laporan praktek kerja lapng di provinsi bali

88
MANAJEM DI PT. MITRA SIN SATWA KABU KELOMPOK TA MANAJEMEN PE SIDEMBUN PRA PROG POLITEK MEN KESEHATAN TERNAK AYAM PU NAR JAYA, TERNAK BABI DI PT. KAR UPATEN GIANYAR, TERNAK SAPI PO ANI SANTI YOANA KABUPATEN GIAN ELAYANAN KESEHATAN HEWAN DI P NUT KABUPATEN BANGLI PROVINSI LAPORAN AKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) OLEH DIONISIUS VENTUS NIM : 112386009 GRAM STUDI KESEHATAN HEWA JURUSAN PETERNAKAN KNIK PERTANIAN NEGERI KUP 2014 ULLET RYA PROSPEK OTONG DI NYAR DAN PUSKESWAN I BALI ) AN PANG

Upload: dionisius-ventus

Post on 30-Jun-2015

2.070 views

Category:

Data & Analytics


8 download

DESCRIPTION

Laporan ini membahas tentang manajemen kesehatan ternak ayam pullet di Kabupaten Tabanan, ternak babi di Kabupaten Gianyar, sapi potong di Kabupaten Gianyar dan pelayanan puskeswan di Puskeswan Sidembunut Bangli provinsi Bali

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

MANAJEMEN KESEHATAN

DI PT. MITRA SINAR JAYA,

SATWA KABUPATEN GIANYAR

KELOMPOK TANI SANTI YOANA KABUPATEN GIANYAR DAN

MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN HEWAN

SIDEMBUNUT KABUPATEN BANGLI PROV

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

PROGRAM STUDI KESEHATAN HEWAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG

i

MANAJEMEN KESEHATAN TERNAK AYAM PULLET

PT. MITRA SINAR JAYA, TERNAK BABI DI PT. KARYA PROSPEK

SATWA KABUPATEN GIANYAR, TERNAK SAPI POTONG DI

KELOMPOK TANI SANTI YOANA KABUPATEN GIANYAR DAN

PELAYANAN KESEHATAN HEWAN DI PUSKESWAN

SIDEMBUNUT KABUPATEN BANGLI PROVINSI

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

OLEH

DIONISIUS VENTUS

NIM : 112386009

PROGRAM STUDI KESEHATAN HEWAN

JURUSAN PETERNAKAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG

2014

TERNAK AYAM PULLET

DI PT. KARYA PROSPEK

TERNAK SAPI POTONG DI

KELOMPOK TANI SANTI YOANA KABUPATEN GIANYAR DAN

PUSKESWAN

INSI BALI

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

PROGRAM STUDI KESEHATAN HEWAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG

Page 2: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

MANAJEMEN KESEHATAN

DI PT. MITRA SINAR JAYA,

SATWA KABUPATEN GIANYAR

KELOMPOK TANI SANTI YOANA KABUPATEN GIANYAR DAN

MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN HEWAN

SIDEMBUNUT KABUPATEN BANGLI PROV

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya

Kesehatan Hewan Di Politeknik Pertanian Negeri Kupang

PROGRAM STUDI KESEHATAN HEWAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG

ii

MANAJEMEN KESEHATAN TERNAK AYAM PULLET

PT. MITRA SINAR JAYA, TERNAK BABI DI PT. KARYA PROSPEK

SATWA KABUPATEN GIANYAR, TERNAK SAPI POTONG DI

KELOMPOK TANI SANTI YOANA KABUPATEN GIANYAR DAN

PELAYANAN KESEHATAN HEWAN DI PUSKESWAN

SIDEMBUNUT KABUPATEN BANGLI PROVINSI

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

OLEH

DIONISIUS VENTUS

NIM : 112386009

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya

Kesehatan Hewan Di Politeknik Pertanian Negeri Kupang

PROGRAM STUDI KESEHATAN HEWAN

JURUSAN PETERNAKAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG

2014

AYAM PULLET

DI PT. KARYA PROSPEK

TERNAK SAPI POTONG DI

KELOMPOK TANI SANTI YOANA KABUPATEN GIANYAR DAN

PUSKESWAN

INSI BALI

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya

Kesehatan Hewan Di Politeknik Pertanian Negeri Kupang

PROGRAM STUDI KESEHATAN HEWAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG

Page 3: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

iii

HALAMAN PENGESAHAN

NAMA : DIONISIUS VENTUS

NIM : 112386009

JURUSAN : PETERNAKAN

PROGRAM STUDI : KESEHATAN HEWAN

JUDUL : MANAJEMEN KESEHATAN TERNAK PULLET DI PT.

MITRA SINAR JAYA, BABI DI PT. KARYA PROSPEK

SATWA, SAPI POTONG DI KELOMPOK TANI SANTI

YOANA DAN PELAYANAN KESEHATAN HEWAN DI

PUSKESWAN SIDEMBUNUT KABUPATEN BANGLI

PROVINSI BALI

Disahkan pada tanggal, 22 September 2014

Menyetujui,

Pembimbing Utama,

Drh. Gerson Y. I. Sakan, M.Sc

NIP : 19810918 200604 1 003

Pembimbing Anggota,

Max A. J. Supit, S. Pt., GDipSc., MFoodTech

NIP : 19700415 199702 1 001

Penguji I,

Ir. Melkianus Luji Jadi, MP

NIP : 196105 16198601 1 001

Penguji II,

Drh. Yanse Yane Rumlaklak

NIP : 19800117 200812 2 001

Penguji III,

Dr. Bernadete B. Koten, S. Pt, MP

NIP : 19700412 199703 2 002

Mengetahui,

Ketua Program Studi,

Drh. Marlin R. K. Yowi, MP

NIP : 19710212 199903 2 001

Ketua Jurusan Peternakan,

Catootjie L. Nalle, S.Pt, M.Agr.St.,Ph. D

NIP : 19720201 199512 2 001

Mengesahkan,

Direktur,

Ir. Blasius Gharu, M.Si

NIP : 199550220 198703 1 001

i

Page 4: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

iv

MOTTO

Kesuksesan Akan Terwujud Jika Setiap

Perjuangan Disertai Do’a Dan Kerja Keras

ii

Page 5: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

v

PERSEMBAHAN

Karya Ilmiah ini Saya Persembahkan Kepada;

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan membimbing dalam setiap perjalanan hidup saya.

2. Bapa, mama, adik-adik dan keluarga yang selalu mendampingi hidup saya.

3. Almamater Politeknik Pertanian Negeri Kupang

4. Teman-teman mahasiswa Politani Kupang

iii

Page 6: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,

atas penyertaan dan kasih-Nya sehingga Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan

penulisan laporan dengan judul “Manejemen Kesehatan Ternak Ayam Pullet

di PT. Mitra Sinar Jaya, Manejemen Kesehatan Ternak Babi di PT. Karya Prospek

Satwa, Manejemen Kesehatan Ternak Sapi Potong di Kelompok Tani Santi Yoana,

Dan Manajemen Pelayanan Kesehatan Hewan di Pusat Kesehatan Hewan

(PUSKESWAN) Sidembunut Kabupaten Bangli, Provinsi Bali” dapat diselesaikan

dengan baik.

Laporan ini merupakan bukti nyata bahwa penulis telah mengikuti

Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang ditetapkan oleh Program Studi Kesehatan

Hewan sebagai salah satu tugas akhir dalam meraih gelar Ahli Madia (A.Md)

pada Politeknik Pertanian Negeri Kupang. Terselesainya laporan ini tidak terlepas

bantuan dan bimbingan dari semua pihak, oleh karena itu Penulis berterima kasih

kepada:

1. Drh. Gerson Y.I Sakan, M.Sc selaku Pembimbing Utama dan

Max A.J. Supit, S.Pt, M.Food Tech selaku Pembimbing Anggota yang telah

membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

2. Ir Melkianus Luji Jadi, MP selaku Penguji I, drh. Yanne Rumlaklak selaku

penguji II dan Dr. Bernadeta Koten, S, Pt. MP selaku penguji III, yang telah

memberikan masukan demi penyempurnaan laporan ini.

3. Ir. Blasius Gharu, M.Si selaku Direktur Politani Negeri Kupang dan

iv

Page 7: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

vii

Catootjie L. Nalle, Ph.D selaku Ketua Jurusan Peternakan, drh. Marlin

R. K. Yowi, MP selaku Ketua Program Studi Kesehatan Hewan.

4. Pembimbing lapangan dan juga peternak pada setiap lokasi peternakan

tempat penulis melakukan praktek yang memberikan informasi demi

memperoleh data lapangan.

5. Bapa, Mama, adik-adik dan keluarga tercinta yang telah mendukung saya

selama kuliah di Politeknik Pertanian Negeri Kupang.

6. Teman-teman dan sahabat kenalan (Fridus, Delon, Engki, Flori, Gonsa,

Kewel dan Tarsi) serta teman-teman mahasiswa semester VI Program Studi

Kesehatan Hewan yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan

laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan,

untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan yang bersifat membangun dari

pembaca demi penyempurnaan tulisan ini.

Kupang,...September 2014

Penulis

v

Page 8: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

viii

DAFTAR ISI

Halaman Judul Halaman Halaman Pengesahan ....................................................................................... i Motto ................................................................................................................ ii Persembahan ................................................................................................... iii Kata Pengantar ............................................................................................... iv Daftar Isi .......................................................................................................... vi Daftar Tabel ......................................................................................................x Daftar Gambar ................................................................................................ xi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .............................................................................................1 1.2 Tujuan dan Manfaat .....................................................................................2 1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ..................................................................3 1.4 Metode Pelaksanaan .....................................................................................3 BAB II. KEADAAN UMUM LOKASI 2.1 Keadaan Umum Lokasi Peternakan Ayam Pullet ........................................4 2.1.1 Sejarah Peternakan ....................................................................................4 2.1.2 Organisasi Peternakan ...............................................................................4 2.1.2.1 Struktur Organisasi........................................................................4 2.1.2.2 Ketenagakerjaan ............................................................................5 2.1.2.3 Jaminan Sosial ...............................................................................6 2.1.2.4 Fungsi Sosial .................................................................................6 2.1.3 Kondisi Lingkungan ..................................................................................6 2.1.3.1 Kondisi Fisik .................................................................................6 2.1.3.2 Kondisi Non Fisik .........................................................................7 2.2 Keadaan Umum Lokasi Peternakan Babi ....................................................7 2.2.1 Sejarah Peternakan ....................................................................................7 2.2.2 Organisasi Peternakan ...............................................................................8 2.2.2.1 struktur Organisasi ........................................................................8 2.2.2.2 Ketenagakerjaan ............................................................................9 2.2.2.3 Jaminan Sosial ...............................................................................9 2.2.2.4 Fungsi Sosial .................................................................................9 2.2.3 Kondisi Lingkungan .................................................................................10 2.2.3.1 Kondisi Fisik .........................................................................................10 2.2.3.2 Kondisi Non Fisik .................................................................................10 2.3 Keadaan Umum Lokasi Pusat Pelayanan Kesehatan Hewan Sidembunut .10 2.3.1 Sejarah Puskeswan ...................................................................................10 2.3.2 Organisasi Puskeswan ..............................................................................11 2.3.2.1 Struktur Organisasi.......................................................................11

Page 9: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

ix

2.3.2.2 Ketenagakerjaan ...........................................................................13 2.3.2.3 Jaminan Sosial ..............................................................................13 2.3.2.4 Fungsi Sosial ................................................................................13 2.3.3 Kondisi Lingkungan .................................................................................14 2.3.3.1 Kondisi Fisik ................................................................................14 2.3.3.2 Kondisi Non Fisik ........................................................................15 2.4 Keadaan Umum Lokasi Peternakan Sapi Potong .......................................15 2.2.1 Sejarah Peternakan ...................................................................................15 2.2.2 Organisasi Peternakan ..............................................................................16 2.4.2.1 Struktur Organisasi.......................................................................16 2.4.2.2 Ketenagakerjaan ...........................................................................18 2.4.2.3 Jaminan Sosial ..............................................................................18 2.4.2.4 Fungsi Sosial ................................................................................18 2.4.3 Kondisi Lingkungan .................................................................................18 2.4.3.1 Kondisi Fisik .................................................................................18 2.4.3.2 Kondisi Non Fisik .........................................................................19 BAB III. MANAJEMEN KESEHATAN TERNAK DAN PUSKESWAN

3.1 Manajemen Kesehatan Ayam Pullet ...........................................................20 3.1.1 Struktur Populasi ......................................................................................20 3.1.2 Sistem Perkandangan ...............................................................................21 3.1.3 Tatalaksana Rutin .....................................................................................23 1. Pembersihan Tempat Pakan dan Minum.................................................23 2. Pemberian Pakan dan Air Minum ...........................................................24

a. Pemberian Pakan dan Air Minum Untuk Fase Starter ....................24 b. Pemberian Pakan dan Air Minum Untuk Fase Grower ..................26 3.1.4 Manajemen Kesehatan .............................................................................27

A. Sanitasi Kandang ..................................................................................27 B. Penanganan DOC .................................................................................29 C. Potong Paruh ........................................................................................31 D. Vaksinasi ..............................................................................................33 E. Penyakit Pada Ayam Pullet ..................................................................36 3.2 Manajemen Kesehatan Ternak Babi ...........................................................38 3.2.1 Struktur Populasi ......................................................................................38 3.2.2 Sistem Perkandangan ...............................................................................39 3.2.3 Tatalaksana Rutin .....................................................................................40 1. Sanitasi Kandang .....................................................................................40 2. Pemberian Pakan dan Air Minum ...........................................................41 3.2.4 Pengamatan Babi Birahi ...........................................................................42 3.2.5 Inseminasi Buatan ....................................................................................43 3.2.6 Perawatan Induk Bunting .........................................................................45 3.2.7 Persiapan Kandang Melahirkan ...............................................................46 3.2.8 Penangana Pasca Partus ...........................................................................48

vii

Page 10: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

x

1. Perawatan Induk Setelah Melahirkan.......................................................48 2. Perawatan Neonatal Anak Babi ...............................................................48 a. Pemotongan Ekor ............................................................................49 b. Pemotongan Gigi ............................................................................49 c. Pemberian Zat Besi .........................................................................50 d. Pemberian Tanda Anak Babi ..........................................................51 3. Penyapihan Anak Babi ....................................................................51 3.2.9 Penangan Limbah .....................................................................................52 3.2.10 Penyakit Pada Ternak Babi ....................................................................53 3.3 Manajemen Kesehatan Ternak Sapi Potong ...............................................55 3.3.1 Struktur Populasi ......................................................................................55 3.3.2 Sistem Perkandangan ...............................................................................55 1. Lokasi Kandang ..............................................................................56 2. Konstruksi Kandang........................................................................56 a. Dinding Kandang ........................................................................57 b. Lantai Kandang ...........................................................................57 c. Atap .............................................................................................58 d. Lorong .........................................................................................58 3.3.3 Tatalaksana Rutin .....................................................................................58 1. Sanitasi Kandang ............................................................................59 2. Pemberian Pakan dan Air Minum ...................................................60 a. Hijauan ........................................................................................60 b. Pemberian Konsentrat .................................................................61 c. Pemberian Air Minum.................................................................61 3.3.4 Persiapan Induk Melahirkan ....................................................................61 3.3.5 Sejarah Penyakit .......................................................................................62 3.3.6 Penanganan Limbah .................................................................................63

3.4 Manajemen Pelayanan Pusat Kesehatan Hewan .........................................64 3.4.1 Program Pelayanan Di Puskeswan ...........................................................64 3.4.2 Metode Pelayanan Puskeswan .................................................................65 a. Pelayanan Aktif ...............................................................................65 b. Pelayanan Semi Aktif .....................................................................65 c. Pelayanan Pasif ...............................................................................66 3.4.3 Jenis Tindakan Puskeswan .......................................................................66 a. Promotif...........................................................................................66 b. Preventif ..........................................................................................66 c. Kuratif .............................................................................................68 d. Rehabilitatif.....................................................................................69 e. Pelayanan Medik Reproduksi .........................................................70 3.4.4 Prosedur Pelaporan Penyakit....................................................................70 3.4.5 Kasus Kejadian Penyakit..........................................................................70

viii

Page 11: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xi

BAB IV. PENUTUP 4.1 Kesimpulan .................................................................................................72 4.2 Saran ............................................................................................................73 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................74

ix

Page 12: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Populasi Ayam Pullet Pada PT. MSJ Tahun 2014 Desa Apuan .........20

Tabel 2. Standar Pemberian Pakan Per Minggu Fase Starter............................25

