laporan plumbing
DESCRIPTION
mepTRANSCRIPT
LAPORAN OBSERVASITentang
PERENCANAAN LIFT STUDY KASUS RS. UNIVERSITAS ANDALAS
OLEH :
Putra Ramadhana 1110922024
Iqbal Abdulrauf Z 1110922041
Fadhila Khair 1110922055
Randi Alga 1110922020
Syaifullah Hanafi 1110922095
DOSEN :
Sri Umiati,MT
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDALASPADANG
2015
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
DAFTAR GAMBAR3
BAB I. PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang...............................................................................41.2 Objek Observasi.............................................................................41.3 Tujuan dan Manfaat Observasi......................................................4
BAB II. LANDASAN TEORI.............................................................................52.1 Pengertian Lift................................................................................52.2 Sejarah Lift.....................................................................................52.3 Jenis-Jenis Lift...............................................................................6
2.3.1 Berdasarkan Sistem Penggeraknya.......................................62.3.2 Jenis-Jenis Lift Berdasarkan Fungsi Penggunaanya............6
2.4 Komponen-Komponen Lift............................................................92.4.1 Komponen di ruang Mesin (Machine Room).......................92.4.2 Komponen di ruang luncur (Hoistway)...............................102.4.3 Komponen di Car/ Kereta...................................................122.4.4 Komponen di luar ruang luncur atau di Hall.........................6
2.5 Persyaratan Lift............................................................................142.5.1 Persyarataan Umum............................................................142.5.2 Persyaratan Struktural.........................................................142.5.3 Persyaratan Teknis..............................................................14
BAB III PEMBAHASAN...................................................................................163.1 Organisasi Perusahaan/ Instansi...................................................16
3.1.1 Persyaratan Teknis..............................................................163.1.2 Struktur Organisasi Kontraktor...........................................203.1.2 Sistem Pelaporan Proyek.....................................................25
3.2 Metoda Pelaksanaan.....................................................................263.2.1 Metode Pelaksanaan Untuk Pemasangan Lift ....................263.2.2 Tahap Pekerjaan Pemasangan Lift......................................273.2.3 Metode Pekerjaan Pengangkatan Mesin & Panel...............293.2.4 Pre – Commissioning Test..................................................303.2.5 Commissioning Test............................................................30
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................324.1 Kesimpulan..................................................................................324.2 Saran.............................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA
2
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Lift Hydraulic System................................................................................6Gambar 2.2 Syarat Khusus Lift Penumpang.................................................................7Gambar 3.1 Struktur Organisasi Proyek.....................................................................17Gambar 3.2 Struktur Organisasi Kontraktor................................................................21
3
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peng. Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing merupakan salah satu mata
kuliah wajib yang harus diambil oleh mahasiswa untuk mendapatkan gelar
Sarjana Teknik.
Kegiatan Pembangunan Rumah Sakit Univesrsitas Andalas ini
berlokasi di Kecamatan Pauh, Kota Padang. Proyek Pembangunan Rumah
Sakit Universitas Andalas bisa dijadikan tempat observasi karena memiliki
lift, sebagai studi kasus yang diberikan kepada kelompok kami.
1.2 Objek Observasi
Pengamatan yang dilakukan difokuskan pada jenis-jenis lift yang
digunakan pada bangunan, penempatan lift pada bangunan, dan bagian-
bagian lift.
1.3 Tujuan dan Manfaat Observasi
Observasi bertujuan memberikan pengalaman visual dan pengenalan
tentang segala sesuatu yang menyangkut kegiatan pembangunan fisik
dengan segala aspek lift.
Sehingga mahasiswa mempunyai pengetahuan dan pemahaman atas
pamasangan dan penggunaan lift pada bangunan. Selain itu observasi
membina kemampuan dan keterampilan mahasiswa secara optimal dalam
aspek pembahasan, kesimpulan dan saran serta kemampuan untuk
menyampaikan dalam bentuk tulisan.
4
BAB II. LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Lift
Lift adalah angkutan transportasi vertikal yang digunakan untuk
mengangkut orang atau barang. Lift umumnya digunakan di gedung-gedung
bertingkat tinggi dan biasanya lebih dari tiga atau empat lantai. Gedung-
gedung yang lebih rendah biasanya hanya mempunyai tangga atau eskalator.
Lift-lift pada zaman modern mempunyai tombol-tombol yang dapat dipilih
penumpangnya sesuai lantai tujuan mereka, Terdapat tiga jenis mesin, yaitu
Hidraulic, Traction atau katrol tetap, dan Hoist atau katrol ganda, Jenis hoist
dapat dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu hoist dorong dan hoist tarik.
2.2 Sejarah Lift
Lift awalnya adalah derek yang terbuat dari tali. Pada tahun 1853,
Elisha Graves Otis, salah seorang pionir dalam bidang lift, memperkenalkan
lift yang menghindarkan jatuhnya ruang lift jika kabelnya putus.
Rancangannya mirip dengan suatu jenis mekanisme keamanan yang masih
digunakan hingga kini.
23 Maret 1857 - Lift Otis pertama dipasang di New York City.
1880 - Lift listrik pertama, dibuat oleh Werner von Siemens.
2004 - Pemasangan lift penumpang tercepat di dunia, di gedung Taipei
101 di Taipei, Taiwan. Kecepatannya adalah 1.010 meter per menit atau
60,6 km per jam saat naik, dan 600 meter per menit atau 36 km per jam
saat turun. Dibuat oleh Toshiba, dimulai dari Lt. 5 s/d Lt. 89.
2.3 Jenis-Jenis Lift
2.3.1 Berdasarkan Sistem Penggeraknya
Lift memiliki cara kerja sistem yang berbeda-beda, jadi dari cara
kerja sistem tersebut lift dibagi menjadi :
1. Traction System
5
Cara kerja sistim ini dengan menarik ke atas sebuah kabin
(car) dengan penggantung kabel baja, rel, dan beban pengimbang
(counter weight) oleh motor listrik.
