laporan ta 13505024 - · pdf filekualitas pelayanan yang baik. citra buruk terkait layanan...
TRANSCRIPT
III-1
Bab III Analisis Kondisi Organisasi
III.1 Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Pemberian layanan umum kepada masyarakat merupakan perwujudan dari fungsi
pemerintah sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Layanan publik merupakan
arena di mana terjadi transaksi nyata dan intensif antara masyarakat dengan
pemerintah. Sektor layanan publik merupakan salah satu indikator bagi
keberhasilan pemerintah dalam menyelenggarakan pemerintahan dan menjalankan
mandat yang diberikan oleh masyarakat [EKO08].
Layanan publik yang dikaji dalam tugas akhir ini dibatasi pada layanan publik
yang memberikan dampak positif terhadap iklim investasi di suatu
kabupaten/kota. Layanan perizinan dan non-perizinan merupakan titik awal dari
proses penanaman investasi dari investor di suatu daerah. Oleh karena itu, layanan
perizinan dan non-perizinan yang dilakukan oleh pemerintah menjadi pokok
bahasan utama dalam penulisan tugas akhir ini.
Pentingnya sektor pelayanan perizinan ini sayangnya tidak didukung dengan
kualitas pelayanan yang baik. Citra buruk terkait layanan perizinan dan non-
perizinan terutama diakibatkan oleh proses pengurusan permohonan yang
berbelit-belit dan menyulitkan konsumen. Panjangnya proses ini turut
meningkatkan kerawanan untuk terjadinya pungutan liar pada setiap tahapan dari
proses tersebut. Banyaknya penjual jasa liar (calo) mengindikasikan adanya
kesenjangan kepentingan antara pemerintah sebagai penyedia layanan dengan
pihak konsumen yaitu masyarakat. Citra buruk ini berdampak terhadap hilangnya
kepercayaan dan kredibilitas pemerintah di mata masyarakat.
Sudah sepatutnya pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap kualitas
pelayanannya kepada masyarakat, mengingat bahwa sektor ini merupakan
gerbang interaksi yang intensif dengan masyarakatnya. Oleh karena itu,
pemerintah merumuskan upaya-upaya penyempurnaan utamanya dalam kegiatan
pelayanan perizinan ini. Upaya yang ditempuh diharap dapat mewujudkan
III-2
kualitas pelayanan publik yang cepat, murah, mudah, transparan, pasti dan
terjangkau serta meningkatkan hak-hak masyarakat terhadap pelayanan publik
[FAH07]. Meningkatnya kualitas pelayanan perizinan akan menyediakan akses
yang lebih luas kepada masyarakat dan investor untuk melaksanakan kegiatan
investasi di suatu daerah.
Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan layanan publik
[FAH07], meliputi: kesederhanaan, kejelasan, transparansi, kepastian dan
ketepatan waktu, biaya yang dapat dipertanggungjawabkan, pelayanan yang
berkualitas, serta kepastian hasil dan sah secara hukum. Mengacu terhadap prinsip
tersebut, maka dalam pelaksanaan pelayanan perizinan ini perlu ditetapkan
standar yang menjadi ukuran dari kualitas pelayanan, yaitu: persyaratan, prosedur
pelayanan, waktu penyelesaian, biaya pelayanan, kompetensi petugas, penanganan
pengaduan, jaminan pelayanan, serta penilaian kinerja melalui survei indeks
kepuasan masyarakat secara periodik.
Mengacu kepada permasalahan dan upaya perbaikan dari sektor layanan perizinan
iini, pemerintah merumuskan Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap (UPTSA), di
mana menempatkan penyedia pelayanan (dinas teknis terkait yang berwenang
mengeluarkan izin) di satu lokasi pelayanan. Gambar III-1 menunjukkan pola
interaksi yang terjadi di UPTSA. Front office dari masing-masing dinas
ditempatkan bersama dalam satu lokasi, sedangkan back office tempat
dilakukannya pemrosesan perizinan masih berada di masing-masing kantor dinas
teknis. Daftar dari dinas teknis terkait di lingkungan Pemerintah Kabupaten
(Pemkab) Kutai Barat yang berwenang menyediakan layanan perizinan dan non-
perizinan dapat diacu di Lampiran A.
Walaupun UPTSA telah diterapkan dengan baik di beberapa kabupaten/kota,
pemerintah pusat kembali merumuskan Penyelenggaraaan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (PPTSP) yang merupakan hasil penyempurnaan dari UPTSA. PPTSP
adalah kegiatan penyelenggaraan perizinan dan non-perizinan, yang proses
III-3
pengelolaannya mulai dari tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen
dilakukan di satu tempat [DAG06].
