laporan pkl aldo
DESCRIPTION
aku mau tukar buku untuk bantu menukis proposalTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kerja praktek merupakan salah satu mata kuliah di Jurusan Teknik Sipil Dili
Institute of Technology (DIT), sebagai sarana untuk latihan mengembangkan dan
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah. Selain itu, dengan
kerja praktek akan diperoleh gambaran yang jelas tentang berbagai hal yang berkaitan
dengan berbagai masalah, khususnya masalah pengaturan sistem di tempat kerja
praktek. Dalam mencapai usaha di atas, tentunya tidak lepas dari peran serta berbagai
pihak, baik dari kalangan kampus dan dunia usaha serta semua instansi terkait.
Dili Institute of Technology, memberikan mata kuliah Praktek Kerja
Lapangan (3 sks), Mata kuliah dapat diambil perseorangan, maupun berkelompok
(maksimum lima orang mahasiswa). Selanjutnya mahasiswa memilih salah satu
proyek konstruksi yang representatif untuk melakukan kerja praktek selama tiga
bulan. Disarankan tiap kelompok peserta kerja praktek yang berbeda harus
mengambil topik proyek pengamatan yang berbeda pula. Representatif atau tidaknya
suatu proyek ditentukan setelah berkonsultasi dan disetujui oleh dosen pembimbing
kerja praktek.
Maka diharapkan mahasiswa yang bersangkutan telah cukup matang dan
dapat secara kritis membandingkannya dengan teori di bangku kuliah. Apa yang
dijumpai di lapangan bisa saja sesuatu yang baru atau berbeda dengan yang ada di
1
bangku kuliah, mahasiswa harus bijak dan dapat memilih apakah itu sesuatu yang
baru atau inovatif sehingga perlu dipelajari atau suatu penyimpangan yang harus
dihindari. Oleh karena itu, Jurusan menyediakan dosen pembimbingan kerja praktek.
Dengan pelaksanaan Pratek kerja lapangan tersebut, diharapkan lulusannya
dapat benar-benar memiliki bekal kemampuan yang cukup bisa diandalkan dalam
menghadapi tantangan tugas sesuai dengan bidangnya. Disamping itu kegiatan Pratek
kerja lapangan merupakan salah satu sarana untuk menjalin hubungan antara Institute
dengan dunia industri.
Konstruksi yang dijadikan sebagai lokasi kerja praktek adalah konstruksi jalan
raya yang berlokasi di Distrik Covalima, Sub-Distrik Zumalai, Suku Lour, Timor-
Leste. Luas wilayah Desa Lour ± 11.78 km2 dan terdiri dari Tujuh Aldeia atau RT.
Jumlah keluarga yang tinggal di desa Lour berjumlah 1210 kepala keluarga, dari
beberapa Aldeia ini hanya lima Aldeia yang telah membuka jalan baru dan
banyaknya masyarakat yang hidup bertani.
Permasalahan yang akan dijadikan bahan untuk diskusi pada penyusunan
laporan kerja praktek ini adalah “ Metode Pelaksanaan Perkerasan Jalan Raya
dengan System Telford ”.
2
1.2. Tujuan Kerja Praktek
1. Mendapatkan pengalaman kerja sebelum memasuki dunia kerja, serta
memperoleh surat keterangan kerja (referensi) dari Instansi.
2. Membandingkan dan menerapkan pengetahuan akademis yang telah
didapatkan, dengan memberikan sedikit kontribusi pengetahuan pada Instansi,
secara jelas dan konsisten, dengan komitment yang tinggi.
3. Lebih dapat memahami konsep-konsep non-akademis dan non-teknis di dunia
kerja yang tidak terbatas.
1.3. Manfaat Kerja Praktek
1. Dapat memperoleh gambaran dunia kerja yang nantinya berguna bagi
mahasiswa yang bersangkutan, apabila telah menyelesaikan perkuliahannya,
sehingga dapat menyesuaikan diri dengan dunia kerja.
2. Dapat mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang telah diperoleh pada
masa kuliah dan sekalian menambah wawasan dan pengalaman yang baru.
3. Meningkatkan kedisiplinan dan tanggung jawab dalam kerja
1.4. Batasan Masalah
1. Peserta Kerja praktek hanya akan menguraikan tentang metode pelaksanaan
konstruksi jalan raya di lokasi kerja praktek selama waktu yang ditentukan
sesuai judul yang ada.
