laporan praktek instrumentasi pengelolaan lingkungan unri

Download Laporan praktek Instrumentasi Pengelolaan Lingkungan UNRI

If you can't read please download the document

Upload: chairunnisarachmani

Post on 26-Dec-2015

60 views

Category:

Documents


27 download

TRANSCRIPT

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang mempunyai kekayaan sumber daya perikanan laut yang sangat besar, baik secara kuantitas maupun keragaman. Sektor perikanan dapat menjadi pembangunan nasional Indonesia, karena secara fisik laut merupakan faktor dominan dengan potensi ekonomi yang sangat besar baik ditinjau dari kuantitas maupun diversitas. Tiga per empat wilayah Indonesia berupa laut dengan luas 5,8 juta km2, memiliki lebih dari 17.508 pulau, memiliki garis pantai sekitar 80.791 km, sehingga merupakan pantai tropis terpanjang kedua di dunia.

Indonesia memiliki laut yang kaya dan lingkungan yang potensial, sumber daya di sektor perikanan merupakan sumber daya hayati yang dapat diperbaharui sehingga bertahan dalam waktu panjang asal diikuti dengan pengelolaan yang baik. Oleh karena itu, perikanan Indonesia memiliki potensi sangat besar. Sektor perikanan bermanfaat bagi kelangsungan hidup seluruh warga Negara Indonesia dan menjadi sumber pendapatan perekonomian Negara.

Ikan merupakan sumber bahan pangan yang bermutu tinggi, terutama karena ikan banyak mengandung protein yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Namun demikian ikan merupakan bahan pangan yang mudah rusak (highly perishable food). Untuk menanggulanginya hal tersebut diperlukan suatu cara pengawetan dan pengolahan yang dapat mempertahankan daya awet ikan tanpa mengurangi nilai gizinya. Selain untuk meningkatkan daya simpannya, pengawetan dan pengolahan juga bertujuan untuk meningkatkan nilai ekonomi ikan.

Pembekuan merupakan salah satu cara untuk mengantisipasi kerusakan ikan, sehingga memiliki umur simpan yang lebih lama. Teknologi ini cukup sederhana dan tidak menyita waktu serta dapat menghambat pertumbuhan bakteri, kapang maupun kamir pada produk pangan, yang mempercepat proses kebusukan. Dengan pembekuan, makanan akan lebih awet karena aktivitas mikroba terhenti dan aktivitas enzim juga terhambat. Dibandingkan dengan pengalengan, teknologi pembekuan lebih dapat mempertahankan kandungan nutrisi pada bahan pangan apabila dilakukan dengan benar.

Teknologi pembekuan cepat dengan menggunakan nitrogen cair, merupakan salah satu metode pembekuan yang memerlukan waktu relatif singkat. Dengan titik didihnya yang mencapai suhu -195,8C, nitrogen cair mempunyai kemampuan membekukan bahan organik relative lebih efektif dibandingkan dengan pendingin berbahan amoniak maupun freon. Pembekuan dengan metode ini akan menghasilkan kristal es kecil yang menyebar merata pada bahan pangan.

Pembekuan cepat dengan nitrogen cair ada 2 metode, yaitu kontak langsung dan kontak tidak langsung. Pembekuan dengan nitrogen kontak langsung meliputi pencelupan dan penyemprotan. Pencelupan langsung suatu partikel bahan pangan dalam suatu zat pendingin cair merupakan metode pembekuan bahan pangan yang paling cepat.

Ikan tuna merupakan salah satu komoditi unggulan perikanan nasional yang mendominasi ekspor hasil perikanan setelah udang. Komoditi ini masih memiliki prospek cerah dalam perdagangan internasional. Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor diantaranya permintaan ikan tuna yang selalu ada sepanjang tahun dan cenderung meningkat. Kedua, Indonesia merupakan Negara yang berpotensi besar sebagai penghasil komoditi ikan tuna. Ketiga, Indonesia memiliki jenis ikan tuna dengan berbagai species yang bernilai jual tinggi seperti albakora, big eye, southern bluefin, skipjack, tongkol, yellowfin dan lain lain.

Salah satu usaha yang dilakukan dalam pemanfaatan potensi perikanan laut adalah pengolahan ikan tuna untuk ekspor. Perusahaan pengolahan ikan tuna ekspor memiliki peran dalam meningkatkan nilai tambah komoditi ikan tuna. Ikan tuna merupakan salah satu primadona komoditas ekspor produk perikanan Indonesia. Negara tujuan ekspor ikan tuna terutama adalah Jepang. Di Jepang, ikan tuna umumnya dikonsumsi dalam bentuk mentah, maka diperlukan daging ikan dengan mutu yang sangat tinggi, baik dari segi kimiawi, mikrobiologis maupun organoleptis.

