laporan tahun terakhir penelitian dosen pemula...laporan tahun terakhir penelitian dosen pemula...

64
DAN IMPLIKA Direktorat Riset da Peng Sesuai dengan Su U LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG ASINYA PADA PELAKSANAAN KONSEL BUDAYA Tahun ke I dari rencana I tahun TIM PENELITI Agus Wibowo, M.Pd NIDN. 0222118203 Mudaim,M.Si NIDN: 0210117902 Di biayai oleh: an Pengabdian Mayarakat Direktorat Jenderal Pen gembangan riset, Teknologi, dan Pendidikan Tingg urat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Program P 2581/SP2H/K/2/KM/2017 Universitas Muhammadiyah Metro Oktober 2017 LING LINTAS nguatan Riset dan gi. Penelitian No:

Upload: others

Post on 16-Nov-2020

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

LAPORAN TAHUN TERAKHIRPENELITIAN DOSEN PEMULA

KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNGDAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS

BUDAYA

Tahun ke I dari rencana I tahun

TIM PENELITIAgus Wibowo, M.PdNIDN. 0222118203

Mudaim,M.SiNIDN: 0210117902

Di biayai oleh:Direktorat Riset dan Pengabdian Mayarakat Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan

Pengembangan riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Program Penelitian No:

2581/SP2H/K/2/KM/2017

Universitas Muhammadiyah MetroOktober 2017

LAPORAN TAHUN TERAKHIRPENELITIAN DOSEN PEMULA

KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNGDAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS

BUDAYA

Tahun ke I dari rencana I tahun

TIM PENELITIAgus Wibowo, M.PdNIDN. 0222118203

Mudaim,M.SiNIDN: 0210117902

Di biayai oleh:Direktorat Riset dan Pengabdian Mayarakat Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan

Pengembangan riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Program Penelitian No:

2581/SP2H/K/2/KM/2017

Universitas Muhammadiyah MetroOktober 2017

LAPORAN TAHUN TERAKHIRPENELITIAN DOSEN PEMULA

KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNGDAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS

BUDAYA

Tahun ke I dari rencana I tahun

TIM PENELITIAgus Wibowo, M.PdNIDN. 0222118203

Mudaim,M.SiNIDN: 0210117902

Di biayai oleh:Direktorat Riset dan Pengabdian Mayarakat Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan

Pengembangan riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Program Penelitian No:

2581/SP2H/K/2/KM/2017

Universitas Muhammadiyah MetroOktober 2017

Page 2: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

ii

Page 3: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

iii

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai budaya lokal sukulampung yang menjadi pegangan dalam kehidupan sosialkemasyarakatan, dan merumuskani implikasi nilai-nilai budaya sukulampung terhadap konseling lintas budaya. Metode penelitian yangdigunakan adalah deskripsi kualitatif, informan penelitian adalah tokohadat lampung yang berada di Lampung Tengah, Lampung Timur, danBandar Lampung. Pengumpulan data menggunakan wawancara danobservasi. Data dianalisis secara kualitatif dengan tahapan mereduksidata, display data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitianmenunjukkan karakter suku lampung berdasarkan nilai kearifan lokalyang dianutnya yaitu tidak mau tertinggal dari orang lain, terbuka dansuka berbaur, saling menolong, dan sangat menghormati orang memilikiperan dan status (gelar) adat. Implikasi terhadap konseling lintas budayayaitu: 1) dalam konseling lintas budaya, hendaknya konselor beranibersikap terbuka untuk menggunakan teknik “contoh pribadi”, 2)Konselornya hendaknya memberikan stimulus dengan cara memberikancontoh-contoh kesuksesan orang lain atau tokoh-tokoh yang sukses, dan3) melibatkan tokoh adat dalam upaya pengentasan masalah konseli yangmemiliki masalah terkait dengan nilai budayanya

Kata Kunci: Unsur Budaya Lampung, Konseling Lintas Budaya

Page 4: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

iv

PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur selalu dipanjatkan kepada Allah SWT atas

karunia dan hidayahnya sehingga tim penelitian dosen pemula (PDP) dengan judul

penelitian Kajian Unsur Budaya Lampung Dan Implikasinya Terhadap

Pelaksanaan Konseling Lintas Budaya telah berhasil melaksanakan penelitian dan

juga menyelesaikan laporan peneltian. Penelitian ini semoga menjadikan bahan

pengembangan terhadap ilmu konseling lintas budaya, secara spesifik konseling

lintas budaya pada suku lampung

Karakteristik budaya suku lampung dengan berbagai persepsi dari

masyarakat tentang eksistensi dan dinamikanya menjadikan ketertarikan peneliti

untuk melakukan kajian lebih mendalam. Dalam kesempatan ini, penulis

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu

terselesaikannya penelitian dan laporan penelitian, yaitu kepada:

1. Dirjen DRPM Ditjen Penguatan Risbang Kemenristekdikti

2. Kepala LPPM UM Metro, Prof. Dr. Juhri AM, M.Pd

3. Rektor UM Metro, Prof., Dr.Karwono, M.Pd

4. Kepala kampung Gunung Tiga Lampung Timur

5. Kepala Kampung Tanggul Angin Lampung Tengah

6. Kepala Kelurahan Labuhan Bandar Lampung

7. Dan seluruh tenaga pendukung penelitian dari mahasiswa BK UM Metro

Semoga penelitian ini menjadikan bagian yang bermanfaat dalam

pengembangan ilmu bimbingan dan konseling dan menjadi salah satu

referensi bagi para praktisi konseling.

Akhirnya, demi suatu kesempurnaan saran dan kritik yang bersifat

membangun atas hasil penelitian, kamu sangat mengharapkan saran dan

masukan dari semua pembaca

Metro, 30 Oktober 2017

Ketua Tim Peneliti

Agus Wibowo, M.Pd

Page 5: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

v

DAFTAR ISI

Halaman Judul…………………………………………………………........ i

Halaman Pengesahan………………………………………………............. ii

Ringkasan..…………………………………………………………………... iv

Prakata................................................................................................. .... iv

Daftar Isi……………………………………………………………….......... v

Daftar Tabel........................................................................................ ..... vii

Daftar Gambar............................................................................................... viii

Daftar Lampiran................................................................................... ...... ix

BAB I. PENDAHULUAN……………………..…………………………… 1

A. Latar Belakang Masalah……………………….…………………. 1

B. Rumusan Masalah………………………………………………… 2

C. Luaran Yang Diharapkan………………..……………………….. 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..…………………………………………. 3

A. Unsur Budaya Lampung…………………………………………. 3

B. Konseling Lintas Budaya………………………………………… 4

C. Roadmap Penelitian…………………………………………….... 7

BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT................................................... ..... 8

BAB IV. METODE PENELITIAN……………………………………….. 9

A. Pendekatan Penelitian…………………………………………… 9

B. Lokasi Penelitian………………………………………………... 9

C. Informan……………………………………………................. 9

D. Teknik Pengumpulan Data…………………………………….... 9

E. Teknik Keabsahan Data……………………………………….... 10

F. Teknik Analisis Data…………………………………………… 10

BAB V. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI............................. ..... 11

A. Hasil Penelitian................................................................. ..... 11

B. Luaran yang dicapai........................................................... ..... 16

Page 6: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

vi

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN................................................ ...... 18

A. Kesimpulan.............................................................................. ...... 19

B. Saran....................................................................................... ...... 19

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. ....... 20

LAMPIRAN............................................................................................ ...... 21

Page 7: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

vii

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

1. Data Statistik Kriminal Anak yang Berkonflik dengan

Hukum Provinsi Lampung Tahun 2013................................... 1

2. Rencana Target Luaran............................................................ 2

3. Kisi-kisi Instrumen........................................................................... 10

Page 8: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Peta Rencana Penelitian.................................................... ........ 7

Page 9: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

ix

DAFTAR LAMPIRAN

1. Instrumen penelitian.............................................................. ......... 212. Personalia Penelitian............................................................. .......... 223. Artikel Ilmiah........................................................................ ......... 234. Luaran Lain ........................................................................ ......... 34

Page 10: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pandangan negatif masyarakat terhadap suku Lampung akhir-akhir ini

mencapai titik yang sangat tinggi. Pada tahun 2013 terjadi 115 tindak kriminal di

Propinsi Lampung yang dilakukan oleh anak-anak dan remaja, secara rinci terlihat

pada tabel berikut:

Tabel 1 : Data Statistik Kriminal Anak yang Berkonflik dengan Hukum Provinsi

Lampung Tahun 2013.

No Jenis Kasus BanyaknyaKasus

Persentase

1 Pencurian 74 64,3 %2 Penyalahgunaan

Narkoba15 16,1 %

3 Penganiayaan 9 6,8 %4 Pemerkosaan 8 6,0 %5 Lainnya 9 6,8 %

JUMLAH 115 100%Sumber: Direktorat Jendral Pemasyarakatan (Ditjenpas) Tahun 2013

Selain penegakkan hukum, upaya preventif melalui proses pendidikan

yang benar, dan memperhatikan nilai budaya dari masyarakat Lampung menjadi

suatu keharusan untuk dilakukan. Proses pendidikan tersebut salah satunya

dilakukan melalui konseling lintas budaya. Atkinson, dkk (dalam Supriatna, 2009)

menjelaskan konsep Konseling lintas budaya adalah hubungan konseling yang

melibatkan para peserta yang berbeda etnik atau kelompok-kelompok minoritas;

atau hubungan konseling yang melibatkan konselor dan konseli yang secara rasial

dan etnik sama, tetapi memiliki perbedaan budaya yang dikarenakan variabel-

variabel lain seperti seks orientasi seksual, faktor sosio-ekonomik, dan usia.

Konselor sebagai pelaksana konseling lintas budaya mutlak diberikan

pemahaman akan unsur-unsur budaya Lampung, sehingga dalam praktik

konseling lintas budaya terhadap konseli/ remaja Lampung dapat berjalan secara

efektif. Hal tersebut disebabkan konselor dalam proses konseling dengan konseli

yang bersuku Lampung telah memahami kaarakter, nilai yang dianut, serta

pedoman suku Lampung. Berkenaan dengan hal tersebut, sangat penting

Page 11: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

2

dilakukan penelitian yang mengkaji unsur-unsur budaya Lampung, serta

implikasinya terhadap konseling lintas budaya.

Tabel 2. Rencana Target Capaian

No Jenis Luaran IndikatorCapaian

1 Publikasi ilmiah di jurnal nasional (ber ISSN) Submitted2 Pemakalah dalam temu

ilmiahNasional DraftLokal Tidak ada

3 Bahan ajar Tidak ada4 Luaran lainnya jika ada (Teknologi Tepat Guna,

Model/Purwarupa/Desain/Karya seni/RekayasaSosial)

Tidak ada

5 Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) 3

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apa saja nilai-nilai budaya lokal suku Lampung yang menjadi

pegangan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan?

2. Apa implikasi nilai-nilai budaya suku Lampung terhadap pelaksanaan

konseling lintas budaya?

1.3 Luaran Penelitian

Luaran penelitian adalah publikasi ilmiah pada jurnal nasional ber- e ISSN

tidak terakreditasi “jurnal Guidena”. Namun untuk meningkatkan kualitas

luaran, maka artikel ilmiah dipublikasikan dijurnal terakreditasi “Jurnal

Humanitas”

Page 12: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

11.1 Unsur - Unsur Budaya Lampung

Budaya Lampung merupakan pengertian, pendapat atau paham, pandangan

hidup, rancangan cita-cita yang telah ada dipikiran masyarakatnya (Nurdin,

2009). Budaya lokal Lampung merupakan ciri khas yang melekat dan diikuti

oleh masyarakat suku Lampung. Sikap loyalitas pengikut budaya Lampung

disebabkan adanya sejarah panjang dari terbentuknya budaya tersebut, serta

kebermanfaatan nilai-nilai budaya untuk kelestarian budaya Lampung.

Nurdin (2009) menjelaskan bahwa sebagai budaya lokal, budaya Lampung

yang Islami memang meliki nilai universal, disamping nilai lokalnya.

Diantaranya nilai keuniversalnya itu terletak pada nilai spiritualnya yang

religius Islami. Nilai yang religius itu ternyata di dalamnya ada juga

ditemukan ada budaya-budaya suku bangsa di daerah lain, yang tidak terbatas

pada budaya Melayu dan Jawa. Merujuk kepada pengertian tersebut,

pandangan sifat keras dan kejam yang melekat pada masyarakat suku

Lampung sebenarnya tidak ada.

