laporan praktikum stm

28
BAB I DASAR TEORI 1.1 Sendi Temporo Mandibular Temporomandibula merupakan sendi yang bertanggung jawab terhadap pergerakan membuka dan menutup rahang mengunyah dan berbicara yang letaknya dibawah depan telinga.Sendi temporomandibula merupakan satu-satunya sendi di kepala, sehingga bila terjadi sesuatu pada salah satu sendi ini, maka seseorang mengalami masalah yang serius. Masalah tersebut brupa nyeri saat membuka, menutup mulut, makan, mengunyah, berbicara, bahkan dapat menyebabkan mulut terkunci . Lokasi sendi temporomandibular (TMJ) berada tepat dibawah telinga yang menghubungkan rahang bawah (mandibula) dengan maksila (pada tulang temporal). Sendi temporomandibular ini unik karena bilateral dan merupakan sendi yang paling banyak digunakan serta paling kompleks (Pedersen, 1996). Kondil tidak berkontak langsung dengan permukaan tulang temporal, tetapi dipisahkan oleh diskus yang halus, disebut meniskus atau diskus artikulare. Diskus ini tidak hanya perperan sebagai pembatas tulang keras tetapi juga sebagai bantalan yang menyerap getaran dan tekanan yang ditransmisikan melalui sendi. Permukaan artikular tulang temporal terdiri dari fossa articulare dan eminensia artikulare. Seperti yang lain, sendi temporomandibular juga dikontrol oleh otot, terutama otot penguyahan, yang terletak disekitar rahang dan sendi 3

Upload: shinttapermata

Post on 14-Nov-2015

346 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Temporomandibular Isi

TRANSCRIPT

BAB I

DASAR TEORI

1.1 Sendi Temporo Mandibular

Temporomandibula merupakan sendi yang bertanggung jawab terhadap pergerakan membuka dan menutup rahang mengunyah dan berbicara yang letaknya dibawah depan telinga.Sendi temporomandibula merupakan satu-satunya sendi di kepala, sehingga bila terjadi sesuatu pada salah satu sendi ini, maka seseorang mengalami masalah yang serius. Masalah tersebut brupa nyeri saat membuka, menutup mulut, makan, mengunyah, berbicara, bahkan dapat menyebabkan mulut terkunci . Lokasi sendi temporomandibular (TMJ) berada tepat dibawah telinga yang menghubungkan rahang bawah (mandibula) dengan maksila (pada tulang temporal). Sendi temporomandibular ini unik karena bilateral dan merupakan sendi yang paling banyak digunakan serta paling kompleks (Pedersen, 1996).Kondil tidak berkontak langsung dengan permukaan tulang temporal, tetapi dipisahkan oleh diskus yang halus, disebut meniskus atau diskus artikulare. Diskus ini tidak hanya perperan sebagai pembatas tulang keras tetapi juga sebagai bantalan yang menyerap getaran dan tekanan yang ditransmisikan melalui sendi. Permukaan artikular tulang temporal terdiri dari fossa articulare dan eminensia artikulare. Seperti yang lain, sendi temporomandibular juga dikontrol oleh otot, terutama otot penguyahan, yang terletak disekitar rahang dan sendi temporomandibular. Otot-otot ini termasuk otot pterygoid interna, pterygoid externa, mylomyoid, geniohyoid dan otot digastrikus. Otot-otot lain dapat juga memberikan pengaruh terhadap fungsi sendi temporomandibular, seperti otot leher, bahu, dan otot punggung (Pedersen, 1996).Ligamen dan tendon berfungsi sebagai pelekat tulang dengan otot dan dengan tulang lain. Kerusakan pada ligamen dan tendon dapat mengubah kerja sendi temporomandibular, yaitu mempengaruhi gerak membuka dan menutup mulut (Pedersen, 1996).Sendi tempromandibula mempunyai peranan penting dalam fungsi fisiologis dalam tubuh manusia. Identifikasi anatomi maupun radioanatomi dari struktur persendian ini merupakan suatu hal yang sebaiknya dapat dipahami secara baik. Pemahaman struktur sendi temporomandibula dapat berguna bagi dasar diagnosis dan perawatan dalam upaya penanganan keluhan pasien, terutama masalah yang menyangkut oklusi dan fungsi fisiologis pengunyahan..Struktur sendi temporomandibula terdiri dari fossa glenoidales, processus kondilodeus, eminentia artikularis, kapsula arikularis, diskus artikularis, dan membran sinovial.

