laporan tes tubex

19
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini, untuk menegakkan diagnosis definitif demam tifoid tetap dibutuhkan isolasi organisme dari spesimen darah atau sumsum tulang penderita. Hal ini dikarenakan kasus karier tifoid dapat memberikan hasil positif palsu. Pada pasien yang belum diobati, kultur darah menunjukkan hasil positif pada 40-60% kasus, terutama jika kultur dilakukan pada awal perjalanan penyakit. Kultur dari sediaan sumsum tulang menunjukkan hasil positif yang lebih tinggi, mencapai 90%. Pemberian antibiotika sebelum pengambilan spesimen tidak mempengaruhi sensitivitas pemeriksaan kultur sumsum tulang. Untuk mendapatkan hasil yang baik, faktor terpenting yang memengaruhi sensitivitas pemeriksaan kultur darah adalah jumlah spesimen darah. Pada pasien dewasa, dibutuhkan sejumlah 10-15 ml darah, sedangkan pada pasien anak hanya dibutuhkan 2-4 ml darah karena derajat bakteremia yang lebih tinggi pada pasien anak. Uji Tubex merupakan pemeriksaan yang mudah dilakukan dan hanya membutuhkan waktu singkat untuk dilakukan (kurang lebih 5 menit). Untuk meningkatkan spesivisitas, pemeriksaan ini menggunakan anti¬gen O9 yang hanya ditemukan pada Salmonellae serogroup D dan tidak pada mikroorganisme lain. Antigen yang menyerupai ditemukan pula pada Trichinella spiralis tetapi antibodi terhadap kedua jenis antigen ini tidak bereaksi silang satu dengan yang lain. Hasil positif uji Tubex ini menunjukkan terdapat infeksi Salmonellae serogroup D walau tidak secara spesifik menunjuk pada S. typhi. Infeksi oleh S. paratyphi akan memberikan hasil negatif. Secara imunologi, antigen O9 bersifat imunodominan. Antigen ini dapat merangsang respons imun secara independen terhadap timus, pada bayi, dan merangsang mitosis sel B tanpa bantuan dari sel T. Karena sifat-sifat ini, respon

Upload: dias-jameela

Post on 19-Jan-2016

905 views

Category:

Documents


41 download

DESCRIPTION

Laporan Tes Tubex

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tes Tubex

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sampai saat ini, untuk menegakkan diagnosis definitif demam tifoid tetap

dibutuhkan isolasi organisme dari spesimen darah atau sumsum tulang penderita.

Hal ini dikarenakan kasus karier tifoid dapat memberikan hasil positif palsu. Pada

pasien yang belum diobati, kultur darah menunjukkan hasil positif pada 40-60%

kasus, terutama jika kultur dilakukan pada awal perjalanan penyakit. Kultur dari

sediaan sumsum tulang menunjukkan hasil positif yang lebih tinggi, mencapai

90%. Pemberian antibiotika sebelum pengambilan spesimen tidak mempengaruhi

sensitivitas pemeriksaan kultur sumsum tulang.

Untuk mendapatkan hasil yang baik, faktor terpenting yang memengaruhi

sensitivitas pemeriksaan kultur darah adalah jumlah spesimen darah. Pada pasien

dewasa, dibutuhkan sejumlah 10-15 ml darah, sedangkan pada pasien anak hanya

dibutuhkan 2-4 ml darah karena derajat bakteremia yang lebih tinggi pada pasien

anak.

Uji Tubex merupakan pemeriksaan yang mudah dilakukan dan hanya

membutuhkan waktu singkat untuk dilakukan (kurang lebih 5 menit). Untuk

meningkatkan spesivisitas, pemeriksaan ini menggunakan anti¬gen O9 yang

hanya ditemukan pada Salmonellae serogroup D dan tidak pada mikroorganisme

lain. Antigen yang menyerupai ditemukan pula pada Trichinella spiralis tetapi

antibodi terhadap kedua jenis antigen ini tidak bereaksi silang satu dengan yang

lain. Hasil positif uji Tubex ini menunjukkan terdapat infeksi Salmonellae

serogroup D walau tidak secara spesifik menunjuk pada S. typhi. Infeksi oleh S.

paratyphi akan memberikan hasil negatif.

