laporan stakeout

19
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perpetaan merupakan suatu hal yang penting bagi seorang Geofisikawan, karena seluruh penyajian data geofisika menggunakan media peta. Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi yang dilihat dari atas yang digambar pada bidang datar (2D) dan diperkecil dengan skala tertentu serta memiliki simbol sebagai penjelas. Peta topografi ialah suatu peta yang menggambarkan suatu daerah berdasarkan ketinggian yang didalamnya terdapat garis kontur sebagai penjelas ketinggian. Garis kontur adalah garis khayal tertutup di lapangan yang menghubungkan titik-titik dengan ketinggian yang sama, biasanya diukur dari suatu permukaan air laut rata-rata. Surfer adalah salah satu perangkat lunak yang digunakan untuk pembuatan peta kontur dan pemodelan tiga dimensi yang berdasarkan pada Grid . Perangkat lunak ini melakukan plotting data tabular X,YZ tak beraturan menjadi lembar titik-titik segi empat ( Grid ) yang beraturan. Grid adalah serangkaian garis vertikal dan horisontal yang dalam Surfer berbentuk segi empat dan digunakan sebagai dasar pembentuk kontur dan 1

Upload: ikhsan-setyawan

Post on 25-Oct-2015

247 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Laporan Praktikum

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Perpetaan merupakan suatu hal yang penting bagi seorang Geofisikawan,

karena seluruh penyajian data geofisika menggunakan media peta. Peta

merupakan gambaran dari permukaan bumi yang dilihat dari atas yang digambar

pada bidang datar (2D) dan diperkecil dengan skala tertentu serta memiliki simbol

sebagai penjelas. Peta topografi ialah suatu peta yang menggambarkan suatu

daerah berdasarkan ketinggian yang didalamnya terdapat garis kontur sebagai

penjelas ketinggian. Garis kontur adalah garis khayal tertutup di lapangan yang

menghubungkan titik-titik dengan ketinggian yang sama, biasanya diukur dari

suatu permukaan air laut rata-rata.

Surfer adalah salah satu perangkat lunak yang digunakan untuk pembuatan

peta kontur dan pemodelan tiga dimensi yang berdasarkan pada Grid. Perangkat

lunak ini melakukan plotting data tabular X,YZ tak beraturan menjadi lembar

titik-titik segi empat (Grid) yang beraturan. Grid adalah serangkaian garis vertikal

dan horisontal yang dalam Surfer berbentuk segi empat dan digunakan sebagai

dasar pembentuk kontur dan surface tiga dimensi. Garis vertikal dan horisontal ini

memiliki titik-titik perpotongan. Pada titik perpotongan ini disimpan nilai Z yang

berupa titik ketinggian atau kedalaman. Gridding merupakan proses pembentukan

rangkaian nilai Z yang teratur dari sebuah data X,Y, dan Z.

I.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari praktikum kali ini adalah dapat memahami cara penggunaan

software surfer 10 untuk membuat peta topografi. Tujuan dari praktikum kali ini

adalah agar praktikan dapat menggunakan software surfer 10 untuk membuat

peta.

1

BAB II

DASAR TEORI

II.1. Surfer10

Surfer 10 merupakan salah satu perangkat lunak yang digunakan untuk

membuat perta kontur dan pemodelan tiga dimensi, memiliki banyak fungsi

visualisasi, 3D contouring dan paket modeling permukaan yang berjalan pada

sistem operasi Microsoft Windows di komputer. Surfer digunakan secara luas

untuk pemodelan medan,visualisasi landscape, analisis permukaan, pemetaan

kontur, pemetaan permukaan 3D, Gridding, volumemetrics, dan lainnya. Selain

perangkat lunak surfer, golden software Inc. juga mengembangkan perangkat

lunak lainnya seperti Grapher, Voxler, Map Viewer, Didger, dan Strater. Hingga

saat ini pengembangan produk perangkat lunak dengan versi yang baru dan tidak

berbeda kualitas dengan versi yang lama. Seperti halnya versi Surfer sebelumnya.

