laporan tugas panti jompo

30
1 PENDAHULUAN AGEING Proses menua Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantindes, 1994) Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap hidup manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Orang mati bukan karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu kecacatan. Akan tetapi proses menua dapat menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh dalam nenghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia. Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa. Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapain puncak maupun menurunnya.

Upload: novie-fatma

Post on 27-Dec-2015

156 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

laporan observasi tugas di panti jompo

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tugas Panti Jompo

1

PENDAHULUAN

AGEING

Proses menua

Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua) adalah

suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki

diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantindes, 1994)

Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap hidup

manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Orang mati bukan karena lanjut

usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu kecacatan.

Akan tetapi proses menua dapat menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh dalam

nenghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus

diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia.

Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa. Misalnya

dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh

mati sedikit demi sedikit.

Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seseorang mulai

menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal

pencapain puncak maupun menurunnya.

Page 2: Laporan Tugas Panti Jompo

2

TEORI-TEORI PROSES MENUA

A. TEORI BIOLOGI

1. TEORI SELULER

Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan kebanyakan sel-sel

tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika sebuah sel pada lansia dilepas dari tubuh dan

dibiakkan di laboratorium, lalu diobservasi, jumlah sel-sel yang akan membelah, jumlah sel yang

akan membelah akan terlihat sedikit. (Spence & Masson dalam Waton, 1992). Hal ini akan

memberikan beberapa pengertian terhadap proses penuaan biologis dan menunjukkan bahwa

pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan, sesuai

dengan berkurangnya umur.

Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf, sistem muskuloskeletal dan jantung, sel pada

jaringan dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang karena rusak

atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut beresiko mengalami proses penuaan dan mempunyai

kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali untuk tumbuh dan memperbaiki diri. Ternyata

sepanjang kehidupan ini, sel pada sistem ditubuh kita cenderung mangalami kerusakan dan

akhirnya sel akan mati, dengan konsekuensi yang buruk karena sistem sel tidak dapat diganti.

2. TEORI “GENETIK CLOCK”

Menurut teori ini menua telah diprogram secara genetik untuk species-species tertentu.

Tiap species mempunyai didalam nuclei (inti selnya) suatu jam genetik yang telah diputar

menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi

sel bila tidak berputar, jadi menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita akan meninggal dunia,

meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang katastrofal.

Konsep genetik clock didukung oleh kenyataan bahwa ini merupakan cara menerangkan

mengapa pada beberapa species terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata. (misalnya

manusia; 116 tahun, beruang; 47 tahun, kucing 40 tahun, anjing 27 tahun, sapi 20 tahun) Secara

teoritis dapat dimungkinkan memutar jam ini lagi meski hanya untuk beberapa waktu dengan

Page 3: Laporan Tugas Panti Jompo

3

pangaruh-pengaruh dari luar, berupa peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit atau tindakan-

tindakan tertentu.

Usia harapan hidup tertinggi di dunia terdapat dijepang yaitu pria76 tahun dan wanita 82 tahun

(WHO, 1995)

Pengontrolan genetik umur rupanya dikontrol dalam tingkat seluler, mengenai hal ini Hayflck

(1980) melakukan penelitian melalaui kultur sel ini vitro yang menunjukkan bahwa ada

hubungan antara kamampuan membelah sel dalam kultur dengan umur spesies.

Untuk membuktikan apakan yang mengontrol replikasi tersebut nukleus atau sitoplasma, maka

dilakukan trasplantasi silang dari nukleus.

Dari hasil penelitian tersebut jelas bahwa nukleuslah yang menentukan jumla replikasi,

kemudian menua, dan mati, bukan sitoplasmanya (Suhana, 1994)

3. SINTESIS PROTEIN (kolagen dan elastin)

Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia. Proses

kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada komponen perotein

dalam jaringan tersebut. Pada lansia beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan elastin pada

kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktrur yang berbeda dari protein yang lebih muda.

Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada klulit yang kehilangan

fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal, seiring dengan bertambahnya usia. (Tortora &

anagnostakos, 1990) hal ini dapat lebih mudah dihubungkan dengan perubahan permukaan kulit

yang kehilangan elastisitasnya dan cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan mobilitas dan

kecepatan pada sistem muskuloskeletal.

4. KERACUNAN OKSIGEN

Teori tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel didalam tubuh untuk

mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan kadar yang tinggi, tanpa

mekanisme pertahan diri tertentu.

Page 4: Laporan Tugas Panti Jompo

4

Ketidak mampuan mempertahankan diri dari toksik tersebut membuat struktur membran sel

mangalami perubahan dari rigid, serta terjadi kesalahan genetik. (Tortora & anagnostakos, 1990)

Membran sel tersebut merupakan alat untuk memfasilitasi sel dalam berkomunikasi

dengan lingkungannya yang juga mengontrol proses pengambilan nutrien dengan proses ekskresi

zat toksik didalam tubuh. Fungsi komponen protein pada membran sel yang sangat penting bagi

proses diatas, dipengaruhi oleh rigiditas membran tersebut. Konsekuensi dari kesalahan genetik

adalah adanya penurunan reproduksi sel oleh mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak di

semua jaringan dan organ berkurang. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kerusakan sistem

tubuh.