Namun, munculnya persepsi negatif terhadap sifat suku Lampung salah

satunya diduga akibat adanya pemahaman yang salah akan nilai-nilai budaya

yang dianut. Pada dasarnya, nilai budaya dibentuk untuk menjadi pedoman

bagi masyarakat dalam berperilaku sosial, baik dengan dirinya, dan

lingkungan sosial kemasyarakat.. Menurut kitab Kuntara Raja Niti

(Hafidudin,2014), orang Lampung memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

a. piil pesanggiri (malu melakukan pekerjaan hina menurut agama serta

memiliki harga diri),

b. juluk-adok (mempunyai kepribadian sesuai dengan gelar adat yang

disandangnya)

c. nemui-nyimah (saling mengunjungi untuk bersilaturahmi serta ramah

menerima tamu)

d. nengah-nyampur (aktif dalam pergaulan bermasyarakat dan tidak

individualistis)

Page 13: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

4

e. sakai-sambaian (gotong-royong dan saling membantu dengan

anggota masyarakat lainnya).

Sifat-sifat di atas dilambangkan dengan ‘lima kembang penghias sigor’

pada lambang Provinsi Lampung. Sifat-sifat orang Lampung tersebut juga

diungkapkan dalam adi-adi (pantun): Tandani hulun Lampung, wat piil-

pesanggiri Mulia hina sehitung, wat malu rega diri Juluk-adok ram pegung,

nemui-nyimah muwari Nengah-nyampur mak ngungkung, sakai-sambaian

gawi. Selain falsafah tersebut, masyarakat Lampung terkenal dengan

pedoman hidup, yaitu piil pesenggiri. Piil pesenggiri bagi masyarakat, dalam

pandangan Saputro (2011), memiliki makna sebagai cara hidup (way of life).

Setiap gerak dan langkah kehidupan orang Lampung dalam sehari-hari

dilandasi dengan kebersihan jiwa

11.2 Konseling Lintas Budaya

Konseling lintas budaya (cross-cultural counseling) adalah konseling yang

melibatkan konselor dan konseli yang berasal dari latar belakang budaya yang

berbeda (Supriadi,2001). Selain ditinjau dari subjek/pelaku proses konseling,

Wohl (dalam Supriadi, 2001) konseling lintas budaya meliputi isu atau kondisi

dimana penerapan dan implikasi teori-teori, pendekatan dan prinsip konseling

yang berasal dari suatu konteks budaya tertentu ke dalam konteks budaya lain.

Gibson dan Mitchell (2011) menjelaskan bahwa konseling lintas budaya

dimaknai bahwa konselor adalah pribadi yang unik diantara banyak budaya

dan latar belakang yang membentuk suatu populasi. Sedangkan Burn ( dalam

Supriatna, 2009) menjelaskan cross cultural counseling is the process of

counseling individuals who are of different culture/cultures than that of the

therapist. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka konseling lintas

budaya dimaknai sebagai proses pemberian bantuan melalui wawancara

konseling yang dilakukan konselor yang memiliki perbedaan budaya dengan

konseli.

Page 14: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

5

Model Model Konseling Lintas Budaya

Pelaksanaan konseling lintas buday secara umum dilakukan melalui tiga

model (Palmer and Laungani, 2008), yaitu:

a. Model Berpusat pada Budaya (Culture Centred Model)

Model ini menekankan adanya pemahaman yang utuh dan benar dari

kedua belah pihak; konselor dan konseli, dalam memandang budyaya

mereka masing-masing. Model ini menekankan konselor dan konseli

untuk intropeksi dan mengevaluasi budaya mereka, sehingga terjadi

kelerasan da kepahaman akan penilaian terhadap budaya masing-masing.

b. Model Integratif (Integrative Model)

Model integratif menekankan terhadap adanya pemahaman konselor

terhadap variabel-variabel yang mempengaruhi ketaatan nilai budaya

konseli. Variabel yang dimaksud, seperti 1) Reaksi terhadap tekanan-

tekanan rasial (reactions to racial oppression), 2) Pengaruh budaya

mayoritas (influence of the majority culture), 3) Pengaruh budaya

tradisional (influence of traditional culture), dan 4) Pengalaman dan

anugrah individu dan keluarga (individual and family experiences and

endowments). Model ini melihat pemahaman konselor terhadap budyanya,

dan variabel mana yang dominan mempengaruhinya

c. Model Etnomedikal (Ethnomedical Model)

Model ini merupakan alat konseling transkultural yang berorientasi pada

paradigma memfasilitasi dialog terapeutik dan peningkatan sensitivitas

transkultural. Pada model ini menempatkan individu dalam konsepsi sakit

dalam budaya dengan sembilan model dimensional sebagai kerangka

pikirnya.

1) Konsepsi sakit (sickness conception)

Seseorang dikatakan sakit apa bila :

a) Melakukan penyimpangan norma-norma budaya

b) Melanggar batas-batas keyakinan agama dan berdosa

c) Melakukan pelanggaran hukum

d) Mengalami masalah interpersonal

Page 15: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

6

2) Causal/healing beliefs

a) Menjelaskan model healing yang dilakukan dalam konseling

b) Mengembangkan pendekatan yang cocok dengan keyakinan

c) konseli

d) Menjadikan keyakinan konseli sebagai hal familiar bagi

konselor

e) Menunjukkan bahwa semua orang dari berbagai budaya perlu

f) berbagi (share) tentang keyakinan yang sama

3) Kriteria sehat (wellbeing criteria)

Pribadi yang sehat adalah seseorang yang harmonis antara dirinya

sendiri dengan alamnya. Artinya, fungsi-fungsi pribadinya adaftif dan

secara penuh dapat melakukan aturan-aturan sosial dalam

komunitasnya.

a) Mampu menentukan sehat dan sakit

b) Memahami permasalahan sesuai dengan konteks

c) Mampu memecahkan ketidakberfungsian interpersonal

d) Menyadari dan memahami budayanya sendiri

4) Body function beliefs

a) Perspektif budaya berkembang dalam kerangka pikir lebih

bermakna

b) Sosial dan okupasi konseli semakin membaik dalam kehidupan

sehari-hari

c) Muncul intrapsikis yang efektif pada diri konseli

5) Health practice efficacy beliefs

Ini merupakan implemetasi pemecahan masalah dengan pengarahan

atas keyakinan-keyakinan yang sehat dari konseli.

Page 16: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

7

11.3 Roadmap Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah pijakan awal untuk pengembangan

penelitian selanjutnya. Berikut roadmap penelitian dalam jangka waktu tiga tahun

(2015-2018) :

Gambar 1. Peta rencana penelitian

Studi Unsur Unsur BudayaLampung dan Implikasinyaterhadap Konseling LintasBudaya

ModelKonseling LintasBudayaBerbasis NilaiKearifan Lokal

Pengembangan ModelKonseling Lintas BudayaBerbasisKearifan Lokal SukuLampung

I Pengembangan ModelKonseling Lintas BudayaBerbasis Nilai Kearifan Lokal

2017

2018

2019

Page 17: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

8

BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Secara rinci yang menjadi tujuan dan manfaat penelitian yang dilakukan

akan diuraikan sebagai berikut:

III. 1Tujuan Penelitian

Penelitian ini adalah terkait dengan nilai kearifan lokal suku Lampung dan

implikasinya pada pelaksanaan konseling lintas budaya. Adapun tujuan

penelitian adalah:

1. Mengetahui nilai-nilai budaya lokal suku Lampung yang menjadi

pegangan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan

2. Mengetahui implikasi nilai-nilai budaya suku Lampung terhadap

pelaksanaan konseling lintas budaya

III. 2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitia yang dilakukan yaitu:

1. Memahami karakter dari suku Lampung. Melalui pemahaman akan

karakter suku Lampung, maka akan menjadikan konselor dalam

melaksanakan konseling lintas budaya terhadap konseli yang

berasala dari suku Lampung mampu memahami nilai-nilai yang

menjadi dasar pembentukan kepribadian konseli, sehingga konselor

dapat memilik pendekatan dan teknik yang tepat sesuai dengan

karakter konseli bersuku Lampung.

2. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi para praktisi

konseling untuk menambah wawasan tentang pelaksanaan konseling

lintas budaya

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pijakan pengembangan

konseling lintas budaya berbasis nilai kearifan lokal suku Lampung.

Page 18: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

9

BAB IV. METODE PENELITIAN

IV.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu kualitatif. Aspek yang

akan diteliti adalah: 1) nilai-nilai budaya lokal suku Lampung yang menjadi

pegangan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, 2) cara pandang dan

penafsiran suku Lampung terhadap nilai-nilai budayanya. Setelah data

terkait aspek tersebut diperoleh dan dianalisis, maka akan dirumuskan

implikasi nilai-nilai budaya suku Lampung terhadap konseling lintas

budaya.

IV.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di daerah yang masih banyak penduduk asli suku

Lampung, dan mentaati nilai-nilai budaya Lampung, yaitu Lampung tengah,

Lampung timur, dan Bandar Lampung

IV.3 Informan Penelitian

Informan penelitian adalah seseorang yang dapat memberikan informasi

untuk menjawab permasalahan penelitian. Informan penelitian yaitu tokoh

adat Lampung yang berasal dari kabupaten Lampung Tengah, Lampung

Timur, dan Bandar Lampung. Untuk menentukan informan penelitian

digunakan teknik snowball sampling. Informan penelitian adalah seseorang

yang dapat memberikan informasi untuk menjawab permasalahan penelitian.

Informan penelitian yaitu tokoh adat Lampung yang berasal dari kabupaten

Lampung Tengah, Lampung Timur, dan Bandar Lampung. Untuk menentukan

informan penelitian digunakan teknik snowball sampling.

IV.4 Teknik Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara: (a) mencatat data pada

kartu data, mencatat dan menangkap keseluruhan inti sari data kemudian

mencatat pada kartu data, dengan menggunakan kalimat yang disusun oleh

peneliti sendiri. (b) Mencatat data secara quotasi, yaitu mencatat data dari

sumber data secara langsung dan secara persis. (c) Mencatat data secara

sinoptik, yaitu mencatat data dari sumber data dengan membuat ikhtisar atau

Page 19: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

10

summary. Selain itu, data diorganisir dengan cara memberikan kode pada

setiap sub-sistem data, sesuai dengan klasifikasi. Alat bantu yang digunakan

untuk melakukan mengumpulkan data yaitu pedoman wawancara

Tabel 3. Pedoman wawancara PenelitianNO Fokus Indikator1 Lokal wisdom atau

kearifan lokal sukulampung

Nilai nilai Local wisdom sukuLampungpiil pesanggirijuluk-adok/ bejuluk beadeknemui-nyimahnengah-nyampursakai-sambaian

2 Implementasi localwisdom dalam tatakehodupanmasyarakatLampung

Cara pandang dan Peanfsiranterhadap nilai kearifan lokal sukulampung

Penerapan dalam tata kehidupansuku lampung

IV.5 Teknik Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini mengunakan

triangulasi. Triangulasi dalam penelitian kualitatif merupakan bagian dari

pembahasan tentang dependabilitas. Untuk memeriksa keabsahan data maka

dilakukan triangulasi sumber. Teknik yang dikgunakan dengan

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi

yang diperoleh melalui waktu dan alat berbeda (Patton, 1987). Kegiatannya

dilakukan dengan jalan: (1) Memandingkan data hasil pengamatan dengan

hasil wawancara (2) membandikan apa yang dikatakan oleh sumber data

dengan sesuatu yang terjadi (3) membandingkan hasil wawancara dengan isi

suatu dokumen. Dalam penelitian yang dilakukan, teknik untuk menguji

keabsahan data yang digunakan yaitu menggunakan triangulasi sumber.

Teknik yang digunakan yaitu dengan membandingkan setiap informasi yang

diperoleh pada suatu sumber data atau informan dengan informasi yang

diperoleh dari sumber yang lain.

Page 20: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

11

IV.5 Teknik Analisis Data

Pengolahan data melalui tahapan: (1) Reduksi data, yaitu data kualitatif

dari kepustakaan berupa data data verbal, dalam suatu uraian yang panjang

dan lebar, yang kemudian diseleksi dan direduksi tanpa mengubah esensi

maknanya, serta ditentukan maknanya sesuai dengan ciri-ciri objek formal

filosofis. (2) Klasifikasi data,dilakukan setelah direduksi dan kemudian

dilakukan klasifikasi data. Klasifikasi itu dilakukan dengan cara

mengelompokkan berdasar objek formal penelitian, aksiologi, epistemologi

dalam filsafat budaya Lampung, ontologi dan lainnya. (3) Display data, yang

mengorganisasikan data-data sesuai dengan peta penelitian. Display data dapat

juga dilakukan dengan membuat networks atau skematisasi yang terkait

dengan konteksnya.