PT. Dempo Andalas Samudera Bungus, Kota Padang Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam penanganan ikan tuna dalam bentuk steak beku yang mana bahan baku ikan tuna di peroleh dari hasil tangkapan di Samudera Hindia. Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan praktek magang agar dapat mengetahui proses-proses penanganan steak beku ikan tuna serta dapat mengetahui prospek pengembangan dan juga permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan tersebut serta pemecahannya.

1.2 Tujuan Praktikum

Praktikum lapangan ini bertujuan untuk mengetahui secara langsung proses penanganan steak beku ikan tuna yang dilakukan oleh PT. Dempo Andalas Samudera Bungus, Kota Padang Provinsi Sumatera Barat dan untuk mengetahui gambaran secara konkrit mengenai kegiatan operasional PT. Dempo Andalas Samudera Bungus, Kota Padang Provinsi Sumatera Barat serta mengetahui bentuk pengolahan limbah yang akan dilakukan oleh PT Dempo ini.

1.3 Manfaat Praktikum

Manfaat praktikum lapangan bagi mahasiswa ini diharapkan sebagai berikut :

Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana kegiatan penanganan hasil perikanan berupa steak beku. Mahasiswa dapat membandingkan teori yang didapatkan dari perguruan tinggi dengan praktek yang terjadi di lapangan. Melatih mahasiswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam penanganan perikanan. Mahasiswa mengetahui bagaimana bentuk pengolahan limbah perikanan ini agar tidak mencemari perairan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Industri dan Lingkungan Hidup

Perkembangan teknologi dan industri yang pesat dewasa ini ternyata membawa dampak bagi kehidupan manusia, baik dampak yang bersifat positif maupun dampak yang bersifat negatif. Dampak positif memang diharapkan olehmanusia untuk meningkatkan kualitas dan kenyamana hidup manusia, namundampak yang bersifat negatif memang tidak diharapkan karena dapat menurunkan kualitas dan kenyamanan hidup manusia. Semua orang yang ingin memperoleh kenyamanan dan kualitas harus terlibat dalam usaha mengatasi dampak yang bersifat negatif, baik dari kalangan ilmuwan, indutriawan, pemerintah maupun masyarakat biasa (Nunung, 2009)

Dalam usaha untuk meningkatkan kualitas hidup , manusia berupaya dengan segala daya untuk dapat mengolah dan memanfaatkan kekayaan alam yang ada demi tercapainya kualitas hidup yang diinginkan. Dalam pemanfaatan sumber daya alam harus memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkugan. Daya dukung alam diartikan sebagai kemampuan alam untuk mendukung kehidupan manusia. Berkurangnya daya dukung alam akan menyebabkan kemampuan alam untuk mendukung kehidupan manusia menjadi berkurang (Nunung, 2009)

Industrialisasi telah menyebabkan banyak perubahan dalam masyarakat, yang sebelumnya didominasi masyarakat pertanian menjadi masyarakat industri. Kegiatan industri telah mendorong pertumbuhan ekonomi bagi sebagian masyarakat dengan meningkatnya pendapatan sehingga mendapatkan kesempatan yang lebih besar terhadap pendidikan dan peningkatan standar kehidupan yang lebih baik. Namun demikian ada harga yang perlu dibayar yaitu menurunnya kualitas lingkungan dan meningkatnya kebutuhan akan sumber daya. (Wardhana, 1995)

2.2. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan

Lingkungan (RPL)

Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Pengelolaan lingkunganmeliput upaya pencegahan, pengendalian, penanggulangan dan pemulihan kerusakan dan atau pencemaran lingkungan. Menurut Soeryo Adiwibowo (2000), prinsip - prinsip pokok pengelolaan lingkungan yaitu :

Upaya pencegahan dampak penting yang sekaligus meningkatkan efisiens usaha

dan mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan harusmerupakan prioritas utama.