Gambar 1. Struktur Sendi Temporomandibula Kondilus mandibula adalah tulang dengan struktur elipsoid melekat pada ramus mandibula. Berbentuk cembung pada seluruh permukaan, walaupun sedikit terlihat datar pada permukaan bagian posterior, dan berbentuk seperti tombol lebih lebar pada daerah mediolateral daripada anteroposterior. Kondilus berbentuk lonjong dan mempunyai poros yang berorientasi mediolateral. Permukaan tulang artikular terdiri atas cekungan fossa artikular dan bagian dari eminensia artikular. Meniskus adalah suatu suatu jaringan fibrosa, berbentuk pelana yang merupakan struktur yang memisahkan kondilus dan tulang temporal.7

INCLUDEPICTURE "../../../../Users/Anatomy%20Modules%20TMJ%20Anatomy%20&%20Function_files/LatMandible.jpg" \* MERGEFORMAT Gambar 2 . Tulang kranial dan Tulang Mandibula

Kapsula artikularis merupakan jaringan ikat fibrous tipis berada di sekeliling sendi temporomandibula dan secara anatomi dan fungsi membatasi pergerakan sendi temporomandibula. Kapsula melekat di posterior pada tulang temporal dan di inferior pada leher kondilus. Membran sinovial menghasilkan cairan sinovial yang masuk kedalam celah sendi melalui permukaan dalam kapsula. Fungsi lain kapsula artikularis adalah membatasi cairan sinovial yang masuk kedalam permukaan artikular. Kapsula diperkuat oleh ligamen temporomandibula pada saat sendi bergerak ke arah lateralPEMERIKSAAN TMJ

a. Auskultasi

Dengan menggunakan stetoskop mendengar adanya krepitasi atau kliking pada area depan telinga yang akan diperiksa. Selanjutnya di instruksikan pasien untuk membuka dan menutup mulut.

b. Palpasi

Cara 1 : dengan palpasi bimanual pada area depan telinga kanan dan kiri selanjutnya instruksikan pasien untuk membuka dan menutup mulut. Periksa kelancran pergerakan TMJ.

Cara 2 : masukkan jari keliking pada Meatus Akustikus (telinga) pada kanan dan kiri, selanjutnya instruksikan untuk membuka dan menutup mulut.

1.2 Pergerakan Normal Sendi Temporo MandibularBerdasarkan hasil penelitian elektromiografi, gerak mandibula dalam hubungannya dengan rahang atas dapat diklasifikasikan sebagai berikut yaitu :

1.2.1. Gerak membuka

1.2.2. Gerak menutup

1.2.3. Protrusi

1.2.4. Retusi

1.2.5. Gerak lateral 1.2.1 Gerak membuka

Seperti sudah diperkirakan, gerak membuka maksimal umumnya lebih kecil daripada kekuatan gigitan maksimal (menutup). Muskulus pterygoideus lateralis berfungsi menarik prosessus kondiloideus ke depan menuju eminensia artikularis. Pada saat bersamaan, serabut posterior muskulus temporalis harus relaks dan keadaan ini akan diikuti dengan relaksasi muskulus masseter, serabut anterior muskulus temporalis dan muskulus pterygoideus medialis yang berlangsung cepat dan lancar. Keadaan ini akan memungkinkan mandibula berotasi di sekitar sumbu horizontal, sehingga prosessus kondilus akan bergerak ke depan sedangkan angulus mandibula bergerak ke belakang. Dagu akan terdepresi, keadaan ini berlangsung dengan dibantu gerak membuka yang kuat dari muskulus digastricus, muskulus geniohyoideus dan muskulus mylohyoideus yang berkontraksi terhadap os hyoideum yang relatif stabil, ditahan pada tempatnya oleh muskulus infrahyoidei. Sumbu tempat berotasinya mandibula tidak dapat tetap stabil selama gerak membuka, namun akan bergerak ke bawah dan ke depan di sepanjang garis yang ditarik (pada keadaan istirahat) dari prosessus kondiloideus ke orifisum canalis mandibularis.1.2.2 Gerak menutup