5. SISTEM IMUN

Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan. Walaupun

demikian, kemunduran kamampuan sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan khususnya sel

darah putih, juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses penuaan.

Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi, dapat menyebabkan

berkurangnya kamampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Jika

mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini akan

dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel yang megalami perubahan tersebut

sebagi sel asing dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya

peristiwa autoimun (Goldstein, 1989)

Hasilnya dapat pula berupa reaksi antigen antibody yang luas mengenai jaringan-jaringan

beraneka ragam, efek menua jadi akan menyebabkan reaksi histoinkomtabilitas pada banyak

jaringan.

Salah satu bukti yang ditemukan ialah bertambahnya prevalensi auto antibodi bermacam-

macam pada orang lanjut usia (Brocklehurst, 1987)

Disisi lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada

proses menua, daya serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga sel kanker leluasa

membelah-belah. Inilah yang menyebabkan kanker yang meningkat sesuai dengan meningkatnya

umur (Suhana, 1994)

Page 5: Laporan Tugas Panti Jompo

5

Teori atau kombinasi teori apapun untuk penuaan biologis dan hasil akhir penuaan, dalam

pengertian biologis yang murni adalah benar. Terdapat perubahan yang progresif dalam

kemampuan tubuh untuk merespons secara adaptif (homeostatis), untuk beradaptasi terhadap

stres biologis. Macam-macam stres dapat mencakup dehidrasi, hipotermi, dan proses penyakit.

(kronik dan akut)

B. TEORI PSIKOLOGIS

1. TEORI PELEPASAN

Teori pelepasan memberikan pandangan bahwa penyesuaian diri lansia merupakan suatu proses

yang secara berangsur-angsur sengaja dilakukan oleh mereka, untuk melepaskan diri dari

masyarakat.

2. TEORI AKTIVITAS

Teori aktivitas berpandangan bahwa walaupun lansia pasti terbebas dari aktivitas, tetapi mereka

secara bertahap mengisi waktu luangnya dengan melakukan aktivitas lain sebagai kompensasi

dan penyusuauian.

ASPEK PSIKOLOGIS AKIBAT LANJUT USIA

Aspek psikologis pada lansia tidak dapat berlangsung tampak. Salah satu pengertian yang

umum tentang lansia adalah bahwa mereka mempunyai kemampuan memori dan kecerdasan

mental yang kurang.

Penelitian tentang kemampuan aspek kognitif dan kemampuan memori pada lansia dalam

kelompok dan kemampuan mereka untuk memcahkan masalah, ternyata tidak mendukung

gambaran diatas. Adalah benar bahwa banyak lansia mempunyai cara berbeda dalam

memecahkan masalah, bahkan mereka dapat melakukannya dengan baik walaupun kondisinya

menurun. Akan tetapi, juga terdapat bukti bahwa lansia mengalami kemunduran mental yang

substansil atau luas.

Page 6: Laporan Tugas Panti Jompo

6

KEPERIBADIAN, INTELEGENSIA, DAN SIKAP

Meskipon sulit untuk mendefenisikan dan mengukur keperibadian, namun upaya ini tetap

dilakukan untuk mengubah sedikit pemikiran tentang lansia. Walaupun mengalami kontroversi,

tes intelegensia dengan jelas memperlihatkan adanya penurunan kecerdasan pada lansia

(Cockburn & Smith, 1991). Hal ini tidak diungkapkan secara signifikan dan bahkan mungkin

tidak berpengaruh secara nyata terhadap kehidupan lansia. Sikapnya tentu berbeda dengan sering

bertentangan dengan sikap generasi yang lebih muda. Semua kelompok lansia sering kali

mempertahankan sikap yang kuat, sehingga sikapnya lebih stabil dan sedikit sulit untuk berubah.

Satu hal pada lansia yang diketahui sedikit berbeda dari orang yang lebih muda yaitu sikap

mereka terhadap kematian. Hal ini menunjukkan bahwa lansia cenderung tidak terlalu takut

terhadap konsep dan realitas kematian. Hal ini mungkin merupakan suatu gambaran adaptif pada

penuaan.