2. Hydraulic System
Cara kerja sistem ini adalah dengan mempompakan minyak
dari reservoir ke plunger sehingga bergerak ke atas mendorong
kabin (car) dan turun karena gaya gravitas bumi.
Gambar 2.1 Lift Hydraulic System
2.3.2 Jenis-Jenis Lift Berdasarkan Fungsi Penggunaanya
Lift memiliki fungsi yang bermacam-macam, oleh karena itu
menyebabkan lift terbagi dalam berbagai jenis :
1. Lift Penumpang / Passenger Elevator
Passenger Elevator adalah elevator yang berfungsi khusus
untuk mengangkut manusia saja, elevator ini sangat dijaga
kehandalan sistem keamanannya. Hal ini karena menyangkut
keselamatan manusia penumpang lift tersebut.
6
Hampir semua orang mengetahui fungsi dari lift ini.
Passenger elevator mempunyai skope yang luas, mulai dari rumah
tinggal, ruko, gedung rendah, medium, bahkan high rise. Jenis ini
merupakan lift yang paling banyak digunakan.
Untuk gedung high rise atau bahkan skyscraper, maka
digunakan high speed elevator, bahkan ultra high speer elevator.
Berapa cepat kah ultra high speed elevator itu, dapat dilihat di
tulisan mengenai elevator tercepat.
Gambar 2.2 Syarat Khusus Lift Penumpang
2. Lift Barang
Lift barang berfungsi hanya untuk mengangkut barang, lift
jenis ini biasanya mempunyai kapasitas yang lebih besar serta
bukaan pintu / door opening yang lebih besar. Pintu yang
digunakan berbeda dengan lift passenger atau lift-lift lainya. Lift
barang biasanya menggunakan pintu harmonika dan dibuka
secara manual.
Biasa dipakai pada bangunan bengkel, industri, gudang dan
gedung parkir. Sistim penggerak biasanya memakai sistem
hydraulic.
7
Ukuran dalam lift barang berkisar antara 1,60x2,10 meter
sampai 3,10x4,20 meter, dengan kecepatan bergerak maksimum
1,50-2,0 meter/ detik.
3. Observation Elevator
Banyak kita jumpai di mall / gedung rendah. Fungsinya
sama dengan lift penumpang, hanya desainnya menggunakan
kaca, atau biasa disebut lift kapsul. Salah satu pengembangan dari
observation elevator, adalah nude elevator, dimana car dan
enterance nya didesain dengan menggunakan kaca.
4. Service lift
Service lift merupakan lift penumpang yang fungsinya
ditujukan untuk kegiatan operasional pendukung. Lift ini banyak
kita temui di gedung perkantoran, dimana lift ini dikhususkan
bagi oprasional, seperti building maintenance, cleaning service,
atau membawa barang barang yang kecil.
5. Automobile Elevator
Hampir sama dengan lift barang, automobile elevator di
desain untuk membawa mobil. Tentunya dimensi dari kabinnya di
sesuaikan dengan ukuran mobil. Untuk memudahkan oprasional,
control dari lift ini disesuaikan.
6. Lift pasien biasa disebut Lift Bed
Lift ini digunakan di rumah sakit untuk membawa tempat
tidur pasien. Karena itu ukurannya sudah disesuaikan dengan
standart rumah sakit. Mempunyai bukaan pintu side opening (so)
pada 2 (dua) sisi yaitu muka dan belakang (through door)
berfungsi untuk mengangkut patient stretcher (brandkar) sehingga
diperlukan ukuran ruang kereta sebesar l =1.500 mm d = 2.300
mm.
7. Lift fire
8
Dalam keadaan darurat/kebakaran, minimal satu diantara jajaran
lift harus dapat dipergunakan untuk evakuasi ataupun transportasi
bagi fire brigade. Lift yang berfungsi juga sebagai lift fire adalah
lift service atau disebut juga lift barang. Karena kebutuhannya
maka dinding ruang luncur, kamar mesin lift, pintu lift dan
saluran kabel power harus tahan api selama minimal 1 jam,
sedangkan pada lobby lantai dasar didekat lift fire harus dipasang
fire man switch untuk keperluan operasional petugas fire brigade.
2.4 Komponen-Komponen Lift
Pada dasarnya komponen lift ini terbagi menjadi empat bagian utama
yaitu:
1. Komponen di ruang mesin (Machine Room)
2. Komponen di ruang luncur ( Hoistway).
3. Komponen di Kereta/ Car Lift
4. Komponen di luar ruang luncur pada tiap-tiap lantai.
2.4.1 Komponen di ruang Mesin (Machine Room)
a. Control System atau Control Panel (Lemari Konttrol)
Berfungsi untuk mengatur dan mengendalikan kerja dari pada
lift tersebut. Permintaan baik dari luar maupun dari dalam kereta
dicatat dan diolah, kemudian memberikan intruksi-intruksi agar lift
bergerak, dan berhenti sesuai dengan permintaan.
b. Geared Machine atau Mesin Penggerak
Di dalam raung mesin terdapat satu mesin penggerak jenis
geared. Pada mesin ini, perputaran dari motor penggerak
ditransformasikan oleh roda gigi sehingga dari putaran motor tinggi
dapat berubah ke putaran rendah. Kecepatan maximum dari kereta
lift dengan sistem geared adalah 150mpm.
Pada mesin penggerak ini terdapat brake (rem) dimana rem ini
akan berkeerja jika motor penggerak tidak dialiri listrik.
