laporan penelitianrepository.uinjambi.ac.id/50/1/hubungan peran... · 2019. 4. 1. · laporan...
TRANSCRIPT
LAPORAN PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARAPERAN KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA AKADEMIK
MAHASISWA PERGURUAN TINGGIKOTA JAMBI
Oleh:Samsu, S.Ag., M.Pd.I., Ph.D.
(Dosen FITK IAIN STS Jambi)
Bantuan Dana DIPA IAIN STS JambiTahun Anggaran 2015
PUSAT PENELITIAN DAN PENERBITANLEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
IAIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBITAHUN 2015
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan panjatkan ke hadirat Allah swt yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan penelitian dengan judul ”Hubungan Antara Peran Pimpinan dan
Budaya Akademik Mahasiswa Perguruan Tinggi Kota Jambi”. Shalawat beserta
salam semoga senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad saw, yang telah
mencerahkan kehidupan manusia dengan iman, islam dan ihsan.
Kami menyatakan penghargaan yang setinggi-tingginya dan menyampaikan
ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak, baik yang secara
langsung maupun tidak langsung telah memberikan kontribusi dalam penyelesaian
penelitian ini, terutama kepada:
1. Kementerian Agama RI Pusat yang telah mengalokasikan sebagian
anggarannya untuk melaksanakan tugas penelitian melalui DIPA IAIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Tahun 2015.
2. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor IAIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Syukri, SS, M.Ag selaku Ketua Lembaga Penelitian
dan Pengabdian pada Masyarakat dan Bapak H. Hermanto, Lc, M.HI, Ph.D
selaku Kepala Pusat Penelitian IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Dekan FKIP Universitas Jambi, dekan FITK IAIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi, dan dekan FKIP Universitas Batanghari di Kota Jambi.
Kepada Allah swt, kami memohon semoga mereka diberikan pahala yang
berlipat ganda dan segala bantuan, baik moral maupun material yang telah
diberikan dicatat sebagai amal ibadah di sisi-Nya, aamin yaa rabbal ’alamiin.
Kami juga menyadari bahwa dalam penulisan laporan penelitian ini masih
jauh dari harapan karena kekhilafan dan kekurangan. Karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari para peneliti dan pembaca yang sifatnya
konstruktif demi perbaikan kualitas penelitian di masa-masa yang akan datang.
Jambi, 29 Desember 2015
Peneliti,
v
ABSTRAK
Budaya akademik terbentuk melalui nilai, norma, moral, sikap, dan perilakuyang tumbuh dan berkembang di perguruan tinggi. Seorang pimpinan jugamemainkan peranan penting dalam mewujudkan budaya akademik terutama dikalangan mahasiswa di perguruan tinggi.
Kerangka konseptual penelitian dikembangkan berdasarkan peran pimpinan danbudaya akademik mahasiswa yang meliputi: 1) budaya belajar, 2) budaya membaca, 3)budaya diskusi. Terdapat 232 orang dijadikan sampel dalam penelitian ini dengan rincian3 orang dekan dan 229 orang mahasiswa. Penelitian ini menggunakan mixed methodsresearch. Data dianalisis menggunakan mean, standar deviasi, dan korelasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan respon pimpinanterhadap pelaksanaan budaya akademik di perguruan tinggi Kota Jambi tersebutberada pada tahap sederhana (skor min 2.67). Selain itu, sejumlah faktorpendukung pelaksanaan budaya akademik tidak memanfaatkannya dengan baik,bahkan disetujui berada pada tahap tinggi (skor min 3.45). Penelitian jugamenunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor penghambat pelaksanaan budayaakademik mahasiswa di perguruan tinggi Kota Jambi tersebut yang secarakeseluruhannya menunjukkan berada pada tahap rendah. Selain itu, peranpimpinan dalam hubungannya terhadap pelaksanaan budaya akademik mahasiswadi perguruan tinggi Kota Jambi dalam bentuk; 1) katalisator (menumbuhkankesadaran), 2) fasilitator, 3) pemecahan masalah, 4) penghubung sumber (mencarisumber kebutuhan organisasi) menunjukkan hipotesisnya diterima, dengan demikiandapat dikatakan bahwa hubungan antara peran pimpinan terhadap pelaksanaanbudaya akademik mahasiswa tersebut memiliki hubungan yang signifikan.
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................SAMBUTAN REKTOR......................................................................................HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................KATA PENGANTAR ........................................................................................ABSTRAK ..........................................................................................................DAFTAR ISI ......................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN ...............................................................................A. Latar Belakang Masalah .................................................................B. Pokok Masalah ...............................................................................C. Hipotesis Penelitian.........................................................................D. Kerangka Teoritik............................................................................E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................
BAB II : PROSEDUR PENELITIAN ...............................................................A. Pendekatan Penelitian ....................................................................B. Jenis dan Sumber Data ...................................................................C. Populasi dan Sampel Penelitian .....................................................D. Metode Pengumpulan Data ............................................................E. Analisis Data ..................................................................................F. Uji Keterpercayaan Data ................................................................G. Jadual dan Anggaran Penelitian......................................................
BAB III: TEMUAN UMUM PENELITIAN …………………………….........A. Gambaran Sektor Perguruan Tinggi di Indonesia...........................B. Peran Kepemimpinan Mahasiswa Perguruan Tinggi Kota Jambi...C. Keadaan Mahasiswa Perguruan Tinggi Kota Jambi........................D. Budaya Akademik Mahasiswa Perguruan Tinggi Kota Jambi........E. Historis dan Geografis Perguruan Tinggi di Kota Jambi................
BAB IV: TEMUAN KHUSUS PENELITIAN..................................................A. Profil Responden.............................................................................B. Respon Pimpinan terhadap Pelaksanaan Budaya Akademik
Mahasiswa di Perguruan Tinggi Kota Jambi..................................C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Budaya
Akademik Mahasiswa Perguruan Tinggi Kota Jambi....................D. Hubungan yang Signifikan antara Peran Kepemimpinan dengan
Budaya Akademik Mahasiswa di perguruan tinggi Kota Jambi.....
BAB V : PENUTUP ...........................................................................................A. Kesimpulan ....................................................................................B. Saran ..............................................................................................C. Rekomendasi ..................................................................................
Daftar Pustaka......................................................................................................Lampiran-lampiran...............................................................................................Riwayat Peneliti...................................................................................................
iii
iiiivv
vi
11555
13
1414141415151617
181819303033
3535
37
38
42
46464748
495051
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Terkait dengan akademis, pada dasarnya bersentuhan dengan lembaga
pendidikan tinggi dan dunia keilmuan. Setiap lembaga akademis merupakan
wadah persemaian akademis, keilmuan, intelektualitas, emosi, moral, dan budaya
untuk bekerja dalam disiplin ilmu atau bidang keahlian tertentu.1
Konsekuensi logis dari kedudukan perguruan tinggi, baik sebagai pusat
persemaian keilmuan maupun sebagai persemaian budaya tentunya harus
senantiasa mengacu pada tanggung jawab dan kewajiban perguruan tinggi
tersebut dalam melaksanakan fungsi dan peranannya dalam mencapai tujuan
pendidikan, yang selanjutnya tidak bisa terlepas dari unsur-unsur sumber daya
manusia seperti dosen, dan mahasiswa, dan proses pembelajaran.
Budaya akademis ini dapat terbentuk melalui nilai, norma, moral, sikap, dan
perilaku mahasiswa yang tumbuh dan berkembang selama mengikuti proses
pendidikan di perguruan tinggi yang bersangkutan, dan seorang pemimpin juga
memainkan peranan penting dalam menyemai budaya akademis ini. Artinya,
budaya akademis yang ”sehat” seharusnya dimulai dari kepemimpinan skala
makro (Rektor/Pembantu Rektor, Dekan/Pembantu Dekan), dan Kepala Biro),
skala mezo (Kepala Bagian, kasubbag ), dan skala mikro (Ketua Jurusan, Sekjur
dan Staf) dari suatu perguruan tinggi. Dan budaya akademis ini juga berkaitan erat
dengan visi yang dimiliki oleh seorang pemimpin tentang masa depan perguruan
tinggi tersebut.
Dengan tumbuhnya budaya akademis di lingkungan perguruan tinggi, maka
diharapkan hal ini dapat meningkatkan prestasi dan motivasi mahasiswa,
meningkatkan motivasi, produktivitas, dan prestasi kerja serta kepuasan dosen,
yang pada akhirnya akan mendorong kemajuan perguruan tinggi tersebut.
1 Frederick E. Balderstone, Managing Today’s University (USA: The Jossey-Bass, Inc.), 1995, h.104.
2
Ikatan budaya akademis ini akan terlihat dan terwujud dalam kedinamisan
segenap civitas akademika dalam tarikan napas Tri Dharma Perguruan Tinggi,
mulai dari pendidikan dan pengajaran, penelitian, hingga pengabdian kepada
masyarakat.
Budaya akademis ini merupakan suatu kehidupan kampus yang penuh
kedinamikaan, dengan adanya keterikatan mahasiswa dengan sistem, organisasi,
dan berbagai norma atau aturan yang berlaku, dan juga terkait dengan sejauh
mana perguruan tinggi dengan seperangkat sistem dan kelembagaannya mampu
mengikat mahasiswa secara optimal.
Budaya akademis mengikat seluruh masyarakat ilmiah atau segenap civitas
akademika dalam suatu peradaban yang tinggi. Setiap cara pikir, cara rasa, dan
cara laku civitas akademika berada dalam koridor yang beradab. cara-cara beradab
ini dimanifestasikan dalam segenap tindakan yang konstitusional, idealisme,
objektivitas, berpihak pada nilai-nilai ilmiah dan kebenaran, moralitas/akhlak,
menentang segala macam diskriminasi, kezaliman, ketidakadilan, dan pelacuran
ilmiah.
Secara umum dipahami bahwa para akademisi adalah mereka yang percaya
sepenuhnya pada kemampuan yang mereka miliki untuk memasukkan gagasan
yang lebih kuat ke dalam beberapa tujuan tertentu, utamanya yang berkaitan
dengan dunia akademik.2
Budaya akademis di dalam proses transformasi telah memberi kontribusi
kepada suatu pemahaman yang utama dan pemecahannya, tentang apa yang
terjadi dalam problema kemanusiaan dan sosial.3
Secara teoritis, budaya akademis sangat menentukan profesionalitas
lembaga/birokrasi, proses, output, maupun outcome sebuah lembaga pendidikan
tinggi. Hal ini dimungkinkan terjadi karena komunitas lembaga pendidikan tinggi
dibentuk oleh nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan, kepercayaan-kepercayaan,
perilaku-perilaku, dan praktek-praktek yang dilakukan oleh suatu kelompok
civitas akademika.
2 Mary Henkel, Academic Identities and Policy Change in Higher Education (England: JessicaKingsley Publishers Ltd), 2000, h. 204.
3 Carl E. Schorsoke, American Academic Culture in Transformation (USA: Princeton), h. vii
3
Selain itu, di dalamnya terdapat penerapan disiplin ilmu, sikap-sikap yang
spesifik, nilai-nilai, dan perilaku-perilaku budaya akademis tersebut dalam
realitas. Karena itu, budaya akademis harus disosialisasikan dan dijadikan
kebijakan yang mendukung komunikasi jaringan organisasi budaya akademis
dengan jangkauan yang lebih luas.
Budaya akademis dapat berperan sebagai suatu bentuk kontrol yang tidak
mudah dilihat (unobtrusive). Budaya akademis di sebuah organisasi pendidikan
dapat berperan sebagai suatu kekuatan yang dapat menstabilkan kesinambungan
atau kontinuitas suatu sistem sosial yang berjalan seperti kehidupan di dunia
akademis atau universitas pada umumnya, dan perguruan tinggi Islam pada
khususnya.
Sementara itu, rapuhnya budaya akademis ini secara teoritis sangat
signifikan terhadap tumbuh kembangnya beragam perilaku yang anormatif yang
timbul dari kalangan civitas akademika dan terjadinya berbagai pelanggaran di
tengah masyarakat. Perguruan tinggi yang tidak dibangun dalam suatu ranah
budaya yang baik, maka sebaik apa pun pembelajaran yang dikembangkan, hanya
akan menuai legitimasi lembaga berupa sertifikat atau ijazah saja bagi para
mahasiswanya, namun di dalamnya tidak ada orkestra sikap dan perilaku yang
mencerminkan norma, nilai, dan aturan yang mengikat segenap civitas akademika
dan masyarakat di sekitarnya.
Munculnya perilaku-perilaku menyimpang yang mengemuka di lembaga
akademis selain tidak mencerminkan lembaga yang memiliki budaya akademis,
juga membunuh profesionalitas. Sementara, budaya ilmiah sangat mengandalkan
kejujuran, kecerdasan, intelektualitas, dan akhlak/moral yang mesti tercermin
dalam sikap dan perilaku. Selain itu, harus jauh dari kecurangan, kezaliman,
diskriminasi, dan berbagai upaya yang mengandalkan keunggulan otot atau fisik.
Budaya ilmiah harus disemai dan dikembangkan dalam aturan proporsionalitas
dan profesionalitas, bukan karena unsur kasihan dan representasi pembagian
quota golongan atau kelompok.
Dalam semangat lembaga yang berbudaya akademis, keilmuan dan
keahlian, serta kepakaran tentunya dapat ditumbuhkembangkan; keterampilan
4
dapat dibina menjadi profesionalitas; prestasi akademik akan muncul secara fair
dan bertanggung jawab; birokrasi dan organisasi pendidikan akan berlangsung
secara sehat, sederhana, dan dinamis; kompetensi akan berlangsung secara ilmiah
dan berkeunggulan; dan yang paling mendasar adalah dalam suasana budaya
akademis akan berimplikasi terhadap kepemimpinan kependidikan yang lebih
demokratis.
Selain itu, manajemen juga sangat berperan dalam mewujudkan sistem kerja
yang kondusif dengan cara meminimalisir resiko yang mungkin dapat muncul
dalam penerapan budaya akademis. Nilai yang berbeda seringkali menjadi faktor
pemicu timbulnya konflik dalam organisasi perguruan tinggi Islam, sehingga
gairah kerja, kepatuhan terhadap sistem, nilai-nilai yang dianut secara bersama
untuk menciptakan pelayanan yang maksimal dapat terhambat.