3
BAB II
LANDSAN TEORI
2.1. Pengertian
Lapisan Telford merupakan lapisan pondasi bawah yang terdiri dari atas batu
belah yang beralaskan hamparan pasir di atas lapisan tanah dasar, dan rongga-rongga
di isi dengan batu pengunci yang berukurannya 5-7 cm sehigga permukaannya rata
dengan batu belah. Lapisan telford mempunyai fungsi sebagai bagian perkerasan
yang menyanggap beban perkerasan diatasnya dan memindahkan gaya beban ini
sebagai besar ke samping. Sedangkan tujuan untuk menahan dan meneruskan beban
kendaraan yang lewat pada permukaan jalan sehingga beban tersebut dapat di terima
oleh tanah dasar tampa terjadi kerusakan (Menurut Teori Thomas Telford 1757-
1834).
Sebelum pekerjaan jalan (pekerjaan utama) dimulai, badan jalan harus
dibersihkan dari setiap vegetasi (tumbuh-tumbuhan). Pekerjaan pembersihan meliputi
pembersihan atau pemindahan pepohonan (sisa pepohonan), Semak-semak,
tumbuhan-tumbuhan lainnya, sampah-sampah, dan semua material-material yang
tidak diperlukan termasuk semua material hasil penggalian. Untuk konstruksi jalan
baru, alignment jalan harus bisa ditentukan dimana kemungkinannya untuk
meminimalkan pemotongan pohon-pohon, dan untuk pohon yang terletak lebih dari
0,5 meter dari badan jalan tidak boleh dipotong tanpa sepengetahuan Pengawas
(Contract Supervisor). Semua reruntuhan harus dikumpulkan dan dibuang di tempat
yang sesuai dan dapat diterima oleh Pengawas (Contract Supervisor).
4
2.1.1. Dalam pekerjaan jalan raya dengan sysrem telford, ada beberapa
metode yang di laksanakan adalah sebagai berikut:
1. Pasang patok untuk lebar pembersihan dengan interval 10 meter antar
patok. Gunakan patok As jalan sebagai acuannya.
2. Pasang benang sepanjang patok yang telah diset.
3. Bersihkan semua semak-semak, rerumputan dan sampah-sampah yang
berada dalam badan jalan yang telah diset dengan patok-patok yang
telah dipasang.
4. Semua sisa-sisa pohon, rerumputan, pohon-pohon, semak-semak,
reruntuhan dan batu-batu besar harus dipindahkan dan dibuang keluar
dari formasi jalan atau sesuai dengan arahan dari pengawas pekerjaan
(Contract Supervisor).
5. Luas area yang harus dibersihkan sesuai dengan yang diinformasikan
pada gambar atau sesuai dengan yang diinstruksikan oleh Pengawas
(Contract Supervisor).
6. Seandainya batu-batu yang berada di lokasi lintasan kendaraan terlalu
besar, bakar batu tersebut dan siram dengan air untuk mempermudah
memecahkan batu tersebut serta pecahkan menjadi ukuran yang lebih
kecil. Kemudian pindahkan keluar dari lokasi atau jalur lintasan
kendaraan.
5
Gambar 2.1. Model Struktur Jalan Dengan Mengunakan Model Telford
2.1.2. Srtruktur telford sebagai pondasi dasar.
Seorang bangsa Inggris bernama Thomas Telford (1757 – 1834) ahli
jembatan lengkung dari batu, menciptakan konstruksi perkerasan jalan yang
prinsipnya seperti jembatan lengkung. Prinsip ini menggunakan desakan-
desakan dengan menggunakan batu-batu belah yang dipasang berdiri dengan
tangan, konstruksi ini kemudian sangat berkembang dan dikenal dengan
sebutan sistem Telford.
Dasar telford digunakan untuk menaikkan badan jalan di daerah yang sub
gradenya lemah. Kegiatan dalam pekerjaan ini adalah penyusunan batu tepi,
menghampar pasir untuk dasar perletakan material, dan penyusunan batu
dengan berbeda ukuran dalam posisi vertical (berdiri) untuk membentuk
6
suatu pola dan susunan yang kuat. Struktur telford harus dipasang sebelum
pemasangan based course jalan.