Secara imunologi, antigen O9 bersifat imunodominan. Antigen ini dapat

merangsang respons imun secara independen terhadap timus, pada bayi, dan

merangsang mitosis sel B tanpa bantuan dari sel T. Karena sifat-sifat ini, respon

Page 2: Laporan Tes Tubex

terhadap antigen O9 berlangsung cepat sehingga deteksi terhadap anti-O9 dapat

dilakukan lebih dini, yaitu pada hari ke 4-5 untuk infeksi primer dan hari ke 2-3

untuk infeksi sekunder. Uji Tubex hanya dapat mendeteksi IgM dan tidak dapat

mendeteksi IgG sehingga tidak dapat dipergunakan sebagai modalitas untuk

mendeteksi infeksi lampau.

Oleh karena itu laporan ini disusun guna membahas praktikum tentang tes

Tubex dengan tujuan dapat mengetahui teknik tes Tubex dan tingkat infeksi

bakteri Salmonella typhi pada serum penderita demam tifoid.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari percobaan tersebut yaitu:

1. Untuk mengetahui teknik test Tubex

2. Untuk mengetahui tingkat infeksi Salmonella typhi pada serum penderita

demam tifoid

C. Manfaat

Adapun manfaat dari percobaan tersebut yaitu kita dapat mengetahui teknik

test Tubex dan mengetahui bahwa test Tubex lebih spesifik, lebih sensitive, dan

lebih praktis untuk deteksi dini infeksi akibat kuman Salmonella typhi.

Page 3: Laporan Tes Tubex

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala

demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan

dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Penyakit ini disebabkan oleh Salmonella

typhosa dan hanya didapatkan pada manusia. Penularan penyakit ini hampir selalu

terjadi melalui makanan dan minuman terkontaminasi. Sampai saat ini demam tifoid

masih merupakan masalah kesehatan, hal ini disebabkan oleh karena kesehatan

lingkungan yang kurang memadai, penyediaan air minum yang tidak memenuhi

syarat, tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan masyarakat (Anonim, 2011)

1. Patogenesis

Salmonella typhi adalah bakteri gram negative, termasuk keluarga

Enterobacteriaceae. Bakteri ini memiliki antigen 09 dan 012 LPS, antigen protein

flagelar Hd dan antigen kapsular Vi. Di Indonesia beberapa isolat memilki jenis

flagella yang unik yaitu Hj.

Seseorang terinfeksi Salmonella typhi melalui makanan atau minuman yang

terkontaminasi bakteri tersebut. Waktu inkubasi sangat tergantung pada kuantitas

bakteri dan juga host factors. Waktu inkubasi umumnya berkisar antara 3 hari

sampai > 60 hari.

Organisme yang masuk ke dalam tubuh akan melewati pylorus dan

mencapai usus kecil. Organisme secara cepat berpenetrasi ke dalam epitel mukosa

melalui sel-sel microfold atau enterocytes dan mecapai lamina propia, di mana

secara cepat ditelan oleh makrofag. Beberapa bakteri masih berada di dalam

makrofag jaringan limfoid usus kecil. Beberapa mikroorganisme melewati sel-sel

retikuloendotelial hati dan limpa. Salmonella typhi dapat bertahan dan

bermultiplikasi dalam sel-sel fagosit mononuclear folikel-folikel limfoid, hati dan

limpa.

Page 4: Laporan Tes Tubex

Pada fase bakteremia, organisme menyebar ke seluruh bagian tubuh. Tempat

yang paling banyak untuk infeksi sekunder adalah hati, sumsum tulang, empedu

dan Peyer's Patches dari terminal ileum. Invasi empedu terjadi secara langsund

dari darah atau oleh penyebaran retrograde dari bile. Organisme diekskresikan ke

dalam empedu (melalui reinvasi dinding intestinal) atau ke dalam feses.

Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat keparahan dan outcome klinis demam

tifoid. Faktor-faktor tersebut adalah lamanya sakit sebelum memperoleh terapi

yang sesuai, pilihan antimikroba yang digunakan, paparan sebelumnya/riwayat

vaksinasi, virulensi strain bakteri, kuantitas inokulum yang tertelan, host factors

(tipe HLA, keadaan imunosupresi, dan pengobatan lain seperti H2 blockers atau

antasida yang mengurangi asam lambung).

