laporan praktikum etnobotani

Upload: aprillia-yeon-woo-nagasaki

Post on 04-Mar-2016

348 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM ETNOBOTANIPEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI BAHAN PEWARNA DAN RACUN DI DESA KARANG TENGAH, BATURADEN

Oleh :Meilina Retno Asih B1J010197

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO2012KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada allah swt atas segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum ini yang berjudul Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Bahan Pewarna dan Racun Di Desa Karang Tengah, Baturaden. Laporan praktikum ini ditulis sebagai syarat mata kuliah Etnobotani. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada : 1. Tuhan Yang Maha Esa Atas rahmat dan hidayahnya.2. Staf Dosen Etnobotani yang telah memberikan bimbingan.3. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan Etnobotani.Penulis menyadari laporan praktikum ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan laporan praktikum ini di masa yang akan datang. Semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Purwokerto, Desember 2012

Penulis

DAFTAR ISIHalamanKATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiPENDAHULUAN 1MATERI DAN METODE 3PEMBAHASAN 4PENUTUP 14DAFTAR REFERENSI LAMPIRAN

I. PENDAHULUANIndonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan pangan, bahan sandang, maupun sebagai bahan papan. Namun selain pemanfaatan tumbuhan sebagai tiga popkok diatas. Tanaman pun bisa dimanfaatkan sebagai bahan pewarna maupun sebagai bahan beracun.Hubungan antara masyarakat dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidup berlangsung sepanjang masa, sedangkan sifat dan intensitasnya mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan kependudukkan dan kebudayaannya. Kehidupan masyarakat desa sangat bergantung pada sumber daya alam yang tersedia disekitarnya, fungsi tata guna lahan (pertanian dan hutan) sebagai sumber daya alam memberikan manfaat pengetahuan dan juga pengalaman masyarakat lokal tentang pemanfaatan berbagai tumbuhan dalam kehidupan sehari-harinya (Irawan et al, 2009).Pemanfaatan tanaman sebagai bahan pewarna umumnya digunakan oleh masyarakat pedesaan dalam campuran masakan sehingga menghasilkan warna yang khas dan menarik minat untuk memakannya. Seperti penggunaan daun suji sebagai penghasil warna hijau dalam kue klepon atau cendol. Penggunaan kulit bawang merah, kunyit, cabe merah, cabe hijau sebagai bumbu masak yang mampu memberikan warna yang menarik untuk masakan, seperti warna coklat, kuning, merah, atau hijau. Selain pemanfaatan tanaman sebagai bahan pewarna untuk makanaan ada pula tanaman yang dimanfaatkan sebagai bahan pewarna pakaian oleh orang jaman dahulu seperti, jambe, kulit buah manggis yang akan menghasilkan warna merah cerah dan ungu.Penggunaan tanaman secara alami juga termasuk menggunakannya sebagai bahan racun. Baik itu digunakan sebagai racun untuk berburu hewan dihutan maupun untuk melukai lawan. Tanaman yang bisa dikatakan beracun antara lain : tanaman Tuba, tanaman gadung, tanaman Bengkoang, tanaman Ingas/Kemaduh, tanaman Kecubung, tanaman pucung/kluwek. Kurang mengertinya masyarakat mengenai tanaman beracun ini membuat tanaman ini bisa termakan tanpa sengaja sehingga menimbulkan efek yang mematikan. Penulisan laporan praktikum ini ialah untuk mengetahui pemanfaatan tanaman tradisional di desa karang tengah baturaden. Meliputi penggunaan tanaman beracun maupun tanaman pewarna. Serta untuk penjelasan singkat dan jelas mengenai tanaman, mengetahui takaran dalam menggunakannya, pengolahan serta cara penggunaannya sehari-hari.

II. MATERI DAN METODEA. Materi1. Alat Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah seperangkat alat tulis, alat dokumentasi.2. BahanBahan yang dipergunakan pada saat praktikum adalah subjek/masyarakat sekitar Desa Karang Tengah Baturaden.

B. Lokasi dan WaktuLokasi berada di Desa Karang Tengah, Baturaden Kabupaten Banyumas. Waktu pelaksanaan praktikum pada hari minggu tanggal 2 Desember 2012.

