laporan praktikum termokimia.docx
TRANSCRIPT
![Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM TERMOKIMIA.docx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061315/55cf9bd8550346d033a79606/html5/thumbnails/1.jpg)
LAPORAN PRAKTIKUMKIMIA FISIKA
PERCOBAAN IVPENENTUAN KALOR REAKSI (TERMOKIMIA)
NAMA : JEANE MELYANTI M.NIM : H311 11 277KELOMPOK : VI (ENAM)HARI, TANGGAL PERCOBAAN : SENIN, 4 MARET 2013ASISTEN : ALFANI MARING DATU
LABORATORIUM KIMIA FISIKAJURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2013
![Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM TERMOKIMIA.docx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061315/55cf9bd8550346d033a79606/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi kimia tersimpan dalam satuan struktur zat kimia, besarnya ditentukan
oleh jenis dan susunan atom-atom penyusunnya. Ketika zat-zat terlibat dalam reaksi
kimia, energi kimia dilepaskan, disimpan, dan diubah menjadi bentuk energi lainnya,
seperti energi listrik.
Reaksi kimia umumnya akan disertai efek panas, entah sistem tersebut
menyerap panas, atau mengeluarkan panas. Sistem yang menyerap panas disebut
endoterm, sedangkan yang mengeluarkan panas disebut eksoterm. Namun tidak
semua reaksi tersebut bisa ditentukan besar kalor reaksinya secara kalorimetrik.
Penentuan besarnya kalor reaksi hanya bisa ditentukan pada reaksi-reaksi yang
berkesudahan yang berlangsung dengan cepat, seperti reaksi pembakaran, reaksi
penetralan, dan reaksi pelarutan.
Kajian tentang kalor yang dihasilkan atau dibutuhkan oleh reaksi kimia
disebut termokimia. Termokimia merupakan cabang dari termodinamika karena
tabung reaksi dan isinya membentuk sistem. Jadi, kita dapat mengukur (secara tidak
langsung, dengan cara mengukur kerja atau kenaikan temperatur) energi yang
dihasilkan oleh reaksi sebagai kalor bergantung pada kondisinya, apakah dengan
perubahan energi dalam atau perubahan entalpi.
Fokus bahasan dalam termokimia ini adalah jumlah kalor yang dapat
dihasilkan oleh sejumlah tertentu pereaksi. Selain itu ilmu kimia ini juga mempelajari
mengenai cara pengukuran dari kalor reaksi tersebut. Secara eksperimen kalor reaksi
![Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM TERMOKIMIA.docx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061315/55cf9bd8550346d033a79606/html5/thumbnails/3.jpg)
ditentukan dengan kalorimeter. Penentuan ini terbatas pada reaksi-reaksi
berkesudahan yang berlangsung dengan cepat seperti pada reaksi pembakaran, reaksi
penetralan, dan reaksi pelarutan.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari penentuan tetapan
kalorimeter dan kalor penetralan laruta secara kalorimeter.
1.2.2 Tujuan Percobaan
1. Menentukan tetapan kalorimeter secara kalorimetrik.
2. Menentukan kalor penetralan asam dan basa secara kalorimetrik.
1.3 Prinsip Percobaan
Prinsip pada percobaan ini yaitu penentuan tetapan kalorimeter dengan
mencampurkan air pada suhu kesetimbangan termal dengan air pada suhu 50 0C serta
penentuan kalor penetralan dari campuran larutan asam HCl dan larutan basa NaOH
dengan mengukur suhu selang waktu ½ menit selama 5 menit.
![Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM TERMOKIMIA.docx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061315/55cf9bd8550346d033a79606/html5/thumbnails/4.jpg)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Termodinamika dalam arti luas adalah pengkajian hubungan kuantitatif antara
kalor dan bentuk lain energi, seperti energi yang dikaitkan dengan gejala
elektromagnet, permukaan, dan kimia. Konsep termodinamika merupakan hal
mendasar yang paling penting bagi ahli fisika, dan ahli kimia (Keenan, dkk, 1992).
