laporan penelitian demam berdarah dengue pbl ii uns surakarta

142
LAPORAN PBL II (Survei Demam Berdarah Dengue) SURVEI PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERUBAHAN PERILAKU MASYARAKAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAWANGSARI KABUPATEN SUKOHARJO Oleh : Kelompok C3 PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN LABORATORIUM PPKM FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: sugeng-purnomo

Post on 16-Jun-2015

11.953 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Laporan Penelitian Mahasiswa PBL II UNS Surakarta di Puskesmas Tawangsari Sukoharjo membandingkan adakah Perbedaan Bermakna Perubahan Perillaku dan Pengetahuan Tentang Demam Berdarah Masyarakat yang diberi Penyuluhan dan tidak diberi penyuluhan

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

LAPORAN PBL II (Survei Demam Berdarah Dengue)

SURVEI PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT

PENGETAHUAN DAN PERUBAHAN PERILAKU MASYARAKAT

TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAWANGSARI

KABUPATEN SUKOHARJO

Oleh :

Kelompok C3

PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN

LABORATORIUM PPKM FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2010

Page 2: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Survei Penyuluhan ini dengan judul :

Survei Keberhasilan Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Perubahan

Perilaku Masyarakat Tentang Demam Berdarah Dengue Pada Masyarakat di Wilayah

Kerja Puskesmas Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo

Oleh : Kelompok C3

1. Eriza Kusumawardhani G0006072

2. Nunung Perwitasari G0006130

3. Candra Bayu Sena G0006188

4. Haris Nur A. A G0006198

5. Marisa Rizqiana Dewi G0006202

6. M. Yusuf Arrozhi G0006206

7. Nurrachma Yuliasri G0006208

8. Ova Rachmawati G0006210

9. Rossy Marlina Ngahu G0006220

10. Setyowati G0006222

11. Yudhi Prasetyo G0006224

12. Jayalina Devadas G0006502

Telah disetujui dan disahkan oleh pembimbing

pada tanggal Januari 2010

Pembimbing Fakultas Pembimbing Daerah

Wachid Putranto, dr., Sp. PD Sugeng Purnomo, dr.

NIP. 132 316 108 NIP. 140 361 937 /

19671122 200112 1 001

Koordinator PBL

H. Rifai Hartanto,dr., M. Kes / KK

NIP. 131 570 269

Page 3: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

LEMBAR REVISI

Judul : Survei Keberhasilan Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Perubahan Perilaku Masyarakat Tentang Demam Berdarah Dengue Pada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo

Kelompok : C3No. Halaman Keterangan

Mengetahui,Pembimbing Fakultas

Wachid Putranto, dr. , Sp.PD NIP. 132 316 108

Pembimbing Daerah

Sugeng Purnomo, dr.NIP. 140 361 937 /19671122 200112 1 001

Page 4: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

LEMBAR REVISI

Judul : Survei Keberhasilan Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Perubahan Perilaku Masyarakat Tentang Demam Berdarah Dengue Pada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo

Kelompok : C3No. Halaman Keterangan

Mengetahui,Pembimbing Wilayah Sukoharjo

Dr. Diffah Hanim, Dra., M.SiNIP. 19640220 199003 2 00

Page 5: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan

rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan PBL II Kelompok C3 dengan

judul Survei Keberhasilan Penyuluhan Dalam Upaya Menurunkan Angka Kejadian

Demam Berdarah Dengue Pada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan

Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo.

Penyusunan laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah

Pengalaman Belajar Lapangan II di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Laporan ini dapat tersusun berkat adanya bimbingan, petunjuk, bantuan maupun saran

berharga dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan yang baik ini penulis

menyampaikan terima kasih pada :

1. Prof. DR. AA. Subijanto, dr., M.S. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. H. Rifai Hartanto, dr., M.Kes.K.K. selaku Koordinator Mata Kuliah PBL II dan selaku

koordinator lapangan PBL II.

3. Wachid Putranto, dr., Sp. PD selaku Pembimbing Fakultas PBL II.

4. Sugeng Purnomo, dr. selaku Pembimbing Daerah dan Kepala Puskesmas Tawangsari.

5. Segenap dokter, bidan desa, dan staf Puskesmas Tawangsari.

6. Segenap pihak yang telah membantu terlaksananya survey PBL II Kelompok C3 yang

tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Tanpa bantuan dari semua pihak yang tersebut di atas laporan PBL II ini tidak akan

dapat terselesaikan dengan lancar.

Akhirnya kami berharap semoga laporan ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dan

bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Maret.

Page 6: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ii

HALAMAN REVISI iii

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR LAMPIRAN xi

DAFTAR GAMBAR xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 3

1.3 Tujuan 3

1.4 Manfaat 3

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 PBL (Pengalaman Belajar Lapangan) 5

2.2 Demam Berdarah Dengue 8

2.3 Penyuluhan 21

2.4 Survey 23

2.5 Indikator Keberhasilan Penyuluhan 27

2.6 Kerangka Pemikiran 29

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Survei 31

3.2 Lokasi Penelitian 31

3.3 Populasi Terjangkau 31

3.4 Populasi Target 31

3.5 Subjek Penelitian 32

3.6 Teknik Sampling 32

3.7 Alat Ukur Penelitian 32

3.8 Variabel Penelitian 32

3.9 Cara Kerja 33

3.10 Teknik Analisis Data Statistik 33

Page 7: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

BAB IV HASIL SURVEI

4.1 Data Umum 34

4.2 Hasil Survei 44

4.3 Analisis Data 57

BAB V PEMBAHASAN 59

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan 65

6.1 Saran 65

DAFTAR PUSTAKA 67

LAMPIRAN 70

Page 8: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Daftar Gedung Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling,

dan Poli Klinik Desa PKD 35

Tabel 2. Data Keadaan Umum Puskesmas Sumber Daya Puskesmas Tawangsari 36

Tabel 3. Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tawangsari Tahun 2008 37

Tabel 4. Jumlah Balita dan Bayi Lahir Hidup di Wilayah Kerja Puskesmas

Tawangsari Tahun 2008 38

Tabel 5. Jumlah Wanita Usia Subur dan Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja

Puskesmas Tawangsari Tahun 2008 39

Tabel 6. Jumlah Usila di Wilayah Kerja Puskesmas Tawangsari 40

Tabel 7. Data Jumlah Kasus DBD Berdasarkan Wilayah Pada Januari-Desember

2008 41

Tabel 8. Data Kasus DBD Perbulan Tahun 2008 42

Tabel 9. Data Kasus DBD Antara Bulan Januari-November Tahun 2009 43

Tabel 10. Jumlah Responden Penelitian 45

Tabel 11. Sebaran Data Responden Berdasarkan Umur 46

Tabel 12. Sebaran Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 47

Tabel 13. Rerata Data Responden yang Disuluh dan Tidak Disuluh 48

Tabel 14. Rerata Data Responden yang Disuluh Berdasarkan Pendidikan Terakhir 48

Tabel 15. Rerata Data Responden yang Disuluh Bedasarkan Usia 49

Tabel 16. Rerata Data Responden yang Disuluh Berdasarkan Desa 50

Tabel 17. Jumlah Responden yang Disuluh dengan Jawaban Salah pada

Kuesioner Demam Chikungunya 51

Tabel 18. Rerata Data Responden yang Tidak Tidak Disuluh Berdasarkan

Pendidikan Terakhir 52

Tabel 19. Rerata Data Responden yang Tidak Disuluh Berdasarkan Usia 53

Tabel 20. Rerata Data Responden yang Tidak Disuluh Berdasarkan Desa 54

Tabel 21. Jumlah Responden yang Tidak Disuluh dengan Jawaban Salah pada

Kuesioner Demam Chikungunya 55

Tabel 22. Data Deskriptif Kuesioner Demam Chikungunya 56

Tabel 23. Data Deskriptif Kuesioner Perilaku Masyarakat 56

Page 9: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Tabel 24. Perbandingan Data Nilai Postest/Kuesioner (Saat Survey) Antara Pada

Desa yang Disuluh Dengan Desa yang Tidak Disuluh 57

Tabel 25. Jadwal Survey di Puskesmas Tawangsari, Sukoharjo 78

Tabel 26. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa

Ponowaren Posyandu Sejahtera II 79

Tabel 27. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa

Watubonang Posyandu Watulumbung 80

Tabel 28. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa

Majasto Posyandu Kartika Kencana V 81

Tabel 29. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa

Kateguhan Posyandu Lansia PWRI 82

Tabel 30. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa

Pojok Posyandu Sehat III 83

Tabel 31. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa

Lorog Posyandu Lestari II 84

Tabel 32. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa

Grajegan Posyandu Mirasari II 85

Tabel 33. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa

Tambakboyo Posyandu Ngudiwaras III 86

Tabel 34. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa

Kedungjambal Posyandu Klaseman dan Lansia Klaseman 87

Tabel 35. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa

Tangkisan Posyandu Pertiwi V 88

Tabel 36. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa

Lorog Posyandu Cemetuk 89

Tabel 37. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa

Pundungrejo Posyandu Mekarsari VI 90

Tabel 38. Perbandingan Case Processing Summary Nilai Postest Demam

Chikungunya Antara Pada Desa yang Disuluh Dengan Desa yang

Tidak Disuluh 91

Tabel 39. Perbandingan Descriptives Nilai Postest Demam Chikungunya

Antara Pada Desa yang Disuluh Dengan Desa yang Tidak Disuluh 92

Tabel 40. Hasil T-Test Group Statistic Postest Demam Chikungunya Antara

Pada Desa yang Disuluh Dengan Desa yang Tidak Disuluh 93

Page 10: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Tabel 41. Hasil T-Test Independent Sample Test Postest Demam Chikungunya

Antara Pada Desa yang Disuluh Dengan Desa yang Tidak Disuluh 93

Page 11: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Kuesioner 70

2. Tabel Jadwal Survey di Puskesmas Tawangsari, Sukoharjo 78

3. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner

di Desa Ponowaren Posyandu Sejahtera II 79

4. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner

di Desa Watubonang Posyandu Watulumbung 80

5. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner

di Desa Majasto Posyandu Kartika Kencana V 81

6. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner

di Desa Kateguhan Posyandu Lansia PWRI 82

7. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner

di Desa Pojok Posyandu Sehat III 83

8. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner

di Desa Lorog Posyandu Lestari III 84

9. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner

di Desa Grajegan Posyandu Mirasari III 85

10. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner

di Desa Tambakboyo Posyandu Ngudiwaras III 86

11. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner

di Desa Kedungjambal Posyandu Klaseman dan Lansia Klaseman 87

12. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner

di Desa Tangkisan Posyandu Pertiwi V 88

13. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner

di Desa Lorog Posyandu Cemetuk 89

14. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner

di Desa Pundungrejo Posyandu Mekarsari VI 90

15. Tabel Perbandingan Case Processing Summary Nilai Postest Demam

Chikungunya Antara Pada Desa yang Disuluh Dengan Desa yang

Tidak Disuluh 91

16. Tabel Perbandingan Descriptives Nilai Postest Demam Chikungunya

Page 12: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Antara Pada Desa yang Disuluh Dengan Desa yang Tidak Disuluh 92

17. Tabel T-Test Group Statistic Demam Chikungunya 93

18. Tabel T-Test Independent Sample Test Demam Chikungunya 93

19. Gambar Histogram T-Test Demam Chikungunya Untuk Desa yang

Disuluh (Kelompok Eksperimen) 94

20. Gambar Histogram T-Test Demam Chikungunya Untuk Desa

yang Tidak Disuluh (Kelompok Kontrol) 95

Page 13: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Peta Wilayah Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo 44

Gambar 2. Histogram T-Test Demam Berdarah Dengue Untuk Desa

yang Disuluh (Kelompok Eksperimen) 94

Gambar 3. Histogram T-Test Demam Berdarah Dengue Untuk Desa yang

Tidak Disuluh (Kelompok Kontrol) 95

Page 14: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pola hidup sehat merupakan suatu tuntutan untuk terciptanya masyarakat sehat.

Masyarakat yang sehat disini berarti bahwa sehat tidak hanya secara fisik tetapi juga

mental maupun sosialnya. Di Indonesia, kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai

pola hidup sehat masih terbatas. Hal ini terlihat dari tingginya angka kesakitan dan

kematian yang disebabkan oleh suatu penyakit (Harninto, 1997). Penyakit Demam Berdarah

Dengue merupakan salah satu contoh penyebabnya. Demam Berdarah dengue telah menjadi

wabah nasional dengan angka mortalitas yang mencapai lebih dari 400 orang (Tri,

2004).

Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever/

DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis

demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfoadenopati,

trombositopenia dan diatesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai

oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh.

Sindrom renjatan degue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang

ditandai oleh renjatan (syok) (Suhendro, dkk, 2006).

Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang

termasuk dalam genus Flavivirus , keluarga Flaviviridae. Terdapat 4 serotipe virus yaitu

DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4. Keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan DEN

3 merupakan serotipe yang terbanyak (Suhendro, dkk, 2006), oleh sebab itu Indonesia harus

memberikan perhatian lebih terhadap penyakit tropik ini.

Demam berdarah merupakan salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan

kejadian luar biasa (KLB)/wabah (Depkes, 1992). Demam berdarah dengue tersebar di

wilayah Asia tenggara, Pasifik Barat, dan Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis

dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15

per 100.000 penduduk (1989-1995) dan pernah meningkat tajam saat kejadian luar biasa

hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998, sedangkan mortalitas DBD cenderung

Page 15: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

menurun hingga mencapai 2 % pada tahun 1999 (Suhendro, dkk, 2006). Kebanyakan kasus

DBD terjadi pada anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun (WHO, 1999).

Penularan infeksi virus dengue dapat terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes

(terutama A. aegypti dan A. albopictus). Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan dengan

sanitasi lingkungan yang kurang terjaga, yaitu dengan tersedianya tempat perindukan bagi

nyamuk betina yaitu bejana berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas, dan tempat

penampungan air lainnya) (Suhendro, dkk, 2006).

Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi virus dengue yaitu:

1) vektor: perkembangbiakan vektor, kebiasaan mengigit, kepadatan vektor di lingkungan,

transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain; 2) pejamu: terdapatnya penderita di

lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin; 3)

lingkungan: curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk (Suhendro, dkk,2006).