Penggerak utama adalah muskulus masseter, muskulus temporalis, dan muskulus pterygoideus medialis. Rahang dapat menutup pada berbagai posisi, dari menutup pada posisi protrusi penuh sampai menutup pada keadaan prosesus kondiloideus berada pada posisi paling posterior dalam fosa glenoidalis. Gerak menutup pada posisi protrusi memerlukan kontraksi muskulus pterygoideus lateralis, yang dibantu oleh muskulus pterygoideus medialis. Caput mandibula akan tetap pada posisi ke depan pada eminensia artikularis. Pada gerak menutup retrusi, serabut posterior muskulus temporalis akan bekerja bersama dengan muskulus masseter untuk mengembalikan prosesus kondiloideus ke dalam fosa glenoidalis, sehingga gigi geligi dapat saling berkontak pada oklusi normal. Pada gerak menutup cavum oris, kekuatan yang dikeluarkan otot pengunyahan akan diteruskan terutama melalui gigi geligi ke rangka wajah bagian atas. Muskulus pterygoideus lateralis dan serabut posterior muskulus temporalis cenderung menghilangkan tekanan dari caput mandibula pada saat otot-otot ini berkontraksi, yaitu dengan sedikit mendepresi caput selama gigi geligi menggeretak. Keadaan ini berhubungan dengan fakta bahwa sumbu rotasi mandibula akan melintas di sekitar ramus, di daerah manapun di dekat orifisum canalis mandibular. Walaupun demikian masih diperdebatkan tentang apakah articulatio temporomandibula merupakan sendi yang tahan terhadap stres atau tidak. Hasil-hasil penelitian mutakhir dengan menggunakan model fotoelastik dan dengan cahaya polarisasi pada berbagai kondisi beban menunjukkan bahwa artikulasio ini langsung berperan dalam mekanisme stres. 1.2.3 Protrusi

Pada kasus protrusi bilateral, kedua prosesus kondiloideus bergerak ke depan dan ke bawah pada eminensia artikularis dan gigi geligi akan tetap pada kontak meluncur yang tertutup. Penggerak utama pada keadaan ini adalah muskulus pterygoideus lateralis dibantu oleh muskulus pterygoideus medialis. Serabut posterior muskulus temporalis merupakan antagonis dari kontraksi muskulus pterygoideus lateralis. Muskulus masseter, muskulus pterygoideus medialis dan serabut anterior muskulus temporalis akan berupaya mempertahankan tonus kontraksi untuk mencegah gerak rotasi dari mandibula yang akan memisahkan gigi geligi. Kontraksi muskulus pterygoideus lateralis juga akan menarik discus artikularis ke bawah dan ke depan menuju eminensia artikularis. Daerah perlekatan fibroelastik posterior dari diskus ke fissura tympanosquamosa dan ligamen capsularis akan berfungsi membatasi kisaran gerak protrusi ini. 1.2.4 Retrusi

Selama pergerakan, kaput mandibula bersama dengan discus artikularisnya akan meluncur ke arah fosa mandibularis melalui kontraksi serabut posterior muskulus temporalis. Muskulus pterygoideus lateralis adalah otot antagonis dan akan relaks pada keadaan tersebut. Otot-otot pengunyahan lainnya berfungsi mempertahankan tonus kontraksi dan menjaga agar gigi geligi tetap pada kontak meluncur. Elastisitas bagian posterior discus articularis dan capsula articulatio temporomandibularis akan dapat menahan agar diskus tetap berada pada hubungan yang tepat terhadap caput mandibula ketika prosesus kondiloideus bergerak ke belakang.1.2.5 Gerak lateral