Termokimia dapat didefinisikan sebagai salah satu cabang ilmu kimia yang
menangani hubungan kalor, kerja, dan bentuk lain energi, dengan kesetimbangan
dalam reaksi kimia dan dalam perubahan keadaan. Erat berkaitan dengan
termodinamika kimia adalah termokimia, yang menagani pengukuran dan penafsiran
perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia, perubahan keadaan dan pembentukan
larutan (Keenan, dkk, 1992).
Persyaratan energi memainkan peranan penting dalam menentukan arah akan
terjadinya suatu reaksi kimia. Dengan perhatian yang dipusatkan pada kebutuhan
energi, usaha pokok dilakukan untuk mencari reaksi endoterm yang diberi tenaga
dari panas matahari, yang menghasilkan zat-zat yang nantinya dapat bereaksi
eksoterm untuk menghasilkan energi dan pereaksi-pereaksi aslinya. Mengenai ke
arah mana dan sejauh apa reaksi pada pelbagai kondisi akan berlangsung telah
dimungkinkan oleh pengetahuan tentang termodinamika (Keenan, dkk, 1992).
Reaksi kimia yang menyangkut pemecahan dan atau pembentukkan ikatan
kimia selalu berhubungan dengan penyerapan atau pelepasan panas. Reaksi
eksotermik adalah suatu reaksi yang melepaskan panas. Jika reaksi berlangsung pada
![Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM TERMOKIMIA.docx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061315/55cf9bd8550346d033a79606/html5/thumbnails/5.jpg)
suhu tetap, berdasarkan perjanjian ∆H akan bernilai negatif, karena kandungan panas
dari sistem akan menurun. Sebaliknya, pada reaksi endotermik yaitu reaksi yang
membutuhkan panas, berdasarkan perjanjian, ∆H akan mempunyai nilai positif.
Tetapi harap diingat bahwa kadang-kadang beberapa buku menggunakan tanda yang
sebaliknya dari yang telah diuraikan di atas, karena itu dalam penulisan di bidang
termodinamika, dianjurkan untuk selalu mencantumkan penggunaan tanda yang akan
digunakan. Bila perubahan panas yang dikaitkan dengan suatu reaksi kimia
dinyatakan dengan suatu reaksi, pernyataan lengkapnya dirujuk sebagai persamaan
termokimia (Bird, 1993).
Panas reaksi adalah adalah banyaknya panas yang dilepaskan atau diserap
ketika reaksi kimia sedang berlangsung, biasanya bila tidak dicantumkan keterangan
lain berarti berlangsung pada tekanan tetap. Panas reaksi dapat dibedakan atas, panas
pembakaran suatu unsur atau senyawa adalah banyaknya panas yang dilepaskan
ketika 1 mol unsur atau senyawa tersebut terbakar sempurna dalam oksigen sebagai
contoh panas pembakaran molar. Panas netralisasi dapat didefinisikan sebagai jumlah
panas yang dilepas ketika 1 mol air terbentuk akibat reaksi netralisasi asam oleh basa
ataupun sebaliknya, untuk netralisasi asam kuat, nilai ∆Ho selalu tetap yaitu -57
kJ/mol. Panas pelarutan, jenis panas reaksi yang lain adalah panas yang dilepas atau
diserap ketika 1 mol senyawa dilarutkan dalam pelarut berlebih yaitu sampai suatu
keadaan di mana pada penambahan pelarut selanjutnya tidak ada panas yang diserap
atau dilepaskan lagi. Panas pembentukkan, entalpi pembentukkan molar standar ∆Hof
suatu senyawa adalah banyaknya panas yang diserap atau dilepaskan ketika 1 mol
senyawa tersebut dibentuk dari unsur - unsurnya dalam keadaan standar. Karena
entalpi adalah fungsi keadaan, maka besaran ∆H dari reaksi kimia tak tergantung dari
![Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM TERMOKIMIA.docx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061315/55cf9bd8550346d033a79606/html5/thumbnails/6.jpg)
lintasan yang dijalani pereaksi untuk membentuk hasil reaksi. Biasanya untuk
menyatakan entalpi dan energi dalam digunakan keadaan standar sebagai titik acuan,
karena dalam menyatakan entalpi atau energi dalam sebenarnya yang diukur adalah
perbedaan entalpi atau energi dalam suatu keadaan dengan keadaan standarnya (Bird,
1993).