Metode Kerja dengan system telford :
a. Set ketebalan lapisan jalan dan kemiringan badang jalan sebesar 4%
menggunakan patok-patok dan benang. Patok-patok harus ditempatkan di
As jalan dan dipinggir jalan dengan jarak antar patok 10 m. Beri tanda
ketinggian pada patok dan pasang benang.
b. Set garis pinggir jalan pada kedua sisi dengan menggunakan patok-patok
dan benang.
c. Letak batu-batu pinggir dalam posisi berdiri (vertical) sepanjang garis
pinggir jalan pada kedua sisinya. Ukuran batu yang ideal untuk batu
pinggir tersebut adalah 15/20 cm.
d. hamparkan pasir sebagai dasarnya setebal 10 cm antara batu pingir kanan
dan kiri tersebut.
e. Letakkan batu secara berdiri (vertical) langsung di atas pasir, batu-batu
tersebut harus dipasang dari tepi jalan terus menuju ke tengah (as) jalan,
batu-batu tersebut harus berukuran 15/20 cm.
f. setelah batu-batu yang ukuran besar selesai di pasang, pasanglah batu 5/7
cm untuk mengisi celah-celah yang dibentuk oleh batu-batu besar, terakhir
hamparkan agregat 2/3 cm diatasnya.
7
g. Hai ini penting di lakukan untuk mengisi celah kecil dan mengurangi
pergerakan (mengunci) batu-batu telford setelah dipasang.
h. Lakukan pendapatan dengan menggunakan mesin vibro atau mesin
penggilas dengan berat 6-8 ton setelah semua batu terpasang dan telah
terisi oleh batu pengunci.
Sebagai pada gambar berikut :
Gamabar 2.1 Susunan batu belah atau pokok 15-20cm
Gambar 2.2 Siram aspal Kerikil / agrega 2-3 cm
8
Gambar 2.3. Menaburkan kerikil /agregat 2-3 cm.
Gambar 2.4. Pegerasan asapalyang sudah jadi
9
Gambar 2.5. Sketsa Badan Jalan
Tabel 2.1.tenaga kerja, peralatan, dan material selama pekerjaan di lapangan adalah
sebagai berikut :
Tenaga kerja Peralatan dan alat bantu material
a. 1 pengawas (part time)
b. 2 pekerja (part time untuk
melakukan seting
out,pemasangan patok &
benang)
c. 4 pekerja untuk
menghampar pasir
d. 1 kelompok untuk
memasang batu
a. Patok dan benang
b. Cangkul
c. Sekop
d. Alat penghampar
e. Meter ukur 30 m,
dan 5 m
f. Pelurus atau perata
g. Papang pengukur
kemiringan jalan
a. Kayu
b. Air
c. Aspal
d. Pasir
e. Batu 15-25 cm
f. Batu 15-20 cm
g. Batu 5-7 cm
h. Batu 2-3 cm
2.2. Konstruksi Perkerasan Jalan
10
Menurut Yoder, E. J dan Witczak (1975), Konstruksi perkerasan adalah
perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat dan lapisan-lapisan
perkerasannya bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar.
Aspal itu sendiri adalah material berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur
ruang berbentuk padat sampai agak padat. Jika aspal dipanaskan sampai suatu
temperatur tertentu, aspal dapat menjadi lunak / cair sehingga dapat membungkus
partikel agregat pada waktu pembuatan aspal. Jika temperatur mulai turun, aspal akan
mengeras dan mengikat agregat pada tempatnya (sifat termoplastis).
Sifat aspal berubah akibat panas dan umur, aspal akan menjadi kaku dan rapuh
sehingga daya adhesinya terhadap partikel agregat akan berkurang. Perubahan ini
dapat diatasi / dikurangi jika sifat-sifat aspal dikuasai dan dilakukan langkah-langkah
yang baik dalam proses pelaksanaan.
Konstruksi perkerasan terdiri atas lapisan-lapisan yang diletakkan diatas tanah dasar
yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu
lintas dan menyebarkan ke lapisan yang ada dibawahnya, sehingga beban yang
diterima oleh tanah dasar lebih kecil dari beban yang diterima oleh lapisan
permukaan dan lebih kecil dari daya dukung tanah dasar.
Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari :
11
Gambar 2.6 Lapisan Konstruksi Perkerasan
Menurut Yoder, E. J dan Witczak (1975)
a. Lapisan permukaan (Surface Course)
Lapis permukaan struktur pekerasan terdiri atas campuran mineral agregat
dan bahan pengikat yang ditempatkan sebagai lapisan paling atas dan
biasanya terletak di atas lapis pondasi. Fungsi lapis permukaan antara lain:
1. Sebagai bagian perkerasan untuk menahan beban roda.
2. Sebagai lapisan tidak tembus air untuk melindungi badan jalan dari
kerusakan akibat cuaca.