Mengingat bahwa wabah tersebut telah menjadi ancaman yang bersifat nasional

dan bahwa sesungguhnya sudah cukup banyak informasi mengenai cara-cara pencegahan dan

penanggulangan demam berdarah, maka perlu melakukan tindakan yang lebih agresif

dalam mengurangi dan mencegah penyakit yang mempunyai siklus lima tahunan ini.

Di samping itu, dalam melaksanakan kegiatan pemberantasan penyakit DBD tersebut,

diperlukan peran serta masyarakat, baik untuk membantu kelancaran pelaksanaannya maupun

dalam memberantas jentik nyamuk penularnya di rumah dan lingkungan masing-masing.

Oleh karena itu melalui kegiatan penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh mahasiswa

Fakultas Kedokteran UNS, diharapkan dapat mendorong dan mengarahkan masyarakat,

dalam hal ini khususnya masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tawangsari, Sukoharjo,

untuk berperilaku hidup sehat dan mendukung upaya penanggulangan.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan masyarakat

terhadap demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Tawangsari, kabupaten

Sukoharjo?

Page 16: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui keberhasilan penyuluhan PBL I dengan peningkatan pengetahuan

dan kesadaran terhadap penyakit DBD di wilayah kerja Puskesmas Tawangsari, Sukoharjo.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui peningkatan kesadaran masyarakat untuk melaksanakan kegiatan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) sebagai upaya preventif dalam mencegah

terjadinya kasus DBD.

b. Mengetahui adanya deteksi dini oleh individu, keluarga, maupun masyarakat dalam

upaya mencegah kegawatan dan keterlambatan penanganan kasus DBD.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Mahasiswa memperoleh pengalaman survei kesehatan masyarakat sebagai bekal untuk

menjadi dokter.

b. Mahasiswa mampu melaksanakan organisasi materi meliputi identifikasi masalah,

prioritas masalah, pengumpulan data, pengolahan data, penyusunan data dan penyajian

data.

1.4.2 Manfaat Praktis

a Diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

b. Diharapkan masyarakat memperoleh pengetahuan tentang Demam DBD sebagai hasil

penyuluhan PBL I.

Page 17: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 PBL (Pengalaman Belajar Lapangan)

PBL atau Pengalaman Belajar Lapangan adalah suatu program mata kuliah

yang diajarkan di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang

terbagi atas tiga (3) tahap PBL I , PBL II dan PBL III.

Mata Kuliah PBL adalah mata kuliah yang memberikan kesempatan kepada

mahasiswa untuk berhubungan langsung dengan masyarakat , dan memberikan

sumbangan nyata kepada masyarakat dalam bentuk antara lain tambahan pengetahuan ,

melalui kegiatan survei (PBL II).

Untuk program preklinik , mahasiswa akan melakukan PBL I dan II masing –

masing sebesar 1 SKS (Satuan Kredit Semester) Menurut kurikulum pendidikan dokter

Indonesia, 80% menerapkan evidence Based Learning (belajar berdasarkan masalah).

Pola PBL menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi Konsorsium Ilmu Kesehatan I Oktober 1983:

1. Sasaran

Mahasiswa mendapatkan Pengalaman Belajar untuk menopang upaya pencapaian

kemampuan yang tercantum dalam Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Indonesia II

dengan memperhatikan kepentingan masyarakat dan lingkungan.

2. Pengelompokan Kegiatan

Mengingat bahwa kegiatan PBL, sedemikian banyak (baik jumlah maupun jenis)

dipandang perlu mengelompokan berbagai kegiatan PBL.

Pengelompokan ini berdasarkan :

a. Tingkat kemampuan mahasiswa yang makin tinggi dan majemuk dengan lama

proses pendidikan.

b. Urutan pelaksanaan kegiatan yang wajar dan wajib.

c. Keseluruhan kegiatan PBL tidak hanya pada semester atau tingkat tertentu.

Kegiatan PBL terdiri dari :

1) Kelompok kegiatan I

2) Kelompok kegiatan II

Page 18: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

3) Kelompok kegiatan III

Hal-hal yang dikerjakan oleh mahasiswa sebagai langkah-langkah yang harus

dilaksanakan dalam kegiatan PBL II adalah:

1. Mencari serta mengumpulkan data-data di daerah baik data primer maupun data

sekunder.

2. Melakukan pengolahan data yang telah didapat.

3. Menentukan masalah utama (prioritas masalah kesehatan) berdasarkan data yang

diperoleh.

Kegiatan yang harus dilakukan oleh para mahasiswa semester VI dalam kelompok

PBL I ini adalah penyuluhan.

Mahasiswa melalui sistem belajar mengajar di kampus sesuai kurikulum yang

ditempuh, telah dibekali materi kuliah tentang metodologi penelitian yang dalam kaitannya

dengan PBL II sangat dibutuhkan pengetahuan tentang metodologi tersebut. Sebab

metodologi Penelitian merupakan sarana atau alat Bantu bagi mahasiswa untuk membuat

laporan survei serta untuk menganalisa data (kesehatan masyarakat).

Tujuan Khusus PBL II:

1. Menetapkan taraf kesehatan masyarakat berdasarkan analisa data, statistik, kehidupan,

survei kesehatan, atau tehnik epidemiologi.

2. Menerapkan prinsip lingkaran pemecahan masalah yang berupa mengumpulkan data,

merencanakan dan melaksanakan program serta mengevaluasi keberhasilan program

dan semua komponennya.

3. Melaksanakan pengelolaan suatu organisasi dengan perencanaan dan pembuatan

program, pemberian wewenang dan tanggung jawab serta komunikasi dalam organisasi.

4. Memperhitungkan berbagai factor yang mungkin menimbulkan masalah yang timbul

melalui kerja sama dengan instansi yang berwenang.

5. Merencanakan tindakan penanggulangan terhadap berbagai factor dan masalah yang

timbul melalui kerjasama dengan instansi yang berwenang.

6. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan fungsi, termasuk hak dan kewajiban serta

kewenangan.

Page 19: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

7. Menetapkan ruang lingkup Penelitian bidang kesehatan di Indonesia (lokasi,

metodologi, responden).

8. Bertindak sesuai dengan etik kedokteran dalam hubungan dokter dengan perorangan

dan atau masyarakat.

9. Mempertimbangkan tindakan dokter berdasarkan etik kedokteran .

10. Bertindak sebagai pemimpin formal dan tidak formal, untuk meningkatkan motivasi

masyarakat.

Kegiatan yang dijalankan oleh mahasiswa dalam pelaksanaan PBL II berupa survei

tentang hasil penyuluhan kesehatan pada masyarakat yang telah dilakukan pada PBL I.

Kegiatan ini dibagi dalam tiga tahap:

1. Tahap persiapan

a. Proses pembuatan proposal

b. Pencarian literature

c. Diskusi kelompok

d. Validasi proposal

2. Tahap pelaksanaan

a. Melakukan survey (penyebaran kuesioner)

b. Mencari data sekunder

c. Pengumpulan kuesioner

3. Tahap penyelesaian

a. Dekapitasi (pengelompokan)

b. Tabulasi data

c. Penyajian data dalam bentuk table

2.2 Demam Berdarah Dengue

2.2.1 Definisi

Demam berdarah merupakan manifestasi klinis yang berat dari berbagai arbovirus.

Arbovirus ialah singkatan dari arthropod-borne viruses, artinya virus yang ditularkan

melalui gigitan artropoda, misalnya nyamuk, sengkenit atau lalat (Soedarmo, 1988).

Demam berdarah ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala

utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama

disertai beberapa atau semua gejala perdarahan seperti petekia spontan yang timbul serentak,

Page 20: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

purpura, ekimosis, epistaksis, hematemesis, melena, trombositopenia, masa perdarahan dan

masa protrombin memanjang, hematokrit meningkat dan gangguan maturasi megakariosit

(Hendarwanto, 2000).

2.2.2 Etiologi Demam Berdarah

Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang ternasuk dalam genus

Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1,DEN-2,DEN-3dan

DEN-4 keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe

terbanyak Dalam setahun terdapat 250.000 – 500.000 kasus demam berdarah di seluruh dunia

(Soedarmo, 1988).

Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Flaviviridae dan

dikenal ada 4 serotipe:

1. Serotipe 1 & 2: ditemukan di Irian saat Perang Dunia II.

2. Serotipe 3 & 4: ditemukan di Philipina (1953—1954).

2.2.2.1 Sifat Virus Dengue

Sifat virus dengue (Hendarwanto,2000) :

a. Bentuk batang

b. Termolabil

c. Sensitif terhadap inaktivasi dietileter dan natriumdioksikolat

d. Stabil pada suhu 700C

2.2.2.2 Gejala Klinis

a. Suhu tubuh meningkat

b. Mual

c. Batuk ringan

d. Sakit kepala tiba-tiba

e. Muntah

f. Konstipasi

g. Nyeri hebat pada otot dan tulang

h. Lidah kotor

i. Pembesaran limpa

2.2.2.3 Kriteria Klinis DBD

Kriteria klinis DBD, yaitu (Soedarmo, 1988) :

a. Demam akut yang tetap tinggi selama 2-7 hari.

Page 21: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

b. Terjadi manifestasi perdarahan, termasuk setidak–tidaknya uji tourniquet positif dan

salah satu bentuk lain (petekia, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi),

hematemesis dan atau melena.

c. Pembesaran hati.

d. Renjatan yang ditandai oleh nadi lemah, cepat disertai tekanan nadi menurun (menjadi

20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80

mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung

hidung, jari dan kaki, penderita menjadi gelisah, timbul sianosis di sekitar mulut.

2.2.3 Epidemiologi

a. Kriteria daerah terhadap kasus DBD

Potensial : Suatu daerah dengan pemukiman padat, mobilitas penduduk tinggi dan

memiliki ketinggian dibawah 500 m permukaan laut.

Sporadis : Bergantian tahun (selang-seling) ditemukan kasus DBD.

Endemis : Dalam tiga tahun terkahir ditemukan kasus secara terus menerus dalam

satu wilayah desa.

b. DBD terjadi apabila banyak tipe virus dengue secara simultan atau berurutan ditularkan.

Infeksi virus dapat berasal dari semua tipe, dan infeksi yang kedua dengan tipe

heterolog sering terjadi (Behrman, Kliegman, Alvin, 2000). Virus ini ditularkan

melalui gigitan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopticus. Vektor berhubungan

dengan faktor sanitasi lingkungan, air bersih yang langka, dan kebiasaan masyarakat

untuk menampung air bersih.

2.2.4 Perjalanan Penyakit (Patogenesis)

Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes aegypty dan Aedes albopictus sebagai

vektor ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Apabila orang itu mendapat

infeksi berulang oleh tipe virus dengue yang berlainan akan menimbulkan reaksi yang

berbeda. DBD dapat terjadi, bila seseorang yang telah terinfeksi dengue pertama kali,

mendapat infeksi berulang dari virus dengue dengan serotipe lainnya. Virus akan bereplikasi

di nodus limfatikus regional dan menyebar ke jaringan lain, terutama ke sistem

retikuloendotelial dan kulit secara bronkogen maupun hematogen (Mansjoer, 2000).

Page 22: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Sejauh ini belum ada suatu teori yang dapat menjelaskan secara tuntas patogenesis

demam berdarah Dengue (Mansjoer, 2000). Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang

kuat bahwa mekanisme imunopatologis berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue.

Suhendro dkk (2006) menyebutkan bahwa respon imun yang diketahui berperan

dalam patogenesis DBD adalah:

1. respon imun humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam

netralisasi virus. Antibodi tersebut berperan dalam mempercepat replikasi virus pada

monosit atau makrofag. Hipotesis ini disebut antibody dependent enhancement (ADE).

2. limfosit T baik T-helper (CD4) maupun T sitotoksik (CD8) berperan dalam

respon imun seluler terhadap virus dengue.

3. monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi

antibody. Namun proses ini menyebabkan peningkatan replikasi virus dan sekresi

sitokin oleh makrofag yang kemudian dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas

pembuluh darah.

4. Aktivasi komplemen oleh kopleks imun menyebabkan terbentuknya C3a dan

C5a. Akibat aktivasi C3a dan C5a menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding

pembuluh darah dan merembesnya plasma dari ruang intravaskuler ke ekstravaskuler.

Halstead pada tahun 1973 mengajukan hipotesis secondary heterologous infection

yang menyatakan bahwa demam berdarah dengue terjadi bila seseorang terinfeksi ulang

virus dengue dengan tipe yang berbeda. Re-infeksi menyebabkan reaksi anamnestik antibody

sehingga mengakibatkan konsentrasi kompleks imun yang tinggi. Hipootesis kedua

menyatakan bahwa virus dengue dapat mengalami perubahan genetik sehingga dapat

menyebabkan peningkatan replikasi virus dan viremia, serta peningkatan virulensi dan

potensi untuk menimbulkan wabah (Depkes, 2004).

Sebagai tanggapan terhadap infeksi virus Dengue, kompleks antigen-antibodi selain

mengaktivasi komplemen, juga menyebabkan agregasi trombosit dan mengaktivasi sistem

koagulasi melalui kerusakan sel endotel pembuluh darah. Kedua faktor tersebut akan

menyebabkan perdarahan pada DBD. Agregasi trombosit terjadi sebagai akibat dari antigen-

antibodi pada membran trombosit sehingga trombosit melekat satu sama lain. Hal ini akan

menyebabkan trombosit dihancurkan oleh sistem retikuloendotelial sehingga terjadi

trombositopenia. Agregasi trombosit ini akan menyebabkan pengeluaran platelet faktor III

mengakibatkan koagulopati konsumtif, ditandai dengan peningkatan FDP (fibrinogen

degradation factor) sehingga terjadi penurunan faktor pembekuan (Depkes, 2004).

Page 23: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Agregasi trombosit juga mengakibatkan gangguan fungsi trombosit. Sehingga

walaupun jumlah trombosit masih cukup banyak tetapi tidak berfungsi dengan baik. Di sisi

lain aktivasi koagulasi akan menyebabkan aktivasi faktor Hageman,sehingga terjadi aktivasi

sistem kinin yang memacu peningkatan permeabilitas kapiler yang dapat mempercepat

terjadinya syok.Jadi, perdarahan massif pada DBD dikibatkan oleh trombositopenia,

penurunan faktor pembekuan, kelainan fungsi trombosit, dan kerusakan dinding endotel

kapiler. Akhirnya, perdarahan akan memperberat syok yang terjadi (Depkes, 2004).