Page 21: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

12

BAB V HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI

V.1 Hasil Penelitian

Setelah melakukan kegiatan pengumpulan data penelitian dan melakukan

analisis terhadap data yang terkumpul, maka hasil penelitian disajikan sebagai

berikut:

1. Nilai-Nilai Budaya Lokal Suku Lampung Yang Menjadi Pegangan

Dalam Kehidupan Sosial Kemasyarakatan

Suku lampung adalah salah satu suku yang memiliki nilai adat

istiadat yang sangat besar, bahkan suku lampung merupakan suku yang

sampai saat ini memegang teguh nilai adat dan budayanya. Menurut

informan penelitian, nilai budaya lokal (lokal wisdom) merupakan

pegangan hidup yang selalu dianut dalam berkehidupan masyarakat suku

Lampung. Informan penelitian menjelaskan bahwa ”beberapa nilai

kearifan lokal yang dipegang oleh suku Lampung Dalam suku lampung,

nilai kearifan lokal yang dianut yaitu Piil pesenggiri, nemu-nyimah, sakai

sambayan, dan juluk adok juluk adok”keseluruhan nilai tersebut

merupakan warisan budaya leluhur yang menjadikan pedoman hidup bagi

masyarakat lampung.

Lebih lanjut disebutkan oleh informan untuk menjaga kelestarian

nilai luhur budaya lampung, maka dilakukan upaya pengenalan dan

pembelajaran terhadap nilai lokal semenjak dari kecil. Penjelasan yang

diberikan oleh informan adalah yaitu:

Suku lampung mulai dari kecil diajarkan tentang adat lampungdengan tujuan agar anak suku lampung sudah mengenalkebiasaan, tuntunan, dan aturan yang berlaku dalam kehidupansosial, mulai dari hubungan sosial dengan keluarga, masyarakat,dan lain lain

Mayarakat lampung harus berpegah teguh terhadap nilai luhur yang

mereka anut, oleh karena itu sejak masih kecil anak-anak atau generasi

muda suku lampung harus diperkenalkan oleh nilai-nilai lokal suku

lampung.

Page 22: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

13

Implementasi nilai kearifan lokal suku lampung diberlakukan pada

setiap sendi kehidupan masyarakat. Baik dalam kehidupan sosial pada

satuan keluarga, hingga acara-acara adat. Dalam suku lampung, nilai

kearifan lokal meerupakan pedoman dasar yang mengatur hubungan sosial

antara masyarakat satu dengan yang lainnya. Hal ini disebebakan karena

suku lampung dalam pola sistem kemasyarakatan tidak mengenal sistem

kasta. Hal itu sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh informan penelitian,

yaitu:

Masyarakat lampung tidak membedakan kasta atau status sosial

dalam masyarakat, hal tersebut ditandai dengan acara

nanjar/acara tanjaran, dimana semua memiliki kedudukan sama

Dijelaskan bahwa dalam suatu acara adat atau “begawai adai” masyarakt

lampung, terjadi suatu kebiasaan untuk melakukan acara jamuan atau

makan besama dengan cara menggelar semua sajian makanan dibawah

(tidak diletakkan dimeja-meja khusus). Sehingga semua masyarakat

lampung, tidak perduli pangkat, status sosial, jabatan dan lain-lain

melakukan makan bersama sama dibawah/ lantai dengan duduk bersama-

sama antara satu dengan yang lainnya. Nilai acara nanjar ini bermakna

bahwa masyarakat lampung mengakui bahwa semua orang itu sama hak

dan kewajibannya. Sehingga nilai kebersamaam dan gotong royong adalah

hal dasar yang harus dijaga dan dilestarikan.

Disebutkan oleh salah satu informan penelitian yang merupakan

tokoh adat Lampung dari kabupaten lampung timur, nilai luhur yang

menjadi pedoman bagi masyarakat lampung salah satunya adalah Piil

Pesenggiri. Menurut tokoh Lampung, Piil Pesenggiri adalah nilai luhur

masyarakat lampung yang membentuk karakter suku lampung untuk selalu

termotivasi hidup lebih baik dari orang lain. Piil pesenggiri dimaknai

sebagai bentuk harga diri bagi suku lampung yang meletakkan nilai

kehormatan dan martabat harus bisa lebih baik dari yang lain. Disebutkan

oleh informan, yaitu:

Page 23: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

14

Piil pesenggiri dimaknai sebagai suatu sikap masyarakatlampung yang selalu ingin lebih baik. Piil pesenggiri memilikipandangan filosofi bahwa jika orang lain bisa dan mampu makahal tersebutpun pasti bisa saya dapatkan dan bisa saya lakukan.

Nilai pesenggiri menjadikan suku lampung selalu berusaha

bagiamana mereka tidak tertinggal dari orang lain. Selain piil

pesenggiri, nilai luhur yang menjadi pembentuk karakter suku lampung

adalah Nengah Nyappur. Nengah nyampur dimaknai sebagai karakter

suku lampung yang suka bergaul, terbuka terhadap informasi dan orang

lain. Nengah nyappur secara sederhana dijelaskan oleh Informan

penelitan yaitu bergerak kedalam kerumunan dan bercampur dengan

orang lain. Nilai nengah nyappur membentuk karakter suku lampung

untuk dapat hidup berpartisipasi dengan orang lain, membuka diri untuk

mencapai suatu kemajuan. Orang lampung memiliki karakter mudah

berbaur, dan bergaul, hal tersebut nampak dari nilai-nilai nengah

nyampur. Nilai nengah nyampur mendorong masyarakt lampung untuk

bisa bergaul dengan sesama.

Selanjutnya, nilai kearifan lokal suku lampung yang menjadi dan

membentuk karakter suku lampung adalah Bejuluk adok. Bejuluk adok

adalah pemberian gelar kepada orang lampung yang memiliki syarat

tertentu dan melalui proses atau rangkaian upacara adat. Selain gelar

secara adat, dalam suku lampung juga terdapat bejuluk (panggilan)

yang khas dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Nilai bejuluk adok

berimplikasi terhadap peran dan tanggungjawab individu suku lampung

pada peran sosial kemasyarakan adat istiadat lampung. Selain itu suku

lampung juga sangat menghormati tamu atau keluarga yang berkunjung

atau bersilaturahmi. Dalam adat suku lampung, tamu hendaknya

diperlakukan secara terhormat dan dijamu secara baik, ramah dan

bermurah hati. Karakter ini terdapat dalam nilai Nemu Nyimah.

Menurut informan, nemu nyimah adalah adalah nilai yang mencirikan

suku lampung murah hati, ramah tamah terhadap semua orang baik

dalam satu suku ataupu yang berasal dari luar suku.

Page 24: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

15

Informan penelitian juga menjelaskan bahwa suku lampung adalah

suku yang suka bergotong royong dan saling tolong menolong. Karakter

suku lampung yang suka bergotong royong nampak pada nilai sakai

sambayan. Sakai sambaya adalah tuntunan serta pola hidup untuk saling

menolong, bahu membahu, serta saling memberi kepada pihak yang

memerlukan. Bentuk sakai sambayan bukan sekedar dalam hal materi,

namun juga meliputi pikiran, moral, tenaga, spritual, dan lain –lain yang

dapat bermanfaat bagi orang lain.

2. Implikasi Nilai-Nilai Budaya Suku Lampung Terhadap Pelaksanaan

Konseling Lintas Budaya

Karakter suku lampung berdasarkan nilai kearifan lokal yang

dianutnya yaitu tidak mau tertinggal dari orang lain, terbuka dan suka

berbaur, saling menolong, dan sangat menghormati orang memiliki peran

dan status (gelar) adat. Berdasarkan karakter tersebut, maka impilkasi

terhadap pelaksanaan konseling lintas budaya terhadap suku lampung

adalah:

a. Implikasi terhadap Konselor

Setiap karakter individu tidak lepas dari nilai budaya yang

dianutnya, begitupun suku lampung. Oleh karena itu, ketika

melakukan konseling terhadap suku lampung yang pada

prinsipnya karakternya terbentuk dari nilai budaya yang dianut,

maka bebera hal yang harus dilakukan oleh konselor yaitu;

1) Dalam konseling lintas budaya, hendaknya konselor berani

bersikap terbuka untuk menggunakan teknik “contoh pribadi”.

Hal ini lebih disukai oleh konseli bersuku lampung, yang

mereka akan sangat terbuka untuk membuka diri dan

masalahnya ketika konselorpun melakukan hal yang sama

2) Konselornya hendaknya memberikan stimulus yang

memotivasi konseli untuk maju dan terentaskan masalah yang

dialami dengan cara memberikan contoh-contoh kesuksesan

orang lain atau tokoh-tokoh yang sukses

Page 25: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

16

3) Ketika berhadapan dengan masalah yang menyangkut konflik

budaya, hendaknya konselor melibatkan tokoh adat sebagai alih

tangan kasus, dan atau konselor bekerjasama dengan tokoh adat

untuk menyelesakan masalah konseli melalui konferensi kasus,

dan layanan konsultasi.

b. Implikasi terhadap metode dan teknik konseling lintas budaya

Selain dari komponen konselor, adanya karakter terbuka, karakter

yang menjunjung tinggi sifat kebersamaan dan gotong royong,

maka implikasi pada sisi metode teknik dalam melakukan

konseling lintas budaya dengan konseli yang bersuku lampung,

yaitu:

1. Gunakan keterampilan 3M yang baik, yaitu mendengar,

mehamai, dan merespon. Keterampilan ini akan menjadikan

sikap keterbukaan konseli lampung akan semakin baik,

sehingga masalah yang dialami bisa terungkap dengan lebih

banyak dan lebih mendalam.

2. Karakter nengah-nyappur hendaknya menjadikan pegangan

bagi konselor untuk membangun rapport yang baik dengan

mengintensifkan teknik-teknik “contoh pribadi”, sebagai

bagian terapis untuk mengembangkan wawasan konseli dan

orientasi dalam menemukan suatu pentokohan yang bisa

menjadi contoh dalam kehidupan.

3. Sesuai dengan karaktersitik yang dimiliki oleh suku lampung,

penggunaan model konseling yang paling tepat yaitu dengan

model Model Etnomedikal (Ethnomedical Model). Melalui

model ini, konselor dapat mengidentifikasi kesalahsuaian

perilaku konseli dengan membandingkan nilai-nilai yang

menjadi acuan hidup suku lampung.

Page 26: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

17

V. 2 Luaran Yang Dicapai

Luaran penelitian yang dicapai, yaitu :

1. Artikel ilmiah yang akan dipublikasikan di jurnal nasional terakreditasi

Humanitas dengan alamat online jurnal systemnya yaitu:

,”jurnal.uad.ac.id/index.php/HUMANITAS/author/index

2. Draft teknologi tepat guna, “Panduan Praktis Pelaksanaan Konseling

Lintas Budaya Dengan Konseli Berkaraktersitik Budaya Lampung “.

Page 27: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

18

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1 Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi data penelitian dan analisis data yang telah

dilakukan, maka simpulan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Karakter suku lampung berdasarkan nilai kearifan lokal yang dianutnya

yaitu tidak mau tertinggal dari orang lain, terbuka dan suka berbaur,

saling menolong, dan sangat menghormati orang memiliki peran dan

status (gelar) adat.

2. Impilkasi terhadap pelaksanaan konseling lintas budaya terhadap suku

lampung adalah:

a. Dalam konseling lintas budaya, hendaknya konselor berani

bersikap terbuka untuk menggunakan teknik “contoh pribadi”.

Hal ini lebih disukai oleh konseli bersuku lampung, yang

mereka akan sangat terbuka untuk membuka diri dan

masalahnya ketika konselorpun melakukan hal yang sama

b. Konselornya hendaknya memberikan stimulus yang

memotivasi konseli untuk maju dan terentaskan masalah yang

dialami dengan cara memberikan contoh-contoh kesuksesan

orang lain atau tokoh-tokoh yang sukses

c. Ketika berhadapan dengan masalah yang menyangkut konflik

budaya, hendaknya konselor melibatkan tokoh adat sebagai alih

tangan kasus, dan atau konselor bekerjasama dengan tokoh adat

untuk menyelesakan masalah konseli melalui konferensi kasus,

dan layanan konsultasi.

Page 28: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

19

VI.2 Saran

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka dirumuskan saran penelitian

sebagai berikut:

1 Konselor hendaknya meningkatkan pemahaman nilai kearifan lokal suku

lampung, agar proses konseling yang dilakukan sesuai dengan

karaktersitik dan keyakinan yang dianut oleh konseli bersuku lampung

2 Pelaksanaan konseling dengan suku lampung hendaknya dilakukan secara

lebih hangat, suasana akrab, dan konselor lebih meningkatkan wawasan

tentang referensi orang-orang atau tokoh sukses untuk dijadikan stimulus

konseli dalam memecahkan masalahnya.