9
c. Primary Velocity Tranducer/ Encoder
Terdapat satu alat dengan mesin lift pada mesin penggerak
gunanya untuk mendeteksi putaran motor atau kecepatan dari lift.
d. Governor
Governor adalah alat pengaman, dimana jika kecepatan lift
melebihi batas-batas yang telah ditentukan, maka governor ini akan
bekerja dan kereta akan berhenti baik oleh elektrik maupun maupun
mekanik.
e. Lalu satu komponen yang merupakan Optional yaitu ARD
(Automatic Rescue Drive)
Yang berfungsi apabila sumber listrik dari PLN mendadak
mati dan lift akan berhenti disembarang tempat setelah lebih dari 15
detik maka ARD akan bekerja untuk menjalankan lift ke lantai
terdekat. Setelah lift sampai pada lantai otomatis lift akan mati. Lift
akan normal kembali setelah listrik PLN hidup kembali.
2.4.2. Komponen di ruang luncur (Hoistway)
Ruang luncur adalah lorong atau lintasan dimana kereta tersebut
bergerak naik dan turun. Lubang ini harus merupakan lubang tertutup dan
tidak ada hubungan langsung ke ruang di luarnya kecuali untuk lubang dua
buah lift berdampingan.
a. Guide Rail atau Rel Pemandu
Profil baja khusus pemandu jalanya kereta (car) dan bobot
pengimbang (Counterweight). Ukuran rel untuk kereta/ car biasanya
lebih besar dari pada rel bandul pengimbang/ counterweight. Guide
rail ini terpasang tegak lurus dari dasar pit sampai di bawah slap
ruang mesin.
b. Limit Switch/ Saklar Batas Lintas
10
Ada dua jenis saklar batas lintas yaitu untuk membalik arah
(direction switch) dan final switch. Biasanya komponen ini terpasang
di rel kereta, dipasang dibagian bawah dan dibagian atas rel. Yang
berfungsi untuk menjaga agar kereta tidak menabrak pit atau lantai
kamar mesin.
c. Vane Plate/ Pelat Bendera
Dipasang di rel kereta yang berfungsi untuk mengatur
pemberhentian kereta pada lantai yang dikehendaki dan mengatur
pembukaan pintu pendaratan (landing door).
d. Landing Door/ Pintu Pendaratan
Terdiri dari beberapa bagian, antara lain door hanger, door sill,
dan door panel. Berfungsi untuk menutup ruang luncur dari luar.
Pada hall door ini dipasang alat pengaman secara seri sehingga
apabila salah satu pintu terbuka maka lift tidak akan bisa dijalankan.
e. Buffer
Terletak di dua tempat yaitu: satu set untuk kereta dan satu set
untuk beban pengimbang/ counterweight. Berfungsi untuk meredam
tenaga kinetik kereta dan bobot pengimbang pada saat jatuh.
f. Governor Tensioner
Merupakan pully berbandul sebagai penegang rope governor
yang terletak di pit.
2.4.3 Komponen di Car/ Kereta
a. Car/ Kereta
Car/ Kereta adalah kotak dimana penumpang naik dan dibawa
naik turun. Kereta ini dihubungkan langsung dengan bobot
pengimbang (Counterweight) dengan tali baja lewat pully penggerak
di ruang mesin,
11
b. Car Door/ Pintu Kereta
Terdiri dari beberapa bagian, antara lain: door hanger, door
sill, door panel dan door mekanisme yang mengatur buka tutup
pintu. Berfungsi untuk menutup kereta dari luar. Pada pintu kereta
(car door) ini dipasang alat pengaman secara seri dengan pintu
pendaratan/ landing door sehingga apabila pintu terbuka maka lift
tidak dapat dijalankan.
c. COP (Car Operating Panel)
Ada satu atau lebih COP. Biasanya terletak pada sisi depan
kereta (front return panel). Pada panel tersebut terdapat tombol-
tombol lantai dan tombol pengatur buka tutup pintu.
d. Interphone
Biasanya terletak pada COP (pada lokasi yang mudah dicapai)
yang berfungsi untuk mengadakan komunikasi (dalam keadaan
tertentu) antara kereta, kamar mesin (Machine Room) dan ruang
kontrol gedung.
e. Alarm Buzzer
Yang berfungsi untuk memberi tanda bila lift berbeban penuh
atau tanda-tanda lain.
f. Switcing Box
Biasanya menjadi satu dengan COP. Yang terletak dibagian
bawah COP secara tertutup (yang dapat dibuka hanya dengan kunci
khusus) didalamnya terdapat tombol-tombol pengatur.
g. Floor Indicator
Nomor penunjuk lantai dan arah jalannya kereta. Biasanya
terletak disisi atas pintu kereta (transom) atau pada COP.
h. Lampu Darurat atau Emergency Light
12
Biasanya terletak diatas atap kereta, fungsinya untuk
menerangi kereta dalam keadaan darurat (listrik mati) dengan
sumber battery.
i. Saklar Pintu Darurat (Emergency Exit Switch)
Terletak pada pintu darurat diatas kereta, fungsinya untuk
memastikan agar kereta tidak berjalan apabila pintu darurat dibuka
untuk proses penyelamatan.
j. Safety Link
Mekanisme penggerak alat pengaman (safety device) diatas
kereta yang dihubungkan dengan governor di kamar mesin.
Berfungsi untuk menahan kereta over speed ke bawah (dalam
keadaan darurat).
2.4.4. Komponen di luar ruang luncur atau di Hall
a. Tombol Lantai
Tombol pemanggil kereta di lantai/ hall.
b. Saklar Parkir
Biasanya terletak di lobby utama didekat tombol lantai (hall
button) berfungsi untuk mematikan dan menjalankan lift.
c. Saklar kebakaran/ Fireman Switch
Biasanya terletak di lobby utama disisi atas hall button,
berfungsi untuk mengaktifkan fungsi fireman control/ fireman
operation.
d. Hall indicator atau Penunjuk Lantai
Biasanya terletak di transom atau hall button pada masing-
masing lift. Berfungsi untuk mengetahui posisi masing-masing
kereta.