Karena itu, pimpinan perguruan tinggi khususnya perguruan tinggi Islam
semakin penting peranannya dalam mewujudkan prinsip-prinsip manajemen untuk
mengantisipasi konflik yang muncul, yang pada akhirnya akan menyebabkan
hilangnya gairah kerja tersebut di samping akan menghambat tujuan organisasi
perguruan tinggi Islam secara keseluruhan.
Berkaitan dengan itu, lembaga akademis adalah wadah persemaian
profesionalitas. Dan profesionalitas ini akan tersemai manakala lembaga akademis
memiliki budaya akademis. Indikasi lembaga pendidikan yang memiliki budaya
akademis adalah terdapatnya aturan, moralitas atau akhlaq yang mengikat segenap
sikap dan perilaku pendukung pendidikan (pemimpin, dosen, staf, dan mahasiswa)
dan mengikat sebuah sistem pendidikan, sederhananya birokrasi dan organisasi,
berlangsungnya komunitas akademis, dijunjung tingginya objektivitas ilmiah,
terpeliharanya kejujuran ilmiah, keadilan, kecerdasan, dan intelektualitas.
B. Pokok Masalah
Dalam konteks latar belakang di atas, penulis ingin melihat hubungan antara
peran kepemimpinan dan budaya akademik di perguruan tinggi kota Jambi. Untuk
tujuan demikian, maka pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah berkisar pada
masalah:
5
(1) Bagaimana respon pimpinan terhadap pelaksanaan budaya akademik
mahasiswa di perguruan tinggi Kota Jambi?
(2) Apakah faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan budaya akademik
mahasiswa perguruan tinggi Kota Jambi?
(3) Adakah terdapat hubungan yang signifikan antara peran kepemimpinan
dengan budaya akademik mahasiswa di perguruan tinggi Kota Jambi?
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan permasalahan penelitian yang dikemukakan, hipotesis yang
dikemukakan adalah sebagai berikut:
Ha: Terdapat hubungan antara peran kepemimpinan dengan budaya akademik
mahasiswa di perguruan tinggi Kota Jambi.
D. Kerangka Teoritik
1. Budaya Akademis
Membicarakan tentang budaya akademik mahasiswa di suatu perguruan
tinggi, tidak dapat dilepaskan dari budaya itu sendiri yang seharusnya ada dalam
tradisi akademiknya. Kata budaya berasal dari kata Sansekerta, budhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi, yang berarti budi atau akal. Dengan
demikian, budaya dapat diartikan “hal-hal yang bersangkutan dengan akal”.4 Kata
budaya mengacu pada warisan sosial seseorang, yang di dalamnya menyangkut
suatu pola berpikir, merasa, dan berbuat yang dibawa dari satu generasi ke
generasi sesudahnya, termasuk pula perwujudan hal-hal ini dalam bentuk materi
maupun non-materi, yang meliputi hasil ciptaan yang bersifat abstrak seperti nilai-
nilai, kepercayaan, simbol, norma-norma, adat istiadat, dan peraturan
institusional.5
Budaya merupakan suatu pandangan hidup yang diakui bersama oleh suatu
kelompok masyarakat, yang mencakup cara berpikir, perilaku, sikap, dan nilai
yang tercermin, baik dalam wujud konkrit maupun abstrak. Budaya ini juga dapat
4 Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi (Jakarta: Aksara Baru), 1982, h. 80.5 James W. Vander Zanden, Sociology the Core (USA, McGraw Hill, Inc.), 1990, h. 31.
6
dilihat sebagai suatu perilaku, nilai-nilai, sikap hidup, dan cara hidup untuk
melakukan penyesuaian dengan lingkungan, dan sekaligus cara untuk memandang
persoalan dan memecahkannya.
Sebagaimana menurut Koentjaraningrat, bahwa wujud kebudayaan ini ada
tiga macam, yaitu: 1) wujud kebudayaan sebagai kompleks ide-ide, gagasan, nilai-
nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya, 2) wujud kebudayaan sebagai
suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat,
dan 3)wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.6
Secara alami budaya akan diwariskan dari satu generasi kepada generasi
selanjutnya. Dunia akademis, yang dalam konteks ini, perguruan tinggi Islam,
merupakan suatu lembaga utama yang didesain untuk memperlancar proses
transmisi kultural antar generasi tersebut.
Sebagai makhluk yang memiliki keinginan hidup dan keingintahuan
(curiosity) yang tinggi, mahasiswa berinteraksi budaya dengan sesamanya. Ketika
keinginan hidup dan keingintahuan dicapai, seseorang ingin lebih beradaptasi
dengan lingkungannya. Dengan adanya dorongan tersebut, maka mahasiswa
saling membangun budaya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya
(pendidikan) agar lebih bermakna dan diterima oleh lingkungannya, khususnya
sebagai seorang intelektual.
Bagi mahasiswa di perguruan tinggi Islam seperti STAIN, IAIN, maupun
UIN, kehadiran Islam dalam memberikan tuntunan hidup berbudaya sudah
menjadi spirit tersendiri, yang seharusnya tumbuh dan berkembang lebih baik,
dibandingkan mahasiswa dari perguruan tinggi umum. Hal ini dimaksudkan agar
setiap hasil prestasi akademik yang dibangun dari cipta, rasa, dan karsa dalam
hidupnya berdimensi ibadah dan bernuansa amal shaleh bagi dirinya dan
masyarakat. Cara-cara manusiawi dalam pencapaian cipta, rasa, dan karsa
mahasiswa inilah yang dikenal sebagai budaya. Lebih tepatnya budaya akademis.
Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat suatu hubungan yang interaktif,
karena proses pendidikan pada hakikatnya merupakan proses membudaya. Dalam
proses yang dimaksud, pendidikan bukan sekedar mentransfer nilai-nilai yang ada
6 Koentjaraningrat, Loc.Cit.
7
dalam tradisi, tetapi juga berpartisipasi aktif dalam kegiatan budaya yang ada dan
mengantisipasi nilai-nilai yang mungkin muncul di masa yang akan datang.
Dalam hal ini, pendidikan berfungsi untuk mengembangkan tiga jenis pelaku
budaya, yaitu manusia (mahasiswa) yang sadar budaya, manusia (mahasiswa)
yang membudaya, dan manusia (mahasiswa/alumni) sebagai budayawan dalam
arti yang luas.7
Setiap tingkah laku manusia termasuk mahasiswa yang disadari merupakan
suatu olahan akal budinya, yang berupa cipta, rasa, dan karsa. Kesadaran akan hal
ini tentunya akan sangat membantu dalam melaksanakan tingkah laku yang
diinginkan. Dan mahasiswa yang sadar budaya ini merupakan awal dari tindakan
budaya yang terarah dan kreatif, sehingga ia menjadi manusia yang membudaya,
dan mampu mewujudkan dirinya sebagai budayawan dalam arti yang luas, yaitu
seseorang yang telah menyadari eksistensi nilai-nilai budayanya (budaya
akademik; karena ia ada dan berkarya dalam kampus), bertindak dan mewujudkan
nilai-nilai budaya tersebut dalam kehidupannya di kampus, serta mengembangkan
nilai-nilai budaya tersebut secara aktif ke arah yang lebih berkualitas.
Dalam dunia pendidikan, semula budaya suatu bangsa dianggap sebagai
faktor yang paling menentukan kualitas suatu lembaga pendidikan. Namun, akhir-
akhir ini, mulai berkembang bahwa ternyata budaya bangsa bukan merupakan
faktor yang paling menentukan, sebaliknya, justru budaya akademis yang menjadi
faktor penentu kualitas dalam suatu bangsa. Dikatakan demikian, karena justru
yang menjadi pilar pendorong kemjuan bangsa terletak kepada intelektualnya, dan
intelektual ini berasal dari perguruan tinggi.
Budaya akademis yang berawal dari adanya budaya sekolah merupakan
sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan
simbol-simbol yang dipraktekkan oleh segenap civitas akademika dan masyarakat
di sekitarnya. Budaya akademis inilah yang akan menjadi ciri khas, karakter, dan
citra perguruan tinggi tersebut di masyarakat luas. Budaya akademis ini
merupakan suatu keterikatan antara civitas akademika dengan sistem, organisasi,
7 Ace Suryadi dan H.A.R. Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan: Suatu Pengantar (Bandung:Remaja Rosdakarya), 1993, h. 195.
8
dan berbagai norma, aturan, dan kebiasaan-kebiasaan normatif, moral, maupun
akademis di perguruan tinggi.
Dengan kata lain, dalam ranah pendidikan tinggi, kita dituntun melalui
sebuah budaya dan peradaban yang dikenal dengan budaya akademis. Budaya ini
mendasari seluruh sikap dan perilaku pendukung pendidikan tinggi dalam
menunaikan amanat masyarakat sebagai pengguna (stakeholder) pendidikan.
Budaya akademis perguruan tinggi Islam muncul sebagai konsekuensi dari
perjuangan civitas akademika untuk menata ketidakpastian dengan menciptakan
beberapa tingkatan atau pranata dalam kehidupan kampus. Ketidakpastian ini
dapat disebabkan oleh perubahan yang terjadi karena kondisi ekonomi,
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tindakan para pesaing
pendidikan suatu perguruan tinggi.
2. Peran Pimpinan
Menurut Oemar Hamalik (2005) ada lima hal yang perlu diperhatikan agar
pemimpin dapat berperan baik di dalam organisasi yang dipimpinnya meliputi a)
peran sebagai katalisator, yaitu menumbuhkan pemahaman dan kesadaran orang
yang dipimpinannya, agar tindakan yang dilakukan dapat bermanfaat untuk
kepentingan semua anggota organisasi, b) peran sebagai fasilitator, yaitu mendorong
dan menumbuhkan kesadaran para kelompok di suatu organisasi yang dipimpinnya
supaya kesadaran para kelompok di suatu organisasi yang dipimpinnya supaya
melakukan perubahan yang diharapkan untuk meningkatkan perkembangan suatu
organisasinya, c) peran sebagai pemecah masalah, yaitu seorang pemimpin harus
mampu bertindak cepat, tepat, dan tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi oleh
organisasi, dan berusaha memecahkan masalah tersebut dengan secepat-cepatnya, d)
peran sebagai penghubung sumber, yaitu seorang pemimpin harus dapat mencari
sumber-sumber yang berkenaan dengan kondisi dan kebutuhan organisasi, e) peran
sebagai komunikator, yaitu seorang pemimpin harus dapat mengkomunikasikan
gagasannya kepada orang lain, yang kemudian disampaikan kepada orang lain,yang
kemudian disampaikan kepada orang lain secara berlanjut.
9
Adapun budaya akademis merupakan sejumlah kewajiban yang berlaku bagi
setiap orang yang memiliki jabatan sebagai akademikus (civitas akademika).8
Kewajiban-kewajiban ini bersumber pada tugas-tugas perguruan tinggi, yang
dikenal dengan Tri Dharma, yaitu aktivitas pendidikan dan pengajaran, penelitian,
dan pengabdian kepada masyarakat. Budaya akademis ini terbangun atas beberapa
nilai dan sistem Islami yang tentunya terkait dengan peran kepemimpinan yaitu
kewajiban belajar, kewajiban mengajar, keutamaan ilmu dan ilmuwan, dan prinsip
musyawarah.
a) Kewajiban Belajar
Sabda Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Bar :
“Tuntutlah ilmu pengetahuan walaupun letaknya di negeri Cina. Sebab
sesungguhnya menuntut ilmu pengetahuan itu merupakan kewajiban bagi setiap
orang Islam.” (HR. Ibnu Abdil Bar).
Dalam riwayat lain, Rasulullah saw bersabda yang diriwayatkan oleh Al-
Bazar dan Thabrani yang artinya:
“Jadikanlah dirimu sebagai pengajar atau pelajar atau pendengar atau
pencinta. Dan janganlah kalian menjadi orang yang kelima (senang menjadi
bodoh), maka kalian akan hancur.” (HR. Al-Bazar dan Thabrani).
Kewajiban menuntut ilmu bagi muslim laki-laki dan perempuan ini tidak
untuk sembarang ilmu, tapi utamanya ilmu agama, dan ilmu yang menerangkan
cara bertingkah laku atau bermuamalah dengan sesama manusia. Karena itu,
setiap orang Islam wajib mengerjakan shalat, maka mereka wajib mengetahui
rukun-rukun dan syarat-syarat sahnya shalat, supaya dapat melaksanakan
kewajiban shalat dengan sempurna.
Dengan demikian, tidak ada seorang pun yang meragukan pentingnya ilmu
pengetahuan, utamanya melalui proses belajar, karena ilmu itu khusus hanya
dimiliki oleh umat manusia. Dalam hal ini, setiap orang Islam hendaknya tidak
melupakan hal-hal yang bermanfaat dan yang membahayakan dirinya di dunia dan
8 Edward Shils, Etika Akademis. Penerj. A. Agus Nugroho. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia),1993, sh. 177.
10
akhirat. Oleh karena itu, ia harus belajar ilmu yang bermanfaat dan menjauhi ilmu
yang tidak berguna agar akal dan ilmunya tidak membahayakan dirinya.
b) Kewajiban Mengajar
Syari’at Islam melalui Al-Qur’an selalu menuntun perjalanan hidup umat
manusia agar berada di jalan yang baik dan benar, mewujudkan kemaslahatan
(budaya) yang ditetapkan secara maksimal, dan membina kehidupan atau
hubungan secara umum berdasarkan prinsip dan petunjuknya, serta dilandasi oleh
niat, cara, bentuk, dan kerja (mengajar) yang baik dan benar pula.
Kewajiban mengajar melalui bidang pendidikan dan pengajaran pada Tri
Dharma perguruan tinggi bukan hanya dilakukan melalui adanya tanggung jawab
dan wewenang yang dimiliki tetapi juga disebabkan oleh adanya rasa tanggung
jawab pengabdian yang tinggi atas kerja yang dilakukan di samping karena
pekerjaan seperti mengajar merupakan konsekuensi logis dari tanggung jawab
berupa amanah dari Allah.
