laporan resmi.klt
DESCRIPTION
farmasi analisisTRANSCRIPT
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
MODUL BIOPHARMACEUTICS AND PHARMACOKINETICS
HARI/TANGGAL : Jumat, 13 Desember 2013
KELOMPOK : 2
NAMA ANGGOTA (NIM) :
1. Ahmadun (312110005)2. Ashabul Kahfi (312110008)3. Mia Zena Amalia (312110028)4. Nia Rizki R. (312110033)5. Siti Zaenab Y. (312110044)6. Wahyu Nur Azizah (312110047)7. Zahrina Failusufia (312110049)
PRODI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2013
LBM IV PRAKTIKUM II
LBM IV PRAKTIKUM II
PENETAPAN KADAR OBAT DALAM URIN
I. TUJUAN
Untuk Mengetahui Nilai Rf Dari Sampel Parasetamol Dalam Urin Serta Mengetahui Adanya Konjugat Glukoronida, Konjugat Merkapturat, Konjugat Sulfat Serta Konjugat Paracetamol Utuh
II. DASAR TEORI
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode pemisahan komponen menggunakan fasa diam berupa plat dengan lapisan bahan adsorben inert. KLT merupakan salah satu jenis kromatografi analitik. KLT sering digunakan untuk identifikasi awal, karena banyak keuntungan menggunakan KLT, di antaranya adalah sederhana dan murah. KLT termasuk dalam kategori kromatografi planar, selain kromatografi kertas.
Peralatan KLT
Kromatografi lapis tipis menggunakan plat tipis yang dilapisi dengan adsorben seperti silika gel,aluminium oksida (alumina) maupun selulosa. Adsorben tersebut berperan sebagai fasa diam.Fasa gerak yang digunakan dalam KLT sering disebut dengan eluen. Pemilihan eluen didasarkan pada polaritas senyawa dan biasanya merupakan campuran beberapa cairan yang berbeda polaritas, sehingga didapatkan perbandingan tertentu. Eluen KLT dipilih dengan cara trial and error.Kepolaran eluen sangat berpengaruh terhadap Rf (faktor retensi) yang diperoleh.
Faktor Retensi
Faktor retensi (Rf) adalah jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh eluen. Rumus faktor retensi adalah:
Nilai Rf sangat karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam sampel. Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang rendah, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fasa diam bersifat polar. Senyawa yang lebih polar akan tertahan kuat pada fasa diam, sehingga menghasilkan nilai Rf yang rendah.Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2 - 0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus dilakukan adalah mengurangi kepolaran eluen, dan sebaliknya.
Cara Menggunakan KLT
KLT sangat berguna untuk mengetahui jumlah komponen dalam sampel. Peralatan yang digunakan untuk KLT adalah chamber (wadah untuk proses KLT) , pinset, plat KLT, dan eluen. Inilah langkah-langkah memakai KLT:
1. Potong plat sesuai ukuran. Biasanya, untuk satu spot menggunakan plat selebar 1 cm. Berarti jika menguji 3 sampel (3 spot) berarti menggunakan plat selebar 3 cm.
2. Buat garis dasar (base line) di bagian bawah, sekitar 0,5 cm dari ujung bawah plat, dan garis akhir di bagian atas.
3. Menggunakan pipa kapiler, totolkan sampel cairan yang telah disiapkan sejajar, tepat di atas base line. Jika sampel padat, larutkan pada pelarut tertentu. Keringkan totolan.
4. Dengan pipet yang berbeda, masukkan masing-masing eluen ke dalam chamber dan campurkan.
5. Tempatkan plat pada chamber berisi eluen. Base line jangan sampai tercelup oleh ulen. Tutuplah chamber.
6. Tunggu eluen mengelusi sampel sampai mencapai garis akhir, di sana pemisahan akan terlihat.
7. Setelah mencapai garis akhir, angkat plat dengan pinset, keringkan dan ukur jarak spot. Jika spot tidak kelihatan, amati pada lampu UV. Jika masih tak terlihat, semprot dengan pewarna tertentu seperti kalium kromat atau ninhidrin.