13
2.5 Persyaratan Lift
2.5.1 Persyarataan Umum
Lift memiliki persyaratan-persyaratan umum yang harus dipatuhi
dalam penggunaannya pada bangunan,yaitu :
1. Bangunan lebih dari tiga lantai harus dilengkapi dengan lift
sebagai alat transportasi.
2. Balok pemikul harus dari baja atau beton bertulang.
3. Rel lift harus dari bahan baja.
4. Pintu dilengkapi dengan alat otomatis untuk menghindari
kecelakaan.
5. Lift hanya dapat bergerak setelah pintu dalam keadaan
tertutup.
6. Dasar lobang lift harus mempunyai pondasi kedap air.
2.5.2 Persyaratan Struktural
Selain persyaratan umum,dalam pemasangan lift juga memiliki
persyaratan struktural sehingga keamanan terjaga.
Persyaratan struktural lift,yaitu :
1. Ruang mesin, pits, dan tabung lift merupakan kesatuan dari
konstruksi bangunan.
2. Tabung lift harus merupakan konstruksi masif dan cukup kaku
dan kuat untuk menahan rel lift.
3. Dinding dan kereta lift direncanakan untuk tidak terjadi
gesekan-gesekan yang membisingkan.
4. Tangga darurat harus tetap disediakan untuk mengantisipasi
keadaan darurat.
2.5.3 Persyaratan Teknis
Persyaratan struktural lift,yaitu :
1. Tiap unit lift harus mempunyai motor penggerak sendiri-
sendri.
14
2. Balok pemikul mesin lift harus terbuat dari baja profit atau
beton bertulang.
3. Rel harus dari baja profit.
4. Pada kereta harus ada pintu darurat yang terletak di bagian atas
kereta
5. Kecepatan lift harus konstan dan halus pada saat start maupun
berhenti.
6. Pintu lift harus dapat membuka dan menutup secara halus.
15
BAB III. PEMBAHASAN
BAB 3.3.1 Organisasi dan Personil
3.1.1 Struktur Organisasi Proyek
Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap
bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam
menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur
Organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan
antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan
fungsi dibatasi. Strukturorganisasi mendefinisikan cara tugas pekerjaan
dibagi, dikelompokkan, dandikoordinasikan secara formal. Struktur
organisasi juga dapat di definisikanadalah suatu keputusan yang diambil
oleh organisasi itu sendiri berdasakansituasi, kondisi dan kebutuhan
organisasi. Struktur suatu organisasimenggambarkan bagaimana
organisasi itu mengatur dirinya sendiri, bagaimanamengatur hubungan
antar orang dan antar kelompok.
Pada gambar dibawah diperlihatkan hubungan antar pihak-pihak
yang terlibat dalam pelaksanaan Proyek Pembangunan Gedung Rumah
Sakit Universitas Andalas.
Keterangan: Hubungan Koordinasi
Hubungan Kontrak
Gambar 3.1
Struktur
Organisasi Proyek
Dari gambar
diatas :
16
KONTRAKTOR PELAKSANA
PT. ADHI KARYA
KONSULTAN PENGAWAS
PT . YODYA KARYA
KONSULTAN PERENCANA
PT . GRIKSA CIPTAPT . ARCHITEAM DC
OWNER
UNIVERSITAS ANDALAS
1. Hubungan owner dan konsultan pengawas
Hubungan owner dengan pihak konsultan pengawas adalah
hubungan formal dan fungsional. Konsultan yang ditunjuk oleh
owner bertanggung jawab untuk mengawasi jalannya pekerjaan
yang dilaksanakan oleh kontraktor. Dalam pelaksanaan tugasnya,
konsultan pengawas bertindak sebagai wakil dari owner, untuk
menyamapaikan instruksinya kepada kontraktor, dan konsultan
pengawas diharuskan melaporkan setiap kegiatan pelaksanaan
pembangunan kepada owner.
2. Hubungan owner dan kontraktor
Hubungan owner dan kontraktor berdasarkan suatu kontrak.
Kontraktor dalam tugasnya melaksanakan proyek berdasarkan
ketentuan yang berlaku dalam dokumen kontrak. Kontraktor
memberikan layanan jasa professional berupa realisasi dari
keinginan owner yang tertuang dalam gambar rencana, peraturan.
Sedangkan owner memberikan biaya jasa profesional kontraktor.
3. Hubungan kontraktor dan konsultan pengawas
Hubungan kontraktor dan konsultan pengawas berdasarkan
peraturan pelaksanaan. Kontraktor mengadakan konsultasi untuk
meminta informasi yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan.
4. Hubungan owner dan konsultan perencana
Hubungan owner dan konsultan perencana adalah hubungan formal
dan fungsional. Hubungan formal adalah hubungan yang berkaitan
dengan aspek legalitas/hukum antara kedua belah pihak. Sedangkan
hubungan fungsional adalah hubungan yang berkaitan koordinasi
atau kerjasama dalam melakukan pekerjaan.
Berikut penjelasan secara rinci mengenai masing-masing unsur
yang terlibat pada proyek:
1. Owner(Pemilik)
Owner adalah orang atau instansi yang mempunyai ide untuk
membangun dan mewujudkan proyek menjadi kenyataan dan
17
menyediakan dana yang dibutuhkan. Owner dalam Proyek
Pembangunan Gedung Rumah Sakit Unand adalah Universitas
Andalas.
Fungsi, tugas, dan wewenang owner adalah:
a. Mengeluarkan Surat Perintah Mulai Kerja agar pekerjaan dapat
segera dilaksanakan oleh pelaksana
b. Menyediakan biaya yang diperlukan untuk melaksanakan
proyek sesuai dengan kontrak
c. Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan kepada
penyedia jasa
d. Mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan.
2. Konsultan Perencana
Adalah pihak yang ditunjuk owner untuk menuangkan ide-ide
owner untuk dijadikan sebuah gambar kerja yang sesuai dengan
keinginan owner, memenuhi syarat teknis serta sesuai dengan
keuangan owner. Konsultan perencana pada proyek ini adalah PT
Griksa Cipta , PT Architeam DC , PT Patron Arsindo.