3. Sebagai lapisan aus (wearing course)
Bahan untuk lapis permukaan umumnya sama dengan bahan untuk lapis pondasi
dengan persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal diperlukan agar
lapisan dapat bersifat kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri memberikan
bantuan tegangan tarik, yang berarti mempertinggi daya dukung lapisan terhadap
beban roda. Pemilihan bahan untuk lapis permukaan perlu mempertimbangkan
12
kegunaan, umur rencana serta pentahapan konstruksi agar dicapai manfaat sebesar-
besarnya dari biaya yang dikeluarkan.
b. Lapisan pondasi atas (Base Course)
Lapis pondasi adalah bagian dari struktur perkerasan lentur yang terletak
langsung di bawah lapis permukaan. Lapis pondasi dibangun di atas lapis pondasi
bawah atau, jika tidak menggunakan lapis pondasi bawah, langsung di atas tanah
dasar.
Fungsi lapis pondasi antara lain :
1. Sebagai bagian konstruksi perkerasan yang menahan beban roda.
2. Sebagai perletakan terhadap lapis permukaan.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi harus cukup kuat dan awet sehingga dapat
menahan beban-beban roda. Sebelum menentukan suatu bahan untuk digunakan
sebagai bahan pondasi, hendaknya dilakukan penyelidikan dan pertimbangan sebaik-
baiknya sehubungan dengan persyaratan teknik. Bermacam-macam bahan alam
setempat yang dapat digunakan sebagai bahan lapis pondasi, antara lain : batu pokok
(batu kali), kerikil pecah ukurannya 5/7 sebagai lapisan pondasi bawah.
c. Lapisan pondasi bawah (Sub Base Course)
Lapis pondasi bawah adalah bagian dari struktur perkerasan yang terletak
antara tanah dasar dan lapis pondasi. Biasanya terdiri atas lapisan dari material
13
berbutir (granular material) yang dipadatkan, distabilisasi ataupun tidak, atau lapisan
tanah yang distabilisasi. Fungsi lapis pondasi bawah antara lain :
1. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan menyebar
beban roda.
2. Mencapai efisiensi penggunaan material yang relatif murah agar lapisan-
lapisan di atasnya dapat dikurangi ketebalannya (penghematan biaya
konstruksi).
3. Mencegah tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi.
4. Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan konstruksi berjalan lancar.
Lapis pondasi bawah diperlukan sehubungan dengan terlalu lemahnya daya
dukung tanah dasar terhadap roda-roda alat berat (terutama pada saat pelaksanaan
konstruksi) atau karena kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup tanah
dasar dari pengaruh cuaca.
d. Lapisan tanah dasar (Subgrade)
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung pada sifat-sifat
dan daya dukung tanah dasar. Dalam pedoman ini diperkenalkan modulus resilien
(MR) sebagai parameter tanah dasar yang digunakan dalam perencanaan Modulus
resilien (MR) tanah dasar juga dapat diperkirakan dari standar dan hasil.
Persoalan tanah dasar yang sering ditemui antara lain :
14
1. Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari jenis tanah tertentu sebagai
akibat beban lalu-lintas.
2. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar
air.
3. Daya dukung tanah tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti pada
daerah dan jenis tanah yang sangat berbeda sifat dan kedudukannya, atau
akibat pelaksanaan konstruksi.
4. Lendutan dan lendutan balik selama dan sesudah pembebanan lalu-lintas
untuk jenis tanah tertentu.
5. Tambahan pemadatan akibat pembebanan lalu-lintas dan penurunan yang
diakibatkannya, yaitu pada tanah berbutir (granular soil) yang tidak
dipadatkan secara baik pada saat pelaksanaan konstruksi.
Gambar 2.7Tanah dasar/Sub Grade
15
Gambar 2.8 Pemadatan Tanah dasar dengan mengunakan Selinder
2.3. Sifat-Sifat Perkerasan
Aspal yang dipergunakan pada konstruksi perkerasan jalan berfungsi sebagai:
1. Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dengan
agregat dan antara aspal itu sendiri.
2. Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori
yang ada dari agregat itu sendiri.