Keunggulan utama dari perangkat lunak Surfer10 ini adalah pada proses

visualisai dan pemodelan peta 3D, pembuatan kontur, model batimetri, visualisasi

dan analisis landscape, proses Gridding, volumetrik,serta memungkinkan proses

manipulasi data, menginterpretasikannya dan memilih metode yang paling sesuai

untuk kebutuhan pengguna. Secara umum tampilan layar monitor Surfer10 terdiri

dari title bar, menu bar, toolbars, tabbled windows, object manager, property

manager, status bar dan plot windows. Sedangkan layar untuk menampilkan

dokumen, data atau peta pada tabbed windows terdiri dari tiga tipe yaitu plot

windows, worksheet window dan Grid Node Editor Window.

II.2. Metoda Interpolasi

Dalam pembuatan garis kontur pada peta dibutuhkan suatu metode

sehingga pengerjannya lebih presisi dan didapatkan hasil seperti yang diharapkan.

Dalam hal ini, digunakan metode interpolasi. Metode interpolasi digunakan

dengan cara menganggap suatu titik ketinggian berada pada suatu bidang

beraturan. Terdapat 4 cara dalam perhitungannya, yaitu:

2

Bila titik ketinggian disesuaikan dengan interval kontur, maka rumus yang

digunakan adalah :

Bila titik ketinggian tidak sesuai dengan batas atas maka rumus yang

digunakan yaitu:

Bila titik yang tidak bersesuian dengan batas bawah,maka rumusnya :

Bila titik ketinggianya tidak bersesuian sama sekali maka dapat dicari

dengan rumus :

Keterangan:

IK = Interval Kontur

T1 = Titik ketinggian terendah

T2 = Titik ketinggian tertinggi

Y = Panjang garis interpolasi

X = Panjang garis penggal

Ta = Titik ketinggian yang tidak sesuai atas

Tb = Titik ketinggian yang tidak sesuai bawah

3

X= IK(t 2−t 1)

×Y

b=( tb−t 1 )( t 2−t 1 )

×Y X= IK(ta−t 2 )

×Y

a=(t 2−ta)(t 2−t 1)

×Y X= IK(ta−t 1)

×(Y−a)

a=( t 2−ta)( t 2−t 1 )

×Y b=( tb−t 1 )( t 2−t 1 )

×Y

X= IK(ta−tb)

×Y− (a+b )

Selain pengambilan data lapangan, pengolahan data, ada hal yang juga

penting dikuasai dalam perpetaan yaitu ploting posisi. Ploting posisi adalah suatu

teknik menentukan posisi titik di dalam sebuah peta. Dalam pembuatan peta

topografi teknik ini wajib dikuasai karena sangatlah fatal apabila kita salah

menentukan posisi pada peta. Dalam penggambaran peta topografi ada beberapa

tahapan atau prosedur yang harus dikerjakan.

Penggambaran titik poligon, prosedur yang diikuti pertama adalah

menyiapkan scale paper, yaitu kertas gambar yang diberi kerangka koordinat

berupa milimeter block dengan ukuran sesuai kebutuhan. Lalu penggambaran /

plotting dari titik poligon mula-mula dari titik poligon yang diketahui koordinat.

Biasanya dengan milimeter block dengan ukuran sesuai kebutuhan. Plotting

poligon pada kertas kalkir dengan jarak Grid 10 cm.

Penggambaran titik detail, prosedur yang diikuti dimulai dari titik ikat,

yaitu titik poligon. Dari titik ikat ini kita tarik garis lurus antara titik detail yang

mempunyai azimuth yang sama. Penggambaran titik tersebut cukup menggunakan

data jarak dan azimuth hasil pengukuran ( tidak perlu menggunakan data

koordinat ).

