laporan penugasan k3

9
Laporan Penugasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pendahuluan Sesuai pasal 1 peraturan menteri pekerjaan umum No.09/PER/M/2008 tentang pedoman sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3), setiap orang yang berada di tempat kerja dan berhubungan dengan proses pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan kerja konstruksi, proses lingkungan serta sekitar tempat kerja berhak memperoleh perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatannya. Jaminan K3 diberikan oleh penyelenggara proses/kegiatan produksi baik barang maupun jasa dengan skala rumah tangga sampai industri besar. Namun pada kenyataannya seringkali terjadi pengabaian terhadap pelaksanaan peraturan menteri tersebut sehingga mengakibatkan morbiditas, disabilitas, dan mortalitas yang disebabkan kecelakaan kerja. Oleh karena itu, penting bagi para praktisi kesehatan untuk mengevaluasi bagaimana pemberian jaminan K3 oleh pemilik usaha (pengusaha) kepada karyawan dalam suatu industri besar/kecil. Laporan ini disusun sebagai bentuk penilaian pelaksanaan K3 terhadap salah satu industri berskala kecil yaitu usaha produksi batako dan saluran air di daerah Turi, Sleman, Yogyakarta. Profil Industri

Upload: bunga-dewanggi

Post on 19-Nov-2015

64 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

medical

TRANSCRIPT

Laporan Penugasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Pendahuluan Sesuai pasal 1 peraturan menteri pekerjaan umum No.09/PER/M/2008 tentang pedoman sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3), setiap orang yang berada di tempat kerja dan berhubungan dengan proses pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan kerja konstruksi, proses lingkungan serta sekitar tempat kerja berhak memperoleh perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatannya.Jaminan K3 diberikan oleh penyelenggara proses/kegiatan produksi baik barang maupun jasa dengan skala rumah tangga sampai industri besar. Namun pada kenyataannya seringkali terjadi pengabaian terhadap pelaksanaan peraturan menteri tersebut sehingga mengakibatkan morbiditas, disabilitas, dan mortalitas yang disebabkan kecelakaan kerja.Oleh karena itu, penting bagi para praktisi kesehatan untuk mengevaluasi bagaimana pemberian jaminan K3 oleh pemilik usaha (pengusaha) kepada karyawan dalam suatu industri besar/kecil.Laporan ini disusun sebagai bentuk penilaian pelaksanaan K3 terhadap salah satu industri berskala kecil yaitu usaha produksi batako dan saluran air di daerah Turi, Sleman, Yogyakarta.

Profil Industri Bapak Tri, 40 tahun, adalah pemilik usaha produksi batako dan saluran air yang telah beroperasi selama 4 tahun belakangan ini. Beliau memiliki karyawan sebanyak 5 orang yang berusia antara 45 51 tahun dan setiap hari memproduksi batako dan saluran air (gorong-gorong) dengan metode tradisional tanpa menggunakan bantuan mesin (manual). Bahan baku yang digunakan adalah adonan yang terbuat dari semen, pasir, dan air yang kemudian akan dicetak, dipres, dan dikeringkan. Proses produksi dimulai dari pembuatan adonan dimana sebelumnya para pekerja mengangkut bahan baku berupa pasir dari sungai dekat tempat produksi berlangsung. Selanjutnya, pasir tersebut dicampur dengan semen dan air sesuai dengan takaran. Jika sudah tercampur rata, adonan lalu dituangkan ke dalam cetakan batako atau gorong-gorong dan dipres (ditekan) dengan alat pres untuk memadatkan bentuk serta mengurangi kadar airnya. Jika sudah, batako dan gorong-gorong kemudian diletakan di tempat terbuka untuk proses penjemuran/pengeringan. Selanjutnya batako dan gorong-gorong yang sudah kering dan padat telah siap untuk dipasarkan. Proses pemasarannya sendiri dilakukan di tempat produksi karena biasanya pembeli datang langsung untuk memesan atau membeli batako atau gorong-gorong produksi Pak Yudi ini. Meskipun begitu, untuk proses pengiriman barang ke rumah pembeli juga ditangani langsung oleh Pak Yudi dan karyawannya.Kegiatan produksi dilakukan di tepi sebuah sungai dimana para pekerja mengambil pasir untuk bahan baku. Sungai tersebut di musim kemarau debit airnya menyusut sehingga pasir yang hanyut dari gunung merapi dapat dengan mudah diambil langsung hanya dengan peralatan sederhana seperti sekop dan ember.Diakui oleh para pekerja, kecelakaan kerja kadang terjadi, namun dirasa tidak berat dan intensitasnya hanya beberapa kali dalam setahun. Kecelakaan tersebut paling sering berupa luka karena terkena pecahan gorong-gorong yang berserakan di sekitar tempat produksi.Upah yang diberikan kepada karyawannya dibayarkan oleh Pak Yudi setiap minggu yang besarnya 200-250 ribu rupiah. Untuk jam kerjanya sendiri berlangsung mulai dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore.