Upaya pengelolaan lingkungan harus merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem manajemen organisasi keseluruhan dan harus terusmenerus diintegrasikan ke dalam proses produksi, produk maupun jasa.Upaya pengelolaan lingkungan harus merupakan tanggung jawab seluruh manajemen dan karyawan organisasi sesuai tugas dan fungsi masing-masing Upaya pengelolaan ligkungan harus membuka ruang yang cukup bagi masyarakat sekitar untuk terlibat dalam pengelolaan lingkungan. Pengelolaan lingkungan dengan melibatkan masyarakat harus berorientasi pada pengelolaan lingkungan sekaligus kebutuhan masyarakat serta dalam merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi programyang akan dilaksanakan bersama-sama dengan masyarakat.

Sedangkan Pemantauan lingkungan merupakan upaya sistematis dan terencana untuk memperoleh data kondisi lingkungan hidup secara periodik diruang tertentu berikut perubahannya menurut waktu. Dokumen ini memuat rencana pemantauan terhadap berbagai komponen lingkungan hidup yang sumber dampaknya telah dikelola. Menurut Soeryo Adiwibowo (2000), pemantauan lingkungan harus didesain sedemikian rupa agar memberikan masukan atau informasi periodik mengenai hal-hal berikut:

Efektivitas upaya pencegahan dampak penting negatifPerubahan efeisiensi usahaAntisipasi sejak dini resiko lingkungan yang akan timbulEfektivitas sistem manajemen yang dibangunMutu lingkungan

2.3. Pengolahan Limbah Industri Ikan

Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi di antaranya mengandung mineral, vitamin, dan lemak tak jenuh. Protein dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan dan pengganti sel-sel tubuh kita yang telah rusak. Selain air, protein merupakan bagian utama dari susunan (komposisi) tubuh kita. Protein dalam ikan berguna untuk mempercepat pertumbuhan badan (baik tinggi maupun berat), meningkatkan daya tahan tubuh, mencerdaskan otak/mempertajam pikiran dan meningkatkan generasi/keturunan yang baik. Ikan memiliki kadar protein yang sangat tinggi yaitu sekitar 20 %. Di samping itu protein yang terkandung dalam ikan mempunyai mutu yang baik, sebab sedikit mengandung kolesterol dan sedikit lemak (Fendi, 2011).

Untuk memudahkan kita mendapatkan zat gizi yang ada pada ikan maka diperlukan industri yang mampu melakukan pengolahan ikan. Pengolahan ikan ini dilakukan untuk memperbaiki cita rasa dan meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimumkan manfaat hasil tangkapan maupun hasil budidaya. Industri pengolahan ikan telah banyak tersebar khususnya di Indonesia yang merupakan negeri bahari. Berbagai jenis produk telah dihasilkan dengan berbagai merek. Dalam industri pengolahan ikan, ada bagian pada ikan yang tidak diolah menjadi produk namun menjadi limbah yang biasanya diabakan oleh suatu industri. Pembuangan limbah olahan ikan ini akan memberikan dampak yang berbahaya jika tidak ditangani dengan baik. (Nunung, 2009)

Dalam era teknologi yang canggih sekarang ini, limbah bisa menjadi produk yang berguna. Limbah olahan ikan pun sebenarnya bisa jadi komuniti yang bisa dimanfaatkan. Beberapa industri pengolahan ikan sebenarnya sudah mulai melakukan inovasi pengolahan limbah ikan menjadi produk yang bernilai ekonomis. Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut tentang pengolahan ikan sampai pada pemanfaatan limbah ikan menjadi produk yang berguna (Fandeli, 2000)

2.3.1 Limbah Ikan

Limbah pada dasarnya adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber aktifitas manusia, maupun proses alam dan tidak atau belum mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi negatif karena penanganan untuk membuang atau membersihkan memerlukan biaya yang cukup besar disamping dapat mencemari lingkungan. Limbah merupakan masalah di dalam usaha suatu industri termasuk industri perikanan yang menghasilkan limbah pada proses penangkapan ikan, penanganan, pengangkutan, distribusi dan pemasaran. Limbah perikanan dapat dapat berupa ikan yang terbuang, tercecer, dan sisa olahan yang menghasilkan cairan dan pemotongan, pencucian dan pengolahan produk (Jenie dan Rahayu, 1990).