Sampai sekarang, panas juga digunakan seperti dalam penentuan kuantitas
eter, yang telah diperkenalkan sejak awal sebagai fungsi defisit yang meliputi
perbedaan, dalam proses apapun, antara ∆E dan -W. Sekarang telah terlengkapi
konsep-konsep sebelumnya dengan memperkenalkan kedua perangkat unit dan
metode untuk mengukur panas dan untuk pemantauan pemanasan. Metode yang baik
untuk mengukur fluks panas adalah dengan menggunakan kalorimetri. Dasar
termodinamika untuk prosedur ini berasal dari hukum pertama dari termodinamika
tersebut. Dalam termodinamika konsep kimia di atas sangat besar penerapannya
dalam mengukur kalor reaksi kimia. Salah satu prosedur yang banyak digunakan
adalah melaksanakan langkah combusi yang sangat cepat dan adiabatik kalorimeter
dalam pembuatan bom (Honig, 1982).
Menurut Dogra (1990), panas reaksi dapat dinyatakan sebagai perubahan
energi produk dan reaktan pada volume konstan (∆E) atau pada tekanan konstan
(∆H). Sebagai contoh adalah reaksi
Reaktan (T) Produk (T)
∆E = E( produk ) – E ( reaktan )
Pada temperatur konstan dan volume konstan, dan pada temperatur konstan dan
tekanan konstan.
![Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM TERMOKIMIA.docx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061315/55cf9bd8550346d033a79606/html5/thumbnails/7.jpg)
∆H = H ( produk ) - H ( reaktan)
Satuan SI untuk E atau H adalah joule, yaitu satuan energi, tetapi satuan
umum yang lain adalah kalori. Jika ∆H atau ∆E positif, reaksi dikatakn endotermis
dan jika ∆H atau ∆E negatif, reaksi disebut eksotermis. Suatu reaksi kimia hanya
sempurna jika selain menuliskan persamaan keseimbangan dan harga energi,
dituliskan juga keadaan reaktan dan produk (Dogra dan Dogra, 1990).
Sampai sekarang, panas juga digunakan seperti dalam penentuan kuantitas
eter, yang telah diperkenalkan sejak awal sebagai fungsi defisit yang meliputi
perbedaan, dalam proses apapun, antara ∆E dan -W. Sekarang telah terlengkapi
konsep-konsep sebelumnya dengan memperkenalkan kedua perangkat unit dan
metode untuk mengukur panas dan untuk pemantauan pemanasan. Metode yang baik
untuk mengukur fluks panas adalah dengan menggunakan kalorimetri. Dasar
termodinamika untuk prosedur ini berasal dari hukum pertama dari termodinamika
tersebut. Dalam termodinamika konsep kimia di atas sangat besar penerapannya
dalam mengukur kalor reaksi kimia. Salah satu prosedur yang banyak digunakan
adalah melaksanakan langkah combusi yang sangat cepat dan adiabatik kalorimeter
dalam pembuatan bom (Keenan, 1992).
Seperti diterapkan untuk senyawa organik, kalorimetri pembakaran mencakup
pemutusan lengkap kerangka karbon, bila senyawaan itu terbakar dalam oksigen.
Metoda pembakaran mempunyai penerapan yang meluas dengan senyawa organik
yang kurang reaktif terhadap regensia selain okigen, atau yang menghasilkan lebih
dari satu produk organik dengan regensia lain (Keenan, dkk, 1992).
![Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM TERMOKIMIA.docx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061315/55cf9bd8550346d033a79606/html5/thumbnails/8.jpg)
Molekul dan proses tingkat molekuler dari sistem baik yang hidup atau mati
sering sangat kompleks. Energetika proses dapat dipelajari dengan cara yang
menghindari komplikasi ini. Termodinamika memiliki sebuah tingkat terendah bagi
molekul-tingkat kompleksitas dan bahkan untuk tingkat molekuler. Ini juga
digambarkan oleh prosedur eksperimental yang digunakan untuk memperoleh data
dasar tentang perubahan panas, atau lebih umum perubahan energi, yang menyertai
reaksi. Perubahan entalpi pada saat sistem mengalami perubahan perubahan fisika
atau kimia biasanya dilaporkan untuk proses yang terjadi pada sekumpulan kondisi
standar (Barrow, 1997).
Dalam termokimia, air dan karbon dioksida (CO2) merupakan proses yang
dapat menjanjikan suatu solusi untuk menghadapi masalah energi di masa depan.
Khususnya kemungkinan penggabungan tenaga surya ini yang akan membuat proses-
prosesnya berkelanjutan dan yang menarik dari hal ini karena hanya dengan
menggunakan air, tenaga surya dan karbon dioksida (CO2), energi surya yang
berkonsentrasi dapat diubah menjadi bahan bakar storable dan mudah diangkut.
Salah satu hambatan utama untuk keberhasilan teknologi identifikasi bahan aktif ini
yang cocok menjadi katalis dan bahan redoks adalah ketahanan reaktivitasnya dan
efisiensinya. Selain itu, bahan juga mempunyai peranan penting dalam komponen
sebagai kunci pembangunan dan untuk implementasi di pabrik surya komersial. Air
dan karbon dioksida (CO2) dalam termokimia masih dalam proses pengembangan
lebih lanjut untuk potensi masa depan (Roeb, 2012).
![Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM TERMOKIMIA.docx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061315/55cf9bd8550346d033a79606/html5/thumbnails/9.jpg)
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu akuades, natrium
hidroksida (NaOH) 1 M, asam klorida (HCl) 1 M, metil orange dan tissue roll.
3.2 Alat Percobaan
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu alat kalorimeter sederhana,
gelas kimia 250 mL, gelas ukur 100 mL, termometer 5 – 100 0C, pengaduk lingkar,
stopwatch, statif, pipet tetes, pembakar, kaki tiga dan bahan isolasi (pecahan plastik).
3.3 Prosedur Percobaan
Disusun alat kalorimeter adiabatik sederhana seperti gambar dibawah ini:
Termometer
Gelas piala
Pengaduk lingkar
Gabus Gelas piala
Bahan Isolasi
3.3.1 Penentuan Tetapan Kalorimeter
Dimasukkan 50 mL Akuades ke dalam kalorimeter, kemudian dicatat suhu
ini (T1). Dipanaskan 50 mL akuades dengan menggunakan gelas kimia lain hingga
mencapai suhu kurang lebih 50 °C (T2) dan dijalankan stopwatch dan dengan cepat
![Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM TERMOKIMIA.docx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061315/55cf9bd8550346d033a79606/html5/thumbnails/10.jpg)
dituangkan akuades panas ke dalam kalorimeter. Sambil diaduk perlahan-lahan
dicatat suhu akuades dalam kalorimeter tiap setengah menit selama 5 menit.
3.3.2 Penentuan Kalor Penetralan
Diukur suhu larutan HCl 1 M 50 mL dan larutan NaOH 1 M 50 mL pada
suhu ruangan, lalu dimasukkan 50 mL larutan HCl ke dalam kalorimeter.
Ditambahkan 50 mL Larutan NaOH 1 M ke dalam kalorimeter, bersamaan dengan
itu stopwatch dinyalakan. Diaduk larutan dalam kalorimeter secara perlahan-lahan
dengan pengaduk lingkar dan dicatat suhunya setiap setengah menit selama 5 menit
lalu ditambahkan indikator metil jingga untuk mengetahui bahwa penetralan terjadi
dengan sempurna.
![Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM TERMOKIMIA.docx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061315/55cf9bd8550346d033a79606/html5/thumbnails/11.jpg)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Penentuan Tetapan Kalorimeter
T1 = 32,4 °C = 305,4 K
T2 = 50 °C = 323 K
V total = 100 ml
Tabel 1. Hasil pengamatan tetapan kalorimeter
t (menit) T (oC) T (K)
0,5 39 312
1 38,2 311,2
1,5 38 311
2 38 311
2,5 37,9 310,9
3 37,7 310,7
3,5 37,6 310,6
4 37,5 310,5
4,5 37,3 310,3
5 37,2 310,2
4.1.2 Penentuan Kalor Penetralan
T = 30,1 °C = 303,1 K
Vtotal = 100 ml
![Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM TERMOKIMIA.docx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061315/55cf9bd8550346d033a79606/html5/thumbnails/12.jpg)
Tabel 2. Hasil pengamatan kalor penetralan
t (menit) T (oC) T (K)
0,5 35,5 308,5
1 35,5 308,5
1,5 35,4 308,4
2 35,4 308,4
2,5 35,3 308,3
3 35,3 308,3
3,5 35,2 308,2
4 35,2 308,2
4,5 35,1 308,1
5 35 308
4.2. Grafik
4.2.1 Penentuan Tetapan Kalorimeter
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6309
309.5
310
310.5
311
311.5
312
312.5
f(x) = − 0.319999999999998 x + 311.72R² = 0.871287128712864
t (menit)
T (
K)
![Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM TERMOKIMIA.docx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061315/55cf9bd8550346d033a79606/html5/thumbnails/13.jpg)
4.2.2 Penentuan Kalor Penetralan
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6307.7
307.8
307.9
308
308.1
308.2
308.3
308.4
308.5
308.6
f(x) = − 0.107878787878785 x + 308.586666666667R² = 0.963977120603622
t (menit)
Su
hu
(K
)
4.3 Perhitungan
4.3.1 Penentuan Tetapan Kalorimeter
W = V x ρakuades x CH2O x ( T1 + T2 - 2Ta
Ta - T1)
Keterangan : W = Tetapan kalorimeter (J/K)
V = volume (mL)
ρ akuades = massa jenis akuades (g/cm3)
C H2O = kapasitas kalor per gram (4,2 J/kg)
T1 = suhu akuades I (K)
T2 = suhu akuades II (K)
Ta = suhu termal (K)
W = V x ρakuades x CH2O x ( T1 + T2 - 2Ta
Ta - T1)
![Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM TERMOKIMIA.docx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061315/55cf9bd8550346d033a79606/html5/thumbnails/14.jpg)
= 100 mL x 1 g/mL x 4,2 J/g K x ( 305,4 K + 323 K - (2 x 311,72 K ) 311,72 K - 305,4 K )
= 420 J/K x
= 420 J/K x 0,7848
= 329,616 J/K
4.3.2 Penentuan kalor penetralan
ΔHT = - (4,2 J/g K x m + W) (T’ – T) .
Keterangan: ΔHT = Kalor penetralan (J/mol)
m = massa larutan (g)
M = konsentrasi (M)
V = volume (mL)
T’ = suhu akhir (K)
ΔHT = - (4,2 J/g K xm + W) (T’ – T) x
= -(4,2 J/gK x 100 g + 329,616 J/K)(308,59 K – 303,1 K) x
= -(749,616 J/K) (5,49 K) x 20 mol
= - 82307,8368 J/mol
= - 82,3078 kJ/mol
4.4 Pembahasan
Berdasarkan percobaan kalor reaksi yang telah dilakukan, digunakan
kalorimeter sederhana yang disekitarnya diberi bahan berupa potongan plastik
berukuran kecil dan gabus. Plastik dan Gabus ini berfungsi sebagai isolator. Isolator
berguna untuk memperlambat pertukaran kalor dari sistem ke lingkungan, karena
4,966,32
1000V M
1000V M
1000 gr/mL50 mL x 1 gr/mol
![Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM TERMOKIMIA.docx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061315/55cf9bd8550346d033a79606/html5/thumbnails/15.jpg)
akan selalu ada pertukaran kalor dengan lingkungan, maka perlu diadakan koreksi
terhadap kalor yang hilang. Penentuan tetapan kalorimeter dimulai dengan
memasukkan akuades ke dalam kalorimeter dan dicatat suhunya, ini untuk
mendapatkan suhu awal akuades dingin (T1), kemudian akuades dipanaskan hingga
mencapai suhu ±50 °C untuk mendapatkan suhu akuades kedua (T2). Akuades panas
dicampurkan kedalam kalorimeter dan diaduk. Pengadukan bertujuan untuk
mencampurkan akuades panas dan akuades dingin agar keduanya homogen. Suhu
akuades kemudian diukur setiap setengah menit selama 5 menit, hal ini bertujuan
untuk mengetahui perubahan suhu yang terjadi selama pencampuran.
