laporan pkl sidotopo

21
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika pertumbuhan dan perkembangan masyarakat dalam memenuhi kesehatan gigi dan mulut, hendaknya menjadi perhatian serius bagi dokter gigi. Secara khusus pada lembaga pendidikan kedokteran gigi yang secara langsung bertanggung jawab terhadap kualitas lulusan sebagai produk akhir pendidikan. Di saat sekarang, kebutuhan masyarakat atas layanan kesehatan gigi dan mulut tidak sekedar menyembuhkan atau menghilangkan rasa sakit saja, melainkan sudah bergeser kepada kebutuhan bagaimana penyakit tersebut disembuhkan oleh dokter gigi dan bagaimana cara melayaninya. Cara memberikan layanan kepada masyarakat (pasien) merupakan kebutuhan esensial yang harus dipenuhi oleh setiap dokter gigi, sehingga proses layanan tersebut dapat memuaskan pasien (patient satisfaction). Ada perubahan nilai bahkan kultur masyarakat tentang kebutuhan layanan dokter gigi yang semula bersifat paternalisme (artinya pasien diharuskan menuruti perintah dokter gigi dalam proses penyembuhan), berubah ke arah transaksional (artinya pasien berhak menentukan jenis dan cara pengobatan yang diyakini dapat menyembuhkan 1

Upload: rahma-andriany

Post on 26-Sep-2015

21 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

dentistry adalah suatu hal yang berhubungan dengan healthy health education dan masih banyak lagi yang berhubungan dengan dental

TRANSCRIPT

BAB 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangDinamika pertumbuhan dan perkembangan masyarakat dalam memenuhi kesehatan gigi dan mulut, hendaknya menjadi perhatian serius bagi dokter gigi. Secara khusus pada lembaga pendidikan kedokteran gigi yang secara langsung bertanggung jawab terhadap kualitas lulusan sebagai produk akhir pendidikan. Di saat sekarang, kebutuhan masyarakat atas layanan kesehatan gigi dan mulut tidak sekedar menyembuhkan atau menghilangkan rasa sakit saja, melainkan sudah bergeser kepada kebutuhan bagaimana penyakit tersebut disembuhkan oleh dokter gigi dan bagaimana cara melayaninya.

Cara memberikan layanan kepada masyarakat (pasien) merupakan kebutuhan esensial yang harus dipenuhi oleh setiap dokter gigi, sehingga proses layanan tersebut dapat memuaskan pasien (patient satisfaction). Ada perubahan nilai bahkan kultur masyarakat tentang kebutuhan layanan dokter gigi yang semula bersifat paternalisme (artinya pasien diharuskan menuruti perintah dokter gigi dalam proses penyembuhan), berubah ke arah transaksional (artinya pasien berhak menentukan jenis dan cara pengobatan yang diyakini dapat menyembuhkan berdasarkan transaksi atau kesepakatan antara pasien dengan dokter gigi). Dalam situasi seperti ini, maka posisi pasien terjadi peningkatan status menjadi subyek dan tidak sekedar obyek yang harus mentaati segala perintah dokter gigi.Puskemas sidotopo memiliki 1 dokter gigi umum dan 1 perawat gigi . hal ini menjadikan BPG puskesmas sidotopo cukup layak untuk di jadikan ujung tombak pengobatan gigi dan mulut masyarakat sidotopo secara umum. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan oleh BPG puskesmas sidotopo antara lain: pembersihan karang gigi/scaling per regio, penanganan dry socket , penanganan trismus , pencabutan gigi sulung dengan anestesi topical, pencabutan gigi sulung dengan injeksi local , pencabutan gigi permanen, pencabutan gigi permanen M3 , pencabutan gigi permanen M3 yang miring, devitalisasi pulpa gigi permanen , insisi abses, open bur, pulpcapping, pulpotomi dengan trimix, sterilisasi ruang pulpa , pulpotomi, , tumpatan basis, tumpatan GIC, tumpatan komposit , eugenol cavit, devitalisasi gigi sulung, amalgam, fissure sealant , curettage pocket, operculectomy, flap periodontal, alveolectomy, topical anestesi per regio. Alat-alat yang terdapat pada puskesmas ini pun cukup lengkap, dan keadaannya masih dalam kondisi baik untuk menyediakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.Untuk tiap pelayanan kesehatan gigi di BPG Puskesmas Sidotopo yang diberikan, maka haruslah mengacu pada SOP agar dapat memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang baik untuk masyarakat terutama pada tindakan terhadap penyakit gigi dan mulut yang paling sering di tangani oleh BPG puskemas sidotopo.1.2 Rumusan masalah Bagaimana prevalensi penyakit gigi dan mulut dan penanganan terhadap penyakit gigi dan mulut yang paling banyak terjadi di puskesmas sidotopo selama 3 tahun terakhir ?