Tabel 3. Standar Pemberian Pakan Per Minggu Fase Grower ..........................26

Tabel 4. Jenis Desinfektan, Aplikasi dan Indikasi ............................................29

Tabel 5. Program Vaksinasi Pullet Pada PT. MSJ ............................................34

Tabel 6. Kegiatan Vaksinasi Yang Dilakukan Selama PKL .............................35

Tabel 7. Struktur Populasi Ternak Babi Pada PT. KPS Tahun 2014 ................39

Tabel 8. Pemberian Pakan Babi Pada Peternakan Bapak Andika .....................41

Tabel 9. Populasi Sapi Pada Peternakan Santi Yoana ......................................55

Tabel 10. Kegiatan Vaksinasi Rabies Yang Diikuti Penulis .............................67

Tabel 11. Kasus Penyakit di Wilayah Kerja Puskeswan Sidembunut ..............71

Page 13: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisasi PT. Mitra Sinar Jaya.........................................5

Gambar 2. Struktur Organisasi Peternakan ........................................................8

Gambar 3. Struktur Organisasi Puskeswan Sidembunut ..................................11

Gambar 4. Struktur Organisasi Peternakan Santi Yoana ..................................16

Gambar 5. Kandang Tipe Postal .......................................................................22

Gambar 6. Pemberian Pakan dan Air Minum Pada DOC .................................25

Gambar 7. Desinfeksi Kandang ........................................................................28

Gambar 8. Pemanas Gasolek.............................................................................30

Gambar 9. Proses Pemotongan Paruh ...............................................................32

Gambar 10. Kandang Babi Tipe Ganda ............................................................40

Gambar 11. Inseminasi Buatan Pada Babi ........................................................45

Gambar 12. Bahan Desinfeksi Kandang ...........................................................47

Gambar 13. Kotak Pemanas Untuk Anak Babi .................................................47

Gambar 14. Pemotongan Ekor Pada Anak Babi ...............................................49

Gambar 15. Pemotongan Gigi Pada Anak Babi ................................................50

Gambar 16. Kandang Sapi Tampak Dari Depan ...............................................56

Gambar 17. Kandang Sapi Tampak Samping ...................................................57

Gambar 18. Lorong Tengah Kandang ...............................................................58

Gambar 19. Pembersihan Lantai Kandang dan Pengangkutan Feses ...............59

Gambar 20. Pemberian Pakan Hijauan dan Air Minum Pada Sapi...................60

Page 14: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xiv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Politeknik Pertanian Negeri Kupang merupakan salah satu perguruan

tinggi yang menerapkan sistem pendidikan vokasi dimana kurikulumnya 40%

bersifat teori dan 60% praktik. Untuk memenuhi persyaratan tersebut maka

kurikulum di Politeknik Pertanian Negeri Kupang mengharuskan setiap

mahasiswa Diploma (D3) khususnya semester enam Program Studi Kesehatan

Hewan melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) yang berlangsung

di luar kampus selama tiga bulan. Tujuan dari kegiatan PKL ini agar para

mahasiswa mendapatkan pengalaman kerja yang banyak di lapangan

khususnya pada peternakan yang berkaitan dengan manajemen kesehatan

ternak sapi potong, babi, ayam dan juga untuk mengetahui proses pelayanan

pusat kesehatan hewan dan kedinasan.

Manajemen kesehatan hewan yang dimaksud meliputi upaya

pencegahan penyakit, pengobatan, sanitasi dan desinfeksi kandang. Manajemen

kesehatan yang diterapkan pada ternak ayam, babi dan sapi potong

merupakan hal yang sangat penting. Hal ini dikarenakan ke tiga ternak ini

merupakan penghasil protein hewani yang bersumber dari daging dan telur.

Protein asal hewan yang berkualitas sangat tergantung pada manajemen

peternakan yang baik. Manajemen yang dimaksud meliputi pakan, pembibitan,

perkandangan, pemeliharaan dan manajemen kesehatan.

1

Page 15: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xv

Pada kenyataannya usaha peternakan baik dalam skala besar maupun

kecil mengkategorikan penyakit sebagai masalah yang serius. Alasanya karena

akan berdampak pada menurunnya produktivitas dan kualitas produk yang

dihasilkan seperti telur, daging ataupun susu. Dalam hal ini pengendalian

penyakit menjadi hal tepat yang perlu dilakukan untuk menjaga agar produk

yang dihasilkan tetap berkualitas dan produktivitasnya tidak menurun. Untuk

mencapai hal tersebut maka di setiap peternakan seperti peternakan ayam

pullet, babi dan sapi potong diterapkan manajemen kesehatan yang

seoptimal mungkin.

Berkaitan dengan penerapan manajemen kesehatan hewan yang

optimal serta tujuan dari PKL sebagaimana disebut di awal maka telah

dilakukan kegiatan PKL di Provinsi Bali. Adapun komoditi ternak yang

menjadi fokus pembelajaran adalah ternak ayam pullet, babi dan sapi potong

dan juga pelayanan kesehatan hewan di Puskeswan Sidembunut. Laporan ini

akan membahas tentang pengalaman pembelajaran penulis dalam mengikuti

kegiatan PKL tersebut.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah untuk

membandingkan teori dengan kenyataan di lapangan tentang manajemen

pemeliharaan, manajemen pakan, perkandangan dan manajemen kesehatan,

pada ternak ayam petelur, ternak babi, ternak sapi potong dan juga untuk

mengetahui sistem manajemen pelayanan kesehatan hewan di Puskeswan.

2

Page 16: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xvi

Manfaatnya adalah mahasiswa memperoleh ilmu pengetahuan

tambahan secara langsung yang didapat dari lapangan, tentang manajemen

kesehatan ayam pullet, manajemen kesehatan ternak babi, manajemen

kesehatan ternak sapi potong, maupun manajemen pelayanan kesehatan

hewan di Puskeswan.

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan kurang lebih

3 bulan di Provinsi Bali pada 4 lokasi berbeda yaitu: 1) Di PT. Mitra Sinar Jaya

yang berlokasi di Desa Apuan Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan selama

3 minggu yakni dari tanggal 14 Maret 2014 s/d 04 April 2014, 2) Peternakan babi

di PT. Karya Prospek Satwa yang berlokasi di Desa Taro Kecamatan Tegalalang

Kabupaten Gianyar selama 3 minggu yakni dari tanggal 05 April 2014 s/d

26 April 2014, 3) Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) yang berlokasi di Desa

Sidembunut Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli selama 3 minggu yakni dari

tanggal 27 April 2014 s/d 18 Mei 2014, 4) Peternakan sapi potong di Kelompok

Tani Santi Yoana Desa Demulih Kecamatan Susut Kabupaten Bangli yakni

dari tanggal 19 Mei 2014 s/d 13 Juni 2014.

1.4 Metode Pelaksanaan

Metode kegiatan PKL meliputi praktek langsung, observasi, wawancara

dan diskusi langsung dengan peternak.

3

Page 17: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xvii

BAB II

KEADAAN UMUM LOKASI

2.1 Keadaan Umum Lokasi Peternakan Ayam Pullet

2.1.1 Sejarah Peternakan

Peternakan Mitra Sinar Jaya merupakan salah satu perusahan

peternakan yang melakukan kemitraan dengan masyarakat yang ada di Pulau

Bali yang bergerak di peternakan ayam pullet. Salah satu peternak yang bekerja

sama sebagai mitra dengan perusahan Mitra Sinar Jaya (MSJ) adalah Bapak

Wayan Budi. Awalnya Bapak Wayan Budi mulai melakukan usaha beternak

ayam broiler sejak tahun 1995, namun seiring dengan berjalannya waktu

usaha tersebut tidak menguntungkan. Sehingga pada tahun 2008, Bapak

Wayan Budi bekerja sama dengan Perusahan Mitra Sinar Jaya dan memulai

usaha ayam pullet dengan kapasitas pemeliharaan sebanyak 4.000 ekor dan

usaha tersebut berlanjut sampai sekarang.

2.1.2 Organisasi Peternakan

2.1.2.1 Struktur Organisasi

Demi mencapai hasil yang maksimal dalam berusaha maka setiap

bidang pekerjaan perlu ditangani oleh beberapa orang sesuai dengan tugas dan

fungsinya masing-masing sehingga struktur organisasi yang jelas mutlak

dibutuhkan. Dengan adanya struktur organisasi akan memudahkan

pengontrolan dan pengawasan disetiap bidang masing-masing. Struktur

4

Page 18: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xviii

organisasi Peternakan Mitra Sinar Jaya dapat dilihat pada (Gambar 1) berikut

ini.

Gambar 1. Struktur Organisasi Peternakan

Keterangan :

1. Perusahaan MSJ sebagai penyedia sapronak untuk peternak berupa pakan

bibit dan obat-obatan.

2. Pemilik kandang menyediakan kandang untuk memelihara ternak ayam

pullet.

3. Karyawan kandang menjalankan tugasnya sebagai pekerja di kandang

yang bertugas dalam memelihara ayam.

2.1.2.2 Ketenagakerjaan

Jumlah tenaga kerja di Peternakan ayam pullet Bapak Wayan Budi

adalah 1 orang, yaitu Bapak Wayan Budi sendiri yang dibantu oleh istrinya.

PERUSAHAAN PT. MSJ

PEMILIK KANDANG

KARYAWAN KANDANG

5

Page 19: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xix

2.1.2.3 Jaminan Sosial

Upah yang didapat oleh peternak atau karyawan kandang didapat dari

hasil penjualan ayam yang dipeliharanya selama satu kali periode

pemeliharaan. Bentuk upah yang didapat oleh karyawan kandang didapat

setelah semua biaya produksi berupa pakan, obat-obatan, bibit yang diberikan

oleh perusahaan PT. MSJ selama masa pemeliharaan sampai panen

dikembalikan seluruhnya maka sisa hasil tersebut menjadi hak milik dari

peternak tersebut. Sedangkan dari pemilik kandang mendapatkan upah langsung

dari PT. MSJ berupa biaya dari kandang yang dikontrakan oleh perusahaan untuk

pemeliharaan ayam.

2.1.2.4 Fungsi Sosial

Dengan hadirnya Peternakan Mitra Sinar Jaya membawa dampak

positif bagi masyarakat yaitu membuka lapangan pekerjaan baru bagi

masyarakat. Perusahaan MSJ ini menjalankan usaha peternakannya dengan

melakukan mitra bersama masyarakat, selain itu adanya perusahaan ini juga

sebagai tempat untuk menambah ilmu bagi pelajar dan mahasiswa yang ingin

belajar tentang peternakan khususnya beternak ayam pullet.

2.1.3 Kondisi Lingkungan

2.1.3.1 Kondisi Fisik

Secara fisik Peternakan Mitra Sinar Jaya khususnya peternakan ayam

pullet, bertempat di Desa Apuan Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan,

Provinsi Bali. Berdasarkan letak geografis Desa Apuan berbatasan dengan

wilayah sebagai berikut: sebelah Utara Desa Bangli, sebelah Selatan Desa Tua

6

Page 20: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xx

(Kecamatan Marga), sebelah Timur Desa Baturiti (Luwus), dan sebelah Barat

Desa Angseri dan Desa Senganan.

2.1.3.2 Kondisi Non Fisik

Ditinjau dari segi sosial budaya, masyarakat setempat sebagian besar

bermata pencaharian petani dan peternak. selain petani peternak, aspek sosial

yang nampak dari perusahan ini adalah menyerap atau menyediakan lapangan

pekerjaan bagi anggota masyarakat pedesaan. PT. MSJ juga merupakan

perusahaan yang meyediakan ayam pullet bagi peternak layer.

2.2 Keadaan Umum Lokasi Peternakan Babi

2.2.1 Sejarah Peternakan

Usaha peternakan babi milik Bapak Andika Pratama mulai berdiri pada

tahun 2006. Peternakan ini sejak awal usahanya tahun 2006 menjalankan

kerjasama dengan PT. KPS, dimana PT. KPS sebagai penyedia sapronak.

Alasan utama Bapak Andika bermitra dengan PT. KPS karena usaha beternak

babi dinilai sangat menguntungkan dan juga pemasaran hasilnya mudah.

Populasi awal ternak babi yang dipeliharanya adalah 67 ekor, yaitu babi

jantan 2 ekor dan betina 65 ekor. Seiring berjalanya waktu pada tahun 2010

Bapak Andika sempat menarik diri dari PT. KPS dan menjalankan usaha

sendiri dengan tidak bermitra. Usaha ini dijalankan sendiri selama dua tahun

alasan beliau menarik diri dari PT. KPS adalah beliau mau menjalankan usaha

dengan mandiri sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengan hasil produksi

diatur sepenuhnya oleh diri sendiri. Pada kenyataannya perjalanan usahanya

selama dua tahun Bapak Andika tidak mampu untuk mengelolah

7

Page 21: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xxi

perusahanya tanpa bermitra. Selama dua tahun tersebut perusahanya tidak

mendapatkan hasil yang maksimal karena sulitnya pemasaran hasil produksi

dan juga harga pakan yang sangat mahal. Pada tahun 2014 beliau bergabung

kembali dengan PT. KPS dan menjalankan usahanya sebagai mitra dari PT. KPS

dan berlanjut sampai sekarang. Bentuk kerja sama peternak dengan PT. KPS yaitu

perusahan menyediakan sapronak dan juga bibit untuk peternak.

2.2.2 Organisasi Peternakan

2.2.2.1 Struktur Organisasi

Demi mempermudah pengontrolan disetiap bidang pekerjaan dalam

suatu perusahan maka diperlukan adanya struktur organisasi yang teratur.

Dengan adanya struktur organisasi yang jelas dapat mempermudah dalam

pembagian tugas dan tanggung jawab serta mempermudah koordinasi kerja dari

tiap-tiap unit. Adapun struktur organisasi peternakan di PT. KPS dapat dilihat

pada (Gambar 2) berikut ini.

Gambar 2. Struktur Organisasi Peternakan

PERUSAHAN

KPS

PEMILIK KANDANG

KARYAWAN

KANDANG

8

Page 22: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xxii

Keterangan :

1. Perusahaan KPS sebagai penyedia sapronak dan menyediakan bibit untuk

peternak.

2. Pemilik kandang menyediakan kandang yang dipakai oleh PT. KPS untuk

memelihara ternak babi.

3. Karyawan menjalankan tugasnya sebagai pekerja di kandang yang

bertanggung jawab dalam hal pemeliharan ternak babi.

2.2.2.2 Ketenagakerjaan

Menjalankan suatu pekerjaan dibutuhkan tenaga serta sumber daya

manusia yang menunjang sehingga dapat memperoleh hasil yang optimal.

Peternakan Bapak Andika mempunyai 1 orang tenaga kerja dengan latar

belakang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

2.2.2.3 Jaminan sosial

Sebagai bentuk jaminan sosial bagi karyawan diberikan gaji atau upah

sebesar Rp. 900.000 per bulan. Selain itu PT. KPS juga mendirikan suatu unit

rumah bagi para pekerja. Rumah yang didirikan berada dalam areal kandang,

yang dilengkapi dengan fasilitas penunjang sehingga mempermudah karyawan

dalam melaksanakan tugas harianya dengan lancar dan efektif.

2.2.2.4 Fungsi sosial

Dengan adanya PT. KPS yang bergerak dibidang usaha peternakan babi

memberikan dampak positif bagi masyarakat yaitu mengurangi pengangguran.

Hadirnya perusahaan ini menyediakan lapangan pekerjaan baru bagi

masyarakat karena sistemnya mitra. Perusahaan ini juga sebagai tempat PKL

9

Page 23: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xxiii

bagi mahasiswa.

2.2.3 Kondisi Lingkungan

2.2.3.1 Kondisi Fisik

Peternakan PT. KPS bertempat di Banjar Patas, Desa Taro, Kecamatan

Tegalalang, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Letak geografis Banjar Patas

berbatasan dengan wilayah sebagai berikut: sebelah Timur : Desa Sebatu,

sebelah Barat : Desa Payangan, sebelah Utara : Desa Kintamani Apuan dan

sebelah Selatan : Desa Payangan

Penduduk di desa ini sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani

peternak.

2.2.3.2 Kondisi Non Fisik

Ditinjau dari segi sosial budaya maka masyarakat setempat bermata

pencaharian sebagai petani peternak. PT. KPS mempunyai banyak pelanggan,

sehingga tidak menyulitkan dalam pemasaran hasil.

2.3 Keadaan Umum Lokasi Pusat Kesehatan Hewan Sidembunut

2.3.1 Sejarah Puskeswan

Puskeswan Sidembunut merupakan salah satu pusat kesehatan hewan yang

berlokasi di Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Keberadaan puskeswan ini

sudah cukup lama, dan keberadaannya telah memberikan manfaat yang cukup

besar bagi masyarakat umum dan petani peternak khususnya dalam pelayanan

kesehatan hewan.