2. Diagnosis

Tidak adanya gejala-gejala atau tanda yang spesifik untuk demam tifoid,

membuat diagnosis klinik demam tifoid menjadi cukup sulit. Di daerah endemis,

demam lebih dari 1 minggu yang tidak diketahui penyebabnya harus

dipertimbangkan sebagai tifoid sampai terbukti apa penyebabnya. Diagnosis pasti

demam tifoid adalah dengan isolasi/kultur Salmonella typhi dari darah, sumsum

tulang, atau lesi anatomis yang spesifik. Adanya gejala klinik yang karakteristik

demam tifoid atau deteksi respon antibody yang spesifik hanya menunjukkan

dugaan demam tifoid tetapi tidak defenitif/pasti. Beberapa pemeriksaan yang dapat

dilakukan untuk diagnosis demam tifoid yaitu (2,3) :

a. Kultur

1. Kultur Aspirasi Sumsum Tulang

Kultur aspirasi sumsum tulang merupakan gold standard untuk

diagnosis pasti demam tifoid. Kultur aspirasi sumsum tulang tepat untuk

pasien yang sebelumnya telah diobati, long history of illness dan hasil kultur

darah negatif. Kultur sumsum tulang positif pada 80-95% pasien demam

tifoid bahkan pada pasien-pasien yang telah menerima antibiotik selama

beberapa hari.

Page 5: Laporan Tes Tubex

2. Kultur Feses

Kultur feses dapat dilakukan untuk isolasi Salmonella typhi dan

khususnya bermanfaat untuk diagnosis carrier tifoid. Isolasi Salmonella typhi

dari feses adalah sugestif demam tifoid.

3. Kultur Darah

Kultur darah positif pada 60-80% pasien tifoid. Sensitivitas kultur darah

lebih tinggi pada minggu pertama sakit dan sensitivitasnya meningkat sesuai

dengan volume darah yang dikultur dan rasio darah terhadap broth.

Sensitivitas kultur darah dapat menurun karena penggunaan antibiotik

sebelum dilakukan isolasi, namun hal ini dapat diminimalisasi dengan

menggunakan sistem kultur darah otomatis seperti BacT Alert, Bactec 9050

dengan menggunakan media kultur (botol kultur) yang dilengkapi dengan

resin untuk mengikat antibiotik.

Beberapa penyebab kegagalan dalam mengisolasi kuman Salmonella

typhi adalah :

1. Keterbatasan media di laboratorium

2. Konsumsi antibiotic

3. Volume spesimen yang dikultur

4. Waktu pengambilan sampel (positivitas tertinggi adalah demam 7-10

hari).

b. Pemerikasaan Serologi

Demam tifoid menginduksi respon imun humoral baik sistemik maupun

lokal tetapi respon imun ini tidak dapat memproteksi dengan lengkap terhadap

kekambuhan dan reinfeksi. Beberapa pemeriksaan serologi diantaranya:

1. Widal

Peran widal dalam diagnosis demam tifoid sampai saat ini masih

kontroversial karena sensitivitas, spesifisitas dan nilai ramalnya sangat

bervariasi tergantung daerah geografis. Pemeriksaan widal mendeteksi

antibodi aglutinasi terhadap antigen 0 dan H. Biasanya antibodi 0 muncul

Page 6: Laporan Tes Tubex

pada hari ke 6-8 dan H pada hari 10-12 setelah onset penyakit. Pemeriksaan

pada fase akut harus disertai dengan pemeriksaan kedua pada masa

konvalesens. Hasil negatif palsu pemeriksaan widal bisa mencapai 30%. Hal

ini disebabkan karena pengaruh terapi antibiotik sebelumnya. Spesifisitas

pemeriksaan widal kurang begitu baik karena serotype Salmonella yang lain

juga memiliki antigen 0 dan H. Epitop Salmonella typhi juga bereaksi silang

dengan enterobacteriaceae lain sehingga menyebabkan hasil positif palsu.