C. MetodeMetode yang digunakaan adalah metode wawancara dengan penduduk Desa Karang Tengah, Baturaden.

III. HASILTanaman beracun1. Tanaman Gadung (Dioscorea hispida Denust. )Umbinya sangat beracun karena mengandung alcohol yang menimbulkan rasa pusing. Dengan cara pengolahan khusus akhirnya dapat dimakan. Umbi mentahnya karena mengandung alkaloid dapat digunakan sebagai bahan untuk racun binatang dan juga dapat digunakan sebagai obat luka di Asia. Bahan sisa pengolahan tepungnya dapat digunakan sebagai insektisida. Bila umbinya dibiarkan tua warnanya akan berubah menjadi hijau dan kadar racunnya akan makin pekat (Dinas Pertanian & Kehutanan Pemerintah Propinsi DKI Jakarta, 2002).Cara Penurunan Kadar Racun, Umbi gadung sebelum dikonsumsi atau dimasak, terlebih dahulu harus dihilangkan racunnya, karena dapat menimbulkan pusing bagi yang memakannya. Umbi gadung mengandung racun atau zat alkaloid yang disebut dioscorin (C13H19O2N), dimana racun ini apabila dikonsusmi, walaupun kadarnya rendah dapat menyebabkan pusing. Racun dioscorin dapat dlhilangkan dengan beberapa cara yang khusus, diantaranya adalah cara Rumphius. Cara ini dapat menurunkan atau menghilangkan kadar racun umbi gadung, antara lain : Ambil umbi gadung secara hati-hati agar tidak terluka Potong umbi menjadi beberapa potong dengan menggunakan pisau yang tajam. Lumuri luka bekas potongan tersebut dengan abu dapur, dan biarkan atau simpan selama 24 jam. Kemudian kupas kulit potongan umbi gadung tersebut hingga bersih. Cuci potongan gadung yang telah dikupas dalam air mengalir. Masukkan potongan umbi gadung ke dalam keranjang dan segera rendam dalam air garam selama 2 4 hari. Angkatlah dan tiriskan potongan-potongan umbi gadung tersebut dari air garam, lalu cuci dengan air gula. Selanjutnya, jemur potongan-potongan umbi gadung di bawah sinar matahari. Ulangi perendaman dalam air garam, pencucian dengan air gula dan penjemuran hingga 2 3 kali agar racun dioscorin benar hilang (Anonim, 2012).2. Tanaman Pucung (Pangium edule). Disebut juga picung, kepayang atau kluwek Seperti namanya, tanaman ini mampu membuat orang menjadi kepayang (mabuk atau pusing). Hal ini dikarenakan, terutama bijinya, mengandung asam sianida dalam konsentrasi tinggi. Selain asam sianida, beberapa kandungan kimia lainnya yang terdapat pada buah kepayang (Pangium edule) antara lain vitamin C, ion besi, betakaroten, asam hidnokarpat, asam khaulmograt, asam glorat, dan tannin. Untuk menghilangkan kandungan asam sianida, buah kepayang atau kluwek (Pangium edule) yang telah matang dan jatuh dari pohon dikumpulkan dalam satu karung dan dibiarkan basah oleh air hujan atau malah direndam dalam air dalam waktu 10-14 hari. Dengan begitu, selain kulit atau sabutnya lebih mudah dikupas juga dapat menghilangkan racun asam sianida yang terdapat pada bijinya.Masyarakat desa Karang Tengah umumnya menggunakan tanaman ini untuk membuat rawon atau ayam kluwek untuk acara Sadran. Sedangkan pengolahan tanaman puncung yang masih mengandung racun tidak diketahui. Pucung yang masih beracun umumnya bisa dirasakan lewat rasa dan baunya, apabila rasanya pahit dan baunya menyengat bisa dipastikan pucung tersebut masih beracun. Apabila masyarakat yang tidak tahu/tidak bisa membedakan antara pucung yang beracun atau yang tidak beracun maka kemungkinan bisa meracuni yang memakannya tanpa sengaja atau sengaja. Cara pengolahan dan mengetahui ciri pucung yang sudah tidak beracun diharapkan dapat meminimalisir keracunan yang terjadi.3. Tanaman Jenu (Derris elliptica)Merupakan jenis tumbuhan yang biasa digunakan sebagai peracun ikan. Akar tanaman Tuba ini memiliki kandungan rotenone, sejenis racun kuat untuk ikan dan serangga (insektisida). Tumbuhan peracun ikan ini tumbuh terpencar-pencar, di tempat yang tidak begitu kering, di tepi hutan, di pinggir sungai atau dalam hutan belukar yang masih liar dan