2.2.5 Vektor

Aedes. aegypti merupakan vektor utama di Indonesia sedangkan Aedes albopictus

adalah vektor sekunder (Martini dkk, 2004).

2.2.5.1 Morfologi dan Daur Hidup

Nyamuk Ae. aegypti dewasa berukuran kecil, berwarna hitam dengan bintik putih di

seluruh badan, kaki, dan sayap. Telurnya seperti sarang tawon, diletakkan sedikit dibawah

permukaan air jernih dengan jarak + 2,5 cm dari dinding tempat perindukan. Telur

mempunyai dinding bergaris-garis dan gambaran kain kasa. Telur dapat bertahan berbulan-

bulan pada suhu -2—420C, sedangkan larvanya mempunyai pelana yang terbuka dan gigi sisir

berduri lateral. Jentik Ae. aegypti berukuran 0,5—1 cm, selalu bergerak aktif dalam air, pada

waktu istirahat memiliki posisi hampir tegak lurus permukaan air.

Ae. aegypti mengalami metamorfosis sempurna yaitu: telur-jentik-kepompong-

nyamuk. Nyamuk betina menghisap darah untuk mematangkan telur agar dapat dibuahi

sperma. Telur yang dibuahi dapat menetas selama 3 hari. Setiap kali menghisap darah

nyamuk ini mampu menelurkan 100 butir, 24 jam kemudian nyamuk ini akan menghisap

darah lagi dan kembali bertelur. Pada umumnya telur menetas dalam waktu + 2 hari, menjadi

jentik, 6—8 hari, berikutnya akan masuk ke stadium pupa, disusul 2—4 hari menjadi

nyamuk. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dengan periode 9—10 hari. Umur nyamuk

betina di alam bebas kira-kira 10 hari sedangkan di laboratorium mencapai 2 bulan

(Soedarmo, 1988).

2.2.5.2 Sifat-sifat Nyamuk Ae. aegypti

Ae. aegypti bersifat antropofilik dan hanya nyamuk betina yang menghisap darah.

Memiliki kebiasaan menggigit berulang (multiplebiters) sehingga memudahkan tranmisi

Page 24: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

virus (Soedarmo, 1988; Putra, 1995). Biasanya nyamuk betina menggigit pada pagi sampai

petang dengan puncak serangan antara jam 9-10 pagi dan 4-5 sore (Satari dkk, 2005).

Nyamuk ini mempunyai kebiasaan istirahat serta menggigit di dalam rumah, hinggap

di tempat yang bergelantungan dan menyukai warna gelap. Kemampuan terbang nyamuk ini

40 meter untuk betina, dengan daya maksimal 100 meter. Secara pasif oleh angin dapat

terbawa lebih jauh (Satari dkk, 2005).

Tempat perkembangbiakan nyamuk Ae. aegypti adalah:

1. Penampungan air sehari-hari (bak mandi, drum, tempayan, WC, ember).

2. Penampungan air bukan untuk sehari-hari (vas bunga, tempat minum burung, dsb).

3. Penampungan air alami (lubang pohon, kubangan, batok kelapa, dsb).

2.2.6 Gejala

Infeksi oleh virus dengue menyebabkan gejala yang bervariasi mulai sindroma virus

non spesifik sampai perdarahan yang fatal.

Gejala demam dengue tergantung pada umur penderita. Pada bayi dan anak kecil,

demam tidak spesifik dengan bintik merah pada kulit. Sedangkan pada anak yang lebih besar

dan dewasa, umumnya terjadi demam tinggi selama 2-7 hari, tubuh tampak lemah, suhu

tubuh antara 38-40°C atau lebih, sakit kepala, nyeri belakang mata, nyeri otot & sendi, ruam,

serta dapat timbul perdarahan kulit(petekial) dan biasanya timbul terlebih dahulu pada bagian

bawah badan dan pada beberapa pasien, peteki dapat menyebar hingga menyelimuti hampir

seluruh tubuh. Selain itu, radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit di perut,

rasa mual, muntah-muntah atau diare Biasanya ditemukan sel darah putih & trombositnya

menurun. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985).

Demam karena infeksi dengue memiliki bentuk yang khas. Pada infeksi ini demam

tinggi selama 2-7 hari namun pada hari ke 3 turun, kemudian mulai menjadi normal untuk

jangka waktu tertentu setelah itu naik lagi sampai 7 hari. Demam dapat mencapai 40-410C

dan dapat terjadi kejang demam pada bayi (Behrman dkk,2000).

Sesudah masa inkubasi selama 3-15 hari orang yang tertular dapat menderita

penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini ( Wikipedia, 2008):

1. Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.

2. Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4-7 hari, nyeri-nyeri pada

tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah

kulit.

Page 25: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

3. Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan

dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung (epistaksis/mimisan), mulut,

dubur, dan sebagainya.

4. Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok /

presyok. Bentuk ini sering berujung pada kematian.

Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan (Soedarmo, 1988) :

1. Uji tourniquet positif

2. Petekia, ekimosis, purpura

3. Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi

4. Hematemesis dan atau melena

5. Hematuria

6. Pembesaran hati (hepatomegali).

7. Manifestasi syok/renjatan

Dampak klinis adalah (Lukito, 2004):

1. Hepatomegali (pembesaran hati).

2. Syok, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan sistolik sampai

80 mmHg atau lebih rendah.

3. Trombositopeni, pada hari ke 3 - 7 ditemukan penurunan trombosit sampai 100.000 /

mm3.

4. Hemokonsentrasi, meningkatnya nilai Hematokrit.

Klasifikasi DBD berdasarkan derajatnya dibagi menjadi :

1. Demam Berdarah (DB)

Gejala : Demam disertai 2 atau lebih tanda : sakit kepala, nyeri retro-orbital,

mialgia, atralgia.

Laboratorium : Leukopenia, trombositopenia, tidak ditemukan bukti kebocoran

plasma.

Serologi dengue positif.

2. DBD Derajat I

Gejala : Demam disertai 2 atau lebih tanda : sakit kepala, nyeri retro-orbital,

mialgia, atralgia serta ditambah uji bendung positif.

Page 26: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Laboratorium : Leukopenia, trombositopenia (<100.000/dl), ditemukan bukti

kebocoran plasma.

3. DBD Derajat II

Gejala : Demam disertai 2 atau lebih tanda : sakit kepala, nyeri retro-orbital,

mialgia, atralgia serta ditambah uji bendung positif dan ada

perdarahan spontan.

Laboratorium : Leukopenia, trombositopenia (<100.000/dl), ditemukan bukti

kebocoran plasma.

4. DBD Derajat III

Gejala : Demam disertai 2 atau lebih tanda : sakit kepala, nyeri retro-orbital,

mialgia, atralgia serta ditambah uji bendung positif dan terjadi

kegagalan sirkulasi (kulit dingin dan lebab serta gelisah).

Laboratorium : Leukopenia, trombositopenia (<100.000/dl), ditemukan bukti

kebocoran plasma.

5. DBD Derajat IV

Gejala : Kelanjutan dari DBD derajat III disertai syok berat dengan tekanan

darah dan nadi tidak terukur.

Laboratorium : Trombositopeni (<100.000/dl), ditemukan bukti ada kebocoran

plasma.

DBD derajat III dan IV juga disebut sebagai Dengue Syok Sindrom.

2.2.7 Pencegahan dan Pemberantasan

2.2.7.1 Daerah Bebas DHF

2.2.7.1.1 Jenis tindakan

a. PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) 3M (menguras, menutup, mengubur).

b. Aplikasi Abate : 1 gr/10 ml.

c. Semprot insektisida:

Malation dengan pelarut minyak tanah/ solar 3-5 % (1,6 L malation 50 % EC + 18,4 L

solar/minyak tanah---didapat larutan 4 %). Per Ha butuh 438 cc (Diskes, 17 April

2009).

2.2.7.1.2 Lokasi Operasi

Perkotaan, Rumah Sakit, Puskesmas, Sekolah, Asrama, Pasar, dll (Diskes, 17 April 2009).

2.2.7.1.3 Waktu Operasi

a. PSN sepanjang tahun

Page 27: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

b. Abate dan semprot dimulai 2 bln menjelang musim hujan (Diskes, 17 April 2009).

2.2.7.1.4 Cycle

a. Abate 3-4 x, minimal 2 x interval 2 bulan.

b. Semprot : 2x interval 10-14 hari (Diskes, 17 April 2009).

2.2.7.2 Daerah Sporadis DHF

2.2.7.2.1 Jenis Tindakan

Perifocal spraying dan abate (Diskes, 17 April 2009).

2.2.7.2.2 Lokasi Operasi

Sekitar rumah penderita radius 100 m (Diskes, 17 April 2009).

2.2.7.2.3 Waktu Operasi

Secepatnya setelah ada laporan RS / Puskesmas (Diskes, 17 April 2009).

2.2.7.2.4 Cycle

a. Perifocal spraying 2x interval 10-14 hari.

b. Perifocal abate 1x (Diskes, 17 April 2009).

2.2.7.3 Daerah Endemis DHF

2.2.7.3.1 Jenis Tindakan

a. Perifocal spraying dan abate.

b. Total spraying, total abate, kampanye PSN (Diskes, 17 April 2009).

2.2.7.3.2 Lokasi Operasi

a. Perifocal spraying dan abate sekitar penderita (100 m).

b. Total spraying / abate/ PSN daerah yang paling endemis (Diskes, 17 April 2009).

2.2.7.3.3 Waktu Operasi

a. Perifocal spraying : secepatnya setelah ada laporan.

b. Total spraying : pada penularan terendah (Diskes, 17 April 2009).

2.2.7.3.4 Cycle

a. Perifocal : spray 2x interval 10-14 hari ; abate 1x.

b. Total : spray 2x interval 10-14 hari.

c. Abate 2x interval 2-3 bulan (Diskes, 17 April 2009).

2.2.7.4 Daerah wabah DHF

2.2.7.4.1 Jenis Tindakan

a. Spray.

b. Abate.

c. PSN (Diskes, 17 April 2009).

Page 28: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

2.2.7.4.2 Lokasi Operasi

a. Semua yang terkena wabah.

b. Daerah yang akan kena penularan dengan PSN (Diskes, 17 April 2009).

2.2.7.4.3 Waktu Operasi

Secepatnya setelah ada laporan dan telah dilakukan penyelidikan epidemiologi (Diskes, 17

April 2009).

2.2.7.4.4 Cycle

a. Fogging 2x interval 10-14 hari.

b. Abate 2x interval 2 bulan dengan PSN terus menerus.

c. PSN (Diskes, 17 April 2009).

Tindakan Pencegahan dapat berupa (Diskes, 17 April 2009):

1. PSN - 3 M

a. Menguras tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya 1 minggu sekali.

b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air atau menaburkan abate.

c. Mengubur / Menyingkirkan barang bekas yang dapat menampung air hujan spt

kaleng bekas dll (Diskes, 17 April 2009).

2. Abatisasi

a. Adalah menaburkan bubuk abate kedalam tempat penampungan air.

b. Cara melakukan : untuk 100 liter air dengan 10 gram bubuk abate.

c. 1 sendok makan peres = 10 gram abate (Diskes, 17 April 2009).

3. Upaya-Upaya yang Dilakukan

a. Kewaspadaan dini terhadap KLB di Desa / Kelurahan endemis, sporadis dan

potensial.

b. Melaksanakan “bulan kewaspadaan gerakan 3M” penyakit DBD sebelum musim

penularan.

c. Pelacakan kasus (PE)

d. Fogging focus

e. Abatisasi Selektif (AS)

f. Pemberantasan Jentik Berkala (PJB) (Diskes, 17 April 2009).

4. Penanggulangan KLB:

a. Penyuluhan

b. PSN (3M)

Page 29: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

c. Fogging Massal

d. Abatisasi (Diskes, 17 April 2009).

Kriteria fogging sendiri, dengan memenuhi syarat-syarat (Kakanwil Depkes dan

Kesos DKI Jakarta, Dr. Deddy Ruswendi MPH, 2 Maret 2001, pdperti.co.id) :

1. Adanya pasien yang meninggal di suatu daerah akibat DBD.

2. Tercatat dua orang yang positif terkena DBD di daerah tersebut.

3. Lebih dari tiga orang di daerah yang sama, mengalami demam.

4. Plus adanya jentik-jentik nyamuk Aedes aegypti.

Jika kriteria untuk dilakukannya fogging tersebut tidak terpenuhi, maka akan

dilakukan abetesasi (pemberian bubuk abate) (Ruswendi, 2001).

2.2.8 Penatalaksanaan

Setiap pasien tersangka DBD sebaiknya dirawat di tempat terpisah dengan pasien

penyakit lain, seyogyanya pada kamar yang bebas nyamuk (berkelambu) (Hendarwanto,

2000).

Penatalaksanaan pada DBD tanpa penyulit adalah:

1. Tirah baring.

2. Makanan lunak.

Bila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1,5—2 liter dalam 24

jam (susu, air dengan gula atau sirop) atau air tawar ditambah dengan garam saja.

3. Medikamentosa yang bersifat simptomatis.

Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres es di kepala, ketiak, dan inguinal.

Antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin atau dipiron. Hindari

pemakaian asetosal karena bahaya perdarahan.

4. Antibiotik diberikan bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder (Hendarwanto, 2000).

Pasien DBD perlu diobservasi teliti terhadap penemuan dini tanda renjatan, yaitu:

a. Keadaan umum memburuk.

b. Hati makin membesar.

c. Masa perdarahan memanjang karena thrombocytopenia.

d. Hematokrit meninggi pada pemeriksaan berkala (Hendarwanto, 2000).

Page 30: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Dalam hal ditemukan tanda-tanda dini tersebut, infus harus disiapkan dan terpasang

pada pasien. Observasi meliputi pemeriksaan tiap jam terhadap keadaan umum, nadi, tekanan

darah, suhu dan pernafasan; serta Hb dan Ht setiap 4-6 jam pada hari-hari pertama

pengamatan, selanjutnya tiap 24 jam (Hendarwanto, 2000).