BATASAN LANJUT USIA

Beberapa pendapat mengenai batasan umur lansia. :

MENURUT ORGANISASI KESEHATAN DUNIA

Lanjut usia meliputi:

Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

Lanjut usia (elderly) = antara 60 dan 74 tahun

Lanjut usia tua (old) = antara 75 dan 90 tahun

Usia sangat tua (very old) = diatas 90 tahun

Page 7: Laporan Tugas Panti Jompo

7

MENURUT Prof. Dr. Ny. SUMIATI AHMAD MOHAMMAD

Membagi periodisasi biologis perkembangan manusia sebagai berikut:

0-1 tahun = masa bayi

1-6 tahun = masa prasekolah

6-10 tahun = masa sekolah

10-20 tahun = masa pubertas

40-65 tahun = masa setengah umur (prasenium)

65 tahun keatas = masa lanjut usia ( senium)

MENURUT Dra. Ny. JOS MASDANI (psikolog UI)

Lanut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat

bagian

Fase iuventus, antara 25 sampai 40 tahun

Fase vertilitas, antara 40 sampai 50 tahun

Fase prasenium, antara 55 sampai 65 tahun

Fase senium, 65 tahun hingga tutup usia

MENURUT Prof. Dr. KOESMANTO SETYONEGORO

Pengelompokan lanjut usia sebagai berikut;

Usia dewasa muda (elderly adulhood), 18 atau 29-25 tahun.

Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25-60 tahun atau 65 tahun

Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun

o 70-75 tahun (yaoung old)

o 75-80 tahun (old)

o Lebih dari 80 (very old)

Page 8: Laporan Tugas Panti Jompo

8

MENURUT UU No. 4 Tahun 1965

Dalam pasal 1 dinyatakan sebagai berikut: seorang dapat dikatakan sebagai jompo atau lanjut

usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya

mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang

lain

(sekarang tidak relevan lagi)

MENURUT UU No. 13/Th.1998 tentang kesejahteraan lanjut usia yang berbunyi sebagai

berikut;

BAB 1 Pasal 1 Ayat 2 yang berbunyi:

Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas.

Birren and Jenner (1997) membedakan usia menjadi tiga;

Usia biologis;

Yang menunjuk kepada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada dalam keadaan

hidup dan mati

Usia psikologis

Yang menunjuk pada kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian-

penyesuaian kepada situasi yang dihadapinya.

Usia sosial

Yang menunjuk kepada peran-peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat kepada

seseorang sebungan dengan usianya.

Page 9: Laporan Tugas Panti Jompo

9

PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANJUT USIA

Perubahan-perubahan fisik

I. Sel

1. Lebih sedikit jumlahnya

2. Lebih besar ukurannya

3. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler

4. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, darah, dan hati.

5. Jumlah sel otak menurun.

6. Terganggunya mekanisme perbaikan sel

7. Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%

II. Sistem persarafan

1. Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel otaknya dalam setiap

harinya)

2. Cepatnyan menurun hubungan persarafan

3. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres.

4. Mengecilnya saraf panca indra. Berkurangnya penglihatan, hilangnya

pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap

perubahan suhu dengan rendahnya dengan ketahanan terhadap dingin.

5. Kurang sensitif terhadap sentuhan

III. Sistem pendengaran

1. Presbiakusis (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan (daya)

pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada

yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada

usia diatas 60 tahun

Page 10: Laporan Tugas Panti Jompo

10

2. Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.

3. Terjadi pengumpulan serumen dapat mengeras karena menginkatnya keratin.

4. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan

jiwa/stres.

IV. Sistem penglihatan

1. Sfingter pupil timbul skelerosis dan hilangnya tespon terhadap sinar.

2. Kornea lebih berbentuk sferis (bola)

3. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas menyebabkan

gangguan penglihatan.

4. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih

lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap

5. Hilangny daya akomodasi

6. Menurunnya lapangan pandang; berkurang luas pandangannya.

7. Berkurangnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.

V. Sistem kardiovaskuler

1. Elastisitas dinding aorta menurun

2. Katup jantung menebal dan menjadi kaku

3. Kemampuan jantung untuk memompa menurun 1% setiap tahun sesudah berumut

20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

4. Kehilangan elatisitas pembuluh darah; kurang efektifitas pembuluh darah perifer

untuk oksigenisasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa

menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (menyebabkan pusing

mendadak)

Page 11: Laporan Tugas Panti Jompo

11

5. Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh

darah perifer; sistolis normal 170 mmHg, diastolis normal 90 mmHg.

VI. Sistem pengtaturan temperatur tubuh

Pada sistem pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu termostat, yaitu

menetapkan suatu suhu tertntu, kemunduran terjadi sebagai faktor yang mempengaruhinya.

Yang sering ditemui antara lain;

1. Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik 35o ini akibat

metabolisme yang menurun

2. Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak

sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.

VII. Sistem respirasi

1. Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku

2. Menurunnya aktivitas dari silia

3. Paru-paru kehilangan aktivitas; kapasitas residu meningkat, menarik nafas

menjadi berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas

menurun

4. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang

5. O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.

6. CO2 pada arteri tidak berganti

7. Kemampuan untuk batuk berkurang

8. Kemampuan pegas, dinding, dada, dan kekuatan otot pernapasan akan menurun

seiring degan bertambahnya usia.