kadang-kadang ditanam di kebun atau pekarangan. Di Jawa tanaman Tuba didapati mulai dari dataran rendah hingga ketinggian sekitar 1500 m dpl (Steenis, 1981). Manfaat Tanaman merupakan penghasil bahan beracun yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama serangga, baik di luar ruangan maupun didalam ruangan. Disamping rotenon sebagai bahan aktif utama, bahan aktif lain yang terdapat pada akar tanaman Tuba (Derris elliptica) adalah deguelin, elliptone, dan toxicarol.Tanaman ini sering digunakan sebagai racun ikan. Namun dapat juga dapat digunakan sebagai insektisida, yaitu untuk pemberantasan hama pada tanaman sayuran, tembakau, kelapa, kina, kelapa sawit, lada, teh, coklat, dan lain-lain. Di Kalimantan, ekstrak akarnya digunakan sebagai racun untuk anak panah.4. Tanaman ingas (Gluta renghas Linn.)Ingas,rengas,lateng atau kemadu. Gluta renghas Linn. Pohon besar yang terdapat di Jawa Barat dan tersebar di seluruh Nusantara, umumnya di daerah muara sungai. Kayunya berat dan keras, dapat dipakai untuk pembuatan perahu. Pohon ini ditakuti penduduk karena getahnya beracun dan dapat menyebabkan radang pada kulit meskipun tidak sehebat seperti getah rengas putih. Bulu sengat yang terdapat pada daun tanaman keluarga Laportea diketahui memiliki efek yang sama dengan asam semut (formic acid) yang juga ditemukan pada sengat semut dan lebah (Klopenburgh, 2006).Tanaman ini biasa dikenal oleh masyarakat desa karang tengah sebagai tanaman liar yang tumbuh dipekarangan. Ada bermacam-macam tanaman ingas atau lateng yang mampu dijumpai baik dalam bentuk tanaman tinggi, perdu maupun herba. Namun yang biasa dijumpai di karang tengah adalah tanaman ingas dalam bentuk herba. Warga karang tengah menyebutkan bahwa apabila terkena tanaman ini maka tubuh bisa terasa gatal, namun gatal hanya berlangsung beberapa saat saja.Di Bali ada beberapa tanaman ingas/lateng yang mampu menyebabkan gatal hingga 10 hari yaitu tanaman ingas/lateng besi. Rasa yang ditimbulkan yaitu rasa gatal, panas dan nyeri pada bagian yang terkena. Cara penghilang racun gatal yang terdapat pada lateng/ingas ini adalah dengan membalurkan tanah kering ke bagian yang terkena lateng.5. Tanaman bengkoangBengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) termasuk ke dalam Kerajaan: Plantae, Divisi : Magnoliophyta, Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Fabales, Famili : Fabaceae, Genus : Pachyrhizus, Spesies : Pachyrhizus, Nama umum bengkuang adalah yam bean (Inggris), jicama (Mexico), sengkuang (Malaysia), singkamas (Filipina), dan sangkalu (India). Menurut Sorensen (1988), genus pachyrhizus terdiri atas lima spesies, yaitu Pachyrhizus erosus (L.) Urban, P. ahipa (wedd.) parody, P. tuberosus (lam.) spreng, P. ferrugineus (piper), dan P. panamensis clausen. Ketiga spesies yang pertama sudah dibudidayakan, sedang dua spesies lainnya masih merupakan spesies liar (Heyne, 1987).Walaupun umbinya dapat dimakan, bagian bengkuang yang lain seperti biji sangat beracun karena mengandung rotenon, sama seperti tuba. Racun ini sering dipakai untuk membunuh serangga atau menangkap ikan, terutama yang diambil daribiji-bijinya. Biji bengkuang yang telah masak kaya akan lipid yaitu 30% namun tidak dapat dimakan karena memiliki isoflavonoid yang tinggi yaitu rotenone, isoflavanon dan furano-3-fenil kumarin yang sangat beracun bagi manusia. aktif sebagai racun kontak dan racun perut untuk berbagai serangga hama, tetapi bekerja sangat lambat (Kay, 1973).Masyarakat desa karang tengah umumnya tidak mengetahui cara penggunaan biji bengkuang sebagai racun. Mereka hanya sekedar mengetahui tanaman apa saja yang beracun apabila termakan tanpa disertai dengan pengolahan lebih lanjut. Namun menurut referensi penggunaan biji Bengkuang sebagai racun cukup ditumbuk dengan menggunakan batu kemudian dicampur dengan air. Langsung bisa digunakan sebagai pestisida