Fungsi, tugas, dan wewenang konsultan perencana adalah:
a. Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan
owner
b. Membuat gambar kerja pelaksanaan
c. Membuat rencana kerja dan syarat-syarat pelaksanaan
bangunan sebagai pedoman pelaksanaan
d. Membuat rencana anggaran biaya bangunan
e. Memproyeksikan keinginan-keinginan atau ide-ide pemilik ke
dalam desain bangunan
f. Melakukan perubahan desain bila terjadi penyimpangan
pelaksanaan pekerjaan di lapangan yang tidak memungkinkan
desain terwujud diwujudkan
g. Mempertanggung jawabkan desain dan perhitungan struktur
jika terjadi kegagalan konstruksi.
18
3. Konsultan Pengawas
Merupakan pihak yang ditunjuk oleh owner sebagai konsultan
pengawas di lapangan adalah PT. Yodya Karya.
Fungsi, tugas, dan wewenang konsultan pengawas adalah:
a. Menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan
kontrak kerja
b. Melaksanakan pengawasan secara rutin dalam perjalanan
pelaksanaan proyek
c. Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek untuk dapat
dilihat oleh pemilik proyek
d. Konsultan pengawas memberikan saran atau pertimbangan
kepada pemilik proyek maupun kontraktor dalam proyek
pelaksanaan pekerjaan
e. Mengoreksi dan menyetujui gambar shop drawing yang
diajukan kontraktor sebagai pedoman pelaksanaan
pembangunan proyek
f. Memilih dan memberikan persetujuan mengenai tipe dan
merek yang diusulkan oleh kontraktor agar sesuai dengan
harapan pemilik proyek namun tetap berpedoman dengan
kontrak kerja konstruksi yang sudah dibuat sebelumnya.
g. Memperingatkan atau menegur pihak peleksana pekerjaan jika
terjadi penyimpangan terhadap kontrak kerja
h. Menghentikan pelaksanaan pekerjaan jika pelaksana proyek
tidak tidak memperhatikan peringatan yang diberikan
i. Memberikan tanggapan atas usul pihak pelaksana proyek
j. Konsultan pengawas berhak memeriksa gambar shop drawing
pelaksana proyek
k. Melakukan perubahan dengan menerbitkan berita acara
perubahan (site instruction)
l. Mengoreksi pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor agar
sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati sebelumnya.
19
4. Kontraktor PelaksanaAdalah pihak yang dipercaya owner untuk melaksanakan pekerjaan di lapangan
sesuai dengan gambar rencana dan spesifikasi yang dibuat oleh konsultan
perencana. Pihak yang ditunjuk sebagai kontraktor pelaksana adalah PT. Adhi
Karya.
Fungsi, tugas, dan wewenang kontraktor adalah:
a. Melakukan pemeriksaan dan penilaian dokumen untuk pelaksanaan
konstruksi fisik, baik dari segi kelengkapan maupun segi kebenarannya
b. Menyusun program kerja yang meliputi jadwal waktu pelaksanaan, jadwal
pengadaan bahan, jadwal penggunaan tenaga kerja, dan jadwal penggunaan
peralatan berat
c. Melaksanakan persiapan di lapangan sesuai dengan pedoman pelaksanaan
d. Menyusun gambar pelaksanaan (shop drawings) untuk pekerjaan-pekerjaan
yang memerlukannya
e. Melaksanakan pekerjaan konstruksi fisik di lapangan sesuai dengan dokumen
pelaksanaan
f. Melaksanakan pelaporan pelaksanaan konstruksi fisik, melalui rapat-rapat
lapangan, laporan harian, laporan mingguan, laporan bulanan, laporan
kemajuan pekerjaan, laporan persoalan yang timbul/dihadapi, dan surat-
menyurat.
3.1.2 Struktur Organisasi Kontraktor
Struktur organisasi lapangan adalah struktur organisasi untuk
memudahkan pekerjaan dan memberikan kejelasan komunikasi internal
kontraktor. Selain itu, organisasi lapangan juga bermanfaat untuk
kepentingan komunikasi atau hubungan kerja dengan owner dan konsultan.
Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana
orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis,
terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan
sumber daya, sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya.
Susunan struktur organisasi lapangan pada Proyek Pembangunan
Gedung Rumah Sakit Unand dapat dilihat pada gambar berikut:
20
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Kontraktor
Struktur organisasi kontraktor pelaksana adalah sebagai berikut :
1. Project Manager
Manajer proyek adalah orang yang ditunjuk untuk mengatur segala
ketentuan yang berkaitan dengan pelaksanaan proyek dan sebagai wakil
langsung dari direktur dalam mengatur kelancaran jalannya proyek
Pembangunan GedungRumah Sakit Unand
Tugas :
a. Sebagai wakil langsung dari direksi jika direksi berhalangan atau
tidak ada di tempat.
21
b. Memberikan perintah pada manajer lapangan dan memberikan
tanggungjawab penuh atas pelaksanaan proyek pembangunan
Rumah Sakit Unand.
c. Menangani segala permasalahan dan hambatan teknis dan non
teknis yang mungkin tidak bisa diselesaikan oleh manajer lapangan
dalam pelaksanaan proyek pembangunan Rumah Sakit Unand.
d. Berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan pihak
owner.
Tanggung jawab :
Bertanggungjawab pada direktur atas tercapainya pelaksanaan proyek
pembangunan Rumah Sakit Unand.
2. Site Manager
Manajer lapangan adalah orang yang ditunjuk untuk memimpin dan
mengawasi pelaksanaan proyek yang berlangsung.