Page 12: Laporan Tugas Panti Jompo

12

VIII. Sistem gastrointestinal

1. Kehilangan gigi; penyebab utama adalah Periodental disease yang bisa terjadi

setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi

yang buruk.

2. Indera pengecap menurun; adanya iritasi yang kronis, dari selaput lendir, atropi

indera pengecap (80%), hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap di lidah

terutama rasa tentang rasa asin, asam, dan pahit.

3. Eofagus melebar

4. Lambung, rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam labung menurun,

waktu mengosongkan menurun.

5. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi

6. Fungsi absobsi melemah (daya absobsi terganggu)

7. Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya

aliran darah.

IX. Sistem reproduksi

1. Menciutnya ovari dan uterus

2. Atrofi payudara

3. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatosoa, meskipun adanya

penurunan secara beransur-ansur

4. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (asal kondisi keksehatan

baik), yaitu;

Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia

Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan kemampuan

seksual

Tidak perlu cemas karena merupakan perubahan alami

Page 13: Laporan Tugas Panti Jompo

13

5. Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi

berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali, dan terjadi perubahan-perubahan warna.

X. Sistem genito urinaria

1. Ginjal, merupaan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui urine

darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan unit terkecil dari ginjal yang

disebut nefron (tepatnya di glumerulus, kemudia mengecil dan nefron menjadi

atrofi. Aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%. Fungsi tubulus berkurang

akibatnya; kurang kemapuan mengkonsentrasi urine, berat jenis urine menurun,

proten uria.

2. Vesika urinaria (kandung kemih); otot-ototnya menjadi lemah, kapasitasnya

menurun sampai 200ml atau menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat.

Vesika urinari susah dikosongkan sehingga meningkatkan retensi urine.

3. Pembesaran prostat kurang lebih 75% dialami oleh pria usia di atas 65 tahun

4. Atrofi vulva

XI. Sistem endokrin

1. Produksi hampir semua hormon menurun

2. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah

3. Pituitari; hormon pertumbuhan ada tetapi lebih rendah tetapi rendah dan hanya

dalam pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH, LH.

4. Menurunnya aktifitas tiroid, BMR menurun.

XII. Sistem kulit

1. Kulit mengerut atau keriput akibat kahilangan jaringan lemak

Page 14: Laporan Tugas Panti Jompo

14

2. Kulit kasar dan bersisik,

3. Mekanisme proteksi kulit menurun

Produksi serum menurun

Gangguan pigmentasi kulit

4. Kulit kepala dan rambut menipis

5. Kelenjar keringat berkurang jumlahnya

XIII. Sistem muskuloskeletal

1. Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh

2. Kifosis

3. Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek

4. Persendian membesar dan menjadi pendek

5. Tendon mengerut dan mengalami skelrosis

XIV. Perubahan mental

1. Faktor yang mempengaruhi perubahan mental

Perubahan fisik, organ perasa

Kesehatan umum

Tingkat pendidikan

Keturunan

Lingkungan

2. Momory: jangka panjang (*berhari-hari yang lalu) mencakup beberapa

perubahan. Kenangan jangka pendek (0-10 menit) kenangan buruk

3. Intelegency; tidak berubah dengan informasi matematik dan perkataan verbal.

4. Berkurangnya keterampilan psikomotor.

Page 15: Laporan Tugas Panti Jompo

15

XV. Perubahan psikososial:

Ada 4 ciri yang dapat dikategorikan sebagai pasien Geriatri dan Psikogeriatri, yaitu :

Keterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin meningkatnya usia

Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit degeneratif

Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila : a) Ketergantungan pada

orang lain (sangat memerlukan pelayanan orang lain), b) Mengisolasi diri atau menarik

diri dari kegiatan kemasyarakatan karena berbagai sebab, diantaranya setelah menajalani

masa pensiun, setelah sakit cukup berat dan lama, setelah kematian pasangan hidup dan

lain-lain.

Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan (homeostasis) sehingga

membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif terutama aspek

psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif, apatis dsb. Hal itu biasanya

bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling berat, misalnya kematian pasangan

hidup, kematian sanak keluarga dekat, terpaksa berurusan dengan penegak hukum, atau trauma

psikis.

Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia. Faktor-

faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati hari tua

mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat

mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut:

1. Penurunan Kondisi Fisik

Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi

fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang,

enerji menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara

umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan

secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi

fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan

Page 16: Laporan Tugas Panti Jompo

16

ketergantungan kepada orang lain. Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga

kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan

kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk

mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya. Seorang lansia harus mampu

mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara

seimbang.

2. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual

Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan

berbagai gangguan fisik seperti :

1. Gangguan jantung

2. Gangguan metabolisme, misal diabetes mellitus

3. Vaginitis

4. Baru selesai operasi : misalnya prostatektomi

5. Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat

kurang

6. Penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid,

tranquilizer, serta

7. Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :

· Rasa prejudice atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia

· Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh

tradisi dan budaya

Page 17: Laporan Tugas Panti Jompo

17

· Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya

· Pasangan hidup telah meninggal

Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya

misalnya cemas, depresi, pikun dsb.

3. Perubahan Aspek Psikososial

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan

fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,

pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan

perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi

hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,

koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan. Dengan adanya

penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial

yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat

dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut:

· Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini

tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.

· Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada

kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia

tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya

· Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya

sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu

harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup

meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika

tidak segera bangkit dari kedukaannya.

· Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah

memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan

Page 18: Laporan Tugas Panti Jompo

18

yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan

kondisi ekonominya menjadi morat-marit.

Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya

terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung

membuat susah dirinya.

4. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan

Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan saint

pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun

dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai

kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, position dan harga diri.

Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model

kepribadiannya seperti yang telah diuraikan pada point tiga di atas.

5. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat

Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan

sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia.

Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur

dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah

dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih

sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi

akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang terus

muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan

barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain

sehingga perilakunya seperti anak kecil.

Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang memiliki

keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung karena anggota

keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu

memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak

Page 19: Laporan Tugas Panti Jompo

19

punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun

tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri,

seringkali menjadi terlantar. Disinilah pentingnya adanya Panti Werdha sebagai tempat untuk

pemeliharaan dan perawatan bagi lansia di samping sebagai long stay rehabilitation yang tetap

memelihara kehidupan bermasyarakat. Disisi lain perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat

bahwa hidup dan kehidupan dalam lingkungan sosial Panti Werdha adalah lebih baik dari pada

hidup sendirian dalam masyarakat sebagai seorang lansia.

REKAM MEDIK PASIEN DI PANTAI JOMPO (kelompok 1)

Nama : M.Yatim Mahmud

Umur : 81 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

TTL : Ds.Doe (Ulee Kareng ),1930

Pekerjaan : Tentara Th.1945-1948,Atlet 1952,Tukang bangunan

ANAMNESIS

Keluhan Utama : Sakit pada sendi lutut kaki kanan

RPS : Sakit ini sejak 6 bulan yang lalu dimulai dikaki kanan dan nyeri menjalar

diseluruh tubuh, sering kepanasan dimalam hari,inkontenesia

urin,hipertensi,penglihatan kabur

RPD : Malaria,Muntah Darah,Diare,trauma pada kaki

RPK : Diabetes(-) Hipertensi (-)

RKS : Merokok berhenti sejak th 1980, minum kopi (-),sosial community baik

Page 20: Laporan Tugas Panti Jompo

20

Riwayat Konsumsi Obat : Sejak 6 bulan lalu mengkonsumsi

Triamcinolone,Diclofenac Sodium,Vitamin B

MINIMENTAL STATE EXAM : Gangguan pada alat gerak seperti menulis namun ingatan

masih baik

UP AND DOWN TEST : Gangguan motorik memerlukan bantuan tongkat

AKTIFITAS SEHARI-HARI : Tidak mandiri membutuhkan bantuan

KEADAAN UMUM : Tidak tampak sakit,compos mentis,TD= 140/70 Nadi=

80x/menit

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN DAN KESESUAIAN

DENGAN TEORI (kelompok 1)

A. RIWAYAT PENYAKIT PASIEN YANG DIKUNJUNGI

Tn.Mahmud mempunyai keluhan nyeri pada tulang lutut sebelah kanan yang kemudian

menjalar keseluruh tubuh, sakit telah dirasakan sejak 6 bulan yang lalu. sering kepanasan

dimalam hari,buang air kecil lebih dari 5 kali terlebih pada malam hari,riwayat

hipertensi,penglihatan kabur,beberapa hari yang lalu diare setelah makan-makanan asam,pernah

muntah darah sewaktu muda,riwayat malaria dan trauma pada kaki, Dikeluarga tidak ada

penyakit diabetes atau hipertensi.

B. FAKTOR RESIKO YANG TERDAPAT PADA PASIEN

Faktor resiko oleh karena trauma yang dialami Tn.Mahmud ketika muda menyebabkan

sakit pada sendi lutut. Namun untuk riwayat merokok mungkin berakibat pada paru-paru namun

pasien tidak ada keluhan demikian. Usia lanjut juga sebagai predisposisi terjadinya suatu

penyakit akibat penurunan fungsional tubuh oleh proses menua.

Page 21: Laporan Tugas Panti Jompo

21

C. RIWAYAT PENGOBATAN DAN RESPON PENGOBATAN

Riwayat pemakaian obat telah dijalani selama 6 bulan berikut obat-obatnya :

1. Omenacort ( Triamcinolone 4mg)

Cara kerja obat : triamcinolone mempunyai efek antiinflamasi dan pembentukan glikogen yang

lebih besar dan berkurangnya efek samping retensi garam dalam cairan tubuh.

