibutuhkan udara total sebanyak

    473,03 Nm3.

    2.2.4 Ammonia

    Sifat sifat senyawa Ammonia mudah dikenali, antara lain adalah bau

    yang sangat menyengat. Menurut RH Perry (1994), Ammonia memiliki sifat

    sifat fisika dan kimia sebagai berikut:

    Sifat fisika Ammonia adalah sebagai berikut:

    Merupakan gas yang tidak berwarna dan berbau menyengat.

    Mempunyai berat molekul 17,03 g/mol.

    Mempunyai densitas (cair, 20 Kg/cm2, 25 oC) = 603 Kg/m3.

    Mempunyai titik didih -33,4 oC pada tekanan 1,0256 Kg/cm2.

    Mempunyai titik lebur -77,7 oC

    Mempunyai titik bakar 650 oC

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    15

    Sifat kimia Ammonia adalah sebagai berikut:

    Mempunyai rumus molekul NH3.

    Senyawa Ammonia akan bereaksi dengan asam membentuk garam.

    Misalnya:

    NH3(g) + HCl(l) NH4Cl(g)

    Spesifikasi Ammonia cair yang diperbolehkan:

    Kadar Ammonia Minimal 99,5% berat

    Kadar Air Maksimal 0,5% berat

    Minyak Maksimal 5 ppm (b/b)

    Tekanan 16 Kg/cm2

    Temperatur 25 30 oC

    Tabel 2.3 Spesifikasi Ammonia Cair

    (Sumber: Urea Unit 1A Engineering Data Book, 2010)

    2.2.5 Karbondioksida

    Karbondioksida diambil dari unit ammonia yang merupakan hasil

    samping dari pembuatan ammonia sintesis dari hidrokarbon. Menurut RH

    Perry (1997), Karbondioksida memiliki sifat kimia dan fisika sebagai berikut:

    Sifat fisika karbondioksida

    Berat molekul : 44,01 g/mol

    Densitas (gas, 1 kg/cm2, 25 oC) : 1800 Kg/cm3

    Titik lebur : -56,6 oC

    Titik didih : -78,5 oC

    Sifat kimia karbondioksida

    Gas karbondioksida bersifat asam

    Reaksi : CO2(g) + H2O H2CO3

    Karbondioksida ini banyak dimanfaatkan untuk mengendalikan

    pH air limbah

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    16

    Spesifikasi gas karbondioksida yang diperbolehkan:

    Kadar CO2 (basis kering) Minimal 98,0% volume

    Kadar Air Jenuh

    Kadar Sulfur Maksimal 1,0 ppm (b/b)

    Tekanan 0,6 Kg/cm2

    Temperatur 38 o

    C

    Tabel 2.4 Spesifikasi Gas Karbondioksida

    Sumber: Unit Urea 1A Engineering Data Book, 2010

    2.2.6 Bahan Pembantu

    Bahan baku penunjang berfungsi untuk membantu proses namun tidak

    terkonversi sebagai produk. Bahan baku penunjang diantaranya adalah asam

    sulfat, soda kaustik, klorin, hidrazin, dan orthophosphat. Semua bahan ini

    adalah bahan kimia tambahan untuk pembuatan air proses, air umpan ketel

    (BFW), dan air minum.

    2.2.7 Katalis

    Selain itu bahan baku penunjang untuk produksinya adalah katalis

    cobalt-molybdenum, nikel, Fe-Cr, dan campuran Cu-ZnO-Alumina. Berikut

    adalah tabel data katalis. Tabel 2.5 Data katalis

    Unit Proses Jenis Katalis Bentuk

    Volume

    katalis (m3)

    Start-up

    Primary

    Reformer

    Nikel Oksida

    Rasching

    Ring

    18,8 Agustus 2002

    Secondary

    Reformer

    Nikel Oksida Pellet 33,41 Agustus 2004

    HTS

    Converter

    Besi Oksida

    Chromina

    Pellet 51,2 Mei 2004

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    17

    LTS

    Converter

    Tembaga

    Oksida

    Pellet 65 Agustus 2004

    Methanator Nikel Oksida Pellet 17,64 Juni 2008

    Ammonia

    Converter

    Promoted

    Magnetile

    Granular - -

    ZnO Guard

    Chamber

    Seng Oksida Bola - -

    Adapun bahan penunjang larutan benfield digunakan sebagai penyerap

    CO2 di unit pemurnian gas sintesis. Komponen larutan benfield akan

    ditunjukkan pada tabel 2.6.

    Komponen Kandungan Fungsi

    K2CO3 22,1 % Sebagai adsorben

    DEA 1,6 %

    Menurunkan tekanan uap

    CO2, menaikkan absorpsi

    dan desorpsi

    V2O5 0,65 % Inhibitor korosi

    Air 60 70 % Pelarut

    Tabel II.6 Komponen Larutan Benfield

    2.3 Proses Produksi Pupuk Urea

    Beberapa jenis proses pembuatan urea dengan bahan baku ammonia dan

    karbondioksida antara lain:

    Du Pont Proses

    Tipe proses ini adalah dehidrasi karbamat dengan mereaksikan

    ammonia dan air pada tekanan 400 atm dengan temperatur 200 o

    C.

    Perbandingan nilai mol NH3 : mol CO2 : mol H2O = 5 : 1 : 0,73.

    Pechyney Proses

    Tipe proses ini adalah dehidrasi karbamat dengan mereaksikan

    ammonia dan air pada tekanan 200 atm dengan temperatur 180 o

    C.

    Perbandingan nilai mol NH3 : mol CO2 : mol H2O = 2 : 1 : 0.

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    18

    Stami Carbon / State Minnes

    Tipe proses ini adalah dehidrasi karbamat dengan mereaksikan

    ammonia dan air pada tekanan 225 atm dengan temperatur 180 o

    C.

    Perbandingan nilai mol NH3 : mol CO2 : mol H2O = 2 : 5 : 1.

    Allied Chemical

    Tipe operasinya tidak mereaksikan karbamat tapi mengembalikan

    ammonia dan karbondioksida melalui Monoetanolamin (MEA). Sistem

    pada tekanan 775 atm dan temperatur 205 o

    C. Perbandingan nilai mol NH3

    : mol CO2 : mol H2O = 4 : 1 : 0.

    Chemico Thermo Urea Proses

    Tipe operasi ini adalah gas ammonia, air, dan karbondioksida

    dikompresikan dan dikembalikan lagi pada tekanan 275 atm dan

    temperatur 210 oC.