Dampak limbah industri pengolahan ikan terhadap kesehatan lingkungan dapat dirasakan dengan bau limbah ikan yang menyengat sehingga mencemari udara, dapat dihinggapi lalat yang dapat menimbulkan penyakit dan berbagai dampak negatif lainnya. Industri pengolahan ikan harus memiliki metode dalam pengolahan limbah olahan ikan sehingga limbah olahan ikan tidak hanya dibuang begitu saja ditempat pembuang sampah. Bila industri pengolahan limbah tidak memperhatikan hal ini maka dapat menjadi tempat industri mereka bisa menjadi tempat pertumbuhan bakteri dan virus yang dapat menyebabkan penyakit (Fandeli, 2000)

2.3.2. Pengolahan Limbah Ikan Efisien dan Efektifnya

Efisien maksudnya adalah cara memanfaatkan sumber daya atau dampak negatif se minimal mungkin. Pada Proses produksi Ikan asin pada dasarnya terdiri dari dua tahap, yaitu penggaraman dan pengeringan. Perbedaan-perbedaan yang terjadi pada umumnya hanya pada jumlah garam yang digunakan, lama penggaraman dan pengeringan. Skema proses produksi ikan asin disajikan Bahan Baku ,Sortasi, Penyiangan, Penggaraman (Rahardjo, 1999).

Sedangkan Efektif dalam pengolahan limbah ikan adalah hasil akhir dari minimalisir dampak negatif pengeringan,pengepakan,penyimpanan. Pada proses pengolahan limbah ikan tuna yang tidak terpakai maka dapat dilakukan silase. Silase ikan adalah merupakan produk cair dari ikan atau sisa-sisa ikan yang diawetkan dalam suasana asam. Silase ikan dapat diolah secara kimiawi maupun biologis. Pengolahan secara kimiawi dengan cara menambahkan asam-asam mineral atau asam organik, atau campuran keduanya. Pengolahan secara biologis adalah dengan mempergunakan kemampuan bakteri asam laktat yang terdapat pada ikan serta dengan penambahan sumber karbohidrat yang dapat menyebabkan jalannya fermentasi. Silase ikan memiliki nilai gizi yang tinggi, memberikan rasa dan aroma yang khas, mempunyai daya cerna tinggi serta kandungan asam amino yang tersedia menjadi lebih baik. Keunggulan lain pengolahannya tidak menimbulkan pencemaran lingkungan (Rahardjo, 1999).

III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 6 November 2014 yaitu pengambilan data di PT. Dempo Andalas Samudra yang bertempat pada Pelabuhan Perikanan Samudra Bungus Provinsi Sumatra Barat.

3.2 Alat

Alat yang digunakan dalam pengambilan data adalah peralatan safety dari PT. Dempo Andalas Samudra, alat tulis dan kuestioner untuk wawancara dengan instansi yang terkait.

3.3 Metode Praktek

Metode yang digunakan pada praktikum ini ialah metode survei, dengan turun langsung ke lapangan dan mewawancarai narasumber dari PT. Dempo Andalas Samudra. Data yang didapat, lalu dicatat dan dideskripsikan.

3.4 Prosedur Praktek

Melakukan administrasi perizinan dengan PT. Dempo Andalas SamudraMengikuti prosedur keamanan untuk masuk ke PT. Dempo Andalas SamudraMewawancarai narasumber yang berasal dari PT. Dempo Andalas SamudraMelihat proses kerja PT. Dempo Andalas Samudra khususnya pada pengolahan limbah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Perusahaan PT. Dempo Andalas Samudera merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan Ikan Tuna yang berlokasi di Jl. Raya Padang-Painan, Km 16 Kota Padang. Perusahaan salah satu perusahaan keluarga Toni Kusjaya Group yang memilki banyak perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan perikanan yang bertaraf Internasional Export. Perusahaan ini belum melakukan pengembangan usaha yang bertujuan untuk peningkatan kapasitas produksi di karenakan pasokan ikan tongkol yang merupakan komoditi ekspor perusahaan tersebut belum mencapai hasil maksimal. Banyak faktor yang mempengaruhi belum adanya rencana peningkatan produksi terutama keadaan musim tangkap ikan dan mitra usaha yang bergerak di bidang penangkapan ikan tongkol,tuna dan cakalang, saat ini hanya ada satu perusahaan yang menjadi mitra kerja perusahaan pengolahan ikan yaitu perusahaan tangkap dari jakarta dan belum ada perusahaan mitra dari daerah yang ingin menginvestasikan modal dalam pengembangan bahan baku produksi ikan tongkol.

Menurut kepala humas PT. Dempo itu sendiri mengatakan bahwa tidak ada pengembangan lahan maupun produksi untuk jangka lima tahun yang akan datang. Produktivitas perusahaan dalam melakukan produksi itu tidak bisa diambil patokan karena perusahaan masih tergantung pada hasil tangkapan dari nelayan perusahaan mitra kerja. Pada saat musim perkembangan ikan tongkol maka hasil produksi juga meningkat sesuai dengan hasil tangkapan dari nelayan dan sebaliknya saat bukan musim perkembangan ikan tuna maka produktivitas produksi juga berkurang. Dari penjabaran humas PT. Dempo tersebut memproduksi per bulan sekitar 40 ton Ikan olahan Tuna.