Tugas :
a. Menyusun bersama team dalam perencanaan Time Schedule, yang
untuk selanjutnya dibicarakan dengan pihak konsultan pengawas
untuk mendapatkan persetujuan bersama.
b. Memonitor dan memastikan bahwa setiap bagian dalam struktur
organisasi proyek sudah berjalan dan terkoordinasi sesuai rencana.
c. Mengkoordinasi semua aktivitas pekerjaaan.
d. Memonitor dan memastikan bahwa koordinasi area site termasuk
perencanaan penempatan material dan alat selalu dalam keadaan
rapi, bersih, dan aman.
e. Senantiasa mengutamakan terciptanya efesiensi kerja pada setiap
aktifitas kegiatan proyek.
f. Mengawasi semua bagian pada struktur organisasi di site dalam
setiap aktifitas kegiatannya sehingga menjadi terpadu, terarah, dan
sistematis.
Tanggung jawab :
22
a. Bertanggung jawab terhadap terjadinya komunikasi baik lisan
maupun tertulis ke pihak konsultan Pengawas dalam setiap
koordinasi pekerjaan dan ke pihak Owner sesuai dengan
kepentingannya.
b. Mengevaluasi dan memberikan report secara berkala setiap
minggunya tentang pencapaian hasil progress pekerjaan terhadap
schedule pekerjaan yang sudah disepakati ke pihak konsultan
pengawas dan kantor pusat.
c. Bertanggungjawab penuh atas pelaksanaan proyek kepada manajer
proyek.
3. Logistik
Logistik adalah orang yang ditunjuk untuk menyediakan segala
keperluan material untuk kelancaran di lapangan.
Tugas dan tanggung jawab:
Bertanggung jawab atas segala keperluan material yang dibutuhkan di
lapangan selama proyek berjalan.
1. Tenaga Kerja
Tenaga kerja pada proyek ini dibagi menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu:
tenaga kerja tetap, tenaga kerja harian dan tenaga kerja borongan.
a. Tenaga Kerja Tetap
Tenaga kerja tetap adalah semua tenaga ahli yang menangani
pelaksanaan proyek secara teknis yaitu karyawan PT. Adhi Karya.
Pengangkatan dan penarikan pegawai ini merupakan wewenang
dari pihak personalia perusahaan yang bersangkutan.
Berdasakarkan cakupan pekerjaannya tenaga kerja tetap pada
proyek ini dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu tenaga kerja pada
bagian engineering dan tenaga kerja pada bagian production.
Tenaga kerja pada bagian engineering bertugas mengatur segala hal
yang berhubungan dengan manajemen proyek sedangkan bagian
23
production mengurus segala hal yang terkait dengan pelaksanaan di
lapangan.
b. Tenaga Kerja Harian
Adalah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengerjakan suatu
bagian pekerjaan tertentu, dengan gaji berdasarkan jumlah hari
kerja atau jam kerja. Tenaga kerja harian bukan merupakan
karyawan PT. Adhi Karya melainkan tenaga yang diambil oleh
mandor dan bekerja berdasarkan jangka waktu kontrak kerja
proyek. Bila proyek belum selesai tetapi tenaga kerja tidak
dibutuhkan lagi, maka pekerja dapat berhenti sebagai pekerja
proyek. Tenaga kerja harian juga dibagi berdasarkan spesifikasi
pekerjaan.
c. Tenaga Kerja Borongan
Tenaga kerja borongan adalah tenaga kerja yang dikoordinir oleh
mandor sebagai pemimpin kelompok. Tenaga kerja terdiri dari
beberapa orang yang tidak dihitung jumlahnya. Pembayaran gaji
dihitung berdasarkan volume pekerjaan yang diselesaikan dan
dibayar secara mingguan melalui mandor masing-masing. Tenaga
kerja borongan ini antara lain adalah tenaga mechanical,
electricalplumbingdan arsitektur (pemasangan cladding ACP,
partisi gypsum, kusen dan jendela aluminium serta pemasangan
plafond).
Ketentuan waktu kerja pada PT. Adhi Karya adalah:
1. Waktu kerja dimulai dari pukul 08.00 WIB – 17.00 WIB dengan
selang waktu istirahat pukul 12.00 WIB – 13.00 WIB.
2. Penambahan jam kerja (lembur) dimulai dari pukul 18.00 WIB – 22.00
WIB
3.1.3 Sistim Pelaporan Proyek
Sistem pelaporan progress pada Proyek Pembangunan Gedung
Rumah Sakit Unand ini adalah:
24
a. Laporan harian
Membahas tentang pekerjaan dan kegiatan lapangan yang akan
dilakukan perharian. Laporan ini dibuat oleh divisi teknik dan diketahui
oleh Site Operational Manager dan dilaporkan kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi.Adapun sistem laporan harian berisi:
Laporan pekerjaan dan kegiatan lapangan harian
Merupakan laporan pekerjaan dan kegiatan lapangan yang akan di
kerjakan pada hari tersebut.
Pemasukan bahan-bahan material dan peralatan
Merupakan laporan penggunaan material dan jumlah total material
yang telah dikirim ke lokasi.
Jumlah tenaga kerja
Merupakan laporan penggunaan tenaga kerja untuk pelaksanaan
proyek beserta jumlah totalnya setiap hari.
Keadaan cuaca
Merupakan laporan keadaan cuaca harian di lokasi proyek.
Peralatan yang di pakai.
Merupakan daftar dan banyak alat yang dipakai.
b. Laporan mingguan
Laporan mingguan dibuat berdasarkan data-data yang dirangkum
dari laporan harian. Laporan mingguan diketahui oleh Konsultan
Pengawas Laporan mingguan terdiri dari :
Rekap laporan harian
Schedule mingguan
Progres mingguan
Dokumentasi
Hasil evaluasi rapat mingguan
Dari laporan ini dapat dilihat kemajuan dari proyek tersebut
sehingga memudahkan dalam pembuatan realisasi dalam Kurva-S.
c. Laporan bulanan
25
Dari laporan mingguan yang telah ada akan dibuat laporan bulanan.