Secara yuridis keberadaan Puskeswan ditetapkan berdasarkan surat

keputusan bersama Menteri dalam Negeri dan Menteri Pertanian Nomor

10

Page 24: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xxiv

9690/Kpts/Tn/510/0/93 dan Nomor 88 Tahun 1993. Disini dengan jelas

menyebutkan bahwa fungsi, tugas dan kedudukan Puskeswan berada di bawah

Dinas Peternakan Kabupaten yang secara teknis memberikan bimbingan dan

pembinaan teknis.

2.3.2 Organisasi Puskeswan

2.3.2.1 Struktur Organisasi

Dalam rangka pelaksanaan pelayanan kesehatan hewan yang optimal,

Puskeswan Sidembunut memiliki struktur organisasi (Gambar 3). Secara

organisasi, Puskeswan Sidembunut merupakan unit kerja di bawah pengawasan

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bangli Provinsi Bali.

Gambar 3. Struktur Organisasi Puskeswan Sidembunut

KEPALA PUSKESWAN

Drh. I Nyoman G. Darmawan

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

MEDIK VETERINER DAN PARAMEDIK VETERINER

TATA USAHA

Ir. I Nyoman Sutrisna

URUSAN EPIDEMIOLOGI DAN INFORMASI KESWAN

Drh. I Made Suteja

URUSAN PELAYANAN KESMAVET DAN

REPRODUKSI

Drh. I Dewa Ayu Aryrupini

11

Page 25: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xxv

Keterangan :

1. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Puskeswan menerapkan prinsip

koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dalam memberikan pelayanan

kesehatan hewan wilayah kerjanya.

2. Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan ketata usahaan yang

meliputi perencanaan keuangan, kepegawaian, rumah tangga dan

perlengkapan serta administrasi pelaporan.

3. Penanggung jawab yang membidangi kesehatan hewan, kesehatan

masyarakat veteriner dan reproduksi mempunyai tugas melakukan

urusan meliputi pembinaan, pengembangan dan peningkatan mutu

pelayanan kesehatan hewan, kesehatan masyarakat veteriner dan

reproduksi serta pembuatan rekam medik dan pelaporan kasus penyakit

hewan.

4. Penanggung jawab yang membidangi epidemiologi dan informasi

veteriner mempunyai tugas melakukan urusan meliputi surveilans dan

pemetaan penyakit hewan, pengumpulan dan analisa data yang meliputi

kejadian penyakit, kasus kematian, jumlah korban, wilayah yang tertular,

pengambilan specimen dalam rangka peneguhan diagnosa penyakit

hewan menular (PHM), pengamatan dan pemeriksaan penyakit hewan

menular (PHM) secara klinik, epidemiologik, dan laboratorik serta

melaporkan kejadian wabah penyakit hewan.

5. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari jabatan Fungsional Medik

Veteriner, Paramedik Veteriner dan jabatan fungsional lain sesuai dengan

12

Page 26: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xxvi

peraturan Perundang-Undangan. Kelompok Jabatan Fungsional

mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai jabatan fungsional

masing-masing berdasarkan peraturan perundangan.

2.3.2.2 Ketenagakerjaan

Tenaga kerja pada Puskeswan Sidembunut yaitu 5 orang yang terdiri

dari tenaga medis 3 (orang) dokter hewan pegawai negeri sipil yang

melaksanakan tugas-tugas pembinaan dan pelayanan kesehatan hewan dan

para medik 2 (orang) yang membantu tugas-tugas pembinaan dan pelayanan

kesehatan hewan serta melaksanakan tugas administrasi puskeswan, serta

vaksinator yang membantu pada saat ada program vaksinasi.

2.3.2.3 Jaminan sosial

Sebagai jaminan sosial pegawai serta vaksinator yang bekerja pada

puskeswan ini mendapat upah berupa gaji. Besar gaji tergantung lama dan

jabatan pada Puskeswan. Selain itu puskeswan juga menyediakan sarana

pendukung berupa motor dinas untuk memudahkan petugas dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat.

2.3.2.4 Fungsi sosial

Puskeswan Sidembunut mengembangkan fungsi sebagai instansi atau

unit teknis yang membantu masyarakat dalam penanganan kesehatan hewan.

Selain itu Puskeswan juga memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang

pentingnya kesehatan hewan melalui sosialisasi-sosialisasi dan pendekatan-

pendekatan persuasif serta pengetahuan masyarakat akan bahaya-bahaya yang

13

Page 27: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xxvii

dapat ditimbulkan oleh penyakit ternak terutama penyakit zoonosis dan

menerima mahasiswa untuk melakukan praktek kerja lapang (PKL).

2.3.3 Kondisi Lingkungan

2.3.3.1 Kondisi Fisik

Pusat Kesehatan Hewan Sidembunut merupakan unit kerja teknis

pelayanan kesehatan hewan di bawah Unit Pelaksanaan Teknis Daerah

(UPTD). Puskeswan Kecamatan Bangli merupakan salah satu Puskeswan

di Kabupaten Bangli yang letaknya dibagian tengah. Wilayahnya terbentang

dari Desa Bunutin sampai Desa Pengotan dengan luas wilayah mencapai

56,3 km2 atau 10,80 dari luas wilayah Kabupaten Bangli. Secara administrasi

wilayah kerja terbagi dalam 8 desa administrasi, lingkungan serta desa adat

dengan batas – batas sebagai berikut : sebelah Utara : Kecamatan Kintamani,

sebelah Selatan : Kabupaten Gianyar, sebelah Timur : Kecamatan Tembuku,

sebelah Barat : Kecamatan Susut.

Topografi wilayah Kecamatan Bangli bervariasi mulai datar landai

sampai curam, terletak pada ketinggian 175 – 250 m dari permukaan laut. Dari

kondisi tersebut, wilayah kerja Puskeswan Sidembunut Kecamatan Bangli

sangat potensial untuk pengembangan usaha peternakan, hal ini didukung oleh

ketersediaan lahan dan hijauan makanan ternak (HMT), iklim yang menunjang

serta kondisi masyarakat sebagian besar pendapatannya dari sektor pertanian

dan petenakan.

14

Page 28: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xxviii

2.3.3.2 Kondisi Non Fisik

Pusat kesehatan hewan Kecamatan Bangli menyediakan jasa pelayanan

kesehatan hewan bagi masyarakat di wilayah kerjanya. Dengan adanya pelayanan

Puskeswan ini kesehatan ternak terpenuhi dengan baik. Selain itu memberikan

kesempatan bagi mahasiwa untuk melakukan kegiatan PKL.

2.4 Keadaan Umum Lokasi Peternakan Sapi Potong

2.4.1 Sejarah Peternakan

Kelompok tani Santi Yoana berdiri pada tanggal 6 November 2008

dengan anggota berjumlah 24 orang. Anggota kelompok ini awalnya

melakukan swadaya berupa mengumpulkan uang sebanyak Rp 25.000 tiap

bulan untuk membeli bibit sapi bali. Dari hasil pengumpulan uang tersebut

akirnya membeli sapi betina sebanyak 4 ekor. Pada tahun 2011 sapi betina

dijual kembali untuk biaya operasional pembuatan kandang. Seiring berjalanya

waktu kelompok tani ini mengusulkan bantuan ternak sapi ke Dinas Provinsi

Bali, sehingga didatangkan bantuan berupa ternak sapi bali yaitu sapi jantan

2 ekor dan sapi betina 48 ekor. Pada tahun 2014 kelompok tani ini mendapatkan

bantuan dari Dinas Peternakan dan Perikanan untuk pengadaan rumah

sekertariat. Pada tahun yang sama juga mereka dilayani pinjaman uang setelah

melakukan permohonan pinjaman ke BANK sebanyak Rp. 480.000.000 untuk

pengadaan bibit sapi.

15

Page 29: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xxix

2.4.2 Organisasi Peternakan

2.4.2.1 Struktur Organisasi

Untuk mempermudah pengawasan disetiap bidang kerja maka sebuah

usaha peternakan perlu memiliki struktur organisasi sehingga dapat

menjalankan usaha peternakan dengan baik dan teratur. Struktrur organisasi

peternakan kelompok tani Santi Yoana dapat dilihat pada (Gambar 4) berikut

ini.

Gambar 4. Struktur Organisasi peternakan Santi Yoana

Ketua

I Nyoman Rencana

Pembina

Dinas P2 Kab. Bangli

Pelindung

Perbekel Desa Demulih

Anggota

Sekretaris

I Wayan Sukrawan

Bendahara

Putu Iis Suriati

Seksi Informasi

I Wayan Suda

Seksi Produksi

I Wayan Jarman

Seksi Sarana Prasarana

I wayan arcana

Seksi Pemasaran

I Wayan Muarta

16

Page 30: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xxx

Keterangan :

1. Ketua berfungsi untuk mengkordinir kegiatan masing-masing seksi dan

dia bertanggung jawab terhadap Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten

Bangli.

2. Sekretaris kelompok berfungsi membantu ketua dalam bidang administrasi

kelompok.

3. Bendahara kelompok berfungsi membantu ketua dalam urusan bidang

keuangan kelompok.

4. Seksi produksi bertugas mengadakan kerjasama dengan pihak luar yang

bergerak dibidang manajemen produksi dan mencari informasi tentang

usaha-usaha peningkatan produksi.

5. Seksi informasi bertugas membantu ketua dalam urusan informasi dan

komunikasi dengan mengadakan hubungan dan kerjasama dengan

lembaga terkait.

6. Seksi sarana dan prasarana bertugas menyusun sarana dan prasarana yang

diperlukan dari kegiatan yang akan dilaksanakan baik sarana produksi

maupun prasarana operasional.

7. Seksi pemasaran bertugas mencari informasi pasar dan menyusun rencana

pemasaran dari produk yang dihasilkan.

8. Pelindung dan Pembina bertugas sebagai penganyom kelompok serta ikut

membantu dalam memecahkan masalah yang dihadapi kelompok selain

itu bertugas melaksanakan kontrol dan pengawasan terhadap

perkembangan kelompok.

17

Page 31: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xxxi

2.4.2.2 Ketenagakerjaan

Jumlah tenaga kerja di peternakan sapi potong sebanyak 24 orang yang

terdiri dari ketua kelompok, sekretaris, bendahara, seksi produksi, seksi informasi,

seksi sarana dan prasarana, seksi pemasaran dan anggota kelompok lainya

berjumlah 17 orang. Semua anggota kelompok ini merupakan warga asli Desa

Demulih.

2.4.2.3 Jaminan sosial

Sebagai jaminan sosial dari peternakan ini adalah anggota kelompok

mendapatkan hasil penjualan ternak dan penjualan feses sapi seharga

Rp. 250.000. Selain itu peternakan ini juga menyediakan koperasi simpan pinjam

bagi anggota kelompok sebagai sumber dana tambahan.

2.4.2.4 Fungsi sosial

Fungsi sosial petenakan sapi potong Santi Yoana adalah menyediakan

lapangan kerja baru bagi petani sehingga meningkatkan pendapatan perkapita

masyarakat khususnya anggota kelompok. Selain itu peternakan sapi pada

kelompok tani ini sebagai tempat PKL bagi mahasiswa magang.

2.4.3 Kondisi Lingkungan

2.4.3.1 Kondisi Fisik

Peternakan ini bertempat di Desa Demulih, Kecamatan Susut,

Kabupaten Bangli, Provinsi Bali yang terletak di sebelah Barat Kabupaten

Bangli dengan jarak 3 km dari kota kabupaten. Letak geografis Desa Demulih

berbatasan dengan wilayah sebagai berikut : sebelah Utara : Desa Susut,

sebelah Selatan : Desa Selat, sebelah Barat : Desa Abuan, sebelah Timur :

18

Page 32: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xxxii

Kelurahan Kawan.

Desa Demulih ini memiliki luas 463 Ha dan secara umum lahan

pertanianya lahan basa dengan rata-rata curah hujan 2.460 mm per tahunya.

2.4.3.2 Kondisi Non Fisik

Ditinjau dari kehidupan sosial, masyarakat setempat bermata

pencaharian sebagai petani sawah dan beternak. Petani yang ada di Desa

Demulih ini selain beternak sapi potong juga membudidayakan tanaman

pangan (jagung, ubi, dan kacang tanah), tanaman hortikultura (tomat dan cabai)

dan tanaman tahunan seperti mahoni, jati dan albesia. Pemasaran hasil

produksi petani ternak khususnya anggota kelompok tani Santi Yoana tidak

terlalu sulit karena didukung oleh fasilitas transportasi yang lancar sehingga

pembeli yang membutuhkan ternak sapi datang langsung di kandang

peternakan.

19

Page 33: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xxxiii

BAB III

MANAJEMEN KESEHATAN TERNAK DAN PUSKESWAN

3.1 Manajemen Kesehatan Ayam Pullet

3.1.1 Struktur Populasi

Struktur populasi merupakan hal-hal yang berkaitan dengan jumlah

populasi ternak dan pengelompokan berdasarkan fase pemeliharaan

masing-masing. Berdasarkan struktur populasi ayam Pullet di PT. Mitra Sinar

Jaya (MSJ) secara keseluruhan berjumlah 162.000 ekor yang tersebar pada

38 kandang kemitraan. Khusus untuk Desa Apuan sebanyak 18.000 ekor

(Tabel 1). Pada saat penulis melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL), kegiatan

rutinitas umumnya hanya dilakukan di kandang mitra milik Bapak Wayan Budi

dengan populasi 4.000 ekor.

Tabel 1. Populasi Ayam Pullet Pada PT. MSJ Tahun 2014 Desa Apuan

Kandang Nama pemilik Periode

Jumlah Starter (ekor) Grower (ekor)

1 Bapak I Made Suindah 2.000 2.000

2 Bapak Ketut Sukaja 4.000 - 4.000

3 Bapak Ketut Sumo 4.000 - 4.000

4 Bapak Santa 4.000 4.000

5 Bapak Wayan Budi 4.000 4.000

Total 12.000 6.000 18.000

Sumber : PT. Mitra Sinar Jaya, Maret 2014

Secara umum pemeliharaan pullet pada peternakan PT. MSJ terdiri

dari 2 (dua) fase yaitu fase starter, dan fase grower. Fase starter yaitu ayam

dipelihara sejak umur 0–5 minggu. Pemeliharaan fase ini yaitu pada kandang

20

Page 34: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xxxiv

tipe postal. Fase grower yaitu ayam berumur 5-16 minggu. Pemeliharaan fase

ini yaitu pada kandang tipe postal. Menurut Tamalluddin (2013) periode starter

berlangsung sejak Day Old Chiken (DOC) datang sampai ayam umur 5 minggu

sedangkan priode grower dimulai pada umur 6 minggu.

3.1.2 Sistem Perkandangan

Kandang merupakan sarana terpenting untuk terselenggaranya usaha

peternakan ayam ras petelur. Menurut Fadilah (2013) kandang mempunyai

fungsi pokok yaitu memberikan rasa nyaman dan aman untuk ayam maupun

pekerja. Secara umum lokasi dan tata letak kandang yang dibuat oleh

peternak PT. MSJ sesuai syarat pembuatan kandang. Kandang didirikan dengan

arah timur barat dengan tujuan agar kandang mendapatkan sinar matahari

yang cukup. Salah satu kandang mitra dilakukan praktek kerja lapang (PKL)

yaitu pada peternakan Bapak Wayan Budi, kandang peternakanya dibangun

dengan arah kandang timur barat dan lantai kandang berupa tanah dengan tipe

kandang postal. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikatakan oleh Tamalluddin

(2013) arah kandang membujur timur barat agar kandang mendapatkan sinar

matahari yang cukup tetapi tidak langsung mengenai ayam.

Menurut Fadilah (2013) kandang postal merupakan kandang dengan

lantai berupa tanah atau semen dan lantai kandang dialasi liter serta dinding

dibatasi oleh pembatas yang terbuat dari kawat atau lainya. Ukuran kandang

pada peternakan Bapak Wayan Budi yaitu 60 × 8 m2 dan tinggi kandang 2,5 m2.

Lantai kandang pada peternakan ini berupa tanah dan liter dari sekam padi.

Sedangkan pembatas dibagian luar kandang terbuat dari kawat (Gambar 5).