Berkaitan dengan hal ini, kewajiban mengajar tentunya dilakukan oleh
pendidik. Pendidik menurut Al-Ghazali ialah orang yang berilmu atau ‘alim yang
jama’nya adalah ‘ulama. Menurut Al-Ghazali, mengajar merupakan pekerjaan
mulia dari seluruh pekerjaan manusia, seperti yang diungkapkan dalam bukunya
Ihya ‘Ulumuddin juz I sebagai berikut:
“Sebaik-baik makhluk di atas bumi ini adalah manusia, dan sebaik-baikbagian tubuh ialah hati. Sedangkan guru berusaha menyempurnakan,membersihkan dan mengarahkan untuk mendekatkan diri kepada Allah ‘azzawajalla. Maka mengajarkan ilmu adalah salah satu bentuk ibadah dan termasukmemenuhi tugas kekhalifahan yang paling utama. Allah telah membuka hatiseorang pandai (‘alim) dengan suatu pengetahuan yang merupakan sifat yagpaling istimewa. Dengan demikian ia merupakan hazanah penyimpan harta yangpaling mulia.”9
Dari keterangan yang diberikan oleh Al-Ghazali tersebut, diperoleh suatu
gambaran bahwa tugas mendidik dari seorang ‘alim merupakan bagian penting
dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik, dan merupakan kata
kunci dalam membentuk karakter peserta didik. Melihat pentingnya posisi ‘alim
dalam aktivitas pendidikan ini, maka dapat dikatakan bahwa dalam setiap
9 Al Ghazali, Ihya Ulumuddin (Beirut: Badawi Thaba’ah), t.t.
11
penyelenggaraan pendidikan hendaknya paling tidak harus ada seorang guru yang
dapat menjadi sarana untuk bertanya bagi seorang peserta didik.
c) Keutamaan Ilmu dan Ilmuwan
Dalam pandangan Islam (Al-Qur’an) sangat mengagungkan ilmu yaitu
sebagai buah (hasil) pemikiran. Ayat Al-Qur’an yang pertama kali diturunkan
kepada Rasulullah SWT menunjukkan pada keutamaan ilmu pengetahuan, yaitu
dengan memerintahkannya membaca sebagai kunci pengetahuan dan
menyebutkan qalam sebagai alat transformasi ilmu pengetahuan. Firman Allah
dalam surat Al-Alaq: 1-5; yang artinya:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telahmenciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang mahapemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam. Diamengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq: 1-5).
Di dalam ayat ini, Allah SWT menyebut nikmat-Nya dengan mengajarkan
manusia apa yang tidak diketahuinya. Hal ini menunjukkan kemuliaan belajar dan
ilmu pengetahuan, bahkan Allah SWT bersumpah dengan qalam, yang
menunjukkan akan pentingnya qalam tersebut. Firman Allah dalam surat al-
Qalam: 1; yang artinya:
“Nun, demi qalam dan apa yang mereka tulis.” (QS. Al-Qalam: 1)
Al-Qur’an memuji ahli ilmu pengetahuan dan menyebut mereka dengan
alladziina utul ‘ilma, dan Allah SWT menisbatkan kepada mereka beberapa
keutamaan pemikiran, keimanan, serta akhlak, dan budaya. Ulul ‘ilmi adalah
mereka yang disebut secara beruntun dengan ahli keimanan dalam Al-Qur’an, dan
Allah SWT mengangkat mereka seluruhnya beberapa derajat.
d) Musyawarah
Musyawarah adalah meminta pendapat dari orang-orang yang dipercayai
agamanya, pengalamannya, kecerdikannya, kejujurannya, dan kearifannya tentang
sesuatu urusan yang penting yang hendak dikerjakan atau diberi hukum.10
Salah satu ajaran Islam yang dapat dikembangkan sejalan dengan penegakan
budaya akademis ini adalah pentingnya memusyawarahkan sesuatu urusan
10 Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Al-Islam Jilid 2 (Semarang: Pustaka Rizki Putra),1998, h. 466.
12
penting dengan para ahlinya, upaya ke arah penegakan budaya akademis ini
tentunya akan tercipta dan lebih terpelihara apabila dilakukan musyawarah dan
perenungan-perenungan. Prinsif dan etika bermusyarah ini sangat diutamakan,
khususnya yang ada kaitannya dengan penegakan budaya akademis.
Dengan demikian, nyatalah bahwa Islam menghendaki agar segala
persoalan termasuk di bidang penegakan budaya akademis ini dimusyawarahkan
dengan orang-orang yang ahli terlebih dahulu, dan hendaknya tidak cukup dengan
pendapat sendiri, meskipun memiliki ilmu yang tinggi.
Adapun dasar yang menjadi landasan mengenai pentingnya musyawarah ini
adalah seperti firman Allah SWT dalam surat Asy-Syura: 38; yang artinya:
“Dan segala urusan mereka dimusyawarahkan di antara mereka.” (QS.
Asy-Syura: 38).
Dalam ayat lain Allah SWT berfirman, yang artinya:
“Dan bermusyawarahlah dengan mereka pada segala urusan. Maka
apabila engkau telah membulatkan cita-cita, bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
(QS. Ali Imran: 159).
Dalam prakteknya, musyawarah dalam bentuk diskusi dan perenungan
dapat meningkatkan kualitas budaya akademis utamanya yang menyangkut
tridarma perguruan tinggi. Karena dengan diskusi, persoalan-persoalan yang
dihadapi dan dapat menghambat tumbuhnya budaya akademis secara baik dapat
dihindari, misalnya melalui upaya perencanaan budaya akademis, aturan-aturan
penegakan budaya akademis, pemecahan masalah yang dihadapi melalui rapat,
pertemuan, atau forum sampai kepada evaluasi pelaksanaan budaya akademis.
Dengan demikian, proses pelaksanaan budaya akademis pada perguruan
tinggi seperti Perguruan tinggi Kota Jambi tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri
dari unsur-unsur yang ada, baik pada tataran unsur pimpinan, dosen, mahasiswa,
maupun karyawan, tetapi justru merupakan wujud kerjasama yang erat dari semua
unsur yang ada dalam mewujudkan budaya akademis tersebut.
13
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Ingin mengetahui peran kepemimpinan pemimpin perguruan tinggi Kota Jambi
b. Ingin mengetahui kondisi budaya akademik mahasiswa perguruan tinggi di
Kota Jambi.
c. Ingin mengetahui hubungan antara peran kepemimpinan dengan budaya
akademik perguruan tinggi di Kota Jambi.
d. Ingin mengetahui faktor pendukung dan penghambat budaya akademik
mahasiswa di perguruan tinggi di Kota Jambi.
2. Manfaat Penelitian
a. Untuk mengetahui peran kepemimpinan pemimpin perguruan tinggi Kota
Jambi.
b. Untuk memberikan kontribusi pemikiran dalam upaya peningkatan budaya
akademik mahasiswa perguruan tinggi di Kota Jambi sejalan dengan
keinginan Pemerintah Daerah Provinsi Jambi untuk meningkatkan mutu
pendidikan.
14
BAB IIPROSEDUR PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada perguruan tinggi di Kota Jambi dalam
kaitannya dengan hubungan antara peran kepemimpinan dan budaya akademik
mahasiswa perguruan tinggi kota Jambi. Pendekatan penelitian ini adalah
menggunakan metode campuran (mixed method research) dengan
menggabungkan data kuantitatif dan data kualitatif untuk menjelaskan temuan
penelitian yang ada.
B. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang dipergunakan dalam proses penelitian ini terbagi menjadi
dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer berupa informasi
yang diperoleh dari responden melalui angket (questionnaire) mengenai hubungan
antara peran kepemimpinan dan budaya akademik mahasiswa perguruan tinggi
kota Jambi. Sedangkan data sekunder berupa informasi yang diperoleh melalui
wawancara (interview) dan dokumentasi (documentation), khususnya yang
berkenaan dengan hubungan antara peran kepemimpinan dan budaya akademik
mahasiswa perguruan tinggi kota Jambi.
2. Sumber Data
Adapun yang menjadi sumber data untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari pimpinan dan mahasiswa Perguruan
Tinggi yang bersangkutan.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1) Populasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Kota Jambi, yang meliputi tiga perguruan tinggi
di Kota Jambi yang terkait dengan hubungan antara peran pimpinan terhadap
pelaksanaan budaya akademik mahasiswa perguruan tinggi kota Jambi.
15
2) Sampel Penelitian
Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan kepada persampelan acak berstrata
’stratified random sampling’. Endang S.Sari (1993) menyatakan karena karena
sampel memiliki persyaratan khusus dan ia memiliki posisi yang unik (Rafeal J.
Engel & Russell K. Schutt 2010). Selain itu, persampelan acak berstrata ini dipilih
karena peneliti boleh memilih sampel dan tempat yang dijangkakan dapat
memberikan informasi yang tepat (Creswell 2005; Gay & Airasian 2006).
D. Metode Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dilakukan melalui metode observasi, wawancara,
angket, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini, informasi utama yang diperolehi
adalah informasi langsung dari sampel melalui edaran angket (questionnaire)
yang dijawab sendiri mengikut persepsi mereka, yang terkait dengan masalah
hubungan antara peran pimpinan dan budaya akademik mahasiswa perguruan
tinggi Kota Jambi.
E. Analisis Data
Menurut Brannen (2002) bahwa data sedikit lebih sahih apabila dihasilkan
lebih dari satu jenis instrumen atau lebih dari satu jenis wawancara. Dalam
penelitian ini, semua jawaban angket (questionnaire) dianalisis menggunakan
statistik untuk mendapatkan informasi yang berguna mengenai bidang yang dikaji.
Mengingat penelitian ini adalah mixed research method, maka analisis data
kuantitatif dilakukan terlebih dahulu kemudian diikuti analisis data kualitatif
untuk lebih memberi pemaknaan daripada informasi bagi hubungan antara peran
kepemimpinan dan budaya akademik mahasiswa pada perguruan tinggi di Kota
Jambi.
Mengikuti Sambas (2007) analisis data statistik yang digunakan dalam
penelitian ini berupa analisis data statistik deskriptif dan inferensi. Analisis data
statistik deskriptif yang biasanya digunakan adalah penyajian data prosentase,
frekuensi, min, standar deviasi, median atau modus. Karena itu, dalam analisis
16
data deskriptif ini, penyajian data yang dilakukan adalah melalui min dan standar
deviasi. Sedangkan analisis data statistik inferensi untuk menganalisis data dengan
menggunakan korelasi Pearson, dan regresi linear. Tujuan analisis deskriptif dan
statistik inferensi ini adalah untuk menghasilkan inferensi dan generalisasi kepada
pihak-pihak yang berkepentingan.
Data angket (questionnaire) dianalisis dengan cara pengkodean dan
memasukkan ke dalam komputer. Data bagi skor peran kepemimpinan dan skor
budaya akademik mahasiswa juga dimasukkan ke dalam komputer untuk
dianalisis. Perisian Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 12.0
digunakan untuk menganalisis data tersebut.
F. Uji Keterpercayaan Data
Instrumen peran pimpinan dan budaya akademik memiliki 20 item untuk
hubungan peran pimpinan terhadap pelaksanaan budaya akademik mahasiswa
perguruan tinggi Kota Jambi. Korelasi di antara skor setiap item dengan jumlah
skor dan korelasi di antara skor dengan skor tanpa item berkenaan (corrected
item-total correlation) digunakan untuk melihat kesahan dan kebolehpercayaan
item angket yang ada. Untuk mendapatkan indeks kebolehpercayaan bagi setiap
elemen atau konstruk digunakan kaedah Alpha Cronbach. Hasil dari analisis
dengan menggunakan kaedah Alpha Cronbach ini seperti lampiran A.
Dalam lampiran A, diperoleh penjelasan bahwa nilai korelasi antar skor item
dengan jumlah skor variabel peran pimpinan adalah antara 0.376 hingga 0.819,
sedangkan nilai korelasi antar skor item dengan jumlah skor elemen budaya
akademik adalah antara 0.312 hingga 0.610. Adapun nilai korelasi antara skor
item yang dibetulkan dengan jumlah skor (corrected item-total correlation)
variabel peran pimpinan ialah antara 0.314 hingga 0.851 dan nilai korelasi antara
skor item yang dibetulkan dengan jumlah skor (corrected item-total correlation)
variabel budaya akademik adalah antara 0.319 hingga 0.746. Item-item tersebut
dapat diterima dan mempunyai korelasi yang tinggi dalam mengukur setiap
elemen dalam variabel/konstruk peran pimpinan dan budaya akademik. Nilai
17
korelasinya adalah lebih daripada 0.30 seperti yang dikemukakan oleh Abu Bakar
(1987).
G. Jadual dan Anggaran Penelitian
Kegiatan penelitian ini direncanakan akan dilakukan selama 3 (tiga) bulan,
yang terdiri dari kegiatan pembuatan proposal, pembuatan instrumen
pengumpulan data, pengurusan izin riset, pelaksanaan riset, analisis data, dan
penyusunan laporan.
Adapun anggaran penelitian ini berasal dari Anggaran DIPA IAIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi Tahun 2015.
NO KEGIATANBULAN/TAHUN 2015
Oktober Nopember Desember1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5
1 Pembuatan Proposal2 Pembuatan Izin Riset3 Pembuatan IPD4 Pelaksanaan Riset
5 Analisis Data6 Penyusunan Laporan7 Penyerahan Laporan
18
BAB III
TEMUAN UMUM PENELITIAN
A. Gambaran Sektor Perguruan Tinggi di Indonesia
Indonesia adalah negara besar dengan populasi hampir 235 juta, seluas
1.910.931 km persegi. Negara ini terdiri dari lebih dari 17.504 pulau, membuat
negara kepulauan terbesar di dunia. Penduduk masih didominasi oleh generasi
muda, dimana 44,72% dari penduduknya lebih muda dari 25 tahun. Hal ini sangat
penting karena meningkatnya kebutuhan untuk memberikan pendidikan dan
pekerjaan bagi kaum muda.