Laporan bulanan ini akan dievaluasi dalam rapat bulanan kontraktor,
selain itu juga dijadikan laporan kemajuan proyek kepada kantor pusat.
Sehingga dapat dengan mudah kantor pusat memantau setiap proyeknya.
3.2 Metoda Pelaksanaan
Sub bab ini akan membahas tentang tata cara pelaksanaan pekerjaan
yang diamati. Pekerjaan yang diamati pada Pembangunan Gedung Rumah
Sakit Universitas Andalas ini meliputi pekerjaan lift.
3.2.1 Metode Pelaksanaan Untuk Pemasangan Unit Lift
1. PEKERJAAN PERSIAPANPelaksanaan persiapan pekerjaan pengadaan dan
pemasangan Lift meliputia) Klasifikasi final Specifikasi Teknis unit Liftb) Membuat Shop Drawing untuk disetujui oleh pihak terkait
sebagai gambar pelaksanaan.c) Membuat schedule pelaksanaan pekerjaan.d) Monitoring Lapangan.
2. PABRIKASIPelaksanan pekerjaan pabrikasi, dapat dilaksanakan
setelah Final Specifikasi Teknis dan Shop Drawing disetujui bersama.
3. SHIPMENTPengiriman ( pengapalan ) dilaksanakan setelah seluruh
kelengkapan unit Lift selesai diproduksi, dan diperkirakan 1 ( satu ) minggu setelah tiba di pelabuhan Tanjung Priok unit tersebut akan sampai dilokasi proyek.
4. UNIT ONSITEPengiriman unit dari pelabuhan Tanjung Priok ke lokasi
proyek, sesuai kondisi lapangan dengan menggunakan Truk Container.Untuk kelancaran pekerjaan tersebut diatas, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh pihak lain ( MK ) antara lain :
Pengadaan lokasi penempatan unit onsite. Pengadaan jalan masuk kelokasi penempatan untuk akses
Truk Container dan Forklit.
26
5. PEKERJAAN PEMASANGAN UNIT LIFTA. Pekerjaan pemasangan Lift dapat dimulai setelah :
1. Hoistway Lift (termasuk ruang mesin) telah selesai pengerjaannya
2. Unit Lift dan sudah masuk kelokasi proyek.
B. Adapun beberapa hal penting yang perlu diperhatikan oleh kontraktor sipil dalam pembuatan Hoistway Lift antara lain :1. Ukuran bersih Hoistway Lift dan ketegak lurusannya.2. Kedalaman pith Lift .3. Tempat dudukan beam mesin Lift/dudukan ( reaction
force )4. Hoisting hook untuk pengangkatan mesin lift.5. Ketinggian over head dan ruang mesin Lift.6. Ring balok (kelipatan 2,5 M ) untuk pemasangan
bracket Main dan CWT Rail Lift.7. Tinggi dan lebar bersih kolom/balok praktis untuk
pemegang jamb ( kusen ) pintu Lift pada setiap lantai.8. Lubang sparing untuk Hall Button, Indicator dan
Fireman Switch.
Ukuran / dimensi dari hal tersebut diatas telah tercantum dalam Shop Drawing Lift
3.2.2 Tahap Pekerjaan Pemasangan Lift
1. Pemasangan Steger Bambu.Adalah pemasangan perancang bambu guna pemasangan
komponen lift yang akan dipasang di area hoistway lift dan dapat dilaksanakan setelah seluruh hoistway lift selesai dikerjakan.
2. Plumb / CenteringAdalah pelaksanaan pekerjaan untuk menentukan as pintu
seluruh lantai dan maju mundurnya posisi lift serta titik as seluruh pemasangan komponen lift yang akan dipasang didalam hoistway lift.
3. Pemasangan Bracket Main dan CWT rail.Adalah pemasangan bracket pengikat / kedudukan rel
yang terdiri dari dua bagian pekerjaan : Pemasangan dynabolt untuk mengikat bracket (bila ring
balok dibuat dari bahan beton).
27
Pengelasan bracket dudukan rel terhadap bracket yang telah dipasang pada ring balok pada setiap jarak 2,5 meter dan apabila ring balok terbuat dari baja maka langsung dilas ke ring balok baja tersebut.
4. Pemasangan Main dan CW rail.Adalah Penyusunan rel peluncur car lift dan beban
(CounterWeight) mulai dari bawah yang kemudian dilakukan pengecekan untuk mencari ketegakan rel tersebut satu persatu dengan acuan kawat plumb yang telah disiapkan.
5. Periksa QCPengechekan oleh Team QC dari Kantor pusat mengenai
pemasangan Rail dengan menggunakan form - form dari kantor pusat.
6. Pengangkatan Mesin, Panel Kontrol LiftAdalah Pemindahan mesin lift dari lantai penempatan
sementara ke ruang mesin lift dengan menggunakan alat pengangkat chain block melalui lubang hoistway lift. Bisa juga diangkat dengan menggunakan bantuan alat Tower Crane.
7. Pemasangan Sill, Jamb dan Header.Adalah pemasangan komponen lift didaerah pintu lift.
Pekerjaan ini dapat dilaksanakan setelah as pintu lift ditentukan dan garis pinjam finishing lantai (elevasi) tersedia didaerah sekitar pintu lift.
8. Setting MesinAdalah proses pengesetan mesin lift dan panel lift di ruang
mesin dengan melakukan pengelotan as pulley mesin terhadap as car lift dan as counter weight.
9. Assembling Sangkar.Adalah pelaksanaan perakitan car lift, biasanya
dilaksanakan dilantai dasar.
10. RopingAdalah Pelaksanaan pemasangan wire rope (seling) yang
menghubungkan antara car dan couhter weight.
11. Pemasangan Door dan SettingAdalah Pemasangan pintu (Hall Door) pada setiap lantai
dan dilaksanakan mulai dari lantai atas. Pekerjaan ini dapat dilaksanakan setelah penutupan celah didaerah sekitar pintu (sill, jamb & pocket) lift selesai dikerjakan.