21

Page 35: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xxxv

Menurut Setyono (2013) standar kepadatan kandang untuk pemeliharaan

ayam pulet adalah 7 - 8 ekor per m2. Berdasarkan standar kepadatan kandang

tersebut maka luas kandang pada peternakan Bapak Wayan Budi sebenarnya

kurang optimal untuk populasi ayam sebanyak 4.000 ekor. Jumlah ayam yang

dipelihara dalam luasan kandang tersebut sedikit melebihi standar populasi yang

disyaratkan dalam teori. Berdasarkan luas kandang yang ada dan standar

kepadatan kandang jumlah ayam yang dipelihara sebaiknya sebanyak 3.840 ekor

dengan perhitungan 480 (luas kandang) × 8 ekor/m2 (standar kepadatan kandang)

= 3.840 ekor. Dari total ayam sebanyak 4.000 ekor ternak ayam yang mati

sebanyak 98 ekor sehingga tersisa 3.902 ekor.

a b

Gambar 5. Kandang tipe postal tampak dari dalam (a) dan tampak dari samping (b)

22

Page 36: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xxxvi

3.1.3 Tatalaksana Rutin

Tatalaksana rutin yang dilakukan di Peternakan Bapak Wayan Budi

meliputi; pembersihan tempat pakan dan minum dan pemberian pakan beserta

air minum.

1) Pembersihan tempat pakan dan minum

Secara umum peternak yang bermitra dengan PT. MSJ sudah

menerapkan system sanitasi kandang dengan baik. Sanitasi yang dilakukan

pada kandang peternak yaitu membersihkan peralatan kandang seperti tempat

pakan dan tempat minum. Tindakan sanitasi pada peternakan pullet dilakukan

setiap hari pada tempat pakan dan tempat minum. Menurut Nurcholis (2009)

kegiatan pembersihan tempat pakan dan tempat minum yang dilakukan setiap

hari sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit. Lebih lanjut

Fadilah (2013) menyatakan sanitasi yaitu menjaga kebersihan disekitar dan

di dalam kandang beserta peralatan yang digunakan dalam produksi, termasuk

tempat pakan dan tempat minum sanitasi yang dijalankan di suatu kawasan

peternakan untuk menghindari terjadinya perpindahan bibit penyakit menular

sehingga ternak yang dipelihara terbebas dari infeksi penyakit serta selalu dalam

kondisi sehat.

Dalam kegiatan sehari-hari kegiatan sanitasi yang diikuti penulis

dilakukan di kandang Bapak Wayan Budi yang meliputi pembersihan tempat

pakan dan tempat minum. Tempat pakan dibersihkan dengan cara mengeluarkan

sisa-sisa pakan sedangkan pada galon air minum dicuci dengan detergen

kemudian digosok menggunakan kain bersih.

23

Page 37: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xxxvii

Pada akhir masa produksi/panen dilakukan desinfeksi kandang serta

peralatan kandang lainya. Kegiatan desinfeksi kandang yang dilakukan setelah

panen pada kandang peternak sebagai persiapan kandang untuk pemeliharaan

DOC periode berikutnya. Desinfeksi kandang dilakukan dengan tujuan untuk

membunuh organisme pathogen yang dapat menyebabkan penyakit. Sesuai

dengan pendapat Fadilah (2013) desinfeksi bertujuan untuk menekan

perkembangbiakan organisme merugikan yang ada di sekitar kandang atau

di dalam kandang.

2) Pemberian Pakan dan Air Minum

Pemberian pakan yang dilakukan pada peternakan PT. MSJ dibedakan

menjadi dua kelompok yaitu: pemberian pakan untuk fase starter dan fase

grower.

a) Pemberian pakan dan air minum untuk fase starter

Pemberian pakan dan air minum yang dilakukan pada peternakan

PT. MSJ bertujuan untuk mencapai berat badan yang sesuai dengan standar,

memperoleh berat badan 290 gram pada umur 4 minggu dan 390 gram pada

saat umur 5 minggu (Gambar 6). Pemberian pakan untuk fase starter

di kandang Bapak Ketut Sumo menggunakan pakan jenis S-10 yang berbentuk

crumble. Komposisi pada pakan S-10 adalah : kadar air 13,0 %, protein 21-23%,

lemak 5,0 %, serat 5,0 %, abu 7,0 %, calcium 0,90%, phospor 0,60%.

24

Page 38: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xxxviii

a

Pemberian pakan yang dilakukan oleh peternak berdasarkan standar

yang diberikan oleh PT. MSJ (Tabel 2). Sedangkan untuk pemberian air minum

dilakukan secara ad libitum.

Tabel 2. Standar Pemberian Pakan per minggu fase starter

Minggu Hari Jumlah

(gram)/ekor/hari

Standar Kebutuhan (gram)/ekor/hari)

(Setyono, 2013)

1 1-7 11 18

2 8-14 17 42

3 15-21 25 67

4 22-28 31 90

5 29-35 36 110

Sumber : PT. Mitra Sinar Jaya, Maret 2014

Standar pemberian pakan yang dilakukan pada peternakan PT. MSJ

secara umum dirasakan belum memenuhi kebutuhan atau masih kurang

karena jumlah pemberian tidak mencukupi kebutuhan ayam, menurut

Setyono (2013) kebutuhan pakan untuk ayam ras petelur umur 1-7 hari adalah

sebanyak 18 gram/ekor/hari. Umur 2 minggu 42 gram, umur 3 minggu 67 gram,

umur 4 minggu 90 gram dan umur 5 minggu 110 gram.

Gambar 6. Pemberian pakan pada DOC (a)

dan Pemberian air minum pada DOC (b)

a b

25

Page 39: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xxxix

b) Pemberian Pakan dan air minum untuk Fase Grower

Pemberian pakan pada fase ini dilakukan penulis di kandang mitra milik

Bapak Santa dan I made Suindah. Jadwal pemberian pakan untuk fase grower

satu kali per hari yaitu pada pukul 05:30 WITA – selesai. Jumlah pakan yang

diberikan disesuaikan dengan standar yang dibuat oleh tecnical service dari

PT. MSJ (Tabel 3).

Pemberian air minum dilakukan secara ad libitum untuk mencegah

terjadinya stress dan dehidrasi. Sesuai pernyataan Tamalluddin (2013) air

minum diberikan secara ad libitum karena kekurangan air akan berdampak luas

seperti pakan yang diserap tidak mencapai standar, dehidrasi dan tingginya

stress.

Tabel 3. Standar Pemberian Pakan per Minggu Fase Grower

Minggu Hari Jumlah (gram)/ekor/hari

6 36-42 41 7 43-49 45 8 50-56 49 9 57-63 52 10 64-70 55 11 71-77 59 12 78-84 62 13 85-91 65 14 92-98 67 15 99-105 69 16 106-112 72

Sumber : PT. Mitra Sinar Jaya, Maret 2014

Pemberian pakan pada ayam umur 6 minggu untuk fase grower

di Peternakan PT. MSJ dinilai sangat kurang bila dibandingkan dengan pendapat

Setyono (2013) yang menyatakan bahwa jumlah kebutuhan pakan pada ayam

umur 6 minggu adalah 130 gram/ hari/ ekor.

26

Page 40: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xl

3.1.4 Manajemen Kesehatan

Manajemen kesehatan menjadi faktor yang sangat berpengaruh dan

menjadi program yang perlu dijalankan oleh setiap peternakan sebagai kunci

sukses usaha ayam petelur. Manajemen kesehatan merupakan serangkaian

kegiatan yang dilakukan untuk menunjang ayam tetap sehat sehingga ayam

terhindar dari penyakit.

Menurut Tamalluddin (2013) manajemen kesehatan bertujuan untuk

memelihara kesehatan ayam yang mencakup tindakan vaksinasi, pengobatan,

dan biosecurity. Manajemen kesehatan pullet yang dilakukan pada

peternakan PT. MSJ meliputi sanitasi kandang, penanganan DOC,

pemotongan paruh dan vaksinasi

A. Sanitasi kandang

Selama melakukan kegiatan PKL penulis juga mengikuti kegiatan

sanitasi di kandang mitra yang lain yaitu milik Bapak Ketut Sumo dan Bapak

Mani. Kegiatan desinfeksi kandang ini bertujuan untuk persiapan kedatangan

DOC. Sedangkan kandang tempat penulis melakukan praktek tidak dilakukan

desinfeksi karena pemeliharaan ayam masih sementara berlangsung atau belum

panen. (Gambar 7). Dua jenis desinfektan yang digunakan adalah All-cide

(disinfektan biocidal total) dengan komposisi Glutaraldehyde 15% W/V,

Demethyl CocoBenzyl Ammonium Chloridie 10% W/V dan Bromoquad-50

dengan komposisi Methylammonium Bromide 50% (Tabel 4). Bromoquad-50 ini

dapat membunuh bakteri gram positif dan gram negatif virus patogen seperti

Newcastle disease dan Mycoplasma gallinarum.

27

Page 41: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xli

Desinfeksi kandang setelah afkir/panen yang wajib dilakukan oleh

masing-masing mitra Peternakan PT. MSJ sebagai berikut:

- Keluarkan sisa-sisa pakan di tempat pakan dan semua peralatan yang ada

dalam kandang kemudian dibersihkan,

- Keluarkan semua kotoran ayam, sisa liter, bulu, maupun semua bahan

organik yang tersisa dalam kandang,

- Lakukan pencucian kandang menggunakan detergen sampai bersih,

- Masukan bahan desinfektan All-cide sebanyak 0,5 liter dan Bromoquad-50

sebanyak 0,5 liter kedalam 60 liter air, kemudian diaduk sampai homogen.

- Lakukan penyemprotan desinfektan hanya pada kandang yang sudah

benar-benar bersih dari kotoran seperti feses.

Setelah desinfeksi selesai dilakukan maka kandang harus diistirahatkan

sebelum digunakan untuk pemeliharaan DOC periode berikutnya. Secara

umum peternak ayam yang bermitra dengan PT. MSJ melakukan masa

istirahat kandang selama satu miggu. Sesuai dengan pendapat Nastiti (2013)

Gambar 7. Desinfeksi kandang

28

Page 42: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xlii

yang menyatakan bahwa kandang yang telah dilakukan desinfeksi perlu

dilakukan istirahat kandang ± 2 minggu yang bertujuan untuk memutus mata

rantai kehidupan penyakit.

Tabel 4. Jenis Desinfektan, Aplikasi dan Indikasi

Merek

Dagang Bahan Aktif Dosis dan Aplikasi Indikasi

All-Cide Glutaraldehyde

15% W/V, demethyl

coco benzyl

ammonium chloride

10% W/V

(quaternary

ammonium

compound)

Desinfeksi kandang

baru: 5 ml all-cide/4

liter air, desinfeksi

kandang tercemar,

kendaraan dan

peralatan kandang:

5 ml all-cide/ 2 liter

air

Desinfeksi kandang

dansekitarnya,desinfeksi

kendaraan, desinfeksi

peralatan kandang,

desinfeksi hatchery

incubator & telur tetas

Bromoquad-

50

Methylammonium

Bromide 50%

Untuk desinfeksi

kandang ayam, 1 ml

bromoquad-50/ 2

liter air dengan cara

disemprot

Untuk sanitasi dan

disinfeksi bangunan,

kandang ayam, kandang

sapi, mesin tetas dan

peralatan lainya

Sumber : PT. Mitra Sinar Jaya, Maret 2014

B. Penanganan DOC

Pada peternakan Bapak Wayan Budi jumlah DOC yang didatangkan

untuk satu periode pemeliharaan sebanyak 4000 ekor. Pemeliharaan DOC

disediakan kandang indukan yang terbuat dari anyaman bambu dan dilengkapi

dengan plastik penutup border. DOC yang baru datang diberikan perlakuan

seperti pemberin air gula dengan perbandingan 1 kg gula dilarutkan dalam

12 liter air minum. Menurut Setyono (2013) anak ayam diberikan air gula pada

saat datang dengan tujuan agar mendapatkan energi. Setelah air gula habis

terminum kemudian diberikan vitamin Zagro Amylite dengan komposisi

vitamin A 18 g, vitamin D3 4 g, vitamin E 6,5 g, vitamin B2 3,5 g, vitamin

29

Page 43: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xliii

K3 2 g, nicotinic acid 17 g, pantothenic acid 7 g, folic acid 0,4 g, vitamin B1

1,5 g, vitamin B6 2,5 g, biotin 15,0 mg, vitamin B12 10 mg, vitamin C12 g,

threonine 5 g, lysine 20 g, methionine 10 g, magnesium 6 g, potasisium 7,5 g,

sodium 20 g dan citric acid 18 g sampai umur 6 hari.

Ukuran border yang digunakan yaitu 3 × 3,5 m/1000 ekor dengan

jumlah border sebanyak 4 buah. Dua jam sebelum DOC datang pemanas

di dalam border dinyalakan. Sesuai dengan pendapat Tamalluddin (2013)

mengatakan pemanas harus dinyalakan 2−3 jam sebelum DOC datang agar

border mencapai suhu yang ideal (34°C) sehingga ayam tidak kedinginan,

dampak dari kedinginan ini dapat menyebabkan terjadinya stres. Pemanas

yang digunakan yaitu gasolek (Gambar 8) dengan sumber gas elpiji. Gasolek

digantung dengan tinggi 1 m dari lantai kandang/liter. Sumber cahaya

menggunakan lampu pijar dan litter menggunakan sekam padi dengan

ketebalan ± 7 – 10 cm.

Gambar 8. Pemanas gasolek

30

Page 44: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xliv

C. Potong Paruh

Potong paruh yang diikuti penulis dilakukan di kandang Bapak Ketut

Sukaja. Potong paruh dilakukan pada ayam umur 9 hari (Gambar 5) yang

bertujuan untuk mencegah kanibalisme dan menghindari pemborosan pakan.

Sesuai dengan pendapat Fadilah (2013) tujuan utama potong paruh dilakukan

untuk menghindari sifat ayam mematuk sesama serta akan berpengaruh positif

dalam pengambilan pakan (pakan yang terbuang sedikit).

Berdasarkan anjuran dari PT. MSJ hal-hal yang perlu diperhatikan

sebelum potong paruh yaitu :

- Pastikan ayam dalam kondisi sehat,

- Tambahkan vitamin K ke dalam air minum untuk mencegah perdarahan

(dua hari sebelum dan sesudah potong paruh) hal ini sesuai dengan pendapat

Fadilah (2013) yang menyatakan untuk menghindari perdarahan pada saat

pemotongan paruh maka ayam yang bersangkutan diberikan vitamin K

pada 3 hari sebelum dan sesudah pemotongan,

- Pisau potong paruh harus panas (sampai pisau berwarna mera bara) untuk

menghindari perdarahan.

Menurut Fadilah (2013) ayam yang hendak dipotong paruh harus dalam

keadaan sehat dan terbebas dari reaksi pasca vaksinasi. Prosedur pemotongan

paruh yang dilakukan selama kegiatan PKL yaitu, ayam terlebih dahulu

dikumpulkan pada salah satu tempat untuk memudahkan dalam proses

pemotongan. Paruh dipotong dengan cara dimasukan ke dalam lubang

pemotong dan panjang paruh yang dipotong disesuaikan dengan ukuran

31

Page 45: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xlv

lubang pemotong. Pemotongan paruh dilakukan dengan cara ayam dipegang

dalam satu tangan dengan ibu jari di belakang kepala, pilih lubang mata pisau

yang benar, dan potong 1/3 bagian paruh kurang lebih 2 mm dari lubang sinus

(Gambar 9).

a b

Setelah pemotongan paruh biasanya masih ada ayam yang paruhnya

mengalami haemoraghi yaitu keluar darah dari bagian paruh yang dipotong

sehingga perlu dilihat kembali dengan cara memeriksa setiap paruh anak

ayam yang telah dilakukan pemotongan. Apabila ditemukan ayam yang

paruhnya masih berdarah dipanaskan lagi pada alat pemotong sampai

benar-benar kering. Sesuai dengan pendapat Fadilah (2013) yang menyatakan

ayam yang telah dilakukan pemotongan paruh harus diawasi karena

perdarahan pada paruh pasca potong paruh sering terjadi dan jika ditemukan

paruh berdarah harus segera dipanaskan dengan cara ditekan ke pisau

debeaker (pemotong) yang panas.

Gambar 9. Proses potong paruh (a) dan Paruh ayam setelah dipotong (b)

a b

32

Page 46: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xlvi

D. Vaksinasi

Pemberian vaksin bertujuan untuk merangsang terbentuknya antibody

sehingga ayam akan tahan terhadap penyakit. Sesuai dengan pendapat

Sudaryani (1994) vaksinasi adalah mikroorganisme yang dilemahkan dan

apabila diberikan pada hewan tidak menimbulkan penyakit melainkan

merangsang terbentuknya antibodi yang sesuai dengan jenis vaksinnya.