Indikasi : Penyakit Reumatik ( arthritis reumatoid,arthritis gout akut),penyakit hormon

(insufisiensi adrenokortikal), penyakit kolagen (lupus,acute rhematic carditis), penyakit

kulit,alergi,mata,saluran pernafasan,hematologi,penyakit saluran pencernaan.

Kontraindikasi : pada penderita TB aktif/laten,psikosis akut,infeksi jamur sistemik

Efek samping : ulkus peptik,fraktur spontan,berkeringat,vertigo,sakit kepala,esofagitis ulseratif

dan meningkat jika pemakaian obat jangka panjang.

2. Divoltat ( Diclovenac sodium)

Cara kerja :

Diklofenak adalah turunan asam fenilasetat sederhana yang merupakan penghambat

siklooksigenase yang kuat dengan efek anti-inflamasi, analgesic dan antipiretik. Obat ini cepat

diabsorbsi setelah pemberian oral dan mempunyai waktu paruh pendek.

Page 22: Laporan Tugas Panti Jompo

22

Indikasi :

Pemberian untuk kondisi peradangan kronik seperti arthritis rheumatoid dan osteoarthritis serta

pengobatan nyeri otot rangka akut.

Efek samping :

Kira-kira 20 % penderita distres saluran cerna,perdarahan saluran cerna dan tukak lambung.

3. Neurodex ( Vit B)

KOMPOSISI : vitamin B1 100mg, Vitamin B6 200mg,vitamin B12 250mcg

Indikasi : anemia,penambah tenaga untuk masa penyembuhan,lelah dan usia lanjut.

Vitamin B12 penting untuk menjaga sistem saraf tetap sehat dan memperlancar produksi DNA.

Vitamin B12 juga membantu mengatur pembentukan sel darah merah dalam tubuh.Manfaat lain

dari vitamin B12 termasuk perannya dalam menjaga dan meningkatkan energi dalam tubuh.

Notebook : selama pengobatan Tn.Mahmud merasakan adanya perbaikan dari gejala namun

perlu dipahami bahwa makanan harus terjaga agar tidak mengalami gangguan pencernaan sebab

pada obat ada efek samping terhadap lambung,sehingga makanan tidak boleh asam,pedas dan

keteraturan dalam makan.

D. MASALAH-MASALAH LAIN TERKAIT SOSIAL,EKONOMI DAN BUDAYA

Tidak ada masalah lain dalam hal ini, hubungan sosial Tn.Mahmud sangat baik.

E. KETERKAITAN HASIL OBSERVASI DENGAN MASALAH PASIEN

Berdasarkan observasi permasalahan yang sangat dirasakan adalah nyeri sendi lutut pada

pasien sehingga untuk berjalan pasien membutuhkan bantuan, nyeri ini dapat diakibatkan oleh

proses penuaan dimana penipisan tulang rawan sendi dan riwayat trauma pada pasien. Namun

untuk kognitif pasien sangat baik.

Pasien megeluh kadang mengalami hipertensi dimana jika proses penuaan Elastisitas

dinding aorta menurun,Katub jantung menebal dan menjadi kaku,Kemampuan jantung

memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kemampuan jantung

memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.Kehilangan

Page 23: Laporan Tugas Panti Jompo

23

elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer

untuk oksigenasi,Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

Namun,setelah dilakukan pemeriksaan oleh kami.kami menemukan Tekanan Darah

140/70 mmHg adalah normal seperti pernyataan Smeltzer tahun 2001 bahwa Pada populasi

lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90

mmHg.

Pada proses berkemih yang sering bias disebabkan oleh berbagai faktor yaitu :

1. Cuaca

2. Proses penuaan dimana Jumlah nefron berkurang disertai perubahan fungsi tubuler dan

Tekanan dinding atau kapasitas kandung kemih dan tegangan spingter berkurang.

3. Terkait dengan penyakit yang diderita atau konsumsi obat-obatan yang proses berkemih

ini akan membaik jika obat dihentikan atau penyakit akut telah sembuh.

4. Banyaknya intake cairan

Untuk keluhan penglihatan kabur akibat proses penuaan dimana terjadi perubahan

struktur retina, pupil, lensa dan kornea. Retina akan kehilangan sel-selnya. Kemampuan

penglihatan berkurang akibat berkurangnya elastisitas lensa, astigmatisma (tidak terpusatnya

cahaya pada satu titik retina ).

Perubahan pada system penglihatan secara klinis dimanifestasikan oleh adanya :

1)Penurunan kekuatan otot mata untuk berakomodasi.

2)Kulit kelopak mata mengendur, jaringan lunak berkurang, sehingga mata menjadi cekung.

3)Kelopak mata jauh dari permukaan bola mata sehingga mata tampak berair.