Page 29: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

20

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Pemasyarakatan (Ditjenpas). 2013. Data Statistik KriminalAnak yang Berkonflik dengan Hukum Provinsi Lampung Tahun 2013.Jakarta

Gibson dan Mitchell 2011. Bimbingan Dan Konseling. Alih Bahasa Yudi Santosa.Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Hafidudin.2014. Memahami Falsafah Hidup Orang Lampung. Jurnal PenelitanGeografi. Vol 2, No 1 . FKIP: UNILA

Nurdin, A.Fauzie. 2009, Budaya Muakhi dan Pembangunan Daerah MenujuMasyarakat Bermartabat, Yogyakarta: Gama Media

Palmer, Stephen & Laungani, Pittu. 2008. Counseling in a Multicultural Society.London : Sage Publisher.

Patton, M.Q. 1987. Creative evoluation . Beverly Hill, CA: Sage.

Saputro. 2011. Piil Pesenggiri: Etos dan Semangat KeLampungan. BandarLampung: Jung Foundation Lampung Heritage dan Dinas PendidikanLampung

Supriadi, Dedi. 2001. Konseling Lintas –Budaya: isu-Isu Dan Relevansi DiIndonesia. UPI: Bandung

Supriatna, mamat. 2009. Materi PLPG Sertifikasi Guru. FIP. UPI Bandung

Page 30: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

21

Lampiran 1. Instrumen penelitian

NO Fokus Indikator Pertanyaan yangdikembangkan

1 Lokal wisdomatau kearifanlokal sukulampung

Nilai nilai Localwisdom suku Lampung

nilai-nilai budaya lokalsuku lampung yangmenjadi pegangandalam kehidupan sosialkemasyarakatan

piil pesanggiri makna piil pesanggiri(malu melakukanpekerjaan hina menurutagama serta memilikiharga diri)

juluk-adok/ bejulukbeadek

makna juluk-adok/bejuluk beadek(mempunyaikepribadian sesuaidengan gelar adat yangdisandangnya)

nemui-nyimah makna nemui-nyimah(saling mengunjungiuntuk bersilaturahmiserta ramah menerimatamu)

nengah-nyampur makna nengah-nyampur (aktif dalampergaulanbermasyarakat dantidak individualistis)

sakai-sambaian sakai-sambaian(gotong-royong dansaling membantudengan anggotamasyarakat lainnya)

2 Implementasilocal wisdomdalam tatakehodupanmasyarakatLampung

Cara pandang danPanfsiran terhadap nilaikearifan lokal sukulampung

cara pandang danpenafsiran sukulampung terhadap nilai-nilai budaya sukulampung

Penerapan dalam tatakehidupan sukulampung

penerapan nilai budayadalam pergaulan dantata kehidupan sukulampung

Page 31: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

22

Lampiran 2. Personalia Pelaksana Penelitian

No Nama/NIDN InstansiAsal

Bidang Ilmu Alokasiwaktu(jam/minggu)

Tugas

1 AgusWibowo,M.Pd0222118203

UniversitasMuhammadiyah Metro

BimbingandanKonseling

10Jam/minggu

1. Mengkordinirsemua tugasanggota,membuat petakonseppenelitian,danBertanggungjawabterhadappenyusunandan validasiinstrumen,analisi data,dan pelaporan

2. Melakukanobserver daninterviewerpengumpulananalisis data

2 Mudaim, M.SiNIDN.0210117902

UniversitasMuhammadiyah Metro

PsikologiPendidikan

10Jam/minggu

1. Bertanggungjawabterhadapkordinasidengan pakaratau ahli

2. Bertanggungjawabterhadapadministrasi,akomodasi,ATK, dansuratmenyurat

3. Mengkordinirkegiatanseminar, draftlaporankegiatan dankeuangan

Page 32: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

23

Lampiran 3. Artikel Ilmiah

Page 33: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

24

THE STUDY OF VALUE LAMPUNG CULTURAL AND IMPLICATIONS FORCOUNSELING CROSS-CULTURAL

Agus WibowoUniversitas Muhammadiyah Metro, Jalan Ki hajar dewantar No 116 Kota

Metro LampungE-mail: [email protected]

Abstract: The research aim to describe of Lampung local wisdom andformulated of implication multicultural counseling for Lampungcounselee. The research method used is qualitative. informants aretraditional lampung figures. The research location on Lampung Tengah,Lampung Timur, and Bandar Lampung. Data collection using interviewsand observation. The data were analyzed qualitatively by reducing thedata, display data, and drawing conclusions. The result shows that thecharacter of Lampung Society is based on the value of local wisdom isthe lampung society alway to be same or equal life from others,openess, good interaction to other , help each other, and respect peoplewith other. Implications for cross-cultural counseling are: 1) in cross-cultural counseling, the courageous counselor should be open to usingthe "private sample" technique; 2) The counselor should provide thestimulus by giving examples of successful figures, and 3) counselor hascolaborate with traditional leader when counselee have case aboutcultural value problems.

Key Words: Counseling, Value of lampung cultural

PENDAHULUAN

Pandangan negatif masyarakat terhadap suku Lampung akhir-akhir ini mencapai

titik yang sangat tinggi. Pada tahun 2013 terjadi 115 tindak kriminal di Propinsi

Lampung yang dilakukan oleh anak-anak dan remaja, secara rinci terlihat pada

tabel berikut:

Tabel 1 : Data Statistik Kriminal Anak yang Berkonflik dengan Hukum ProvinsiLampung Tahun 2013.

No Jenis Kasus BanyaknyaKasus

Persentase

1 Pencurian 74 64,3 %2 Penyalahgunaan Narkoba 15 16,1 %3 Penganiayaan 9 6,8 %4 Pemerkosaan 8 6,0 %5 Lainnya 9 6,8 %

JUMLAH 115 100%Sumber: Direktorat Jendral Pemasyarakatan (Ditjenpas) Tahun 2013

Page 34: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

25

Selain penegakkan hukum, upaya preventif melalui proses pendidikan

yang benar, dan memperhatikan nilai budaya dari masyarakat Lampung menjadi

suatu keharusan untuk dilakukan. Proses pendidikan tersebut salah satunya

dilakukan melalui konseling lintas budaya. Atkinson, dkk (dalam Supriatna, 2009)

menjelaskan konsep Konseling lintas budaya adalah hubungan konseling yang

melibatkan para peserta yang berbeda etnik atau kelompok-kelompok minoritas;

atau hubungan konseling yang melibatkan konselor dan konseli yang secara

rasial dan etnik sama, tetapi memiliki perbedaan budaya yang dikarenakan

variabel-variabel lain seperti seks orientasi seksual, faktor sosio-ekonomik, dan

usia.

Konselor sebagai pelaksana konseling lintas budaya mutlak diberikan

pemahaman akan unsur-unsur budaya Lampung, sehingga dalam praktik

konseling lintas budaya terhadap konseli/ remaja Lampung dapat berjalan secara

efektif. Hal tersebut disebabkan konselor dalam proses konseling dengan konseli

yang bersuku Lampung telah memahami kaarakter, nilai yang dianut, serta

pedoman suku Lampung. Nilai luhur (local wisdom) yang dianut masyarakat suku

Lampung menurut kitab Kuntara Raja Niti (Hafidudin,2014), orang Lampung

memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

f. piil pesanggiri (malu melakukan pekerjaan hina menurut agama

serta memiliki harga diri),

g. juluk-adok (mempunyai kepribadian sesuai dengan gelar adat yang

disandangnya)

h. nemui-nyimah (saling mengunjungi untuk bersilaturahmi serta

ramah menerima tamu)

i. nengah-nyampur (aktif dalam pergaulan bermasyarakat dan tidak

individualistis)

j. sakai-sambaian (gotong-royong dan saling membantu dengan

anggota masyarakat lainnya).

Page 35: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

26

Sifat-sifat di atas dilambangkan dengan ‘lima kembang penghias sigor’ pada

lambang Provinsi Lampung. Berkenaan dengan hal tersebut, sangat penting

dilakukan penelitian yang mengkaji unsur-unsur budaya Lampung, serta

implikasinya terhadap konseling lintas budaya.

Berdasarkan fenomana dan realita yang di uraikan tersebut, di atas maka akan

dilakukan penelitian dengan rumusan masalah yaitu: 1) Apa saja nilai-nilai

budaya lokal suku Lampung yang menjadi pegangan dalam kehidupan sosial

kemasyarakatan?, dan 2) Apa implikasi nilai-nilai budaya suku Lampung

terhadap pelaksanaan konseling lintas budaya?. Tujuan dari penelitian ini adalah

: 1) Mengetahui nilai-nilai budaya lokal suku Lampung yang menjadi pegangan

dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, dan 2) Mengetahui implikasi nilai-nilai

budaya suku Lampung terhadap pelaksanaan konseling lintas budaya.

METODE

Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu kualitatif. Aspek yang akan

diteliti adalah: 1) nilai-nilai budaya lokal suku Lampung yang menjadi pegangan

dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, 2) cara pandang dan penafsiran suku

Lampung terhadap nilai-nilai budayanya. Setelah data terkait aspek tersebut

diperoleh dan dianalisis, maka akan dirumuskan implikasi nilai-nilai budaya suku

Lampung terhadap konseling lintas budaya. Proses pengumpulan data

dilakukan dengan cara: (a) mencatat data pada kartu data, mencatat dan

menangkap keseluruhan inti sari data kemudian mencatat pada kartu data,

dengan menggunakan kalimat yang disusun oleh peneliti sendiri. (b) Mencatat

data secara quotasi, yaitu mencatat data dari sumber data secara langsung dan

secara persis. (c) Mencatat data secara sinoptik, yaitu mencatat data dari

sumber data dengan membuat ikhtisar atau summary. Selain itu, data diorganisir

dengan cara memberikan kode pada setiap sub-sistem data, sesuai dengan

klasifikasi. Alat bantu yang digunakan untuk melakukan mengumpulkan data

auaitu pedoman observasi dan pedoman wawancara.

Page 36: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

27

Pengolahan data melalui tahapan: (1) Reduksi data, yaitu data kualitatif dari

kepustakaan berupa data data verbal, dalam suatu uraian yang panjang dan

lebar, yang kemudian diseleksi dan direduksi tanpa mengubah esensi maknanya,

serta ditentukan maknanya sesuai dengan ciri-ciri objek formal filosofis. (2)

Klasifikasi data,dilakukan setelah direduksi dan kemudian dilakukan klasifikasi

data. Klasifikasi itu dilakukan dengan cara mengelompokkan berdasar objek

formal penelitian, aksiologi, epistemologi dalam filsafat budaya Lampung,

ontologi dan lainnya. (3) Display data, yang mengorganisasikan data-data sesuai

dengan peta penelitian. Display data dapat juga dilakukan dengan membuat

networks atau skematisasi yang terkait dengan konteksnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Nilai-Nilai Budaya Lokal Suku Lampung Yang Menjadi Pegangan Dalam

Kehidupan Sosial Kemasyarakatan

Suku lampung adalah salah satu suku yang memiliki nilai adat

istiadat yang sangat besar, bahkan suku lampung merupakan suku yang

sampai saat ini memegang teguh nilai adat dan budayanya. Menurut

informan penelitian, nilai budaya lokal (lokal wisdom) merupakan

pegangan hidup yang selalu dianut dalam berkehidupan masyarakat suku

Lampung. Disebutkan oleh salah satu informan penelitian yang

merupakan tokoh adat Lampung dari kabupaten lampung timur, nilai

luhur yang menjadi pedoman bagi masyarakat lampung salah satunya

adalah Piil Pesenggiri. Menurut tokoh Lampung, Piil Pesenggiri adalah

nilai luhur masyarakat lampung yang membentuk karakter suku lampung

untuk selalu termotivasi hidup lebih baik dari orang lain. Piil pesenggiri

dimaknai sebagai bentuk harga diri bagi suku lampung yang meletakkan

nilai kehormatan dan martabat harus bisa lebih baik dari yang lain.

Disebutkan oleh informan, yaitu: Piil pesenggiri dimaknai sebagai suatu

sikap masyarakat lampung yang selalu ingin lebih baik. Piil pesenggiri

Page 37: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

28

memiliki pandangan filosofi bahwa jika orang lain bisa dan mampu maka

hal tersebutpun pasti bisa saya dapatkan dan bisa saya lakukan.