Terapi untuk DSS (Dengue Shock Syndrome) bertujuan utama untuk mengembalikan

volume cairan intravaskular ke tingkat yang normal, dan hal ini dapat tercapai dengan

pemberian segera cairan intravena. Jenis cairan dapat berupa NaCl faali, Laktat Ringer atau

bila terdapat renjatan yang berat dapat dipakai plasma atau ekspander plasma. Jumlah cairan

dan kecepatan pemberian cairan disesuaikan dengan perkembangan klinis (Hendarwanto,

2000).

Kecepatan permulaan tetesan ialah 20 ml/kgBB, dan bila renjatan telah diatasi,

kecepatan tetasan dikurangi menjadi 10 ml/kgBB/jam (Hendarwanto, 2000).

Pada kasus dengan renjatan berat, cairan diberikan dengan digrojog, dan bila tidak

tampak perbaikan, diusahakan pemberian plasma atau ekspander plasma atau dekstran atau

preparat hemasel dengan jumlah 15-29 ml/kgBB. Dalam hal ini perlu diperhatikan keadaan

asidosis yang harus dikoreksi dengan Na-bikarbonat. Pada umumnya untuk menjaga

keseimbangan volume intravaskular, pemberian cairan intravena baik dalam bentuk elektrolit

maupun plasma dipertahankan 12-48 jam, setelah renjatan teratasi (Hendarwanto, 2000).

Transfusi darah dilakukan pada:

1. Pasien dengan perdarahan yang membahayakan (hematemesis dan melena).

2. Pasien DSS yang pada pemeriksaan berkala menunjukkan penurunan kadar Hb & Ht

(Hendarwanto, 2000).

Pemberian kortikosteroid dilakukan telah terbukti tidak terdapat perbedaan yang

bermakna antara terapi tanpa atau dengan kortikosteroid. Pada pasien dengan renjatan yang

lama (prolonged shock), DIC (Disseminated Intravaskular Coagulation) diperkirakan

merupakan penyebab utama pedarahan. Bila dengan pemeriksaan hemostasis terbukti adalnya

DIC, heparin perlu diberikan (Hendarwanto, 2000).

2.3 Penyuluhan

Page 31: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Penyuluhan berasal dari kata “suluh” yang berarti“obor” atau “pelita” atau “yang

memberi terang”.Dengan penyuluhan diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan,

keterampilan dan sikap. Pengetahuan dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari tidak

tahu menjadi tahu dan yang sudah tahu menjadi lebih tahu. Keterampilan dikatakan

meningkat bila terjadi perubahan dari yang tidak mampu menjadi mampu melakukan suatu

pekerjaan yang bermanfaat. Sikap dikatakan meningkat, bila terjadi perubahandari yang tidak

mau menjadi mau memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang diciptakan (Ibrahim, et.al,

2003).

Penyuluhan adalah proses perubahan perilaku dikalangan masyarakat agar mereka

tahu,mau,dan mampu melakukan perubahan demi tercapainya peningkatan

produksi,pendapatan atau keuntungan dan perbaikan kesejahteraannya (Ibrahim, et.al, 2003).

2.3.1 Penyuluhan I

Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala penyakit,

penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.

Waktu : Senin, 4 Mei 2009.

Tempat : Desa Ponowaren, Posyandu Sejahtera II.

Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).

Frekuensi penyuluhan : 1 kali.

2.3.2 Penyuluhan II

Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala penyakit,

penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.

Waktu : Rabu, 6 Mei 2009.

Tempat : Desa Watubonang, Posyandu Watulumbung.

Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).

Frekuensi penyuluhan : 1 kali.

2.3.3 Penyuluhan III

Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala penyakit,

penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.

Waktu : Senin, 11 Mei 2009.

Tempat : Desa Kedungjambal, Posyandu Klaseman dan Lansia Klaseman.

Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).

Page 32: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Frekuensi penyuluhan : 1 kali.

2.3.4 Penyuluhan IV

Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala penyakit,

penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.

Waktu : Rabu, 13 Mei 2009.

Tempat : Desa Lorog, Posyandu Lestari II.

Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).

Frekuensi penyuluhan : 1 kali.

2.3.5 Penyuluhan V

Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala penyakit,

penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.

Waktu : Senin, 18 Mei 2009.

Tempat : Desa Lorog, Posyandu Cemetuk.

Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).

Frekuensi penyuluhan : 1 kali.

2.3.6 Penyuluhan VI

Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala penyakit,

penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.

Waktu : Rabu, 20 Mei 2009.

Tempat : Desa Pundungrejo, Posyandu Mekarsari V-VI.

Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).

Frekuensi penyuluhan : 1 kali

2.3.7 Teknik Penyuluhan

Penyuluhan-penyuluhan dilakukan dengan menggunakan LCD, flipchart, dan leaflet.

Pemberian materi penyuluhan dilakukan oleh setiap anggota PBL secara bergantian dimana

setelah selesai dilakukan penyuluhan lalu diadakan sesi tanya jawab. Sehingga dapat

Page 33: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

diasumsikan semua peserta penyuluhan dapat mengerti materi penyuluhan yang diberikan

dan diharapkan dapat diterapkan dalam pola perilaku kehidupan sehari-hari.

2.4 Survey

Istilah survei biasanya dirancukan dengan istilah observasi dalam pengertian sehari-

hari. Pada hal kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang berbeda, walaupun

keduanya merupakan kegiatan yang saling berhubungan.

Menurut kamus Webster, pengertian survei adalah suatu kondisi tertentu yang

menghendaki kepastian informasi, terutama bagi orangorang yang bertanggung jawab atau

yang tertarik. Tujuan dari survei adalah memaparkan data dari objek penelitian, dan

menginterpretasikan dan menganalisisnya secara sistematis. Kebenaran informasi itu

tergantung kepada metode yang digunakan dalam survei.

Ada beberapa tipe dalam survei, yaitu:

1. Survei yang lengkap, yaitu yang mencakup seluruh populasi atau elemen-elemen yang

menjadi objek penelitian. Survei tipe ini disebut sensus.

2. Survei yang hanya menggunakan sebagian kecil dari populasi, atau hanya menggunakan

sampel dari populasi. Jenis ini sering disebut sebagai sample survey method.

Eksperimen adalah usaha pengumpulan data sedemikian rupa, sehingga

memungkinkan memperoleh kesimpulan yang jelas, terutama kebenaran suatu hipotesis yang

menyangkut hubungan sebab-akibat. Di dalam melakukan eksperimen, peneliti harus

menciptakan suatu situasi buatan atau kondisi yang dimanipulasi, untuk dapat memperoleh

data yang diperlukan untuk pengukuran suatu gejala yang tepat. Penelitian eksperimen tidak

hanya dilakukan di suatu ruangan yang tertutup, seperti ruang laboratorium, tetapi juga dapat

dilakukan di lingkungan yang tidak dibuat dengan desain khusus. Namun kedua cara ini

mempunyai kekuatan dan kelemahan masing-masing.

2.4.1 Survey I

Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala

penyakit, penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.

Waktu : Selasa, 3 November 2009.

Tempat : Desa Ponowaren, Posyandu Sejahtera II.

Page 34: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).

Frekuensi survey : 1 kali.

2.4.2 Survey II

Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala

penyakit, penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.

Waktu : Selasa, 3 November 2009.

Tempat : Desa Watubonang, Posyandu Watulumbung.

Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).

Frekuensi survey : 1 kali.

2.4.3 Survey III

Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala

penyakit, penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.

Waktu : Senin, 9 November 2009.

Tempat : Desa Majasto, Posyandu Kartika Kencana V.

Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).

Frekuensi survey : 1 kali.

2.4.4 Survey IV

Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala

penyakit, penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.

Waktu : Senin, 9 November 2009.

Tempat : Desa Kateguhan, Posyandu Lansia PWRI.

Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).

Frekuensi survey : 1 kali.

2.4.5 Survey V

Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala

penyakit, penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.

Waktu : Selasa, 10 November 2009.

Tempat : Desa Pojok, Posyandu Sehat III.

Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).

Frekuensi survey : 1 kali.

2.4.6 Survey VI

Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala

penyakit, penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.

Page 35: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Waktu : Selasa, 10 November 2009.

Tempat : Desa Lorog, Posyandu Lestari II.

Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).

Frekuensi survey : 1 kali.

2.4.7 Survey VII

Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala

penyakit, penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.

Waktu : Selasa, 10 November 2009.

Tempat : Desa Grajegan, Posyandu Mirasari II.

Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).

Frekuensi survey : 1 kali.

2.4.8 Survey VIII

Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala

penyakit, penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.

Waktu : Rabu, 11 November 2009

Tempat : Desa Tambakboyo, Posyandu Ngudiwaras III.

Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).

Frekuensi survey : 1 kali.

2.4.9 Survey IX

Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala

penyakit, penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.

Waktu : Sabtu, 14 November 2009.

Tempat : Desa Kedungjambal, Posyandu Klaseman dan Lansia Klaseman.

Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).

Frekuensi survey : 1 kali.

2.4.10 Survey X

Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala

penyakit, penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.

Waktu : Senin, 16 November 2009.

Tempat : Desa Tangkisan, Posyandu Pertiwi V.

Page 36: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).

Frekuensi survey : 1 kali

2.4.11 Survey XI

Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala

penyakit, penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.

Waktu : Selasa, 17 November 2009.

Tempat : Desa Lorog, Posyandu Cemetuk.

Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).

Frekuensi survey : 1 kali.

2.4.12 Survey XII

Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala

penyakit, penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.

Waktu : Selasa, 17 November 2009.

Tempat : Desa Pundungrejo, Posyandu Mekarsari V-VI.

Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).

Frekuensi survey : 1 kali.

2.5 Indikator Keberhasilan Penyuluhan

Indikator keberhasilan penyuluhan dapat dilihat melalui beberapa faktor yaitu:

1. Peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai DBD.

2. Perubahan pola perilaku masyarakat dalam usaha mencegah terjadinya

DBD.

3. Penurunan angka kejadian DBD di wilayah yang sudah dilakukan

penyuluhan.

Indikator-indikator keberhasilan penyuluhan point satu dan dua dapat di ukur dengan

metode survey menggunakan kuesioner. Kuesioner tersebut berisi tiga puluh pertanyaan

seputar materi yang telah diberikan dalam penyuluhan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat

mengindikasikan tingkat pengetahuan dan perubahan perilaku masyarakat.Setiap jawaban

dari setiap pertanyaan memiliki nilai yang berbeda.Semakin tinggi total nilai yang didapatkan

maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan penyuluhan.

Indikator keberhasilan penyuluhan point tiga dapat diketahui melalui data sekunder

yang didapat dari data puskesmas Tawangsari, Sukoharjo. Data yang diambil dari Laporan

Page 37: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Surveilans Demam Berdarah Dengue di Puskesma Tawangsari pada Bulan April 2009 jumlah

penderita yang menderita Demam Berdarah Dengue adalah sebesar 10 orang. Diambil data

bulan April dikarenakan penyuluhan PBL I baru dimulai dari awal Mei 2009, sehingga

dianggap bulan April belum terjadi penyuluhan.

2.6 Kerangka Pemikiran

Puskesmas Tawangsari

KelurahanKelurahan

Hasil Nilai

Kuesioner

Posyandu

PenyuluhanDemam Berdarah

Dengue

Tanpa PenyuluhanDemam Berdarah

Dengue

Posyandu

Kuesioner

Page 38: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

2.6.1 Kerangka Berpikir Konseptual

2.6.2 Kerangka Berpikir Operational

Prioritas Masalah

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Penyusunan Data

Penyajian Data

Identifikasi Masalah

1. Virus Demam Berdarah Dengue2. Nyamuk Aedes Aegypti3. Daya Tahan Tubuh

TabelTabulasi DataKuesioner

Desa yang Disuluh > Desa

yang Tidak Disuluh

Desa yang Disuluh = Desa

yang Tidak Disuluh

Desa yang Disuluh < Desa

yang Tidak Disuluh

Page 39: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Survei

Survai ini merupakan survai deskriptif analitik, bertujuan mengumpulkan dan

menyusun serta menganalisis data yang didapat untuk memecahkan masalah.

3.2 Lokasi Penelitian

Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo.

3.3 Populasi Terjangkau

Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tawangsari, Kabupaten

Sukoharjo.

3.4 Populasi Target

Demam Berdarah Dengue

1. Dekapitasi2. Menyusun Simpul-Simpul Negatif Menjadi Saran3. Menyusun Simpul-Simpul Positif Menjadi Kesimpulan

Page 40: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Masyarakat di desa Ponowaren, Watubonang, Lorog (di dua posyandu),

Kedungjambal, Pundungrejo, Majasto, Kateguhan, Pojok, Grajegan, Tambakboyo, dan

Tangkisan. Desa Majasto, Kateguhan, Pojok, Grajegan, Tambakboyo, dan Tangkisan sebagai

populasi yang tidak disuluh, sedangkan Desa Ponowaren, Watubonang, Lorog (di dua

posyandu), Kedungjambal, dan Pundungrejo sebagai populasi yang disuluh.

3.5 Subjek Penelitian

Subjek penelitian diambil dari populasi target dengan kriteria sebagai berikut :

1. Berjenis kelamin pria dan wanita.

2. Berusia 18-90 tahun.

3. Bersedia mengisi kuesioner yang diberikan.

3.6 Teknik Sampling

Teknik sampling yang dipakai adalah purposive sampling untuk menentukan populasi

target, yaitu pemilihan subyek berdasarkan ciri-ciri yang sudah diketahui sebelumnya.

Sedangkan pemilihan subyek penelitian dilakukan secara random sampling. Jumlah subyek

penelitian sebanyak 120 orang, yakni 60 orang sebagai kelompok yang disuluh dan 60 orang

sebagai kelompok yang tidak disuluh.

3.7 Alat Ukur Penelitian

Alat ukur penelitian adalah kuesioner dengan 10 pertanyaan yang terdiri atas 10

pertanyaan untuk mengukur tingkat pengetahuan masyarakat mengenai Demam Berdarah

Dengue meliputi etiologi, cara penularan, gejala klinis, ciri-ciri dan sifat vektor, tindakan

pencegahan dan penanggulangan. Setiap jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban yang salah

diberi nilai 0. Adapun bentuk kuisioner terlampir di bagian lampiran laporan ini.

3.8 Variabel Penelitian

3.8.1 Variabel Bebas

Page 41: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Penyuluhan tentang penyakit Demam Berdarah Dengue dari kegiatan PBL I.

3.8.2 Variabel Terikat

Pengetahuan Masyarakat tentang penyakit Demam Berdarah Dengue.