Pada saat rahang digerakkan dari sisi yang satu ke sisi lainya untuk mendapat gerak pengunyahan antara permukaan oklusal premolar dan molar, prosesus kondiloideus pada sisitujuan arah mandibula yang bergerak akan ditahan tetap pada posisi istirahat oleh serabut posterior muskulus temporalis sedangkan tonus kontraksinya akan tetap dipertahankan oleh otot-otot pengunyahan lain yang terdapat pada sisi tersebut. Pada sisi berlawanan prosesus kondiloideus dan diskus artikularis akan terdorong ke depan ke eminensia artikularis melaluikontraksi muskulus pterygoideus lateralis dan medialis, dalam hubungannya dengan

relaksasi serabut posterior muskulus temporalis. Jadi, gerak mandibula dari sisi satu ke sisi lain terbentuk melalui kontraksi dan relaksasi otot-otot pengunyahan berlangsung bergantian, yang juga berperan dalam gerak protrusi dan retrusi. Pada gerak lateral, caput mandibula pada sisi ipsilateral, ke arah sisi gerakan, akan tetap ditahan dalam fosa mandibularis. Pada saat bersamaan, caput mandibula dari sisi kontralateral akan bergerak translasional ke depan. Mandibula akan berotasi pada bidang horizontal di sekitar sumbu vertikal yang tidak melintas melalui caput yang cekat, tetapi melintas sedikit di belakangnya. Akibatnya, caput ipsilateral akan bergerak sedikit ke lateral, dalam gerakan yang dikenal sebagai gerak

1.3 Otot Otot yang berpengaruh dalam Proses Membuka Menutup MulutMEMBUKA MULUT

1. M. Pterigoideus lateralis- Caput SuperiorOrigo : Facies infratemporalis dan Crista infratemporalis ala magna ossis sphenoidalis- Caput InferiorOrigo : Facies lateral lamina lateralis proc pterigoideusInsersio : Sebagian capsula dan discus articularis proc articularis mandibula,dan sebagian fovea pterygoideus dari colum mandibula2. M. Suprahyoid- GeniohyoidOrigo : Spina mentalis mandibularisInsersio : Corpus os hyoid- MylohyoidOrigo : Linea mylohyoideaInsersio : Raphe mediana dan os hyoid- StylohyoidOrigo : Proc styloideusInsersio : Os hyoid antara corpus dan cornu majus- DigastricusVenter posterior : dari fossa digastrica ke os hyoidVenter anterior : dari os hyoid ke incisura mastoideaIntermediate tendon : terikat pada cornu majus os hyoid oleh jaringan apeneuroticaMENUTUP MULUT

1. M. MaseterLapisan Superficial [lebih besar]Origo : Processus zygomaticus ossis maxillae,2/3 ventral dari tepi

caudal arcus zygomaticusInsersio :Tuberositas masetericaLapisan ProfundusOrigo : 1/3 dorsal dari tepi caudal arcus zygomaticus,permukaan dalam

arcus zygomaticusInsersio :1/2 cranial ramus mandibula dan processus muskularis2. M. TemporalisOrigo : Fossa temporalis, caudal dari linea temporalis inferior dan fascia

temporalis lapisan yang profundusInsersio : Processus coronoideus dan tepi ventral ramus mandibula3. M. Pterigoideus medialisCaput Superficialorigo : Lamina lateralis proc pterigoideus facies medialis dan proc

