laporan pkm angelia
TRANSCRIPT
BAB I
Pendahuluan
2.1. Latar Belakang
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit
menular yang masih menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia dan
merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi dan balita yang
diperkirakan sebesar 1 dari 4 kematian yang terjadi. ISPA diklasifikasikan menjadi
pneumonia dan bukan pneumonia, berdasarkan gejalanya.1
World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens ISPA di Negara
berkembang dengan angka kematian balita adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia
balita. Menurut WHO sekitar 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan
sebagian besar kematian tersebut terdapat di Negara berkembang, dimana pneumonia
merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan membuna uh 4 juta anak balita
setiap tahun.1
Di Indonesia, kematian balita akibat penyakit itu menduduki peringkat terbesar. Pada
1995, dari hasil survei kesehatan rumah tangga dilaporkan, proporsi kematian bayi akibat
penyakit sistem pernapasan mencapai 32,1%, sementara pada balita 38,8%.1
Masih tingginya angka penderita ISPA di Indonesia dapat disebabkan oleh berbagai
faktor lingkungan di negara kita, diantaranya adalah cuaca yang tidak menentu,
kebersihan lingkungan yang masih rendah, hygiene perorangan yang buruk, kesadaran
masyarakat akan kesehatan yang masih buruk, masih banyaknya penduduk yang tinggal
di tempat-tempat yang tidak memenuhi standar kesehatan.1
Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan
primer yang komprehensif, kontinu, integratif, holistik, koordinatif, dengan
mengutamakan pencegahan, menimbang peran keluarga dan lingkungan serta
pekerjaannya. Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa memandang jenis kelamin,
usia ataupun jenis penyakitnya. Dengan adanya kunjungan rumah dengan pendekatan
kedoteran keluarga, diharapkan dapat mengurangi angka morbiditas dan mortalitas ISPA.
1
2.2. Masalah
- Anak usia 2 tahun menderita batuk dan pilek sejak 2 hari lalu, anak suka makan
makanan cemilan yang dijual di warung, anak tidak mengalami peningkatan berat
badan.
- Lingkungan tempat tinggal anak kurang sehat, terutama kamar tempat tinggal anak.
2.3. Sasaran
Semua keluarga yang tinggal bersama pasien.
2.4. Tujuan
a. Tujuan umum
Laporan ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat kelulusan pada mata kuliah Skill-
Lab Family Folder Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.
b. Tujuan khusus
Mahasiswa belajar menerapkan prinsip-prinsip pelayanan kedokteran keluarga dalam
mengatasi masalah tidak hanya pada penyakit pasien, tetapi juga faktor psikososial dari
keluarga yang mempengaruhi timbulnya penyakit dan peran serta keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatan.
2
Bab II
Materi dan Metode
1.1. Materi
- Laporan mengenai kasus ISPA pada pasien di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan pada tanggal 15 Juli 2011: keluhan pasien, riwayat penyakit pasien,
diagnosis penyakit pasien dan keluarga.
- Data riwayat biologis, psikologis, spiritual, keadaan social, dan kultural keluarga
pasien.
- Keadaan rumah/lingkungan dimana pasien tinggal.
1.2. Metode
Untuk membuat laporan kasus ISPA di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan
pada tanggal 15 Juli 2011 digunakan pendekatan sistem kedokteran keluarga dengan
berkunjung ke rumah pasien.
3
Bab III
Kerangka Teori
Istilah ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran pernapasan Akut dengan
pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah masuknya Mikroorganisme ke dalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan penyakit. Saluran pernapasan adalah
organ mulai dari hidung hingga Alveoli beserta organ Adneksanya seperti sinus, rongga
telinga tengah dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14
hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA, proses ini dapat berlangsung lebih dari 14
hari. Sedangkan Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(Alveoli). Terjadi pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut
pada Bronkus disebut Broncho pneumonia.2
Berdasarkan pengertian di atas, maka ISPA adalah proses infeksi akut berlangsung
selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menyerang salah satu bagian, dan
atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah),
termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.2
Gejala awal yang timbul biasanya berupa batuk pilek, yang kemudian diikuti dengan
napas cepat dan napas sesak. Pada tingkat yang lebih berat terjadi kesukaran bernapas, tidak
dapat minum, kejang, kesadaran menurun dan meninggal bila tidak segera diobati. Usia
Balita adalah kelompok yang paling rentan dengan infeksi saluran pernapasan. Kenyataannya
bahwa angka morbiditas dan mortalitas akibat ISPA, masih tinggi pada balita di negara
berkembang.2
Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti bakteri, virus,
mycoplasma, jamur dan lain-lain. ISPA bagian atas umumnya disebabkan oleh Virus,
sedangkan ISPA bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan mycoplasma. ISPA
bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri umumnya mempunyai manifestasi klinis yang
berat sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam penanganannya.2
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus streptcocus, Stapilococcus,
Pneumococcus, Hemofillus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab ISPA antara
lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma,
Herpesvirus dan lain-lain.2
4
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Infeksi saluran
pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua
golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.3
Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama
apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene.
Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang,
beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta
tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik.3
Berbagai faktor risiko yang meningkatkan kematian akibat pneumonia adalah umur di
bawah 2 bulan, tingkat sosial ekonomi rendah, gizi kurang, berat badan lahir rendah, tingkat
pendidikan ibu rendah, tingkat jangkauan pelayanan kesehatan rendah, imunisasi yang tidak
memadai, menderita penyakit kronis dan aspek kepercayaan setempat dalam praktek
pencarian pengobatan yang salah.2
Pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan :
1) Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
2) Immunisasi.
3) Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.
4) Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.3
Pemberantasan ISPA yang dilakukan adalah :
1) Penyuluhan kesehatan yang terutama di tujukan pada para ibu.
2) Pengelolaan kasus yang disempurnakan.
3) Immunisasi.3
Pengobatan pada ISPA:
1) Pneumonia berat: dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik melalui jalur infus , di beri
oksigen dan sebagainya.
2) Pneumonia: diberi obat antibiotik melaui mulut. Pilihan obatnya Kotrimoksasol, jika
terjadi alergi / tidak cocok dapat diberikan Amoksilin, Penisilin, Ampisilin
3) Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk
batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung
zat yang merugikan. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol.
Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya
5
bercak nanah disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang
tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik selama 10 hari.3
Untuk perawatan ISPA dirumah ada beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu
untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA:
1) Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol
atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk.
Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi
sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan
menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
2) Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½
sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
3) Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering
dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap
diteruskan.
4) Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari
biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah
sakit yang diderita.
5) Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-
lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk
mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan
lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap.
Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk
membawa kedokter atau petugas kesehatan.3
6
Pelayanan Dokter Keluarga melibatkan Dokter Keluarga (DK) sebagai penyaring di
tingkat primer. Pelayanan diselenggarakan secara komprehensif, kontinu, integratif,
holistik,koordinatif, dengan mengutamakan pencegahan, menimbang peran keluarga dan
lingkungan serta pekerjaannya. Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa memandang
jenis kelamin, usia ataupun jenis penyakitnya.4
Dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dari pada seorang
lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. Kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap
Dokter Keluarga secara garis besarnya ialah:
1) Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarga.
2) Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam pelayanan
kedokteran keluarga.
3) Menguasai ketrampilan berkomunikasi.
Dokter keluarga diharapkan dapat menyelenggarakan hubungan profesional dokter-pasien
untuk:
1) Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga dengan
perhatian khusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluarga.
2) Secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk berkerjasana menyelesaikan
masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta
pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan keluarga.
3) Dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim pada
penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan.
Karakteristik dokter keluarga menurut IDI:
1) Memandang pasien sebagai individu, bagian dari keluarga dan masyarakat.
2) Pelayanan menyeluruh dan maksimal.
3) Mengutamakan pencegahan, tingkatan taraf kesehatan.
4) Menyesuaikan dengan kebutuhan pasien dan memenuhinya.
5) Menyelenggarakan pelayanan primer dan bertanggung jawab atas kelanjutannya
Tujuan Pelayanan Dokter Keluarga:
Skala kecil:
1) Mewujudkan keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga .
2) Mewujudkan keluarga sehat sejahtera.
7
Skala besar:
1) Pemerataan pelayanan yang manusiawi, bermutu, efektif, efisien, dan merata bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Kunjungan rumah dengan pendekatan kedokteran keluarga berguna untuk mengetahui
kesehatan anggota keluarga dan kesehatan rumah dan lingkungan dimana pasien tinggal.
Dengan pendekatan kedokteran keluarga, bias didapat informasi mengenai kebiasan pasien,
kebiasaan keluarga, serta kehidupan sosial pasien dengan keluarga maupun dengan
masyarakat di lingkungan sekitar.