3.8.3 Variabel Luar Terkendali

Tingkat pendidikan

3.8.4 Variabel Luar Tidak Terkendali

a. Usia

b. Jenis kelamin

c. Status sosial

d. Pekerjaan

e. Akses terhadap informasi

3.9 Cara Kerja

Subyek dibedakan menjadi 2 kelompok yakni 60 orang sebagai kelompok yang

disuluh dan 60 orang sebagai kelompok yang tidak disuluh. Pada keduanya akan dilakukan

pengukuran tentang tingkat pengetahuan masyarakat tentang demam berdarah dengue dengan

menggunakan kuesioner.

3.10 Teknik Analisis Data Statistik

Analisis statistik yang digunakan untuk menilai pengaruh penyuluhan terhadap

tingkat pengatahuan masyarakat dengan menggunakan T-test.

Page 42: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

BAB IV

HASIL SURVEI

4.1 DATA UMUM

4.1.1 Profil Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

4.1.1.1 Wilayah Kerja Cakupan Puskesmas Tawangsari

Kecamatan Tawangsari terdiri atas 12 desa, yaitu :

1. Desa Kateguhan dengan luas wilayah 2, 70 km2

2. Desa Lorog dengan luas wilayah 4, 06 km2

3. Desa Grajegan dengan luas wilayah 3, 13 km2

4. Desa Kedungjambal dengan luas wilayah 2, 75 km2

5. Desa Watubonang dengan luas wilayah 4, 59 km2

6. Desa Pundungrejo dengan luas wilayah 4, 39 km2

7. Desa Pojok dengan luas wilayah 2, 56 km2

8. Desa Dalangan dengan luas wilayah 3, 27 km2

9. Desa Tangkisan dengan luas wilayah 3, 12 km2

10. Desa Ponowaren dengan luas wilayah 3, 17 km2

11. Desa Majasto dengan luas wilayah 3, 64 km2

12. Desa Tambakboyo dengan luas wilayah 2, 4 km2

Luas total wilayah binaan Puskesmas Tawangsari 21, 65 km2. Dengan luas wilayah

daerah kerja Puskesmas Tawangsari sebesar + 40 m2. Berupa dataran 25% dataran tinggi dan

75% dataran rendah.

Untuk keadaan geografi, Puskesmas Tawangsari terletak di Kecamatan Tawangsari

Kabupaten Sukoharjo. Batas-batas wilayah Puskesmas :

Sebelah utara : Kecamatan Sukoharjo

Sebelah selatan : Kecamatan Bulu dan Kecamatan Weru

Sebelah barat : Kecamatan Karangdowo Kabupaten Klaten

Sebelah timur : Kecamatan Bulu

Page 43: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

4.1.1.2 Lokasi

4.1.1.2.3 Gedung Puskesmas Induk

a. Di Tanah Kas Desa Lorog dengan Luas Tanah 1028 m2

Jl. Laks. Yos Sudarso No. 13 Tawangsari telp. (0272) 881090 Kab. Suskoharjo

b. Di Tanah Desa Pojok Luas Tanah 2.500 m2

Jl. Suto Wijoyo No. 5 Desa Pojok telp. (0271) 7001830

Tabel 1. Daftar Gedung Pusksmas Pembantu, Puskesmas Keliling, dan PoliKlinik Desa PKD

Gedung Puskesmas Pembantu Puskesmas Keliling Poli Klinik Desa PKD

1. Desa Pundungrejo

2. Desa Majasto

3. Desa Watubonang

4. Desa Tangkisan

5.Desa Kedungjambal

6. Desa Tambakboyo

7. Desa Dalangan

1. Desa Ponowaren

2. Desa Tambakboyo

3. Desa Grajegan

1. Desa Kateguhan

2. Desa Lorog

3. Desa Grajegan

4. Desa Kedungjambal

5. Desa Watubonang

6. Desa Pundungrejo

7. Desa Pojok

8. Desa Dalangan

9. Desa Tangkisan

10. Desa Ponowaren

11. Desa Majasto

12. Desa Tambakboyo

Sumber: Data Sekunder Kecamatan Tawangsari (2008)

4.1.1.2.4 Jumlah Posyandu dan Sarana Pendidikan

a. Posyandu Balita : 74 Pos

b. Posyandu Lansia : 43 Pos

c. Sarana Pendidikan

Sarana gedung sekolah yang ada :

1. TK : 38

2. SMA/ SMK : 1/ 1

3. SD : 42

Page 44: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

4. Universitas : -

5. SMP : 6

Tabel 2. Data Keadaan Umum Puskesmas Sumber Daya Puskesmas Tawangsari

Keadaan Umum Puskesmas Sumber Daya Puskesmas Tawangsari

Sarana Tenaga dan Sumber Daya Manusia

- Puskesmas Induk Tawangsari :

1 unit

- Puskesmas Pojok : 1 unit

- Puskesmas Pembantu : 7 unit

- Pusling : 3 unit

- PKD : 12 unit

- Rawat Inap : 1 unit

- Mobil Pusling : 2 unit

- Sepeda Motor : 9 buah

- Posyandu Lansia : 43 Pos

- Posyandu Balita : 72 Pos

- Dokter Umum : 4 orang

- Dokter Gigi : 1 orang

- Bidan Puskesmas : 17 orang

- Bidan Desa : 12 orang

- Perawat : 13 orang

- Perawat Gigi : 1 orang

- Pekarya : 2 orang

- Asisten Apoteker/ S. Farm : 2 orang

- Gizi : 2 orang

- Staf/ TU : 8 orang

- Tenaga Lain : 2 orang

- Analis Kesehatan : 1 orang

- Petugas Sanitarian : 1 orang

Sumber: Data Sekunder Kecamatan Tawangsari (2008)

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tawangsari tahun 2008 dapat

dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 3. Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tawangsari 2008

No.Desa /

Kelurahan

Jumlah

Penduduk

Persentase

(%)

Laki-

Laki

Persentase

(%)Perempuan

Persentase

(%)

Page 45: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

1. Kateguhan 5.420 9,24% 2.566 8,85% 2.854 9,62%

10,01%

7,11%

9,04%

10,93%

7,01%

7,29%

8,18%

6,77%

9,81%

7,92%

6,30%

2. Lorog 5.984 10,20% 3.013 10,39% 2.971

3. Grajegan 4.232 7,21% 2.123 7,32% 2.109

4. Kedungjambal 5.170 8,81% 2.486 8,58% 2.684

5. Watubonang 6.426 10,95% 3.182 10,98% 3.244

6. Pundungrejo 4.181 7,13% 2.101 7,25% 2.080

7. Pojok 4.475 7,63% 2.311 7,97% 2.164

8. Dalangan 4.953 8,44% 2.525 8,71% 2.428

9. Tangkisan 3.953 6,74% 1.944 6,71% 2.009

10. Ponowaren 5.669 9,66% 2.758 9,51% 2.911

11. Majasto 4.560 7,77% 2.209 7,62% 2.351

12. Tambakboyo 3.642 6,21% 1.772 6,11% 1.870

Jumlah 58.665 100% 28.990 100% 29.675 100%

Sumber: Data Sekunder Kecamatan Tawangsari (2008)

Tabel 4. Jumlah Balita dan Bayi Lahir Hidup di Wilayah Kerja Puskesmas Tawangsari

Tahun 2008

No.Desa /

Kelurahan

Jumlah

Bumil

Persentase

(%)

Bumil

Jumlah

Balita

Persentase

(%)

Balita

Jumlah

Bayi

Lahir

Hidup

Persent

ase (%)

Bayi

Lahir

Hidup

1. Kateguhan 56 6,34% 204 14,01% 58 7,25%

Page 46: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

8,13%

8%

7,25%

10,13%

5,13%

10%

8,38%

9,38%

11,38%

8,38%

6,63%

2. Lorog 86 9,74% 312 21,43% 65

3. Grajegan 65 7,36% 236 16,21% 64

4. Kedungjambal 61 3,51% 220 15,11% 58

5. Watubonang 85 9,63% 308 21,15% 81

6. Pundungrejo 48 5,43% 176 12,09% 41

7. Pojok 87 9,85% 346 23,76% 80

8. Dalangan 77 8,72% 279 19,16% 67

9. Tangkisan 95 10,76% 358 24,59% 75

10. Ponowaren 94 10,65% 391 26,85% 91

11. Majasto 74 8,38% 278 19,09% 67

12. Tambakboyo 55 6,23% 291 19,99% 53

Jumlah 883 100% 1.456 100% 800 100%

Sumber: Data Sekunder Puskesmas Tawangsari (2008)

Tabel 5. Jumlah Wanita Usia Subur dan Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas

Tawangsari Tahun 2008

No.Desa /

Kelurahan

Jumlah

WUS

Persentase

(%) WUS

Jumlah

PUS

Persentase

(%)

PUS

1. Kateguhan 1.435 17,70% 844 8,18%

11,00%

7,75%

8,80%

11,13%

2. Lorog 1.458 17,98% 1.135

3. Grajegan 1.393 17,18% 799

4. Kedungjambal 1.286 15,86% 908

5. Watubonang 1.670 20,60% 1.148

Page 47: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

7,98%

7,57%

6,58%

6,15%

6. Pundungrejo 866 10,68% 823

7. Pojok 980 12,09% 781

8. Dalangan 1.080 13,32% 679

9. Tangkisan 849 10,47% 634

10. Ponowaren 1.219 15,03% 1.154

11. Majasto 1.001 12,35% 802

12. Tambakboyo 787 9,71% 609

Jumlah 8.108 100% 10.316 100%

Sumber: Data Sekunder Puskesmas Tawangsari (2008)

Tabel 6. Jumlah Usila di Wilayah Kerja Puskesmas Tawangsari

No. Desa / Kelurahan Jumlah Usila Persentase (%)

1. Kateguhan 359 4,92%

22,14%

6,06%

10,43%

5,84%

4,52%

6,04%

6,75%

5,48%

11,81%

2. Lorog 1.616

3. Grajegan 442

4. Kedungjambal 761

5. Watubonang 426

6. Pundungrejo 330

7. Pojok 441

8. Dalangan 493

9. Tangkisan 400

10. Ponowaren 862

Page 48: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

8,01%

8,00%

11. Majasto 585

12. Tambakboyo 584

Jumlah 7.299 100%

Sumber: Data Sekunder Puskesmas Tawangsari (2008)

4.1.1.3 Keadaan Sosial Ekonomi

Sebaran mata pencaharian penduduk Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

yang terdiri atas dua belas desa antara lain :

a. Buruh tani

b. Pengrajin

c. Tukang Kayu

d. Petani

e. Penjahit

f. Tukang Batu

g. Pedagang

h. Montir

i. Sopir

j. TNI / POLRI

k. Kontraktor

l. PNS

m. Guru Swasta

n. Buruh Industri

o. Karyawan Swasta

Sumber: Profil Kelurahan / Desa Puskesmas Tawangsari (2008)

4.1.1.4 Data Jumlah Kasus Demam Berdarah Daerah Kecamatan Tawangsari

Tabel 7. Data Jumlah Kasus DBD Berdasarkan Wilayah pada Januari-Desember 2008

N

o.Desa / Kelurahan Jumlah

Persentase (%)

1. Kateguhan 4 20%

10%

10%

15%

2. Lorog 2

3. Grajegan 2

4. Kedungjambal 3

Page 49: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

5%

0%

0%

10%

5%

5. Watubonang 1

6. Pundungrejo 0

7. Pojok 0

8. Dalangan 2

9. Tangkisan 1

10. Ponowaren 0

11. Majasto 1

12. Tambakboyo 4

Jumlah 20 100%

Sumber: Data Sekunder Subunit P2BB Puskesmas Tawangsari (2009)

Tabel 8. Data Kasus DBD Perbulan Tahun 2008

No. Bulan Jumlah Kasus DBD Persentase (%)

1. Januari 3 15%

30%

0%

10%

10%

0%

0%

5%

5%

5%

10%

10%

2. Februari 6

3. Maret 0

4. April 2

5. Mei 2

6. Juni 0

7. Juli 0

8. Agustus 1

9. September 1

10. Oktober 1

11. November 2

12. Desember 2

Jumlah 20 100%

Sumber: Data Sekunder Subunit P2BB Puskesmas Tawangsari (2009)

Page 50: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Tabel 9. Data Kasus DBD Antara Bulan Januari-November Tahun 2009

No. Bulan Jumlah Kasus DBD Persentase (%)

1. Januari 2 4

2. Februari 0 0

3. Maret 3 6

4. April 10 20

5. Mei 8 16

6. Juni 11 22

7. Juli 7 14

8. Agustus 5 10

9. September 0 0

10. Oktober 3 6

11. November 1 2

Jumlah 50 100

Sumber: Data Sekunder Subunit P2BB Puskesmas Tawangsari (2009)

Page 51: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

4.1.1.5 Peta Wilayah Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

Gambar 1. Peta Wilayah Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

Sumber: Data Puskesmas Tawangsari

4.2 Hasil Survey

Page 52: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Telah dilakukan survey keberhasilan penyuluhan dalam upaya meningkatkan

pengetahuan masyarakat terhadap demam DBD di wilayah kerja puskesmas kecamatan

Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo yang dilaksanakan pada tanggal 3 hingga 17 November

2008. Survey ini dilaksanakan di Desa Ponowaren, Watubonang, Lorog (dilaksanakan di dua

posyandu), Kedungjambal, Pundungrejo, Majasto, Kateguhan, Pojok, Grajegan,

Tambakboyo, dan Tangkisan, yang terletak di Kabupaten Sukoharjo. Dari survey ini

didapatkan 120 orang yang memenuhi syarat sebagai subjek penelitian.