Dengan demikian, aspal haruslah memiliki daya tahan (tidak cepat rapuh) terhadap
cuaca, mempunyai adhesi dan kohesi yang baik dan memberikan sifat elastis yang
baik.
a. Daya tahan (durability)
Daya tahan aspal adalah kemampuan aspal mempertahankan sifat asalnya
akibat pengaruh cuaca selama masa pelayanan jalan. Sifat ini merupakan sifat
16
dari campuran aspal, jadi tergantung dari sifat agregat, campuran dengan
aspal, faktor pelaksanaan dan sebagainya.
b. Adhesi dan Kohesi
Adhesi adalah kemampuan aspal untuk mengikat agregat sehingga dihasilkan
ikatan yang baik antara agregat dengan aspal. Kohesi adalah kemampuan
aspal untuk tetap mempertahankan agregat tetap ditempatnya setelah terjadi
pengikatan.
c. Kepekaan terhadap temperature
Aspal adalah material yang termoplastis, berarti akan menjadi keras atau lebih
kental jika temperatur berkurang dan akan lunak atau lebih cair jika temperature
bertambah. Sifat ini dinamakan kepekaan terhadap perubahan temperatur.
Kepekaan terhadap temperatur dari setiap hasil produksi aspal berbeda-beda
tergantung dari asalnya walaupun aspal tersebut mempunyai jenis yang sama.
d. Kekerasan aspal
Aspal pada proses pencampuran dipanaskan dan dicampur dengan agregat
sehingga agregat dilapisi aspal atau aspal panas disiramkan ke permukaan
agregat yang telah disiapkan pada proses peleburan. Pada waktu proses
pelaksanaan, terjadi oksidasi yang menyebabkan aspal menjadi getas
(viskositas bertambah tinggi). Peristiwa perapuhan terus berlangsung setelah
masa pelaksanaan selesai. Jadi selama masa pelayanan, aspal mengalami
17
oksidasi dan polimerisasi yang besarnya dipengaruhi juga oleh ketebalan aspal
yang menyelimuti agregat. Semakin tipis lapisan aspal, semakin besar tingkat
kerapuhan yang terjadi.
Gambar 2.9 Proses Penyiraman Aspal
Gambar 2.10 Sesudah Penyiraman Aspal
2.4. Penyebab Kerusakan Perkerasan Jalan
Kerusakan pada konstruksi perkerasa jalan dapat disebabkan oleh:
b. Lalu lintas, yang dapat berupa peningkatan beban, dan repetisi beban.
c. Air, yang dapat berasal dari air hujan, sistem drainase jalan yang tidak baik
dan naiknya air akibat kapilaritas.
18
S0ls
Gereja
d. Material konstruksi perkerasan, dalam hal ini dapat disebabkan oleh sifat
material itu sendiri atau dapat pula disebabkan oleh sistem pengolahan bahan
yang tidak baik.
e. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil. Kemungkinan disebabkan oleh system
pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga disebabkan oleh sifat tanah
dasarnya yang memang kurang bagus.
f. Proses pemadatan lapisan di atas tanah dasar yang kurang baik.
Umumnya kerusakan-kerusakan yang timbul itu tidak disebabkan oleh satu faktor
saja, tetapi dapat merupakan gabungan penyebab yang saling berkaitan.
BAB III
METODOLOGY
3.1. Tempat Dan Waktu Praktek Kerja
Papangan
3.1.1. Lokasi Praktek Kerja Lapangan
Praktek kerja lapangan ini di laksanakan di lokasi Suai, Zumalai, Suku Lour. Durasi
praktek kerja lapangan di lakukan selama 3 bulan sesuai dengan waktu yang di
tentukan oleh ketua jurusan Teknik sipil DIT
Ainaro
Suku Lour( Lokasi Pkl)
Toko
19
Toko
Bobonaro
Suai
Sekolah SD
Kanto polisi
Mercado Zumalai Kantor kabupaten
gambar 3.1. lokasi kerja praktek (sketsa)
3.1.2. Waktu Pelaksanaan
Waktu yang dibutuhkan dalam Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) adalah selama
tiga bulan, terhitung mulai tanggal 04 Juli 2014 sampai dengan 04 September
2014 atau selama 12 (dua belas minggu).
N
o
Kegiatan
I II III
I II III IV I I
I
III IV I II III IV
1 Proses Pengerjaan
Pemadatan Tanah Dasar
20
Data Sekunder Data Referensi Literatur Pustaka
Kompanya Roman Junior
Pengumpulan Data
Surat Permohonan Mahasiswa
Data PrimerSurvey Lokasi LDokumentasi
Analisa Data
Mulai
Ketua Jurusan Teknik Sipil
2 Proses Penyusunan Batu
Belah/Poko 15-20 dan
kerikil
3 Proses Penyiraman Aspal
dan Pengerasan.