1) Sistem Pendidikan dan Sejarah Pendidikan Tinggi Islam di Indonesia
Indonesia memiliki sistem pendidikan yang unik. Selain sistem pendidikan
umum, di mana sebagian besar siswa menikmati pendidikan mereka, ada juga sistem
pendidikan Islam untuk beberapa anak-anak Muslim. Kedua arus utama dari sistem
pendidikan berada di bawah pengawasan dua kementerian yang berbeda. Di satu sisi,
sekolah umum dari tingkat SD hingga perguruan tinggi diawasi oleh Departemen
Pendidikan Nasional (Depdiknas). Di sisi lain, lembaga pendidikan Islam untuk semua
tingkat berada di bawah administrasi Kementeriann Agama. Mengingat dua aliran utama
pendidikan, Indonesia dianggap oleh sebagian orang sebagai mengadopsi sistem
pendidikan dualistik.
Sistem pendidikan Islam merupakan penting dan bagian yang tidak terpisahkan
dari sistem pendidikan nasional. lembaga pendidikan Islam, sepanjang sejarah mereka,
telah memberikan kontribusi signifikan terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia.
Selain memproduksi sarjana Muslim, mereka telah mengembangkan juga tradisi Islam di
Indonesia. Meskipun kontribusi tersebut, bagaimanapun, pendidikan Islam tidak menjadi
pusat dalam pengembangan sistem pendidikan nasional. Karena itu, dalam rangka
meningkatkan kualitas dan daya saing pendidikan tinggi, termasuk pendidikan tinggi
Islam, maka perlu untuk merumuskan paradigma baru yang disebut lima pilar dalam
mengembangkan dan memperbaiki pengelolaan universitas, yaitu: 1) untuk mendorong
pendidikan tinggi untuk meningkatkan kualitas pendidikan; 2) untuk memberikan
otonomi pendidikan tinggi; 3) untuk meminta penyedia pendidikan tinggi pada aspek
akuntabilitas; 4) untuk melaksanakan akreditasi semua penyelenggara pendidikan; dan 5)
untuk mengevaluasi secara teratur untuk pelaksanaan pendidikan seperti yang diharapkan.
19
B. Historis dan Geografis Perguruan Tinggi di Kota Jambi
1) IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Sebelum dibicarakan tentang peran pimpinan dalam kaitannya dengan
budaya akademik mahasiswa di lingkungan IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
(selanjutnya menggunakan singkatan IAIN STS Jambi), terlebih dahulu akan
diuraikan tentang sejarah berdirinya IAIN STS Jambi. Hal ini dimaksudkan untuk
memperoleh gambaran utuh mengenai eksistensi lembaga perguruan tinggi ini.
Lahirnya IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi tidak terlepas dari
perkembangan Agama Islam, juga lembaga pendidikan Islam yang ada di Provinsi
Jambi. Didorong oleh hasrat masyarakat dan ulama pada masa itu, setelah
memperhatikan banyaknya lembaga yang mengeluarkan siswa madrasah/sekolah
agama tingkat atas di Jambi sementara belum ada pendidikan tinggi yang dapat
menampung tamatan tersebut, maka diadakanlah Kongres Ulama Jambi pada
tahun 1957 yang berhasil melahirkan suatu keputusan bahwa di Jambi sudah
saatnya didirikan perguruan tinggi. Pada tanggal 29 September 1960 didirikanlah
Fakultas Syari’ah Perguruan Tinggi Agama Islam al-Hikmah di bawah naungan
Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Jambi.1
Pada tanggal 30 September 1965 dengan Surat Keputusan Gubernur Jambi
Nomor: 18 tahun 1965 terbentuklah Panitia Persiapan Pembukaan IAIN Jambi
yang disetujui oleh Menteri Agama dengan Surat Keputusan Nomor: 83 tahun
1965 tanggal 22 Nopember 1965. Setelah melalui proses, perjalanan dan
perjuangan panjang yang dilakukan Panitia Persiapan Pembukaan IAIN Jambi
tersebut, maka Menteri Agama RI akhirnya menyetujui berdirinya IAIN di
Provinsi Jambi dengan Surat Keputusan Nomor: 84 tahun 1967 tanggal 27 Juli
1967.
Berbekal Surat Keputusan Menteri Agama tersebut, pada tanggal 8
September 1967 sekaligus bertepatan dengan tanggal 3 Jumadil Akhir 1387
Hijriah diresmikanlah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin oleh Menteri Agama RI,
Prof. K.H. Saifuddin Zuhri, dengan komposisi personalia seperti dalam tabel 4
berikut :
1 Profil IAIN STS Jambi 2009.
20
Tabel 4. Daftar Personalia Pimpinan IAIN STS Jambidan Fakultas yang Ada Ketika Peresmian Pertama Kali Tahun 1967
(Sumber: Profil IAIN STS Jambi 2009)
Jelang beberapa tahun kemudian, dengan dikeluarkannya SK Menteri
Agama RI Nomor: 69 tahun 1982 tanggal 27 Juli 1982, fakultas yang ada di
lingkungan IAIN Sulthan Thaha Saifuddin ditingkatkan status-nya dari fakultas
muda menjadi fakultas madya. Dengan perubahan itu maka secara hukum dan
kelembagaan semua fakultas telah diperkenankan menyelenggarakan perkuliahan
tingkat doktoral.2
Pada tahun 1995, ketika tenaga dosen yang berkualifikasi pendidikan S.2
dan S.3 semakin diperlukan kehadirannya, maka ide membuka Program
Pascasarjana pun mengemuka. Menindaklanjuti ide tersebut, pada bulan Februari
1999 Panitia Persiapan Pendirian Program Pascasarjana yang langsung diketuai
oleh Prof. Dr. H. Sulaiman Abdullah dan anggota yang lain secara serius dan
bekerja keras mempersiapkan program persiapan pendirian Program Pascasarjana
dan diajukan ke Departemen Agama di Jakarta pada tanggal 14 April 1999.
Oleh Departemen Agama, pengajuan itu ditindaklanjuti dengan visitasi
(kunjungan lapangan) ke Jambi melalui sebuah tim yang diketuai oleh Prof. Dr.
H. Mastuhu, M.Ed, guna melihat persiapan IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
membuka Program Pascasarjana. Visitasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu
tanggal 14-15 Juli 1999 dan 30-31 Juli 1999. Hasilnya, oleh tim visitasi
merekomendasikan bahwa IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi layak membuka
2 Ibid.
No Nama Jabatan
1 H. A. Manaf Gubernur KDH Tk. I Jambi (Rektor)
2 H. MO. Bafadhal Dekan Fakultas Syari’ah
3 Drs. H. Z. Azuan Dekan Fakultas Tarbiyah
4 K. H. A. Qadir Ibrahim Dekan Fakultas Ushuluddin
5 A.R. Dayah Dekan Fakultas Syari’ah Kerinci
21
dan melaksanakan Program Pascasarjana, yang kemudian dikukuhkan dengan SK
Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Nomor: E/283/1999 tanggal 2
September 1999 tentang Penyelenggaraan Program Pascasarjana IAIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi. 3
Pada awalnya, Program Pascasarjana IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
baru membuka satu konsentrasi, yaitu Manajemen Pendidikan Islam (MPI).
Selang setahun kemudian ditambah lagi dengan satu konsentrasi, yakni
Metodologi dan Pemikiran Hukum Islam (MPHI), hingga tahun 2007 Program
Pascasarjana telah memiliki empat (4) konsentrasi, yaitu Manajemen Pendidikan
Islam (MPI), Metodologi dan Pemikiran Hukum Islam (MPHI), Pemikiran dan
Akidah Filsafat Islam (PAFI), Pemikiran Ekonomi dan Bisnis Islam (PEBI).
Tercatat dalam sejarah, sejak berdiri dan berkembangnya IAIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi telah dipimpin oleh 8 (delapan) orang tokoh-tokoh
terkemuka di bidangnya, yaitu: 1) H.A.Manaf (1967-1971), 2) Drs. H. A. Munir
SA (1971-1972), 3) Drs. Ruslan Abd. Ghani (1972-1976) , 4) Prof. Syekh H. MO.
Bafadhal (1976-1986), 5) Prof. Dr. H. M. Chatib Quzwein, MA (1986-1994), 6)
Prof. Dr. H. Sulaiman Abdullah (1994-1998), 7) Prof. Dr. H. Asafri Jaya Bakri,
MA (1998-2006), dan 8) Prof. Dr. H. Mukhtar, M.Pd (2006-2010), Prof.Dr.H.
Dede Rosyada,MA (2010-2011), Dr. H. Hadri Hasan, MA (2011-2019).4
Perkembangan selanjutnya, IAIN juga telah berkomitmen untuk melakukan
transformasi menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi melalui program Wider Mandate (WM). Untuk lebih memastikan proses
IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Dan guna memberdayakan sekaligus
mengembangkan program wider mandate, pada tahun 2007 atas persetujuan Senat
Institut yang diketuai Prof. Dr. H. Mukhtar Latif, M.Pd, Rektor terpilih periode
2006-2010 mengganti Wider Mandate (WM) menjadi Lembaga Pengembangan
Institut Agama Islam Negeri (LP-IAIN). Untuk keperluan peningkatan mutu
akademik pada saat bersamaan juga dibentuk Lembaga Peningkatan Mutu
Akademik (LPMA). Disusul beberapa bulan kemudian dengan pendirian Ma’had
3 Ibid.4 Ibid.
22
Aly (MA) yang diperuntukkan bagi program pembinaan dan peningkatan mutu
mahasiswa.5
Sebagai salah satu perguruan tinggi Islam yang mengemban misi dharma
perguruan tinggi, dalam proses pembinaan dan peningkatan mutu mahasiswa,
maka fakultas yang ada di lingkungan IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
memiliki tugas dan fungsi, yaitu mempunyai tugas melaksanakan pendidikan dan
pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dalam sebagian ilmu
agama Islam dan ilmu-ilmu lain yang terkait untuk program akademik dan
program profesional. Sedangkan fungsinya adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan dan perumusan konsep kebijaksanaan dan perencanaan program
fakultas untuk mencapai tujuan dan mewujudkan visi fakultas.
2. Pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pengajaran ilmu pengetahuan agama
Islam dan ilmu-ilmu lain yang terkait.
3. Pelaksanaan penelitian dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan
agama Islam dan ilmu-ilmu lain yang terkait.
4. Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat.
5. Pelaksanaan pembinaan kemahasiswaan.
6. Pelaksanaan pembinaan civitas akademika dan hubungan dengan
lingkungannya.
7. Pelaksanaan kerjasama dengan perguruan tinggi dan/ atau lembaga lain.
8. Pelaksanaan pengendalian dan pengawasan kegiatan fakultas.
9. Penyelenggaraan administrasi fakultas.
10. Pelaksanaan penilaian prestasi dan proses penyelenggaraan kegiatan serta
penyusunan laporan.
Selain dari itu, salah satu syarat dan sekaligus menjadi tantangan yang harus
dipenuhi oleh perguruan tinggi seperti IAIN STS Jambi yang profesional adalah
terpenuhinya atau munculnya budaya kerja yang baik, bersemangat, profesional,
terarah, serta perhatian yang cukup intens terhadap profesionalitas di bidang
keilmuan masing-masing yang dimiliki oleh civitas akademikanya.
5 Ibid.
23
Dilihat dari sisi jumlah SDM dosen, IAIN STS Jambi saat ini memiliki
jumlah dosen dengan komposisi latar belakang pendidikan S1 sebanyak 53 orang,
S2 sebanyak 175 orang, dan S3 sebanyak 16 orang, dan ditambah 9 orang guru
besar (profesor).
Untuk melihat komposisi SDM dosen tersebut, dapat digambarkan dalam
tabel 5 berikut:
Tabel 5. Komposisi Dosen IAIN STS Jambi BerdasarkanLatar Belakang Pendidikan Tahun 2009
Jika diprosentasikan dalam bentuk grafik dapat diperoleh gambaran
sebagaimana grafik 1 berikut:
0
50
100
150
200
S1 S2 S3 Profesor
Grafik 1. Komposisi Dosen BerdasarkanLatar Belakang Pendidikan Tahun 2009
Untuk memenuhi standar demikian, banyak hal yang dapat dilakukan. Bagi
IAIN STS Jambi. Pertama, masih ditemukannya masing-masing civitas
akademika seperti dosen dan karyawan, termasuk mahasiswanya belum
menyadari bahwa mereka adalah bahagian penting dari civitas akademika yang
memiliki kewenangan, tanggung jawab serta tugas keilmuan, ke arah pencapaian
kematangan intelektualitas, profesionalitas, dan pelayanan prima. Kedua,
ditemukannya tata kerja belum tertata dengan baik, antara lain ditandai dengan
masuk kerja sering tidak tepat pada waktunya, pelayanan masih banyak yang
Jenjang PendidikanJumlahS1 S2 S3 Guru Besar
53 175 16 9 253
24
maksimal yang ditandai dengan pelayanan yang belum cepat, ramah, serta
menyenangkan, termasuk juga pelayanan, pelayanan administrasi, dan pelayanan
publik.
2) Universitas Jambi6
Pada tahun 1960, berdiri Akademi Perniagaan Djambi yang bernaung di
bawah Jajasan Perguruan Tinggi Djambi. Yayasan ini didirikan atas prakarsa
tokoh-tokoh masyarakat dan Pemerintahan Jambi waktu itu dan diketuai oleh R.
SUDARSONO yang waktu itu menjabat sebagai Walikota Jambi. Selanjutnya
pada tahun 1961, Akademi Perniagaan Djambi berubah menjadi Fakultas
Ekonomi bersamaan dengan pendirian Fakultas Hukum, keduanya berafiliasi ke
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Berbekal dengan adanya dua Fakultas
tersebut, tokoh-tokoh masyarakat dan Pemerintah Daerah Jambi memperjuangkan
berdirinya sebuah perguruan tinggi di Jambi melalui Panitia Persiapan Pendirian
Universitas Negeri Jambi. Dengan Keputusan Menteri PTIP Nomor 105 Tahun
1962 tanggal 15 Agustus 1962 dibentuklah Panitia Persiapan Pendirian
Universitas Jambi. Panitia ini diketuai oleh Kolonel M.J. Singedekane, yang pada
waktu itu adalah Gubernur Provinsi Jambi.
