laporan praktikum kimia analisis
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS
PERCOBAAN 1
IDENTIFIKASI OBAT
Disusun oleh:
1. AYU WIKHA NOVIYANA G1F011026
2. RIRI FAUZIYYA G1F011028
3. GARNISHA UTAMAS N. G1F011030
4. ERNA TUGIARTI BUDIASIH G1F011034
LABORATORIUM KIMIA-FARMASI
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2011
A. JUDUL PRAKTIKUM : IDENTIFIKASI OBAT
B. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM : SENIN, 1 OKTOBER 2012
C. TUJUAN PRAKTIKUM
Mampu mengidentifikasi, pemurnian, dan pemisahan suatu senyawa obat dalam sampel
menggunakan prinsip analisis kimia kualitatif
D. ALAT DAN BAHAN
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1 buah rak tabung
Tabung reaksi 10 buah
Pipet tetes 2 buah
Spatula 2 buah
Penjepit tabung 1 buah
Droplet dan api spiritus
Plat uji 1 buah
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah obat-obat seperti:
Asam salisilat
Paracetamol
Sulfanilamide
Talk
Antalgin
Nipagin
Sulfaguanidin
Natrium benzoate
Zat 54
E. DATA PENGAMATAN
1. Uji organoleptis
No. Nama BahanOrganoleptik
Bau Rasa Kehalusan
1 Asam Salisilat Tidak berbau Asin-Asam Jarum-Jarum, kristal
2 Antalgin Bau khas Pahit Serbuk halus
3 Sulfanilamid Bau khas Hambar Kristal agak kasar
4 Paracetamol Bau khas Pahit Serbuk halus
5 Nipagin Bau khas Hambar Serbuk halus
6 Sulfaguanidin Bau Khas Tidak Ada Rasa Serbuk halus
7 Talk Bau apek Tidak Ada Rasa Serbuk halus
8 Natrium Benzoat Tidak berbau Hambar Serbuk kasar
9 Zat 54 Bau khas aromatik hambar Serbuk halus
2. Uji Kelarutan
No. Nama Bahan
Kelarutan
(Larut (+) Tidak Larut(-))
Air Alkohol
1 Asam Salisilat - +
2 Antalgin - +
3 Sulfanilamid - +
4 Paracetamol - +
5 Nipagin - +
6 Sulfaguanidin - +
7 Talk - +
8 Natrium Benzoat - +
9 Zat 54 - +
3. Uji Pendahuluan
No. Nama Bahan Karbohidrat Fenol Aniline
1Asam Salisilat - + Tidak berbau
2 Antalgin - - Tidak berbau
3 Sulfanilamid - - Tidak berbau
4 Paracetamol - - Tidak berbau
5 Nipagin - - Tidak berbau
6Sulfaguanidin - - Bau busuk (Isonitril)
7 Talk - - Tidak berbau
8Natrium Benzoat - - Bau busuk (Isonitril)
9 Zat 54 - - Tidak berbau
4. Reaksi KhususNo Nama obat Perlakuan Hasil
1. Asam Salisilat
Ditambah 1-2 tetes FeCl3,
dipanaskanWarna violet
2. Antalgin Ditambah AgNO3 Warna ungu, mengendap3.
Sulfanilamid
a. ditambah lart. DAB-HClb. ditambah NaOH, HCl, CuSO4 1-
2 tetes
warna hijau muda
4. Paracetamol Ditambah FeCl3 Warna biru violet5.
NipaginDitambah air, dididihkan,
didinginkan, tambah larutan FeCl3
Warna ungu
6.Sulfaguanidin
Ditambah lauta NaOH, dididhkan Tidak larut dan timbul bau amoniak
7. Talk Ditambah yodium Warna kuning kecoklatan
8.