Time Esquidul Dari Kegiatan Praktek Kerja Lapangan Minguan
3.2. Alur Penelitian ( Flow Chart )
Dalam suatu praktek kerja lapangan diperlukan suatu prosedur pelaksanaan,
supaya pelaksanaan Pkl dapat berjalan secara sistematis untuk mendapatkan hasil
yang diharapkan secara maksimal. Pada Pkl ini penulis membuat prosedur pkl yang
berupa bagan alir Pkl. Gambar 3.2 menunjukan bagan alir Pkl yang di lakukan. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada flow chart berikut :
21
Gambar 3.2. Flow Chart
Secara garis besar urutan pekerjaan laporan kerja praktek yang dilakukan mengacu
pada urutan atau tahapan proses perencaan bagan alir diatas. Adapun tahapan-tahapan
pelaksanaan sebagai berikut:
1. Untuk kelancaran pelaksanaan praktek kerja lapangan , maka dari awal
semester mahasiswa diharapkan untuk mengajukan permohonan Pkl sesuai
dengan prosedur tersebut.
Mahasiswa diharuskan mengisi formulir yang tersedia di administrasi
jurusan. Pengisian formulir meliputi nama perusahaan yaitu Kompanya
Roman Junior yang disetujuhi ; nama mahasiswa yang akan mengikuti Pkl
pada perusahan yang bersangkutan pada waktu pelaksanaan Pkl. Berdasarkan
formulir tersebut Jurusan akan membuat surat yang ditunjukkan kepada
22
Director KompanyaJose Amaral
InsinyurBenjamin d.s. Barreito
SecretarisAgustinho de Menezes
BendaharaJuleta Pintu
Kompanya Roman Junior sesuai yang ada pada formulir dan memberikannya
kepada mahasiswa tersebut setelah ditanda tangani oleh Ketua Jurusan. Surat
jawaban dari perusahan tersebut yang ditunjukkan kepada ketua Jurusan,
selanjutnya akan disampaikan kepada mahasiswa yang bersangkutan.
2. Praktek Kerja Lapangan akan dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, dan
sebelum pelaksanaan terlebih dahulu akan diberikan pengarahan tentang
pelaksanaan PKL yang akan diberikan oleh: Ketua Jurusan, Koordinator kerja
praktek atau yang mewakili.
Dengan pengarahan ini diharapkan mahasiswa dapat melaksanakan
Pkl sesuai dengan yang diharapkan serta untuk lebih mudah dalam
menyesuaikan kondisi di lapangan. Selama berlangsungnya praktek kerja
lapangan, mahasiswa harus selalu mengadakan kegiatan di lapangan agar
dapat memperoleh informasi semaksimal mungkin mengenai segala sesuatu
kegiatan yang ada di proyek.
3.3. Struktur Organisasi Perusahan ( Kompanya )
23
Gambar 3.3 Struktur Kompanya
3.4. Metode Pengumpulan data
Dalam pelaksanaan kerja praktek ini penulis menggunakan beberapa metode
atau teknik dalam pengumpulan data, diantaranya sebagai berikut :
1. Metode Observasi
Merupakan teknik pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan
secara langsung dengan proses pekerjaan Konstruksi jalan raya seperti
pengambilan foto - foto konstruksi jalan raya.
2. Metode Interview
Merupakan teknik pengumpulan data dengan mengadakan wawancara berupa
tanya jawab secara langsung dengan pegawai yang ada di instansi tersebut
untuk memperoleh data dan informasi tersebut
24
3.5. Metode Kepustakaan
Metode ini dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai literatur baik
diperpustakaan maupun ditempat-tempat yang lain. Literatur yang digunakan
tidak terbatas pada buku, tetapi juga berupa, internet dan lain-lain.
3.6. Sumber Data
Sumber data ini terdiri dari dua (2) yaitu antara lain:
1. Data Primer
Data primer adalah data-data yang di ambil dari lapangan atau lokasi pratek
selama pekerjaan berjalan. Sumber pengambilan data primer diperoleh dari
penulis di ambil data-data tersebut antara lain: dokumetasi, tempat praktek
(lokasi)
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data-data yang di ambil dari referensi seperti buku,
internet dan lain-lain.
25
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Umum
Dalam pembahasan ini, penulis hanya menbahas mengenai metode
pelaksanaan pekerjaan jalan raya dengan system telford. Karena selama
melakukan praktek disana penulis hanya melihat dan memantau konstruksi
tersebut.