Nilai pesenggiri menjadikan suku lampung selalu berusaha

bagiamana mereka tidak tertinggal dari orang lain. Nilai Piil pesenggiri

bagi masyarakat, dalam pandangan Saputro (2011), memiliki makna

sebagai cara hidup (way of life). Setiap gerak dan langkah kehidupan

orang Lampung dalam sehari-hari dilandasi dengan kebersihan jiwa

Selain piil pesenggiri, nilai luhur yang menjadi pembentuk karakter

suku lampung adalah Nengah Nyappur. Nengah nyampur dimaknai

sebagai karakter suku lampung yang suka bergaul, terbuka terhadap

informasi dan orang lain. Nengah nyappur secara sederhana dijelaskan

oleh Informan penelitan yaitu bergerak kedalam kerumunan dan

bercampur dengan orang lain. Nilai nengah nyappur membentuk karakter

suku lampung untuk dapat hidup berpartisipasi dengan orang lain,

membuka diri untuk mencapai suatu kemajuan. Orang lampung memiliki

karakter mudah berbaur, dan bergaul, hal tersebut nampak dari nilai-nilai

nengah nyampur. Nilai nengah nyampur mendorong masyarakt lampung

untuk bisa bergaul dengan sesama.

Selanjutnya, nilai kearifan lokal suku lampung yang menjadi

dan membentuk karakter suku lampung adalah Bejuluk adok. Bejuluk

adok adalah pemberian gelar kepada orang lampung yang memiliki

syarat tertentu dan melalui proses atau rangkaian upacara adat. Selain

gelar secara adat, dalam suku lampung juga terdapat bejuluk

(panggilan) yang khas dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Nilai

bejuluk adok berimplikasi terhadap peran dan tanggungjawab individu

suku lampung pada peran sosial kemasyarakan adat istiadat lampung.

Selain itu suku lampung juga sangat menghormati tamu atau keluarga

yang berkunjung atau bersilaturahmi. Dalam adat suku lampung, tamu

hendaknya diperlakukan secara terhormat dan dijamu secara baik,

ramah dan bermurah hati. Karakter ini terdapat dalam nilai Nemu

Page 38: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

29

Nyimah. Menurut informan, nemu nyimah adalah adalah nilai yang

mencirikan suku lampung murah tai, ramah tamah terhadap semua

orang baik dalam satu suku ataupu yang berasal dari luar suku.

Informan penelitian juga menjelaskan bahwa suku lampung

adalah suku yang suka bergotong royong dan saling tolong menolong.

Karakter suku lampung yang suka bergotong royong nampak pada nilai

sakai sambayan. Sakai sambaya adalah tuntunan serta pola hidup

untuk saling menolong, bahu membahu, serta saling memberi kepada

pihak yang memerlukan. Bentuk sakai sambayan bukan sekedar dalam

hal materi, namun juga meliputi pikiran, moral, tenaga, spritual, dan

lain –lain yang dapat bermanfaat bagi orang lain.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka disimpulkan

bahwasanya suku masyarakat Lampung memiliki karakter terbuka,

ramah, selalu berkeinginan maju. Hal tersebut seperti yang dijelaskan

oleh Nurdin (2009) menjelaskan bahwa sebagai budaya lokal, budaya

Lampung yang Islami memang meliki nilai universal, disamping nilai

lokalnya. Diantaranya nilai keuniversalnya itu terletak pada nilai

spiritualnya yang religius Islami. Nilai yang religius itu ternyata di

dalamnya ada juga ditemukan ada budaya-budaya suku bangsa di

daerah lain, yang tidak terbatas pada budaya Melayu dan Jawa.

Merujuk kepada pengertian tersebut, pandangan sifat keras dan kejam

yang melekat pada masyarakat suku Lampung sebenarnya tidak ada.

Terjadinya pandangan negatif tersebut muncul karena adanya segelitir

masyarakat Lampung yang tidak memahami nilai budaya adatnya.

B. Implikasi Nilai-Nilai Budaya Suku Lampung Terhadap Pelaksanaan

Konseling Lintas Budaya

Karakter suku lampung berdasarkan nilai kearifan lokal yang

dianutnya yaitu tidak mau tertinggal dari orang lain, terbuka dan suka

berbaur, saling menolong, dan sangat menghormati orang memiliki

Page 39: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

30

peran dan status (gelar) adat. Karakter tersebut merupakan informasi

yang sangat penting dalam pelaksanaan konseling lintas budaya. Hal

tersebut dikarenakan konselor konseling lintas budaya memiliki latar

belakang budaya. Hal tersebut seperti yang jelaskan oleh Burn ( dalam

Supriatna, 2009) menjelaskan cross cultural counseling is the process of

counseling individuals who are of different culture/cultures than that of

the therapist. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka konseling

lintas budaya dimaknai sebagai proses pemberian bantuan melalui

wawancara konseling yang dilakukan konselor yang memiliki perbedaan

budaya dengan konseli. yang berbeda dengan konseli. Berdasarkan

karakter tersebut, maka impilkasi terhadap pelaksanaan konseling lintas

budaya terhadap suku lampung adalah:

c. Dalam konseling lintas budaya, hendaknya konselor berani

bersikap terbuka untuk menggunakan teknik “contoh pribadi”.

Hal ini lebih disukai oleh konseli bersuku lampung, yang

mereka akan sangat terbuka untuk membuka diri dan

masalahnya ketika konselorpun melakukan hal yang sama

d. Konselornya hendaknya memberikan stimulus yang

memotivasi konseli untuk maju dan terentaskan masalah yang

dialami dengan cara memberikan contoh-contoh kesuksesan

orang lain atau tokoh-tokoh yang sukses

e. Ketika berhadapan dengan masalah yang menyangkut konflik

budaya, hendaknya konselor melibatkan tokoh adat sebagai

alih tangan kasus, dan atau konselor bekerjasama dengan

tokoh adat untuk menyelesakan masalah konseli melalui

konferensi kasus, dan layanan konsultasi.

Page 40: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

31

SIMPULAN

Berdasarkan deskripsi data penelitian dan analisis data yang telah

dilakukan, maka simpulan penelitian adalah sebagai berikut:Kesimpulan

penelitian adalah:

3. Karakter suku lampung berdasarkan nilai kearifan lokal yang

dianutnya yaitu tidak mau tertinggal dari orang lain, terbuka dan

suka berbaur, saling menolong, dan sangat menghormati orang

memiliki peran dan status (gelar) adat.

4. Impilkasi terhadap pelaksanaan konseling lintas budaya terhadap

suku lampung adalah:

d. Dalam konseling lintas budaya, hendaknya konselor berani

bersikap terbuka untuk menggunakan teknik “contoh pribadi”.

Hal ini lebih disukai oleh konseli bersuku lampung, yang mereka

akan sangat terbuka untuk membuka diri dan masalahnya

ketika konselorpun melakukan hal yang sama

e. Konselornya hendaknya memberikan stimulus yang memotivasi

konseli untuk maju dan terentaskan masalah yang dialami

dengan cara memberikan contoh-contoh kesuksesan orang lain

atau tokoh-tokoh yang sukses

f. Ketika berhadapan dengan masalah yang menyangkut konflik

budaya, hendaknya konselor melibatkan tokoh adat sebagai

alih tangan kasus, dan atau konselor bekerjasama dengan

tokoh adat untuk menyelesakan masalah konseli melalui

konferensi kasus, dan layanan konsultasi.

Page 41: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

32

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Pemasyarakatan (Ditjenpas). 2013. Data Statistik KriminalAnak yang Berkonflik dengan Hukum Provinsi Lampung Tahun 2013.Jakarta

Gibson dan Mitchell 2011. Bimbingan Dan Konseling. Alih Bahasa Yudi Santosa.Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Hafidudin.2014. Memahami Falsafah Hidup Orang Lampung. Jurnal PenelitanGeografi. Vol 2, No 1 . FKIP: UNILA

Nurdin, A.Fauzie. 2009, Budaya Muakhi dan Pembangunan Daerah MenujuMasyarakat Bermartabat, Yogyakarta: Gama Media

Palmer, Stephen & Laungani, Pittu. 2008. Counseling in a Multicultural Society.London : Sage Publisher.

Patton, M.Q. 1987. Creative evoluation . Beverly Hill, CA: Sage.

Saputro. 2011. Piil Pesenggiri: Etos dan Semangat KeLampungan. BandarLampung: Jung Foundation Lampung Heritage dan Dinas PendidikanLampung

Supriadi, Dedi. 2001. Konseling Lintas –Budaya: isu-Isu Dan Relevansi DiIndonesia. UPI: Bandung

Supriatna, mamat. 2009. Materi PLPG Sertifikasi Guru. FIP. UPI Bandung

Page 42: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

33

Lampiran 4. Prosiding Seminar Nasional

Abstrak

Saat ini lampung bagi sebagain orang diidentikan dengan daerah yangsuka kekerasan an tindak kriminal. Penyebab kondisi ini salah satunyadiduga para generasi muda lampung salah memaknai nilai kearifanlokal, sehingga remaja akan melakukan sesuatu apapun asal demiharga diri. Kondisi yang terjadi saat ini bagi suku lampung sebenarnyasangat bertentangan dengan nilai budaya dan karakter suku lampungyang sebenarnya, yaitu ramah tamah, suka bergaul, tolong menolong,toleransi, dan berkeinginan untuk maju. Upaya untuk membangunkarakter remaja lampung salah satunya dilakukan melalui konselinglintas budaya. Melalui konseling lintas budaya, konselor akanmengidentifikasi masalah pemahaman dan penafsiran nilai budayaoleh remaja yang mengakibatkan disorientasi nilai pada perilakuremaja lampung. Untuk mencapai efektifitas konselinb lintas budaya,konselor hendaknya Meningkatkan pemahaman secara filosofi tentangnilai kearifan lokal suku lampung, 2) Menginternalisasikan nilai kearfianlokal Lampung dalam sikap, perilaku saat konseling dengan remajalampung, dan 3) sikap keterbukaan konselor, serta penggunaan teknik“pemberian contoh” secara tepat saat konseling

Kata kunci: Nilai Kearifan lokal, Lampung, Konselor

Page 43: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

34

abstract

At the time lampung for some people identified with areas that likeviolence an act of crime. The cause of this condition one of themallegedly the young generation of lampung misunderstood the value oflocal wisdom, so that teenagers will do anything for the sake of self-worth. This condition is very contrary to the cultural values andcharacter of the Lampung which is friendly, sociable, helpful, tolerant,and have good motivation for success. The solution to build thecharacter of lampung generations is cross-cultural counseling. Throughcrosscultural counseling, counselors will identify the case ofunderstanding and interpretation of cultural values by adolescents, andstudy for case disorientation of values about behavior Lampungadolescents. To achieve the effectiveness of a cross-culturalcounselling, the counselor must improve the philosophicalunderstanding of the local wisdom of the lampung, 2) internalize thelocal value of Lampung to behavior and attitude of counselor whencounseling process with with adolescent lampung, and 3) thecounselor's must can be openness with counsellee perceptions and theuse of "give sample technique" .

Key word: Local wisdom, Lampung, Counselor

1. PENDAHULUANSuku lampung adalah salah satu suku bangsa yang memegang erat

nilai-nilai luhur budayanya. Nilai-nilai budaya budaya lampung oleh para

masyarakat lampung dijadikan sebagai pedoman hidup dalam berinteraksi sosial

kemasyarakatan, dan menjadi nilai luhur yang digunakan sebagai solusi ketika

ada permasalahan-permasalahan adat, sosial, kemasyarakatan, dan

permasalahan-permasalahan lain baik sesama suku lampung, dan atau dengan

suku lainnya. Suku lampung merupakan masyarakat pribumi propinsi lampung,

dan hidup bersama-sama dengan suku-suku lain, seperti suku jawa, palembang,

sunda, batak, dan lain-lain sebagai suku atau masyarakat pendatang.

Penghargaan dan pengamalan nilai kearifan lokal suku lampung menjadikan

suku lampung dapat hidup berdampingan dengan suku-suku pendatang. Sejak

dahulu antara suku lampung sebagai masyarakat pribumi dengan suku-suku lain

sebagai masyarakat pendatang dapat hidup dengan toleransi, tenggang rasa,

saling menghargai, dan menghormati serta terjalin sikap tolong menolong.

Page 44: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

35

Akan tetapi, realitas yang sangat miris adalah saat inn Lampung

diidentikkan sebagai daerah rawan, daerah yang rawan tindakan kriminalitas.

Merujuk kepada data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (2016) terlihat bahwa

tindak kriminal dan konflik mewarnai kehidupan masyarakat lampung. Hal

tersebut terlihat dari tabel berikut:

Tabel 1. Data kriminalitas di setiap propinsi di Indonesia

Sumber: BPS 2016. Statistik Kriminalitas

Merujuk kepada data diatas, terlihat bahwa permasalahan kriminalitas di

Propinsi Lampung sangatlah memperihatinkan. Hal tersebut sangat berbanding

terbalik dengan tatanan nilai kearifan lokal suku lampung yang suka berbaur dan

terbuka kepada orang lain. Fakta lain yang cukup mengejutkan adalah konflik

massa yang terjadi dilingkungan masyarakat lampung cukup memperihatinkan.