4)Selaput mata keruh, pinggir kornea bergaris putih,pupil kecil sehingga penglihatan menjadi

tidak terang.

Pada lansia juga terjadi perubahan kemampuan mencerna sehingga meningkatkan sisa zat

makanan sehingga produksi gas meningkat, motilitas usus dan peristaltik menurun. Sehingga

lansia harus menjaga pola makan dan menghindari makanan pedas dan asam.

Page 24: Laporan Tugas Panti Jompo

24

REKAM MEDIK PASIEN DI PANTAI JOMPO (kelompok 2)

DATA PASIEN (kelompok 2)

Nama : Abu Bakar Ismail

Umur : 82 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat Dulu : Pesantren Bireun

Lama di paijo : 2 bulan

Agama : islam

Interaksi social :

- Bagus, sering keluar bilik untuk bermain-main, jalan-jalan.

- Shalat berjama’ah di paijo

- Banyak melakukan kegiatan

- Sering di adakan rekreasi

- Sering diadakan penyuluhan dip anti, minimal sekali dalam seminggu

Personal Hygen :

- Mandi ehari tiga kali ( bias di lakukan sendiri )

- Sikat gigi rutin setiap hari

Riwayat aktivitas sehari-hari :

- Makan rutin sehari tiga kali, bias dilakukan sendiri. Sering diberikan sayur-sayuran,

namun mengkonsumsi buah-buahan jarang

- Sering mengkonsumsi kopi dan teh manis di pagi hari

- Sudah tidak merokok semenjak 10 tahun yang lalu

- Bias memakai pakaian sendiri

Page 25: Laporan Tugas Panti Jompo

25

- Tidak sanggup lagi mengangkat barang-barang berat

- Sering susah tidur di malam hari

- BAB dan BAK masih lancer

Keluhan kesehatan :

- Susah berbicara ( sedikit gagap ) sudah semenjak 4 tahun yang lalu

- Mata pasien sebelah kanan kabur, mata sebelah kiri masih bagus karena sudah pernah

dioperasi di Banda Aceh 2 tahun yang lalu

- Mudah lupa semenjak 1 tahun yang lalu

- Menkonsumsi obat generic (captopril ), dan rutin consult ke dokter dua kali dalam

seminggu. Namun, obat tersebut untuk saat ini tidak diizinkan konsumsi lagi oleh

dokter.

- Sesak napas (-)

- Insomnia (-)

- Kepala sering terasa pusing

- Badan gemetar setelah minum kopi

- Merasa kebas sebelah badan yang sisi kiri, mulai dari tangan sampai kaki

- Berjalan kadang-kadang menggunakan tongkat

- Disorientasi waktu dan tempat

Vital sign :

- Tekanan Darah : 140/80mmHg dulu pernah 155mmHg

- Nadi : 62x/menit

Up and Down Test : pasien berjalan sejauh 3 meter lebih dari 10 detik

Keterkaitan hasil wawancara dengan keluhan yang dialami oleh pasien :

- Pasien menderita hipertensi, dengan riwayat minum kop rutin setiap hari

- Pasien sering merasa pusing kemungkina bias disebabkan oleh tekanan darahnya

yang tinggi

- Mata kanan pasien kabur kemungkinan akibat usia yang semakin tua

Page 26: Laporan Tugas Panti Jompo

26

- Hasil up and down test lebih dari 10 detik kemugkinan disebabkan oleh keluhan

pasien yang merasa kebas di bagian tubuhnya sisi kiri mulai tangan sampai kaki,

sehingga pasien kadang-kadang harus dibantu dengan tongkat saat berjalan

- Pasien sering sekali mudah lupa kemungkinan karena usia yang semakin menua

- Terjadi disorientasi waktu dan tempat pada pasien kemungkinan ada kaitan dengan

demensia yang dialami pasien.

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN DAN KESESUAIAN

DENGAN TEORI (kelompok 2)

F. RIWAYAT PENYAKIT PASIEN YANG DIKUNJUNGI

Pasien menderita hipertensi dengan tekanan darah 140/80mmHg, dan dulu pernah

155mmHg. Pasien juga sering mengalami pusing dan gemetar setelah mengkonsumsi kopi tapi

pasien tidak merasa sesak napas dengan hasil pemeriksaan nadinya 62x/menit, masih dalam

batas normal. Pasien sulit dalam berbicara sudah semenjak dari 4 tahun yang lalu. Pasien

mengeluh mata kanannya tidak bisa melihat algi, sedangkan mata kirinya masih bisa melihat

setelah dioperasi 2 tahun yang lalu. Selain itu, pasien juga mengeluh kebas sebelah badan sisi

kirinya, mulai dari tangan sampai ke kaki kirinya. Sehingga pasien kadang-kadang

kesehariannya harus memakai tongkat saat berjalan dan saat dilakukan tes up and down, hasil

yang didapatkan abnormal. Pasien juga mengeluh sering dan mudah lupa semenjak 1 tahun yang

lalu, disorientasi waktu dan tempat, serta juga mengeluh susah tidur di malam hari.