Pada awal pekerjaan jalan raya konsultan dan kontraktor mendiskusikan
mengenai gambaran jalan raya yang akan di laksanakan serta pengecekan dan
persiapan bahan atau material yang akan digunakan pada proses pelaksanaannya.
Dari berbagai proses pelaksanaan tersebut Para Kontraktor dan Konsultan serta
26
dari pihak pemilik Proyek (ROMAN JUNIOR) Selalu mengadakan Rapat/meting
dalam seminggu sekali, apakah permasalahan di lapangan maka kontraktor dan
konsultan mengadakan meting secara darurat untuk menyelesaikan
permasalahannya.
4.2. Metode pelaksanaan
Metode pelaksanaan pekerjaan jalan dengan system telford adalah sebagai
berikut:
1. Penentuan as jalan
2. Pembersihan lapagan
3. Pekerjaan galian
4. Timbunan
5. Penyiapan subgrade
6. Perkerasan.
4.2.1. Penentuan As Jalan
Penentuan as jalan prinsipnya adalah pengalihan dari bentuk gambar ke
lapangan, akan tetapi karena tidak di lakukan pengukuran situasi, maka
penentuan as jalan tidak perlu menggunakan alat ukur.
1. Untuk badan jalan, penentuan As jalan di lakukan menangkapkan patok
di tepi jalan
2. Jarak tiap patok di usahakan tidak terlalu jauh kaksimal 20 meter.
27
4.2.2. Pembersihan Lapangan
Kegiatan ini di maksudkan untuk membersihkan daerah milik jalan
sebelum di lakukan pekerjaan lebih lanjut. Langkah-langkah yang di perlu
untuk pembersikan lapangan adalah sebagai berikut :
1. Tentukan lebar jalan yang akan di kerjakan dengan cara
mengukur lebarnya, patokannya dari As jalan.
2. Lakukan pembersihan semak-semak dan penghalang-
penghalang lain pada daerah tersebut, material hasil
pembersihan harus di keluarkan dari bagisn jalan (di timbun / di
bakar / di mamfaatkan).
4.2.3. Pekerjaan Galian
Dari pengukuran patok pada saat pembersihan lapangan dapat di
tentukan batas-batas galian atau pekerjaan timbunan tanah, sebagai berikut :
1. Terapkan gambar jalan pada pekerjaan tanah untuk pengalian
tanah tersebut
2. Selanjutnya pengalian dilakukan untuk massa tanah diantaranya
3. Pembuangan sisa galian dilakukan ke tempat-tempat yang
ditunjuhkan oleh fasilitador teknik, juga dengan memperhatikan
saran masyarakat.
4.2.4. Pekerjaan Timbunan
28
Untuk pekerjaan timbunan tanah dapat dilakukan dengan menggunakan
patok .
Gambar 4.1 Menentukan Elevasi Jalan
1. Sebelum dilakukan penimbunan permukaan tanah yang ditimbun
harus diratakan dahulu, permukaan setebal kurang lebih 20 cm,
agar tanah yang ditimbun dapat menempel dengan tanah dasar.
2. Gunakan tanah timbunan dari daerah setempat, bias tanah berpasir
atau bercampur kerikil, akan tetapi tanah yang terlalu lembek dan
lekat jangan digunakan.
3. Penghamparan tanah timbunan dilakukan berlapis-lapis dengan
ketebalan maksimum 20 cm, yang dilakukan pemadatan pada tiap
kali penghamparannya dengan mesin gilas.
29
4. Setelah timbunan selesai dikerjakan, badan jalan di bentuk sesuai
dengan profil yang patokkan.
5. Untuk pekerjaan timbunan pada pekerjaan konstrksi, harus
dilakukan pemadatan dengan padat sehingga tidak dapat
kerusakan.
Gambar 4.2 Pemadatan Tanah Dasar Dengan Selinder
4.2.5. Pekerjaan Penyipan Subgrade
Subgrade adalah tanah dasar bawah lapis perkerasan. Sebelum
penghamparan material perkerasan bagian subgrade tersebut harus dalam
keadaan siap (kuat, padat, bersih dan bentuknya sesuai jalan).
4.2.6. Pekerjaan Perkerasan
Untuk pengankutan material dari tempat pemrosesan (sungai) dengan
mengunakan truk atau dump truk. Ada beberapa bagian untuk pekerjaan
perkerasan adalah sebagai berikut :
30
1. Tanah dasar jalan (subgrade) harus di siapkan lebih dulu artinya
tanah dasar yang kurang padat harus dipadatkan.