Hasil kerja Panitia ini adalah berdirinya pada tanggal 1 April 1963
Universitas Negeri Jambi yang dikukuhkan dengan Surat Keputusan Menteri
PTIP Nomor 25 Tahun 1963 tanggal 23 Maret 1963. Panitia Persiapan Pendirian
Universitas Negeri Jambi kemudian membuka dua Fakultas Baru yaitu Fakultas
Pertanian dan Fakultas Peternakan, sehingga pada saat diresmikan tanggal 1 April
1963, Universitas Negeri Jambi memiliki empat Fakultas yaitu Fakultas Ekonomi,
Fakultas Hukum, Fakultas Pertanian dan Fakultas Peternakan. Mulai saat itu,
tanggal 1 April dijadikan sebagai tanggal Dies Natalis Universitas ini.
Dalam tahun 1966 keluar Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
148 yang menetapkan berdirinya Universitas ini dengan nama Universitas Jambi.
Namun karena suatu dan lain hal Surat Keputusan Presiden tersebut tidak sampai
di Jambi, maka selama bertahun-tahun hingga keluarnya Keputusan Presiden
6 Sumber: Database Universitas Jambi, 2010.
25
Nomor 41 Tahun 1982 Universitas ini bernama Universitas Negeri Jambi.
Keputusan Menteri PTIP Nomor 25 Tahun 1963 di samping menetapkan
berdirinya Universitas Negeri Jambi, menetapkan suatu Presidium yang bertugas
memimpin Universitas ini yaitu Kolonel M.J. Singedekane selaku Gubernur
Jambi yang tadinya menjabat Ketua Panitia Persiapan. Masa kepemimpinan
Universitas dengan sistem presidium ini berjalan dari awal berdirinya tahun 1963
sampai tahun 1977. Sistem ini berakhir dengan diangkatnya Drs. Kemas
Mohamad Saleh sebagai Pejabat Rektor oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia
Sejarah mencatat nama-nama Ketua Presidium yang telah memimpin
Universitas ini sebelum perubahan tersebut.
1. Kolonel M.J. Singedekane, 1963-1966
2. H. A. Manap, 1966-1968
3. R.M. Nur Atmadibrata, 1968-1974
4. Djamaluddin Tambunan, S.H. 1974-1977
Pada tanggal 12 September 1980 Drs. Kemas Mohamad Saleh yang
memangku jabatan Pejabat Rektor diangkat selaku Rektor. Dan sejak itu
berakhirlah masa transisi dalam kepemimpinan Universitas ini. Sejak Januari
1985 telah pula diangkat Rektor yang kedua Universitas ini yaitu Ir. S.B. Samad
dan berakhir pada bulan Desember 1994. Maka dengan demikian Rektor
Universitas Jambi adalah sebagai berikut:
1. Drs. Kemas Mohamad Saleh (1977-1984)
2. Ir. S.B. Samad (1985-1994)
3. Prof.DR.Ir.H.Soedarmadi Hardjosuwignyo, M.Sc (1994-1999)
4. Prof.DR.Ir. Ali M.A. Rachman, M.A (1999-2003)
5. H. Kemas Arsyad Somad, SH, MH (2003 – 2011)
6. Prof.Drs. H. Aulia Tasman,M.Sc, Ph.D (2011-2015)
7. Prof. H. Jhoni Najwan, SH,MH (2015-2020).
Program Diploma Kependidikan dibuka pada tahun 1980 yang kemudian
berubah menjadi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada tahun 1982.
Bersamaan dengan itu juga Universitas Negeri Jambi berubah nama menjadi
26
Universitas Jambi. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
1982, tentang Universitas Jambi menetapkan bahwa Universitas Jambi terdiri dari:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum,
Fakultas Pertanian dan Fakultas Peternakan.
Pada tahun 1990 dibuka Program Diploma untuk pendidikan Guru Sekolah
Dasar (PGSD) melalui proyek Depdikbud (Dirjen Dikti) sampai dengan tahun
1996 dan dilanjutkan programnya setelah proyek selesai oleh Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (FKIP) meliputi program PGSD (D2), PGSLTP (D3) dan
PGSM (S1). Pada tahun 1996 sesuai dengan keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi
Depdikbud No.211 tahun 1996 tanggal 11 Juli 1996 telah dibakukan nama
Program Studi di Universitas Jambi yang terdiri dari 14 (empat belas) Program
Studi yaitu :1. Pendidikan Ekonomi 2. Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan
Daerah 3. Pendidikan Bahasa Inggris 4. Pendidikan Kimia 5. Pendidikan
Matematika 6. Ilmu Hukum 7. Ekonomi Pembangunan 8. Manajemen 9.
Agronomi 10. Ilmu Tanah 11. Sosial Ekonomi Pertanian (Agrobisnis) 12.
Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian 13. Nutrisi dan Makanan Ternak 14.
Produksi Ternak
Pada tahun 1996 itu juga dibuka Program Studi Akuntansi berdasar
keputusan Dirjen Dikti No.74/DIKTI/Kep/1996. Kemudian disusul dengan
pembukaan Program Ekstensi Fakultas Ekonomi yaitu Program Studi Ekonomi
Pembangunan dan Program Studi Manajemen sesuai dengan keputusan Dirjen
Dikti No.407/DIKTI/Kep/1996.
Tiga tahun kemudian pada tahun 1999 fakultas Pertanian membuka 2 (dua)
Program Studi yaitu Program Studi Teknologi Hasil Pertanian dan Program Studi
Hama dan Penyakit Tumbuhan melalui keputusan Dirjen Dikti
No.281/DIKTI/Kep/1999 dan No.379/DIKTI/Kep/1999. Pada tahun itu juga pada
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dibuka Program Studi Pendidikan
Fisika berdasarkan keputusan Dirjen Dikti No.159/DIKTI/Kep/1999 dan Program
Ektensi Program Studi Bimbingan Konseling sesuai SK Dirjen Dikti
No.42/DIKTI/Kep/1999.
27
Pada tahun 2001 dibuka lagi pada FKIP Program Studi Pendidikan Biologi
dengan SK Dirjen Dikti No.01/DIKTI/Kep/2001. Menyusul setelah itu terbit SK
Dirjen Dikti tentang pembukaan Program Diploma (D3) pada Fakultas Ekonomi
yaitu Program Studi Pemasaran (SK Dirjen DiktiNo.110/DIKTI/Kep/2001) dan
Program Studi Akuntansi (SK Dirjen Dikti No.109/DIKTI/Kep/2001).
Selanjutnya pada Fakultas Pertanian dibuka Program Studi Agribisnis Pertanian
(SK Dirjen Dikti No.2597/D/T/2001) dan pada FKIP Program Studi Pendidikan
Olah Raga Kesehatan (SK Dirjen Dikti No.3556/DIT/2001) dan Program Studi
Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak (PGTK) (SK Dirjen Dikti
No.3547/DIT/2001).
Dalam tahun 2001 itu juga dibuka Program Studi S2 Magister Manajemen
(SK Dirjen Depdiknas RI No.51/DIKTI/Kep/2001) dan Program Studi S2
Magister Ekonomika Pembangunan (MEP) (SK Dirjen Depdiknas RI
No.2298/D/T/2001) pada Fakultas Ekonomi. Selanjutnya pada tahun 2002 dibuka
program Diploma III Program Studi Produksi dan Teknologi Pakan serta Program
Studi Agribisnis Peternakan pada fakultas Peternakan, sesuai dengan SK Dirjen
Dikti No.3706/DIT/2002. Pada tahun itu juga dibuka Program Studi Ektensi
Fakultas Hukum berdasarkan SK Rektor No. 762 A/221/PP/2002. Setahun
kemudian tepatnya tahun 2003 dibuka Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan
jenjang sarjana (S1) dengan SK Dirjen Dikti No.1623/DIT/2003.
Pada tahun 2004 dibuka Program Ektensi Program Studi Akuntansi pada
Fakultas Ekonomi yang diperkuat dengan izin operasional sesuai SK Rektor
No.161/221/PP/2004. Disusul kemudian dengan keluarnya izin Dirjen Dikti No.
3142/DIT/2004 tanggal 12 Agustus 2004 tentang izin penyelenggaraan program
Diploma (D3) Program Studi Perpajakan. Pada tahun yang sama Universitas
Jambi menjalin kerjasama dengan Universitas Negeri Jakarta membuka Program
Magister (S2) untuk Program Magister Manajeman Pendidikan dan Pendidikan
Lingkungan Hidup.
Pada tahun 2005 dibuka kembali Program Studi Pendidikan Dokter jenjang
program Sarjana (S1) dan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan jenjang program
Sarjana (S1) sesuai dengan ijin penyelenggaran Program Studi No.1369/D/T/2005
28
tanggal 10 Mei 2005. Pada tahun yang sama dibuka program studi Ilmu Hukum
(S2) dengan ijin penyelenggaraan program studi No. 3126/D/T/2005 tanggal 22
September 2005.
Dengan demikian sejak berdirinya Universitas Jambi pada tahun 1963
sampai tahun akademik 2006/2007 ini, Universitas Jambi telah memiliki : 22 (dua
puluh dua) Program Studi Jenjang Sarjana (S1), 10 (sepuluh) Program Studi
Jenjang Diploma (D2 dan D3) dan 4 (empat) Program Studi Jenjang Magister (S2)
serta 4 (empat) Program Studi pada Program Ektensi (S1).
Universitas Jambi memiliki 7 (tujuh) Fakultas yaitu:
1. Fakultas Kedokteran
2. Fakultas Hukum
3. Fakultas Ekonomi
4. Fakultas Pertanian
5. Fakultas Peternakan
6. Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan
7. Fakultas Seni Rupa dan Desain
Jenjang pendidikan yang dapat ditempuh di Universitas Jambi adalah
jenjang D3, S1, dan Pascasarjana (S2). Informasi program studi yang terbaru dari
Program Pascasarjana Universitas Jambi (Unja) antara lain :
1. Program Magister Teknologi Pendidikan
2. Program Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
3. Program Magister Ilmu Hukum
4. Program Magister Ekonomika Pembangunan
5. Program Magister Manajemen
6. Program Magister Agribisnis
7. Program Magister Ilmu Peternakan
3) Universitas Batanghari7
Universitas Batanghari sejak awal berdirinya tahun 1985 sampai saat ini
dibina oleh dan bernaung di bawah Yayasan Pendidikan Jambi. Yayasan ini
7 Sumber: Database Universitas Batanghari,2010.
29
merupakan pengembangan dari Yayasan Pendidikan Jambi yang dulunya
membina STKIP Jambi pada tahun 1970/1977.
Maksud dan tujuan pendirian Yayasan Pendidikan Jambi adalah untuk
membantu pemerintah dalam upaya meningkatkan pendidikan masyarakat dengan
jalan melaksanakan usaha pendidikan dalam arti luas. Untuk mencapai maksud
dan tujuan tersebut yayasan menyelenggarakan kegiatan pendidikan serta
melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan secara bertahap.
Badan Pendiri Yayasan Pendidikan Jambi pada awalnya beranggota
sebanyak 7 orang, tetapi 3 orang diantaranya tidak lagi berada di daerah ini karena
tugas pokoknya telah pindah keluar Jambi. Oleh sebab itu timbul gagasan dari
segenap anggota Badan Pendiri untuk merumuskan suatu ketentuan bahwa bagi
anggota yang karena jabatannya diikutsertakan sebagai anggota Badan Pendiri
Yayasan atas dasar pasal 10 Akte Pendirian, tetapi kemudian ternyata tidak dapat
secara tetap berdomisili di daerah tempat berdirinya yayasan, digolongkan ke
dalam anggota yayasan ex officio. Berkaitan dengan hal tersebut, berdasarkan
keputusan rapat anggota Badan Pendiri Yayasan Pendidikan Jambi seperti yang
diisyaratkan dalam Akte Nomor 1 tanggal 6 April 1985 dilakukan penambahan
keanggotaan Badan Pendiri sehingga anggota baru menjadi 15 orang.
Menyadari kenyataan bahwa meningkatnya permintaan terhadap pendidikan
tinggi tidak dapat diimbangi oleh peningkatan daya tampung perguruan tinggi
negeri, maka Yayasan Pendidikan Jambi merasa tertantang untuk mengubah
STKIP Jambi menjadi embrio dalam mewujudkan suatu universitas swasta di
daerah ini. Usaha untuk mewujudkan gagasan tersebut dirintis oleh Yayasan
Pendidikan Jambi dengan membentuk suatu tim kerja yang bertugas menyusun
studi kelayakan serta mempersiapkan persyaratan-persyaratan yang diperlukan
untuk pengajuan izin operasional kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
melalui Kopertis Wilayah II di Palembang. Tim kerja yang dibentuk berhasil
melaksanakan tugas penyusunan naskah kelengkapan bahan dan persyaratan
permohonan izin berdasarkan ketentuan yang dimuat dalam Letter of
Intent tanggal 6 Juni 1985. Perguruan tinggi swasta yang diusulkan ini diberi
nama Universitas Batanghari yang disingkat dengan akronim Unbari.
30
C. Keadaan Mahasiswa Perguruan Tinggi Kota Jambi
Berdasarkan statistik tahun 2010, jumlah mahasiswa Universitas Jambi
sebanyak 18.250 orang dengan komposisi 11.303 orang mahasiswa untuk
program reguler, dan 6.947 orang mahasiswa untuk program ekstensi, sedangkan
mahasiswa IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi sebanyak 6.120 orang dengan
komposisi 2.743 orang mahasiswa untuk program reguler, dan 3.377 orang
mahasiswa untuk program ekstensi. Adapun mahasiswa Universitas Batanghari
sebanyak 5.492 orang dengan komposisi 3.803 orang mahasiswa untuk program
reguler, dan 1.689 orang mahasiswa untuk program ekstensi. Keadaan jumlah
mahasiswa tersebut dapat digambarkan dalam tabel berikut:
No Perguruan Tinggi Jumlah Mahasiswa JumlahReguler Ekstensi
1 Universitas Jambi 11.303 6.947 18.2502 IAIN STS Jambi 2.743 3.377 6.1203 Universitas Batanghari 3.803 1.689 5.492
Total 17.849 12.013 29.862
Tabel. Jumlah Mahasiswa (Reguler & Ekstensi)Universitas Jambi, IAIN STS Jambi & Universitas Batanghari
Tahun 2010
Pada tahun 2015 jumlah mahasiswa Universitas Jambi mencapai angka 25
ribu mahasiswa lebih, sedangkan IAIN Sulthan Thaha Saufuddin Jambi berkisar
10 ribu lebih dan Universitas Batanghari 8 ribu.