Pelaksanaan K3Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang kami lakukan dengan beberapa karyawan, didapati bahwa pemberian jaminan K3 dalam usaha batako dan saluran air Pak Yudi masih minim. Jaminan yang diberikan hanya berupa pemberian dana untuk tindakan kuratif apabila pekerja terluka/sakit selama berada di tempat kerja. Sedangkan masalah perlindungan diri maupun penyuluhan mengenai pencegahan kecelakaan kerja tidak diperhatikan. Pengetahuan dan kesadaran para pekerja mengenai keselamatan kerja sendiri masih sangat kurang. Hal ini terlihat dari minimnya penggunaan alat pelindung diri (APD) seperti sepatu bot, masker, sarung tangan, kacamata pelindung, dsb. Padahal peralatan tersebut penting tidak hanya untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja namun juga untuk mencegah timbulnya berbagai penyakit yang dapat ditimbulkan oleh paparan debu dari pasir/semen maupun bahan kimia lain. Saat ini para pekerja Pak Yudi hampir sama sekali tidak menggunakan APD, selama bekerja mereka hanya menggunakan sandal jepit biasa bukan sepatu bot sehingga tidak heran apabila kemudian kaki mereka terluka karena menginjak pecahan gorong-gorong, kerikil, kayu, atau benda tajam lain. Pengetahuan dasar mengenai seperti bagaimana posisi tubuh yang benar ketika mengangkat beban berat, cara penyusunan batako agar tidak sampai runtuh dan menimpa pekerja, bahaya paparan debu yang banyak dan terus-menerus serta dampaknya terhadap kesehatan beberapa tahun kedepan juga tidak diberitahukan kepada para pekerja, suatu hal yang perlu mendapat koreksi.Untuk kondisi dari tempat produksi sendiri sudah cukup luas, namun sangat panas dan berdebu karena terletak di tempat terbuka.Selain itu sarana yang terdapat di tempat produksi juga dirasa masih kurang. Fasilitas minimal seperti kamar mandi, sumber air bersih, serta kotak P3K juga tidak tersedia.Pelatihan maupun himbauan tentang bagaimana mengatasi kondisi darurat seperti misalnya apa yang harus dilakukan apabila tiba-tiba debit air meningkat juga tidak diberikan kepada para pekerja.