1.3 Tujuan Praktek Kerja Lapangan

1. Mahasiswa mampu menerapkan ketrampilan klinik ke dalam profesionalisme di puskesmas.

2. Mahasiswa mampu memahami tentang manajemen puskesmas.

3. Melatih mahasiswa untuk hidup mandiri dan dapat beradaptasi dengan keadaan masyarakat setempat.

1.4 Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan praktek kerja lapangan ini adalah mahasiswa dapat lebih mandiri, memiliki wawasan mengenai Puskesmas beserta program kerjanya dan diharapkan memiliki mental dan pengetahuan yang baik sebagai dokter gigi, serta diharapkan kelak menjadi dokter gigi yang berguna bagi masyarakat luas.

BAB 2ANALISIS SITUASI

2.1 Data Umum

2.1.1 Data Demografi

Puskesmas Sidotopo terletak di Surabaya, tepatnya di Kecamatan Semampir dengan luas wilayah kerjanya 20 ha , dengan membagi 2 Kelurahan yaitu : Kelurahan Sidotopo dan Ampel dengan batas wilayah puskesmas Sidotopo adalah:

Sebelah Barat : Jl. Sidodadi Kelurahan Simolawang

Sebelah Timur : Kelurahan Wonokusumo

Sebelah Selatan : Kelurahan Simolawang

Sebelah Utara : Kelurahan Pegirian

2.1.2 Data Penduduk Berdasarkan keadaan Umur sebagai berikut :LAKI-LAKIUMURPEREMPUAN

2220-11121

18501-42167

19955-92045

302410-143150

272215-19304

220220-242312

180625-292012

175030-341935

132535-391421

152640-441779

142345-491600

72550-54825

75655-59456

21660-64204

1069> 652334

22611Total23665

2.1.2 Tingkat Pendidikan Penduduk :

Jumlah Sekolah: 58

Taman Kanak-kanak yang ada: 28

SD / MI yang ada: 21

SLTP / MT yang ada: 6

SMU / MA yang ada: 1

Akademi yang ada: 0

Perguruan Tinggi yang ada: 0

Jumlah Ponpes yang ada: 2

Jumlah murid yang ada: 4770

Taman Kanak-kanak: 1459

SD / MI : 1549

SLTP / MT : 1536

SMU / MA : 78

Akademi: 0

Perguruan Tinggi: 0

Jumlah santri Ponpes yang ada: 148

Jumlah penduduk seluruhnya : 45.640

Laki laki: 22.611

Perempuan: 23.029

2.1.3 Jumlah penduduk seluruhnya: 2.2 Data Khusus

2.2.1 Keadaan personil Puskesmas Sidotopo terdiri dari 3 orang dokter umum, 1 orang dokter gigi, 4 orang bidan, 2 orang bidan desa, 4 orang perawat kesehatan, 1 orang perawat gigi, 1 orang sanitarian, 1 orang petugas gizi, 1 orang apoteker, 1 orang analis laboratorium, 4 orang tenaga administrasi, dan 2 orang sopir/penjaga, dan lain-lain 1 orang2.2.2 Dalam mendukung kegiatan operasionalnya puskesmas Sidotopo mempunyai sarana dan prasarana yang terdiri dari 4 buah puskesmas keliling, 4 buah BP swasta, 8 praktek dokter swasta, 4 praktek bidan swasta. 2.2.3 Pelayanan kesehatan kepada masyarakat setiap hari kerjanya, yaitu:

Senin-Kamis

: Pukul 08.00 14.00 WIBJumat

: Pukul 08.00 11.00 WIB

Sabtu

: Pukul 08.00 12.00 WIB2.2.4 Puskesmas Sidotopo memiliki program pokok pelayanan kesehatan yang menjadi titik berat dalam kegiatan puskesmas sehari-hari, antara lain: Perbaikan gizi, penyehatan lingkungan,pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