pyramidalis ossis palatineCaput Profundus [lebih besar]Origo : Proc pyramidalis ossis palatini dan tuber maxillaInsersio : Tuberositas pterygoidea pada bagian dalam angulus mandibula 1.4 Kelainan sendi temporomandibulaKelainan STM dapat dikelompokkan dalam 2 bagian yaitu : gangguan fnsi akibat adanya kelainan struktural dan dangguan fungsi akibat adanya penyimpangan dalam aktifitas salah satu komponen fungsi sistem mastikasi (disfungsi). Kelainan STM akibat kelainan struktural jarang dijumpai dan terbanyak dijumpai adalah disfungsi.STM yang diberikan beban berlebihan akan menyebabkan kerusakan pada strukturnya ataun mengganggu hubungan fungsional yang normal antara kondilus, diskus dan eminensia yang akan menimbulkan rasa sakit, kelainan fungsi tubuh, atau kedua-keduanya. Idealnya, semua pergerakan STM harus dipenuhi tanpa rasa sakit dan bunyi pada sendi.kelainan strukturalKelainan struktural adalah kelainan yang disebabkan oleh perubahan struktur persendiana akibat gangguan pertumbuhan, trauma eksternal, penyakit infeksi atau neoplasma dan umumnya jarang dijumpai.Gangguan pertumbuhan konginetal berkaitan dengan hal-hal yang terjadi sebelum kelahiran yang menyebabkan kelainan perkembangan yang muncul setelah kelahiran. Umumnya gangguan tersebut terjadi pada kondilus yang menyebabkan kelainan selain pada bentuk wajah yang menimbulkan masalah estetika juga masalah fungsionalCacat juga dapat terjadi pada permukaan artikular, yang maana cacat ini dapat menyebabkan masalah pada saat sendi berputar yang dapat pula melibatkan permukaan diskus. Cacat dapat disebabkan karena trauma pada rahang bawah, peradangan, dan kelainan struktural. Perubahan di dalam artikular juga dapat terjadi kerena variasi dari tekanan emosional. Oleh karena itu, ketika tekanan emosional meningkat, maka tekanan pada artikular berlebihan, menyebabkan terjadinya perubahan pergerakan.Tekanan yang berlebihan pada sendi dapat mengakibatkan penipisan pada diskus. Tekanan berlebihan yang terus menrus pada akhirnya menyebabkan perforasi dan keausan sampai terjadi fraktur pada diskus yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada permukaan artikularKelainan trauma akibat perubahan pada STM dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan, kondilus ataupun keduanya. Konsekuensi yang mungkin terjadi adlah dislokasi, hemartrosisi dan fraktur kondilus. Pasien yang mengalami dislokasi tidak dapat menutup mulut dan terjadi open bite anterior, serta dapat tekanan pada satu atau dua saluran pendengaran. Kelainan struktural akibat trauma STM juga dapat menyebabkan edema atau hemorage di dalam sendi. Jika trauma belum menyebabkan fraktur mandibula, pada umumnya pasien mengalami pembengkakan pada daerah STM , sakit bila digerakaan dan pergerakan sendi berkurang. Kondisi ini kadang kadang dikenal sebagai radang sendi traumatis. Kelainan struktural yang dipengaruhi penyakit infeksi akan melibatkan sistem muskuluskeletal yang banyak terdapat pada STM, penyakit-penyakit tersebut antara lain yaitu osteoarthritis dan reumatoid arthritis adalah suatu penyakit peradangan sistemik yang melibatkan sekililing STMBAB II

HASIL PENGAMATANA. Pertanyaan dan Jawaban1. Apa yang menyebabkan bunyi sendi?

Terjadinya bunyi pada sendi karena adanya perubahan letak, bentuk, dan fungsi dari komponen sendi temporomandibular. Bunyi yang dihasilkan dapat bervariasi mulai dari bunyi yang lemah sampai yang keras. Bunyi ini dapat terjadi pada awal, pertengahan atau akhir gerak buka dan tutup mulut.2. Apa perbedaan krepitus, clicking, dan popping?

Krepitus adalah bunyi mengeret atau gemeretak menunjukan adanya perubahan degenerasi. Clicking adalah bunyi tunggal dalam waktu yang singkat. Popping adalah bunyi letupan karena adanya keterbatasan gerakan rahang atau atau gerakan rahang yang biasanya asimetri.3. Bagaimana pola pergerakan kondil pada saat membuka dan menutup mulut?

Gerak membukaMusculus pterygoideus lateralis menarik prosesus kondiloideus ke depan kemudia terjadi relaksasi pada muskulus masseter, muskulus temporalis dan medialis secara cepat dan lancar.

Gerak menutup

Protrusi: Muskulus pterygoideus lateralis kontraksi dibantu Muskulus Pterygoideus Medialis kemudian caput mandibula tetap ke depan pada eminensia artikularis

Retrusi: Muskulus temporalis dibantu Muskulus Maseter mengembalikan prosesu kondiloideus ke fossa glenoidalis kemudian gigi geligi berkontak saat oklusi normal.

4. Mengapa dapat timbul gerakan inkoordinasi mandibula?Dapat terjadi karena ketidakseimbangan fossa glenoidalus dengan kondilus sehingga akhirnya menyebabkan inkoordinasi gerakan mandibular.

5. Apakah posisi tidur dapat berpengaruh pada kondisi mandibula? Jelaskan mekanismenya!

Iya. Bila seseorang memiliki kebiasaan tidur yang salah maka akan dapat mempengaruhi kondisi dari mandibular itu sendiri. Misalnya kebiasaan tidur dengan memiringkan tubuh ke salah satu sisi saja dapat menyebabkan tekanan mandibular yang berat pada salah satu sisi. Karena pada posisi miring akan membuat mandibula tertekan ke posisi tersebut dan dapat menyebabkan sisi lain lebih menonjol.