Berikut data yang diungkapkan oleh BPS (2016) :

Sumber :BPS 2016. Statistik Kriminal

Kondisi di atas menggambarkan bahwa nilai toleransi dan tegang rasa

yang selama ini ada dan berkembang dalam diri masyarakat lampung sudah

mulai memudar. Cukup besarnya konflik horizontal masyarakat di propinsi

35

Akan tetapi, realitas yang sangat miris adalah saat inn Lampung

diidentikkan sebagai daerah rawan, daerah yang rawan tindakan kriminalitas.

Merujuk kepada data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (2016) terlihat bahwa

tindak kriminal dan konflik mewarnai kehidupan masyarakat lampung. Hal

tersebut terlihat dari tabel berikut:

Tabel 1. Data kriminalitas di setiap propinsi di Indonesia

Sumber: BPS 2016. Statistik Kriminalitas

Merujuk kepada data diatas, terlihat bahwa permasalahan kriminalitas di

Propinsi Lampung sangatlah memperihatinkan. Hal tersebut sangat berbanding

terbalik dengan tatanan nilai kearifan lokal suku lampung yang suka berbaur dan

terbuka kepada orang lain. Fakta lain yang cukup mengejutkan adalah konflik

massa yang terjadi dilingkungan masyarakat lampung cukup memperihatinkan.

Berikut data yang diungkapkan oleh BPS (2016) :

Sumber :BPS 2016. Statistik Kriminal

Kondisi di atas menggambarkan bahwa nilai toleransi dan tegang rasa

yang selama ini ada dan berkembang dalam diri masyarakat lampung sudah

mulai memudar. Cukup besarnya konflik horizontal masyarakat di propinsi

35

Akan tetapi, realitas yang sangat miris adalah saat inn Lampung

diidentikkan sebagai daerah rawan, daerah yang rawan tindakan kriminalitas.

Merujuk kepada data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (2016) terlihat bahwa

tindak kriminal dan konflik mewarnai kehidupan masyarakat lampung. Hal

tersebut terlihat dari tabel berikut:

Tabel 1. Data kriminalitas di setiap propinsi di Indonesia

Sumber: BPS 2016. Statistik Kriminalitas

Merujuk kepada data diatas, terlihat bahwa permasalahan kriminalitas di

Propinsi Lampung sangatlah memperihatinkan. Hal tersebut sangat berbanding

terbalik dengan tatanan nilai kearifan lokal suku lampung yang suka berbaur dan

terbuka kepada orang lain. Fakta lain yang cukup mengejutkan adalah konflik

massa yang terjadi dilingkungan masyarakat lampung cukup memperihatinkan.

Berikut data yang diungkapkan oleh BPS (2016) :

Sumber :BPS 2016. Statistik Kriminal

Kondisi di atas menggambarkan bahwa nilai toleransi dan tegang rasa

yang selama ini ada dan berkembang dalam diri masyarakat lampung sudah

mulai memudar. Cukup besarnya konflik horizontal masyarakat di propinsi

Page 45: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

36

lampung dapat ditengarai terjadi antara suku pribumi dengan suku-suku

pendatang (namun sudah lama menetap di Lampung). Suatu kondisi yang

sangat miris dan menyedihkan. Salah satu aspek fundamentasl penyebab

tingginya angka kriminalitas pada suku lampung adalah memudarnya

pemahaman dan implementasi nilai kearifan lokal suku lampung, yang

menyebabkan kesalahan dalam memaknai nilai kearifan lokal tersebut. Banyak

remaja lampung yang kehilangan identitas dirinya, serta salah dalam memahami

landasan nilai budayanya. Berkenaan dengan hal tersebut, memberikan

pemahaman akan identitias suku lampung, membangun karakter remaja

lampung berbasis nilai kearifan lokal adalah suatau hal yang sangat penting, dan

salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui konseling lintas budaya.

Berdasarkan uraian di atas, maka makalah ini akan membahas

bagaimana meningkatkan kapasitas konselor lintas budaya melalui pemahaman

nilai kearifan lokal lampung dalam pelaksaanaan konseling lintas budaya. Tujuan

dari pembahasan makalah adalah: 1) memberikan pemahaman akan

karakteristik nilai kearifan lokal lampung yang membentuk kepribadian dan

karakter suku lampung, serta 2) upaya meningkatkan kapasitas konselor lintas

budaya berbasis nilai kearifan lokal suku lampung.

2. METODEMetode yang digunakan dalam menjawab pertanyaan serta mencapai tujuan dari

pembahasan makalah adalah dengan study literasi/kajian pustaka. Pustaka yang

menjadi rujukan pembahasan dan pencapaian tujuan makalah adalah terkait

dengan nilai kearifan lokal lampung, konelor lintas budaya. Literasi yang

digunakan dan dirujuk sebagai analisa dan pembahasan tema/topik adalah

bersumber dari buku, jurnal, media sosial, dan beberapa regulasi yang terkait

dengan topik pembahasan

3. HASIL DAN PEMBAHASAN3.1 Nilai Kearifan Lokal (Local Wisdom) LampungNilai kearifan lokal adalah seperangkat nilai luhur yang menjadi pegangan

masyarakat adat untuk menjaga kelestarian generasinya. Lokal wisdom atau nilai

kearifan lokal adalah sepertangkat nilai yang tumbuh dan menjadi pegangan dan

bersumber dari akal budi yang digunakan dalam bertindak dan bersikap untuk

Page 46: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

37

merespon suatau objek atau peristiwa pada ruang dan waktu tertentu.

Wikantoyoso (2009 ) menyebutkan bahwa nilai kearfian lokal adalah normal yang

berlaku di masyarakat serta diyakini kebenaranya dan menjadi acuan dalam

berperilaku sehari hari. Dalam masyarakat lampung, perilaku sehari-hari dan

dalam bertindak mengacu pada nilai kearifan lokal yang secara turun temurun

dijalankan dan membentuk karakter suku lampung. Nilai kearifan lokal suku

lampung, yaitu:

a. Piil Pesenggiri

Piil pesenggiri dimaknai sebagai harga diri. Bagi suku lampung falsafah

piil pesenggiri merupakan suatu nilai yang menjadi prinsip bahwa orang

lampung harus selalu berusaha maju dan tidak boleh tertinggal dari

orang lain. Syani (2016) menjelaskan bahwa Piil Pesenggiri merupakan

harga diri yang berkaitan dengan perasaan kompetensi dan nilai

pribadi, atau merupakan perpaduan antara kepercayaan dan

penghormatan diri. Seseorang yang memiliki Piil Pesenggiri yang kuat,

berarti mempunyai perasaan penuh keyakinan, penuh tanggungjawab,

kompeten dan sanggup mengatasi masalah-masalah kehidupan.

b. Juluk-Adek

Juluk-adek adalah panggilan atau gelar adat. Nilai juluk-adek

menunjukan peran sosial individu sesuai dengan gelarnya, baik dalam

hubungannya dengan acara adat ataupun sosial kemayarakatan.

c. Nemui Nyimah

Nemui-nyimah diartikan sebagai sikap santun, pemurah, terbuka

tangan, suka memberi dan menerima dalam arti material sesuai dengan

kemampuan.

d. Nengah-nyappur

e. Nengah-nyappur merupakan nilai yang menunjukkan bahwa orang

lampung suka bergaul, bersahabat dengan siapa saja, tenggang rasa

(toleransi) yang tinggi antar sesamanya.

f. Sakai sambaiyan

Sakai sambayan dimaknai dengan perilaku yang suka tolong menolong

dan gotong royong. Sakai sambayan adalah sifat suku lampung yang

Page 47: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

38

suka berpartisipasi dan saling membantu baik sesama suku maupun

dengan suku lain.

Merujuk kepada nilai kearifan suku lampung maka kesan suka kekerasan

dalam memecahkan masalah, suku yang dekat dengan konflik dan kriminalitas

adalah sesuatu hal yang sebenarnya tidak ada satupun rujukan nilai lokal

lampung yang mengajarkan hal tersebut. Secara umum disimpulkan bahwa

karakter suku lampung adalah suku yang terbuka dengan semuanya, toleransi,

ramah tamah, dan memiliki prinsip hidup yang ingin untuk selalu maju.

3.2 Peningkatan Kapasitas Konselor Lintas Budaya melalui pemahamannilai kearifan lokal suku lampung

Mardihartono (Basri, 2016) menjelaskan bahwa dalam masyarakat

Lampung sekarang ini pemahaman dan aplikasi nilai-nilai kearifan lokal piil

pesenggiri kurang menyentuh hal yang substansial dan pada posisi yang benar

Boleh jadi, telah terjadi pendangkalan makna terhadap kekayaan nilai pada keari-

fan lokal tersebut. Lebih lanjut disebutkan oleh Mardihartono bahwa piil

pesenggiriini diterjemahkan sangat sempit, sehingga piil pesenggiriitu hanya

harga diri yang tak jarang berhubungan dengan konflik fisik. Mestinya tidak

demikian. Konflik harusnya tidak akan terjadi karena individu mempunyai harga

diri dan martabat. Kalau individu berkonflik yang mengorbankan orang lain

apalagi masyarakat luas, sebenarnya secara itu tidak punya harga diri.

Pemahaman dan pemaknaan yang salah terhadap nilai lokal suku lampung

disebabkan karena pengenalan, penanaman, dan pengajaran nilai lokal oleh

orang tua dan para tokoh adat sangatlah minim. Sehingga remaja hanya

memahami secara setengah-setengah dan itupun pemaknaan yang salah.

. Salah satu upaya untuk menanamkan nilai-nilai kearifan lokal suku

lampung pada remaja yaitu melalui konseling lintas budaya. Melalui konseling

lintas budaya, konselor akan mengidentifikasi masalah identitas diri remaja

lampung terkait dengan nilai budayanya, lalu membangun kembali kedirian dari

remaja lampung didasarkan oleh nilai kearifan lokal suku lampung. Gibson &

Mitchell (2011) menjelaskan konseling sebagai hubungan antar- manusia dan

profesi penolong harus dapat memberikan pengaruh nasional yang signifikan dan

positif, secara spesifik konseling lintas budaya harus memiliki orientasi

Page 48: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

39

multibudaya dan konseling bisa efektif untuk menghadapi berbagai masalah

untuk budaya apapun. Upaya untuk mereduksi perilaku kriminalitas dan tindak

kekerasan yang diakibatkan oleh lunturnya nilai kearifan lokal lampung serta

penafsiran yang salah terhadap nilai kearifan lokal suku lampung, maka

diperlukan konseling lintas budaya yang dilakukan oleh konselor yang memiliki

pemahaman utuh, integritas, dan menjadikan nilai kearifan lokal lampung

sebagai bagian media untuk merubah penafsiran negatif remaja lampung

terhadap nilai loka lampung. Proses untuk mencapai kondisi tersebut hanya

dapat dilakukan oleh konselor yang memiliki kapasitas pemahaman yang baik

terhadap nilai budaya lampung.

Peningkatan kapasitas konselor lintas budaya dalam mengidentifikasi

masalah remaja lampung dan membangun kembali karakter remaja lampung

sesuai dengan nilai kearifan lokal, dapat dilakukan dengan:

1. Meningkatkan pemahaman secara filosofi tentang nilai kearifan lokal

suku lampung. Dengan demikian akan mampu secara efektif

memahami karakter remaja lampung, serta akhirnya akan mampu

membangun kembali karakter remaja lampung.

2. Menginternalisasikan nilai kearfian lokal Lampung dalam sikap,

perilaku saat konseling dengan remaja lampung.

3. Wujud karakter suku lampung yang terbuka dan mudah bergaul, serta

menjadikan nilai harga diri di atas segalanya, hendaknya berimplikasi

pada sikap keterbukaan konselor, serta penggunaan teknik

“pemberian contoh” secara tepat.

Pengembangan kemampuan konselor dalam memahami karakter suku

lampung serta kemampuan untuk mengimplementaskan pemahamahan tersebut

dalam proses konseling lintas budaya akan menjadikan konseli bersuku lampung

dapat memahami disorientasi karakter dirinya selama ini, serta mampu

mengintervensi konseli dalam membangun kembali karakter sesuai dengan nilai

lokal suku lampung dengan pemaknaan yang benar

Page 49: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

40

4. SIMPULAN DAN SARANBerdasarkan pembahasan yang telah dilakukan maka dirumuskan beberapa

kesimpulan, yaitu:

1. Pada remaja lampung saat ini secara mayoritas terjadi kesalahan

pemaknaan nilai kearifan lokal, sehingga berakibat pada disorientasi

nilai kearifan lokal pada remaja lampung

2. Sejatinya karakter suku lampung berdasarkan nilai kearifan lokal adalah

suku yang terbuka dengan semuanya, toleransi, ramah tamah, dan

memiliki prinsip hidup yang ingin untuk selalu maju.