Natrium Benzoat
Ditambah air, dipanaskan, didinginkan, disaring, filtrate
ditambah 4 tetes FeCl3
Ditambah HCl
Warna coklat kemerahan
Larut lagi9. Zat 54 - -
5. Reaksi PenjurusanN
oNama
obatReaksi
C D
1. Asam Salisilat
- Ada butiran melayang
2. Antalgin - Ada butiran melayang3. Sulfanilamid - Larutan putih susu4. Paracetamol - Mengendap5. Nipagin - Ada butiran melayang6. Sulfaguanidin - Ada butiran27. Talk - Mengendap8. Natrium
Benzoat- Mengendap
9. Zat 54 - Mengendap
6. Uji Pemijaran di Bawah lampu UV
No. Nama Bahan Pemijaran Lampu UV + Akuades
1 Asam Salisilat Tidak ada warna
2 Antalgin Tidak ada warna
3 Sulfanilamid Tidak ada warna
4 Paracetamol Tidak ada warna
5 Nipagin Tidak ada warna
6 Sulfaguanidin Tidak ada warna
7 Talk Tidak ada warna
8 Natrium Benzoat
Tidak ada warna
9 Zat 54 Tidak ada warna
F. PEMBAHASAN
Analisis kimia pada dasarnya terbagi menjadi dua pekerjaan utama yang dikenal dengan
analisis secara kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif merupakan analisis untk
melakukan identifikasi elemen, spesies, dan atau senyawa-senyawa yang ada dalam sampel.
Dapat juga dikatakan bahwa analisis kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada
tidaknya suatu analit yang dituju dalam suatu sampel (Gandjar, 2009). Metode yang dipakai
untuk analisis kualitatif bisa secara klasik atau instrumen. Metoda klasik yang paling utama
adalah: 1) analisis warna atau reaksi warna, metode ini dipakai untuk senyawa anorganik (kation
dan anion), atau juga untuk senyawa organik seperti sering digunakan untuk skrining fitokimia
dalam penentuan metabolit sekunder tumbuhan, dan 2) analisis uji warna nyala, dimana kedua
metoda tersebut diawali dengan analisis organoleptis atau uji pendahuluan. Instrumen analisis
yang dikenal saat ini sebagian besar dapat melakukan analisis kualitatif tergantung dari
spesifikasi instrumen. Contohnya Spektrofotometer UV-Vis untuk senyawa organik yang
memiliki gugus kromofor, AAS untuk logam-logam (walau jarang untuk kualitatif), HPLC untuk
senyawa-senyawa organik, Spektrofotometer IR untuk analisis gugus fungsi senyawa organik,
dan lain-lain.
Analisis kuantitatif adalah analisis untuk menentukan jumlah (kadar) absolute atau relative
dari suatu elemen atau spesies yang ada di dalam sampel (Gandjar, 2009). Metode yang
digunakan dalam analisis kuantitatif yaitu: 1) Metoda klasik, yang paling populer adalah titrasi
(metoda volumetri) dan gravimetri, 2) Instrumen analisis, contohnya: HPLC dan
spektrofotometer UV-Vis untuk senyawa organik, sedangkan untuk logam – AAS masih menjadi
pilihan utama, dan instrumen lain tergantung dari sifat senyawa yang akan ditentukan.
Praktikum kimia analisis percobaan pertama yang telah dilakukan yaitu mengidentifikasi
obat menggunakan prinsip analisis kualitatif yaitu dengan menguji organoleptik, kelarutan,
analisis pendahuluan, reaksi penjurusan dan reaksi khusus suatu senyawa obat. Bahan-bahan
obat yang digunakan antara lain: asam salisilat, parasetamol, talk, antalgin, nipagin, natrium
benzoate, sulfaguanidin, sulfanilamide dan zat 54. Adapun monografi bahan dan struktur kimia
dari masing-masing obat tersebut yaitu:
1. Parasetamol
Parasetamol mempunyai berat molekul151,16 gr/mol dan mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari101,0% C8H9NO2, dihitung terhadap zat anhidrat. Pemeriannya serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit. Kelarutannya larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N, mudah larut dalam etanol. Titik leburnya antara 168o-172o C. Sebaiknya disimpan di dalam wadah tertutup rapat tidak tembus cahaya. Khasiatnya untuk antipeuretik dan analgetik (Anonim, 1995).