28
12. Wirring dan Koneksi KabelAdalah Pelaksanaan penyambungan kabel-kabel lift yang
akan dipasang didaerah hoistway lift, car lift dan ruang mesin dan penurunan kabel kabel tail core serta pembuatan jalur kabel / tray diruang mesin untuk koneksi dari panel ke mesin.
13. Slow Speed TestAdalah Pelaksanaan Pengetesan untuk menjalankan lift
secara manual dan diteruskan dengan setting mekanik yang diperlukan (terutama daerah pintu) dengan melakukan terlebih dahulu pembongkaran steger bambu.
14. High Speed TestAdalah Pelaksanaan Pengetesan fungsi seluruh sistem
operasional lift secara otomatis.
15. Reksa UjiProses pengajuan dan pemeriksaan kelayakan lift oleh
pihak depnaker sebelum lift dioperasikan.
16. ST 1Proses penyerahan unit pertama ke pihak kedua sebagai
syarat bahwa unit telah terpasang dengan baik
17. Free MaintenanceService rutin unit sesuai dengan bunyi yang tercantum
dalam kontrak yang telah disepakati bersama.
3.2.3 Metode Pekerjaan Pengangkatan Mesin & Panel
Pekerjaan pengangkatan mesin dan panel dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pengangkatan dengan menggunakan tower crane
Mesin dan panel langsung diangkat ke ruang mesin dengan menggunakan tower crane secara bertahap dari luar gedung, dimana berat mesin adalah 2 ton, sehingga perlu diperhatikan mengenai safety (letak tali tower crane)
2. Pengangkatan dengan menggunakan Chain Block (20 ton)
Metode ini akan dipakai seandainya pada saat pengangkatan tower crane telah dibongkar atau tower crane tidak dapat mengangkat(overload). Dalam hal ini mesin harus terlebih dahulu didekatkan dengan lobang hoistway yang akan dilalui menuju ruang mesin. Sebelumnya dilakukan persiapan
29
terlebih dahulu seperti pemasangan chain block dan rantai untuk mengangkat mesin dan panel tersebut serta hook atau balok / kolom diatap ruang mesin sebagai tempat menggantungkan chain block tersebut. Setelah segala persiapan selesai dilakukan maka akan dilakukan pengikatan rantai ke mesin atau panel dan setelah dilakukan pengecehekan semua safety maka mesin atau panel dapat dilakukan pengangkatan. Selama perjalanan keatas akan dilakukan pengawalan mesin agar rantai tidak terbelit atau mesin menabrak bibir lantai dan lain lainnya.
3.2.4 Pre - Commissioning Test
Hal - hal yang perlu dipersiapkan sebelum dilaksanakan Commisioning Test : Sub panel daya + grounding tersedia didalam ruang mesin Lift. Tegangan yang dibutuhkan adalah 380 VAC dengan daya
sesuai kebutuhan KW meter. Sistem penerangan dan pendingin ruang mesin lift sudah
terpasang Kebersihan ruang mesin Kebersihan hoistway lift Pintu lift pada setiap lantai sudah terpasang
3.2.5 Commissioning Test
Testing commisioning bisa dilakukan setelah persiapan test terpenuhi dengan langkah- langkah sebagai berikut : Merger kabel kontrol Merger terminal RST dan VW pada control panel MCCB pada sub panel di on-kan Cek tegangan RST MCCB pada control panel lift di on-kan Cek tegangan komponen power suplay Nyalakan lampu pada sangkar Lift Fungsikan Interphone. Program slow speed Fungsikan gavenor safety Fungsikan Final limit up & down Balance sangkar lift Setting pintu pada seluruh lantai Program test high speed Setting level.
30
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 4.4.1 Kesimpulan
Pada rumah sakit universitas andalass terdapat 3 buah jenis lift yang
digunakan. Lift tersebut adalah:
1. Bed Lift
Berfungsi untuk mengangkut pasien dengan menggunakan kasur.
Ukuran dari bed lift harus di sesuaikan dengan besar ukuran dari kasur
pasien yang di gunakan pada RS. Unand
2. Lift Penumpang
Lift penumpang disini berfungsi untuk mengangkut orang yang
berkunjung ke Rumah Sakit, karena sebaiknya pengunjung di
pisahkan dengan pasien yang akan di pindahkan dari lantai satu ke
lantai lainnya.
3. Dumb waiter
Dumb waiter sangat bergunan sebagai penunjang pekerjaan di rumah
sakit. Dumb waiter berfungsi sebagai mengantarkan konsumsi yang di
butuhkan pada Rumah Sakit. Tidak hanya itu, kebutuhan lain pun juga
memanfaatkan dumb waiter ini, seperti aktifitas laundry dan barang2
yang berukuran kecil lainnya.
4.2 Saran
Untuk sebuah bangunan yang memiliki tinggi yang lebih dari 3 lantai
sebaiknya di fasilitasi dengan alat transportasi vertikal yaitu lift. Kemudian
jenis lift yang digunakan juga sesuai dengan kebutuhan bangunan. Maka
kegunaan dari bangunan tersebut dapat dijalankan dengan baik dan lancar.
31
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Sjafei. 2005.Teknologi Beton A-Z.Jakarta.Yayasan John Hi-Tech Idetama.
Hidayat, Benny. 2004. Diktat Kuliah Aspek Hukumdan Administrasi Kontrak.
Kasmir, Jafar. 2012. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta. Kencana.
PBI 1983. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983. Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan.
PUBI 1982.Persyaratan Umum Bahan Bangunan Di Indonesia.Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan.
SNI 03-2847-2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung.2002.
Sagel, R. Kole, P. dan Kusuma, Gideon. 1993. Pedoman Pengerjaan Beton.
Jakarta. Erlangga.