    Mitsui Toatsu Total Recycle Proses

    Proses ini dibagi menjadi 4 unit, yaitu unit sintesis, unit purifikasi,

    unit recovery, dan unit kristalisasi.

    ACES 21

    Pada proses ini ada 4 tahapan proses meliputi sintesa purifikasi,

    recovery, evaporasi, dan pembutiran. Pada proses ini tidak adanya

    pembentukan kristal urea seperti pada proses total recycle karena kadar

    urea yang keluar dari evaporator mencapai 99% sehingga langsung

    dibutirkan di Prilling Tower.

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    19

    BAB III

    TINJAUAN PABRIK

    3.1 Deskripsi Proses

    Pabrik urea memproduksi pupuk urea dari bahan baku ammonia (NH3)

    dan gas karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari pabrik ammonia. Proses

    yang dipakai adalah proses Mitsui Toatsu Total Recycle C Improved yang

    memanfaatkan kembali gas-gas yang tidak bereaksi sebagai larutan karbamat

    dan di recycle ke reaktor urea dengan kapasitas terpasang 1.725 ton/hari atau

    570.000 ton/tahun. Ammonia diperoleh dari hasil reaksi antara gas hidrogen

    dengan gas nitrogen yang dilakukan pada unit ammonia. Hidrogen untuk

    proses pembuatan ammonia dapat diperoleh dari udara bebas. Sedangkan

    karbondioksida diambil dari unit ammonia yang merupakan hasil samping dari

    pembuatan ammonia sintesis dari hidrokarbon.

    Pabrik urea di PT. Pupuk Kujang dirancang untuk memproduksi 1.725

    ton/hari, pabrik ini dapat dibagi menjadi empat unit, yaitu:

    3.1.1 Unit Sintesa

    Unit ini bertujuan untuk mensintesa urea. Umpan pada unit ini terdiri

    dari gas karbondioksida, ammonia cair, dan larutan karbamat recycle. Alat

    utamanya adalah reaktor sintesa (DC-101) berupa bejana tegak yang

    beroperasi pada suhu 195 o

    C dan tekanan 200 kg/cm2. Jika temperatur pada

    reaktor rendah maka akan menurunkan konversi karbamat menjadi urea

    sehingga akan mengakibatkan bertambahnya larutan recycle karbamat.

    Menurut kapasitas rancang, waktu tinggal dalam reaktor adalah 25 menit.

    Karena zat pereaksi dan produk bersifat korosif maka seluruh permukaan

    yang kontak dengan larutan diberi lapisan pelindung stainless steel.

    Biasanya baja tahan karat dan stainless steel juga terkorosi oleh reaktan,

    tetapi dengan penambahan udara, maka daya tahan yang diperoleh lebih

    tinggi. Sistem pelapisan stainless steel juga menggunakan sistem lining.

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    20

    Pada unit urea ini diproduksi melalui reaksi eksotermis yang tinggi

    dari NH3 dan CO2 untuk membentuk ammonium karbamat, diikuti oleh

    dehidrasi endotermis ammonium karbamat membentuk urea. Reaksi

    ammonium karbamat menjadi urea hanya berlangsung pada fase cair

    sehingga dibutuhkan tekanan yang tinggi. Kenaikan temperatur dan tekanan

    akan menambah konversi pembentukan urea hingga batas tertentu. Reaktor

    ini mendapat umpan berupa gas CO2, ammonia cair, dan larutan karbamat

    recycle.

    Gas CO2 yang berasal dari pabrik ammonia dengan P = 0,6 kg/cm2

    dan

    T = 38 o

    C diinjeksikan dengan udara antikorosi sebesar 340 m3 yang

    mengandung oksigen 2.550 ppm, diumpankan ke Separator (FA-161) untuk

    menghilangkan partikel padatan dan tetesan cairan yang terdapat di

    dalamnya. Penambahan udara bertujuan untuk menghambat terjadinya

    korosi pada reaktor sintesa urea (DC-101) karena oksigen yang ada di dalam

    udara berfungsi untuk mengoksidasi stainless steel karena stainless steel

    aktif sebagai penahan korosi bila keadaan teroksidasi.

    Gas CO2 dikompresikan oleh CO2 Booster Compressor (GB-102)

    mengalami kenaikan tekanan dari P = 0,6 kg/cm2 menjadi 27 kg/cm

    2. Jenis

    kompresor yang digunakan adalah Multi Stage Centrifugal yang digerakkan

    oleh steam. Tekanan ini belum cukup tinggi untuk terjadinya reaksi di

    reaktor, maka dikompresikan lagi tekanannya sampai menjadi 200 kg/cm2

    oleh CO2 Compressor (GB-101). Jenis kompresor ini adalah Two Stage

    Reciprocating Double Acting dan digerakkan oleh steam. Gas CO2 masuk

    ke Reactor Synthesis Urea (DC-101) melalui bagian bawah reaktor dengan

    tekanan 200 kg/cm2 dan temperatur 123

    oC dan sebagian dialirkan ke Low

    Pressure Decomposer (DA-202) sebagai proses stripping.

    Cairan ammonia dengan tekanan 18 kg/cm2 dan temperatur 30

    oC

    sebagai umpan diperoleh dari pabrik ammonia yang ditampung dalam

    Ammonia Reservoir (FA-401) terlebih dahulu sebelum digunakan. Di dalam

    Ammonia Reservoir ini, ammonia bercampur dengan ammonia dari proses

    recovery yang berasal dari Ammonia Condenser (EA-404 A-D). Ammonia

    cair dari Ammonia Reservoir dipompa oleh Ammonia Boost Up Pump (GA-

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    21

    404 A/B) tipe sentrifugal dan mengalami kenaikan tekanan dari 18 kg/cm2

    menjadi 23 kg/cm2. Aliran ammonia ini dibagi menjadi dua yaitu sebagian

    digunakan sebagai penyerap pada High Pressure Absorber (DA-401) dan

    sebagian cairan dipompa lagi oleh Liquid Ammonia Feed Pump (GA-101

    A/D) Reciprocating Type mengalami kenaikan tekanan dari 23 kg/cm2

    menjadi 200 kg/cm2 dan diumpankan ke bagian bawah Reactor Synthesis

    Urea (DC-101) yang sebelumnya terlebih dahulu dipanaskan di dua

    Ammonia Preheater I yaitu (EA-101) yang menggunakan hot water dengan

    suhu 93 o

    C sebagai media pemanasnya dan Ammonia Preheater II (EA-102)

    yang menggunakan Steam Condensate sebagai media pemanasnya hingga

    dicapai suhu sekitar 81,4 o

    C sebelum masuk ke reaktor urea, agar

    memberikan panas yang cukup untuk mempertahankan suhu di puncak

    reaktor tetap sekitar 195 o

    C.