Tabel 10. Jumlah Responden Penelitian

Kelompok Yang

Disurvey

Desa Jumlah %

Telah disuluh Watubonang-Watulumbung 10 8,33

Ponowaren-Sejahtera II 10 8,33

Kedungjambal-Kalseman dan Lansia Klaseman 10 8,33

Lorog-Lestari II 10 8,33

Lorog-Cemetuk 10 8,33

Pundungrejo-Mekarsari VI 10 8,33

Belum Disuluh Tambakboyo-Ngudiwaras III 10 8,33

Grajegan-Mirasari II 10 8,33

Majasto-Kartika Kencana V 10 8,33

Kateguhan-Lansia PWRI 10 8,33

Tangkisan-Pertiwi V 10 8,33

Pojok-Sehat III 10 8,33

Jumlah 120 100%

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

Page 53: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Tabel 11. Sebaran Data Responden Berdasarkan Umur

No Umur Disuluh Tidak

disuluh

Total Persentase

(%)

1. 11-20 3 2 5 4,17

2. 21-30 27 26 53 44,17

3. 31-40 18 18 36 30

4. 41-50 7 3 10 8,33

5. 51-60 1 3 4 3,33

6. 61-70 - 4 4 3,33

7. 71-80 - 2 2 1,67

8. 81-90 - 2 2 1,67

Jumlah 60 60 120 100%

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

Dari Tabel 11 didapatkan responden terbanyak adalah usia 21-30 tahun (44,17%).

Sedangkan jumlah responden yang paling sedikit pada usia 71-80 dan 81-90 tahun (1,67%).

Page 54: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Tabsel 12. Sebaran Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No

Tingkat

Pendidikan

Disuluh Tidak disuluh Jumlah

Total %

1. Tidak sekolah 2 3 5 4,17

2. SD 11 18 29 24,16

3. SMP / SLTP 20 23 43 35,83

4. SMA / SLTA 23 12 35 39,16

5. D1 - 1 1 0,83

6. D2 - 1 1 0,83

7. D3 1 - 1 0,83

8. D4 - - - -

9. S1 3 2 5 4,17

10. S2 - - - -

Jumlah 60 60 120 100

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

Dari Tabel 12 didapatkan bahwa responden terbanyak berdasarkan tingkat

pendidikan adalah pelajar SLTP (35,83%). Sedangkan responden paling sedikit berdasarkan

tingkat pendidikan ada D1, D2, D3 yang masing-masing (0,83%).

Rumus :

Keterangan :

1. X : Rerata

2. x : Jumlah nilai

3. n : Frekuensi

Page 55: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Tabel 13. Rerata Data Responden Yang Disuluh dan Tidak Disuluh

Responden Berdasarkan tingkat pengetahuan

Demam Berdarah Dengue

Berdasarkan Perilaku

Disuluh 7,27 8,5

Tidak disuluh 7,01 8,23

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

Dari Tabel 13 didapatkan bahwa responden yang disuluh mempunyai tsingkat

pengetahuan dan perilaku yang lebih baik dibandingkan yang tidak disuluh.

Bila diuraikan, responden yang disuluh dan tidak disuluh berdasarkan pendidikan

terakhir, usia dan desa, maka hasilnya adalah sebagai berikut :

4.2.1 Rerata Data Responden yang Disuluh

Tabel 14. Rerata Data Responden yang Disuluh Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan

Terakhir

Tingkat Pengetahuan

Demam Berdarah

Dengue

Perilaku

Tidak sekolah 6 8,5

SD 7,09 8,09

SMP / SLTP 5,9 6,9

SMA / SLTA 7,35 8,04

D1

D2

D3 9 10

D4

S1 7,67 9,33

S2

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

Dari Tabel 14 didapatkan bahwa responden yang disuluh dengan nilai tingkat

pengetahuan tertinggi berdasarkan pendidikan terakhir adalah yang berpendidikan D3. Dan

yang terendah adalah yang berpendidikan SMP. Sedangkan yang mempunyai nilai perilaku

Page 56: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

tertinggi berdasarkan pendidikan terakhir adalah yang berpendidikan D3. Dan yang terendah

adalah yang berpendidikan SMP.

Tabel 15. Rerata Data Responden yang Disuluh Berdasarkan Usia

Usia Tingkat Pengetahuan

Demam Berdarah

Dengue

Perilaku

11-20 7 8

21-30 7,48 8,37

31-40 7,17 8,28

41-50 5,88 7,13

51-60 7 10

61-70

71-80

81-90

Sumber : Kelompok C3PBL II 2009

Dari Tabel 15 didapatkan bahwa responden yang disuluh dengan nilai tingkat

pengetahuan tertinggi berdasarkan usia adalah yang berusia 21-30 tahun. Dan yang terendah

adalah yang berusia 41-50 tahun. Sedangkan yang mempunyai nilai perilaku tertinggi

berdasarkan usia adalah yang berusia 51-60 tahun. Dan yang terendah adalah yang berusia

41-50 tahun.

Tabel 16. Rerata Data Responden yang Disuluh Berdasarkan Desa

Desa Tingkat Pengetahuan

Demam Berdarah Dengue

Perilaku

Watubonang-Watulumbung 6,8 9,1

Ponowaren-Sejahtera II 6,8 7,8

Page 57: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Kedungjambal-Kalseman dan Lansia Klaseman 7,2 8,5

Lorog-Lestari II 8,6 9

Lorog-Cemetuk 7,5 8,2

Pundungrejo-Mekarsari VI 6,7 8,4

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

Dari Tabel 16 didapatkan bahwa responden yang disuluh dengan nilai tingkat

pengetahuan tertinggi berdasarkan desa adalah Desa Lorog. Dan yang terendah adalah Desa

Pundungrejo. Sedangkan yang mempunyai nilai perilaku tertinggi berdasarkan desa adalah

Desa Watubonang. Dan yang terendah adalah Desa Ponowaren.

Tabel 17. Jumlah Responden yang Disuluh dengan Jawaban Salah pada Kuesioner Demam

Berdarah DenguePernyataan Demam Berdarah

Dengue

Perilaku

masyarakat

1 18 1

2 2 5

3 6 10

4 33 40

5 26 18

6 16 2

7 25 3

8 9 15

9 26 7

10 3 1

Page 58: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

4.2.2 Rerata Data Responden yang Tidak Disuluh

Tabel 18. Rerata Data Responden yang Tidak Disuluh Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan

Terakhir

Tingkat Pengetahuan

Demam Berdarah

Dengue

Perilaku

Tidak sekolah 5,67 5,67

SD 6,59 8,35

SMP / SLTP 7,39 8,48

SMA / SLTA 7,78 8

D1 6 8

D2 7 7

D3

Page 59: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

D4

S1 6,5 9

S2

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

Dari Tabel 18 didapatkan bahwa responden yang tidak disuluh dengan nilai tingkat

pengetahuan tertinggi berdasarkan pendidikan terakhir adalah yang berpendidikan SMA. Dan

yang terendah adalah yang tidak sekolah. Sedangkan yang mempunyai nilai perilaku tertinggi

berdasarkan pendidikan terakhir adalah yang berpendidikan S1. Dan yang terendah adalah

yang tidak sekolah.

Tabel 19. Rerata Data Responden yang Tidak Disuluh Berdasarkan Usia

Usia Tingkat Pengetahuan

Demam Berdarah

Dengue

Perilaku

11-20 8 8,5

21-30 7,04 8,58

31-40 7,49 8,44

41-50 5,33 6

51-60 6 7,33

61-70 6,5 7,25

71-80 8 7,5

81-90 6 9

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

Page 60: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Dari Tabel 19 didapatkan bahwa responden yang Tidak Disuluh dengan nilai tingkat

pengetahuan tertinggi berdasarkan usia adalah yang berusia 71-80 tahun. Dan yang terendah

adalah yang berusia 41-50 tahun. Sedangkan yang mempunyai nilai perilaku tertinggi

berdasarkan usia adalah yang berusia 81-90 tahun. Dan yang terendah adalah yang berusia

41-50 tahun.

Tabel 20. Rerata Data Responden yang Tidak

Disuluh Berdasarkan Desa

Desa Tingkat Pengetahuan

Demam Berdarah

Dengue

Perilaku

Tambakboyo-Ngudiwaras III 7,3 8,7

Grajegan-Mirasari II 6,6 8,5

Majasto-Kartika Kencana V 7,6 8,1

Kateguhan-Lansia PWRI 6,8 7,7

Tangkisan-Pertiwi V 6,7 8,2

Pojok-Sehat III 7,1 8,2

Sumber : Kelompok C3PBL II 2009

Dari Tabel 20 didapatkan bahwa responden yang tidak disuluh dengan nilai tingkat

pengetahuan tertinggi berdasarkan desa adalah Desa Majasto. Dan yang terendah adalah Desa

Page 61: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Tangkisan. Sedangkan yang mempunyai nilai perilaku tertinggi berdasarkan desa adalah

Desa Tambakboyo. Dan yang terendah adalah Desa Kateguhan.

Tabel 21. Jumlah Responden yang Tidak Disuluh dengan Jawaban Salah pada Kuesioner

Demam Berdarah Dengue

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

Pernyataan Demam Berdarah

Dengue

Perilaku

masyarakat

1 18 2

2 3 5

3 8 9

4 36 47

5 40 15

6 13 2

7 30 2

8 5 15

9 28 6

10 3 2

Page 62: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Tabel 22. Data Deskriptif Kuesioner Demam Berdarah Dengue

Nilai kuesioner Demam

Berdarah Dengue

Desa yang Telah

Disuluh

Desa yang Belum

Disuluh

Rerata 7,27 7,01

Minimal 3 3

Maksimal 10 10

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2008

Tabel 23. Data Deskriptif Kuesioner Perilaku Masyarakat

Nilai kuesioner Perilaku

Masyarakat

Desa yang Telah

Disuluh

Desa yang Belum

Disuluh

Rerata 8,5 8,23

Minimal 4 4

Maksimal 10 10

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

Page 63: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

4.3 Analisis Data

Tabel 24. Perbandingan Data Nilai Kuesioner (saat survey) Antara Pada Desa yang Disuluh

dengan Desa yang Tidak Disuluh.

Nilasi Demam Berdrah

Dengue

Kelompok Eksperimen

(Desa yang Disuluh)

Kelompok

Kontrol

(Desa yang Tidak

Disuluh)

Nilai kuisioner

(dilakukan saat survey)

7,50 7,02

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

Dari Table 24 didapatkan bahwa antara kelompok eksperimen (desa yang disuluh)

yaitu desa Ponowaren, Watubonang, Lorog (dilaksanakan di dua posyandu), Kedungjambal,

dan Pundungrejo dengan kelompok control (desa yang tidak disuluh) terdapat perbedaan pada

nilai posttest. Yaitu nilai posttest pada kelompok eksperimen lebih baik (7,50) daripada

kelompok control (7,02).

Analisa data T-test dengan taraf signifikasi α = 0,05 dan interval kepercayaan 95%

didapatkan:

1. T-test

a. Dari hasil penelitian didapatkan data sebanyak 120 orang

Page 64: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Besar sampel diperoleh dari jumlah seluruh sampel yang didapat yang

memenuhi persyaratan sebagai subjek penelitian yaitu sebanyak 120 orang. Adapun

hasil atau nilai dari kuisioner terlampir di bagian lampiran dari buku ini.

b. Keputusan Statistik

Menurut perhitungan statistik menggunakan SPSS 16, didapatkan hasil : Skor

Postest Demam Berdarah Dengue kelompok desa yang disuluh dan tidak disuluh t =

2,086 sig 0,039. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna (p<0,05)

antara posyandu yang disuluh dan tidak disuluh yaitu didapatkan hasil survei desa yang

disuluh mempunyai nilai pengetahuan dan perilaku Demam Berdarah Dengue lebih

baik daripada desa yang tidak disuluh.

.

Page 65: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

BAB V

PEMBAHASAN

Wilayah kerja Puskesmas Tawangsari adalah merupakan daerah kecamatan yang

terdiri dari banyak desa, di mana berjarak beberapa kilometer dari pusat kota Solo. Secara

geografis, wilayah kerja Puskesmas Tawangsari termasuk wilayah Kabupaten Sukoharjo, dan

karena letaknya yang lebih dekat dengan pusat Kota Sukoharjo dari pada Kota Solo, akses

transportasi dan komunikasi cenderung lebih condong ke daerah Kota Sukoharjo. Hal ini

cukup mempermudah akses transportasi dan komunikasi wilayah kerja Puskesmas

Tawangsari. Dalam hal pemberian komunikasi apapun pada umumnya ataupun penyuluhan

tentang demam berdarah dengue pada khususnya hanya menemui beberapa kendala yang

tidak berarti dan mudah mengenai sasaran dikarenakan rasa ingin tahu dari masyarakat yang

sangat besar dari yang berusia muda hingga lansia. Sehingga, sebagian besar masyarakat di

wilayah kerja Puskesmas Tawangsari memiliki antusiasme dan daya tangkap yang besar

untuk memahami tentang penyakit demam berdarah dengue. Demikian pula mengenai akses

transportasi di daerah Puskesmas Tawangsari yang memang cukup lengkap maka dapat

memudahkan mobilitas penduduk. Dampak negatifnya, ternyata hal tersebut dapat membuat

terjadinya penyebaran penyakit ke daerah tersebut, salah satunya adalah penyakit Demam

Berdarah Dengue.

Sebagian besar masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tawangsari adalah sebagai

petani. Sedangkan apabila dilihat dari aspek sosial ekonomi masyarakat di sana berdasarkan

survei yang telah kelompok kami lakukan adalah pada umumnya termasuk golongan

menengah ke bawah. Hal ini dapat menyebabkan tingkat kesadaran tentang perubahan

perilaku terhadap tindakan pencegahan masih sangat kurang. Ini terbukti dari jawaban

responden mengenai aspek perilaku pada kuisioner yang masih kurang.

Page 66: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Dari survey keberhasilan penyuluhan dalam upaya meningkatkan pengetahuan

masyarakat terhadap demam berdarah dengue di wilayah kerja puskesmas Tawangsari,

Kabupaten Sukoharjo yang telah dilaksanakan pada tanggal 3, 9, 10, 11, 14, 16, dan 17

November 2009 di Desa Ponowaren, Watubonang, Majasto, Kateguhan, Pojok, Lorog (di dua

posyandu), Grajegan, Tambakboyo, Kedungjambal, Tangkisan, dan Pundungrejo didapatkan

nilai kuisioner sebagai indikator keberhasilan penyuluhan. Hasil yang didapat adalah

sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik, untuk kelompok yang

disuluh maupun yang tidak disuluh, yaitu sebanyak 60 orang untuk desa yang disuluh dan

sebanyak 60 orang untuk desa yang tidak disuluh.