8
Bab IV
Hasil dan Data
Puskesmas : Kecamatan Grogol Petamburan
Nomor register : 1789/9
Data riwayat keluarga :
I. Identitas Pasien
a. Nama : Ferliana
b. Umur : 2 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : Belum bekerja
e. Pendidikan : Belum sekolah
f. Alamat : Jelambar Barat II B No.46 RT 5/11 Jakarta Barat
Telepon: 021- 94607166
II. Riwayat Biologis Keluarga
Variabel Pasien Ayah Ibu
Keadaan kesehatan sekarang Kurang Baik Baik
Kebersihan perorangan Sedang Baik Baik
Penyakit yang sering diderita Batuk, pilek Pernah tifoid &
demam berdarah
-
Penyakit keturunan - - -
Penyakit kronis/menular - - -
Kecacatan anggota keluarga - - -
Pola makan Kurang Sedang Sedang
Pola istirahat Kurang Sedang sedang
III. Psikologi Keluarga
a. Kebiasaan buruk : Merokok tapi sudah berhenti sejak 1 bulan lalu
b. Pengambilan keputusan : Bapak
c. Ketergantungan obat : Tidak ada
d. Tempat mencari pelayanan kesehatan: Puskesmas
9
e. Pola rekreasi : Kurang
IV. Keadaan rumah / lingkungan
a. Jenis bangunan : Permanen
b. Lantai rumah : Keramik
c. Luas rumah : 3x3 m2 (kamar kos-kosan)
d. Penerangan : Kurang
e. Kebersihan : Sedang
f. Ventilasi : Sedang
g. Dapur : Ada
h. Jamban keluarga : Ada
i. Sumber air minum : Air gallon
j. Sumber pencemaran air : Tidak ada
k. Pemanfaatan pekarangan : Tidak ada
l. Sistem pembuangan air limbah : Ada
m. Tempat pembuangan sampah : Ada
n. Sanitasi lingkungan : Sedang
V. Spiritual Keluarga
a. Ketaatan beribadah : Cukup
b. Keyakinan tentang kesehatan : Baik
VI. Keadaan Sosial Keluarga
a. Tingkat pendidikan : Rendah
b. Hubungan antar anggota keluarga : Baik
c. Hubungan dengan orang lain : Baik
d. Kegiatan organisasi sosial : Kurang
e. Keadaan ekonomi : Kurang
VII. Kultural Keluarga
a. Adat yang berpengaruh : Sunda dan Jawa, namun tidak berpengaruh terhadap
kesehatan.
10
VIII. Daftar Anggota Keluarga
No NamaHubungan
dengan KKUmur Pendidikan Pekerjaan Agama
Keadaan
Kesehatan
Keadaan
GiziImunisasi KB
1Rendi KK 23 tahun Tamat
SMA
Buruh pabrik
percetakan
Islam Baik Cukup - -
2Nia Istri 22 tahun Tamat
SMA
Ibu rumah
tangga
Islam Baik Cukup - Ada
3Ferliana Anak 2 tahun Belum
sekolah
- Islam Kurang Kurang Lengkap -
IX. Keluhan utama : Batuk sudah 2 hari
X. Keluhan tambahan : Pilek
XI. Riwayat penyakit dahulu : Batuk, pilek, demam
XII. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Berat badan : 10 kg
d. Tinggi badan : 84,5 cm
e. Suhu tubuh : 36,30C
f. Pernapasan : 36 kali/menit
g. Perut terasa kembung
XIII. Diagnosis penyakit
Batuk bukan pneumonia (ISPA)
XIV. Diagnosis keluarga
Di dalam keluarga pasien, yang mengalami batuk dan pilek hanya pasien. Pasien
sering berobat ke puskesmas dengan keluhan batuk dan pilek hampir setiap bulan. Dari
wawancara dengan ibu pasien, dikatakan bahwa setelah pasien berhenti menyusui, pasien
menjadi sulit makan dan hanya sering makan jajanan cemilan yang dibeli di warung
seperti ciki, dan pasien suka minum minuman yang dingin.
Dari wawancara juga didapat bahwa bapak dari pasien pernah mengalami sakit
demam tifod dan demam berdarah. Bapak pasien juga sering merokok, namun sejak 1
bulan lalu sudah berhenti merokok.
11
XV. Anjuran penatalaksanaan penyakit:
a. Promotif :
Meningkatkan kesadaran pasien terhadap kesehatannya, dengan memotivasi
pasien untuk makan makanan yang bergizi dan pola makan yang baik, yang
penting bagi pertumbuhan dan perkembangan pasien.
b. Preventif :
Mengupayakan pasien untuk tidak mengkonsumsi makanan jajanan warung
seperti ciki, dan tidak minum minuman yang dingin.