III. ALAT DAN BAHAN
Bahan:
Tablet parasetamol 500 mg
Asam klorida 6 N
Natrium nitrit 10% segar
Asam sulfat 15%
Air seni probandus
Alat:
Pipet volume 0,5;1 da 2,5ml
Labu takar 100ml
Becker glass
Pipet tetes
Pipet ukur 5ml
Stopwatch
Kalkulator
Lempeng KLT
Chamber untuk KLT
IV. PEMBUATAN LARUTAN BAKU DAN PERHITUNGAN BAHAN
Larutan paracetamol
Larutan baku: Timbang saksama sejumlah paracetamoL, larutkan dalam air hingga
kadar lebih kurang 12 mikrogram per ml. Larutan uji saksama lebih kurang 120 mg,masukkan ke dalam labu
tentukur 500 ml larutkan dalam 10 ml metanol P, encerkan dengan air sampai tanda. Masukkan 5,0 ml larutan ke dalam labu tentukur 100 ml,encerkan
dengan air sampai tanda dan campur. Ukur serapan larutan uji dan larutan baku pada panjang gelombang
serapan maksimum lebih kurang 244 nm,terhadap air sebagai blangko. Hitung jumlah dalam mg
Rumus: 10 C (Au/As)
Asam klorida
Pembuatan :larutkan sejumlah 7,292 gr HCl dalam air secukupnya dan dicukupkan volumenya hingga 200ml.
Perhitungan :HCl->H+ + Cl1 mol HCl setara dengan 1 mol H+
Jadi, BE=BM=36,46.umtyk latutan 0,1 N mengandung 3,647gr Hcl.Mg rek HCl =mg rek
HClV x N=mg/BEMg=2000ml x 0,1 N x 36,46 mg=7292 mgPerhitungan HCl murni: dipipet 16,5 ml HCl pekat lalu ditambahkan sedikit H2O hingga 2000mlN = 12,0762 NV1 x N1 = V2 x N22000 x 0,1 = V2 x 12,0762V2 =16,5 ml
Natrium nitrit
PembuatanLarutkan 15,0 gr natrium nitrit P dalam air secukupnya hingga 2000 ml.Perhitungan:NaNo2 Na+ + NO2-1 mol NaNO2 setara dengan 1 mol NaJadi, BE=BM=69,00.Tiap 1000 ml mengandung 6,900 gr NaNO2Mg rek NaNO2 = Mg rek NaNO2V x N = mg/BEMg = V x N x BEMg = 2000 ml x 0,1 M x 69,00Mg = 13800 atau mg=13,80g
Asam sulfamat
Larutan baku asam sulfat 0,1 N dibuat denga cara mengencerkan 4,904 gram asam sulfat dengan air secukupnya hingga diperoleh 1000 ml larutan. Dengan mempertimbangkan berapa persen asam sulfat yang tersedia dengan berat jenisnya maka dapat diketahui berapa ml asam sulfat yang setara dengan 4,904 gram asam sulfat.
V. HASIL
Perbandinga hasil kelompok 1 dan 2
Gambar kelompok 2
Gambar kelompok 1
perhitungan:
Rf = (jarak yang ditempuh substansi)/(jarak yang ditempuh oleh pelarut)
= X/Y
Keterangan : X= jarak yang ditempuh substansi
Y= jarak yang ditempuh oleh pelarut
Gambar 1. Gambar 2.
X1 = 4,4 cm X1 = 7,7 cm
Y1 = 16,8 cm Y1 = 17 cm
Rf = X/Y Rf = X/Y
= 4,4 cm/ 16,8 cm = 7,7 cm/17cm
= 0,262 = 0,453
X2 = 6 cm X2 = 10,6 cm
Y2 = 16,8 cm Y2 = 17 cm
Rf = X/Y Rf = X/Y
= 6 cm/ 16,8 cm = 10,6 cm/ 17 cm
= 0,357 = 0, 624
X3 = 14,1 cm X3 = 14,4 cm
Y3 = 16,8 cm Y3 = 17 cm
Rf = X/Y Rf = X/Y
= 14,1cm/ 16,8 cm = 14,4 cm/ 17 cm
= 0,839 = 0,847
X4 = 12,6 cm
Y4 = 17 cm
Rf = X/Y
= 12,6 cm/ 17 cm
= 0,741
Pada praktikum ini kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-komponennya. Salah satunya menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan cara memisahkan campuran senyawa menjadi senyawa murni dan mengetahui kuantitasnya. Pemilihan kromatografi dikarenakan memiliki analisis yang cepat serta memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya.Selain itu, KLT dapat digunakan untukmemisahkan senyawa – senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida – lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil.