Jika detail merupakan titik tinggi yang nantinya akan digunakan untuk

penggambaran garis kontur, maka sebaiknya langsung dituliskan ketinggianya

agar lebih efektif. Jika detail berupa bangunan, maka harus diperhitungkan sketsa

bangunan tersebut dari lapangan. Hal ini bertujuan untuk menghindari kesalahan.

Dalam proses penggambaran kontur, diperlukan pemahaman bentuk

kontur daerah pengambilan data, untuk itu diperlukan sketsa pada saat

pengambilan data dilapangan. Prosedur penggambarannya yang pertama adalah

menentukan letak kedudukan garis kontur berdasarkan interval kontur yang telah

dipilih pada titik detail yang sudah diplot sebelumnya. Setelah itu tarik garis

kontur berdasarkan nilai elevasi yang sama dimulai dari elevasi tertinggi.

Hapus semua angka elevasi yang ada pada kertas millimeter, kecuali nilai

elevasi yang dijadikan nilai kontur indeks. Pertebal garis kontur indeks

berdasarkan kelipatan interval. Dalam penarikan garis harus memperhatikan sifat

– sifat garis kontur itu sendiri. Kemudian memindahkan gambar kedalam kertas

kalkir.

4

Penggambaran Cross Section dimulai dengan membuat garis penampang

yang kita inginkan pada peta. Kemudian membuat potongan kertas sepanjang

penampang yang kita buat. Setelah selesai, menggambar ulang (menandai) titik-

titik harga ketinggian yang dilewati oleh garis penampang yang telah kita buat dan

catat pula nila ketinggiannya pada kertas atau mistar untuk diproyeksikan pada

kertas blok milimeter.

Proses selanjutnya adalah menghubungkan titik-titik proyeksi pada blok

milimeter hasil proyeksi dari kertas. Kemudian memberikan keterangan-

keterangan profil, bila profil melewati puncak bukit, sungai, atau zona depresi.

Gambar II.1. Penampang Melintang (cross section).

II.3. Metoda Gridding

II.3.1. Krigging

Gambar II.2. Metoda Krigging

5

Krigging adalah sebuah metode Gridding berbasis geostatistika yang telah

terbukti berguna dan umum digunakan dalam berbagai bidang. Metode ini

menghasilkan peta yang menarik dari data yang tidak beratran. Metode ini

berusaha untuk menampakan kecenderungan yang ada pada data, sehngga,

contohnya titik-titik yang tinggi dapat dihubungkan dengan garis lembah, dan

bukan terisolasi menjadi benduk bull’s eye pada kontur. Krigging merupakan

metode Gridding yang sangat fleksibel. Kesalahan yang dihasilkan oleh metode

krigging pada umumnya masih dapat diterima bagi keperluan pengguna. Selain

itu, krigging dapat diatur sedemikian rupa. Agar sesuai dengan set data dengan

cara menentukan model variogram yang sesuai. Dalam surfer, krigging dapat

menjadi metode yang menghasilkan interpolasi yang tepat ataupun halus terantung

dari parameter yang ditentukan oleh pengguna. Metode ini menggabungkan

anisotropi dan kecenderungan yang ada pada data dengan cara yang “alamiah”

dan efisien.

6

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Peralatan

1. Laptop

Gambar III.1. Laptop

Perangkat ini digunakan untuk menjalankan software Microsoft Excel,

surfer 10 dan coreldraw untuk pembuaan peta

topografi.

a. Microsoft Excel

Gambar III.2. Microsoft Excel

Software ini digunakan untuk mengolah data X, Y, dan Z sebelum

diolah menggunakan software

surfer.

b. Surfer 10

7

Gambar III.3. Surfer 10

Software ini digunakan untuk menggambar peta topografi yang

sebelumnya, data yang digunakan

sebelumnya diolah menggunakan Microsoft

Excel.

c. Coreldraw

Gambar III.4. Coreldraw

Software ini digunakan untuk pembuatan kop peta.