    Larutan karbamat recycle dari High Pressure Absorber Cooler (EA-

    401) dipompakan oleh Recycle Solution Boost Up Pump (GA-401 A,B)

    Centrifugal Type dengan tekanan 16,5 kg/cm2. Kemudian dipompakan oleh

    Recycle Solution Feed Pump (GA-102 A,B) Reciprocating Type dengan

    tekanan 200 kg/cm2 dan temperatur 100

    oC. Aliran sirkulasi larutan

    karbamat recycle melalui Suction Line dari Recycle Feed Pump (GA-102

    A/B) kembali ke High Pressure Absorber Cooler (EA-401) diperlukan

    untuk mencegah pemadatan larutan karbamat di dalam pipa. Reaksi yang

    terjadi di dalam reaktor (DC-101) adalah sebagai berikut:

    2NH3 (l) + CO2 (g) NH2COONH4 (l) H = +38 Kkal/mol

    Ammonia Karbondioksida Ammoniumkarbamat

    NH2COONH4 (l) NH2CONH2 (l) + H2O (l) H = -7,7 Kkal/mol

    Ammoniumkarbamat Urea Air

    Ammonia cair dan gas CO2 yang masuk ke reaktor diatur agar

    memiliki perbandingan mol 4:1 untuk mencegah terbentuknya senyawa

    biuret dari hasil penguraian sebagai berikut:

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    22

    2 NH2CONH2 (aq) NH2CONHCONH2 (l) + NH3 (g)

    Urea Biuret Ammonia

    Variabel utama yang mempengaruhi reaksi di dalam reaktor adalah

    sebagai berikut:

    a. Temperatur

    Pada kondisi yang optimal temperatur di dalam reaktor adalah

    sekitar 200oC yaitu temperatur dimana konversi mendekati

    keseimbangan dengan waktu tinggal 0,3 1 jam. Temperatur di

    reaktor dapat dikontrol dengan mengatur jumlah ammonia dan larutan

    karbamat recycle yang masuk reaktor. Selain itu dapat juga dilakukan

    dengan mengatur temperatur ammonia umpan di Ammonia Preheater

    I (EA-101). Temperatur di reaktor dicatat oleh suatu temperatur

    recorder yang sensornya mengambil tempat di sepanjang reaktor.

    b. Tekanan

    Tekanan optimum yang diambil untuk ini adalah 200 kg/cm2,

    pemilihan tekanan operasi ini juga dipertimbangkan berdasarkan

    reaksi ammonium karbamat menjadi urea hanya terjadi pada fase cair.

    Fase ini dapat dipertahankan dengan operasi pada tekanan tinggi dan

    temperatur tinggi.

    c. Perbandingan NH3 dan CO2

    Selain dapat mengatur dalam reaktor, maka jumlah ammonia

    dapat pula mempengaruhi reaksi secara langsung. Adanya ammonia

    berlebih akan mempercepat reaksi (reaksi akan bergeser ke arah

    produk), selain itu ammonia berlebih akan membentuk biuret.

    Terbentuknya biuret sangat tidak diinginkan karena senyawa ini

    merupakan racun bagi tanaman.

    d. Jumlah air

    Jumlah air akan mempengaruhi reaksi (peruraian karbamat

    menjadi urea dan air). Adanya air akan mengurangi konversi

    terbentuknya urea.

    Produk-produk yang keluar dari reaktor ini terdiri dari urea, air,

    ammonium karbamat, biuret, dan kelebihan ammonia.

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    23

    3.1.2 Unit Pemurnian

    Unit ini bertujuan untuk memisahkan urea dari campuran yang tidak

    dikehendaki yaitu memisahkan ammonia berlebih dan ammonium karbamat

    yang belum bereaksi menjadi urea dengan tiga langkah dekomposisi yaitu

    dengan tekanan 17 kg/cm2, tekanan 2,5 kg/cm

    2, dan tekanan atmosferik.

    Campuran gas dan zat cair yang keluar dari reaktor urea (DC-101) mengalir

    ke seksi dekomposisi di mana semua excess ammonia dan ammonium

    karbamat dipisahkan sebagai gas-gas dari larutan urea dengan cara Thermal

    Decomposition (penguraian dan pemanasan) yakni dengan menurunkan

    tekanan dan menaikkan temperatur di dalam High Pressure Decomposer

    (DA-201), Low Pressure Decomposer (DA-202), dan Gas Separator (DA-

    203). Penurunan tekanan secara bertahap ini bertujuan untuk mengurangi

    terjadinya reaksi samping yang tidak dikehendaki.

    Ada beberapa reaksi yang perlu di perhatikan pada seksi ini, yaitu:

    a. Reaksi dekomposisi ammonium karbamat

    NH2COONH4 2NH3 + CO2

    Ammonium Karbamat Ammonia Karbondioksida

    Reaksi berlangsung pada suhu antara 120 oC - 165

    oC, kenaikan

    suhu dan penurunan tekanan akan memperbesar hasil reaksi

    dekomposisi ini.

    b. Reaksi hidrolisa urea

    NH2CONH2 + H2O 2NH3 + CO2

    Urea Air Ammonia Karbondioksida

    Reaksi ini berlangsung pada suhu tinggi, tekanan rendah dan

    waktu tinggal lama.

    c. Reaksi pembentukan biuret

    2NH2CONH2 NH2CONHCONH2 + NH3

    Urea Biuret Ammonia

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    24

    Reaksi ini berlangsung pada tekanan parsial ammonia yang

    rendah dan suhu diatas 90oC.

    Reaksi (1) diinginkan bergeser ke arah kanan, sedangkan

    reaksi (2) dan (3) diinginkan bergeser ke kiri, hal ini akan

    memperbesar hasil urea. Kadar maksimal biuret diinginkan dalam

    produk urea adalah 0,5%.