Hal tersebut dikarenakan begitu endemiknya penyakit demam berdarah dengue,

sehingga penyuluhan-penyuluhan dan informasi-informasi tentang DBD sudah sangat gencar

diberikan kepada penduduk di wilayah Puskesmas Tawangsari, yang dilakukan di luar

kelompok kami. Penyuluhan dan pemberian informasi diberikan mungkin oleh pihak

Puskesmas Tawangsari, kader-kader kesehatan desa, tokoh masyarakat, ataupun melalui

media-media seperti televisi, radio,spanduk, koran atau majalah.

Pada masyarakat yang tidak disuluh, kemungkinan besar juga telah

mendapatkan pengetahuan-pengetahuan lain dari luar seperti televisi, koran, majalah, dan

sebagainya, mengingat endemiknya penyakit DBD. Selain dari media massa, puskesmas

Tawangsari juga sering melakukan penyuluhan pada masyarakat dalam wilayah kerjanya.

Sehingga tingkat pengetahuan penduduk desa yang sudah disuluh ataupun yang belum

disuluh oleh kelompok PBL C3 tidak berbeda. Karena desa yang tidak disuluh oleh kelompok

PBL C3 kemungkinan telah mendapat penyuluhan dari Puskesmas Tawangsari. Sehingga

sebagian besar masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tawangsari telah memahami tentang

penyakit DBD atau dapat dikatakan tingkat pengetahuan masyarakat tentang demam berdarah

dengue adalah baik.

Berdasarkan data responden didapatkan data responden yang disuluh dengan riwayat

pendidikan terakhirnya D3, nilai tingkat pengetahuan dan perilakunya lebih tinggi dari yang

lainnya. Hal ini dapat dikarenakan penerimaan materi penyuluhan lebih baik. Dan begitu pula

sebaliknya, nilai tingkat pengetahuan dan perilaku terendah ditemukan pada responden

dengan riwayat pendidikan terakhir SMP. Demikian pula pada responden yang tidak disuluh,

nilai pengetahuan tertinggi pada responden dengan tingkat pendidikan terakhir SMA. Dan

yang terendah adalah yang tidak sekolah. Lalu nilai perilaku tertinggi adalah yang

berpendidikan S1. Dan yang terendah adalah yang tidak sekolah.

Page 67: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Didapatkan juga data responden yang disuluh, dengan usia 21-30 tahun mempunyai

nilai tingkat pengetahuan tertinggi dan nilai tingkat perilaku tertinggi pada usia 51-60 tahun.

Hal ini dapat dikarenakan pada usia tersebut, mempunyai daya tangkap dan daya pikir yang

sangat baik ditunjang dengan sumber informasi lengkap yang diterimanya. Sedangkan pada

data responden di desa yang tidak disuluh mempunyai nilai tingkat pengetahuan tertinggi

adalah pada usia 71-80 tahun dan nilai tingkat perilaku tertinggi pada usia 81-90 tahun. Dan

pada daerah yang disuluh dan tidak disuluh, mempunyai nilai tingkat pengetahuan dan

perilaku terendah adalah berusia 41-50 tahun. Hal ini dapat dikarenakan pada usia tersebut

adalah usia dimana sudah mulai sibuk dengan pekerjaan masing-masing sehingga kurang

aktif dalam menerima informasi-informasi yang baru.

Sedangkan berdasar desa yang disurvei didapatkan data yang disuluh, Desa Lorog

mempunyai nilai tingkat pengetahuan tertinggi dan Desa Watubonang mempunyai nilai

tingkat perilaku tertinggi. Dan didapatkan Desa Pundungrejo mempunyai nilai tingkat

pengetahuan terendah dan Desa Ponowaren mempunyai nilai tingkat perilaku terendah. Hal

ini dapat dikarenakan, dilihat dari keadaan geografisnya, Desa Lorog dan Watubonang lebih

mudah aksesnya dalam mendapatkan informasi, dibandingkan Desa Pundungrejo dan

Ponowaren.

Dari hasil survei pada desa yang tidak disuluh, Desa Majasto mendapat nilai tingkat

pengetahuan tertinggi, sedangkan Desa Tambakboyo mendapat nilai tingkat perilaku yang

tertinggi. Desa Tangkisan mempunyai nilai tingkat pengetahuan yang kurang, sedangkan

Desa Kateguhan mempunyai nilai tingkat perilaku yang kurang. Hal ini dapat dihubungkan

dengan sulit dan mudahnya suatu daerah untuk mendapatkan informasi dengan lebih efektif.

Dari hasil survei pada desa yang disuluh dan tidak disuluh, berdasarkan jawaban

responden pada kuesioner, pada kuesioner pengetahuan demam berdarah, pertanyaan yang

paling banyak dijawab salah adalah pertanyaan tantang penyebab penyakit demam berdarah

adalah virus dengue. Hal ini dapat dikarenakan terdapat kerancuan antara pertanyaan

penyebab dan perantara penyakit demam berdarah dengue.

Pada kelompok yang telah disuluh, memiliki rerata nilai jawaban kuesioner demam

berdarah adalah 7,27. Nilai jawaban kuesioner demam berdarah yang terkecil pada kelompok

yang telah disuluh adalah 3 sedangkan nilai jawaban kuesioner demam berdarah yang

terbesar pada kelompok yang telah disuluh adalah 10. Hal ini menandakan bahwa

pengetahuan masyarakat, khususnya pada kelompok yang telah disuluh mengenai penyakit

demam berdarah dengue baik, namun perlu dilakukan penyuluhan yang lebih efektif dan

efisien.

Page 68: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Sedangkan pada kelompok yang tidak disuluh memiliki rerata nilai jawaban kuisioner

demam berdarah sebesar 7,01. Nilai ini menunjukan lebih kecil dari pada rerata yang dimiliki

oleh kelompok yang telah disuluh. Nilai jawaban kuisioner demam berdarah paling kecil

pada kelompok yang tidak disuluh sebesar 3, sedangkan nilai paling besar dari jawaban

kuesioner demam berdarah pada kelompok yang tidak disuluh adalah sebesar 10.

Pertanyaan yang paling sedikit dijawab salah adalah gejala awal penyakit demam

berdarah yang nama nyamuk penyebab demam berdarah dengue yait Aedes aegypti dengan

tingkat salah 3,33% pada desa yang disuluh dan 5% pada desa yang tidak disuluh, atau hanya

2 responden pada desa yang disuluh dan 3 responden pada desa yang tidak disuluh yang

menjawab salah. Sehingga dapat dikatakan pemahaman responden tentang nyamuk penyebab

demam berdarah dengue sudah baik.

Pada kuesioner perilaku masyarakat, pertanyaan yang paling banyak dijawab kurang

tepat adalah apakah fogging efektif untuk memberantas demam berdarah sebesar 66,67% ( 40

responden menjawab ya) pada desa yang disuluh dan 78,33% (47 responden menjawab ya)

pada desa yang tidak disuluh. Hal ini mungkin dikarenakan pemahaman masyarakt yang

kurang tepat dengan masih mengandalakan fogging untuk memberantas penyakit ini, selain

itu masyarakat juga belum paham apa saja kriteria untuk dilakukannya fogging. Padahal

perilaku 3M plus adalah yang terbaik dan terefektif dalam memberantas demam berdarah

dengue jika dilakukan rutin minimal satu minggu sekali dengan baik.

Rerata nilai jawaban kuesioner perilaku masyarakat kelompok yang telah disuluh

adalah sebesar 8,5 sedangkan rerata nilai jawaban kuesioner perilaku masyarakat kelompok

yang tidak disuluh sebesar 8,23. Ini menunjukan terdapat perbedaan perilaku antara

kelompok yang telah disuluh dan tidak disuluh. Nilai terkecil untuk aspek perilaku dari

jawaban kuesioner kelompok yang telah disuluh dan tidak disuluh adalah sebesar 4.

Sedangkan nilai jawaban kuesioner perilaku masyarakat kelompok yang telah disuluh dan

tidak disuluh yang paling besar adalah sebesar 10.

Pertanyaan yang paling sedikit dijawab salah pada kuesioner perilaku masyarakat

adalah apakah eseorang yang demam lebih 2 hari perlu dibawa segera ke Puskesmas atau

Dokter dan apakah saya akan mengubur atau menutup tempat yang dapat menjadi sarang

nyamuk di sekitar lingkungan tempat tinggal yaitu dengan 1 responden menjawab tidak

(1,67%) pada desa yang disuluh dan 2 responen menjawab tidak (3,33%) pada desa yang

tidak disuluh. Hal ini dikarenakan ada beberapa masyarakat yang mungkin kurang

pengetahuan dan kepedulian terhadap gejala awal dan cara pencegahan dari demam berdarah

dengue ini.

Page 69: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Berdasarkan analisis data didapatkan bahwa pada kelompok eksperimen (desa yang

disuluh) yaitu desa Ponowaren, Watubonang, Lorog (dilaksanakan di dua posyandu),

Kedungjambal, dan Pundungrejo terdapat perbedaan antara nilai pretest dan nilai posttest.

Dimana nilai posttest (7,50) lebih baik daripada nilai pretest (6,62).

Berdasarkan analisis data didapatkan bahwa antara kelompok eksperimen (desa yang

disuluh) yaitu desa Ponowaren, Watubonang, Lorog (dilaksanakan di dua posyandu),

Kedungjambal, dan Pundungrejo dengan kelompok control (desa yang tidak disuluh) terdapat

perbedaan pada nilai posttest. Yaitu nilai posttest pada kelompok eksperimen lebih baik

(7,50) daripada kelompok control (7,02).

Skor Postest Demam Berdarah Dengue kelompok desa yang disuluh dan tidak disuluh

t = 2,086 sig 0,039. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna (p<0,05)

antara posyandu yang disuluh dan tidak disuluh yaitu didapatkan hasil survei desa yang

disuluh mempunyai nilai pengetahuan dan perilaku Demam Berdarah Dengue lebih baik

daripada desa yang tidak disuluh. Terdapat peningkatan pengetahuan tentang Demam

Berdarah Dengue setelah dilakukan penyuluhan tetapi tidak bermakna (desa yang disuluh

sebesar 7,5 dan desa yang tidak disuluh sebesar 7,02). Namun sikap warga dilihat dari hasil

postest terdapat perbedaan yang bermakna (p < 0,05).

Kuisioner yang telah diberikan kelompok kami menilai tentang dua aspek yaitu aspek

pengetahuan dan aspek perilaku. Dari hasil kuisioner yang sudah dijawab oleh responden

disimpulkan bahwa aspek pengetahuan dan perilaku tentang DBD sudah baik, namun

diharapkan pada penyuluhan yang akan datang lebih ditekankan pada aspek perubahan

perilaku tentang tindakan pencegahan, 3M plus, penangan dini, dan pengetahuan lengkap

terhadap kegiatan fogging. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar responden yang kurang

tepat dalam menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan kegiatan fogging tersebut. Perlu

ditekankan juga tentang pengetauan abatisasi, karena sebagian besar responden tidak

mengerti tentang fungsi, indikasi, dan cara penggunaan.

Hasil survei yang menunjukan tidak adanya perbedaan tentang pengetahuan demam

berdarah dengue antara desa yang disuluh dan yang tidak disuluh dapat juga dikarenakan oleh

daftar pertanyaan kuisioner yang dibuat kelompok kami kurang representatif untuk menilai

aspek pengetahuan dan aspek perilaku dikarenakan kelompok kami belum menemukan

kuisioner yang telah tervalidasi untuk benar-benar menilai kedua aspek tersebut.

Page 70: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil survei yang telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tawangsari yaitu

di Desa Desa Ponowaren, Watubonang, Lorog (dilaksanakan di dua posyandu),

Kedungjambal, Pundungrejo, Majasto, Kateguhan, Pojok, Grajegan, Tambakboyo, dan

Tangkisan, yang terletak di Kabupaten Sukoharjo dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat perbedaan bermakna (p < 0,05) antara posyandu yang disuluh dan tidak

disuluh yaitu didapatkan hasil survei desa yang disuluh mempunyai nilai pengetahuan

dan perilaku pencegahan Demam Berdarah Dengue lebih baik daripada desa yang tidak

disuluh.

2. Terdapat peningkatan pengetahuan tentang Demam Berdarah Dengue setelah dilakukan

penyuluhan tetapi tidak bermakna (desa yang disuluh sebesar 7,5 dan desa yang tidak

disuluh sebesar 7,02). Namun sikap warga dilihat dari hasil postest terdapat perbedaan

yang bermakna (p < 0,05).

3. Tingkat pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tawangsari tentang

pengetahuan Demam Berdarah Dengue pada umumnya baik namun perlu terus

ditingkatkan dengan diberikan pengarahan lengkap, efektif, dan efisien, yang berupa

sikap atau contoh gerakan bebas DBD.

6.2 Saran

a. Perlu adanya pengarahan lengkap, efektif, dan efisien, yang berupa sikap atau contoh

gerakan bebas Demam Berdarah Dengue lebih lanjut tentang demam Demam Berdarah

Dengue dengan sasaran yang tepat dan perbaikan perilaku yang lebih efisien.

Page 71: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

b. Diharapkan pada pengarahan yang akan datang lebih ditekankan pada aspek perubahan

perilaku, di antaranya tentang tindakan pencegahan, 3M plus, penggunaan abate, dan

pengetahuan tentang pengetahuan fogging.

c. Perlu adanya survei lebih lanjut dengan subjek survei yang lebih besar pada wilayah

kerja Puskesmas Tawangsari agar lebih representatif guna mengetahui keberhasilan

perbaikan perilaku Demam Berdarah Dengue.

DAFTAR PUSTAKA

Page 72: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Arief M. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Media Aesculapius. Jakarta. Hal: 428.

Behrman, Kliegman, Arvin. (2000). Demam Berdarah Dengue . Dalam Ilmu Kesehatan

Anak. EGC. Jakarta. Hal:109.

Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. (2004). Standar Operasional Pelaksanaan

Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Kabupaten Sukoharjo. Hal 5-17.

Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan

Pemukiman. (1990). Petunjuk Diagnosa dan penatalaksanaan Penderita Demam

berdarah Dengue. DepartemenKesehatan RI. Jakarta. Hal:10-20

Hadinegoro, S.Sri Rezeki, Pitfalls and Pearls.(2004). Diagnosis dan Tata Laksana Demam

Berdarah Dengue, dalam: Current Management of Pediatrics Problem. Balai

Penerbit FKUI. Jakarta. Hal 63-72

Harninto. (1997). Komunitas III “Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular Akuta.