PPTSP memiliki kewenangan untuk menerbitkan dokumen perizinan, tidak
sekedar berupa fungsi koordinasi sebagaimana UPTSA. PPTSP tidak lagi
berperan sebagai titik layanan (service point), namun sekaligus sebagai penyedia
layanan (service provider). Pola interaksi dan komponen yang dimiliki oleh
instansi pelaksana PPTSP dapat dilihat di Gambar III-2.
Pemkab Kutai Barat di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) 2006-2011 yang dapat diacu di Lampiran A., menyatakan misi
pembangunannya yaitu untuk memfasilitasi terciptanya pertumbuhan ekonomi
dan lapangan kerja bagi masyarakat lokal dengan cara menciptakan iklim
ekonomi yang kondusif dan pola kemitraan dalam mendukung pengembangan
ekonomi kerakyatan yang berbasiskan kampung [SED06]. Misi tersebut kemudian
diterjemahkan dengan pembentukan instansi pelaksana PPTSP di Kabupaten
Kutai Barat, yaitu Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Kutai Barat.
Karakteristik positif dari PPTSP, regulasi pusat/daerah yang mengatur
keberadaaan PPTSP dan BP2T, serta struktur organisasi dan tata kerja BP2T
Kutai Barat dapat diacu di Lampiran B.
Keberadaan BP2T diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas
pelaksanaan layanan perizinan. Pengurangan jarak geografis antar penyedia
layanan perizinan diharap dapat mempersingkat waktu pemrosesan perizinan serta
untuk mempermudah akses masyarakat terhadap layanan ini. Di balik
keunggulannya, keberadaan BP2T di sisi lain perlu dicermati dengan baik untuk
menjaga sinergi yang positif antara BP2T dengan dinas teknis terkait.
Setiap daerah (kabupaten) tentu memiliki potensi kekayaan dan sumber daya alam
yang berbeda. Perbedaan tersebut mengakibatkan perbedaan sumber pendapatan
daerah dan fokus kegiatan ekonomi antara satu daerah dengan daerah yang lain.
Arah kegiatan ekonomi yang berbeda untuk setiap daerah memunculkan
kebutuhan perizinan yang berbeda untuk setiap daerah. Jenis layanan perizinan
III-4
dan non-perizinan yang dikelola oleh Pemkab Kutai Barat dapat diacu di
Lampiran C.
Gambar III-1 Instansi Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap
III-6
III.2 Inisiasi Perencanaan Arsitektur Enterprise
Permendagri No 24 Tahun 2006, mengenai pedoman pelaksanaan PPTSP,
menyatakan bahwa instansi pelaksana PPTSP wajib memiliki SI untuk
mendukung kegiatan pelayanan perizinan. BP2T sebagai instansi pelaksana
PPTSP pun wajib melaksanakan instruksi tersebut.
Biaya investasi yang besar untuk pengadaan SI merupakan salah satu masalah
yang dihadapi oleh banyak organisasi. Besarnya biaya seringkali terjadi akibat
dilakukannya modifikasi terhadap SI yang terus berulang. Hal tersebut terjadi
akibat tidak adanya objektif yang jelas dan spesifik dari kegiatan pengadaan SI.
Oleh karena itu perlu dibuat rencana pengimplementasian SI yang didahului
dengan pembuatan rancangan arsitektur enterprise dengan menggunakan
metodologi EAP.
Inisiasi perencanaan dilakukan dengan mendefinisikan lingkup dan tujuan dari
studi EAP. Lingkup dalam studi ini meliputi aktifitas BP2T dalam menyediakan
layanan perizinan dan non-perizinan bagi masyarakat Kutai Barat. Studi ini
bertujuan untuk menghasilkan arsitektur enterprise bagi BP2T. Ketersediaan
arsitektur enterprise BP2T diharap dapat memetakan kebutuhan bisnis BP2T
terhadap kebutuhan infrastruktur SI.
Terdapat 2 metodologi pendukung yang diperlukan dalam pelaksanaan studi ini,
yaitu:
1) Business Systems Planning (BSP), untuk menerjemahkan strategi bisnis
organisasi menjadi strategi perencanaan SI.
2) Value Configuration Analysis, untuk mengidentifikasi dan
mengklasifikasikan entitas bisnis ke dalam area fungsional utama dan
pendukung.
Dukungan eksekutif dari Pemkab Kutai Barat merupakan salah satu critical
success factors dalam pelaksanaan studi ini untuk mencapai hasil yang
diharapkan.