2.2.5 Puskesmas sidotopo juga memiliki program non pokok pelayanan kesehatan , antara lain: Kesehatan keluarga, kesehatan indra penglihatan dan pendengaran, kesehatan olahraga, kesehatan jiwa, kesehatan kerja, data morbiditas. 2.3 Masalah Internal

Sebagai puskesmas yang memberikan pelayanan kesehatan gigi untuk masyarakat Sidotopo, poli gigi Puskesmas Sidotopo diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan gigi yang baik serta memiliki sarana dan prasarana yang lengkap dan memenuhi standarisasi. Namun kenyataannya, pelayanan kesehatan gigi di puskesmas Sidotopo untuk beberapa penyakit gigi belum bisa maksimal.

Prevalensi penyakit gigi selama 3 tahun terakhir (2013,2012,2011)a. Gangguan perkembangan dan erupsi gigi

: 22,6%b. Gigi terbenam dan impaksi

: 0,8%c. Karies gigi

: 0,08%d. Penyakit jaringan keras gigi lainnya

: 4%e. Penyakit pulpa dan jaringan periapikal

: 19,1%f. Gingivitis dan penyakit periodontal

: 47,2%g. Gangguan gusi dan hubungan alveolar tak bergigi lainnya

: 0,3%h. Anomali dentofasial(maloklusi)

: 0,2%i. Gangguan gigi dan jaringan pendukung lainnya : 0%j. Kista rongga mulut yang tak ditentukan

: 0,1%k. Penyakit rahang lainnya

: 0,3%l. Penyakit kelenjar liur

: 0,04%m. Stomatitis dan lesi-lesi yang berhubungan

: 4,5%n. Penyakit bibir dan mukosa lainnya

: 0,4%o. Penyakit pada lidah

: 0,1%(sumber: data internal BP gigi)

grafik data kunjungan pasien BP gigi beserta penyakitnya dalam waktu 3 tahun terakhir Total pasien selama 3 tahun terakhir yaitu 2013,2012 dan 2011

adalah 4862 orang, dan dari data tersebut tercacat bahwa, kasus penyakit gigi tertinggi yang ditangani oleh puskesmas sidotopo adalah gingivitits dan penyakit periodontal, dengan kunjungan pasien yang berjumlah 2295 orang atau 47,2%. Oleh karena itu , penting bagi BP gigi puskesmas sidotopo untuk memprioritaskan pelayanan pengobatan yang memadai untuk pasien-pasien kasus gingivitis dan penyakit periodontal.2.3.1 Masalah internal dengan pendekatan normatif