alami.6. Tanaman Kecubung (Datura mentel)Kecubung sebagai tanaman liar yang tumbuh di kebun-kebun yang kadang dipakai sebagai pagar pekaranga. Buahnya yang bulat dan berbintil-bintil menjadi alat permainan anak-anak yang sangat menyenangkan. Tanaman ini termasuk keluarga Solanaceae, sekerabat dengan terung dan kentang. Kecubung biasanya berbunga putih dan ungu, namun hibridanya berbunga aneka warna. Diperkirakan tanaman ini pertama kali dipakai sebagai obat-obat pada abad kesepuluh. Kecubung ada yang berasal dari Asia Tenggara, namun ada juga yang berasal dari Benua Amerika (Wardini, 2012). Sebenarnya jenis tanaman kecubung yang dapat dimanfaatkan sebagai obat sangat banyak, di antaranya Datura Stramonium, Datura tatura, dan Brugmansia suaviolens, namun daya khasiat masing-masing jenis kecubung, berbeda-beda. Penyalahgunaan kecubung memang sering terjadi, sehingga bukan obat yang didapat malah racun (menyebabkan pusing/teler) yang sangat berbahaya.Tanaman Pewarna1. Kunyit (Curcuma domestica Val.)Tanaman kunyit berupa herba yang tingginya dapat mencapai 1 m. Batang semu, tegak, di dalam tanah membentuk banyak rimpang. Daun tunggal berbentuk lanset memanjang, ujung dan pangkal daun runcing. Bunga majemuk bersisik kecil/halus. Warna kuning dan sebelah dalam/kelopak berwarna ungu, tangkai bunga mencapai 40 cm. Tanaman ini mudah tumbuh dan penyebarannya sangat merata, hampir terdapat di seluruh Indonesia. Dapat tumbuh di dataran rendah sampai di pegunungan dengan ketinggian 700 m dpl. Umumnya tumbuh subur dekat air/aliran air/sungai kecil (Wardini, 2012). Penggunaan tanaman kunyit di desa karang tengah maupun diindonesia berupa rimpangnya yang bisa memberikan warna kuning pada masakan, caranya dengan ditumbuk atau digerus. Umumnya digunakan sebagai bumbu dapur pada tiap rumah. Biasa digunakan dalam masakan opor, soto, ayam goreng. Pencampuran dengan jahe mampu menghilangkan amis pada ikan, daging. Sedangkan penggunaan kunyit untuk pewarna pakaian yaitu, apabila kunyit dicampur dengan buah jarak dan jeruk akan memberikan warna hijau tua. Warna hijau muda muncul apabila kunyit dicampur dengan tom/tarum. Selain itu apabila dicampur dengan kapur sirih mapu menghasilkan warna merah cerah (Hidayat, N. 2006).2. Suji (Dracaena angustifolia Roxb.)Perdu tegak atau pohon kecil dengan tinggi lebih dari 6(-8) m, sering bercabang banyak; daun memita-melanset, menyempit di bawah dasar pelepah, sangat meruncing; Pembungaan malai, bercabang, panjang lebih dari 75 cm; bunga kekuning-kuningan - putih. Buah membulat dengan 3 cuping, diameter 1,5-2,5 cm, jingga terang, 1-3 biji. Tumbuh subur hingga ketinggian 1000 m dpl., dan menyukai daerah pegunungan atau dekat aliran air (sumur, sungai kecil) (Lemmens, 2012).Di Maluku, dekoksi dari akarnya digunakan untuk mengatasi gonorhoe, daunnya digunakan sebagai obat luar untuk mengatasi beri-beri dan getah daun digunakan untuk menebalkan rambut. Daunnya juga digunakan untuk mewarnai minyak sayur dan menghijaukan makanan serta getah daunnya digunakan sebagai zat warna untuk mengecat. pucuk yang direbus dari tanaman Dracaena angustifolia dimakan sebagai sayuran. Tanaman ini terkenal sebagai tanaman hias dan sebagai tanaman pagar (Steenis,1981).3. Manggis (Garcinia mangostana)Manggis (Garcinia mangostana) merupakan buah asli daerah Asia Tenggara, tepatnya Semenanjung Malaya. Kini daerah tumbuhnya sudah tersebar sampai ke beberapa negara tropis, di antaranya Myanmar, Indocina, Indonesia, Filipina, dan Thailand.Selain buah, kulit buah manggis juga dimanfaatkan sebagai pewarna alami Kulitbuah mengandung antosianin seperti cyanidin- 3-sophoroside, dan cyanidin-3-glucoside. Senyawa tersebut berperan penting pada pewarnaan kulit manggis. Kulit kayu, kulit buah, dan lateks kering Garcinia mangostana (manggis) juga mengandung sejumlah zat warna kuning yang berasal dari dua metabolit yaitu