Cuplikan pada praktikum ini menggunakan urin dari probandus yang sebelumnya telah mengkonsumsi Paracetamol dengan dosis 1000mg. Kemudian sampel urin yang telah diencerkan 2x tersebut ditotolkan sebabnyak 2x pada KLT. Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Pada hasil KLT nilai Rf tidak dapat langsung dihitung karena tidak terlihat bercak pada lempeng KLT. Hal ini terjadi karena fase diam yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra violet. Fase diam pada sebuah lempengan lapis tipis seringkali memiliki substansi yang ditambahkan kedalamnya, supaya menghasilkan pendaran flour ketika diberikan sinar ultraviolet (UV). Itu berarti jika menyinarkannya dengan sinar UV, akan berpendar. Pendaran ini ditutupi pada posisi dimana bercak pada kromatogram berada, meskipun bercak-bercak itu tidak tampak berwarna jika dilihat dengan mata. Itu berarti bahwa menyinarkan sinar UV pada lempengan, akan timbul pendaran dari posisi yang berbeda dengan posisi bercak-bercak. Bercak tampak sebagai bidang kecil yang gelap. Sementara UV tetap disinarkan pada lempengan, dan tandai posisi-posisi dari bercak-bercak dengan menggunakan pensil dan melingkari daerah bercak-bercak itu. Seketika sinar UV dimatikan, bercak-bercak tersebut tidak tampak kembali.
Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi senyawa. Nilai Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa standar. Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal. Oleh karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1,0. Semakin besar nilai Rf dari
sampel maka semakin besar pula jarak bergeraknya senyawa tersebut pada plat kromatografi lapis tipis. Dari hasil Rf yang ditemukan dari gambar 1. Sesuai dengan dasar teori berarti nilai Rf 1 = 0, 262 ini menunjukan adanya konjugat glukoronida, Rf 2 = 0,357 menunjukan adanya konjugat merkapturat sedangkn Rf 3 = 0,839 menunjukan kandungan paracetamol utuh. Kemudian pada gambar 2. Rf 1 = 0,453 menunjukan adanya konjugat merkapturat, Rf 2 = 0,623 menunjukan adanya konjugat sulfat, Rf 3 = 0,847 menunjukan adanya kandungan paracetamol utuh dan Rf 4 = 0,741 juga menunjukkan adanya kandungan paracetamol utuh. Perbedaan banyaknya senyawa murni yang dapat dipisahkan pada gambar 1 dan 2 dapat dipengaruhi dari factor fisiologi probandus.
VI. KESIMPULAN
Dapat diketahui bahwa nilai Rf yang didapat adalah nilai Rf 1 = 0, 262 ini menunjukan adanya konjugat glukoronida, Rf 2 = 0,357 menunjukan adanya konjugat merkapturat sedangkn Rf 3 = 0,839 menunjukan kandungan paracetamol utuh. Kemudian pada gambar 2. Rf 1 = 0,453 menunjukan adanya konjugat merkapturat, Rf 2 = 0,623 menunjukan adanya konjugat sulfat, Rf 3 = 0,847 menunjukan adanya kandungan paracetamol utuh dan Rf 4 = 0,741 juga menunjukkan adanya kandungan paracetamol utuh. Perbedaan banyaknya senyawa murni yang dapat dipisahkan pada gambar 1 dan 2 dapat dipengaruhi dari factor fisiologi probandus.
VII. DAFTAR PUSTAKA