Setyono (2013) menyatakan bahwa vaksin dibagi menjadi dua macam

yaitu : vaksin aktif dan vaksin inaktif. Vaksin aktif adalah: vaksin yang

mengandung virus hidup dan kekebalan yang timbulkan lebih lama. Vaksin

inaktif adalah : vaksin yang mengandung virus yang telah dilemahkan tanpa

merusak struktur antigenic sehingga mampu membentuk zat kebal.

Pemberian vaksin yang dilakukan pada PT. MSJ sudah optimal. Hal

ini dibuktikan setelah dilakukan kegiatan vaksinasi yang rutin ayam lebih

tahan terhadap penyakit dan tidak adanya kejadian wabah penyakit. Kegiatan

vaksinasi yang dilakukan di Peternakan PT. MSJ dilakukan sebanyak enam

(6) kali dalam satu kali masa produksi (Tabel 5). Pemberian berbagai jenis

vaksin yang dilakukan pada peternakan PT. MSJ untuk menjaga agar ternak

ayam tahan terhadap serangan berbagai penyakit.

33

Page 47: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xlvii

Tabel 5 . Program Vaksinasi Pullet Pada PT. MSJ

Umur (hari)

Jenis Vaksin Aplikasi Dosis

7 ND Live Tetes mata 1 tetes ND Killed Injeksi Subcutan 0,25 ml

14 IBD Minum 1 vial /10 liter air/1000 ekor

21 AI Injeksi Subcutan 0,25 ml ND Live Tetes mata 1 tetes Fowl Pox Tusuk sayap 1 dosis

49 ND Killed Injeksi Intramuscular dada 0,5 ml ND Live Tetes mata 1 tetes Coryza 1 Injeksi Intramuscular paha 0,5 ml

70 Fowl Pox Tusuk sayap 1 dosis ILT Tetes hidung 1 tetes

98 ND Killed +IB Tetes mata 1 tetes ND EDS Injeksi intramuscular 0,5 ml Coriza 2 Injeksi Intramuscular paha 1 ml

Sumber : PT. Mitra Sinar Jaya, Maret 2014

Vaksinasi ayam yang pernah diikuti penulis selama PKL yang

dilakukan di 3 kandang mitra adalah (1) Vaksinasi ayam umur 7 hari dengan

jenis vaksin ND killed ND live pemberian dua kali jenis vaksin ini secara

bersamaan bertujuan agar antibodi yang dihasilkan setelah vaksin sempurna.

(2) Vaksin 14 hari dengan jenis vaksin Gumboro (3) Vaksinasi ayam umur

21 hari vaksinasi AI, ND Live dan Fowl Pox, (4) Vaksinasi ayam umur 49 hari

dengan vaksin ND killed ND live dan vaksinasi coryza 1 (Tabel 6). Sebagai

persiapan sebelum melakukan vaksinasi yang dilakukan penulis pada

3 kandang mitra yaitu ayam dikumpulkan terlebih dahulu dalam sekat-sekat

kecil yang dibuat menggunakan jaring. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan

agar mempermudah vaksinator mengambil ayam untuk divaksin dan juga

efisiensi waktu sehingga pemberian vaksin pada ayam cepat selesai. Khusus

untuk ayam yang diberikan vaksin gumboro melalui air minum, maka ayam

dipuasakan terlebih dahulu agar pemberian vaksin efektif.

34

Page 48: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xlviii

Tabel 6. Kegiatan Vaksinasi yang Dilakukan Selama PKL

Umur (hari)

Jenis Vaksin

Aplikasi Dosis Kandang

7 ND Killed Injeksi Subcutan 0,25 ml Bapak Ketut Sukaja

ND live Tetes mata 1 tetes

14 Gumboro Minum 1 vial /10 lite air/1000 ekor

Bapak Ketut Sukaja

21 AI Injeksi Subcutan 0,25 ml Bapak Sugiana

ND Live Tetes mata 1 tetes

Fowl Pox Tusuk sayap 1 dosis

49 ND Killed Injeksi Intramuscular dada

0,5 ml Bapak Wayan Budi

ND live Tetes mata 1 tetes

Coryza 1 Injeksi Intramuscular paha

0,5 ml

Sumber : PT. Mitra Sinar Jaya, Maret 2014

Vaksinasi ayam umur 7 hari yaitu vaksinasi ND killed dengan ukuran

0,25 ml diaplikasikan melalui injeksi subcutan pada bagian belakang kepala

dan ND live, dosis 1 tetes aplikasi tetes mata. Vaksinasi ayam umur 14 hari yaitu

vaksinasi Gumboro dengan dosis (1 vial untuk 1.000 ekor dilarutkan ke dalam

10 liter air minum), dimasukan 4 vial vaksin gumboro ke dalam 40 liter air

minum ditambah dengan susu skim sebanyak 100 gram lalu diberikan pada

ayam yang berjumlah 4.000 ekor.

Susu skim berfungsi untuk memperpanjang umur vaksin supaya

menghasilkan kekebalan yang tinggi, memperbaiki mutu air yang akan

dipakai sebagai pelarut, menetralkan logam, mineral dan zat-zat lain yang bisa

merusak vaksin. Sesuai dengan pendapat Sudaryani (1994) yang menyatakan

untuk memperpanjang umur vaksin ditambahkan 2-3 g susu skim dalam setiap

satu (1) liter air yang digunakan untuk mencampur vaksin.

35

Page 49: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

xlix

Vaksinasi ayam umur 21 hari yaitu vaksinasi AI dengan dosis 0,25 ml

dengan aplikasi subcutan, vaksinasi ND Live dosis 1 tetes dengan aplikasi tetes

mata, vaksinasi Fowl Pox dosis 1 dosis (satu tusukan) dengan aplikasi tusuk

sayap. Vaksinasi ayam umur 49 hari pada kandang milik Bapak Wayan Budi

yaitu vaksinasi ND killed dosis 0,5 ml vaksinasi ND live dosis 1 tetes dengan

aplikasi tetes mata dan vaksinasi coryza 1 dengan dosis 0,5 ml diaplikasikan

dengan cara injeksi intramuscular pada paha.

E. Penyakit Pada Ayam Pullet

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak wayan Budi penyakit yang

pernah menyerang ayam di peternakannya adalah penyakit Newcastle disease

(ND). Pertama kali penyakit ND ini menyerang peternakan ayamnya terjadi

pada tahun 2002 dengan tingkat mortalitas mencapai 25 % dari total populasi

4.000 ekor. Penyakit ND ini tidak diberikan pengobatan karena penyakit ini

belum ada obat untuk mengatasi seranganya. Namun obat yang diberikan

untuk pengobatan simtomatisnya diberikan antibiotik Menorox dengan

komposisi Menorox LC 20% dan Norflosaxcin 20 % dosis 12 - 25 gram/liter

air minum. Sebagai Penanganan terhadap ayam yang mati terkena penyakit

dikuburkan untuk menghindari penyebaran lebih luas. Sesuai dengan pendapat

Rukmana (2009) ayam yang mati akibat terkena penyakit ND sebaiknya dibakar

atau dikubur di tempat yang jauh dari kandang.

Menurut Tabbu (2000) penyakit ND disebabkan oleh virus ND yang

tergolong genus Avian Paramyxovirus dan Famili Paramyxoviridae, yang

merupakan virus RNA yang mempunyai genom single stranded (ss) dengan

36

Page 50: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

l

polaritas negatif. Lebih lanjut Setyono (2013) mengatakan penyakit ND

dikelompokan menjadi tiga strain yaitu: strain yang sangat berbahaya

(Viscerotropic Velogenic Newcastle Disease) dengan tingkat kematian mencapai

100 %, tipe sedang (Mesogenik) menyebabkan kematian pada anak ayam 10 %,

dan tipe lemah (Lentogenik) tidak dapat menyebabkan kematian tetapi dapat

menurunkan produktifitas dan kualitas telur gejala serangan yang cukup khas

adalah leher ayam terpelintir dengan kepala terangkat. Lebih lanjut Krista

(2013) menyatakan virus ini juga menyerang saraf sehingga ayam sering

terlihat kejang-kejang. Menurut Tabbu (2000) penularan virus ND dapat

terjadi secara langsung dari ayam sakit ke ayam yang peka, tetapi dapat juga

terjadi secara tidak langsung melalui bahan, alat atau pekerja yang tercemar

virus tersebut.

Pencegahan dan penanganan ND yang dilakukan adalah menjalankan

manajemen pemeliharaan yang lebih baik dan vaksinasi yang teratur. Hal ini

sesuai dengan pendapat Setyono (2013) strategi yang efektif untuk mencegah

penyakit ND adalah dengan menjaga biosecurity yang ketat dan vaksinasi

secara teratur. Menurut Tabbu (2000) untuk mencegah masuk dan menyebarnya

virus ND ke dalam suatu peternakan, maka diperlukan pengamanan biologis

yang ketat dan pelaksanaan aspek manajemen lainya secara optimal untuk

menghilangkan faktor pendukung/sumber infeksi.

37

Page 51: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

li

3.2 Manajemen Kesehatan Ternak Babi

3.2.1 Struktur Populasi

Populasi ternak babi pada peternakan PT. Karya Prospek Satwa (KPS)

yang bermitra dengan Bapak Andika berjumlah 85 ekor. Babi yang dipelihara

dibagi atas induk bunting, induk menyusui, anak yang menyusui dan penjantan

(Tabel 7). Jenis babi yang dipelihara pada kandang mitra Bapak Andika

adalah: Babi Landrace, Yorkshire dan hasil persilangan Landrace dengan

Yorkshire. Babi Landrace dengan ciri-ciri tubuh panjang, berwarna putih dan

telinga terkulai ke depan. Babi Yorkshire ciri-cirinya badan besar dan

panjang, muka berbentuk seperti mangkuk. Babi hasil persilangan Landrace

dengan Yorkshire, ciri-ciri yaitu; warna kulit putih dan ada beberapa yang

belang hitam putih dengan telinga terkulai ke depan. Sesuai dengan pendapat

Prasetya (2012) mengatakan babi landrace memiliki ciri-ciri telinga terkulai,

berwarna putih dan tubuh panjang sedangkan babi Yorkshire ciri-cirinya badan

besar dan panjang, muka berbentuk cekung. Lebih lanjut Wheindrata (2013)

menyatakan babi Yorkshire bersifat jinak, sifat keibuan tinggi dan air susu yang

dihasilkan banyak.

38

Page 52: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

lii

Tabel 7. Struktur Populasi Ternak Babi Pada PT. KPS Tahun 2014

No Periode Kandang Jumlah

(ekor) Pembibitan (ekor) Pejantan (ekor)

1 Induk :

- Bunting tua 9 - 9

- Induk Menyusui 3 - 3

2 Induk kosong 53 - 53

3 Anak yang menyusu 20 - 20

4 Pejantan 2 2

Total 30 2 85 Sumber : PT. Karya Prospek Satwa, Maret 2014 3.2.2 Sistem Perkandangan

Kandang babi pada peternakan Bapak Andika adalah tipe kandang

ganda yaitu bangunan kandang yang terdiri dari dua baris yang letaknya

bertolak belakang. Menurut Prasetya (2012) berbagai macam kandang babi,

masing - masing dibedakan menurut konstruksi dan kegunaannya, tipe kandang

menurut konstruksi dan kegunaannya adalah kandang tunggal yaitu bangunan

kandang yang terdiri dari satu baris saja, kandang ganda yaitu bangunan

kandang yang terdiri dari dua baris yang letaknya saling berhadapan ataupun

bertolak belakang.

Kandang babi yang ada pada peternakan Bapak Andika yaitu kandang

terbuka berbentuk ganda dan atap kandang ini terbuat dari asbes, lantai terbuat

dari semen dan tiangnya beton terbuat dari semen (Gambar 10). Secara

keseluruhan ukuran kandang babi pada peternakan Bapak Andika 8 × 32 m.

Jumlah kandang melahirkan untuk babi pada peternakan Bapak Andika

sebanyak 15 kandang. Khusus kandang melahirkan, setiap kandang disediakan

kotak pemanas dengan ukuran 70 × 70 cm dan tempat pakan masing-masing,

serta dibuat lebih tinggi dari kandang individu lainya sehingga dibagian bawah

39

Page 53: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

liii

lantai kandang terdapat kolong sehingga mempermudah urin dan feses jatuh

ke kolong kandang. Sedangkan untuk kandang pejantan dan induk kosong

dinding kandang terbuat dari besi beton dan letaknya lebih rendah dari kandang

induk melahirkan serta alas kandang terbuat dari semen yang sengaja dibuat

lubang untuk memudahkan jatuhnya urin dan kotoran lainya.

3.2.3 Tatalaksana Rutin

Tatalaksana rutin yang dilakukan pada peternakan Bapak Andika

meliputi sanitasi kandang, pengamatan birahi dan pemberian pakan serta air

minum.

1) Sanitasi Kandang

Sanitasi dilakukan sebagai cara untuk menjaga kesehatan ternak

sehingga terhindar dari penyakit. Menurut Luthan (2011) sanitasi adalah suatu

penataan kebersihan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan atau

mempertahankan keadaan yang sehat bagi ternak baik di dalam kandang

maupun di sekitar usaha peternakan.

Gambar 10. Kandang Babi tipe ganda

40

Page 54: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

liv

Sanitasi kandang yang dilakukan di Peternakan Bapak Andika

menggunakan penggaruk untuk mengumpulkan feses kemudian dibersihkan

dengan air, serta sisa makanan pada tempat pakan dikeluarkan lalu

dibersihkan. Kotoran yang dihasilkan selanjutnya dikumpulkan pada tempat

pembuangan limbah untuk dijadikan biogas. Jadwal sanitasi dilakukan 2 kali

dalam satu hari yaitu pada pagi hari pukul 07:00 WITA dan sore hari pukul

16:00 WITA sebelum pemberian pakan. Sanitasi sangat perlu dilakukan karena

selain membutuhkan biaya yang relatif murah dan juga sebagai kunci utama

untuk menghindari terjadinya penyakit.

2) Pemberian Pakan dan Air Minum

Pemberian pakan babi yang dilakukan di peternakan Bapak Andika

dilakukan 2 kali sehari. Untuk babi menyusui diberikan pada pukul

07:00 WITA dan pukul 16:00 WITA, jumlah pakan yang diberikan adalah

5 kg/ekor/hari. Pemberian pakan untuk babi dara dan pejantan diberikan satu kali

yaitu pada pukul 10:00 WITA dengan jumlah pakan yang diberikan sebanyak

2 kg/ekor/hari. Pemberian pakan untuk babi bunting dengan umur

kebuntingan 3 bulan dilakukan 2 kali dalam sehari pada 07:00 WITA dan pukul

16:00 WITA dengan jumlah pakan sebanyak 3 kg/ekor/hari (Tabel 8).

Tabel 8. Pemberian pakan babi pada peternakan Bapak Andika

No Priode Jumlah Pemberian (kg) Frekuensi Pemberian/ hari

1 Induk Bunting 3 2 kali 2 Babi Menyusui 5 2 kali 3 Induk kosong 2 1 kali 4 Babi Jantan 2 1 kali

Sumber : Peternakan Bapak Andika, 2014

41

Page 55: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

lv

Berdasarkan tabel di atas pemberian pakan pada babi yang dilakukan

pada peternakan Bapak Andika dinilai boros. Hal ini didasarkan pada pendapat

Sihombing (1991) yang menyatakan bahwa konsumsi ransum per hari (kg)

untuk induk bunting 2,0− 2,5, induk menyusui 3,0−4,5, pejantan 2,0 − 2,5,

induk kering 2,5−3,5.

Jenis pakan yang diberikan pada babi di peternakan Bapak Andika

adalah pakan NP56 dengan komposisi terdiri dari kadar air 13 % protein

15,5−17,5 %, lemak 4%, serat 9%, abu 8% calcium 0,9% dan phospor 0,7%. Cara

pemberian pakan yang dilakukan pada peternakan babi milik Bapak Andika

secara sistem kering dengan cara menyimpan makanan pada tempat pakan

yang telah disiapkan.

Air minum yang digunakan pada peternakan Bapak Andika berasal dari

air pegunungan yang dialirkan melalui pipa. Air minum diberikan secara

ad libitum dengan menggunakan nipple. Menurut Sihombing (1991) kebutuhan

air minum/hari/liter sesuai umur atau fase produksi adalah : (1) umur 1 − 4

minggu 0,25− 0,5 liter (2) induk bunting dan induk kosong 7,0 − 9,0 liter

(3) induk menyusui 15 − 20 liter dan pejantan 7 – 9 liter.