3. Peningkatan kapasitas konselor untuk melaksanakan konseling pada

konseli bersuku lampung terletak pada peningkatan pemahaman nilai

budaya lampung, penerapan nilai budaya dalam sikap dan tingkah laku

saat konseling, serta menginternalisasikan nilai kearifan lokal sebagai

materi dan pengembangan teknik konseling.

Saran yang diberikan kepada para konselor lintas budaya dalam

melaksanakan konseling lintas budaya pada konseli bersuku lampung yaitu:

1. Hendaknya sebelum melakukan konseling, perlu dilakukan

identifikasi dan analisis pemahaman konseli terhadap nilai

budayanya. Karena hal tersebut bisa jadi adalah pemicu munculnya

permasalahan yang dihadapi konseli

2. Menjalin komunikasi dan kerjasama dengan para tokoh adat, hal ini

sangat penting ketika masalah konseli terkait erat dengan

permasalahan atau konflik pribadi yang berkaitang dengn nilai adat

budaya.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik.2016. Statistik Kriminal. Jakarta: BPS

Basri, Hasan. 2016. Kearifan Lokal Bisa Menyejukkan Lampung (PerspektifKomunikasi Lintas Budaya). Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 7, Nomor 1,Maret 2016, Hlm. 63-70

Gibson, Robert L & Mitchell, Mariana H. 2011. Bimbingan Dan Konseling.Jakarta: Pustaka Pelajar

Page 50: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

41

Syani, Abdul. 2016. Kearifan Lokal Lampung Dan Implementasinya DalamKehidupan Kampus. Makalah. Disampaikan Pada Seminar/LokakaryaPada Kegiatan Diklat Bidik Misi Di Universitas Lampung, Tanggal 27November 2016

Wikantoyoso.2009. Kearifan Lokal Dalam Perencanaan Dan Perancangan Kota;Untuk Mewujudkan Arsitektur Kota Berkelanjutan. Malang: Grup ArsitekturDan Konservasi Kota

Page 51: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

42

Lampiran 5. Teknologi tepat Guna

Page 52: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

i

PANDUAN PRAKTISKONSELING LINTAS BUDAYA

PADA KONSELIBERKARAKTERISTIK BUDAYA

LAMPUNG

Oleh:Agus Wibowo, M.Pd

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

2017

Page 53: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobbil’alamin, segala puji syukur tidak henti-hentinya selalu kita

panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan sekalian alam, karena atas kehendak dan

hidayahnya penulis dapat menyusun sebuah panduan yang insyaallah bisa

bermanfaat bagi pra konselor dalam melaksanakan proses konseling, khususnya

dengan konseli yang memiliki karakteristik budaya lampung.

Panduan praktis ini disusun berdasarkan hasil riset yang telah penulis

lakukan terhadap suku lampung dan nilai-nilai budaya yang dipegang teguh oleh

suku lampung dalam berkehidupan sosial kemasyrakatan. Berbagai tuntutan dan

eksistensi konselor saat ini yang semakin tinggi diakibatkan adanya dampak

teknologi yang menjadikan generasi muda telah hilang karakter budaya lokal, harus

dijawab dengan komselor yang memiliki kapasitas dan kompetensi yang tinggi

dalam memahami karakter konseli.

Panduan ini disusun dengan sederhana dalam rangka untuk mempermudah

para konselor dalam memahami dan mempraktikkan, serta dilengkapi dengan kajian

yang komprehensif tentang teori konseling lintas budaya, serta nilai-nilai lokal

budaya lampung. Akan tetapi, demi kesempurnaan panduan ini, penulis sangat

mengharapkan kritikan yang membangun untuk kesempurnaan panduan ini.

Mudah-mudahan panduan ini bermanfaat bagi kita semua.

Penulis,

Agus Wibowo, M.Pd

Page 54: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

iii

DAFTAR ISI

SAMPUL................................................................................................................................................. i

KATAPENGANTAR............................................................................................................................ ii

DAFTARISI...................................................................................................................... .................... iii

KONSELING LINTAS BUDAYA

1. Konsep Konseling Lintas Budaya................................................................ 12. Urgensi konseling Lintas Budaya dalam era globalisasi.............................. 2

3. Konselor Konseling Lintas Budaya.............................................................. 3

Teknik Konseling Lintas Budaya Suku Lampung.............................................. 5

1. Nilai Kearifan Lokal Suku Lampung ............................................................ 52. Teknik Konseling Lintas Budaya dengan suku Lampung ........................... 7

Daftar Pustaka................................................................................................. .......10

Page 55: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

1 Agus Wibowo. Panduan Konseling Dengan Suku LampungKONSELING LINTAS BUDAYA

A. Konsep Konseling Lintas BudayaKonseling lintas budaya (cross-cultural counseling) adalah konseling yang

melibatkan konselor dan konseli yang berasal dari latar belakang budaya yang

berbeda (Supriadi,2001). Selain ditinjau dari subjek/pelaku proses konseling,

Wohl (dalam Supriadi, 2001) konseling lintas budaya meliputi isu atau kondisi

dimana penerapan dan implikasi teori-teori, pendekatan dan prinsip konseling

yang berasal dari suatu konteks budaya tertentu ke dalam konteks budaya lain.

Gibson dan Mitchell (2011) menjelaskan bahwa konseling lintas budaya dimaknai

bahwa konselor adalah pribadi yang unik diantara banyak budaya dan latar

belakang yang membentuk suatu populasi. Sedangkan Burn ( dalam Supriatna,

2009) menjelaskan cross cultural counseling is the process of counseling

individuals who are of different culture/cultures than that of the therapist.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka konseling lintas budaya

dimaknai sebagai proses pemberian bantuan melalui wawancara konseling yang

dilakukan konselor yang memiliki perbedaan budaya dengan konseli.

Multi budaya dapat diartikan sebagai suatu kondisi masyarakat yang

majemuk, menghargai pluralisme dan memungkinkan keberagaman tetap lestari,

dengan arti lain masyarakat yang menerima integrasi sebagai cara-cara yang

umum untuk menghadapi keberagaman budaya, tetapi tetap memperlihatkan jati

diri mereka.

Konseling multi budaya menurut Von Tress menyatakan dimana penasehat

dan kliennya adalah berbeda secara kultural oleh karena sosialisasi berbeda

dalam memperoleh budayannya, sub kultur, racial ethnic, atau lingkungan sosial

ekonomi. Sementara APA (Sue, Dkk 1982) menggambarkan konseling atau

terapi antara budaya sebagai hubungan konseling dimana dua atau lebih peserta

berbeda berkenaan dengan latar belakang budaya, nilai-nilai, dan gaya hidup.

Dengan demekian, konseling multikultural adalah proses konseling yang

dilaksanakan oleh konselor dan konseli yang memiliki karaktersitik dan latar

belakang budaya yang berbeda.

Konseling multi budaya meliputi situasi dimana:

Page 56: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

2 Agus Wibowo. Panduan Konseling Dengan Suku Lampung antara konselor dan klien adalah individu minoritas tetapi dari kelompok

minoritas berbeda,

konselor adalah seorang minoritas tapi klien bukanlah atau sebaliknya

konselor dan klien sesuai rasnya, secara etnis serupa, namun memiliki

keanggotaan kelompok budaya berbeda berdasarkan misalnya variabel jemis

kelamin, orientasi seksual, faktor sosial ekonomi, orientasi religius, atau usia.

B. Urgensi konseling Lintas Budaya dalam era globalisasiSaat ini, banyak permaasalahan yang muncul pada diri individu disebabkan

oleh faktor-faktor eksternal, utamanya terkait dengan intoleransi. Pandangan

yang lebih meninggikan nilai budaya sendiri dibandingkan dengan budaya orang

lain merupakan penyebab dasar sering terjadinya permasalahan sosial pada diri

individu. Oleh karena itu, beberapa hal yang penting untuk dipahami terkait

dengan pentingnya nilai budaya bagi masyarakat di globalisasi adalah sebaai

berikut:

1. Saat ini semakin sering munculnya persoalan-persoalan yang bersumber

dari keragaman budaya konseli (peserta didik)

2. Individu yang menjadi subjek pendidikan beragam karakteristik dan

pelbagai latar belakang dirinya

3. Guru BK, bahkan sistem persekolahan di Indonesia belum secara sengaja

disiapkan untuk menghadapi persoalan yang bersumber dari keragaman

budaya konseli (peserta didik).

4. Manusia adalah mahluk sosial, dan juga mahluk berbudaya.- Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkaan orang lain,sehingga

memerlukan interaksi dengan individu lain. Selain itu manusia juga

dibentuk oleh lingkungan sosial dimana ia berada- Sebagai mahluk berbudaya, manusia memiliki nilai-nilai, norma, dan

konsep-konsep yang dianut.

5. Perkembangan dan Arus globalisasi yang berdampak besar terhadap

berbagai tatanan kehidupan, termasuk pendidikan

6. Orientasi nilai budaya yang berupa sikap kekeluargaan dan gotong royong

yang sangat kuat dalam masyarakat Indonesia

Page 57: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

3 Agus Wibowo. Panduan Konseling Dengan Suku Lampung

C. Konselor Konseling MultikulturalKonselor multikultural, harus memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap nilai

budaya, yang dipegang oleh konseli. Berikut adalah faktor yang harus

diperhatikan oleh konselor untuk memahami nilai-nilai budaya yang dipegang

oleh konseli:

1. Perluya Memahami Keanekaragaman Klien Dalam Suatu Masyarakat Plural

Kita banyak menghadapi suatu kenyataan, bahwa didalam kebudayaan

Nasional ternyata terdapat keragaman budaya, atau dalam suatu bangsa

sering terdiri dari sub budaya-sub budaya. Kasus seperti ini akan kita jumpai

di indonesia yang terdiri dari banyak etnis atau suku, sehingga kemungkinan

akan muncul pluraliralitas budaya.

2. Individu tumbuh bersama dengan budayanya

Konselor seharusnya ingat bahwa kebudayaan klien adalah multicultural

dalam perasaan atau pikiran (sense) mereka yang telah dipengaruhi oleh

sedikitnya lima kultur yang saling terjalin satu sama lain.

3. Perbedaan karakter dan latar belakang budaya yang berbeda, memerlukan

pemahaman dan treatment yang berbeda.

4. Memperoleh suatu gambaran seseorang yang secara kultural berbeda

memerlukan suatu usaha untuk memahami kultur yang dimiliki orang itu dan

bagaimana orang itu berhubungan dengan kultur tersebut.

5. Konselor multikultural harus meningkatkan:

Kesadaran diri dan pengertian/pemahaman tentang sejarah kelompok

budayanya sendiri dan mengalami.

Kesadaran diri dan pengertian/pemahaman tentang pengalaman diri

sendiri di lingkungan arus besar kulturnya.

Kepekaan perceptual ke arah kepercaayaan diri sendiri pribadi dan

nilai-nilai yang dimilikinya.

Kesadaran dan pengertian/pemahaman tentang sejarah dan

pengalaman kelompok budaya dimana klien mungkin mengidentifikasi

atau sedang berhadapan.

Page 58: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

4 Agus Wibowo. Panduan Konseling Dengan Suku Lampung kesadaran perseptual dan pemahaman akan pengalaman dalam

lingkungan budaya, dimana klien mungkkin mengidentifikasi atau

sedang berhadapan.

Kepekaan perseptual kearah kepercayaan pribadi klien dan nilai-

nilainya.

Untuk itu, dalam pelaksanaan konseling lintas budaya, konselor harus

meningkatkan kapasitasnya, antara lain:

Teknik konselor harus dimodifikasi ketika konseling secara budaya berbeda

Konselor yang secara budaya sensitif disiapkan untuk menyesuaikan dengan

perbedaan dan berbagai kesulitan yang di antisipasi sepanjang proses

konseling karena jarak antara latar belakang budaya konselor dan lkien

meningkat.

Konsepsi tentang proses membantu adalah budaya, seperti model atau gaya,

self –reparation dan mengkomonikasikan distress/ kesusahan.

keluhan dan gejala berbeda dalam frekuensi dan kejadiannya pada berbagai

kelompok budaya.

harapan dan norma-norma budaya konselor dan klien mungkin beragam.