6. Mengapa membuka mulut maksimal menimbulkan kelelahan dan nyeri?

Karena pada saat membuka mulut secara maksimal sendi temporo-mandibula mengalami dislokasi, dimana sendi rahang keluar dari lokasi normalnya. Sehingga dapat menyebabkan rasa nyeri.7. Bagaimana pengaruh pemijatan pada kelelahan? Jelaskan mekanismenya!

Setelah dilakukan pemijatan, aliran darah ke otot akan lebih lancar sehingga pasokan oksigen akan lebih banyak dari sebelumnya. Oksigen berguna dalam proses pembakaran untuk menghasilkan energi, sehingga setelah dipijat energi meningkat dan otot dapat bekerja lebih lama. Pemijatan mampu mengendurkan dan meregangkan otot dan jaringan-jaringan lunak dalam tubuh, sehingga mengurangi ketegangan otot dan kram. Perbaikan sirkulasi darah akan menghasilkan sirkulasi yang lebih baik dalam tulang-tulang yang terkait.

8. Bagaimana pengaruh infra red pada kelelahan? Jelaskan mekanismenya!

Penyinaran infra red pada bagian tubuh tertentu setelah mengalami kelelahan, akan mengurangi kelelahan yang dirasakan karena sinar infra red akan menghasilkan panas yang menyebabkan pembuluh kapiler darah membesar (vasodilatasi). Sirkulasi darah menjadi lancar, sehingga suplai oksigen dari darah terpenuhi B. Data Percoban2.1 Pemeriksaan Gerakan STM Secara Palpasi

Jenis kelamin orang cobaGerakan STM (simetri/normal/terjadi hambatan/....)

Perempuan 1 (Shinta)Simetris, normal, dan tidak terjadi hambatan

Perempuan 2 (Winda)Simetris, normal, dan tidak terjadi hambatan

2.2 Pemeriksaan Bunyi STM Secara Auskultasi

Jenis kelamin orang cobaGerakan STM (sakit/krepitasi/kliking/poping/....)

Perempuan 1 (Winda)Tidak sakit, tidak ada bunyi

Perempuan 2 (Shinta)Tidak sakit, tidak ada bunyi

2.3 Pemeriksaan Gerakan Mandibula

A. Gerakan Membuka Mulut Maksimal

Jenis kelamin orang coba(A) Jarak maksimal

(mm)(B) Waktu maksimal

(menit)

Perempuan (Erfika)50 mm20 detik

Perempuan (Umil)43 mm1 menit 21 detik

B. Gerakan Membuka dan Menutup MulutJenis kelamin

orang cobaGerakan mandibularPerubahan kondil

Perempuan(C) Antero-posteriorAnterior: Condyl lebih menonjol ke kiriPosterior: Condyl tidak menonjol

Perempuan(D) LateralKanan : Condy kanan lebih menonjolKiri : Condyl kiri lebih menonjol

Perempuan(E) Koordinasi gerakanSaat membuka condyl simetrisLateral: simetris

F. Kelelahan pada Gerakan Mandibula Menutup Mulut

Jenis kelamin orang cobaLamanya membuka mulut

secara maksimalWaktu sampai timbul kelelahan (menit)

Perempuan

Waktu maksimal (ex. X menit)58 detik

Istirahat 10 menit

dari waktu maksimal

(0.5 dari X menit + pemijatan)3 menit 40 detik

Istirahat 10 menit

dari waktu maksimal (0.5 dari X menit + pajanan sinar infra merah)1 menit 15 detik