Hasil positif palsu juga dapat terjadi pada kondisi klinis yang lain misalnya

malaria, typhus bacteremia yang disebabkan oleh organisme lain dan juga

sirosis. Di daerah endemis terjadi low background antibody pada populasi

sehingga diperlukan cut off yang berbeda antar area.

2. Pemeriksaan Serologi Terbaru

Pemeriksaan serologi untuk Salmonella typhi telah banyak berkembang,

diantaranya yaitu :

a. Tubex® TF (mendeteksi antibodi IgM tehadap antigen 09 IPS

Salmonella typhi)

Tubex® TF adalah pemeriksaan diagnostik in vitro semikuantitatif yang

cepat dan mudah untuk deteksi demam tifoid akut. Pemeriksaan ini

mendeteksi antibodi IgM terhadap antigen 09 LPS Salmonella typhi.

Sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan adalah > 95% dan > 93%.

Prinsip Pemeriksaan

Metode pemeriksaan yang digunakan adalah Inhibition Magnetic

Binding Immunoassay (IMBI). Antibodi IgM terhadap antigen 09 LPS

dideteksi melalui kemampuannya untuk menghambat interaksi antara

kedua tipe partikel reagen yaitu indikator mikrosfer lateks yang

disensitisasi dengan antibodi monoklonal anti 09 (reagen berwarna biru)

dan mikrosfer magnetik yang disensitisasi dengan LPS Salmonella typhi

(reagen berwarna coklat).

Page 7: Laporan Tes Tubex

Setelah sedimentasi partikel dengan kekuatan magnetik, konsentrasi

partikel indikator yang tersisa dalam cairan menunjukkan daya inhibisi.

Tingkat inhibisi yang dihasilkan adalah setara dengan konsentrasi

antibodi IgM Salmonella typhi dalam sampel. Hasil dibaca secara visual

dengan membandingkan warna akhir reaksi terhadap skala warna.

b. Typhidot (mendeteksi Antibodi IgG dan IgM terhadap antigen 50 kD

Salmonella typhi)

c. Typhidot M (mendeteksi antibodi IgM terhadap antigen 50 kD

Salmonella typhi)

d. Dipstick test (mendeteksi antibodi IgM terhadap antigen LPS

Salmonella typhi)

c. Teknik Molekular

Seperti halnya kultur darah, target dari teknik-teknik molekular adalah

patogen itu sendiri sehingga bermanfaat untuk deteksi awal penyakit. Teknik

hibridisasi menggunakan probe DMA adalah teknik biologi molekular

pertama yang digunakan untuk diagnosis demam tifoid. Teknik ini memiliki

spesifisitas yang tinggi namun kurang sensitif. Teknik ini tidak dapat

mendeteksi Salmonella typhi bila jumlah bakteri < 500 bakteri/mL.

Kemudian berkembang teknik Polymerase Chain Reaction (PCR)

dengan spesifisitas dan sensitivitas yang lebih baik (1 -5 bakteri/mL). PCR

untuk identifikasi Salmonella typhi ini tersedia di beberapa negara namun

penggunaannya masih terbatas untuk penelitian karena harganya yang cukup

mahal. Selain itu, diperlukan kehati-hatian dalam menginterpretasi hasil

pemeriksaan teknik molekular termasuk PCR terutama di daerah dengan

endemisitas demam tifoid yang tinggi seperti di Indonesia (Anonim, 2012)

Page 8: Laporan Tes Tubex

BAB III

METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan pratikum ini yaitu:

Hari/ tanggal : Sabtu, 19 Mei 2012

Waktu : 13.00 WITA – Selesai

Tempat : Laboratorium Biodiversity Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Tadulako

B. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini, yaitu :

1. Alat

a) Tempat reaksi

b) Mikropipet

c) Kotak alat

d) Stopwatch

2. Bahan

a) Reagen blue

b) Reagen brown

c) Sealing tip

d) Serum penderita demam tifoid A, B, C dan D

e) Skala genetic

Page 9: Laporan Tes Tubex

C. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja dari percobaan tersebut:

1. Memasukkan sampel serum kedalam tempat reaksi

2. Menambakan 25 ml reagen brown pada sampel tersebut

3. Membiarkan sampel tersebut selama 1 menit

4. Memasukkan 50 ml reagen blue kedalam sampel tersebut

5. Menutup sampel tersebut dengan sealing tip

6. Menghomogenkan sampel tersebut selama 2 menit dengan cara separasi

Page 10: Laporan Tes Tubex

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

No Sampel Gambar Keterangan

1 I

6

Positif aktif

2 II

6

Positif aktif

3 III

6

Positif aktif

4 IV

4

Aktif

Page 11: Laporan Tes Tubex

B. Pembahasan

Test Tubex merupakan pemeriksaan yang sederhana dan cepat. Pemeriksaan

ini mudah dilakukan dan hanya membutuhkan waktu singkat untuk dilakukan

(kurang lebih 5 menit). Untuk meningkatkan spesivisitas, pemeriksaan ini

menggunakan anti¬gen O9 yang hanya ditemukan pada Salmonellae serogroup D

dan tidak pada mikroorganisme lain. Antigen yang menyerupai ditemukan pula

pada Trichinella spiralis tetapi antibodi terhadap kedua jenis antigen ini tidak

bereaksi silang satu dengan yang lain. Hasil positif uji Tubex ini menunjukkan

terdapat infeksi Salmonellae serogroup D walau tidak secara spesifik menunjuk

pada S. typhi. Infeksi oleh S. paratyphi akan memberikan hasil negatif.

Tubex hanya dapat mendeteksi IgM dan tidak dapat mendeteksi IgG

sehingga tidak dapat dipergunakan sebagai modalitas untuk mendeteksi infeksi

lampau.

Prinsip pemeriksaannya adalah mendeteksi antibodi pada penderita. Serum

yang dicampur 1 menit dengan larutan reagen brown pada tabung berbentuk V

yang juga berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas. Kemudian 2 tetes larutan

reagen blue dicampur selama 2 menit. Tabung ditempelkan pada skala genetik.

Kemudian pembacaan hasil didasarkan pada warna akibat ikatan antigen dan

antibodi. Yang akan menimbulkan warna dan disamakan dengan warna pada skala

genetik. Reagen brown mengandung partikel magnetik yang diselubungi dengan

antigen S. typhi O9. Reagen blue mengandung partikel lateks berwarna biru yang

diselubungi dengan antibodi monoklonal spesifik untuk antigen 09.

Pada percobaan tersebut diperoleh pada sampel A hasilnya positif terinfeksi

Salmonella typhi aktif, sampel tersebut berwarna putih. Serum tersebut tidak

mengandung antibodi terhadap O9, reagen brown akan bereaksi dengan reagen

blue. Ketika diletakkan pada daerah yang mengandung medan magnet (magnet

rak), komponen magnet yang dikandung reagen brown akan tertarik pada magnet

rak, dengan membawa serta pewarna yang dikandung oleh reagen blue. Sebagai

Page 12: Laporan Tes Tubex

akibatnya, terlihat warna putih pada tabung yang sesungguhnya merupakan

gambaran serum yang lisis.

Sampel B berwarna merah ranum, hasilnya positif terinfeksi Salmonella typhi

aktif. Serum tersebut tidak mengandung antibodi terhadap O9, reagen brown akan

bereaksi dengan reagen blue. Ketika diletakkan pada daerah yang mengandung

medan magnet (magnet rak), komponen magnet yang dikandung reagen brown

akan tertarik pada magnet rak, dengan membawa serta pewarna yang dikandung

oleh reagen blue. Sebagai akibatnya, terlihat warna merah ranum pada tabung yang

sesungguhnya merupakan gambaran serum yang lisis.

Sampel C berwarna merah jambu, hasilnya positif terinfeksi Salmonella typhi

aktif. Serum tersebut tidak mengandung antibodi terhadap O9, reagen brown akan

bereaksi dengan reagen blue. Ketika diletakkan pada daerah yang mengandung

medan magnet (magnet rak), komponen mag-net yang dikandung reagen brown

akan tertarik pada magnet rak, dengan membawa serta pewarna yang dikandung

oleh reagen blue. Sebagai akibatnya, terlihat warna merah jambu pada tabung yang

sesungguhnya merupakan gambaran serum yang lisis.