Konselor yang secara kultural efektif mengenali nilai-nilai dan asumsi mana

yang mereka pegang mengenai perilaku manusia yang diinginkan atau tidak

diinginkan

Konselor yang secara kultural efektif adalah mereka yang menyadari

kharakteristik umum konseling yang melintasi pikiran/anggapan yang

diperoleh dari sekolah.

Konselor yang secara kultural efektif bisa berbagai pandangan dunia dengan

klien mereka tanpa meniadakan hak kekuasaan mereka.

Konselor yang secara kultural efektif sungguh-sungguh eklektik dalam

konseling mereka.

Page 59: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

5 Agus Wibowo. Panduan Konseling Dengan Suku LampungTEKNIK KONSELING LINTAS BUDAYA SUKU LAMPUNG

A. Nilai Kearifan Lokal suku LampungSuku lampung adalah salah satu suku yang memiliki nilai adat istiadat yang

sangat besar, bahkan suku lampung merupakan suku yang sampai saat ini

memegang teguh nilai adat dan budayanya. Menurut informan penelitian, nilai

budaya lokal (lokal wisdom) merupakan pegangan hidup yang selalu dianut

dalam berkehidupan masyarakat suku Lampung. Beberapa nilai kearifan lokal

yang dipegang oleh suku Lampung yaitu lampung, nilai kearifan lokal yang

dianut yaitu Piil pesenggiri, nemu-nyimah, sakai sambayan, dan juluk adok juluk

adok”keseluruhan nilai tersebut merupakan warisan budaya leluhur yang

menjadikan pedoman hidup bagi masyarakat lampung.

Untuk menjaga kelestarian nilai luhur budaya lampung, maka dilakukan upaya

pengenalan dan pembelajaran terhadap nilai lokal semenjak dari kecil. Suku

lampung mulai dari kecil diajarkan tentang adat lampung dengan tujuan agar

anak suku lampung sudah mengenal kebiasaan, tuntunan, dan aturan yang

berlaku dalam kehidupan sosial, mulai dari hubungan sosial dengan keluarga,

masyarakat, dan lain lain

Masyarakat lampung harus berpegah teguh terhadap nilai luhur yang mereka

anut, oleh karena itu sejak masih kecil anak-anak atau generasi muda suku

lampung harus diperkenalkan oleh nilai-nilai lokal suku lampung. Implementasi

nilai kearifan lokal suku lampung diberlakukan pada setiap sendi kehidupan

masyarakat. Baik dalam kehidupan sosial pada satuan keluarga, hingga acara-

acara adat. Dalam suku lampung, nilai kearifan lokal meerupakan pedoman

dasar yang mengatur hubungan sosial antara masyarakat satu dengan yang

lainnya. Hal ini disebebakan karena suku lampung dalam pola sistem

kemasyarakatan tidak mengenal sistem kasta. Masyarakat lampung tidak

membedakan kasta atau status sosial dalam masyarakat, hal tersebut ditandai

dengan acara nanjar/acara tanjaran, dimana semua memiliki kedudukan

sama.Dalam suatu acara adat atau “begawai adai” masyarakt lampung, terjadi

suatu kebiasaan untuk melakukan acara jamuan atau makan besama dengan

cara menggelar semua sajian makanan dibawah (tidak diletakkan dimeja-meja

Page 60: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

6 Agus Wibowo. Panduan Konseling Dengan Suku Lampungkhusus). Sehingga semua masyarakat lampung, tidak perduli pangkat, status

sosial, jabatan dan lain-lain melakukan makan bersama sama dibawah/ lantai

dengan duduk bersama-sama antara satu dengan yang lainnya. Nilai acara

nanjar ini bermakna bahwa masyarakat lampung mengakui bahwa semua orang

itu sama hak dan kewajibannya. Sehingga nilai kebersamaam dan gotong

royong adalah hal dasar yang harus dijaga dan dilestarikan.

Nilai luhur yang menjadi pedoman bagi masyarakat lampung salah satunya

adalah Piil Pesenggiri. Piil Pesenggiri adalah nilai luhur masyarakat lampung

yang membentuk karakter suku lampung untuk selalu termotivasi hidup lebih

baik dari orang lain. Piil pesenggiri dimaknai sebagai bentuk harga diri bagi suku

lampung yang meletakkan nilai kehormatan dan martabat harus bisa lebih baik

dari yang lain. Piil pesenggiri dimaknai sebagai suatu sikap masyarakat lampung

yang selalu ingin lebih baik. Piil pesenggiri memiliki pandangan filosofi bahwa

jika orang lain bisa dan mampu maka hal tersebutpun pasti bisa saya dapatkan

dan bisa saya lakukan. Nilai pesenggiri menjadikan suku lampung selalu

berusaha bagiamana mereka tidak tertinggal dari orang lain. Selain piil

pesenggiri, nilai luhur yang menjadi pembentuk karakter suku lampung adalah

Nengah Nyappur. Nengah nyampur dimaknai sebagai karakter suku lampung

yang suka bergaul, terbuka terhadap informasi dan orang lain. Nengah nyappur

secara sederhanadimaknai bahwa “ bergerak kedalam kerumunan dan

bercampur dengan orang lain”. Nilai nengah nyappur membentuk karakter suku

lampung untuk dapat hidup berpartisipasi dengan orang lain, membuka diri

untuk mencapai suatu kemajuan. Orang lampung memiliki karakter mudah

berbaur, dan bergaul, hal tersebut nampak dari nilai-nilai nengah nyampur. Nilai

nengah nyampur mendorong masyarakt lampung untuk bisa bergaul dengan

sesama.

Nilai kearifan lokal suku lampung yang menjadi dan membentuk karakter suku

lampung adalah Bejuluk adok. Bejuluk adok adalah pemberian gelar kepada

orang lampung yang memiliki syarat tertentu dan melalui proses atau rangkaian

upacara adat. Selain gelar secara adat, dalam suku lampung juga terdapat

bejuluk (panggilan) yang khas dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Nilai

bejuluk adok berimplikasi terhadap peran dan tanggungjawab individu suku

lampung pada peran sosial kemasyarakan adat istiadat lampung. Selain itu suku

lampung juga sangat menghormati tamu atau keluarga yang berkunjung atau

Page 61: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

7 Agus Wibowo. Panduan Konseling Dengan Suku Lampungbersilaturahmi. Dalam adat suku lampung, tamu hendaknya diperlakukan

secara terhormat dan dijamu secara baik, ramah dan bermurah hati. Karakter ini

terdapat dalam nilai Nemu Nyimah. Nemu nyimah adalah adalah nilai yang

mencirikan suku lampung murah hati, ramah tamah terhadap semua orang baik

dalam satu suku ataupu yang berasal dari luar suku.

Suku lampung adalah suku yang suka bergotong royong dan saling tolong

menolong. Karakter suku lampung yang suka bergotong royong nampak pada

nilai sakai sambayan. Sakai sambaya adalah tuntunan serta pola hidup untuk

saling menolong, bahu membahu, serta saling memberi kepada pihak yang

memerlukan. Bentuk sakai sambayan bukan sekedar dalam hal materi, namun

juga meliputi pikiran, moral, tenaga, spritual, dan lain –lain yang dapat

bermanfaat bagi orang lain.

B. Teknik Konseling Dengan Suku Lampung

1. Pendekatan Konseling Lintas Budaya

Dalam pelaksanaan konseling lintas budaya, dikenal tiga pendekatan umum,

yaitu:

a. Culture centered model

Model ini didasarkan pada asumsi bahwa sering kali terjadi

ketidaksejalanan antara asumsi konselor dengan kelompok-kelompok

konseli tentang budaya, bahkan dalam budayanya sendiri. Konseli tidak

mengerti keyakinan-keyakinan budaya yang fundamental konselornya

demikian pula konselor tidak memahami keyakinan-keyakinan budaya

konselinya. Atau bahkan keduanya tidak memahami dan tidak mau

berbagi keyakinan-keyakinan budaya mereka.

Fokus utama model ini adalah pemahaman yang tepat atas nilai-nilai

budaya yang telah menjadi keyakinan dan menjadi pola perilaku individu.

Dalam konseling ini penemuan dan pemahaman konselor dan konseli

terhadap akar budaya menjadi sangat penting. Dengan cara ini mereka

dapat mengevaluasi diri masing-masing sehingga terjadi pemahaman

terhadap identitas dan keunikan cara pandang masing-masing.

Page 62: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

8 Agus Wibowo. Panduan Konseling Dengan Suku Lampungb. Integrative model

Asumsi yang mendasari konseling model integratif, yakni sebagai berikut :

1. Reaksi terhadap tekanan-tekanan rasial (reactions to racial

oppression).

2. Pengaruh budaya mayoritas (influence of the majority culture).

3. Pengaruh budaya tradisional (influence of traditional culture).

4. Pengalaman dan anugrah individu dan keluarga (individual and

familyexperiences and endowments).- Kekuatan model konseling ini terletak pada kemampuan

mengakses nilai-nilai budaya tradisional yang dimiliki individu dari

berbagai varibelnya- kunci keberhasilan konseling adalah asesmen yang tepat terhadap

pengalaman-pengalaman budaya tradisional sebagai suatu sumber

perkembangan pribadi.

c. Ethnomedical model.

Model ini merupakan konseling transkultural yang berorientasi pada

paradigma memfasilitasi dialog terapeutik dan peningkatan sensitivitas

transkultural. Pada model ini menempatkan individu dalam “konsepsi

sakit” dalam budaya

Dalam penggunaan pendekatan tersebut, secara spesifik konselor yang

melaksanakan konseling dengan suku lampung, harus memiliki teknik khusus

yaitu:

Memberikan penghargaan terhadap apa yang dianut konseli,baik verbal

maupun nonverbal

Empati

Tidak menggeneralisasikan pandangan yang dianut terhadap suatu kepada

setiap konseli

Menolak menghakimi dan mengingatkan sampai dia memiliki cukup informasi

dan memahami dunia klien.

Page 63: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

9 Agus Wibowo. Panduan Konseling Dengan Suku Lampung Kemampuan mereaksi terhadap sesuatu yang baru, perbedaan dan waktu,

situasi yang tidak dapat diramalkan dengan sedikit ketidaknyamanan atau

iritasi.

Memiliki kesabaran dan ketabahan ketika tidak memungkinkan untuk

mengerjakan suatu dengan segera.

Gunakan keterampilan 3M yang baik, yaitu mendengar, mehamai, dan

merespon. Keterampilan ini akan menjadikan sikap keterbukaan konseli

lampung akan semakin baik, sehingga masalah yang dialami bisa terungkap

dengan lebih banyak dan lebih mendalam.

Karakter nengah-nyappur hendaknya menjadikan pegangan bagi konselor

untuk membangun rapport yang baik dengan mengintensifkan teknik-teknik

“contoh pribadi”, sebagai bagian terapis untuk mengembangkan wawasan

konseli dan orientasi dalam menemukan suatu pentokohan yang bisa menjadi

contoh dalam kehidupan.

Sesuai dengan karaktersitik yang dimiliki oleh suku lampung, penggunaan

model konseling yang paling tepat yaitu dengan model Model Etnomedikal(Ethnomedical Model). Melalui model ini, konselor dapat mengidentifikasi

kesalahsuaian perilaku konseli dengan membandingkan nilai-nilai yang

menjadi acuan hidup suku lampung.

Page 64: LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA...LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN UNSUR BUDAYA LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA

10 Agus Wibowo. Panduan Konseling Dengan Suku LampungDirektorat Jendral Pemasyarakatan (Ditjenpas). 2013. Data Statistik Kriminal Anak yang

Berkonflik dengan Hukum Provinsi Lampung Tahun 2013. JakartaGibson dan Mitchell 2011. Bimbingan Dan Konseling. Alih Bahasa Yudi Santosa. PustakaPelajar: YogyakartaHafidudin.2014. Memahami Falsafah Hidup Orang Lampung. Jurnal Penelitan Geografi.Vol 2, No 1 . FKIP: UNILANurdin, A.Fauzie. 2009, Budaya Muakhi dan Pembangunan Daerah Menuju MasyarakatBermartabat, Yogyakarta: Gama MediaPalmer, Stephen & Laungani, Pittu. 2008. Counseling in a Multicultural Society. London :Sage Publisher.Patton, M.Q. 1987. Creative evoluation . Beverly Hill, CA: Sage.Saputro. 2011. Piil Pesenggiri: Etos dan Semangat KeLampungan. Bandar Lampung: JungFoundation Lampung Heritage dan Dinas Pendidikan LampungSupriadi, Dedi. 2001. Konseling Lintas –Budaya: isu-Isu Dan Relevansi Di Indonesia. UPI:BandungSupriatna, mamat. 2009. Materi PLPG Sertifikasi Guru. FIP. UPI Bandung