2.4 Gerakan STM Pada Beberapa Posisi Kepala

2.4.1 Pengaruh Posisi Kepala Terhadap Gerakan Mandibula (menunduk, menengadah, terlentang, kesamping, dan istirahat)Jenis kelamin orang cobaPosisi kepalaJarak kondil tragus (mm)

dan apa yang dirasakan

SebelumSesudah

PerempuanTegak lurusKanan : 3,3Kiri :3,2Kanan : 3,3

Kiri :3,3

PerempuanMenundukKanan :3,1

Kiri :2,2Kanan : 3,1

Kiri : 2,2

PerempuanMenengadahKanan : 2,4

Kiri : 2,5Kanan : 3,2

Kiri : 3,2

PerempuanTerlentangKanan : 2,4

Kiri : 2,5Kanan : 3,1

Kiri : 3

PerempuanKesampingKanan : 3,9

Kiri : 4,1Kanan : 3,7

Kiri : 4,2

PerempuanIstirahatKanan : 3,9

Kiri : 4,1Kanan : 3,9

Kiri : 4,1

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pemeriksaan Gerakan STM Secara Palpasi

Pada pemeriksaan gerakan STM secara orang coba dalam pemeriksaan ini berjenis kelamin perempuan dengan jarak 0.5-1 cm di depan meatus acusticus externus (lubang telinga) kiri dan kanan pada posisi membuka dan menutup mulut. Palpasi dilakukan secara bergantian. Berdasarkan percobaan diketahui bahwa orang pertama dan kedua melakukan gerakan STM yang simetris, normal, dan tanpa hambatan. Hal ini dapat membuktikan bahwa orang coba tidak memiliki kelainan pada STM.3.2 Pemeriksaan Bunyi STM Secara Auskultasi

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan stetoskop. Dua orang coba meletakkan stetoskop pada daerah STM. Kemudian mendengarkan bunyi yang timbul pada saat membuka dan menutup mulut. Selanjutnya dilakukan pencatatan, apakah ada bunyi krepitasi, clicking, atau popping yang muncul. Pada percobaan ini kedua orang coba tidak mengalami sakit saat membuka menutup mulut dan tidak ada bunyi yang timbul saat orang coba membuka menutup mulut. Hal ini membuktikan bahwa tidak adanya keabnormalan dalam fungsi sendi pada orang coba.3.3 Pemeriksaan Gerakan Mandibula

A. Gerakan Membuka Mulut Maksimal

Pada pemeriksaan ini orang coba diinstruksikan untuk duduk tegak dengan kepala sejajar dengan lantai. Kemudian orang coba diinstruksikan untuk mebuka mulut. Kemudian dihitung panjang jarak maksimal mandibula dengan menggunakan penggaris dan dicatat berapa lama waktu yang dibutuhkan bagi pergerakan maksimal mandibula untuk bertahan. Dari pemeriksaan yang diperoleh, panjang jarak maksimal mandibula orang coba pertama adalah 50 mm dengan waktu maksimal 20 detik. Sedangkan panjang jarak maksimal mandibula orang coba kedua adalah 43 mm dengan waktu maksimal 4 menit 47 detik.B. Gerakan Membuka dan Menutup Mulut

Pemeriksaan ini dilakukan oleh satu orang coba berjenis kelamin perempuan.Orang coba diposisikan pada kondisi duduk tegak dengan posisi kepala sejajar dengan lantai. Kemudian operator meletakkan jari telunjuk dan jari tengah kedua pada pada condyl orang coba sekitar 1 cm di depan meatus acusticus exsternus. Orang coba diinstruksikan untuk membuka mulut, dilanjutkan menutup mulut sampai gigi geligi kedua rahang menyentuh. selanjutnya menggerakkan mandibula ke arah (C) antero-posterior dan (D) lateral. Perubahan kondil pada saat orang coba menggerakkan mandibula ke arah antero-posterior dan lateral berturut-turut adalah anterior (depan), condyl lebih menonjol ke kiri posterior (belakang) condyl tidak menonjol. Saat digerakkan ke samping kanan, condyl kanan lebih menonjol dan saat digerakkan ke arah kiri Condyl kiri lebih menonjol. Sedangkan (E) koordinasi gerakan masing-masing arah pergerakan mandibula adalah condyl sedikit bergerak secara simetrisF. Kelelahan pada Gerakan Mandibula Menutup Mulut