alfa-mangostin dan -mangostin yang berhasil diisolasi. Ditemukan metabolit baru yaitu 1,3,6,7-tetrahidroksi-2,8-di (3-metil- 2butenil) xanton yang diberi nama amangostanin dari kulit buah Garcinia mangostana (manggis) (Kwatriningsih, 2009). Proses pewarnaan tekstil secara sederhana meliputi mordanting, pewarnaan, fiksasi, dan pengeringan. Mordanting adalah perlakuan awal pada kain yang akan diwarnai agar lemak, minyak, kanji, dan kotoran yang tertinggal pada proses penenunan dapat dihilangkan. Pada proses ini kain dimasukkan ke dalam larutan tawas yang akan dipanaskan sampai mendidih. Proses pewarnaan dilakukan dengan pencelupan kain pada zat warna. Proses fiksasi adalah proses mengunci warna kain. Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan air atau tawas (Moerdoko, 1975).Pada pencelupan bahan tekstil dengan zat warna alam dibutuhkan proses fiksasi yaitu proses penguncian warna setelah bahan dicelup dengan zat warna alam agar memiliki ketahanan luntur yang baik. Ada tiga jenis larutan fixer yang biasa digunakan yaitu tunjung (FeSO4), tawas (Al2(SO4)3, dan kapur tohor (CaCO3). Untuk itu sebelum melakukan pencelupan kita perlu menyiapkan larutan fixer terlebih dahulu dengan cara melarutkan 50 gram kapur tohor dalam tiap liter air yang digunakan. Biarkan mengendap dan ambil larutan beningnya (Endang, 2009).4. Bawang merah (Allium ascalonicum L.)Bawang merah adalah tanaman semusim dan memiliki umbi yang berlapis. Tanaman mempunyai akar serabut, dengan daun berbentuk silinder berongga. Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang berubah bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk umbi berlapis. Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu. Umbi bawang merah bukan merupakan umbi sejati seperti kentang atau talas. Bawang merah atau Brambang (Allium ascalonicum L.) adalah nama tanaman dari familia Alliaceae dan nama dari umbi yang dihasilkan. Umbi dari tanaman bawang merah merupakan bahan utama untuk bumbu dasar masakan Indonesia.5. Cabe merah Capsicum annuum Linn.Terna berkayu, tinggi 1 m, bercabang-cabang. Daun tunggal bentuk bundar telur sampai elip. Bunga tunggal bentuk bintang terdapat di ketiak daun, warna putih. Buah buni, bentuk seperti kerucut memanjang, menggantung, permukaan buah mengkilat warna hijau sampai merah setelah tua. Biji kecil, pipih warna putih kekuningan dan setelah tua menjadi coklat. Tumbuh merata di seluruh Indonesia karena banyak digunakan orang mulai dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian/Papua dan Nusa Tenggara (Anonim, 2012). Jenis ini banyak terdapat di dataran rendah sampai pegunungan 10 - 700 m dpl. Umumnya sudah dibudidayakan di pekarangan untuk konsumsi pribadi ataupun di perkebunan dalam skala besar untuk dikirim ke industri perusahaan sambal. Kadang-kadang dijumpai juga tumbuh liar di hutan-hutan. Buah cabai merah dipakai untuk memperoleh warna merah bagi penduduk di daerah Jawa Tengah.6. Jambe (Areca cathecu Linn.)Pohon dengan tinggi 25 m. Batang berkayu tegak, diameter 15 cm. Daun majemuk berupa roset batang, ujung robek, bergerigi. Bunga majemuk bentuk bulir terdapat di ketiak daun, bunga betina dan bunga jantan tersusun dalam 2 baris. Buah buni bentuk bulat telur warna merah jingga, berbiji satu warna kuning kecoklatan. Pinang terdapat merata di seluruh Indonesia antara lain di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Sulawesi. Tumbuh bagus/subur di daerah pantai sampai pada ketinggian 700 m dpl. Umumnya ditanam di pekarangan pedesaan (Hidayati, R. 2004)Perkebunan pinang dengan skala besar terdapat di Sumatera Barat. Budidaya ini untuk diambil buah, daun untuk saung/atap rumah sederhana di pedesaan serta pohonnya dipakai untuk perlombaan panjat pinang setiap tujuh belas Agustus. Buah pinang dipakai untuk campuran soga gambir serta menghasilkan warna coklat tua cerah (Brotonegoro, 2012).