2. Asam salisilat
Asam salisilat mempunyai berat molekul 138,12 gr/mol dan mengandung tidak kurang dari
99,5% dan tidak lebih dari 101,0% C7H6O3, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemeriannya hablur putih, biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk hablur halus, putih, rasa
agak manis, tajam, dan stabil di udara. Bentuk sintesis warna putih, tidak berbau. Jika dibuat
dari metil salisilat alami dapat berwarna kekuningan atau merah jambu dan berbau lemah mirip
etanol. Kelarutannya sukar larut dalam air dan dalam benzena, mudah larut dalam etanol dan
eter, larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalamkloroform. Berat molekulnya 138,1
gram/mol dan memiliki titik lebur antara 158-161ºC. Sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup
baik. Khasiatnya untuk keratolitikum dan antifungi (Anonim, 1979)
3. Nipagin
Nipagin memiliki rumus kimia berupa C8H8O3 dengan berat molekul sebesar 152,2 gr/mol.
Pemeriannya serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa, kemudian
agak membakar diikuti rasa tebal. Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih,
dalam 3,5 bagian etanol 95% dan dalam 3 bagian aseton, mudah larutdalam eter dan dalam larutan
alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol panas dan 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika
didinginkan larutan tetap jernih.titik leburnyaantara 125o- 128o C (Anonim, 1995)
4. Natrium Benzoat
Na-benzoat mempunyai berat molekul 144,11 gr/mol danmengandung tidak kurang dari
99,0% dan tidak lebih dari100,5% C7H5NaO2, dihitung terhadap zat anhidrat. Pemeriannya
berbentuk granul atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau, dan stabil di
udara. Kelarutannya mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, dan lebih mudah larut
dalam etanol 90%. Sebaiknya na-benzoat disimpan dalam wadah tertutup baik. Khasiatnya untuk
zat pengawet ( Anonim, 1995).
5. Talk
Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit
aluminum silikat. Pemeriannya serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu, berkilat,
mudah melekat pada kulit dan bebas butiran. Tidak larut dalam hampir semua pelarut. Sebaiknya
disimpan dalam wadah tertutup baik. Khasiatnya sebagai zat tambahan (Anonim, 1995).
6. Sulfanilamide
Sulfanilamide mempunyai berat molekul 172,21 gr/mol dan mengandung tidak kurangdari 99,0%
C6H8N2O2S, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemeriannyahablur, serbuk hablur atau butiran,
putih, tidak berbau, rasa agak pahit kemudian manis.Larut dalam 200 bagian air, sangat mudah larut dalam air
mendidih, agak sukar larut dalametanol 95%, sangat sukar larut dalam kloroform, dalam eter dan dalam benzene,
mudahlarut dalam aseton, larut dalam gliserol, dalam asam klorida dan dalam alkali hidroksida.Titik leburnya
antara 164,5o- 167o C. Sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup baik danterlindung cahaya. Khasiatnya
sebagai antibakteri (Anonim, 1995).
7. Sulfaguanidin
Sulfaguanidin memiliki berat molekul 232,26 gr/mol dan mengandung tidak kurang dari 99,0% C7H10N4O2S, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemeriannya hablur atau serbuk, putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau, oleh pengaruh cahaya lambat laun warna berubah menjadi gelap. Kelarutannya mudah larut dalam air mendidih dan dalam asam mineral encer, sukar larut dalam etanol 95% dan dalam aseton, sangat sukar larut dalam air, praktis tidak larut dalam larutan alkali hidroksida. Suhu leburnya antara 190-192,5oC dengan. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya. Khasiatnya sebagai antibakteri (Anonim, 1979)
8. Sulfadiazin
Nama kimia dari Sulfadiazin adalah N-2-piridinil sulfanilamide, dengan nama lazim
Sulfadiazinum/sulfadiazine. Memiliki rumus kimia C10H10N4O2S dengan BM 250,27.
Sulfadiazine mengandung tidak kurang dari 99,0% C10H10N4O2S dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan. Pemerian dari Sulfadiazin yaitu putih, putih kekuningan atau putih agak merah
jambu; hampir tidak berbau; tidak berasa. Memiliki kelarutan praktis tidak larut dalam air; agak
sukar larut dalam etanol (95%) P dan dalam aseton P; mudah larut dalam asam mineral encer dan
dalam larutan alkali hidroksida dan berkhasiat sebagai antibakteri (Anonim, 1979).