    Cara untuk menurunkan tekanan menaikkan temperatur pada unit

    pemurnian adalah sebagai berikut:

    1. High Pressure Decomposer (DA-201)

    High Pressure Decomposer (DA-201) terbagi menjadi tiga

    bagian, yaitu:

    a. Bagian paling atas disebut Flashing Section

    b. Bagian tengah disebut Stripping Section

    c. Bagian bawah disebut Falling Film Heater

    High Pressure Decomposer (DA-201) berfungsi untuk

    memisahkan excess ammonia dari hasil reaksi dan mengubah ammonium

    karbamat menjadi ammonia dan gas karbondioksida dengan cara

    menaikkan suhu dan menurunkan tekanan. Reaksi yang terjadi adalah

    sebagai berikut:

    NH2COONH4 (l) 2NH3 (g) + CO2 (g)

    Ammonium Karbamat Ammonia Karbondioksida

    Reaksi di dalam HPD berlangsung pada temperatur tinggi dan

    tekanan rendah. Jika temperatur terlalu tinggi dan tekanan terlalu rendah

    maka akan terjadi reaksi samping dengan terbentuknya biuret.

    Dekomposisi ini dilakukan pada suhu 120 165 oC dengan tekanan 17

    kg/cm2. Setelah dilakukan optimasi, maka didapatkan temperatur dan

    tekanan operasi adalah 165 o

    C dan 17 kg/cm2. Reaksi samping yang tidak

    dikehendaki antara lain:

    a. Hidrolisa Urea

    NH2CONH2 (aq) + H2O (l) 2NH3 (g) + CO2 (g)

    Urea Air Ammonia Karbondioksida

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    25

    b. Pembentukan Biuret

    2NH2CONH2 (aq) NH2CONHCONH2 (l) + NH3 (g)

    Urea Biuret Ammonia

    Selama dekomposisi, hidrolisa urea menjadi faktor paling penting

    karena hidrolisa akan mengurangi urea yang terbentuk sebagai produk

    yang dikehendaki, maka kondisi operasi harus dikontrol dengan ketat

    untuk memperkecil kehilangan produk. Hidrolisa terjadi pada temperatur

    tinggi, tekanan rendah dan waktu tinggal yang lama, maka alat

    pemurnian dan kondisi operasinya dipilih secara cermat untuk

    menghindari faktor-faktor tersebut serta agar diperoleh hasil urea yang

    tinggi.

    Pembentukan biuret merupakan faktor lain yang perlu

    diperhatikan, baik dalam proses pemurnian maupun dalam proses

    finishing. Pada tekanan parsial ammonia yang rendah serta temperatur di

    atas 90oC, urea terkonversi membentuk biuret dan ammonia, reaksi

    pembentukan biuret ini reversibel dan faktor yang berpengaruh pada

    reaksi tersebut adalah suhu, konsentrasi, dan waktu tinggal.

    Uraian proses

    Campuran hasil reaksi dari Reactor Synthesa Urea (DC-101)

    berupa urea, excess NH3, CO2, H2O, dan biuret pada temperatur 195oC

    dan tekanan 200 kg/cm2 akan memasuki bagian atas HPD (DA-201)

    dengan tekanan 17 kg/cm2 dan temperatur 125

    oC pada Flashing Section

    cairan mengalami penurunan tekanan yang besar, sehingga komponen

    volatil akan terpisah dari cairannya. Komponen yang terlepas sebagian

    besar adalah NH3 berlebih yang disuplai di reaktor dan keluar melalui

    bagian atas HPD. Gas akan menguap ke atas, sedangkan cairannya turun

    ke bagian tengah (stripping section) melalui empat buah sieve tray untuk

    men-stripping cairan agar gas yang terlarut dapat terlepas. Dalam

    Stripping Section ini, cairan akan bertemu dengan gas bertemperatur

    tinggi dari High Pressure Decomposer Reboiler (EA-201) dan gas dari

    Falling Film Heater sebagai pemanas. Setelah melewati Stripping

    Section maka gas-gas yang terlarut akan lepas dan mengalir ke atas,

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    26

    sedangkan cairannya akan mengalir ke High Pressure Decomposer

    Reboiler (EA-201).

    Pada High Pressure Decomposer Reboiler (EA-201), cairan

    dipanaskan hingga 148 o

    C oleh Middle Pressure Steam 12 kg/cm2 dan

    hampir semua kelebihan ammonia dan ammonium karbamat dilepas

    sebagai gas. Cairan yang keluar dari High Pressure Decomposer

    Reboiler (EA-201) sebagai umpan Dekomposer melewati tube-tube

    pemanas dalam bentuk film yang disebut Falling Film Heater sampai

    temperatur 165 o

    C. Falling Film Heater digunakan untuk memperkecil

    waktu tinggal larutan yang ada di dalam heater dengan maksud untuk

    mengurangi pembentukan biuret serta hidrolisa urea.

    Pada bagian bawah HPD diinjeksikan Air Compressor (GB-201)

    sebesar 2500 ppm sebagai pelindung korosi di dalam HPD.

    2. Low Pressure Decomposer (DA-202)

    Low Pressure Decomposer (DA-202) terdiri dari empat buah

    sieve tray di bagian atas dan sebuah packed bed di bagian bawah yang

    berfungsi untuk menyempurnakan dekomposisi setelah keluar dari HPD

    (DA-201). Mula-mula cairan berasal dari HPD dilewatkan pada Low

    Pressure Decomposer Heat Exchanger (EA-203). Heat Exchanger ini

    bertujuan untuk memanfaatkan panas dari larutan karbamat yang keluar

    dari HPD (DA-201) yang bertemperatur 165 o

    C dan tekanan 17 kg/cm2

    untuk pemanasan awal larutan hasil flashing pada unit LPD (DA-202)

    dan temperatur dijaga 117 o

    C (top) sampai 115 o

    C (bottom) sebelum

    dipanaskan kembali pada Low Pressure Decomposer Reboiler (EA-202).

    Larutan karbamat yang keluar dari Heat Exchanger ini memiliki

    temperatur 145 o

    C dan tekanan 17 kg/cm2 menjadi 2,5 kg/cm

    2. Larutan

    yang berasal dari Off Gas Absorber (DA-402) akan masuk ke bagian

    atas LPD untuk mengalami Flashing Section.