Tabel penilaian K3 di tempat kerja dan pekerja

Rekomendasi kepada pimpinan usaha Berdasarkan hasil kunjungan terhadap usaha batako dan saluran air yang telah dilakukan dan dijelaskan di atas,maka kami mengajukan beberapa hal yang perlu diperhatikan dan diperbaiki sehubungan dengan teknis pelaksanaan K3 di tempat usaha Bapak Yudi, antara lain:1. Penyuluhan dan pelatihan K3 Para pekerja perlu diberi pengetahuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja . Hal ini untuk meningkatkan kesadaran diri mengenai pentingnya K3 sebagai usaha pencegahan kecelakaan kerja maupun kondisi lain yang dapat menimpa pekerja di lingkungan kerjanya.2. Perbaikan kondisi tempat produksiJika memungkinan, pemindahan tempat produksi bisa menjadi salah satu alternatif yang dilakukan untuk perbaikan kondisi lingkungan kerja. Mengingat tanah lapang di tepi sungai dapat berpotensi bahaya pada saat tertentu misalnya di musim hujan. Namun jika hal tersebut tidak bisa dilakukan, Pak Yudi selaku pengusaha dapat menambahkan fasilitas vital bagi para pekerja seperti tempat istirahat yang teduh, kamar mandi, sumber air bersih, ketersediaan air minum serta kotak P3K sebagai pertolongan pertama jika ada pekerja yang terluka di tempat produksi.3. Menekankan pentingnya penggunaan APDPenting bagi pekerja untuk menyadari pentingnya penggunaan APD selama proses produksi mengingat banyaknya paparan bahan/zat yang berpotensi mengakibatkan gangguan kesehatan seperti debu, zat kimia dari semen, dsb.4. Penjelasan mengenai pengetahuan dasar di tempat kerjaPekerja perlu mengetahui hal-hal dasar yang apabila diabaikan dapat memicu terjadinya kecelakaan kerja seperti jangan tinggalkan kayu yang dibuang dengan paku yang keluar,kayu yang tidak terpakai harus dikumpulkan dan disimpan di suatu tempat, bengkokkan selalu atau tutup ujung batang besi yang keluar dari batako (mis. ketika memulai usaha), batako sebaiknya tidak ditumpuk lebih dari 1m di tempat penyipanan atau produksi, jaga kebersihan lokasi produksi, dsb. 5. Mengajarkan cara yang benar ketika mengangkat beban beratMengangkat beban berat dengan cara yang salah secara terus-menerus dan dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan timbulnya penyakit yang dapat menjadikan seseorang mengalami disabilitas, seperti LBP (Lower Back Pain), Osteoartriti, patah tulang dll. Oleh sebab itu pengetahuan mengenai cara yang benar ketika mengangkat beban berat perlu dimiliki oleh para pekerja mengingat hampir sebagian besar pekerjaan mereka adalah mengangkat beban berat berupa pasir, semen, batako, sampai gorong-gorong. Berikut ini adalah cara benar tersebut : Posisi kaki Tempatkan kaki selebar pinggul untuk memberi ruang yang lebih besar. Untuk keseimbangan yang lebih baik tempatkan satu kaki di depan benda yang akan diangkat. Pegangan yang benar Pastikan pegangan pada pangkal jari dan dan telapak tangan. Ini menjaga beban terkendali dan beban lebih merata keseluruh tubuh. Lengan dekat dengan badan Jaga posisi lengan dekat dengan badan untuk mengurangi usaha yang dibutuhkan untuk mengangkat dan megurangi kelelahan otot pada lengan dan bahu. Meluruskan punggung Jaga punggung anda pada sudut kira-kira 15 derajat. Hal ini untuk meminimalisasi pada abdomen dan pastikan tekanan pada rangka tulang punggung. Punggung anda mengambil beban tetapi kaki anda yang bekerja. Dagu ke dalam Mudah untuk merusak tulang belakang bagian atas karena posisinya dibagian bawah. Untuk menjaga lurus ke atas, Perpanjang leher dan tarik dagu ke dalam. Jangan letakkan dagu di pundak karena akan membengkokkan leher. Beban badan Gunakan beban badan untuk memindahkan beban pada posisi mengangkat dan menggeser beban dengan benar. Wanita hamil sebaiknya tidak mengangkat terus menerus beban yang lebih dari 5 kg dan tidak boleh mengangkat yang lebih dari 10 kg. SalahBenar