laporan sistem kendali proporsional
DESCRIPTION
laporan sistem kendali proporsionalTRANSCRIPT
SISTEM KENDALI OTOMATIS DENGAN ALAT KENDALI
PROPORSIONAL (P) PADA JARINGAN SIMULATOR
1.1 Tujuan Percobaan
Setelah selesai melakukan percobaan, anda diharapkan dapat :
Menjelaskan pengaruh alat kendali P pada sistem kendali otomatis.
Menjelaskan hubungan antara magnituda deviasi kendali (offset) dan
penguatan alat kendali.
Menjelaskan hubungan antara magnituda deviasi kendali dan tegangan
referensi.
Menjelaskan cara untuk memperkecil deviasi kendali pada sistem kendali
otomatis.
Menghubungkan (memasukkan) sinyal referensi (acuan) dan sinyal umpan
balik ke dalam sistem dengan polaritas yang benar.
1.2 Dasar teori
1.2.1 Alat kendali proporsional (P)
Alat kendali proporsional (P) merupakan pengembangan dari kendali dua
posisi. Pada alat kendali dua-posisi, keluaran alat kendali 100% atau 0%
tergantung pada sinyal error atau sinyal yang masuk ke alat kendali. Jika sinyal
error lebih besar dari daerah netral maka keluaran alat kendali adalah 100%.
Sebaliknya bila sinyal error lebih kecil dari daerah netral, maka keluaran alat
kendali 0%.
Alat kendali P mempunyai keluaran yang lebih halus dan antara masukan dan
keluarannya mempunyai hubungan linier yang berarti bahwa simpangan yang
terjadi pada keluaran alat kendali mengikuti simpangan sinyal errornya.
Sudah tentu, simpangan keluaran alat kendali, dalam praktiknya, selalu dibatasi
oleh kondisi saturasi minimum dan maksimum yang telah ditetapkan atau oleh
keterbatasan kemampuan perangkat keras yang digunakan. Pembatasan keluaran
alat kendali disesuaikan dengan kondisi saturasi aktuator yang digerakkannya.
Persamaan dasar yang menyatakan hubungan antara masukan dan keluaran alat
kendali proporsional dituliskan sebagai :
U(t) = KPe(t) ..........(1.1)
U(t) = keluaran alat pengendalian
Kp = penguatan
E(t) = sinyal error atau masukan alat pengendalian
Persamaan (1.1) menjelaskan bahwa keluaran alat kendali berbanding lurus
(proporsional) terhadap sinyal error dengan tatapan penguatan Kp yang biasanya
dapat diatur. Persamaan (1.1) bisa juga dinyatakan dalam bentuk transformasi
Laplace sebagai :
U(s) = Kp (E(s) ..........(1.2)
U (s)E(s)
=KP ;
U (s) = keluaran
E (s) = error
U(s) dan E(s) adalah transformasi dari u(t) dan e(t) secara berurut dan fungsi alih
U (s)E(s)
adalah Kp. Berdasarkan kenyataan ini, alat kendali P digambarkan dengan
diagram kotak seperti terlihat pada gambar 1.a.
Rumusan-rumusan kendali diatas biasanya dipergunakan untuk keperluan analisis
secara teoritis. Untuk keperluan dilapangan, persamaan-persamaan kendali
biasanya dinyatakan dalam bentuk yang lebih sederhana namun lebih
komunikatif, yaitu dalam bentuk presentase. Dalam bentuk persentase alat kendali
ini diekspresikan sebagai :
u = KpE ; ..........(1.3)
U = keluaran (0-100%)
Kp = penguatan alat kendali
E = masukan atau error (%)
Alat kendali ini digambarkan kotak seperti yang ditunjukkan pada gambar
1.1, isi kotak yang menggambarkan aksi alat kendali, biasa dituliskan fungsi alih
alat kendali (Gambar 1a), namun tak jarang pula diberi gambar tanggapan alat
kendali terhadap masukan step seperti terlihat pada gambar 1.1.
Gambar 1.1
Diagram Kotak Alat Kendali Proporsional
Keluaran (output) alat kendali biasa disebut sinyal kendali.
Untuk pembahasan selanjutnya, persamaan kendali dalam bentuk
persentase yang akan dipakai, disamping lebih komunikatif untuk keperluan di
lapangan, alat bantu yang akan digunakan dalam percobaan menggunakan
pendekatan ini.