8

III.2. Diagram Alir Pengolahan Data

Gambar III.1. Diagram Alir Pengambilan Bangun Stake Out

9

MULAI

Input Data Lapangan Ke

Surfer10

Grid Data

Membuat Contour Map

Membuat Post

Map

Overlay Maps

Sayatan

SELESAI

Memperoleh Data

Mengolah Data

Peta Topografi

Kesimpulan

Pembahasan

Proses pembuatan peta Topografi dengan mengggunakan software surfer

10, mendapatkan data awal yang berasal dari data acara pengenalan alat,

diantaranya ialah data koordinat (X, Y dan Z), titik BM dan detil. Lalu data

tersebut diolah di Microsoft Office Excel dan diinput ke worksheet pada surfer10

dan di save dengan 2 format yaitu (.bln) dan (.DAT). Kemudian lakukan Grid data

pada kedua file tersebut, selanjutnya buat Contour Map dan Post Map. Setelah

itu, kedua peta tersebut di overlay Maps agar menjadi satu. Kemudian langkah

pembuatan penampang sayatan dengan menarik garis dengan Polyline yang

mewakili semua titik ketinggian, lalu dengan cara digitized (save .bln dan .DAT)

dan Slice. Buka kedua file digitized dengan klik New Base Map. Dan jadilah

sebuah Peta Topografi yang disertai dengan penampang sayatan.

10

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Peta Topografi Daerah Jembatan Babarsari

Pembuatan peta topografi ini menggunakan skala 1:150 dengan data

lapangan dari 3 titik BM yang masing-masing memiliki 10 titik detil sehingga

terdapat 30 titik detil. Dan masing-masing BM memiliki koordinat X, Y dan Z.

Koordinat BM1 (435514; 9141375; 152), BM2 (435539.4; 9141352,0; 151,3) dan

BM3 (435544.5; 9141402.3; 150.7). Pada peta terlihat, bahwa daerah ini memiliki

kerapatan garis kontur yang beragam dengan interval kontur 2,5. Terdapat sungai

yang mengalir dr arah utara ke arah selatan, dibagian timur sungai memiliki

kerapatan garis kontur yang rapat dengan ketinggian maksimum 158.5 m pada

koordinat (435554,1; 9141364,6), dan disebelah baratnya memiliki garis kontur

yang renggang dengan ketinggian minimum 149,52 m pada koordinat (435537,9;

9141362,0).

Pembuatan peta topografi menggunakan surfer, terlihat hasil interpolasi

garis konturnya rapi, dan terlihat jelas dibandingkan pembuatan peta topografi

dengan manual. Dan juga pada pembuatan penampang sayatan, dengan

menggunakan surfer lebih mudah, lebih akurat dan lebih jelas. Namun dalam

penentuan skala dengan cara manual lebih mudah dibandingkan dengan cara

Surfer yang dibantu dengan aplikasi Corel Draw. Dan juga jika penggambaran

secara manual peta akan sesuai dengan kondisi lapangan yang sesungguhnya.

11

BAB IV

PENUTUP

V.1. Kesimpulan

Penggunaan software surfer 10 dalam penggambaran peta topografi daerah

Jembatan Babarsari, Kelurahan Caturtunggal, Kecamatan Depok Kabupaten

Sleman, DIY dapat dihasilkan peta yang memiliki skala 1:150 dengan interval 2,5.

Peta tersebut diperoleh dari data koordinat X, Y dan Z. Koordinat BM 1 (435514;

9141375; 152), BM 2 (435539,4; 9141352,0; 151,3), dan BM 3 (435544,5;

9141402,3; 150,7). Dan ketinggian maksimum 158,5 m pada koordinat

(435554,1; 9141364,6), dan titik ketinggian minimum 149,52 m pada koordinat

(435537,9; 9141362,0).

V.2. Saran

Dalam pembuatan peta topografi dengan menggunakan software surfer,

diperlukan ketelitian dalam memasukkan data koordinat X, Y dan Z, karena jika

salah memasukkan data maka garis kontur pun akan berbeda dengan kondisi

kenyataan di lapangan.

12