HASIL
1. Uji organoleptik
Menurut Farmakope Indonesia Edisi Ketiga dan Keempat, uji organoleptis untuk masing-
masing senyawa obat dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
No. Nama BahanOrganoleptik
Bau Rasa Kehalusan
1 Asam Salisilat Tidak Berbau Manis Jarum-hablur putih
2 Sulfanilamid Tidak Berbau Pahit-Manis Hablur
3 Nipagin Tidak Berbau Mint Serbuk,hablur,halus
4 Sulfaguanidin Wangi Tidak Ada Rasa Agak kasar
5 AntalginHampir tidak
berbau Tidak berasa Serbuk putih
6 Parasetamol Tidak Berbau Pahit Serbuk Halur
7 Talk Tidak Berbau Tidak Ada Rasa Serbuk hablur halus
8 Na.Benzoat Bau Khas Asam-HambarGranul, serbuk
hablur
Berdasarkan tabel di atas, terlihat beberapa perbedaan antara hasil praktikum dan
literatur. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan pengamatan tiap individu karena uji
organoleptis ini dilakukan menggunakan panca indera dari tiap anggota kelompok yang mungkin
berbeda-beda pada tiap individu. Dan karena tidak ada patokan tentang hasil pengamatan yang
dilakukan.
2. Uji kelarutan
Uji kelarutan beberapa senyawa obat menggunakan air, alkohol, dan kloroform
menurut Farmakope Edisi 3 dan 4 dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
No. Nama BahanKelarutan (Larut (+) Tidak Larut(-))
Air Alkohol
1 Asam Salisilat - +
2 Sulfanilamid - +
3 Nipagin - +
4 Sulfaguanidin + -
5 Parasetamol + +
6 Talk - -
7 Na.Benzoat + -
8 antalgin - +
Setelah dilakukan percobaan, hasil yang didapatkan ada hasil yang sesuai dengan literature
dan ada hasil yang tidak sesuai dengan literature (Anonim, 1979 dan Anonim, 1995). Hal ini
mungkin disebabkan faktor perbedaan jumlah konsentrasi senyawa obat yang dilarutkan atau
mungkin perbedaan volume pelarut yang digunakan dalam melarutkan senyawa obat. Selain
itu, mungkin juga diakibatkan oleh pengamatan praktikan yang kurang teliti dalam
mengamati percobaan yang dilakukan.
3. Analisis pendahuluan
A. Golongan Karbohidrat
Setelah dilakukan percobaan, tidak ada senyawa obat yang masuk dalam golongan
karbohidrat. Hal ini sesuai dengan literature, karena memang tidak ada senyawa yang
tergolong ke dalam golongan karbohidrat (Anonim, 1995)
B. Golongan Fenol
Setelah dilakukan percobaan, senyawa obat yang positif menimbulkan warna tersebut
yaitu asam salisilat. Menurut literature, selain asam salisilat, sulfanilamide juga termasuk
golongan fenol, yakni pada pemeriksaan kualitatif, reaksi besi (III) klorida memberikan
warna ungu (Auterhoof dan Kovar, 1987).
C. Golongan Aniline
Setelah dilakukan percobaan, senyawa obat yang positif menimbulkan bau busuk yaitu
natrium benzene dan sulfanilamide. Sedangkan menurut literature, sulfanilamid yang akan
tercium bau amoniak dan aniline jika zat dilebur perlahan-lahan kemudian diteruskan
pemanasan. Dan sulfaguanidin yang akan tercium bau amoniak jika dilebur dan membirukan
kertas lakmus (Auterhoof dan Kovar, 1987).
4. Reaksi khusus
Asam salisilat setelah ditambah FeCl3 2 tetes dan dipanaskan berubah menjadi
warna ungu, karena hasil reaksi dengan besi(III)florida memberikan hasil
perubahan warna menjadi ungu (Auterhoof dan Kovar, 1987).
Paracetamol setelah ditambah FeCl3 berubah warnanya menjadi biru violet. Hal ini
sesuai dengan literarur karena pada pemeriksaan kualitatif, reaksi besi (III) klorida
memberikan warna ungu (Auterhoof dan Kovar, 1987).