Mengupayakan pasien untuk tinggal di tempat yang kesehatan lingkungan dan
rumah yang lebih baik dimana penerangan, kebersihan, dan ventilasi rumah
sesuai dengan criteria rumah sehat.
c. Kuratif:
Pihak Puskesmas tetap terus memberi pengobatan setiap kali pasien datang untuk
memeriksakan kesehatannya.
d. Rehabilitatif:
Mengupayakan pasien untuk tetap terus memeriksakan dirinya ke Puskesmas agar
penyakit batuk dan pilek yang merupakan gejala ISPA tidak menjadi lebih berat.
XVI. Prognosis
a. Penyakit:
Prognosis penyakit pasien bias menjadi buruk apabila kesehatan lingkungan dan
kesehatan pasien tidak dijaga. Karena penyakit ISPA pada balita merupakan penyakit
dengan angka mortalitas yang tinggi.
b. Keluarga:
Apabila kebiasaan-kebiasaan buruk dalam keluarga bias diatasi dengan baik, maka
prognosis kesehatan di dalam keluarga akan baik.
c. Masyarakat:
12
Prognosis baik apabila peran masyarakat yang saling menghargai dan menghormati
satu dengan yang lain, hidup rukun, damai dan tentram, serta menjaga kebersihan dan
kesehatan lingkungan sekitar.
XVII. Resume
Seorang pasien anak perempuan berusia 2 tahun datang ke Puskesmas Kecamatan
Grogol Petamburan dengan keluahan batuk sejak 2 hari lalu disertai keluhan tambahan
pilek. Pasien sering mengalami keluhan yang sama hampir setiap bulan. Napsu makan
dan pola makan pasien kurang baik setelah berhenti minum ASI. Pasien sering makan
jajanan warung seperti ciki dan minuman dingin. Ayah pasien pernah mengalami sakit
demam tifoid dan demam berdarah. Ayah pasien punya riwayat merokok, dan baru
berhenti merokok sejak 1 bulan lalu. Pasien tinggal di rumah kos-kosan bersama ayah dan
ibunya, dengan lingkungan rumah yang kurang baik dari segi penerangan, kebersihan dan
ventilasinya.
BAB V
13
Penutup
4.1 Kesimpulan
Diagnosis pada pasien ini adalah batuk bukan pneumonia yang merupakan gejala dari
Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Dari analisis kedokteran keluarga, penyebab dari
penyakit pasien adalah kesehatan lingkungan rumah yang kurang baik, dimana pasien
tinggal di kamar kos-kosan berukuran 3x3 meter bersama ayah dan ibunya. Penerangan
kamar yang kurang baik (kamar agak gelap), kebersihan yang kurang, dan ventilasi yang
kurang dimana hanya ada 1 jendela, dan kamar terasa pengap dan sumpek.
Selain itu, kebiasaan pasien yang sering mengkonsumsi jajanan warung seperti ciki
dan minuman dingin, serta ayah pasien yang sering merokok, merupakan penyebab
timbulnya keluhan batuk pada pasien. Dengan pola makan pasien yang kurang baik, dan
usia pasien yang masih balita, menjadi rentan untuk terserang penyakit.
4.2 Saran
a. Puskesmas
Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui
penyuluhan-penyuluhan dalam usaha promotif dan preventif kesehatan masyarakat
khususnya penyakit yang tergolong berat dan memiliki angka mortalitas yang tinggi.
b. Pasien
Pasien disarankan untuk mengurangi makan-makanan cemilan seperti ciki dan
minuman dingin, sebaiknya pasien menjaga pola makan dengan makan makanan yang
bergizi yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik pasien. Pasien juga
sebaiknya tinggal di rumah yang lebih luas dimana rumah tersebut termasuk dalam
kriteria rumah sehat.
Daftar Pustaka
14
1. Deby. Evaluasi Program Pemberantasan ISPA di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma
Periode Juni 2009 sampai dengan Mei 2010. Jakarta. 2010
2. Faktor Risiko Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita. Diunduh
dari http://syair79.wordpress.com/2009/04/26/faktor-risiko-kejadian-infeksi-saluran-
pernapasan-akut-ispa-pada-balita/. Pada tanggal 25 Juli 2011.
3. ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Diunduh dari http://www.klinikita.co.id/?
pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=25. Pada tanggal 25 Juli 2011.
4. Laporan Kedokteran Keluarga. Diunduh dari
http://asramamedicafkunhas.blogspot.com/2009/04/laporan-kedokteran-keluarga-poli-
ibnu.html. Pada tanggal 25 Juli 2011.
Lampiran
15
Foto 1. Pasien beserta ibu pasien di depan kamar rumah pasien.
Foto 2. Kamar mandi bersama dan tempat cuci piring dan baju bersama
Foto 3. Kamar kos-kosan pasien.
16