3.2.4 Pengamatan Babi Birahi

Pengamatan babi birahi di peternakan Bapak Andika dilakukan setiap

hari yaitu pada pukul 06:30 WITA. Pengamatan babi birahi dilakukan

langsung oleh petugas atau karyawan kandang, dengan cara melihat

tanda-tanda birahi seperti adanya lendir yang keluar dari vulva. Sesuai dengan

pendapat Wheindrata (2013) babi betina yang sedang birahi biasanya terlihat

42

Page 56: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

lvi

gelisah dan berteriak-teriak, keluar lendir dari vulva dan selalu ingin menaiki

temanya.

Jika terlihat adanya tanda-tanda babi birahi, maka babi tersebut

sebelum di IB dikawinkan secara alami terlebih dahulu oleh pejantan. Setelah

dikawinkan secara alami tindakan selanjutnya yaitu pemesanan semen untuk

dilakukan kawin suntik (IB). Semen yang digunakan oleh peternak adalah

semen yang diambil dari babi tipe Landrace, Yorkshire dan hasil persilangan

Landrace dengan Yorkshire. Pejantan yang dipakai untuk pengambilan semen

berumur enam (6) tahun. Semen babi yang ditampung di kandang pejantan

dalam satu kali penampungan sebanyak 300 ml.

Volume semen sebanyak 300 ml diencerkan dengan satu sacket BTS

(Beltsville Thawing Solution) sebagai pakan sperma dan 1 liter (1000 ml)

aquades lalu dihomogenkan. Semen yang sudah diencerkan kemudian

dimasukan ke dalam tube masing sebanyak 100 ml. Semen yang akan diantar

ke peternak babi/pemesan selanjutnya disimpan di dalam boks yang berisi es

dengan suhu 18° C untuk menjaga agar spermatozoa tetap hidup. Sesuai

dengan pendapat Ardana (2008) semen encer hendaknya disimpan pada kisaran

suhu 17 – 18° C, karena jika suhu penyimpanan semen bervariasi akan

berdampak buruk pada daya hidup spermatozoa.

3.2 5 Inseminasi Buatan (IB)

Inseminasi buatan merupakan cara mengawinkan ternak dengan bantuan

inseminator. Sesuai dengan pendapat Feradis (2010) inseminasi buatan adalah

memasukan semen ke dalam saluran kelamin betina dengan menggunakan

43

Page 57: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

lvii

alat-alat buatan manusia. Volume sperma yang digunakan di PT. KPS dalam satu

kali kawin per ekor induk adalah 100 ml dalam satu tube, dilakukan selama

5–10 menit per induk. Inseminasi buatan yang dilakukan di peternakan Bapak

Andika 2 kali dalam sehari, pagi hari pada pukul 08.00 WITA dan sore hari

pada pukul 17.00 WITA hasil IB yang dilakukan penulis pada saat melakukan

PKL tidak sempat diamati atau diketahui karena sudah berpindah lokasi

praktek ke tempat lain.

Rentang waktu antara inseminasi pertama dan insemiansi kedua yang

dilakukan pada ternak babi milik Bapak Andika adalah sembilan jam dan

dinilai sangat pendek. Menurut Ardana (2008) untuk memperoleh hasil yang

terbaik disarankan agar melakukan pemasukan semen dua kali, berselang

16 sampai 24 jam.

Prosedur inseminasi yang dilakukan penulis pada saat PKL adalah

vulva dibersihkan dengan aquades lalu dikeringkan dengan kapas. Setelah itu

masukan kateter secara perlahan sambil memutar kateternya ke arah kiri, hal

ini sesuai dengan pendapat Ardana (2008) kateter yang ujungnya sebagai

spiral diputar berlawanan dengan arah jarum jam. Ketika kateter mencapai

servix selanjutnya potong mulut botol semen lalu masukan ke dalam kateter.

Kateter yang berisi semen diangkat sampai berada sedikit lebih tinggi dari

induk yang dikawinkan sampai semennya habis. Setelah semen disalurkan

seluruhnya kemudian kateter dikeluarkan dengan cara ditarik perlahan-lahan

(Gambar 11).

44

Page 58: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

lviii

Menurut Ardana (2008) pada saat melakukan inseminasi babi betina

diberi kesempatan berkontak kepala dengan pejantan. Lebih lanjut Sihombing

(1991) menyatakan sebaiknya pejantan ditempatkan di dekat betina untuk

memancing betina berdiri dengan tenang.

3.2.6 Perawatan Induk Bunting

Pemeliharaan induk bunting yang dilakukan di peternakan Bapak

Andika adalah menjaga kebersihan kandang sehingga tetap kering dan

pemberian pakan yang teratur. Jumlah pakan yang diberikan untuk induk

bunting sebanyak 3 kg dengan jadwal pemberian dua kali dalam sehari.

Induk babi bunting yang hendak melahirkan dipindahkan ke kandang

beranak yang berbentuk panggung dan letaknya lebih tinggi dari kandang babi

individu lainya. Pemindahan babi bunting ini dua minggu sebelum partus dengan

tujuan agar ternak bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Sesuai dengan

pendapat Ardana (2008) pemindahan ternak secara dini ini dengan tujuan agar

babi terbiasa dengan kandang barunya sebelum babi tersebut beranak. Lebih

Gambar 11. Inseminasi Buatan Pada Babi

45

Page 59: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

lix

lanjut Prasetya (2012) menyatakan babi bunting harus dilakukan exercise dengan

tujuan melancarkan peredaran darah sehingga mempermudah dalam proses

kelahiran.

Menurut Sihombing (1991) salah satu faktor yang diperhatikan selama

kebuntingan yaitu mencegah terjadinya stres. Karena babi betina paling peka

terhadap stres selama 30 hari pertama kebuntingan dan 30 hari terakir

kebuntingan. Stres yang disebabkan oleh perkelahian dan perubahan

lingkungan yang drastis dapat mengakibatkan kematian embrio atau abortus.

3.2.7 Persiapan Kandang Melahirkan

Persiapan kandang melahirkan yang dilakukan di Peternakan Bapak

Andika berupa pembersihan kandang dan desinfeksi kandang. Kandang

beranak dibersihkan dengan air dan deterjen dengan cara disiram pada lantai

dan peralatan kandang lainya. Desinfeksi kandang dilakukan setelah pencucian

kandang. Desinfeksi yang digunakan berupa DupontTM longlifeTM 250S

(Gambar 12) dengan kandungan bahan aktif terdiri dari asam organik,

surfaktan dan biosid organik. DuPontTM longlifeTM 250S adalah desinfektan

multiguna sangat efektif terhadap kuman penyebab penyakit. Bahan

desinfektan ini juga bisa dilakukan untuk mendesinfeksi bangunan kandang,

langit-langit serta celup kaki dan roda kendaraan. Dosis yang digunakan dua

tutupan botol (2 ml) dilarutkan dalam 20 liter air dan aplikasinya dengan cara

disiram pada lantai kandang dan peralatan lainya.

46

Page 60: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

lx

Kandang melahirkan dilengkapi dengan alas kandang yang ditaburi

dengan serbuk kayu yang halus dan tidak kasar dengan tujuan untuk mengalas

karpet yang licin sehingga mencegah anak babi jatuh yang dapat menyebabkan

cedera, kotak pemanas dengan ukuran panjang 1 meter, lebar 1 meter dan tinggi

0,5 meter. Kotak pemanas berfungsi sebagai penghangat bagi anak babi yang baru

lahir sehingga tidak kedinginan (Gambar 13). Sesuai dengan pendapat Prasetya

(2012) anak babi beberapa hari setelah lahir mudah menggigil kedinginan

sehingga dibutuhkan lampu pemanas di dalam indukan.

Gambar 12. Bahan desinfeksi kandang

Gambar 13. Kotak pemanas untuk anak babi

47

Page 61: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

lxi

3.2.8 Penanganan Pasca Partus

Penanganan pasca partus pada babi di peternakan Bapak Andika

meliputi perawatan induk dan perawatan neotal pada anak babi.

1. Perawatan Induk Setelah Melahirkan

Perawatan induk yang dilakukan di Peternakan Bapak Andika selama

penulis melaksanakan praktikum yaitu membersihkan induk dari lendir-lendir

dan mengambil sisa-sisa plasenta yang melekat di lantai kandang kemudian

dikuburkan untuk mencegah plasenta termakan oleh induk. Menurut Prasetya

(2012) plasenta yang termakan oleh induknya dapat berakibat adanya gangguan

di dalam perut dan dapat menyebabkan kanibalisme. Lebih lanjut Wheindrata

(2013) menegaskan plasenta yang termakan oleh induk dapat mengganggu

pencernaan. Tindakan lain pada peternakan ini adalah induk yang melahirkan

dilakukan penyuntikan antibiotik Kolamox LA yang mengandung Amoxylin

15% dan dosis yang diberikan 5 cc dengan aplikasi IM pada otot leher. Tujuan

Penyuntikan antibiotik ini untuk mencegah induk babi terinfeksi oleh bakteri

Clostridium, E. Colli dan Haemophilus setelah melahirkan.

2. Perawatan Neonatal Anak Babi

Setelah induk melahirkan beberapa hal yang harus dilakukan pada anak

babi tersebut adalah mengeluarkan/membersihkan lendir dengan menggunakan

kain lap kering pada seluruh tubuh, terutama pada bagian hidung agar anak babi

bisa bernafas. Sesuai dengan pendapat Wheindrata (2013) anak babi yang baru

lahir segera dibersihkan dari lendir dan selaput lain yang menutup hidung atau

mulutnya untuk menghindari anak babi susah bernafas dan akhirnya bisa mati.

48

Page 62: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

lxii

Selain pembersihan lendir pada bagian tubuh anak babi, beberapa tindakan

perawatan Neonatal lainya berupa pemotongan ekor, pemotongan gigi,

pemberian tanda anak babi (krat telinga) dan pemberian zat besi.

a. Pemotongan Ekor

Pemotongan ekor merupakan pemeliharaan anak babi dengan tujuan

agar anak babi yang satu dan yang lain tidak saling menggigit ekornya dan juga

pada saat dewasa mudah dilakukan perkawinkan. Pemotongan ekor dilakukan

pada umur 1 hari (Gambar 14). Sebelum pemotongan ekor disiapkan alat seperti

gunting. Ternak babi dipegang dengan posisi kepala ke bawah setelah itu

dilakukan pemotongan ekor dengan panjang ± 3 cm dari pangkal ekor.

b. Pemotongan Gigi

Pemotongan gigi yang dilakukan pada peternakan Bapak Andika yaitu

pada anak babi yang baru lahir. Pemotongan dilakukan pada gigi caninus

dengan menggunakan tang (Gambar 15). Pemotongan gigi ini bertujuan untuk

menjaga agar anak babi tidak melukai puting susu induknya. Hal ini sesuai

pendapat Prasetya (2012) pemotongan gigi pada anak babi setetah lahir untuk

Gambar 14. Pemotongan ekor pada anak babi

49

Page 63: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

lxiii

menjaga agar puting susu induk jangan dilukai anak dan untuk menghindari

luka sesama anak babi karena saling menggigit.

Pemotongan gigi pada anak babi bisa dilakukan alat khusus yang

berbentuk seperti tang. Apabila alat tersebut tidak ada bisa menggunakan

gunting kecil yang tajam. Menurut Sihombing (1991) menyatakan pemotongan

gigi bisa menggunakan tang pemotong kawat kecil dan dilakukan dengan

hati-hati agar tidak melukai graham atau lidah.

c. Pemberian Zat Besi

Pemberian zat besi pada anak babi umur 1-10 hari untuk menghindari

penyakit anemia karena pada umur ini anak babi rentan terhadap penyakit

kekurangan zat besi (Prasetya, 2012). Pemberian zat besi pada anak babi yang

dilakukan di peternakan Bapak Andika yaitu pada umur 1 hari dengan cara

pemberian melalui injeksi intra muscular pada daerah leher, dosis per ekor

adalah 1,5 ml. Zat besi yang diberikan adalah Pig Ironject 20% + B12, 1 ml

mengandung iron in a dextran complex 200 mg dan vitamin B12 200 mg.

Gambar 15. Pemotongan gigi pada anak babi

50

Page 64: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

lxiv

Menurut Prasetya (2012) zat besi adalah unsur yang penting di dalam

haemoglobin yang berfungsi untuk mengangkut oxyigen keseluruh tubuh.

Kekurangan zat bezi bisa menyebabkan anemia dan hal ini banyak dialami pada

anak babi yang dipelihara di dalam kandang terus- menerus, sedangkan air susu

induk hanya mengandung zat besi yang jumlahnya sangat rendah. Untuk

mengatasi supaya anak babi terhindar dari anemia makanan diberikan zat besi

d. Pemberian Tanda Anak Babi

Pemberian tanda pada anak babi di Peternakan Bapak Andika

menggunakan sistem kerat telinga. Pemberian kerat telinga ini dilakukan pada

anak babi berumur satu hari dengan tujuan untuk mempermudah mengetahui

identitas anak babi yang berkaitan dengan tanggal lahirnya. Sesuai dengan

pendapat Prasetya (2012) anak babi sebaiknya diberi tanda pada daun telinganya

untuk mempermudah melakukan pencatatan administratif.

3. Penyapihan Anak Babi

Penyapihan anak babi di PT. KPS biasanya dilakukan pada saat anak babi

berumur 3-4 minggu sehingga memungkinan induknya bisa beranak tiga kali

dalam setahun. Sesuai dengan pendapat Ardana (2008) penyapihan dini memiliki

keuntungan yaitu mengurangi jarak waktu antara kelahiran anak berikutnya

sehingga jumlah anak yang dilahirkan dari seekor induk dalam setahun banyak.

Menurut Prasetya (2012) penyapihan anak babi sebaiknya dilakukan pada saat

anak babi berumur 8 minggu karena setelah anak babi berumur 8 minggu

produksi air susu induknya akan berkurang.

51

Page 65: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

lxv

Selama masa penyapihan anak babi dipelihara dengan dipisahkan dari

induknya. Pakan diberikan dengan cara disimpan pada tempat pakan khusus

yang ditempatkan di lantai kandang dan air minum menggunakan niplle.

Menurut Wheindrata (2013) anak babi pada saat penyapihan diberikan makan

yang baik dengan kandungan protein 20 − 22%. Berdasarkan kandungan

protein pada pakan NP56 yaitu 15,5−17,5 % maka pakan tersebut tidak layak

diberikan pada anak babi karena kandungan proteinya sedikit.

3.2.9 Penanganan Limbah

Limbah yang ada di Peternakan Bapak Andika secara umum ditangani

dengan baik yaitu memanfaatkan feses babi menjadi sumber bahan bakar

dengan pembuatan biogas. Menurut Sihombing (1991) limbah ternak adalah

suatu sumber daya yang jika tidak dimanfaatkan dengan baik, dapat

menimbulkan masalah bagi peternakan itu sendiri maupun terhadap

lingkungan. Salah satu pengolahan limbah ternak yang dilakukan pada

peternakan Bapak Andika adalah pembuatan biogas.

Menurut Luthan (2011) pada dasarnya biogas merupakan penguraian

bahan organik secara anaerob untuk menghasilkan suatu gas. Pengolahan

limbah ini bermanfaat bagi peternak karena bisa mengurangi pencemaran

lingkungan dari amoniak yang dihasilkan. Biogas juga bisa menghemat

pengeluaran untuk membeli bahan bakar minyak (BBM).

52

Page 66: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

lxvi

3.2.10 Penyakit Pada Ternak Babi

Menurut Ardana (2008) salah satu penyakit yang umumnya menyerang

ternak babi yang dipelihara di seluruh dunia adalah Colibacilosis. Penyebab

penyakit ini adalah bakteri dari kelompok Enterobacteriaceae yang merupakan

kelompok bakteri gram negatif, berbentuk batang dan habitat alaminya adalah

sistem pencernaan manusia dan hewan termasuk babi. Salah satu anggota dari

famili Enterobacteriaceae yang patogen dalam saluran pencernaan adalah

Eschericia colli. Di Indonesia penyebab utama diare neonatal pada anak babi

ETEC (Enterotoxigenik E.Coli)

Selama melakukan praktik di lapangan penyakit yang ditemukan adalah

penyakit white scours yaitu mencret putih pada anak babi sebanyak 5 ekor.

Menurut Mangisah (2003) white scours disebabkan oleh bakteri Eschericia colli

yaitu bakteri yang bisa masuk lewat tali pusat yang sakit, dan biasanya babi

kecil mudah menderita mencret putih akibat kedinginan, lantai lembab,

makanan induk jelek, atau anak babi terlampau banyak menyusu. Gejala yang

timbul yaitu feses encer berwarna putih seperti kapur, anak babi nampak

sangat lemah dan kepala ditundukan.