Untuk menegakkan diagnosis gingivitis atau penyakit periodontal yang lainnya , harus didasarkan pada pemeriksaan subjektif, ekstra oral, intra oral dan rontgen foto. Setelah menegakkan diagnosis, perlu menentukan etiologi untuk mengetahui penyebab kelainan periodontal karena etiologi sangat berhubungan dengan rencana perawatan yang akan dilakukan. Perlu digarisbawahi bahwa etiologi dapat berdasarkan pada etiologi multifactorial , antaralain faktor lokal dan faktor sistemik. Kemudian ditentukan rencana perawatan, rencana perawatan ini sangat menentukan keberhasilan perawatan periodontal. Gingivitis adalah Salah satu penyakit gigi yang banyak melanda masyarakat sekarang ini. Masalah awal pada penyakit ini bermula dengan pendarahan dengan tekanan ringan, kemerahan, dan bengkak pada gusi. Biasanya tidak menimbulkan rasa sakit hanya keluhan gusi berdarah bila sikat gigi. penyakit gusi dapat disembuhkan bila setiap orang rajin membersihkan plak dari gigi-giginya.Ada beberapa tanda-tanda gingivitis, seperti Saat menyikat gigi, ada noda darah yang tertinggal pada bulu sikat gigi, Saat meludah ada darah didalam air liur, Gusi bisa dipisahkan dari gigi menggunakan sikat gigi, Warna gusi mengkilat dan bengkak, kadang-kadang berdarah saat disentuh, Tidak selalu disertai rasa sakit.Terdapat akumulasi atau bentukan karang gigi. Selain itu , untuk mengetahui keparahan gingivitis, dilakukan dengan mengukur poket dengan probe periodontal. Setelah beberapa tahun tanpa pembersihan plak dan perawatan gusi yang baik, maka plak akan bersifat basa. Kalsium akan mengendap pada lapisan plak, terjadilah pengapuran sehingga plak mengeras menjadi kalkulus. Hal ini di sebabkan karena kalkulus, selain mengandung banyak kuman, permukaan yang kasar akan merusak baik gusi maupun jaringan periodontium di bawahnya. Upaya Kuratif (pengobatan) untuk mengobati gingivitis dan penyakit periodontal yang sesuai dengan standard operational procedure adalah sebagai berikut:a. Scaling dan root planning merupakan tindakan yang dilakukan untuk membersihkan kalkulus (karang gigi) baik itu pada permukaan (supra gingiva) atau subgingiva. Kalkulus (karang gigi) adalah deposit yang terkalsifikasi sehingga merekat keras dan tidak hilang dengan sikat gigi. Umumnya kalkulus supragingiva berlokasi pada sisi bukal dari gigi-gigi molar rahang atas dan sisi lingual dari gigi-gigi anterior rahang bawah sedangkan kalkulus subgingiva itu berwarna hitam.Scaling dan root planning bukan merupakan prosedur yang terpisah , semua prinsip dari scaling sama dan dapat diaplikasikan pula pada root planning. Root planning adalah proses dimana mencakup pembersihan kalkulus dan sebagian kecil dari sementum yang diangkat dari akar sehingga permukaan yang halus , keras dan bersihb.Kuretase merupakan tindakan pembersihan periodontal pocket 4-5 mm yang berisi banyak food debris maupun kuman untuk mencegah peradangan lanjut. apabila pocket sedang dalam keadaan akut maka salah satu cara yang dilakukan adalah tindakan kuretase. c.Kumur-kumur antiseptic merupakan bahan aktif yang sering digunakan sebagai kumur-kumur. Yang dijual bebas umumnya berasal dari minyak tumbuh-tumbuhan seperti metal salisilat (seperti pada produk Listerine), sedangkan yang perlu diresepkan dokter adalah Chlorhexidine 0,20% (seperti pada produk Minosep) dan H2O2 1,5% atau 3,0%. Kumur-kumur yang lebih murah dan cukup efektif adalah dengan air garam hangat. Sedangkan kumur-kumur antiseptic yang sering digunakan adalah Chlorhexidine 0.20 %. Kumur-kumur sekurangnya 1 menit sebanyak 10 cc terbukti efektif dalam meredakan proses peradangan pada jaringan periodontal.d.Antibiotik digunakan apabila terbukti keterlibatan kuman baik secara klinis maupun mikrobiologis, maka antibiotic mutlak diperlukan. Pada umumnya antibiotic yang digunakan pada penyakit-penyakit gigi adalah golongan penisilin karena kuman yang sering menjadi causanya sensitive terhadap golongan ini. Tetapi pada penyakit periodontal, terutama yang lanjut, perlu dipertimbangkan keterlibatan kuman-kuman gram negativ serta anaerob, sehingga dengan demikian pilihan antibiotic jatuh pada tetrasiklin (sering kali digantikan dengan golongan aminopenisilin karena berspectrum luas juga) atau metronidazol karena efektivitas terhadap anaerob. Pemberian dapat berupa per oral maupun lokal seperti gel, tergantung dari luasnya dantahap proses penyakit dan juga dibantu dengan analgetik-anti inflamasi untuk merdaka gejala simtomatik.e.Kemudian di bantu konsumsi vitamin dan nutrisi seperti buah dan sayur untuk mengembalikan kesehatan gusi.2.3.2 Masalah internal dengan pendekatan praktek di lapangan

Pada pasien-pasien yang datang ke BP gigi di puskesmas sidotopo untuk membersihkan karang gigi dilakukan pemeriksaan subjektif (anamnesa) dan objektif dengan menggunakan kaca mulut dan pinset untuk mengetahui derajat kegoyangan gigi, kemudian dilakukan scaling-root planing dengan menggunakan sickle universal manual dan chisel per regio. Setelah itu, dilakukan prosedur sterilisasi pada regio yang telah dibersihkan dari kalkulus dengan betadine atau pividone iodine 10%