Pemeriksaan ini dilakukan oleh satu orang coba berjenis kelamin perempuan. Orang coba diinstruksikan untuk membuka mulut maksimal sampai timbul rasa lelah. Didapatkan bahwa rasa lelah timbul pada waktu 58 detik. Orang coba diistirahatkan selama 10 menit, kemudian kembali diinstruksikan untuk membuka mulut sampai timbul rasa lelah. Namun pada detik ke-35 setelah orang coba diinstruksikan untuk membuka mulut, operator melakukan pemijatan pada otot pembuka mulut. Kelelahan baru timbul pada waktu 3 menit 40detik. Selanjutnya orang coba kembali diistirahatkan selama 10 menit. Setelah itu, orang coba diinstruksikan untuk melakukan hal yang sama, yaitu membuka mulut secara maksimal sampai timbul kelelahan. Pada detik ke-35 dilakukan pemajanan dengan sinar infra-red pada otot pembuka mulut, dan didapatkan hasil bahwa kelelahan timbul pada waktu 1 menit 15 detik.2.4 Pengaruh Posisi Kepala Terhadap Gerakan Mandibula (menunduk, menengadah, terlentang, kesamping, dan istirahat)Pada pemeriksaan pengaruh posisi kepala terhadap gerakan mandibula ini, orang coba didudukkan dalam posisi kepala tegak dan oklusi sentrik. Posisi kondil dipalpasi dan puncak kondil dan tragus diberi tanda dengan spidol, kemudian ukur jarak kedunya. Jarak yang didapatkan pda orang coba pertama sebelum dilakukan percobaan adalah 3,3 mm pada saat posisi tegak lurrus 3,3 mm. Saat menunduk diperoleh hasil 3,1 mm. Selanjutnya pada posisi menengadah 3,2 mm. Pada posisi terlentang 3,1 selanjutnya ke samping 3,7 dan pada saat posisi istirahat 3,9 mm.BAB IV

KESIMPULAN .Sendi temporomandibula merupakan satu-satunya sendi di kepala, sehingga bila terjadi sesuatu pada salah satu sendi ini, maka seseorang mengalami masalah yang serius. Masalah tersebut brupa nyeri saat membuka, menutup mulut, makan, mengunyah, berbicara, bahkan dapat menyebabkan mulut terkunci . Lokasi sendi temporomandibular (TMJ) berada tepat dibawah telinga yang menghubungkan rahang bawah (mandibula) dengan maksila (pada tulang temporal). Sendi temporomandibular ini unik karena bilateral dan merupakan sendi yang paling banyak digunakan serta paling kompleks. . Dengan adanya pemeriksaan gerakan mandibula secara palpasi dan auskultasi dapat diketahui mengenai simetris atau tidaknya gerakan kondili maupun ada atau tidaknya hambatan pada gerak kondili. Adanya hambatan, rasa sakit, ataupun timbulnya bunyi pada sendi disebabkan oleh timbulnya kelainan pada intrakapsular atau terjadinya inkoordinasi antara diskus dan kondil. Selain itu, apabila terlalu berat/aktifnya gerakan mandibula, maka hal tersebut dapat menimbulkan kelelahan bahkan dapat pula menyebabkan kelainan pada sendi temporomandibular. Oleh sebab itu, untuk mengatasi hal tersebut dapat dicegah dengan cara pemijatan maupun dengan pemberian sinar infra red karena kedua cara tersebut dapat menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah sehingga akan lebih banyak oksigen dan nutrisi yang tersedia untuk jaringan otot. Pemijatan menyebabkan energi meningkat dan otot dapat bekerja lebih lama. Pemberian infra red akan mengurangi kelelahan yang dirasakan karena sinar infra red akan menghasilkan panas yang menyebabkan pembuluh kapiler darah membesar (vasodilatasi)BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1. Ganong WF, 1983. Fisiologi Kedokteran Ed. 10. Jakarta: EGC.

2. Guyton, Arthur C. 2007. Fisiologi Kedokteran Ed. 11. Jakarta: EGC.3. Pedersen, Gordon W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Alih bahasa : Purwanto, Boesoeseno. Jakarta : EGC

4. Prof. Dr. drg. HaryoMustiko Dipoyono, Ms., Sp.Pros (K). 2008. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar FKG UGM Gangguan Nyeri Bunyi Clicking Pada Sendi Temporomandibula. Yogyakarta

5. Spalteholz-Spanner. 1994. Atlas Anatomi Manusia Bagian I. Jakarta : Hipokrates21