    Proses yang terjadi pada sieve tray ini sama dengan yang terjadi

    di bagian atas HPD (DA-201). Cairan mengalir ke bawah melalui empat

    buah sieve tray pada bagian stripping section dan setelah melewati Low

    Pressure Decomposer Reboiler (EA-202) untuk mengalami pemanasan,

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    27

    cairan turun ke bagian bawah LPD (DA-202) berupa Rashing Ring

    Packed Bed. Larutan di dalam LPD (DA-202) dipanaskan oleh Low

    Pressure Steam dengan tekanan 7 kg/cm2 dan temperatur 130

    oC. Gas

    CO2 diinjeksikan dari bagian bawah LPD oleh CO2 Booster Compressor

    (GB-102) dengan tekanan 27 kg/cm2 agar sisa ammonia yang terdapat di

    dalam larutan dapat distripping oleh sebagian gas CO2.

    Gas-gas yang keluar dari LPD (DA-202) dikirim ke Low Pressure

    Absorber (EA-402) pada tekanan 2,5 kg/cm2, sedangkan larutannya

    hampir semua kelebihan ammonia dan ammonium karbamat sudah

    dipisahkan, mengalir ke Gas Separator (DA-203).

    3. Gas Separator (DA-203)

    Gas Separator berfungsi untuk memurnikan urea yang keluar dari

    Low Pressure Decomposer (DA-202). Gas Separator (DA-203) terdiri

    dari dua bagian, yaitu bagian atas yang beroperasi pada temperatur 106

    oC, tekanan 0,3 kg/cm

    2, dan bagian bawah berupa Packed Bed beroperasi

    pada tekanan atmosfer dan temperatur 92 o

    C. Cairan keluaran dari LPD

    berupa sisa gas NH3 dan CO2 dikirimkan ke Gas Separator dan akan

    mengalami Flashing Section yaitu penurunan tekanan dari 2,5 kg/cm2

    menjadi 0,3 kg/cm2. Gas-gas yang telah terpisah akan mengalir menuju

    Off Gas Condenser (EA-406), untuk mengkondensasikan gas pada unit

    Recovery sedangkan cairan dari Flashing Section akan menuju bagian

    bawah berupa Rashing Ring Packed Bed akan mengalami kontak dengan

    gas yang keluar dari Off Gas Absorber (DA-402) sebagai Stripping pada

    unit Recovery dan disertakan hembusan udara dari Off Gas Circulation

    Blower (GB-401) dengan tekanan atmosfer dan temperatur 36 o

    C melalui

    distributor di bawah Packed Bed. Gas-gas dari bagian atas dan bagian

    bawah digabungkan bersama-sama lalu dikirim ke Off Gas Condenser

    (EA-406). Suhu bagian bawah Gas Separator (DA-203) dengan

    konsentrasi sekitar 70 75% yang selanjutnya dikirim ke unit kristalisasi

    dan prilling.

    Pemeriksaan kondisi peralatan dan pencatatan parameter

    pengendalian proses operasi pada unit purifikasi dilakukan setiap dua jam

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    28

    dalam rekaman mutu unit purifikasi oleh operator panel dan operator unit

    purifikasi.

    3.1.3 Seksi Recovery

    Dalam proses Mitsui Toatsu Total Recycle C Improved, gas-gas yang

    tidak bereaksi dikembalikan dalam bentuk larutan. Gas-gas campuran dari

    decomposer diserap oleh ammonia cair atau larutan di dalam masing-masing

    absorber kemudian dikembalikan ke reaktor sintesa (DC-101). Gas dari Gas

    Separator diserap di Off Gas Absorber (DA-402), gas dari LPD diserap di

    Low Pressure Absorber (EA-402), dan gas dari HPD diserap di High

    Pressure Absorber (DA-401).

    1. Off Gas Recovery System

    Gas dari Gas Separator (DA-203) dengan tekanan 0,3 kg/cm2 dan

    temperatur 106 o

    C akan dikondensasikan ke dalam Off Gas Condenser

    (EA-406) dan didinginkan sampai temperatur 61 o

    C menggunakan

    Cooling Water sebagai media pendinginnya. Larutan kondensasi akan

    ditampung dalam Off Gas Absorber Tank (FA-403) berupa larutan

    karbamat kemudian dipompakan oleh Off Gas Absorber Pump (GA-408)

    sampai tekanan 2 kg/cm2. Setelah itu larutan didinginkan dalam Off Gas

    Final Cooler (EA-408) untuk memperbesar penyerapan gas dengan

    media pendinginnya Cooling Water sampai temperaturnya 36 o

    C

    sedangkan gas-gas yang belum terkondensasi akan masuk ke bagian

    bawah Off Gas Absorber (DA-402). Larutan ini bertindak sebagai

    absorben bagi gas yang tidak terabsorbsi.

    Off Gas Absorber (DA-402) terdiri dari Packed Bed yang berfungsi

    untuk tempat kontak antara larutan karbamat hasil kondensasi dengan

    gas-gas yang tidak terkondensasikan di dalam Off Gas Condenser (EA-

    406) dan dari Low Pressure Absorber (EA-402). Larutan yang telah

    kontak dengan gas akan keluar dari bagian bawah Off Gas Absorber

    (DA-402) dengan suhu 45 o

    C dan tekanan atmosfer akan dipompa oleh

    Off Gas Absorber Recycler Pump (GA-407) kemudian didinginkan

    dengan Off Gas Absorber Cooler (EA-407) sebagai larutan recycle di

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    29

    dalam Off Gas Absorber (DA-402). Gas NH3 akan keluar melewati

    bagian atas Off Gas Absorber (DA-402) disertakan Gas Circulation

    Blower (GB-401) dengan tekanan atmosfer dan temperatur 56 o

    C untuk

    dikirim ke Gas Separator (DA-203) sebagai stripping gas CO2 dan NH3.

    Larutan hasil penyerapan dari Off Gas Absorber (DA-402) berupa

    larutan karbamat dibagi menjadi dua yaitu larutan pertama dikirim ke

    Low Pressure Absorber (EA-402) sebagai penyerap CO2 dan Low

    Pressure Decomposer (DA-202) untuk mengalami proses purifikasi

    kembali melalui LPA Pump (GA-403) dan larutan kedua dikirim ke Off

    Gas Absorber Cooler melalui Off Gas Recycle Pump (GA-407).