2. Penghamparan dilakukan dengan cara berlapis-lapis, masing-
masing tiap lapis ketebalannya sekitar 10 cm. untuk pondasi
dengan ketebalan 20 cm.
3. Bahan untuk bahu jalan (tanah berpasir) dihamparkan sebelum
melaksanakan penghamparan lapis pondasi bawah.
4. Pada material bahan pondasi yang telah dihamparkan yang
dilakukan pemadatan atau pengilasan dalam keadaan lembab (tidak
terlalu basah).
5. Pelaksanaan pengilasan harus di mulai dari kedua sisi luar
perkerasan menuju ke tengah dan selalu sejajar As jalan. Pada
bagian tikungan pemadatan dimulai dari tempat sisi terendah (sisi
bagian dalam ) menuju sisi kebagian yang lebih tinggi.
Gambar 4.3 Selesai pemadatan tanah dasar
31
Gambar 4.4 pemadatan tanah dasar dan pengankutan material.
4.3. Metode
Yang di Pakai Dalam Pekerjaan Jalan Dengan System Telford
Dalam pekerjaan jalan Telford dengan menggunakan cara manual, panaskan
aspal, dan siraman aspal di atas permukaan jalan.
Gambar 4.5 Proses pemanasan aspal
32
Gambar 4.6 Proses peniraman aspal
Pada gambar diatas menunjukkan pekerjaan jalan yang bekerja tidak dapat
menggunakan alat atau mesin untuk bekerja, kecuali pada pemadatan atau
perkerasan itu harus menggunakan alat atau mesin gilas, seperti pada gambar
berikut :
Gambar 4.7 pemadatan atau perkerasan jalan.
i. Pelatan-Peralatan Yang Di Pakai
a. Alat angkut
33
- Truk
- Gerobak darong
b. Alat pemadatan
- Mesin gilas
- Temper (syempel)
c. Penyiram aspal
- Kaleng berlubang-lubang kecil di lengkapi tangkai.
d. Alat bantu
- Sekop
- Pengki/ keranjang
ii. Cara Pekerjaan Aspal
a. Panaskan aspal yang ada di dalam drum. Panaskan tidak boleh terlalu
panas karena menyebabkan kebakaran, dan sifat kelenketan dan
rkelenturan aspal rusak.
b. Bersikan permukaan pondasi jalan dari kotorandan debu.
c. Semprotkan/siramkan aspal yang sudah di panaskan ke permukaan
yang akan di lapisi.
34
d. Hamparkan pasir bersih dan kering sewaktu aspal di permukaan jalan
masi panas, hal ini akan membuat peletakan yang baik antara aspal di
permukaan dengan pasir yang di hamparkan.
e. Lakukan pemadatan pasir dengan mesin gilas pada saag aspal
dipermukaan masih panas, agar di dapatkan yang sbaik-baiknya.
f. Periksa kerataan hasil pemadatan dan prbaiki yang masih kurang
dangan hamparan pasir, kemudian di padatkan lagi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari uraian judul laporan praktek kerja lapangan, di atas penulis
menyimpulkan bahwa Laporan ini hanya bersifat metode pelaksanaan perkerasan
35
jalan raya dengan system telford. Berdasarkan harga satuan bahan yang ada di Timor
Leste serta waktu yang di perlukan dalam pelaksanaan.
Dari hasil jumlah anggaran tersebut merupakan biaya yang di perlukan guna
mendirikan suatu bangunan, sesuai dengan gambar rencana atau bestek harga satuan
yaitu besarnya harga yang di hitung berdasarkan kebutuhan pada suatu kontruksi
bangunan.
5.2 Saran
Penulis Menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,
dengan ini mengingat waktu serta keterbatasan penulis, Sehingga untuk masa-masa
yang akan datang di pertimbangkan agar dapat memberikan hasil yang di harapkan.
Saran dan kritik penulis sangat diharapkan, sebagai bahan masukan di masa yang
akan datang demi untuk penyempurnaan laporan PKL ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Menurut Yoder, E. J dan Witczak (1975)
2. Menurut Teori Thomas Telford (1757-1834)
3. lapangan(JICA, (2008), Soil Testing Manual).
4. Jumikis, (1962), Hardiyatmo“ Mekanika Tanah I “ edisi v (2006).
5. Menurut Hardiyatmo (2006)
36
37