Penanganan yang dilakukan terhadap anak babi yang terkena penyakit

white scours adalah memberikan antibiotik Trimoxal dengan sediaan berbentuk

suspensi dan komposisinya Trimethoprim 10 mg dan Sulfamethoxazole 50 mg.

Dosis yang digunakan sebanyak 2 ml dan aplikasi peroral dengan cara botol

obat Trimoxal dicekokkan pada mulut anak babi kemudian dipencet sebanyak

dua kali.

53

Page 67: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

lxvii

Selain pemberian obat hal penting yang dilakukan adalah menjaga

kebersihan kandang sebagai upaya pencegahan terjadinya penyakit. Pencegahan

yang dilakukan pada peternakan babi milik Bapak Andika berupa sanitasi

kandang yang rutin, lantai kandang dibersihkan sehingga tidak adanya

genangan air yang membuat kandang becek, celah kandang disemprot dengan

menggunakan deterjen. Sesuai dengan pendapat Prasetya (2012) pencegahan

yang dilakukan adalah kandang diusahakan selalu kering dan hangat, serta

hindari terjadinya lantai kandang yang kotor dan basah akibat air kencing.

54

Page 68: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

lxviii

3.3 Manajemen Kesehatan Ternak Sapi Potong

3.3.1 Struktur Populasi

Populasi ternak sapi potong di Peternakan Santi Yoana secara

keseluruhan berjumlah 56 ekor yang terdiri dari pedet, sapi dara, induk bunting,

induk menyusui dan induk kering kandang (Tabel 9). Jenis sapi yang dipelihara

adalah sapi Bali dengan ciri-cirinya betina berwarna merah bata dan sapi jantan

berwarna hitam, selama melakukan PKL penulis mengamati sapi jantan muda

berwarna merah bata. Menurut Sugeng (1992) warna bulu pada waktu masih

pedet merah bata namun pada saat dewasa, betina akan tetap berwarna merah

bata sedangkan pejantan berwarna kehitam-hitaman.

Tabel 9. Populasi Sapi Pada Peternakan Santi Yoana

No Periode (ekor) Jumlah (ekor)

1 Anak menyusu 3 Anak lepas sapih 7 2 Induk menyusui 3 3 Bunting 6 4 Dara 3 5 Induk kering kandang (tidak berproduksi ) 34

Total 56

Sumber : Peternakan Santi Yoana, 2014

3.3.2 Sistem Perkandangan

Menurut Syaifullah (2013) kandang merupakan tempat untuk

berlindung ternak dari berbagai aspek yang mengganggu seperti cuaca buruk

dan gangguan binatang buas. Perkandangan yang ada di kelompok Tani Santi

Yoana Banjar Tanggahan Tengah adalah tipe kandang koloni dibuat dua baris

yang saling berhadapan. Sekat pembatas antara sapi yang satu dengan yang

55

Page 69: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

lxix

lainnya terbuat dari bambu. Sistem perkandangan yang dibuat dengan

meperhatikan aspek lokasi pendirian kandang dan konstruksi kandang.

1) Lokasi kandang

Lokasi kandang yang ada pada Kelompok Tani Santi Yoana terletak

dekat pemukiman masyarakat serta dekat dengan sumber pakan. Secara teknis

lokasi kandang ini sangat cocok untuk pembangunan usaha peternakan

(Gambar16). Menurut Muktiani (2011) lokasi kandang harus dekat rumah

peternak untuk memudahkan pengontrolan dan pengawasan, dekat dengan

sumber air dan pakan dan akses transportasi mudah untuk melakukkan

pemasaran. Lebih lanjut Sugeng (1992) menyatakan kandang harus dibangun

tidak jauh dari rumah peternak untuk keperluan pemantauan kesehatan,

tatalaksana ataupun keamanan diwaktu malam.

2) Konstruksi kandang

Bahan bangunan kandang pada kelompok tani Santi Yoana terbuat

dari beton dan bambu dan dibuat secara permanen dan kuat. Kandang dibuat

dalam bentuk kandang individu dan disekati dengan bambu dengan ukuran

Gambar 16. Kandang Sapi Tampak dari Depan

56

Page 70: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

lxx

1,25 m2 × 2,5 m2 dan ukuran kandang seluruhnya 6 × 30 m2. Secara umum

konstruksi kandang terdiri dari : dinding kandang, lantai kandang, atap kandang

dan lorong tengah kandang.

a) Dinding Kandang

Dinding kandang ternak sapi yang dibuat telah memenuhi syarat

dimana dinding kandang dibuat terbuka (Gambar 17). Sesuai dengan pendapat

Fikar dkk (2010) dinding kandang sebagiannya dibuat terbuka agar sirkulasi

udara di dalam kandang lancar.

b) Lantai Kandang

Lantai kandang tebuat dari beton dengan kemiringan 5 derajat yang

pada bagian tepi belakang kandang tersedia selokan pembuangan feses sapi

terbuat dari beton. Menurut Muktiani (2011) lantai kandang dibuat padat, kuat

serta tidak licin, mampu menopang beban di atasnya dan agak miring ke arah

selokan di luar kandang.

Gambar 17. Kandang Sapi Tampak Samping

57

Page 71: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

lxxi

c) Atap

Atap kandang yang digunakan berupa asbes dimana asbes cocok

digunakan untuk kandang sapi potong. Sesuai dengan pendapat Fikar dkk

(2010) atap kandang untuk sapi potong bisa digunakan asbes karena sapi

potong lebih tahan terhadap panas.

d) Lorong

Lorong tengah kandang dibuat sebagai area lalulintas peternak untuk

memberi pakan atau air minum sapi. Lorong tengah kandang sapi peternakan

Santi Yoana berukuran 1 m serta dibuat dari bahan semen (Gambar 18). Sesuai

dengan pendapat Fikar dkk (2010) lorong tengah kandang biasanya berukuran

0,5-1 m dan dibuat dari bahan semen. Lantai semen sebaiknya diberi corak

garis-garis agar tidak licin.

3.3.3 Tatalaksana Rutin

Tatalaksana rutin yang dilakukan pada peternakan sapi potong

Kelompok Tani Santi Yoana meliputi sanitasi kandang, pemberian pakan dan

air minum.

Gambar 18. Lorong tengah kandang

58

Page 72: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

lxxii

1) Sanitasi Kandang

Sanitasi kandang sapi di peternakan sapi potong Santi Yoana sudah

diterapkan dengan baik ini dibuktikan dengan kondisi kandang sapi yang selalu

bersih. Kegiatan sanitasi kandang dilakukan setiap hari yaitu pada pagi dan sore

hari. Sanitasi kandang dilakukan dengan cara feses sapi digaruk dengan

penggaruk kemudian disiram dengan air. Feses yang sudah dikumpulkan

kemudian diangkut dengan gerobak dan dibuang pada tempat penampungan

feses (Gambar 19). Sesuai dengan pendapat Muktiani (2011) kandang sapi

sebaiknya dibersihkan setiap hari secara rutin agar kandang menjadi bersih

sehingga sapi tidak terkena penyakit.

Gambar 19. Pembersihan Lantai Kandang (a) dan pengangkutan feses (b)

a b

59

Page 73: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

lxxiii

2) Pemberian Pakan dan Air Minum

Bahan pakan yang diberikan pada sapi potong di Peternakan Santi

Yoana berupa hijauan dan konsentrat.

a. Hijauan

Menurut Fikar dkk (2010) hijauan segar adalah semua bahan pakan yang

diberikan kepada ternak dalam keadaan segar tanpa melalui proses teknologi,

baik yang dipotong terlebih dahulu atau yang langsung dimakan ternak.

Hijauan yang sering diberikan pada sapi oleh peternak adalah rumput raja

(Gambar 20) sebanyak 40 kg/ekor/hari. Pemotongan hijauan yang dilakukan pada

pagi hari kemudian diberikan pada sapi di sore hari. Rumput raja yang diberikan

pada ternak sapi dipotong terlebih dahulu sepanjang ±7 – 10 cm. Pemberian

pakan dilakukan sebanyak 2 kali sehari yaitu pukul 07:00 WITA dengan jumlah

pakan hijauan sebanyak 40 kg dan pada pukul 16:00 WITA. Selain pemberian

pakan dengan hijauan dari rumput raja, ternak sapi juga diberikan pakan dari

jerami padi sebanyak satu karung per ekor ternak dengan jumlah ± 40 kg.

Gambar 20. Pemberian pakan hijauan segar (a) dan air minum pada sapi (b)

a b

60

Page 74: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

lxxiv

b. Pemberian Konsentrat

Konsentrat yang diberikan pada sapi potong di Peternakan Santi Yoana

adalah dedak padi. Menurut Muktiani (2011) proses penggemukan sapi hanya

dengan mengandalkan pakan berupa hijauan kurang memberikan hasil yang

optimal sehingga pemberian pakan harus dikombinasikan dengan konsentrat.

Pemberian konsentrat yang dilakukan di Peternakan Santi Yoana satu kali

dalam sehari dengan cara dicampur pada air minum. Dedak padi yang

diberikan sebanyak 5 kg untuk 7 ekor sapi. Lebih lanjut Muktiani (2011)

menyatakan dedak merupakan makanan tambahan bagi ternak sapi dan

berfungsi sebagai sumber energi bagi pertumbuhan sapi.

c. Pemberian Air Minum

Pemberian air minum pada ternak sapi dilakukan pada pukul

12:00 WITA, yang diambil dari air keran dengan menggunakan ember berukuran

18 liter. Air minum yang diberikan pada masing-masing ternak sapi sebanyak satu

ember. Pemberian air minum pada ternak sapi sebanyak 18 liter/ekor/hari dinilai

masih kurang dari standar kebutuhan air per hari. Hal ini didasarkan pada

pendapat Subronto (2008) yang menyatakan bahwa kebutuhan air minum untuk

ternak sapi adalah 30-50 liter/hari.

3.3.4 Persiapan Induk Melahirkan

Selama penulis melakukan praktek di Peternakan Santi Yoana, persiapan

kandang untuk induk melahirkan hanya dilakukan satu kali yaitu memindahkan

sapi bunting yang akan melahirkan pada kandang khusus yang terpisah dari

kandang sapi lainya. Kandang melahirkan dilengkapi dengan jerami kering yang

61

Page 75: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

lxxv

ditebarkan di lantai kandang. Menurut Fikar dkk (2010) kandang beranak harus

diberi alas berupa jerami kering dengan tujuan untuk menyerap cairan yang

keluar bersama pedet. Pemindahan ternak sapi bunting ke kandang melahirkan

dilakukan setelah sapi menunjukan tanda-tanda melahirkan seperti keluar cairan

bening pada vulva. Sesuai dengan pendapat Syaifullah (2013) tanda-tanda yang

terlihat pada sapi bunting saat mendekati proses melahirkan adalah vulva

mengeluarkan lendir.

Anak sapi (pedet) yang baru lahir di Peternakan Santi Yoana tidak

diberikan perlakuan khusus. Menurut fikar dkk (2010) pedet yang baru lahir perlu

diberi bantuan untuk membersihkan lendir atau cairan plasenta terutama pada

bagian mulut dan hidung untuk memperlancar pernafasan. Selama penulis

melakukan praktek di Peternakan Santi Yoana penulis melihat sapi melahirkan

dengan baik atau tidak terjadi distokia.

3.3.5 Sejarah Penyakit

Selama melakukan kegiatan praktek tidak dilakukan penanganan kasus

penyakit namun berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang peternak,

penyakit yang pernah terjadi adalah diare pada pedet. Diare pada anak sapi ini

biasanya terjadi pada saat musim hujan karena hijauan yang dimakan oleh

anak sapi banyak mengandung air, juga terjadi karena anak sapi minum air

kotor yang tergenang di sekitar kandang. Menurut Fikar dkk (2010) diare

disebabkan oleh bakteri Escherichia colli. Bakteri ini bisa masuk melalui

pakan, air minum atau lingkungan kandang yang tidak bersih.

62

Page 76: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

lxxvi

Pencegahan penyakit diare ini dengan cara penggantian pakan dengan

pakan yang berkualiatas. Lebih lanjut Subronto (2008) menyatakan diare

merupakan gejala gangguan pencernaan yang ditandai dengan pengeluaran

feses yang jumlahnya melebihi normal dengan konsistensinya berupa cair.

Penanganan dan perlakuan yang dibuat selama anak sapi terkena penyakit

yaitu anak sapi dikandangkan. Tujuan dari perlakuan ini agar anak sapi tidak

makan dan minum sembarangan berupa air kotor yang ada di sekitar

kandang. Pakan yang dimakan oleh anak sapi selama dikandangkan diatur

sepenuhnya oleh pemilik ternak. Menurut Fikar dkk (2010) pencegahan

penyakit diare ini dengan cara penggantian pakan dengan pakan yang

berkualiatas dan mengisolasi pedet yang terserang penyakit.

3.3.6 Penanganan Limbah

Limbah yang dihasilkan pada peternakan Kelompok Tani Santi Yoana

berupa feses tetapi tidak ada penangan khusus. Menurut Yulianto (2010)

limbah yang dihasilkan jika tidak dikelolah dengan baik dapat mencemari

lingkungan, sebaiknya limbah dikelolah sehingga dapat bermanfaat contohnya

pembuatan pupuk organik dan biogas. Penanganan limbah yang dihasilkan

pada kandang peternakan Santi Yoana yaitu dikumpul pada tempat

penampungan feses dan tiap satu minggu sekali dijual kepada petani jeruk

sebagai pupuk. Harga penjualan feses sapi seharga Rp 250.000/truk. Uang

hasil penjualan feses ini diberikan kepada bendahara kelompok dan dijadikan

sebagai uang kas kelompok.

63

Page 77: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

lxxvii

3.4 Manajemen Pelayanan Pusat Kesehatan Hewan

3.4.1 Program Pelayanan di Puskeswan

Program pelayanan yang dilakukan di Puskeswan Sidembunut

meliputi program tahunan dan program harian. Program tahunan yang

dilakukan adalah vaksinasi Hog Cholera pada ternak babi, vaksinasi

Septicemia Epizootica (SE) pada ternak sapi dan babi, vaksinasi Newcastle

Disease (ND) pada ternak ayam. Selain itu dilakukan pemberian obat cacing

pada ternak ruminansia besar dan ruminansia kecil serta vaksinasi Rabies pada

anjing. Program vaksinasi dan pemberian obat cacing pada ternak dan

vaksinasi masal rabies pada anjing yang dijalankan oleh Puskeswan

Sidembunut setiap tahun sudah sesuai dengan program kerja yang telah

ditetapkan dan juga didukung dengan adanya distribusi vaksin dari Dinas

Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bangli.

Vaksinasi rabies yang dijalankan saat ini adalah dalam rangka

membebaskan pulau Bali dari kasus rabies. Sementara itu, kegiatan vaksinasi

yang dilakukan pada ternak setiap tahun bertujuan untuk mengurangi

terjadinya kasus penyakit hewan yang sejauh ini masih dijumpai di wilayah

pelayanan Puskeswan Sidembunut. Kegiatan pemberian obat cacing pada

ternak bertujuan untuk mengurangi investasi parasit pada ternak sehingga

ternak yang dipelihara oleh petani produktivitasnya meningkat. Kegiatan

pelayanan tahunan lainya adalah pemeriksaan kesmavet terhadap kualitas

daging yang beredar di pasaran, terutama menjelang hari raya keagamaan

64

Page 78: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

lxxviii

untuk menjamin daging yang beredar telah memenuhi kualitas ASUH

(Aman, Sehat, Utuh dan Halal).

Kegiatan program pelayanan harian meliputi: pelayanan kesehatan

hewan secara rutin terhadap masyarakat baik untuk tujuan mencegah ataupun

mengobati berbagai kasus penyakit yang ada pada ternak ataupun hewan

kesayangan. Kegiatan pelayanan lain yang juga diberikan adalah berupa

pemeriksaan kebuntingan pada ternak, pelaksanaan Inseminasi Buatan serta

penanganan distokia apabila ada permintaan dari masyarakat.