    2. Recovery Gas dari Low Pressure Decomposer

    Gas-gas dari LPD (DA-402) dengan tekanan 2,5 kg/cm2 dan

    temperatur 117 o

    C dikondensasikan dan diserap sempurna melalui bagian

    bawah LPA (EA-402). Sebagai penyerap digunakan larutan karbamat

    encer dari Off Gas Absorber (DA-402) ditambah air murni (steam

    condensate) yang berfungsi untuk menjaga temperatur di LPA (EA-402)

    suhu 45 o

    C dan tekanan 2,2 kg/cm2. Reaktan dalam gas akan di absorbsi

    dengan Mother Liquor yang dialirkan dari Mother Liquor Tank (FA-203)

    oleh Mother Liquor Pump (GA-203) yang mempunyai konsentrasi

    karbamat 30 40%.

    Larutan akan bercampur dalam bagian shell LPA mengabsorbsi

    reaktan yang terkandung pada aliran gas yang berasal dari LPD. Gas

    yang tidak terserap akan terserap akan mengalir ke atas dan diabsorbsi

    dengan larutan karbamat dari Off Gas Absorber (DA-402) dalam packed

    bed sebagai penyerap CO2 sedangkan gas yang masih belum terserap di

    LPA (EA-402) akan masuk ke Off Gas Absorber (DA-402) bagian bawah

    bercampur dengan gas-gas yang tidak terkondensasi di dalam Off Gas

    Condenser (EA-406) untuk dilakukan penyerapan kembali. Tekanan

    dalam LPA (EA-402) sangat penting untuk dilakukan penyerapan

    kembali. Tekanan dalam LPA (EA-402) sangat penting untuk dikontrol.

    Tekanan yang melebihi 2,5 kg/cm2 akan menyebabkan penguraian lebih

    lanjut dalam Gas Separator (DA-203). Bila tekanan terlalu rendah akan

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    30

    menyebabkan kesukaran pengiriman larutan dari LPD (DA-202) ke Gas

    Separator (DA-203). Larutan yang telah mengabsorbsi reaktan akan

    mengalir ke bawah dipompa melalui HPA Pump (GA-402 A, B) dengan

    tekanan 16 kg/cm2 dan temperatur 37

    oC kemudian dialirkan ke bagian

    atas HPA (DA-401) untuk menyerap CO2.

    3. Recovery Gas dari High Pressure Decomposer

    Gas-gas yang berasal dari HPD (DA-201) dengan tekanan 17

    kg/cm2 dan temperatur 123

    oC pada unit purifikasi akan dialirkan ke

    HPAC (EA-401). Disini terjadi penyerapan CO2 oleh slurry dari HPA

    (DA-401) kurang lebih 65% dari seluruh CO2 yang berasal dari HPD.

    Sebagai zat penyerapnya berasal dari larutan karbamat. High Pressure

    Absorber Cooler (EA-401) berbentuk seperti Heat Exchanger tipe shell

    and tube yang terletak secara horizontal di mana pendinginnya mengalir

    dalam tube sedangkan larutan karbamat mengalir dalam shell dengan

    kondisi operasi tekanan 16,5 kg/cm2 dan temperatur 83

    oC. Di dalam

    HPAC (EA-401) terdapat tiga fluida pendingin yaitu yang pertama

    larutan urea sirkulasi dari Crystallizer (FA-201) yang mengambil

    kelebihan panas sekitar 65%, yang kedua Cooling Water mengambil

    kelebihan panas sekitar 15%, yang ketiga Hot Water mengambil

    kelebihan panas sekitar 25%. Temperatur di HPAC (EA-401) dijaga pada

    suhu 98 o

    C dan tekanan 17 kg/cm2. Hasil penyerapan berupa larutan

    ammonium karbamat kemudian dipompa ke reaktor sebagai recycle

    sedangkan gas yang tidak terserap mengalir ke HPA (DA-401).

    HPA (DA-401) mempunyai dua bagian utama, bagian atas berupa

    Bubble Cap Tray 4 tingkat sedangkan bagian bawah Rashing Ring

    Packed Bed. Kondisi operasi dijaga pada temperatur 47 o

    C dan tekanan

    16,5 kg/cm2. Larutan dari penyerapan berupa slurry yang keluar HPA

    (DA-401) dari bagian bawah yang selanjutnya digunakan sebagai media

    penyerap di HPAC (EA-401). Gas yang lolos dari penyerapan berupa gas

    ammonia murni dikondensasikan di Ammonia Condenser (EA-404 A-D)

    untuk kemudian disimpan di Ammonia Recovery Absorber (EA-405 A-

    D) untuk meningkatkan ammonia hingga di atas 90% dengan media

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    31

    penyerap adalah Steam Condensate. Gas ammonia dialirkan ke bagian

    atas HPA (DA-401) melalui Aquo Ammonia Pump (GA-405) agar sisa

    karbondioksida dapat diserap secara sempurna.

    Larutan hasil absorbs berupa karbamat yang keluar dari HPAC

    (EA-401) dipompakan oleh Recycle Solution Boost Up Pump (GA-102)

    menuju reaktor sintesa urea (DC-101).

    4. Ammonia Recovery Absorber (ARA)

    Fraksi gas yang tidak mengembun di Ammonia Condenser (EA-

    404) digelembungkan pada pipa sparger dibagian bawah Ammonia

    Recovery Absorber (EA-405). Gas yang tidak diserap oleh tahap absorbsi

    dalam ARA ini kemudian dibuang ke atmosfer.

    3.1.4 Seksi Kristalisasi dan Pembutiran (Prilling)

    Unit ini bertujuan untuk membentuk urea butiran dari larutan urea

    yang berasal dari Gas Separator (DA-203) kemudian dilanjutkan ke proses

    kristalisasi sehingga urea siap dijadikan butiran. Pada tahap ini terdiri atas

    empat langkah, yaitu: pengkristalan, pemisahan, pengeringan, dan

    pembutiran. Peralatan utama yang terlibat pada seksi ini adalah Crystallizer,

    Centrifuge, Fluidized Dryer, dan Prilling Tower.

    1. Pengkristalan

    Unit ini berfungsi untuk membentuk urea menjadi butiran dari urea

    yang berasal dari Gas Separator (DA-203) yang masih mengandung 25%

    air. Larutan urea yang mempunyai konsentrasi 70-75% yang berasal dari

    Gas Separator (DA-203) dipompakan oleh Urea Solution Feed Pump

    (GA-205) dialirkan ke bagian bawah Crystallizer (FA-201) untuk

    dikristalkan secara vakum. Crystallizer ini terbagi menjadi dua bagian,

    bagian atas berupa Vacuum Generator (EE-201) yang terdiri Dari Steam

    Ejector tingkat I dan II dengan Barometric Condenser tingkat I dan II.