Kapasitas produksi perusahaan ini sebenarnya melebihi dari bahan baku yang didapat karena maksimal produksi perusahahaan ini sektar 100 ton perbulan, namun kembali ke masalah awal bahwa hasil bahan baku yang masih menjadi masalah utamanya. Untuk kebutuhan energi sendiri perusahaan tersebut menggunakan listrik dari Pelabuhan perikanan samudra Bungus yang jumlahnya 60-80 juta rupiah per bulan yang harus di bayar ke pps bungus dan untuk kebutuhan air PT. Dempo juga menggunakan air bersih dari Pelabuhan Perikanan Bungus untuk melakukan proses produksi sampai melakukan ekspor ke mancanegara dengan kapasitas air yang di buthkan sekitar 400 m3 air dari pihak pelabuhan. Untuk luas lahan PT. Dempo mengontrak lahan dari pihak PPS bungus selama 20 tahun namun harus membayar royalti per tahun yang dihitung dari produktivitas produksi, saat ini lahan yang di gunakan PT. Dempo sekitar 6000 m2 dan harus membayar uang 5 juta rupiah ke pihak PPS Bungus sebagai uang sewa dari lahan tersebut sehingga berdasarkan penuturan humasnya bahwa perusaan ini harus membayar uang sewa dan uang royalti produksi per tahun. Untuk kapal yang di gunakan dalam penangkapan ikan tuna yaitu berukuran 30-80 gt yang biasanya berlayar hingga 3 bulan di lautan sesuai dengan daerah operasi pengankapan di sekitar pantai Barat Sumatera, alasan Pantai Barat Sumatera dijadikan daerah pengkapan karena kawasan ini masih belum ada industri yang berada di sekitar pantai barat sehingga kualaitas daging ikan tuna berda dalam golongan kulitas ekspor menurut badan pemeriksa ekspor. Kapasitas unit pengolahan produksi ikan tuna sekitar 20 ton per hari sedangkan bahan baku yang ada hanya 3 ton per hari sehingga bahan baku ikan tuna masih banyak yang harus diperlukan PT. Dempo untuk melakukan produksi secara maksimal.

Dalam produksi PT. Dempo, ikan terlebih dahulu dilakukan pemiletan berdasarkan ukuran yang telah ditentukan dan dilakukan pembekukan berdarkan ketentuan ABF(standar mutu dagung ikan) yaitu -30 OC selama 3 hari. Kualitas daging ikan harus dalam keadaan berwarna merah dan cepat mati karena pihak yang menerima ekspor tidak mau menerima hasil ekspor tersebut tidak memenuhi standar kualitas ekspor internasional, sisa hasil pengolahan tersebut berupa daging yang sisa filet dilakukan pengolahan menjadi nugget, sosis, bakso ikan tuna, dan lain-lain yang memiliki harga pasar yang sangat besar terutama di daerah Pekanbaru dan hampir 75% produk sisa olahanya dijual di daerah Pekanbaru.

Sisa dari produksi pengolahan ikan tersebut berupa bagian isi perut, tulang dan kepala ikan. Semua dari limbah ini diolah menjadi bahan yang berguna terutama bagian isi perut ikan dijadikan pupuk organik yang diproduksi oleh mitra perusahaan yang bergerak dipembuatan pupuk organik, untuk limbah tulang juga dilakukan pengolahan berupa dijadikan tepung ikan untuk pelet dalam budidaya ikan sehingga tulang yang dijadikan tepung ikan banyak di jual ke daerah Riau terutama daerah sentra budidaya Waduk Koto Panjang. Bagian kepala ikan yang tidak diolah dijual ke Pekanbaru terutama pada rumah makan yang menjual makanan khusus kepala ikan, berdasarkan penuturan humas PT. Dempo menyatakan olahan kepala ikan tersebut menjadi makanan yang banyak digemari oleh kalangan masyarakat dan harganya lumayan mahal.