Untuk terapan tertentu seperti yang banyak terdapat pada kendali proses, yaitu
dikehendaki agar katup tidak tertutup 100% pada saat E = 0, maka perlu adanya
modifikasi persamaan kendali (1.3) menjadi
U = KpE + P (0) ..........(1.4)
P (0) adalah keluaran alat kendali ketika E = 0 (t = 0).
1.2.2 Proportional band
Pada alat kendali proporsional, sebagai ganti Kp biasa digunakan PB. PB
(Proportional Band = Pita Proporsional) adalah ambang batas error yang
menyebabkan keluaran alat kendali 0-100%. Pita proporsional disebut juga daerah
proporsional (proportional region). Pita proporsional atau yang disingkat PB
dinyatakan dalam bentuk persentase dan dapat dihitung dengan 100/Kp.
Sebagai contoh, bila PB = 100%, maka Kp = 1, berarti agar keluaran alat kendali
0-100% memerlukan sinyal error 0-100%. Jika PB = 50%, maka Kp = 2 dan
diperlukan sinyal error 0-50% untuk mendapatkan keluaran alat kendali 0-100%.
(Fasilitas yang disediakan pada alat praktikum ini yang digunakan untuk mengatur
penguatan alat kendali adalah Kp bukan PB!).
1.2.3 Hubungan keluaran dan masukan alat kendali
Gambar 1.2
Hubungan Keluaran dan Masukan Alat Kendali Proporsional
Berdasarkan gambar ini, terlihat jelas bahwa U berbanding lurus terhadap
E. Dalam keadaan ini, untuk Kp1 : U = 0 ketika E = 0 dan U = 100% ketika E =
100%. Sementara, pada saat penguatan alat kendali adalah Kp2, untuk
memperoleh keluaran 100% hanya diperlukan sinyal error 50% atau setengah dari
keadaan yang pertama. Pada keadaan pertama PB = 100% atau Kp1 = 1 dan
keadaan kedua mempunyai PB = 50% atau Kp2 = 2. Fenomena ini menunjukkan
bahwa kemiringan (slope) tanggapan alat kendali ini akan ditentukan oleh
penguatannya. Semakin tinggi penguatan alat kendali, semakin curam sudut
kemiringannya.
1.2.4 Kesalahan sisa
Karakteristik alat kendali proporsional, didalam sistem kendali lup
tertutup, menunjukkan adanya kesalahan sisa bila ada perubahan beban atau set-
point. Kesalahan sisa ini sering juga disebut kesalahan sisa atau offset, yaitu
perbedaan antara variabel yang dikendalikan dan nilai yang dikehendaki (set
point) pada keadaan tunak (steady state). Timbulnya kesalahan sisa ini disebabkan
karena tidak adanya aksi kendali ketika error sama dengan nol (pers. 2-3). Dengan
kata lain, bahwa untuk mempertahankan variabel terkendali pada suatu harga yang
dikehendaki set-point memerlukan sinyal error.
Percobaan ini akan memberikan gambaran tentang kesalahan sisa yang dikaitkan
dengan penguatan alat kendali (Kp) dan setpoint (w). Dari hasil percobaan ini,
anda diharapkan mengetahui pengaruh penguatan Kp dan w terhadap kesalahan
sisa sistem dan mengetahui metode yang dipakai guna meminimalkan kesalahan
sisa.
1.2.5 Implementasi alat kendali p secara elektronis
Banyak cara untuk dapat mengimplementasikan konsep alat kendali secara
elektronis. Implementasi alat kendali secara elektronis adalah cara membangun
fungsi kendali yang ditunjukkan pada persamaan kendali dengan menggunakan
komponen-komponen elektronis. Implementasi yang paling mudah adalah
menggunakan cara penguat operasional (op-amp). Implementasi berikut ini
menggunakan Op-amp dan bentuknya dibuat sedemikian rupa, sehingga mudah
untuk dipahami.
Gambar 1.3
Implementasi Alat Kendali P
1.3 Diagram rangkaian
1.4 Daftar alat dan bahan
Catu daya arus searah, +/- 15 V 1 buah
“Set-point” potensiometer 1 buah
Alat kendali P 1 buah
Jaringan tunda, orde kedua 1 buah
Penjumlah 1 buah
Avometer 1 buah
Saklar on/off 1 buah
“Plotter” 1 buah
1.5 Langkah percobaan
1. Buatlah rangkaian seperti yang ditunjukkan pada diagram rangkaian
percobaan lakukan pengesetan awal sebagai berikut :
a. “Set-point” potensiometer pada 50% (=5V)
b. alat kendali : saklar batas ukur pada “x1”
penguatan, Kp pada “1”
c. simulator jaringan terkontrol (kedua-duanya) :
saklar batas ukur pada “x1”
Ts potensiometer pada “5”
Potensiometer pada “1”
2. Aturlah set-point potensiometer sehingga diperoleh tegangan acuan 5V
(tepat), sebelum melakukan pengukuran pada sistem secara keseluruhan.