Selanjutnya sampel terakhir berwarna merah tua, hasilnya positif Salmonella

typhi. Serum tersebut tidak mengandung antibodi terhadap O9, reagen brown akan

bereaksi dengan reagen blue. Ketika diletakkan pada daerah yang mengandung

medan magnet (magnet rak), komponen mag-net yang dikandung reagen brown

akan tertarik pada magnet rak, dengan membawa serta pewarna yang dikandung

oleh reagen blue. Sebagai akibatnya, terlihat warna merah tua pada tabung yang

sesungguhnya merupakan gambaran serum yang lisis.

Pemeriksaan Tubex sangat sensitif dan spesifik untuk deteksi demam tifoid.

Hal ini disebabkan karena penggunaan antigen 09 LPS yang memiliki sifat-sifat

yaitu immunodominan dan kuat. Antigen 09 (atau LPS secara umum) bersifat

thymus independent type 1, imunogenik pada bayi (antigen Vi dan H kurang

imunogenik), dan merupakan mitogen yang sangat kuat terhadap sel B. Antigen 09

dapat menstimulasi sel-sel B tanpa bantuan sel T (tidak seperti antigen-antigen

Page 13: Laporan Tes Tubex

protein) sehingga respon anti-09 dapat terdeteksi lebih cepat. LPS dapat

menimbulkan respon antibodi yang kuat dan cepat melalui aktivasi sel B via

reseptor sel B dan reseptor lain (Toll like receptor 4). Spesifisitas yang tinggi

(>90%) karena antigen 09 yang sangat jarang ditemukan baik di alam ataupun di

antara mikroorganisme.

Page 14: Laporan Tes Tubex

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari hasil pengamatan dan pembahasan yaitu:

1. Test Tubex merupakan pemeriksaan yang sederhana dan cepat. Prinsip

pemeriksaannya adalah mendeteksi antibodi pada penderita.

2. Pada sampel I, II, dan III hasil yang didapat yaitu positif terinfeksi Salmonella

typhi aktif. Kemudian untuk sampel terakhir (IV) didapat hasil positif Salmonella

typhi.

Page 15: Laporan Tes Tubex

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011, http://interestlibrary.blogspot.com/, diakses pada 21 Mei 2012, Pukul

19.00 Wita.

Anonim, 2011, http://www.kesad.mil.id/, diakses pada 21 Mei 2012, Pukul 19.00

Wita.

Anonim, 2012, http://ilhamarif.com/, diakses pada 21 Mei 2012, Pukul 19.00 Wita.

Page 16: Laporan Tes Tubex

LEMBAR ASISTENSI

Nama : Dias Tuti

Stambuk : G 601 11 046

Kelompok : IV

Asisten : Mochammad Syahrir S. Si.

No Hari / Tanggal Perbaikan Paraf

Page 17: Laporan Tes Tubex

LAPORAN SEMENTARA Percobaan 9

C. Judul : Tes Tubex

D. Tujuan : 1. Mengetahui tehnik tes tubex

2. Mengetahui tingkat keaktifan Salmonella typhi dalam tubuh

E. Alat dan Bahan :

1. Alat

Skala genetic

Mikropipet

Wadah

Stop Watch

2. Bahan

Serum penderita tifus

Reagen brown

Reagen blue

Sealing tip

Tip

Tempat reaksi

Alkohol 70 %

Page 18: Laporan Tes Tubex

F. Hasil Pengamatan

No Sampel Gambar Keterangan

1 I

6

Positif aktif

2 II

6

Positif aktif

3 III

6

Positif aktif

4 IV

4

Aktif

Page 19: Laporan Tes Tubex

Kelompok IV

Dias Tuti (G 601 11 046)

Melvina Manita F. (G 601 11 049)

Yuditha Apriliana W(G 601 11 053)

Moh.Fachrin (G 601 11 056)

Magfirah (G 601 11 067)

Masrida (G 601 11 068)

Pertiwi (G 601 11 078)

Moh.Ardiyansyah (G 601 11 079)

Asisten

Pembimbing

Mochammad Syahrir S.Si.