Dari hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa dalam kalorimeter telah terjadi
pertukaran kalor dimana Suhu akuades panas akan turun dan suhu akuades dingin
akan meningkat akibat adanya pelepasan kalor oleh akuades panas dan penyerapan
kalor pada akuades dingin. Namun kalor yang diserap akuades dingin tidak sama
dengan kalor yang dilepas akuades panas. Hal ini dikarenakan kalorimeter juga ikut
menyerap panas yang dilepas oleh akuades panas. Akuades merupakan zat yang
bersifar endoterm. Dibuat grafik pengamatan selang waktu vs temperatur, hal ini
dilakukan untuk mengatahui harga penurunan akuades panas dan akuades dingin.
Percobaan penetapan kalor penetralan digunakan larutan asam HCl 1 M dan
larutan basa NaOH 1 M pada volume yang sama, hal ini bertujuan karena reaksi
penetralan dapat kita peroleh apabila volume dan konsentrasi dibuat sama sehingga
menghasilkan garam netral bukanlah garam yang bersifat asam maupun bersifat
basa. Setelah suhu kedua larutan sama, larutan asam dimasukkan ke dalam
kalorimeter kemudian dilanjutkan dengan laurtan basa, Reaksi yang terjadi adalah
reaksi netralisasi asam kuat oleh basa. Kemudian pencatatan suhu ini berlangsung
setiap 30 detik selama 5 menit agar dapat diketahui perubahan kalor selama
![Page 16: LAPORAN PRAKTIKUM TERMOKIMIA.docx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061315/55cf9bd8550346d033a79606/html5/thumbnails/16.jpg)
pencampuran. Kemudian ditambahkan indikator metil jingga, fungsi penambahan
indikator metil jingga mengetahui apakah reaksi penetralan tersebut telah sempurna
atau tidak, apabila larutan bersifat asam maka akan berwarna merah sedangkan
apabila bersifat basa maka akan berwarna orange dan apabila bersifat netral maka
warna larutan tersebut akan memiliki warna diantara keduanya yaitu warna kuning.
Dari percobaan diperoleh tetapan kalorimeter (W) sebesar +329,616 J/K.
Tanda positif menunjukkan bahwa terjadi reaksi endoterm, zat tersebut menyerapa
kalor sebesar 329,616 J/K. Nilai kalor penetralan (ΔHT) dari hasil percobaan sebesar
-82,3078 kJ/mol, sedangkan nilai kalor penetralan berdasarkan teori adalah -
57 kJ/mol. Adanya perbedaan nilai ini disebabkan karena adanya bebrapa kesalahan
dalam percobaan, diantaranya karena faktor pengadukan yang tidak merata,
kesalahan dalam pembacaan skala termometer pada saat mengukur suhu, dan
penempatan bahan isolasi (plastik) yang kurang rapat sehingga ada kalor yang
terlepas.