3. Periksa pengaturan kendali dengan memutuskan umpan balik dari
masukan negatif penjumlah (summator), sehingga variabel terkontrol tak
dapat mempengaruhi alat kendali tepat sama dengan tegangan acuan atau
alat kendali berpenguatan satu.
4. Putuskan tegangan acuan dengan saklar “S”, dan sambung kembali umpan
balik pada masukan negatif penjumlah.
5. Masukkan tegangan step dengan jalan menutup saklar “S”, dan rekam
(dengan plotter) reaksi variabel terkontrol.
6. Catat nilai akhir variabel terkontrol, X ?
7. Ulangi prosedur diatas untuk harga-harga penguatan alat kendali Kp
berikut Kp = 1; 5; 10; 50; 100; 0,1; dan 0,5.
8. Hitunglah persentase deviasi kendali sisa, Xwb untuk masing-masing
penguatan diatas.
9. Set penguatan alat kendali pada “1” dan ukur variabel terkendali untuk
harga-harga tegangan acuan berikut ini w = 1 V; 2,5 V; 7,5 V; dan 10 V.
Hitunglah deviasi kendali sisa untuk masing-masing tegangan acuan
diatas.
10. Balikanlah masukan-masukan ke penjumlah, yaitu tegangan referensi ke
masukan negatif dan variabel; terkontrol ke masukan positif. Ulangi
percobaan seperti pada 5 dan rekam reaksi variabel terkontrol.
Catatan : Perhatikan polaritas alat ukur!
1.6 Data percobaan
1. Untuk langkah 5 (reaksi variabel terkontrol)
2. Untuk langkah 6
X = 1,8 V pada w = 5 V
3. Untuk langkah 7 dan 8
w = 5 V
Kp 0,1 0,5 1 5 10 50 100
X(V) 0,15 1.45 1,15 4 4,25 4,9 4,9
Xwb(%) 0,03 0,29 0.23 0,8 0,85 0,98 0,98
4. Untuk langkah 9
Kp = I
w(V) 1 2,5 7,5 10
X(V) 4,06 7,78 7,78 7,79
Xwb(%) 0,8 1,5 1,5 1,5
1.7 Tugas dan pertanyaan
Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas!
1. Jelaskan reaksi variabel terkontrol pada langkah 5.
2. Jelaskan hubungan antara penguatan alat kendali Kp dan deviasi sisa pada
langkah 8.
3. Jelaskan hubungan antara tegangan referensi w dan deviasi sisa pada langkah
9.
4. Berdasarkan penjelasan pada langkah 2 dan 3, jelaskan bagaimana cara
memperkecil deviasi sisa.
5. Apa pengaruh perubahan fasa pada tegangan referensi dan umpan balik
terhadap variabel terkontrol seperti yang ada pada langkah 10?
Jawaban Pertanyaan :
1. Ketika saklar “s” ditutup, terlihat pada plotter, kurva yang dihasilkan
mengalamai kenaikan secara signifikan terhadap keluaran dengan masukan
atau error steady statenya.
2. Hubungan alat kendali KP dengan Deviasi sisa yaitu bahawa untuk
mempertahankan variabel terkendali pada suatu harga yang dikehendaki set-
point memerlukan sinyal error, sinyal error ini dikeluarkan oleh penguatan alat
kendali (KP) dan set-Point.
3. Hubungan tegangan referensi W dan deviasi sisa sama seperti pernyataan
diatas yaitu untuk mempertahankan variabel terkendali pada suatu harga yang
dikehendaki set-point memerlukan sinyal error.
4. Pengaruh perubahan fasa pada tegangan referensi dan umpan balik terhadap
variabel terkontrol terlihat paa kurva yang digambarkan plotter menunjukkan
gambar yang tidak beraturan ketika dibalik, dan menunjukkan gambar
masukan error (E) terhadap keluuarnya negatif.
1.8 Analisa
1.9 Kesimpulan