Limbah air sisa pembuangan dari proses produksi telah melewati standar baku yang ditetapkan terutama limbah oranganik COD, BOD yang sudah diteliti oleh konsultan yang bergerak di bidang pengelolaan lingkungan. Pemantauan ini dilakukan selama 6 bulan secara berkala dan sampai saat ini belum ada hasil limbah yang melebihi standar baku yang telah ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan analisis dari pihak konsultan dan tolak ukur pengelolaan lingkungan dari hasil limbah produksi PT. Dempo itu sudah dilakukan berdasarkan standarisasi Kementerian Lingkungan Hidup No 12.

Sehingga dari hasil data yang didapat bahwa aktivitas produksi pengolahan ikan PT. Dempo tidak mencemari lingkungan karena limbah dari hasil produksi sudah diolah menjadi produk yang bernilai jual terutama pasar di Pekanbaru, baik dijadikan makanan dan lain-lain. Limbah air hasil pengolahan juga sudah diukur oleh pihak konsultan secara berkala selama 6 bulan dan hasilnya tingkat COD, BOD dan lain-lain tidak melewati standar baku yang telah ditetapkan oleh pemerintah. PT. Dempo sendiri telah menetapkan pengelolaan lingkungan di sekitar hasil produksi menurut standarisasi Kementerian Lingkungan Hidup No 12.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Perusahaan PT. Dempo Andalas Samudera merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan Ikan Tuna, perusahaan keluarga Toni Kusjaya ini belum melakukan pengembangan usaha yang bertujuan untuk peningkatan kapasitas produksi dikarenakan pasokan Ikan Tongkol yang merupakan komoditi ekspor perusahaan tersebut belum mencapai hasil maksimal, faktor masalah ialah musim tangkapan dan mitra usaha dibidang penangkapan. PT. Dempo memproduksi per bulan sekitar 40 ton ikan olahan Tuna. Dengan kapasitas produksi maksimal mencapai 100 ton per bulan, hal ini melebihi dari bahan baku mutu yang ada. Untuk penangkapan ikan Tuna menggunakan kapal berukuran 30-80 gt yang biasa berlayar 3 bulan, sesuai daerah penangkapan, yaitu pantai Sumatera Barat. Kapasitas unit pengolahan produksi ikan Tuna sekitar 20 ton per hari sedangkan baku mutu yang ada harus 3 ton per hari. Dalam produksi ikan dilakukan pemiletan sesuai ketentuan ABF, yaitu -30 oC selama 3 hari dan sesuai dengan standar kualitas ekspor internasional.

Sisa produksi pengolahan ikan berupa bagian isi perut yang diolah menjadi pupuk organik, tulang ikan yang dijadikan tepung untuk pelet dalam budidaya ikan, sedangkan kepala ikan tidak diolah melainkan menjualnya ke rumah makan yang menyediakan menu khusus kepala ikan sehingga tidak banyak limbah yang terbuang. Untuk limbah air sisa pembuangan dari proses produksi, terutama limbah organik COD dan BOD dilakukan pemantauan berkala 6 bulan sekali dan hasil data yang didapat bahwa aktivitas produksi pengolahan ikan PT. Dempo tidak mencemari lingkungan.

5.2. Saran

Diharapkan pada praktek ini antara praktikan dan perusahaan tempat pengambilan data dapat berkomunikasi dengan baik sehingga tidak terdapat kelalaian waktu dan kesalahan dalam pengumpulan data yang dibutuhkan. Selain itu sangat penting kerjasama antara praktikan dan pembimbing sehingga sangat diharapkan penulisan laporan ini dapat bermanfaat untuk kepentingan berbagai kalangan.

DAFTAR PUSTAKA

Adiwibowo, Suryo, 2004, Gagasan Penguatan AMDAL Sebagai Instrumen Pengelolaan Lingkungan Hidup, dipresentasikan pada pertemuan PPLH se-Jawa, Yogyakarta.

Fandeli, Chafid, 2000, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar dan Pemapanannya Dalam Pembangunan, Liberty, Yogyakarta.

Fendi. 2011. Pengolahan Limbah Ikan Efektif dan Efisien. Fendy323.blogspot.com/2011/10/pengolahan-limbah-ikan-efektif-dan.html (Diakses tanggal 24 Desember 2014, Pukul 12.18)

Nunung P. 2009. Efektivitas Pelaksanaan Amdal Dan UKL UPL dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kabupaten Kudus. UNDIP. Semarang

Prasetyo, Bambang, 2005, Metode Penelitian Kuantitatif, PT Radja Grafindo Persada, Jakarta.

Wardhana, Wisnu Arya, 1995, Dampak Pencemaran Lingkungan, Andi offset Yogyakarta.