III-7
III.3 Pemodelan Bisnis
Tahapan ini bertujuan menghimpun basis pengetahuan/informasi dengan lengkap,
komprehensif, dan konsisten yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan bisnis
organisasi. Pemahaman yang baik terhadap kegiatan bisnis dari organisasi akan
membantu dalam pendefinisian arsitektur enterprise yang berkualitas
III.3.1 Analisis Konfigurasi Nilai
Pembahasan di bab II.3.2 telah menguraikan dua alat bantu dalam analisis
konfigurasi nilai yaitu Value Chain (VC) dan Value Network (VN). Pada dasarnya
kedua alat bantu tersebut memiliki peran yang sama yaitu untuk mempermudah
identifikasi dan klasifikasi dari fungsi bisnis organisasi.
Pada bab II.3.2.1 dinyatakan bahwa VC sering juga dikenal sebagai long-linked
technology, artinya proses penciptaan nilai terjadi melalui transformasi dari input
menjadi produk akhir. Karakteristik tersebut menujukkan VC sesuai bagi
organisasi yang berjenis manufaktur. Di bab berikutnya yaitu II.3.2.2, menyatakan
bahwa penciptaan nilai di VN terjadi melalui upaya untuk memfasilitasi jaringan
relasi antar konsumen dengan memanfaatkan teknologi sebagai mediumnya.
Organisasi berperan sebagai mediator, sehingga VN sesuai untuk organisasi jasa.
Dengan mengingat aktifitas inti BP2T sebagai instansi penyedia layanan perizinan
dan non-perizinan, maka BP2T dapat diklasifikasikan sebagai organisasi yang
bergerak di bidang jasa. Oleh karena itu, pada pembahasan selanjutnya alat bantu
analisis konfigursasi nilai yang akan digunakan adalah analisis VN.
Analisis VN terbagi ke dalam dua tahapan yaitu: analisis VN eksternal dan
internal. Analisis VN eksternal merepresentasikan posisi BP2T terhadap
lingkungan luar organisasi sedangkan analisis VN internal dimanfaatkan untuk
mengidentifikasi entitas bisnis dari BP2T serta mengelompokkannya ke dalam
area fungsional utama dan pendukung.
III-8
III.3.1.1 Analisis Value Network Eksternal BP2T
Analisis VN eksternal merepresentasikan hubungan antara BP2T dengan
konsumen dan stakeholder yang terlibat dalam jaringan kerjanya. Stakeholder
yang teridentifikasi, antara lain:
1) Gubernur (Gubernur Kalimantan Timur), berperan sebagai tim pembina
dan pengawas.
2) Kepala daerah (Bupati Kutai Barat), berperan sebagai tim pembina dan
pengawas.
3) Bendahara daerah, selaku penanggung jawab terhadap pengelolaan
pemasukan dan pengeluaran uang oleh pemerintah daerah.
4) Dinas teknis terkait, sebagai instansi yang melaksanakan urusan
pemerintahan di daerah. Setiap dinas teknis diharap dapat membantu
BP2T dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan perizinan dan non-
perizinan.
5) Masyarakat Kutai Barat, sebagai konsumen dari layanan perizinan dan
non-perizinan.
Gubernur
Kalimantan
Timur
MasyarakatBupati Kutai
Barat
Bendahara
Daerah
Dinas Teknis
Pemerintah
Kabupaten/KotaPublik
Pembinaan dan pengawasan
berjenjang
Pembinaan dan
pengawasanPelayanan
Koordinasi teknis
Pengelolaan Keuangan
Pemerintah
Provinsi
Analisis Value Network Internal
Institusi BP2T
Gambar III-3 Analisis VN Eksternal
III-9
Gambar III-3 mengilustrasikan hasil analisis VN eksternal dari BP2T. Hasil
analisis tersebut akan membantu dalam mengidentifikasi area-area fungsional
yang dimiliki BP2T dan menjaga hubungan kemitraan dengan stakeholder.
III.3.1.2 Analisis Value Network Internal BP2T
Analisis VN internal merupakan proses identifikasi dan pengklasifikasian entitas
bisnis utama dan pendukung yang dilakukan oleh BP2T. Idenfikasi dilakukan
dengan menurunkannya berdasar area-area fungsional dari VN. Area fungsional
dalam analisis VN diklasifikasikan dalam: Network promotion and contract
management, Service provisioning, Network infrastructure operation. Terdapat 4
area fungsional pendukung, yaitu: Firm Infrastructure, Human Resource
Management, Technology Development, dan Procurement. Entitas bisnis
didefinisikan sebagai sekelompok fungsi bisnis yang menghasilkan produk, jasa
dan/atau informasi serta menggunakan sumber daya [IBM84]. Hasil dari proses
identifikasi dan klasifikasi ditampilkan di Gambar III-4.