D. Budaya Akademik Mahasiswa Perguruan Tinggi Kota Jambi
Sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan No.232/U/2000 Bab II
tentang tujuan dan arah pendidikan Tinggi di Indonesia adalah menyiapkan
peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
akademik dalam menerapkan, mengembangkan, dan/atau memperkaya kasanah
ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian, serta menyebarluaskan dan
mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan dan
31
memperkaya kebudayaan nasional. Sejalan dengan Keputusan Menteri tersebut,
maka budaya akademik diharapkan dapat menjadi budaya bagi mahasiswa di
perguruan tinggi, khususnya di Kota Jambi.
Kata akademik berasal dari bahasa Yunani yakni academos yang berarti
sebuah taman umum (plasa) di sebelah barat laut kota Athena. Nama Academos
adalah nama seorang pahlawan yang terbunuh pada saat perang legendaris Troya.
Pada plasa inilah filosof Socrates berpidato dan membuka arena perdebatan
tentang berbagai hal. Tempat ini juga menjadi tempat Plato melakukan dialog dan
mengajarkan pikiran-pikiran filosofisnya kepada orang-orang yang datang.
Sesudah itu, kata acadomos berubah menjadi akademik, yaitu semacam tempat
perguruan. Para pengikut perguruan tersebut disebut academist, sedangkan
perguruan semacam itu disebut academia (Fajar, 2002). Berdasarkan hal ini, inti
dari pengertian akademik adalah keadaan orang-orang bisa menyampaikan dan
menerima gagasan, pemikiran, ilmu pengetahuan, dan sekaligus dapat mengujinya
secara jujur, terbuka, dan leluasa (Anshar, 2013).
Dari pengertian ini, budaya akademik (academic culture) dimaknai sebagai
totalitas dari kehidupan dan kegiatan akademik yang dihayati, dimaknai dan
diamalkan oleh masyarakat akademik, di lembaga pendidikan tinggi atau lembaga
penelitian.
Terdapat sejumlah ciri masyarakat ilmiah yang harus dikembangkan dan
merupakan budaya dari suatu masyarakat akademik, yang terdiri dari:
1. Kritis, yang berarti setiap insan akademis harus senantiasa mengembangkan
sikap ingin tahu segala sesuatu untuk selanjutnya diupayakan jawaban dan
pemecahannya melalui suatu kegiatan ilmiah penelitian.
2. Kreatif, yang berarti setiap insan akademis harus senantiasa mengembangkan
sikap inovatif, berupaya untuk menemukan sesuatu yang baru dan bermanfaat
bagi masyarakat.
3. Obyektif, yang berarti kegiatan ilmiah yang dilakukan harus benar-benar
berdasarkan pada suatu kebenaran ilmiah, bukan karena kekuasaan, uang atau
ambisi pribadi.
32
4. Analitis, yang berarti suatu kegiatan ilmiah harus dilakukan dengan suatu
metode ilmiah yang merupakan suatu prasyarat untuk tercapainya suatu
kebenaran ilmiah.
5. Konstruktif, yang berarti suatu kegiatan ilmiah yang merupakan budaya
akademik harus benar-benar mampu mewujudkan suatu karya baru yang
memberikan asas kemanfaatan bagi masyarakat.
6. Dinamis, yang berarti ciri ilmiah sebagai budaya akademik harus
dikembangkan terus-menerus.
7. Dialogis, artinya dalam proses transformasi ilmu pengetahuan dalam
masyarakat akademik harus memberikan ruang pada peserta didik untuk
mengembangkan diri, melakukan kritik serta mendiskusikannya.
8. Menerima kritik, ciri ini sebagai suatu konsekuensi suasana dialogis yaitu
setiap insan akademik senantiasa bersifat terbuka terhadap kritik.
9. Menghargai prestasi ilmiah/akademik, masyarakat intelektual akademik
harus menghargai prestasi akademik, yaitu prestasi dari suatu kegiatan ilmiah.
10. Bebas dari prasangka, yang berarti budaya akademik harus mengembangkan
moralitas ilmiah yaitu harus mendasarkan kebenaran pada suatu kebenaran
ilmiah.
11. Menghargai waktu, yang berarti masyarakat intelektual harus senantiasa
memanfaatkan waktu seefektif dan seefisien mungkin, terutama demi
kegiatan ilmiah dan prestasi.
12. Memiliki dan menjunjung tinggi tradisi ilmiah, yang berarti masyarakat
akademik harus benar-benar memiliki karakter ilmiah sebagai inti pokok
budaya akademik.
13. Berorientasi ke masa depan, artinya suatu masyarakat akademik harus
mampu mengantisipasi suatu kegiatan ilmiah ke masa depan dengan suatu
perhitungan yang cermat, realistis dan rasional.
14. Kesejawatan/kemitraan, artinya suatu masyarakat ilmiah harus memiliki rasa
persaudaraan yang kuat untuk mewujudkan suatu kerja sama yang baik. Oleh
karena itu budaya akademik senantiasa memegang dan menghargai tradisi
33
almamater sebagai suatu tanggung jawab moral masyarakat intelektual
akademik (Anshar, 2013).
Dalam prakteknya, budaya akademik mahasiswa perguruan tinggi Kota
Jambi telah memudar nilai-nilai budaya akademiknya, yang ditandai dengan
berkurangnya nilai kritis, kreatif, obyektif, serta penghargaan atas waktu. Nilai-
nilai budaya akademik ini akan tampak pada waktu perkuliahan dimana
mahasiswa kurang kritis dalam berdiskusi, tidak kreatif, dan obyektif serta tidak
memanfaatkan waktu sebaik mungkin dalam perkuliahan. Lemahnya nilai-nilai
budaya akademik ini diduga kuat karena peran pimpinan yang tidak memadai
untuk membentuk aturan-aturan akademik, sehingga budaya akademik dapat
ditegakkan dengan baik.
E. Peran Pimpinan terhadap Pelaksanaan Budaya Akademik MahasiswaPerguruan Tinggi Kota Jambi
Pimpinan perguruan tinggi merupakan orang yang paling bertanggungjawab
dalam mewujudkan budaya akademik. Mohammad Abduhzen (2015) dengan
mengutip Xi Shen (2012) menyatakan bahwa budaya akademik dapat diwujudkan
melalui pola perilaku, peraturan, dan fasilitas material pada perguruan tinggi.
Subyek budaya akademik adalah orang-orang yang mendasarkan perilakunya
kepada nilai-nilai ilmu pengetahuan yang terbentuk dari kecintaan dan kebiasaan
pada (pencarian) kebenaran. Mereka penggerak utama pembangunan budaya
akademik melalui berbagai kegiatan yang mereka lakukan. Skala dan tingkat
penelitian, kuantitas, dan kualitas prestasi akademik, sangat bergantung kepada
kemampuan mereka. Tanpa orang-orang ini kiranya tidak mungkin budaya
akademik dapat ditumbuhkan. Maka, memperbesar jumlah dan peran kelompok
ini merupakan langkah penting pertama dalam upaya membangun budaya
akademik. Pembentukan budaya akademik juga ditentukan oleh dasar dan
orientasi kebijakan (terhadap) perguruan tinggi. Ide-ide yang dijalankan,
peraturan, dan filosofi administrasi, manajemen, serta hubungan interpersonal
34
berpengaruh besar kepada pembentukan pandangan, spirit, etika, dan atmosfer
lingkungan akademik.
Berdasarkan pengamatan yang ada menunjukkan bahwa peran pimpinan
terhadap pelaksanaan budaya akademik mahasiswa di perguruan tinggi Kota
Jambi belum memperoleh perhatian yang serius dan masih banyak bersifat
regulasi daripada pembiasaan budaya akademik tersebut.
35
BAB IVTEMUAN KHUSUS PENELITIAN
Pada bab ini akan membahas tentang temuan penelitian terkait dengan
hubungan antara peran kepemimpinan dan budaya akademik mahasiswa
perguruan tinggi kota Jambi. Temuan penelitian yang diperoleh digunakan untuk
menjawab rumusan masalah dalam penelitian berikut:
1) Bagaimana respon pimpinan terhadap pelaksanaan budaya akademik
mahasiswa di perguruan tinggi Kota Jambi?
2) Apakah faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan budaya akademik
mahasiswa perguruan tinggi Kota Jambi?
3) Adakah terdapat hubungan yang signifikan antara peran kepemimpinan
dengan budaya akademik mahasiswa di perguruan tinggi Kota Jambi?
Pertanyaan pertama dan kedua dijawab melalui analisis statistik deskriptif
yaitu analisis untuk menentukan min dan standar deviasi untuk melihat respon
pimpinan terhadap pelaksanaan budaya akademik mahasiswa di perguruan tinggi
Kota Jambi yang ada serta untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan budaya akademik mahasiswa perguruan tinggi Kota Jambi
berdasarkan respon pimpinan terhadap pelaksanaan budaya akademik yang
diteliti.
Adapun pertanyaan penelitian ketiga diteliti melalui analisis inferensi yaitu
korelasi untuk melihat pengaruh respon pimpinan terhadap budaya akademik
mahasiswa di perguruan tinggi Kota Jambi saat ini.
A. Profil Responden
Bagian ini menguraikan informasi dasar mengenai latar belakang (profil
responden/sampel) yang dipilih secara keseluruhan berdasarkan faktor demografi
(status PT, dan fakultas) yang ada di perguruan tinggi Kota Jambi, seperti
diuraikan dalam tabel berikut:
36
Tabel 4.1.Profil Responden/Sampel Penelitian
Kategori Sampel Frekuensi
Perguruan Tinggi (Negeri) dekan 2
Perguruan Tinggi (Swasta) dekan 1
Perguruan Tinggi (Negeri) mahasiswa 154
Perguruan Tinggi (Swasta) mahasiswa 75
Keseluruhan 232
N=232
Dari tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa sampel penelitian adalah
sebanyak 232 orang yang dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu: (i) dekan
sebanyak 3 orang dan (ii) mahasiswa sebanyak 229 orang. Dari jumlah itu, 2
orang dekan merupakan pimpinan pada perguruan tinggi negeri (PTN) dan 1
orang dekan merupakan pimpinan pada perguruan tinggi swasta (PTS).
Sedangkan kategori mahasiswa terdapat 154 orang mahasiswa merupakan
mahasiswa pada perguruan tinggi negeri (PTN) dan 75 orang mahasiswa
merupakan mahasiswa pada perguruan tinggi swasta (PTS). Pada tabel tersebut
juga menunjukkan sebanyak 3 (tiga) orang dekan dan mahasiswa pada perguruan
tinggi negeri dan swasta (PTN & PTS) dipilih untuk diwawancarai untuk
mendapatkan data kualitatif, dengan alasan memilih responden ini untuk
diwawancarai adalah karena dekan merupakan pihak yang paling
bertanggungjawab dalam mewujudkan budaya akademik mahasiswa serta
mahasiswa merupakan sasaran (subyek) terwujudnya budaya akademik di
kalangan mahasiswa pada perguruan tinggi di Kota Jambi.
Tabel 4.2Profil responden untuk diwawancarai
(dekan dan mahasiswa)
Kategori Sampel Frekuensi
PTN & PTS dekan 3
mahasiswa 3
N=6
37
B. Respon Pimpinan terhadap Pelaksanaan Budaya Akademik Mahasiswadi Perguruan Tinggi Kota Jambi
Dalam penelitian ini, respon pimpinan terhadap pelaksanaan budaya
akademik mahasiswa perguruan tinggi Kota Jambi yang diteliti adalah 1) budaya
belajar di kelas, 2) budaya membaca, 3) budaya diskusi.
Responden diminta melihat pertanyaan-pertanyaan dalam item pertanyaan
untuk melihat respon pimpinan terhadap pelaksanaan budaya akademik
mahasiswa perguruan tinggi Kota Jambi. Responden diminta menyatakan
pendapatnya terhadap perkara-perkara yang berkaitan dengan respon pimpinan
terhadap pelaksanaan budaya akademik apakah diamalkan atau tidak dalam
pandangan responden. Pendapat responden diberikan dalam skala 1 hingga 5
yaitu: (1) sangat tidak setuju, (2) tidak bersetuju, (3) kurang bersetuju, (4)
bersetuju dan (5) sangat setuju; mengikut skala yang dikemukakan Likert.
Pandangan responden mahasiswa berdasarkan skor min yang diperoleh
untuk setiap pernyataan. Interpretasi skor min seperti dalam tabel berikut
digunakan untuk menentukan tahap reaksi responden. Skor min 4.20 – 5.00
menunjukkan responden bersetuju pada tahap yang sangat tinggi. Skor min 3.40 –
4.19 menunjukkan responden setuju pada tahap yang tinggi, skor min 2.60 – 3.39
menunjukkan responden setuju pada tahap yang sederhana. Skor min 1.80 – 2.59
menunjukkan responden setuju pada tahap yang rendah dan skor min 1.00 – 1.79
menunjukkan responden setuju pada tahap yang sangat rendah tentang respon
pimpinan terhadap pelaksanaan budaya akademik mahasiswa perguruan tinggi
Kota Jambi.
Tabel 4.3Interpretasi Skor Min
Skor min Interpretasi (tahap)
1.00 – 1.79 sangat rendah1.80 – 2.59 rendah2.60 – 3.39 sederhana3.40 – 4.19 tinggi4.20 – 5.00 sangat tinggi
Sumber: Sambas dan Maman (2007).