IV. KESIMPULANBerdasarkan hasil diatas dapat ditarik kesimpulan, antara lain :1. Tanaman beracun yang berada dan dimanfaatkan oleh masyarakat desa karang tengah antara lain : tanaman kecubung, tanaman pucung, tanaman jenu/tuba, tanaman bengkuang, tanaman ingas, dan tanaman gadung.2. Tanaman pewrana yang biasa dimanfaatkan daun suji, kunyit, manggis, kulit bawang merah, jambe, dan cabe merah.

DAFTAR REFERENSIAnonim, Umbi-Umbian (Gadung), Pengenalan Gadung. 2012.

Anonim, 2012. Www.wikipedia.com/cabemerah. Diakses tanggal 12 Nopember 2012

Anonim, 2012. Www.wikipedia.com/Tuba Diakses tanggal 12 Nopember 2012

Anonim, 2012. Www.wikipedia.com/Pinang Diakses tanggal 12 Nopember 2012

Anonim, 2012. Www.wikipedia.com/Gadung. Diakses tanggal 12 Nopember 2012

Anonim, 2012. www.Almaedah.blogspot.com/Pucung. Diakses tanggal 12 Nopember 2012Anonim, 2012. www.kapatudjeng.blogspot.com/Lateng Diakses tanggal 12 Nopember 2012Brotonegoro, S; Wessel, M & Brink, M . 2012. Stimulants p.51-55.

Dinas Pertanian & Kehutanan Pemerintah Propinsi DKI Jakarta. 2002. Pestisida Nabati. http://www.dki.go.id/ Diakses tanggal 15 Desember 2012.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 2. Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta. Hal. 1064-1066.

Hidayat, N., & Saati, E. A., 2006, Membuat Pewarna Alami, Penerbit Trubus Agrisarana, Surabaya.

Hidayati, R. dan Marfuah, T.W., 2004,Laporan Tugas Akhir Pembuatan Ekstrak Zat Warna Alami Tekstil dari Biji Buah Pinang, UNS, Surakarta.

J. Kloppenburgh Versteegh, Tanaman Berkhasiat Indonesia Volume I, Alih Bahasa dan Saduran : drh.J.Soegiri, Prof.Dr.drh.Nawangsari, IPB Press, 2006

Kwartiningsih,Endang . 2009. Zat Pewarna Alami Tekstil Dari Kulit Buah Manggis. Ekuilibrium Vol. 8. No. 1. Januari 42 2009 : 41 47

Lemmens, R.H.M.J. 2012. Medicinal and poisonous plants 3 p.176-177.

Moerdoko, W., 1975, Evaluasi Tekstil Bagian Kimia , Institut Teknologi Tekstil, Bandung.

Steenis, CGGJ van. 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia. PT Pradnya Paramita, Jakarta. Hal. 238.

Sulfiani, E. dan Kurniawati, E., 2007, Laporan Tugas Akhir Ekstraksi Zat Warna dari Biji Kesumba, UNS, Surakarta.

Triyono, A. dan Wiyatno, A., 2008, Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Tekstil dari Kulit Buah Manggis, UNS Surakarta.

Wardini, T.H. & Prakoso, B. 2012. Medicinal and poisonous plants 1 p.215-216

Yuliani, A. dan Ferlina, F., 2005, Laporan Tugas Akhir Pembuatan Ekstrak Zat Warna Alami Tekstil dari Kunyit, UNS, Surakarta.

Lampiran

Gadung(Wikipedia.co.id)Pucung(Almaedah.blogspot.com)

Pinang(Wikipedia.co.id)Lateng/Ingas(kapatudjeng.blogspot.com)

Tuba(Wikipedia.co.id)Bengkuang(Wikipedia.co.id)