G. RIWAYAT KEBIASAAN PASIEN SEHARI-HARI

Pasien mempunyai riwayat personal hygen yang baik. Pasien rutin mandi tiga kali sehari

dan menggosok gigi juga teratur. Pasien masih bisa melakukan semua aktivitas sendiri seperti

mandi, makan rutin tiga kali dalam sehari, memakai pakaian, ke toilet. Namun, pasien hanya

tidak sanggup lagi mengankat barang-barang yang berat seperti kursi. Pasien tidak ada kendala

dalam buang air besar dan kecil. Pasien sudah tidak merokok sejak sekitar 10 tahun yang lalu.

Page 27: Laporan Tugas Panti Jompo

27

Pasien sering menkonsumsi kopi dan teh manis di pagi hari. Namun, pasien jarang menkonsumsi

buah-buahan, sedangkan sayur ada kadang-kadang.

H. FAKTOR RESIKO YANG TERDAPAT PADA PASIEN

Usia pasien sudah sangat tua, yaitu 82 tahun danSering mengkonsumsi kopi

I. RIWAYAT PENGOBATAN DAN RESPON PENGOBATAN

Pasien mengkonsumsi obat generik, Captopril dan member respon baik terhadap pasien

sehingga pasien menjadi lebih baikan. namun, sekarang obat tersebut sudah tidak diizinkan lagi

untuk dikonsumsi oleh dokter. Pasien pun rutin konsultasi dengan dokter dua minggu sekali.

J. MASALAH-MASALAH LAIN TERKAIT SOSIAL,EKONOMI DAN BUDAYA

Interaksi sosial pasien dengan orang-orang di lingkungan sekitar sangat baik. Pasien

sering keluar untuk jalan-jalan dan bermain serta melakukan banyak kegiatan. Pasien pun sering

shalat berjama’ah di panti bersama teman-temannya yang lain. Di panti tersebut pun sering

dilakukan penyuluhan setiap minggunya. Pasien mengaku tidak ada masalah apapun di panti

jompo itu, malah ia merasa lebih nyaman di sana. Pasien memiliki anak di banda aceh dan

kadang-kadang ada di jenguk oleh anaknya. Petugas-petugas di panti jompo itupun sangat peduli

terhadap kesejahteraan hidup pasien. Pasien-pasien di panti juga sering dibawa pergi berpiknik

ke tempat-tempat yang indah sehingga bisa membuat pasien merasa tidak bosan dan suntuk.

K. KETERKAITAN HASIL OBSERVASI DENGAN MASALAH PASIEN

Berdasarkan observasi permasalahan Pasien menderita hipertensi, dengan riwayat minum

kop rutin setiap hari, Pasien sering merasa pusing kemungkina biasA disebabkan oleh tekanan

darahnya yang tinggi, Mata kanan pasien kabur kemungkinan akibat usia yang semakin tua,

Hasil up and down test lebih dari 10 detik kemugkinan disebabkan oleh keluhan pasien yang

merasa kebas di bagian tubuhnya sisi kiri mulai tangan sampai kaki, sehingga pasien kadang-

Page 28: Laporan Tugas Panti Jompo

28

kadang harus dibantu dengan tongkat saat berjalan, Pasien sering sekali mudah lupa

kemungkinan karena usia yang semakin menua

`Terjadi disorientasi waktu dan tempat pada pasien kemungkinan ada kaitan dengan

demensia yang dialami pasien.

EVALUASI

A. Hal-hal positif dan menyenangkan yang didapatkan selama kunjungan

Alhamdullilah semua berjalan baik, disambut baik oleh petugas serta ibu bapak disana dan

sangat kooperatif ketika menjawab anamnesa.

B. Hal-hal negative selama kunjungan

Kami tidak menemukan hal-hal negative ketika kunjungan berlangsung.

Page 29: Laporan Tugas Panti Jompo

29

DAFTAR PUSTAKA

Stanley, Mickey. Beare, Patricia. 2002. Buku Ajar Keperawaan Gerontik ed. 2. Jakarta : EGC

Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC

Gallo, J. Joseph. 1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta : EGC

Rudolph, Hoffman Rudolph. 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph Vol. 1 Edisi 20. Jakarta:EGC

Mubarak, Wahit Iqbal, SKM, dkk. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta :

CV. SAGUNG SETO.

Watson, Roger. 2003. Perawatan pada Lansia. Jakarta : EGC.

Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :

Salemba Medika.

Smeltzer, S.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth. Volume 2 Edisi 8.

Jakarta : EGC.

Katzung.2009.Farmakologi Dasar Dan Klinik edisi VI.Jakarta: EGC

Sylvia A. Price, Lorraine Mc Carty Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit. Jakarta :EGC

Page 30: Laporan Tugas Panti Jompo

30