Tidak dilakukan pemeriksaan poket pada pasien gingivitis yang berkunjung ke BP gigi di puskesmas sidotopo, dan tidak dilakukan pengontrolan 1 pekan setelah scaling-root planning untuk melihat perkembangan respon kesembuhan gusi dan jaringan penyangga gigi. 2.3.3 Penyebab yang mempengaruhi praktek dilapangan 1. Pelaksanaan penanganan pasien dengan gingivitis dan penyakit periodontal yang tidak optimal bisa dikarenakan terapi pada tiap pasien memerlukan waktu yang lebih lama dan tenaga yang lebih banyak karena masih menggunakan scaler manual. Sebenarnya, poli gigi puskesmas sidotopo memiliki 1 ultrasonic scaler akan tetapi dari data inventaris, diketahui bahwa ultrasonic scaler itu telah lama rusak Lebih dari 1 tahun yang lalu.2. Banyak nya kunjungan pasien dengan gingivitis dan penyakit periodontal dan ketidak tersedian sarana dan prasarana seperti probe periodontal juga dapat berakibat kurang dapatnya dilakukan pemeriksaan pada tiap pasien untuk menegakkan diagnosis dan rencana perawatan yang tepat terutama pada pasien gingivitis dan penyakit periodontal3. Dental unit yang hanya berjumlah 1 tidak sesuai dengan banyaknya kunjungan pasien yang berobat ke poli gigi

4. Masih sangat kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat untuk memeriksakan giginya ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali untuk mengontrol plak dan kalkulus 5. Masih sangat kurangnya tingkat kekooperatifan masyarakat untuk dapat bekerja sama dalam menangani penyakit gigi dan mulut2.4 Masalah EksternalPuskesmas sebagai lembaga instansi pemerintah dalam melayani kesehatan masyarakat merupakan suatu lembaga kesehatan yang disubsidi penuh oleh intansi pemerintah yang melalui Dinas Kesehatan. Dalam ketersediaan sarana dan prasarana Puskesmas, maka Dinas Kesehatan mempunyai peran penting dalam memenuhi fasilitas Puskesmas, Selain itu juga diperlukan bantuan pengontrolan secara rutin terhadap fasilitas yang ada pada Puskesmas. Maka dari itu perlu koordinasi yang baik antara Puskesmas dan Dinas Kesehatan dalam memenuhi sarana dan prasarana Puskesmas dalam melayani kesehatan masyarakat.

BAB 3SIMPULAN DAN SARANDilihat dari data terakhir selama 3 tahun yaitu tahun 2011,2012,2013 dengan total pasien BP gigi adalah 4862 orang, dan yang melakukan kunjungan ke BP gigi dengan gingivitis dan penyakit periodontal berjumlah 2295 atau 47,2 %. Hal ini berdampak pada tuntunan yang lebih besar untuk menangani penyakit tersebut , salah satu nya adalah keperluan untuk membersihkan karang gigi dengan menggunakan ultrasonic scaler, ultrasonic scaler dipakai untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja dokter gigi untuk merawat pasien dengan gingivitis dan penyakit periodontal lainnya. Ultra sonic scaler ini diperlukan karena dapat membersihkan karang gigi, plak dan stain dengan lebih baik dibandingkan dengan berbagai alat scaler manual. Dinas kesehatan kota Surabaya haruslah dapat memberi perhatian terhadap permasalahan puskesmas-puskesmas yang ada dan sebisa mungkin memberikan solusi yang terbaik. Sangatlah penting dalam melakukan pengadaan alat dan bahan kedokteran gigi di Puskesmas sidotopo mengingat jika mengandalkan kemampuan dokter gigi masing-masing sangatlah terbatas. Dapat juga dilakukan pelatihan sumber daya manusia untuk melakukan pemeliharaan dan perawatan peralatan kedokteran gigi yang dapat berguna bagi setiap Puskesmas.Diharapkan pada petugas rumah sakit atau puskesmas khususnya pada perawat gigi, agar dapat mengadakan penyuluhan tentang kebersihan gigi dan mulut dan dapat memberikan pelayanan yang baik pada masyarakat. Dan dapat melatih kader-kader dari masyarakat baik dari posyandu maupun UKGS, agar dapat membantu tenaga kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat karena pada akhirnya perlu diingat bahwa penyakit gingivitis adalah kelainan yang berawal dari plak sehingga kunci sukses dalam upaya preventif adalah kontrol plak. Dengan mengabaikan kontrol plak, tindakan preventif maupun terapi secanggih apapun umumnya akan kurang berhasil.Lampiran 1.

Foto invetaris BP puskesmas sidotopo

PAGE 6

_1467209939.xls