Firm Infrastructure Keuangan; Layanan Umum
Human Resource Management Manajemen Sumber Daya Manusia
Technology Development
Network infratructure
development
Service development
Procurement Perlengkapan
Gambar III-4 Analisis VN Internal
Network Promotion & Contract
Management
• Pelayanan Informasi
• Pelayanan Pengaduan
Service Provisioning
• Pelayanan
Administrasi
Perizinan dan Non-
Perizinan
• Pengendalian
Network Infrastructure Operation
• Pemantauan dan
Evaluasi
• Pembinaan
• Pengawasan
III-10
III.3.2 Dekomposisi Fungsi dan Proses Bisnis
Identifikasi terhadap fungsi dan proses bisnis dilakukan dengan memanfaatkan
hasil analisis VN internal BP2T. Entitas bisnis yang berhasil diidentifikasi
didekomposisi menjadi himpunan fungsi bisnis. Kemudian untuk setiap fungsi
bisnis didekomposisi lagi menjadi kumpulan proses bisnis yang dikerjakan oleh
organisasi. Setiap proses bisnis dipetakan ke lokasi di mana proses bisnis
berlangsung. Hasil identifikasi dan pemetaan antara proses bisnis dengan lokasi
bisnis ditampilkan di Tabel III-1 (cuplikan dari Lampiran D). Teridentifikasi 101
proses bisnis yang dipetakan ke 7 lokasi bisnis.
III.3.3 Pemetaan Fungsi Bisnis Terhadap Unit Organisasi
Tahap ini akan memetakan fungsi bisnis terhadap unit organisasi yang ada di
BP2T. Pemetaan tersebut ditampilkan dalam bentuk matriks fungsi bisnis – unit
organisasi yang dapat dilihat pada
III-11
Tabel III-2 (cuplikan dari Lampiran D). Relasi tersebut mengidentifikasi adanya
unit organisasi yang mengerjakan terlalu banyak fungsi bisnis serta mendeteksi
bila terdapat satu fungsi bisnis yang melibatkan banyak unit organisasi.
Nilai cell dari matriks merepresentasikan derajat keterlibatan unit organisasi pada
suatu fungsi bisnis. Nilai “3” menunjukkan unit organisasi yang bertanggung
jawab dalam pengambilan keputusan, nilai “2” untuk tingkat keterlibatan penuh
tapi tidak bertangggungjawab terhadap pengambilan keputusan, dan nilai “1”
untuk tingkat keterlibatan yang terbatas.
III.4 Sistem dan Teknologi Saat Ini
Tahapan ini bertujuan mencatat keberadaan data, aplikasi dan platform teknologi
untuk mendukung proses bisnis organisasi. Hasil catatan tersebut dinamakan
Katalog Sumber Daya Informasi / Information Resource Catalog (IRC). IRC
dijadikan landasan dalam penyusunan rencana pengimplementasian SI.
III-12
Tabel III-1 Dekomposisi Enterprise
AREA FUNGSI ENTITAS BISNIS FUNGSI BISNIS PROSES BISNIS
LOKASI BISNIS
Kan
tor
Pem
da P
rovi
nsi /
K
abu
pate
n
Ba
ck-o
ffic
e B
P2
T
Lok
et c
usto
mer
ser
vice (
pus
at
info
rmas
i)
Lok
et p
enga
juan
pe
rmoh
onan
Rua
ng p
emro
sesa
n b
erka
s
Lok
et p
enye
raha
n do
kum
en
dan
kas
ir
Lok
asi S
urv
ei
Aktifitas Utama: Network Promotion & Contract Management
Pelayanan Informasi Perencanaan teknis penyebarluasan informasi
Merencanakan teknis penyebarluasan informasi X
Perencanaan teknis pelayanan informasi
Merencanakan teknis pelayanan informasi X
Pelaksanaan pelayanan informasi
Melayani pertanyaan masyarakat X
Menyebarluaskan informasi ke masyarakat X X
Penelusuran permohonan Menerima permintaan pelacakan permohonan X
Melacak keberadaan permohonan X
Pelayanan Pengaduan Perencanaan teknis pelayanan pengaduan
Merencanakan teknis pelayanan pengaduan X
Pelaksanaan pelayanan pengaduan
Menerima pengaduan X
Mengkategorikan jenis pengaduan X
Menganalisis akar masalah X
Menetapkan tindakan X X
Mendokumentasikan pengaduan
X
III-13