3.4.2 Metode Pelayanan Puskeswan

Metode pelayanan kesehatan hewan yang dilaksanakan pada

Puskeswan Sidembunut, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bangli

meliputi pelayanan aktif, pelayanan semi aktif dan pelayanan pasif.

a. Pelayanan Aktif

Pelayanan aktif yang dilakukan pada Puskeswan Bangli yaitu petugas

terjun langsung kepada masyarakat untuk melakukan pelayanan kesehatan

hewan. Kegiatan ini lebih banyak berkaitan dengan program-program tahunan

yang sudah dipersiapkan oleh puskeswan. Jenis pelayanan kesehatan yang

diberikan dapat berupa pengobatan helminthiasis pada ternak dan vaksinasi

ternak atau hewan kesayangan.

b. Pelayanan Semi Aktif

Pelayanan semi aktif adalah bentuk pelayanan dimana petugas turun

ke lapangan menangani kasus penyakit apabila peternak melaporkan kepada

petugas Puskeswan. Pelayanan yang dimaksud dapat berupa pengobatan kasus

65

Page 79: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

lxxix

penyakit ataupun pencegahan penyakit berupa vaksinasi serta pelayanan

medik reproduksi.

c. Pelayanan Pasif

Pelayanan pasif adalah bentuk pelayanan dimana pemilik

ternak/hewan datang sendiri ke Puskeswan dengan membawa ternak atau

hewan mereka untuk mendapat pelayanan kesehatan dari petugas Puskeswan

setempat. Pelayanan ini umumnya lebih banyak ditemukan pada hewan

kesayangan seperti anjing dan kucing untuk divaksin ataupun meminta surat

keterangan sehat. Selama melakukan praktek tidak melakukan pelayanan

pasif karena tidak ada pasien yang masuk untuk mendapatkan pelayanan.

3.4.3 Jenis Tindakan Puskeswan

Dalam rangka menjaga dan mempertahankan kesehatan ternak maka

puskeswan melakukan tugas mediknya yang meliputi tindakan promotif,

prefentif, kuratif, rehabilitatif dan pelayanan medik reproduksi.

a. Promotif

Promotif merupakan upaya untuk meningkatkan kesehatan ternak dari

kondisi yang ada. Promotif ini meliputi pemberian vitamin dan bahan aditif

kepada ternak. Selama melakukan kegiatan PKL penulis tidak sempat

melakukan kegiatan promotif.

b. Preventif

Preventif merupakan upaya mencegah hewan terkena penyakit seperti

melakukan vaksinasi. Selama penulis melakukan kegiatan PKL kegiatan

preventif yang dilakukan berupa vaksinasi masal Rabies pada anjing. Kegiatan

66

Page 80: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

lxxx

vaksinasi ini merupakan program pelayanan tahunan Puskeswan. Vaksinasi

masal rabies yang diikuti penulis dilakukan disetiap desa-desa pada wilayah

kerja Puskeswan dengan jumlah anjing sebanyak 1.018 ekor namun yang

sempat dikerjakan penulis sebanyak 20 ekor (Tabel 10).

Tabel 10. Kegiatan vaksinasi Rabies yang diikuti penulis

Waktu

Pelaksanaan

Tempat

Vaksinasi

Nama

Vaksin

Dosis/ekor Jenis

HPR

Jumlah HPR

(ekor)

28/04/2014 Banjar pande Rabies 1 ml Anjing 105

29/04/2014 Br. Gonaksa Rabies 1 ml Anjing 151

30/04/2014 Br. Bukit Puri Rabies 1 ml Anjing 10

02/05/2014 Br. Sidembunut Rabies 1 ml Anjing 192

O7/05/2014 Br.Dajan Umah Rabies 1 ml Anjing 275

09/05/2014 Br. Landih Rabies 1 ml Anjing 172

10/05/2014 Br.Langkan Rabies 1 ml Anjing 113

Total 1.018 Sumber: Puskeswan Sidembunut, April 2014

Vaksinasi Rabies merupakan bagian pelayanan dari Puskeswan dan

menjadi program dari Pemerintah Provinsi Bali yang dijalankan setiap tahun,

karena sejauh ini Provinsi Bali merupakan daerah endemis Rabies. Vaksin yang

diberikan yaitu vaksin Biocan®

R dengan dosis yaitu 1 ml/ekor dengan

aplikasi subcutan khusus untuk anjing yang tidak berpemilik dan galak

maka pemberian vaksinya dengan cara disumpit.

Menurut Khairiyah (2011) rabies adalah penyakit anjing gila yang

menyerang susunan syaraf pusat, yang disebabkan oleh virus Lyssa dari

famili Rhabdoviridae. Lebih lanjut Sarosa (2005) menyatakan penyakit rabies

merupakan penyakit zoonosis yang sangat berpengaruh bagi kesehatan

masyarakat karena jika penyakit ini menyerang manusia dan tidak

67

Page 81: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

lxxxi

mendapatkan perawatan medis dapat menyebabkan kematian. Penularan

penyakit rabies ini melalui luka gigitan. Pencegahan penyakit rabies ini

dengan melakukan vaksinasi dan melakukan eleminasi terhadap anjing liar

atau status kepemilikannya tidak jelas.

c. Kuratif

Kuratif merupakan upaya melakukan penyembuhan terhadap penyakit

menggunakan obat-obatan maupun secara tindakan medik bedah dan

tindakan lainya. Kegiatan pemberian obat yang diikuti penulis selama

melakukan kegiatan PKL yaitu pemberian analgesic-antipyretic dan

antibiotik serta vitamin pada sapi yang menunjukan gejala berupa cermin

hidung kering dan tidak mau makan serta tubuh terasa panas. Obat yang

digunakan berupa Novaldon dosis 3 cc, Vetoxy-LA dengan dosis 3 cc dan

vitamin B-kompleks dengan dosis 4 cc. Novaldon memiliki komposisi berupa

Methampiron 250 mg, Pyramidon 50 mg, Lidocaine 15 mg dengan indikasi

mengurangi rasa sakit dan menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Sedangkan

Vetoxy-LA kandunganya berupa Oxytetracycline 200 mg dan bahan pendukung

obat lainya, dengan indikasi untuk membunuh bakteri. Vitamin B-kompleks

dengan komposisi vitamin B1 2 mg, vitamin B2 2,74 mg, vitamin B6 2 mg,

vitamin B12 1 mg, Panthotenol 8,6 mg dan Nicotinamide 20 mg dengan

indikasi untuk memulihkan kesehatan dan stamina ternak.

Selain pengobatan pada ternak sapi juga dilakukan kastrasi pada anak

babi berumur 4 minggu sebanyak 4 ekor. Pelayanan kastrasi ini dilakukan

menggunakan metode semi aktif karena atas permintaan dari pemilik ternak.

68

Page 82: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

lxxxii

Tindakan kastrasi ini bertujuan agar anak babi memiliki proses pertumbuhan

yang baik serta kualitas karkasnya bagus. Sesuai dengan pendapat

Prasetya (2012) kastrasi dilakukan untuk memperoleh pertumbuhan yang

cepat dan kualitas daging yang baik sehingga babi jantan perlu dilakukan

kastrasi. Kastrasi pada anak babi yang dilakukan penulis pada saat

melakukan PKL adalah kastrasi menggunakan metode tebuka. Prasetya (2012)

menyatakan bahwa kastrasi cara terbuka yaitu dengan cara melakukan

pembedahan untuk mengeluarkan testis yang kemudian dipotong. Prosedur

kastrasi yang dilakukan pada saat praktek adalah : 1) Anak babi diangkat dan

dipegang pada kedua kaki belakangnya. 2) Oleskan alkohol pada scrotum yang

akan disayat. 3) Sayat scrotum menggunakan silet hingga scrotum terbuka

kemudian dipencet hingga testis keluar. 4) Selanjutnya vasdeferens dijepit

menggunakan arteri klem setelah itu diikat menggunakan benang untuk

meligasi pembuluh darah dan selanjutnya dilakukan pemotongan pada kedua

saluran penggantung testis tersebut. 5) Setelah testis dikeluarkan dilakukan

penjahitan dengan metode jahitan terputus. 6) Luka bekas jahitan

selanjutnya diolesi dengan antiseptik betadine.

d. Rehabilitatif

Rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan pasca sakit yaitu

melakukan istirahat kandang, berobat jalan dan melakukan pemberiaan alat

bantu kesembuhan seperti pembalutan, fiksasi dan lain sebagainya. Kegiatan

rehabilitatif ini tidak sempat dilaksanakan karena tidak ada pasien yang masuk

dan dirawat di Puskeswan selama berlangsungnya kegiatan PKL.

69

Page 83: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

lxxxiii

e. Pelayanan Medik Reproduksi

Pelayanan medik reproduksi berupa melakukan pemeriksaan kebuntingan,

melakukan inseminasi buatan, menolong kelahiran, serta pengobatan gangguan

reproduksi. Kegiatan pelayanan medik reproduksi ini tidak dilakukan selama

penulis melakukan praktik karena tidak ada permintaan dari masyarakat.

3.4.4 Prosedur Pelaporan Penyakit

Tindakan yang diambil jika terjadi wabah penyakit hewan menular, atas

dasar laporan dari masyarakat ke Puskeswan maka petugas Puskeswan akan

melaporkan ke Dinas Peternakan Kabupaten Bangli untuk diambil tindakan

pengendalian atau pemberantasan. Berdasarkan Peraturan Mentri Pertanian

Nomor : 64/Permentan/OT.140/9/2007 Kepala Puskeswan berdasarkan laporan

kejadian wabah atau penyakit hewan menular selanjutnya dalam waktu

1×24 jam segera menyampaikan laporan kepada Kepala Dinas Kabupaten

dengan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Provinsi dan Direktoral

Jendral Peternakan.

3.4.5 Kasus Kejadian Penyakit

Kejadian kasus penyakit yang sering terjadi di wilayah kerja Puskeswan

Kecamatan Bangli pada 5 desa yang merupakan daerah binaan wilayah

kerjanya dari tahun 2010-2012 adalah penyakit Hog Cholera, Colibacilosis,

Septicemia Epizootica (SE), Newcastle Disease, dan Helmintiasis (Tabel 11)

70

Page 84: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

lxxxiv

Tabel 11. Kasus penyakit tahun 2010-2012 di wilayah kerja Puskeswan Sidembunut

No Jenis Penyakit Jumlah kasus

1 Hog cholera 27 2 Colibacilosis 357 3 Septicemia Epizootica 588 4 Newcastle Disease 15 5 Helminthiasis 82 Total 1.069

Berdasarkan tingkat kejadian kasus penyakit yang ada pada wilayah

kerja Puskeswan Sidembunut, ada beberapa penyakit yang endemis dengan

tingkat kejadian kasusnya tinggi seperti Septicemia Epizootica pada sapi dan

babi dan Colibacilosis pada ternak babi dan berbagai penyakit lainya sehingga

diperlukan penanganan yang serius. Dengan adanya program tahunan yang

dijalankan di Puskeswan yaitu melakukan vaksinasi secara rutin diharapkan

dapat mengurangi tingkat kejadian kasus penyakit.

Sumber : Puskeswan Sidembunut Kec. Bangli 2014

71

Page 85: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

lxxxv

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapang (PKL) yang dilaksanakan pada

peternakan ayam pullet, babi, sapi potong dan di Puskeswan dapat disimpulkan

bahwa :

1. Secara umum manajemen pemeliharaan ternak ayam pullet di peternakan

mitra Bapak Wayan Budi sudah baik. Hal ini dapat dibuktikan dari kejadian

kasus penyakit yang menyerang peternakan ini tidak ada. Hal ini

disebabkan pada peternakan ini kegiatan vaksinasinya dilakukan secara

teratur selama periode pemeliharaan berlangsung.

2. Pada peternakan babi secara umum manajemen pemeliharaan yang

dilakukan sudah baik hal ini dapat dibuktikan dengan kasus kejadian

wabah penyakit yang menyerang peternakan ini tidak ada sehingga kasus

mortalitas yang disebabkan oleh penyakit tidak terjadi.

3. Pada peternakan sapi potong manajemen kesehatan, pemeliharaan, dan

pemberian pakan secara umum sudah diterapkan dengan baik hal ini

dibuktikan dengan, pada peternakan ini belum pernah terjadi wabah

penyakit yang endemis.

4. Secara umum pelayanan kesehatan hewan di wilayah kerja puskeswan

Sidembunut sudah cukup baik namun sebaiknya dioptimalkan lagi

terutama pencegahan penyakit Septicemia Epizootica pada sapi dan babi

72

Page 86: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

lxxxvi

dan Colibacilosis pada ternak babi karena kasus kejadian penyakitnya

masih tinggi.

4.2 Saran

Setelah melaksanakan praktek kerja lapang penulis ingin menyampaikan

saran kepada peternak

1. Untuk peternakan ayam pulet ada beberapa hal yang masih dapat

dioptimalkan lagi seperti jumlah populasi pemeliharaan ternak ayam

sebaiknya disesuaikan dengan ukuran kandang agar ayam yang dipelihara

tidak melebihi kapasitas pemeliharaan yang seharusnya. Selain itu jumlah

pemberian pakan pada ayam fase starter dan grower sebaiknya disesuaikan

dengan standar kebutuhan normalnya.

2. Untuk peternakan babi beberapa hal yang masih dapat dioptimalkan lagi

adalah mengatur jarak waktu yang tepat antara inseminasi pertama dan

kedua pada ternak babi.

3. Untuk peternakan sapi potong sebaiknya limbah berupa feses yang

dihasilkan oleh ternak sapi perlu diolah dengan baik seperti pembuatan

pupuk sehingga memperoleh keuntungan tambahan.

4. Untuk Puskeswan penulis ingin menyarankan, agar lebih dioptimalkan

lagi pelayanannya mengenai pencegahan beberapa penyakit yang

kejadian kasusnya masih endemis.

73

Page 87: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

lxxxvii

DAFTAR PUSTAKA

Ardana, I. B. (2008). Ternak Babi Manajemen Produksi, Reproduksi dan Penyakit. Udayana University Press : Denpasar Fadilah, R. (2013). Memaksimalkan Produksi Ayam Ras Petelur. Agromedia Pustaka : Jakarta

Feradis. (2010). Bioteknologi Reproduksi Pada Ternak. Alfabeta : Bandung

Fikar, S. dan Dadi Ruhyani (2010). Beternak dan Bisnis Sapi Potong. PT Agromedia Pustaka : Jakarta

Khairiyah. (2011). Zoonosis Dan Upaya Pencegahanya. Jurnal Litbang Pertanian, 30 (3), Sumatera Utara Krista, B. (2013). Jago Bisnis dan Beternak Ayam Kampung. AgroMedia Pustaka

: Bekasi

Luthan, F. (2011). Pedoman Penataan Usaha Budidaya Babi Ramah Lingkungan Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan

Mangisah, I.(2003). Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. http://eprints.undip.ac.id/21740/1/633-ki-fp-03. Pdf. Diakses 25 juli 2014

Muktiani. (2011). Sapi Potong. Pustaka Baru Press : Yogyakarta

Nastiti, R. (2013). Menjadi Milyader Budidaya Ayam Broiler. Pustaka Baru Pres : Yogyakarta

Nurcholis. (2009). Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Ras Petelur Periode Layer

Di Populer Farm Desa Kuncen. Mediagro VOL. 5 NO 2, 1-12

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 64/Permentan/OT.140/9/2007 Tentang Pedoman Pelayanan Pusat Kesehatan Hewan Prasetya, H. (2012). Beternak Babi. Pustaka Baru Press : Yogyakarta

Rukmana. (2009). Beternak Ayam Petelur Secara Intensif. Titian Ilmu : Bandung Sarosa, A. (2005). Penyakit Rabies di Indonesia dan Pengembangan Teknik

Diagnosisnya. Wartazoa Vol. 15 No 4 , 165-172

74

Page 88: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI

lxxxviii

Setyono, D. J. (2013). Sukses Meningkatkan Produksi Ayam Petelur. Penebar Swadaya : Bogor

Subronto. (2008). Ilmu penyakit ternak. Mamalia. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta Sudaryani, T. (1994). Teknik Vaksinasi dan Pengendalian Penyakit Ayam. Penebar Swadaya : Tangerang Sugeng, Y. B. (1992). Sapi Potong. PT. Penebar Swadaya : Jakarta

Sihombing. (1991). Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta

Syaifullah, H. (2013). Beternak Sapi Potong. Infra Pustaka : Tangerang Selatan Tabbu, C. R. (2000). Penyakit Ayam dan Penanggulanganya Penyakit Bakterial,

Mikal, dan Viral. Kanisius : Yogyakarta Tamalluddin, F. (2013). Bisnis Pembesaran Pullet. Penebar Swadaya: Tasikmalaya Wheindrata. (2013). Cara Mudah Untung Besar Dari Beternak Babi.

Lily : Surakarta

Yulianto, P. dan Cahyo Saparinto (2010). Pembesaran Sapi Potong Secara Intensif. Penebar Swadaya : Semarang

75