![Page 17: LAPORAN PRAKTIKUM TERMOKIMIA.docx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061315/55cf9bd8550346d033a79606/html5/thumbnails/17.jpg)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan bahwa nilai tetapan kalorimeter
adalah 329,616 J/K dan nilai kalor penetralan HCl 1 M dan NaOH 1 M adalah -
82,3078 kJ/mol.
5.2 Saran
Saran untuk laboratorium sebaiknya alat- alat yang digunakan sebaiknya yang
masih baik, dan bahan-bahannya juga diperbaharui agar tidak terjadi kesalahan dalam
pengukuran. Serta sebelum praktikum sebaiknya bahan-bahan yang akan digunakan
dilengkapi.
Saran untuk praktikum diharapkan terdapat bahan lain sebagai pembanding
pada percobaan kalor penetralan.
Sebaiknya asisten lebih memperhatikan praktikan saat praktikum.
![Page 18: LAPORAN PRAKTIKUM TERMOKIMIA.docx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061315/55cf9bd8550346d033a79606/html5/thumbnails/18.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Barrow, G. M., 1997, Physical Chemistry fot the Life Sciences, International Student Edition, London
Bird, T., 1993, Kimia Fisika untuk Universitas, diterjemahkan oleh Kwee Ie Tjien, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Dogra, S.K., dan Dogra, S., 2009, Kimia Fisik dan Soal-Soal, Diterjemahkan oleh Umar Mansyur, UI-Press, Jakarta.
Honig, J.M., 1982, Thermodynamis Principles Cheracterizing Physical Processes, Elsevier Scientific Publishing Company, Amsterdam-Oxford-New York .
Keenan, C.W., Kleinfelter, D.C., dan Wood, J.H., 1992, Ilmu Kimia untuk Universitas, Erlangga, Jakarta.
Roeb, M., Neises M., Monnerie N., Call F., Simon H., Sattler C., Schmucker M., dan Paal R. P., 2012, Materials-Related Aspects of Thermochemical Water and Carbon Dioxide Splitting, A Review, 5 (2); 2015-2054.
![Page 19: LAPORAN PRAKTIKUM TERMOKIMIA.docx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061315/55cf9bd8550346d033a79606/html5/thumbnails/19.jpg)
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 7 Maret 2013
Asisten Praktikan
![Page 20: LAPORAN PRAKTIKUM TERMOKIMIA.docx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061315/55cf9bd8550346d033a79606/html5/thumbnails/20.jpg)
ALFANI MARING DATU JEANE MELYANTI MATUTU NIM : H3 11 09 290 NIM : H3 11 11 277Lampiran 1
Bagan 1 : Penentuan Tetapan Kalorimeter
50 mL air
- Dimasukkan kedalam
kalorimeter
- Dibiarkan hingga suhu
mencapai kesetimbangan
thermal
- Dicatat suhunya (T1)
50 mL air
- Dipanaskan ± 500C
- Dicatat suhunya (T2)
- Dimasukkan kedalam
kalorimeter
Kalorimeter
- Diaduk perlahan
- Diukur suhunya setiap 1/2
menit selama 5 menit
Hasil
![Page 21: LAPORAN PRAKTIKUM TERMOKIMIA.docx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061315/55cf9bd8550346d033a79606/html5/thumbnails/21.jpg)
Bagan 2 : Penentuan Kalor Penetralan
MAJAJQIKMMAKAM
- Dibiarkan beberapa waktu pada suhu kamar sampai kedua larutan ini mencapai
suhu yang sama (suhunya dicatat, T)- Larutan asam dimasukkan kedalam
kalorimeter- Larutan basa dituangkan kedalam larutan asam- Kalorimeter ditutup dan suhu campuran
reaksi setiap setengah menit selama 5 menit dicatat
- Ditambahkan 2 atau 3 tetes larutanindikator metil jingga
200 mL NaOH 1M
200 mL HCl 1M
Data
![Page 22: LAPORAN PRAKTIKUM TERMOKIMIA.docx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061315/55cf9bd8550346d033a79606/html5/thumbnails/22.jpg)
Lampiran 2
Rangkaian alat kalorimeter
Hasil Pengamatan