38
Variabel respon kepemimpinan dikaji berdasarkan bentuk-bentuk budaya
akademik mahasiswa, yaitu 1) budaya belajar, 2) budaya membaca, 3) budaya
diskusi di perguruan tinggi Kota Jambi. Terdapat masing-masing 3 item
pernyataan untuk menjelaskan tentang respon kepemimpinan terhadap
pelaksanaan budaya akademik mahasiswa perguruan tinggi Kota Jambi. Informasi
mengenai respon pimpinan terhadap pelaksanaan budaya akademik mahasiswa
perguruan tinggi Kota Jambi.
Tabel 4.4Respon Pimpinan terhadap Pelaksanaan
Budaya Akademik Mahasiswa Secara Keseluruhannya
Budaya Akademik MahasiswaInterpretasi Respon Pimpinan
Min SD Interpretasi1) Budaya Belajar 2.80 0.38 rendah
2) Budaya Membaca 3.05 0.46 sederhana
3) Budaya Diskusi 2.17 0.29 rendah
Keseluruhan 2,67 0.37 Sederhana
Ket: SD = Standar deviasi
Informasi yang diperoleh dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa respon
pimpinan terhadap pelaksanaan budaya akademik secara keseluruhannya di
perguruan tinggi Kota Jambi berada pada tahap sederhana (skor min 2.67).
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari tabel 4.4 tersebut dapat
dirumuskan bahwa secara keseluruhannya menunjukkan bahwa respon pimpinan
terhadap pelaksanaan budaya akademik mahasiswa perguruan tinggi Kota Jambi
disetujui berada pada tahap yang sederhana.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Budaya AkademikMahasiswa Perguruan Tinggi Kota Jambi
Bagian ini menguraikan hasil penelitian terkait dengan faktor pendukung
dan penghambat pelaksanaan budaya akademik mahasiswa perguruan tinggi Kota
Jambi.
39
1) Faktor Pendukung Pelaksanaan Budaya Akademik Mahasiswa PerguruanTinggi Kota Jambi
Budaya akademik dipahami sebagai tradisi akademik yang akan
mempengaruhi berkualitas tidaknya sebuah proses perkuliahan di perguruan
tinggi. Apabila tradisi akademik ini baik, maka proses pendidikan akan berjalan
dengan baik, bahkan akan menentukan kualitas lulusan suatu pendidikan di
perguruan tinggi. Sebaliknya apabila tradisi akademik ini jelek, maka proses
pendidikan tersebut juga akan melahirkan lulusan (alumni) dengan kualitas yang
jelek (rendah). Dengan demikian dapat dipahami bahwa budaya akademik
menjadi indikator berhasil/tidaknya perguruan tinggi dalam melahirkan lulusan
yang berkualitas.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa ada sejumlah
faktor pendukung pelaksanaan budaya akademik mahasiswa perguruan tinggi di
Kota Jambi, meskipun tidak dimanfaatkan dengan baik. Faktor pendukung
tersebut adalah 1) terbukanya kesempatan untuk menggali sumber belajar seluas-
luasnya, baik dari dosen, maupun sesama rekan belajar di kelas, 2) tersedianya
berbagai sumber dan media belajar seperti buku perpustakaan, 3) tersedianya
peluang dan kesempatan untuk mengeluarkan ide dalam bentuk diskusi. Meskipun
peluang ini ada, namun berdasarkan data yang ada menunjukkan bahwa
mahasiswa tidak memanfaatkannya dengan baik.
Tabel 4.5Faktor Pendukung Pelaksanaan
Budaya Akademik Mahasiswa Secara KeseluruhannyaFaktor Penghambat
Budaya Akademik MahasiswaInterpretasi Budaya Akademik
Min SD Interpretasi1) Kesempatan menggali sumber belajar 4.18 0.68 Tinggi
2) Tersedianya berbagai sumber & media belajar 3.45 0.96 Tinggi
3) Tersedianya peluang mengeluarkan ide 2.72 1.12 Sederhana
Keseluruhan 3,45 0.92 Tinggi
Ket: SD = Standar Deviasi
Informasi yang diperoleh dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa faktor
pendukung pelaksanaan budaya akademik mahasiswa secara keseluruhannya di
perguruan tinggi Kota Jambi berada pada tahap tinggi (skor min 3.45).
40
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari tabel 4.5 tersebut dapat
dirumuskan bahwa secara keseluruhannya menunjukkan bahwa faktor pendukung
pelaksanaan budaya akademik mahasiswa secara keseluruhannya di perguruan
tinggi Kota Jambi disetujui berada pada tahap yang tinggi.
2) Faktor Penghambat Pelaksanaan Budaya Akademik MahasiswaPerguruan Tinggi Kota Jambi
Jika dipahami bahwa budaya akademik akan mempengaruhi berkualitas
tidaknya sebuah proses perkuliahan di perguruan tinggi, maka proses pendidikan
akan berjalan dengan baik, apabila faktor penghambat pelaksanaan budaya
akademik tersebut dapat dihindari.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa ada sejumlah
faktor penghambat pelaksanaan budaya akademik mahasiswa perguruan tinggi di
Kota Jambi, faktor penghambat tersebut adalah 1) rendahnya minat mahasiswa
untuk belajar, membaca dan diskusi, 2) belum memadainya naskah akademik
yang mengatur tentang budaya belajar, membaca dan diskusi di kalangan
mahasiswa perguruan tinggi di Kota Jambi, sehingga tidak tumbuh budaya
akademik yang baik, 3) belum bersinerginya dorongan pimpinan termasuk dosen
untuk menumbuhkan budaya akademik mahasiswa dalam belajar, membaca dan
diskusi keilmuan di perguruanntinggi Kota Jambi. Berdasarkan data yang ada
menunjukkan bahwa faktor penghambat ini terjadi di kalangan mahasiswa dan
menunjukkan interpretasi yang rendah, sebagaimana dijelaskan dalam tabel 4.5
berikut.
Tabel 4.5Faktor Penghambat Pelaksanaan
Budaya Akademik Mahasiswa Secara KeseluruhannyaFaktor Penghambat
Budaya Akademik MahasiswaInterpretasi Budaya Akademik
Min SD Interpretasi1) Rendahnya minat Belajar 3.01 0.19 sederhana
2) Belum memadainya aturan budaya belajar 2.26 0.27 rendah
3) Sinergi pimpinan terhadap budaya akademik 2.37 0.71 rendah
Keseluruhan 2.54 0.39 rendah
Ket: SD = Standar deviasi
41
Secara terperinci penelitian menunjukkan bahwa faktor penghambat
pelaksanaan budaya akademik mahasiswa di perguruan tinggi Kota Jambi secara
keseluruhannya berada pada tahap rendah. Penelitian juga mendapatkan secara
terperinci bahwa faktor rendahnya minat belajar berada pada tahap sederhana,
sedangkan pada faktor belum memadainya aturan budaya belajar, dan sinergi
pimpinan terhadap budaya akademik berada pada tahap yang rendah.
Dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat pelaksanaan budaya akademik
mahasiswa di perguruan tinggi Kota Jambi dalam bentuk faktor rendahnya minat
belajar, belum memadainya aturan budaya belajar, dan sinergi pimpinan terhadap
budaya akademik telah terjadi dan dipraktekkan di kalangan mahasiswa di
perguruan tinggi Kota Jambi, meskipun masih rendah.
Apabila hasil temuan ini dihubungkan dengan pernyataan dari hasil
wawancara yang diberikan oleh dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(FKIP) Universitas Batanghari (Wawancara, 25 Nopember 2015) yang menyatakan
bahwa faktor penghambat pelaksanaan budaya akademik mahasiswa disebabkan
karena row input (intake) mahasiswa tidak terlaksana dengan baik. Pernyataan
dekan yang terkait dengan faktor penghambat pelaksanaan budaya akademik
mahasiswa ini diberikan oleh dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(FKIP) Universitas Jambi (Wawancara, 22 Desember 2015). Pernyataan tersebut yang
dikutip di bawah ini:
Agak sulit memang kita untuk menerapkan budaya akademik secara baik dikampus ini, karena row input mahasiswa yang masuk ke perguruan tinggi inibukan melalui seleksi yang ketat. Akibatnya, pembinaan budaya akademikkurang sukses untuk mendukung budaya belajar, budaya membaca danbudaya diskusi yang baik.
Pada wawancara yang lain juga ditemukan bahwa salah seorang dekan di
IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi (Wawancara, 17 Desember 2015)
menyatakan bahwa dalam pelaksanaan budaya akademik seharusnya tergantung
kepada mahasiswa bukan kepada fakultas yang ada di perguruan tinggi Kota
Jambi, seperti yang diutarakan berikut:
42
Saya berpendapat bahwa dalam pelaksanaan budaya akademik seharusnyatergantung kepada mahasiswa bukan kepada fakultas yang ada diperguruan tinggi Kota Jambi. Kita perguruan tinggi (fakultas) hanyamendorong upaya menegakkan budaya akademik ini, agar nantinya pesertadidik (mahasiswa) dapat mencapai nilai dan akhlak yang baik ketikamereka lulus.
Namun, pernyataan yang disampaikan oleh dekan tersebut berbeda dengan
pendapat yang dikemukakan oleh salah seorang dekan di IAIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi ketika dimintai komentarnya mengenai faktor penghambat dalam
pelaksanaan budaya akademik di kalangan mahasiswa. Ia memberikan komentar
sebagai berikut:
Kita sebagai perguruan tinggi di Kota Jambi menyadari bahwa banyakfaktor yang mungkin dapat mempengaruhi berhasil tidaknya pelaksanaanbudaya akademik di kalangan mahasiswa. Hal ini disebabkan karenaderasnya pengaruh global, akses teknologi yang mudah, minat belajar yangrendah serta pupusnya harapan masa depan. Saya berpendapat, yasebaiknya perguruan tinggi yang mengambil peran untuk mewujudkanbudaya akademik yang baik karena mau tidak mau mahasiswa telah kitaterima sebagai mahasiswa di perguruan tinggi ini.
D. Hubungan yang Signifikan antara Peran Kepemimpinan dengan BudayaAkademik Mahasiswa di Perguruan Tinggi Kota Jambi
Pada bagian ini menjelaskan dapatan hasil penelitian dengan menggunakan
analisis Korelasi Pearson mengenai peran pimpinan dalam pelaksanaan budaya
akademik di kalangan mahasiswa perguruan tinggi Kota Jambi. Dapatan hasil
penelitian ini untuk menjawab/membuktikan jawaban atas hipotesis Ha yang
menyatakan “terdapat hubungan antara peran kepemimpinan dengan budaya
akademik mahasiswa di perguruan tinggi Kota Jambi”. Pembuktian dari hasil
dapatan penelitian untuk menguji hipotesis alternatif (Ha) tersebut dapat
dikemukakan seperti dalam tabel 4.6.
43
Tabel 4.6. Hubungan Peran Pimpinan terhadapPelaksanaan Budaya Akademik Mahasiswa Perguruan Tinggi Kota Jambi
Peran PimpinanSignifikansi Budaya Akademik
Korelasi Hipotesis(Sig.)
Signifikansi(Interpretasi)
1. Katalisator (menumbuhkankesadaran)
0.21 (0.26) Hipotesis (diterima)
2. Fasilitator -0,19 0.31 Hipotesis (diterima)
3. Pemecahan masalah -0,25 0,18 Hipotesis (diterima)4. Penghubung sumber (mencari
sumber kebutuhan organisasi)-0,02 0,94 Hipotesis (diterima)
5. Komunikator -0,02 0.94 Hipotesis (diterima)df=(n-2); n = respondenρ < 0.05 (ά) = hipotesis ditolakρ > 0.05 (ά) = hipotesis diterima
Dari hasil analisis Korelasi Pearson berdasarkan tabel 4.6 di atas
menunjukkan bahwa hubungan antara variabel peran pimpinan yaitu katalisator
(menumbuhkan kesadaran) terhadap pelaksanaan budaya akademik mahasiswa
perguruan tinggi Kota Jambi berada pada tahap signifikan dan korelasi
menunjukkan arah yang positif (r= 0.21, ρ>0.05). Karena itu, terdapat hubungan
yang signifikan antara peran pimpinan terhadap pelaksanaan budaya akademik
mahasiswa perguruan tinggi Kota Jambi. Ini menunjukkan bahwa hipotesis
diterima (sig.0.26). Dengan perkataan lain, hipotesis yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara peran pimpinan terhadap pelaksanaan budaya akademik
mahasiswa perguruan tinggi Kota Jambi adalah terbukti.
Analisis Korelasi Pearson berdasarkan tabel 4.6 juga menunjukkan bahwa
hubungan antara variabel peran pimpinan yaitu fasilitator terhadap pelaksanaan
budaya akademik mahasiswa perguruan tinggi Kota Jambi berada pada tahap
signifikan, tetapi korelasi menunjukkan arah yang negatif (r= -0.19, ρ>0.05).
Karena itu, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan antara
variabel peran pimpinan yaitu fasilitator terhadap pelaksanaan budaya akademik
mahasiswa perguruan tinggi Kota Jambi. Ini menunjukkan bahwa hipotesis
ditolak (r= -0,19/sig.0.31). Dengan perkataan lain, hipotesis yang menyatakan
bahwa terdapat fasilitator adalah tidak terbukti.
44
Untuk pemecahan masalah, analisis Korelasi Pearson berdasarkan tabel 4.6
di atas juga menunjukkan bahwa hubungan antara variabel peran pimpinan yaitu
pemecahan masalah terhadap pelaksanaan budaya akademik mahasiswa perguruan
tinggi Kota Jambi berada pada tahap signifikan, tetapi korelasi menunjukkan arah
yang negatif (r= -0.25, ρ>0.05). Karena itu, tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara hubungan antara variabel peran pimpinan yaitu pemecahan
masalah terhadap pelaksanaan budaya akademik mahasiswa perguruan tinggi
Kota Jambi. Ini menunjukkan bahwa hipotesis ditolak (r= -0,25/sig.0.18). Dengan
perkataan lain, hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
variabel peran pimpinan yaitu pemecahan masalah terhadap pelaksanaan budaya
akademik mahasiswa perguruan tinggi Kota Jambi.adalah tidak terbukti.