Tabel III-2 Relasi Fungsi Bisnis Dengan Unit Organisasi
UNIT ORGANISASI
Gu
bern
ur
Kal
iman
tan
Tim
ur
Bup
ati K
utai
Bar
at
Ben
daha
ra D
aera
h
Din
as te
knis
Ter
kait
Kep
ala
BP
2T
Sek
reta
riat
Su
bbag
Um
um
Su
bbag
Ke
uang
an
Su
bbag
Per
enca
naan
Pro
gra
m
Bid
ang
Pen
anam
an M
odal
Su
bbid
Inve
stas
i dan
Ker
jasa
ma
Su
bbid
Pen
gen
dal
ian
dan
Pen
gaw
asan
Inve
stas
i
Bid
ang
Ana
lisa
dan
Pro
mos
i
Su
bbid
An
alis
as P
ote
nsi
Su
bbid
Pro
mos
i
Bid
ang
Pe
rizin
an U
saha
Bid
ang
Pe
rizin
an T
erte
ntu
Tim
Tek
nis
FUNGSI BISNIS Pelayanan Informasi
Perencanaan teknis penyebarluasan informasi 3 1 2 1 1
Perencanaan teknis pelayanan informasi 3 1 2 1 1 Pelaksanaan pelayanan informasi 3 2 2 Penelusuran permohonan 3 2 2 1 1
Pelayanan Pengaduan
Perencanaan teknis pelayanan pengaduan 3 1 2 1 1 Pelaksanaan pelayanan pengaduan 3 2 2 1 1
Pelayanan Administrasi Perizinan dan Non-perizinan
Perencanaan teknis pelayanan perizinan dan non-perizinan 3 1 2 1 1 2 2
Perencanaan teknis bidang penanaman modal 3 1 2 1 1
Perencanaan teknis bidang analisa dan promosi 3 1 2 1 1
Peninjauan kembali peraturan daerah 3 2 2 1 1 1 1 Pengkoordinasian dengan unit kerja lain 3 2 2 1 1 1 1 1
III-14
III.4.1 Katalog Sumber Daya Informasi
III.4.1.1 Sistem Legacy
Identifikasi terhadap keberadaan sistem dan teknologi yang telah dimiliki oleh
organisasi menjadi salah satu input yang penting dalam menganalisis kondisi
organisasi saat ini. Pendokumentasian IRC dilakukan dengan mengidentifikasi
sistem legacy yang ada dimiliki organisasi. Aspek informasi yang perlu dicatat
dari setiap sistem legacy antara lain: deskripsi aplikasi, data input/output, serta
platform teknologi yang dipergunakan.
BP2T merupakan badan baru yang dibentuk di akhir tahun 2008. Pada dasarnya
BP2T mengintegrasikan fungsi layanan perizinan dan non-perizinan yang
sebelumnya dilakukan oleh dinas-dinas teknis di lingkungan Pemkab Kutai Barat.
Oleh karena itu, survei untuk mengatahui keberadaan sistem legacy dilakukan ke
dinas-dinas teknis terkait yang sebelumnya bertindak sebagai penyedia layanan
perizinan dan non-perizinan.
Hasil survei menunjukkan hanya terdapat 1 sistem legacy yang dimiliki oleh
Pemkab Kutai Barat yaitu Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK).
SIAK dimiliki oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kutai
Barat. Deskripsi dari SIAK dapat diacu pada di Lampiran E.
III.4.1.2 Dukungan Aplikasi Terhadap Fungsi dan Proses Bisnis
Tahapan berikutnya yaitu memetasilangkan fungsi dan proses bisnis BP2T dengan
sistem legacy yang tercatat di IRC. Pemetaan ini untuk melihat tingkat persebaran
dan dukungan yang diberikan oleh sistem legacy terhadap kegiatan bisnis
organisasi .
SIAK mendukung 2 dari 100 proses bisnis BP2T (2%.) Namun SIAK hanya
dimanfaatkan secara terbatasa untuk pengurusan izin bidang kependudukan saja,
sehingga masih membutuhkan ditingkatkan fungsionalitasnya. Relasi antara
III-15
aplikasi dengan fungsi dan proses bisnis ditampilkan dalam bentuk matriks dapat
diacu di Lampiran E.
III.4.2 Platform Teknologi
Tahapan ini merelasikan sistem legacy dengan platform teknologi yang
dibutuhkannya. EAP tidak mendefinisikan format pendokumentasian platform
teknologi secara spesifik. Aspek yang didokumentasikan meliputi: perangkat
keras, data dan infomasi, jaringan, serta perangkat lunak. Pemetaan tersebut
ditampilkan dalam bentuk matriks yang dapat diacu pada Lampiran E.