    Bagian bawah berupa crystallizer dengan agitator di mana terbentuk

    kristal-kristal urea dalam larutan slurry dengan kadar 80%. Vacuum

    Concentrator beroperasi pada tekanan 72,5 mmHg absolut dan

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    32

    temperatur 60 o

    C, kristalisasi secara vakum dipilih karena pemanfaatan

    panas yang efisien sehingga penguapan air dapat dilakukan pada suhu

    yang lebih rendah. Kemudian dengan menggunakan Circulation Pump

    For Crystallizer (GA-201), larutan urea dari bagian bawah crystallizer

    disirkulasikan ke Vacuum Concentrator untuk dipekatkan dan sebagian

    telah dilewatkan ke HPAC (EA-401) untuk menyerap panas. Panas

    digunakan untuk proses pemvakuman di crystallizer pada permukaan

    atas. Panas yang berasal dari larutan yang keluar dari HPAC memberikan

    panas 65% dari total yang dibutuhkan untuk penguapan air. Crystallizer

    dilengkapi dengan jaket air panas untuk mencegah terbentuknya endapan

    urea pada dindingnya.

    a. Pemisahan

    Proses ini bertujuan untuk memisahkan kristal urea dari

    larutan induknya. Proses ini terjadi pada centrifuge (GF-201) yang

    berjumlah lima buah dan bekerja secara parallel. Larutan slurry

    urea dari crystallizer bagian bawah dipompa oleh Slurry Feed

    Pump (GA-202) dialirkan ke Centrifuge (GF-201 A-E) untuk

    dipisahkan kristal urea dari larutan induknya berdasarkan gaya

    sentrifugal sehingga dihasilkan kristal urea dengan kadar air 2,4%

    dan sebagian disirkulasi kembali ke crystallizer untuk mencegah

    kebuntuan pipa. Larutan induk ditampung di Mother Liquor Tank

    (FA-203) yang dilengkapi Steam Heating Tube untuk mencegah

    terjadinya kristalisasi. Untuk mencegah terjadinya akumulasi biuret

    dalam Mother Liquor Pump (GA-203) maka larutan induk

    dipompakan ke dalam LPA (EA-402) sebagai penyerap CO2 dan ke

    Crystallizer untuk dikristalkan.

    b. Pengeringan

    Kristal urea dari centrifuge masuk ke Fluidizing Dryer (FF-

    301). Di Fluidizing Dryer (FF-301), kristal urea dikeringkan

    sampai kandungan airnya 0,1 0,3% dengan hembusan udara dari

    Forced Fan Dryer (GB-301) yang telah melewati pemanasan udara

    atau alat Air Heater For Dryer (EE-301) dengan menggunakan

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    33

    Steam Condensate dan steam bertekanan rendah 4 kg/cm2. Udara

    panas yang masuk ke Fluidizing Dryer (FF-301) dijaga suhunya

    120 o

    C dan tidak boleh melebihi 130 o

    C sebab ada kemungkinan

    terjadi pelelehan urea di Fluidizing Dryer (FF-301). Kristal-krital

    urea dengan bantuan hembusan udara pengering dari Induced Fan

    (GB-302) dan Pneumatic Duct akan terhisap ke atas Prilling Tower

    (TA-301). Kristal urea yang ukurannya terlalu besar (berupa

    gumpalan) dibawa ke tepi oleh sudu-sudu pengaduk untuk

    kemudian dilarutkan kembali ke Dissolving Tank I (FA-302) untuk

    dipompakan ke Mother Liquor Tank (FA-203).

    2. Pembutiran

    Kristal-kristal urea dengan kadar 99,8% dengan bantuan udara

    pengering dan hisapan dari Induced Fan For Dryer (GB-301) dan

    Pneumatic Duct akan terhisap ke atas Prilling Tower (TA-301) ini

    memasuki 4 buah Cyclone (FC-301) yang bekerja secara parallel. Dari

    bawah cyclone kristal urea akan turun melewati Screw Conveyor (JD-

    301) untuk kemudian dilelehkan di Melter (EA-301). Debu-debu yang

    ukurannya kecil akan terhisap oleh Induced Fan (GB-302) dan masuk ke

    Dust Chamber (PF-302). Udara dikeluarkan ke atmosfer oleh Induced

    Fan For Prilling Tower (GB-304).

    Melter (EA-301) beroperasi pada temperatur 135 o

    C yaitu

    temperatur sedikit di atas titik leleh urea (132,70 oC) dengan

    menggunakan bantuan pemanas steam bertekanan rendah yaitu 7 kg/cm2.

    Temperatur ini dijaga hingga konstan agar pembentukan biuret dapat

    ditekan sekecil mungkin. Pengontrolan temperatur ini dapat dilakukan

    dengan jalan mengontrol laju alir steam yang digunakan sebagai pemanas

    pada Melter. Lelehan urea pada melter kemudian mengalir ke Head Tank

    For Distribution (PF-301) yang berjumlah 12 buah. Constant Heat di

    atas dibutuhkan untuk mengontrol ukuran butiran urea yang keluar

    distributor. Lelehan urea dari distributor yang berbentuk tetesan-tetesan

    akan memadat selama jatuh ke dalam Fluidized Bed (FD-302) dengan

    temperatur 40 o

    C yang dihembus udara blower dari bawah menggunakan

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    34

    steam yang berfungsi untk memadatkan urea yang sudah berbentuk

    butiran agar tidak menempel satu sama lain.

    Butiran-butiran urea yang sudah terbentuk, kemudian masuk ke

    ayakan trammel (FD-303), untuk selanjutnya dikirim ke bagian

    pengantongan (bagging) melalui Belt Conveyor sedangkan oversize

    butiran urea yang berukuran besar (gumpalan) jatuh dari ayakan masuk

    ke dalam Dissolving Tank II (FA-303) yang kemudian dikembalikan ke

    Mother Liquor Tank (FA-203) untuk daur ulang.

    3.2 Penanganan Bahan Proses

    1. Penanganan Bahan Baku

    Pabrik urea memproduksi pupuk urea dari bahan baku ammonia

    (NH3) dan gas karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari pabrik

    ammonia. Proses yang dipakai adalah Mitsui Toatsu Recycle C Improved

    yang memanfaatkan kembali gas-gas yang tidak bereaksi sebagai larutan

    karbamat dan di recycle ke reaktor urea dengan kapasitas terpasang 1.725

    MT/hari atau 570.000 MT/hari.

    Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan urea yaitu ammonia

    cair dan gas karbondioksida. Kualitas bahan baku dapat dilihat sebagai

    berikut:

    a. Ammonia Cair

    Ammonia diperoleh dari hasil reaksi antara gas hidrogen dengan

    gas nitrogen yang dilakukan pada unit ammonia. Hidrogen untuk proses

    pembuatan ammonia diperoleh dari hidrokarbon pada gas alam,

    sedangkan gas nitrogen dapat diperoleh dari udara bebas. Spesifikasi

    ammonia cair yang diperbolehkan adalah:

    - Kadar Ammonia : minimal 99,5 % berat

    - Kadar Air : maksimal 0,5 % berat

    - Minyak : maksimal 5 ppm (b/b)

    - Tekanan : 16 kg/cm2

    - Temperatur : 25 30 oC

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    35

    b. Gas Karbondioksida

    Gas karbondioksida diambil dari unit ammonia yang merupakan

    hasil samping dari pembuatan ammonia sintesis dari hidrokarbon.

    Spesifikasi gas karbondioksida yang dioerbolehkan adalah:

    - Kadar CO2 (basis kering) : minimal 98 %

    - Kadar Air : jenuh

    - Kadar Sulfur : maksimal 1,0 ppm

    - Tekanan : 0,6 kg/cm2G

    - Temperatur : 38 oC

    - Kadar Penyerap : 0,01 %

    2. Penanganan Bahan Produk

    a. Sistem Pengelolaan Urea Curah

    Urea curah dari Prilling Tower dikirim ke unit pengantongan

    melalui Belt Conveyer Toyo U-JF 301 lalu ditransfer ke Belt Conveyer

    2801-VA/VB yang disebut juga Transfer Conveyer untuk ditampung

    dalam tempat penyimpanan sementara yang disebut Surge Hopper

    2801-VD yang dilengkapi dengan Travelling Triper 2801-VE. Bin

    Storage juga dilengkapi dengan High Level dan Low Level Switch yang

    menunjukkan kondisi bin penuh atau kosong. Ada 12 buah Bin Storage

    dalam unit ini, tetapi dalam kondisi normal hanya 4 yang beroperasi.

    Kapasitas tiap bin sebesar 80 ton.

    b. Sistem Pengantongan Urea

    Pada bagian bawah Bin Storage terdapat mesin yang diatur untuk

    menimbang dengan kapasitas 50 kg, dengan akurasi timbangan 300

    gram. Untuk memuat urea curah kedalam kantong operator tinggal

    memasang kantong pada bagian bawah Weighing Machine, kemudian

    menginjak pedal yang disebut Foot Pedal Switch untuk mencurahkan

    urea. Bila urea dengan tekanan yang diinginkan telah tercurah

    seluruhnya, maka kantong akan terlepas secara otomatis dan dibawa

    oleh belt conveyer menuju bagian penjahitan. Pada kondisi normal

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    36

    kapasitas mesin jahit adalah 12 bag/menit/mesin. Sesuai dengan bin

    storage yang beroperasi, maka jalur penjahit ada 4 buah. Untuk control

    mutu, setiap 20 bag diambil 1 sampel untuk ditimbang ulang dan diteliti

    jahitannya. Bila hasilnya kurang, maka mesin penimbang diset ulang

    dan mesin jahit diperbaiki atau diperlambat kapasitas jahitnya.

    c. Sistem Pengelolaan Urea Kantong

    Urea yang telah dikemas dalam karung plastic dan dijahit agar kuat

    ketika akan dibawa ke sarana angkutan atau gudang penyimpanan

    dengan belt conveyer. Sarana alat angkut yang tersedia adalah truk.

    Untuk truk digunakan short conveyer sebanyak 4 buah dan

    kapasitas normal rata-rata 1920 bag/jam/conveyer, kemudian conveyer

    2480 VA/VB, bag falttener, lalu ke overhead conveyer.

    Urea kantong yang tidak termuat dalam truk atau kereta api

    disimpan dalam gudang. Kapasitas penyimpanan digudang ini adalah

    25.000 ton urea yang dikemas dalam kantong kantong @50 Kg.

    3.3 Spesifikasi Peralatan Proses

    Berikut ini merupakan peralatan utama proses dan peralatan pendukung

    yang penting dalam proses pembuatan pupuk di PT. Pupuk Kujang:

    3.3.1 Spesifikasi Peralatan Utama

    3.3.1.1 Reaktor Sintesa Urea (DC-101)

    Fungsi : Tempat reaksi antara NH3 dan CO2

    sebagai pembentukan urea

    Tipe : Silinder tegak

    Jumlah : 1 buah

    Ukuran

    - Diameter : 2.170 mm

    - Panjang total : 34.815 mm

    - Tebal shell : 153 mm

    - Tebal head : 125 mm

    - Jumlah tray : 12 buah

    - Jumlah lubang tray 1 3 : 725 buah

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Jawa Barat

    37

    - Jumlah lubang tray 4 8 : 1450 buah

    - Jumlah lubang tray 9 12 : 2175 buah

    - Diameter lubang pada tray : 0,315 inchi

    - Temperatur operasi : 195 oC

    - Temperatur desain : 200 oC

    - Tekanan operasi : 200 kg/cm2G

    - Tekanan desain : 200 kg/cm2G

    - Korosi diperbolehkan : 2,3 mm

    3.3.1.2 High Pressure Decomposer (DA-201)

    Fungsi : Untuk memisahkan kelebihan NH3 dari

    campuran reaksi dan

    mendekomposisikan ammonium

    karbamat menjadi ammonia (NH3) dan

    karbondioksida (CO2)

    Tipe : Silinder vertical

    Jumlah : 1 buah

    Ukuran

    - Diameter top : 3.350 mm

    - Diameter middle : 2.100 mm

    - Diameter bottom : 800 mm

    - Panjang total : 14.212 mm

    Tube side Shell side

    Tekanan intern desain 20,0 kg/cm2 15 kg/cm

    2

    Tekanan ekstern desain 0,175 kg/cm2 0,175 kg/cm

    2

    Temperatur desain 200 oC 220

    oC

    Corrosion allowance 3 mm C.S. 3 mm

    Tekanan operasi 17 kg/cm2 10 kg/cm

    2

    Temperatur operasi 150-165 oC 183

    oC

    Surface area - 203 m

    Insulation 100 mm 100 mm

    Bahan konstruksi Carbon steel

  • Laporan Kerja P