Sedangkan analisis Korelasi Pearson berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan
bahwa hubungan antara variabel peran pimpinan yaitu penghubung sumber (mencari
sumber kebutuhan organisasi) terhadap pelaksanaan budaya akademik mahasiswa
perguruan tinggi Kota Jambi berada pada tahap signifikan, tetapi korelasi
menunjukkan arah yang negatif (r= -0.02, ρ>0.05). Karena itu, tidak terdapat
hubungan antara variabel peran pimpinan yaitu Penghubung sumber (mencari sumber
kebutuhan organisasi) terhadap pelaksanaan budaya akademik mahasiswa
perguruan tinggi Kota Jambi. Ini menunjukkan bahwa hipotesis ditolak (r= -
0,02/sig.0.94). Dengan perkataan lain, hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara variabel peran pimpinan yaitu Penghubung sumber (mencari sumber
kebutuhan organisasi) terhadap pelaksanaan budaya akademik mahasiswa
perguruan tinggi Kota Jambi adalah tidak terbukti.
Selain itu, analisis Korelasi Pearson berdasarkan tabel 4.6 juga menunjukkan
bahwa hubungan antara variabel peran pimpinan yaitu Penghubung sumber (mencari
sumber kebutuhan organisasi) terhadap pelaksanaan budaya akademik mahasiswa
perguruan tinggi Kota Jambi berada pada tahap signifikan, tetapi korelasi
menunjukkan arah yang negatif (r= -0.02, ρ>0.05). Karena itu, tidak terdapat
hubungan antara variabel peran pimpinan yaitu komunikator terhadap pelaksanaan
budaya akademik mahasiswa perguruan tinggi Kota Jambi. Ini menunjukkan
bahwa hipotesis ditolak (r= -0,02/sig.0.94). Dengan perkataan lain, hipotesis yang
45
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara variabel peran pimpinan yaitu
komunikator terhadap pelaksanaan budaya akademik mahasiswa perguruan tinggi
Kota Jambi adalah tidak terbukti.
46
BAB VPENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan mengenai “Hubungan Peran Pimpinan
terhadap Pelaksanaan Budaya Akademik Perguruan Tinggi Kota Jambi” ini, hasil
penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Respon Pimpinan terhadap Pelaksanaan Budaya Akademik Mahasiswadi Perguruan Tinggi Kota Jambi
Respon pimpinan dikaji terkait dengan pelaksanaan budaya akademik
mahasiswa perguruan tinggi Kota Jambi, yaitu FKIP Universitas Jambi, FKIP
Universitas Batanghari dan FITK IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
berdasarkan bentuk-bentuk budaya akademik mahasiswa di perguruan tinggi
tersebut, yaitu 1) budaya belajar, 2) budaya membaca, 3) budaya diskusi di
perguruan tinggi Kota Jambi. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh
menunjukkan bahwa respon pimpinan terhadap pelaksanaan budaya akademik
mahasiswa perguruan tinggi Kota Jambi terkait dengan budaya belajar dan budaya
diskusi dikategorikan berada pada tahap rendah, sedangkan budaya membaca
berada pada tahap sederhana, dan secara keseluruhannya respon pimpinan
terhadap pelaksanaan budaya akademik di perguruan tinggi Kota Jambi tersebut
berada pada tahap sederhana (skor min 2.67).
2) Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Budaya AkademikMahasiswa di Perguruan Tinggi Kota Jambi
Temuan penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa ada sejumlah
faktor pendukung pelaksanaan budaya akademik mahasiswa perguruan tinggi di
Kota Jambi, yaitu: 1) terbukanya kesempatan untuk menggali sumber belajar
seluas-luasnya, baik dari dosen, maupun sesama rekan belajar di kelas, 2)
tersedianya berbagai sumber dan media belajar seperti buku perpustakaan, 3)
tersedianya peluang dan kesempatan untuk mengeluarkan ide dalam bentuk
diskusi. Meskipun peluang ini ada, namun berdasarkan temuan penelitian
menunjukkan bahwa mahasiswa tidak memanfaatkannya dengan baik, bahkan
47
menunjukkan bahwa faktor pendukung pelaksanaan budaya akademik mahasiswa
tersebut secara keseluruhannya di perguruan tinggi Kota Jambi disetujui berada
pada tahap tinggi (skor min 3.45).
Dari penelitian yang dilakukan, juga menunjukkan bahwa terdapat beberapa
faktor penghambat dalam pelaksanaan budaya akademik tersebut, yaitu: 1)
rendahnya minat mahasiswa untuk belajar, membaca dan diskusi, 2) belum
memadainya naskah akademik yang mengatur tentang budaya belajar, membaca
dan diskusi di kalangan mahasiswa perguruan tinggi di Kota Jambi, sehingga
tidak tumbuh budaya akademik yang baik, 3) belum bersinerginya dorongan
pimpinan termasuk dosen untuk menumbuhkan budaya akademik mahasiswa
dalam belajar, membaca dan diskusi keilmuan di perguruan tinggi Kota Jambi,
bahkan faktor penghambat pelaksanaan budaya akademik mahasiswa di perguruan
tinggi Kota Jambi tersebut secara keseluruhannya menunjukkan berada pada tahap
rendah.
3) Hubungan yang Signifikan antara Peran Kepemimpinan dengan BudayaAkademik Mahasiswa di Perguruan Tinggi Kota Jambi
Dari hasil penelitian tentang hubungan peran pimpinan terhadap pelaksanaan
budaya akademik mahasiswa di perguruan tinggi Kota Jambi dalam bentuk; 1)
katalisator (menumbuhkan kesadaran), 2) fasilitator, 3) pemecahan masalah, 4)
penghubung sumber (mencari sumber kebutuhan organisasi) menunjukkan
hipotesisnya diterima, dengan demikian dapat dikatakan bahwa hubungan antara
peran pimpinan terhadap pelaksanaan budaya akademik mahasiswa tersebut
memiliki hubungan yang signifikan.
B. Saran
Berdasarkan temuan dan kenyataan yang ada, maka ada sejumlah saran
yang perlu dilakukan ke depan, antara lain:
1. Perlunya ditingkatkan peran pimpinan dalam hal ini dekan fakultas dalam
mengembangkan budaya akademik khususnya dalam meningkatkan budaya
48
belajar, budaya membaca dan budaya diskusi di kalangan mahasiswa di
perguruan tinggi Kota Jambi.
2. Diperlukan peran pimpinan dalam mendorong pemanfaatan faktor pendukung
budaya akademik di kalangan mahasiswa di perguruan tinggi tersebut.
3. Perlunya diminimalisir faktor penghambat yang mungkin muncul dalam
pelaksanaan budaya akademik mahasiswa di perguruan tinggi ini agar budaya
akademik dapat terlaksana dengan baik di kalangan mahasiswa.
C. Rekomendasi
Untuk tujuan ke arah itu, paling tidak ada beberapa hal yang dapat
direkomendasikan, yaitu:
1. Perlunya diciptakan lingkungan kampus yang berorientasi pada kelompok-
kelompok belajar, kelompok membaca dan kelompok diskusi dengan membuat
aturan standar akademik mahasiswa.
2. Perlunya pimpinan (dekan) mensosialisasikan kepada para dosen agar
menciptakan suasana belajar mandiri kepada mahasiswa dalam satuan
kelompok belajar.
3. Perlunya terus dibina informasi mengenai tegaknya budaya akademik dalam
bentuk budaya belajar, budaya membaca dan budaya diskusi di kalangan
mahasiswa.
49
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar Nordin. 1987. Developing a scale in affective domain: Proceduralmodel. Terbitan tak berkala 5, Fakulti Pendidikan, Universiti KebangsaanMalaysia, Bangi.
Ace Suryadi dan H.A.R. Tilaar. 1993. Analisis Kebijakan Pendidikan: SuatuPengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Al Ghazali. tt. Ihya Ulumuddin. Beirut: Badawi Thaba’ah.
Anshar dalam http://anshar-mtk.blogspot.co.id/2013/02/perkembangan-budaya-akademik-di.html diakses tanggal 20 Desember 2015.
Carl E. Schorsoke. tt. American Academic Culture in Transformation. USA:Princeton.
Djohansa Marzoeki. 2000. Budaya Ilmiah dan Filsafat Ilmu. Jakarta: Grasindo.
Edward Shils, Etika Akademis. (Terj.) A. Agus Nugroho. 1993. Jakarta: YayasanObor Indonesia.
Frederick E. Balderstone. 1995. Managing Today’s University. USA: The Jossey-Bass, Inc.
James W. Vander Zanden. 1990. Sociology the Core. USA, McGraw Hill, Inc.
Koentjaraningrat. 1982. Pengantar Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.
Mary Henkel. 2000. Academic Identities and Policy Change in Higher Education.England: Jessica Kingsley Publishers Ltd.
Mohammad Abduhzen dalam http://doa-bagirajatega.blogspot.co.id/2015/06/budaya-akademik-mohammad-abduhzen.html diakses pada tanggal 20 Desember 2015.
Oemar Hamalik. 2005. Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen PelatihanKetenagakerjaan.Jakarta:PT Bumi Aksara.
Paulo Freire, dkk. 2001. Menggugat Pendidikan. (Terj.) Omi Intan Naomi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy. 1998. Al-Islam Jilid 2. Semarang:Pustaka Rizki Putra.
51
RIWAYAT PENELITI
Samsu dilahirkan pada tanggal 8 Oktober 1970 di Lagan Ilir, KabupatenTanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi dari pasangan Sultan Hasanuddin(alm.) dan Bungati. Memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam padaProgram Pascasarjana (PPs) IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi,konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam pada tahun 2003, denganpredikat Cumlaude.
Pendidikan Doktor (Ph.D) diperoleh dari Postgraduate Programme di NationalUniversity of Malaysia (Universiti Kebangsaan Malaysia) pada tahun 2012.
Karir akademis dimulai sejak tahun 1995, sebagai guru di SLTP IX Lurah Jambi(1995-1997), SMU IX Lurah Jambi (1995-1998), SMK (Teknologi) IX Lurah Jambi(1998-2000), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) Nurul Falah KotaJambi (1997-2001), dan pernah pula dipercaya sebagai Kepala Tata Usaha (TU) MANurul Falah Kota Jambi (1998-2000), Staf ahli dekan Fakultas Tarbiyah dan staf ahlirektor IAIN STS Jambi (2001-2007), dosen luar biasa pada Sekolah Tinggi IlmuKesehatan (STIKES) Harapan Ibu (sejak tahun 2005), dosen luar biasa pada STAIAhsanta Kota Jambi (sejak 2014). Selain itu ia juga dipercaya oleh legislatif untukmenjadi Tenaga Ahli DPRD Provinsi Jambi yang menangani bidang kesejahteraan rakyatkhususnya berkaitan dengan pendidikan (2010). Saat ini penulis berpangkat LektorKepala pada jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanIAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi; dengan vak keahlian Kepemimpinan Pendidikan.
Di sela-sela kesibukan sebagai dosen, juga menjadi instruktur PKG bagi guruSMA/SMK se-Provinsi Jambi tahun 2012, instruktur pada Bimbingan Teknis (Bimtek)Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) bagi Kepala SMP/SMA se-Provinsi Jambi, tahun2013, Instruktur PLPG bagi guru SD, SMP, dan SMA/SMK se-Provinsi Jambi, SumateraSelatan, dan Sumatera Barat, yang diselenggarakan di Provinsi Jambi, tahun 2014. Ketuatim pengembangan fakultas FEBI (2014), serta Sekretaris Tim Perubahan Bentuk IAINSulthan Thaha Saifuddin Jambi menjadi Universitas Islam Sulthan Thaha SaifuddinJambi (2014/2015 sampai sekarang).
Karya ilmiah dalam bentuk buku yang telah dipublikasikan, antara lain: 1) SekolahBerprestasi (2002), 2) Pendidikan Anak Bangsa: Pendidikan Untuk Semua (2002), 3)Research University (2012) dan (4) Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan (2014).Di bidang penelitian telah menghasilkan beberapa penelitian dengan bantuan dana DIPAIAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi antara lain: 1) Kesiapan dosen dalam menghadapisertifikasi dosen di lingkungan IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi (2009), 2)Pengembangan penelitian ke arah research university pada lingkungan IAIN SulthanThaha Saifuddin Jambi (2010), 3) Trend penggunaan facebook dan dampaknya terhadapproduktivitas kerja perguruan tinggi (2011), 4) Transformasi budaya akademik berbasison-line: Studi pada IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi (2013), dan 5) Pengaruh ModelGaya Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Inovasi Sekolah di Kota Jambi (Studi pada SLTA KotaJambi), tahun 2014.
.
50
LAMPIRAN A
DAFTAR : NILAI KORELASI DI ANTARA SKOR SETIAP ITEM DENGANJUMLAH SKOR DAN INDEKS KEBOLEHPERCAYAAN ALFACRONBACH UNTUK HUBUNGAN PERAN PIMPINAN TERHADAPPELAKSANAAN BUDAYA AKADEMIK PERGURUAN TINGGI KOTAJAMBI
Variabel ItemKorelasi
item denganjumlah skor
Korelasi Itemdengan jumlah
skor yangdibetulkan
Nilai alfajika item
digugurkanNilai alfa
keseluruhan
Peran pimpinan 1 0.734 0.591 0.744 0.5662 0.657 0.591 0.7443 0.486 0.467 0.7634 0.471 0.314 0.7975 0.658 0.390 0.7736 0.543 0.379 0.7857 0.769 0.690 0.7308 0.819 0.851 0.7039 0.494 0.325 0.80310 0.376 0.517 0.691
Budaya Akademik 11 0.333 0.352 0.721 0.42512 0.312 0.357 0.73913 0.332 0.319 0.75814 0.555 0.684 0.65515 0.610 0.746 0.63616 0.356 0.383 0.76417 0.549 0.650 0.65418 0.354 0.328 0.76619 0.391 0.482 0.55820 0.460 0.649 0.346