Talk setelah ditambah yodium berubah menjadi warna kuning Kecoklatan. Reaksi
khusus yang seharusnya dilakukan untuk pengujian talk adalah ditambah natrium
karbonat lalu dipanaskan, ditambah HCl hingga larut dan kemudian ditambah
NaOH hingga alkalis. Larutan tersebut jika ditambah dengan titan kuning akan
berubah warna menjadi warna pink (Vogel, 1978)
Antalgin setelah ditambah AgNO3 membentuk endapan dan warna ungu karena
ada reaksi dengan Ag+ (Vogel, 1978)
Natrium benzoate setelah ditambah air, dipanaskan kemudian didinginkan,
filtratnya disaring kemudian ditambah 4 tetes FeCl3, berubah warna menjadi
merah kecoklatan dan setelah ditambah HCl larut kembali. Sesuai dengan
literature (Vogel, 1978)
Nipagin setelah dididihkan dalam air dan didinginkan kemudian ditambah larutan
FeCl3 terjadi warna ungu, sesuai dengan literature(Auterhoof dan Kovar, 1987).
Sulfaguanidin ditambah larutan NaOH tapi tidak mengendap dan jika dididihkan
akan muncul bau amoniak(Auterhoof dan Kovar, 1987).
Sulfanilamide setelah ditambah NaOH, HCl dan CuSO4 2 tetes menjadi hijau
muda. Berdasarkan literature warna yang terbentuk adalah biru (Auterhoof dan
Kovar, 1987).
5. Reaksi penjurusan
a. Uji Fluorosensi di Bawah Lampu Ultraviolet.
Uji fluorosensi dilakukaan dengan melihat larutan serbuk di bawah lampu UV. Uji
fluorosensi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa hanya asam salisilat yang terlihat
menunjukkan perubahan warna ketika diamati di bawah lampu ultraviolet. Hal ini sesuai
dengan literature yang menyatakan bahwa asam salisilat dapat terlihat menunjukkan
perubahan warna ketika diletakkan di bawah lampu ultraviolet (Auterhoff dan Kovar, 1987).
b. Hasil dari reaksi marquist yang seharusnya yaitu apabila suatu senyawa yang ditambah
formalin dan asam sulfat pekat akan terbentuk warna ungu untuk alkaloida opium, morfin
kodein, dionin. Tapi dari hasil percobaan yang didapat yaitu tidak terjadi perubahan
warna pada tiap masing-senyawa senyawa yang diuji menjadi warna ungu. Tidak ada
obat yang tergolong ke dalam opium, morfin dll menurut literature (Auterhoof dan
Kovar, 1987).
Selain menganalisis 8 senyawa obat di atas, terdapat juga suatu zat S4 yang harus
dianalisis secara kualitatif. zat S4 didalamnya terdapat 2 macam senyawa obat. Langkah-
langkah analisis yang dilakukan yaitu :
1. Melakukan uji organoleptis
Setelah diamati, zat S4 memiliki warna putih , tidak berasa, bentuk serbuk halus,
dan bau khas aromatic .
2. Melakukan Uji Kelarutan
Zat S4 ketika dilarutkan dalam air dan alkohol ditemukan bahwa zat S4 tidak larut
dalam air, tapi larut dalam alkohol
3. Melakukan Uji fluorosensi di bawah UV
Ketika larutan Zat L diamati di bawah lampu UV, tidak berpendar cahaya ataupun tidak
menimbulkan perubahan warna
4. Analisis pendahuluan
Hasil dari analisis pendahuluan yang didapat yaitu campuran obat tersebut bukan
tergolong karbohidrat, fenol, dan aniline.
5. Melakukan reaksi khusus
Reaksi khusus dilakukan pada golongan talk yaitu dengan cara ditambahkan yodium
menjadi warna kuning kecoklatan, dan reaksi khusus golongan nipagin larutan FeCl3 yang
akan memberikan warna ungu.
Setelah dilakukan beberapa teknik anlisis di atas, disimpulkan bahwa senyawa obat yang
terkandung dalam zat S4 adala talk dan nipagin. Hal ini sesuai dengan uji reaksi khusus yang
dilakukan. Dan untuk uji organoleptiknya seharusnya terasa pahit karena nipagin memiliki
rasa pahit, namun hasil yang didapat justru mengatakan bahwa zat S4 tidak berasa, mungkin
disebabkan oleh indra perasa praktikan yang kurang sensitive(Auterhoof dan Kovar, 1987).
DAPUS
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi Ketiga, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi KeEMPAT, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Auterhoff, H., dan Kovark., 1987. Identifikasi Obat. Penerbit ITB, Bandung.
Gandjar, I. G., dan Abdul Rohman, 2009, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Belajar,
Yogyakarta.