Penerbit Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Hal:33-40

Harry Wahyudhy Utama. (2007).

http://klikharry.wordpress.com/2007/02/08pencapaian-program-penyakit-demam-

berdarah-dengue-dbd-dipuskesmas-sukarami-palembang-tahun-2004-2005-2006 (1

April 2008)

Hendarwanto. (2000). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Balai Penerbit FK UI. Hal:

126-35

Liana D. (1998). Komunitas I “Pendidikan Kesehatan Masyarakat dalam ilmu Kesehatan

Komunitas”. Penerbit Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Hal:32-7

Lukito, B. (2004). Dengue Fever Disease.

http://www.preventconflict.org/ portal/main/issuelist.php?i=1018

(1 April 2008)

Page 73: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Soedarmo. (1988). Demam Berdarah Dengue. Djambatan. Jakarta. Hal: 29.

Soedarmo, Sumarmo S.Poorwo, et al (1998). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Infeksi dan

Penyakit Tropis. Edisi pertama, Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.

Sri RH. (1992). Demam Berdarah Dengue Pengalaman di Bagian IKA RSCM Jakarta.

Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 81. Jakarta. Hal:58-61

Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI (1985). Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak, Jilid II,

Cetakan ketujuh, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Hal 607-621

Suhendrodkk.(2006). Demam berdarah dengue. In: Sudoyo dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam. Edisi !V. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hal:1709

Sumarmo SPS. (1988). Demam Berdarah (Dengue) pada Anak. Penerbit Universitas

Indonesia. Jakarta. Hal 95-8

Sumengen S, Thomas S, dkk. (1992). Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah melalui

Pengawasan Kualitas Lingkungan. Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 81.

Jakarta. Hal:28-31

Suparman. (1992). Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular Akuta. UNS Press.

Surakarta.

Susanto, AS. (1997). Komunikasi dalam Teori dan Praktek. Bina Cipta. Jakarta.

Tim PBL. (2003). Hand Out Pengalaman Belajar Lapangan II. Surakarta. Hal 8-16

Tim PBL. (2003). Buku Pedoman Pengalaman Belajar Lapangan II. Surakarta. Bag.

PPKM/PBL Fakultas Kedokteran UNS. Surakarta. Hal 9-14

Tri DW. (2004). Demam Berdarah Dengue.

http://www.litbang.depkes.go.id/maskes/052004/demamberdarah.htm . (1 April 2008)

Page 74: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Tumbelaka,R.Alan. (2002). Tatalaksana Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue,

dalam: Updates in Pediatric Emergencies., Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Hal 95-108

Widodo Judarwanto (2007) Profil Nyamuk Aedes dan Pembasmiannya.

http://www.indonesiaindonesia.com/f/13744-profil-nyamuk-aedes-pembasmian

(1 April 2008)

Lampiran

1. Kuesioner

Kelompok Pengalaman Belajar Lapangan

Daerah Kecamatan Tawangsari,

Kabupaten Sukoharjo

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Tahun 2009

NamaTanda Tangan

Kecamatan Tawangsari Posyandu :. . . . . . . . . . . . .

Kelurahan/Desa Sukoharjo/. . . . . . . . .

RT/RW . . . . . . . . /. . . . . . . . .

Jenis Kelamin 1. Laki-Laki 2. Perempuan

Umur tahun

Pendidikan . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Page 75: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Terakhir

Tanggal . . . . . . . . /November/2009

Selamat pagi/siang/malam,

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret di Surakarta dalam

Pengalaman Belajar Lapangan yang merupakan program dari Bagian Ilmu Kesehatan

Masyarakat saat ini sedang melaksanakan studi pengetahuan dan perilaku di masyarakat

daerah Jawa Tengah. Studi ini bertujuan sebagai langkah awal dalam mengurangi

morbiditas (jumlah angka kesakitan) dan mengurangi mortalitas (jumlah angka kematian)

dalam hal ini menyangkut penyakit Demam Berdarah Dengue dan Demam Chikungunya.

Informasi dan jawaban yang Anda berikan amatlah penting dan bermanfaat bagi kami.

Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan terima kasih.

Hormat Kami

Mahasiswa Kelompok PBL

Bagian IKM Fakulas Kedokteran UNS

Berilah tanda ( χ ) pada jawaban yang Anda anggap paling tepat.

1. Pemakaian abate LEBIH EFEKTIF, karena dapat membunuh :

a. Telur

b. Jentik

c. Pupa

d. Nyamuk dewasa jantan

e. Nyamuk dewasa betina

2. Nama nyamuk yang menyebarkan penyakit demam berdarah :

a. Aedes aegypti

b. Anopheles

c. Culex

d. Drosophila melanogaster

e. Clarias bathracus

3. Berikut ini adalah termasuk dari kegiatan 3M (plus), kecuali :

Page 76: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

a. Menguras

b. Mengubur

c. Menutup

d. Menaburkan bubuk abate

e. Menanam pohon

4. Yang tidak termasuk 3 syarat dilakukannya “Fogging” adalah

a. merupakan kegiatan yang harus selalu dilakukan rutin

b. terdapat minimal 2 orang yang positif terkena Demam Berdarah Dengue di daerah

tersebut

c. Adanya pasien yang meninggal akibat Demam Berdarah Dengue di suatu daerah

tersebut

d. Lebih dari 3 orang yang positif demam, plus ditemukannya jentik-jentik nyamuk

e. Jawaban B, C, dan D yang benar

5. Gejala paling awal terkena penyakit Chikungunya adalah

a. Rasa tebal dan gatal diseluruh tubuh, disertai lemah lesu

b. Demam tinggi

c. Gusi berdarah

d. Mimisan

e. Pingsan

6. Saat ada wadah yang tergenang air, cara kita agar tidak menjadi sarang nyamuk

adalah, kecuali…

a. Mengubur

b. Menutup

c. Membiarkannya terbuka tanpa terawat

d. Menaruh ikan pemakan jentik nyamuk

e. Menaburkan bubuk abate

7. Yang tidak termasuk tanda awal penyakit Demam Berdarah Dengue adalah…

a. Demam tinggi

b. Mimisan

c. Mual muntah

d. Bintik-bintik merah

Page 77: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

e. Pingsan

8. Bukan termasuk ciri-ciri nyamuk pembawa penyakit Demam Berdarah Dengue dan

Demam Chikungunya adalah…

a. Tubuh berwarna hitam putih belang-belang

b. Suka menggigit pada pagi dan siang hari

c. Suka bertelur di air yang tenang dan jernih

d. Tubuh berwarna hitam

e. Suka di tempat yang lembab dan gelap seperti di gantungan pakaian

9. Ciri khas penyakit Chikungunya :

a. Perdarahan

b. Demam tinggi 2-7 hari

c. Nyeri sendi sehingga badan sulit dan sakit jika digerakkan

d. Kulit menghitam

e. Bibir pecah- pecah

10. Air yang bagaimana yang disukai nyamuk Aedes aegypti untuk bertelur?

a. Air kotor

b. Air bergelembung

c. Air tenang dan bersih

d. Air comberan

e. Air yang mengalir deras

Berilah tanda ( χ ) pada jawaban yang Anda anggap paling tepat.

11. Nyamuk yang menyebabkan penyakit DBD dan Chikungunya adalah sama yaitu

Aedes aegypti :

a. Benar

b. Salah

12. Fogging TIDAK EFEKTIF dan TIDAK EFISIEN karena hanya membunuh

nyamuk dewasa :

a. Benar

Page 78: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

b. Salah

13. Nyamuk Aedes aegypti menggigit pada malam hari :

a. Benar

b. Salah

14. Penyakit Chikungunya dapat menyebabkan kematian :

a. Benar

b. Salah

15. Obat nyamuk oles (lotion pencegah gigitan nyamuk) dapat mencegah adanya

gigitan nyamuk :

a. Benar

b. Salah

16. Semua nyamuk perlu diwaspadai menyebabkan penyakit Demam Berdarah

Dengue :

a. Benar

b. Salah

17. Penyebaran/penularan penyakit Demam Berdarah Dengue bisa melalui alat-alat

makan :

a. Benar

b. Salah

18. 3M dilakukan hanya pada saat banyak warga yang telah menderita DBD atau

Chikungunya :

a. Benar

b. Salah

19. Penyakit Demam Chikungunya dapat sembuh total dan tidak menyebabkan

kematian :

a. Benar

b. Salah

Page 79: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

20. Pegal-pegal, nyeri sendi, dan sakit otot merupakan gejala khas dari Demam

Chikungunya :

a. Benar

b. Salah

Berilah tanda ( χ ) pada jawaban yang Anda anggap paling tepat.

Lalu berikan “Alasan” mengapa Anda menjawab dengan jawaban tersebut.

21. Seseorang yang demam lebih 2 hari perlu dibawa segera ke Puskesmas atau Dokter :

a. Ya

b. Tidak

Alasan saya:

22. Saya melakukan kegiatan 3M (plus) minimal seminggu sekali :

a. Ya

b. Tidak

Alasan saya:

23. Saya mengompres dengan air biasa dan memberi minum air putih yang cukup banyak

pada saudara saya yang sedang menderita demam :

a. Ya

b. Tidak

Alasan saya:

24. Menurut saya Fogging efektif untuk memberantas penyakit Demam Bedarah dan

Demam Chikungunya :

a. Ya

b. Tidak

Alasan saya:

25. Saya selalu menggunakan obat nyamuk (bakar/oles/semprot/listrik) setiap hari baik

pagi-siang-sore-malam hari :

Page 80: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

a. Ya

b. Tidak

Alasan saya:

26. Saya dan sekeluarga selalu sangat waspada dan peduli terhadap penyakit Demam

Berdarah dan Demam Chikungunya :

a. Ya

b. Tidak

Alasan saya:

27. Saya selalu menguras dan menyikat bak mandi minimal seminggu sekali hingga

bersih :

a. Ya

b. Tidak

Alasan saya :

28. Saya sering menggantung baju di luar lemari (di tempat terbuka) :

a. Ya

b. Tidak

Alasan saya :

29. Saya tidak akan membiarkan genangan air disekitar lingkungan tempat tinggal :

a. Ya

b. Tidak

Alasan saya :

30. Saya akan mengubur atau menutup tempat yang dapat menjadi sarang nyamuk di

sekitar lingkungan tempat tinggal

a. Ya

Page 81: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

b. Tidak

Alasan saya :

2. Tabel Jadwal Survey di Puskesmas Tawangsari, Sukoharjo

Tabel 25. Jadwal Survey di Puskesmas Tawangsari, Sukoharjo

Survey Tanggal Desa Posyandu

I Selasa, 3 nov 2009 Ponowaren Sejahtera II

II Selasa, 3 nov 2009 Watubonang Watulumbung

III Senin, 9 nov 2009 Majasto Kartika Kencana V

IV Senin, 9 nov 2009 Kateguhan Lansia PWRI

V Selasa, 10 nov 2009 Pojok Sehat III

VI Selasa, 10 nov 2009 Lorog Kintelan-Lestari II

VII Selasa, 10 nov 2009 Grajegan Mirasari II

VIII Rabu, 11 nov 2009 Tambakboyo Ngudiwaras III

IX Sabtu, 14 nov 2009 Kedungjambal Klaseman dan lansia Klaseman

X Senin, 16 nov 2009 Tangkisan Pertiwi V

XI Selasa, 17 nov 2009 Lorog Cemetuk

XII Selasa, 17 nov 2009 Pundungrejo Mekarsari V-VI

Page 82: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

3. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di

Desa Ponowaren Posyandu Sejahtera II

Tabel 26. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa Ponowaren

Posyandu Sejahtera II

No. Nama Umur Pend.

Terakhir

Desa-Posyandu K.

DBD

K.

Chikungunya

K.

Perilaku

1. Santi 32 SMP Ponowaren-Sejahtera II 7 8 9

2. Marni 32 SMA Ponowaren-Sejahtera II 8 8 4

3. Erna 21 SLTP Ponowaren-Sejahtera II 7 7 7

4. Pipin Juniati 27 SMK Ponowaren-Sejahtera II 6 7 8

5. Mariyani 30 SMP Ponowaren-Sejahtera II 9 9 9

6. Dewi Rahayu 21 SLTA Ponowaren-Sejahtera II 7 7 9

7. Muryani 29 SMP Ponowaren-Sejahtera II 5 9 7

8. Maria Susanti 32 SMA Ponowaren-Sejahtera II 5 10 8

9. Supartinah 30 SD Ponowaren-Sejahtera II 8 10 8

10. Muraiwi 45 SLTP Ponowaren-Sejahtera II 6 7 9

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

Page 83: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

4. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di

Desa Watubonang Posyandu Watulumbung

Tabel 27. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa

Watubonang Posyandu Watulumbung

No. Nama Umur Pend.

Terakhir

Desa-Posyandu K.

DBD

K.

Chikungunya

K.

Perilaku

1. Rini Wulan Dari 20 SMP Watubonang-Watulumbung 7 5 8

2. Menik Suwati 33 S1 Watubonang-Watulumbung 8 10 10

3. Budi Ningsih 23 SMP Watubonang-Watulumbung 8 6 8

4. Sri Martini 24 SD Watubonang-Watulumbung 8 9 8

5. Wiji Lestari 30 SD Watubonang-Watulumbung 7 8 7

6. Trimah 34 SD Watubonang-Watulumbung 7 6 7

7. Sri Mulyani 24 SMP Watubonang-Watulumbung 6 4 9

8. Lastri 30 SD Watubonang-Watulumbung 5 2 9

9. Nur Mukminah 36 SMP Watubonang-Watulumbung 6 6 8

10. Sumiyati 25 SMA Watubonang-Watulumbung 6 4 7

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

Page 84: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

5. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di

Desa Majasto Posyandu Kartika Kencana V

Tabel 28. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa Majasto

Posyandu Kartika Kencana V

No. Nama Umur Pend.

Terakhir

Desa-Posyandu K.

DBD

K.

Chikungunya

K.

Perilaku

1. Harti 35 SD Majasto-Kartika Kencana V 9 5 8

2. Sri Rejeki 37 SD Majasto-Kartika Kencana V 7 10 9

3. Yuni Lestari 25 SMU Majasto-Kartika Kencana V 8 8 9

4. Sukini 40 SLTA Majasto-Kartika Kencana V 8 9 9

5. Sumarni 21 SMA Majasto-Kartika Kencana V 8 7 9

6. Siamishari 34 SD Majasto-Kartika Kencana V 8 8 8

7. Rubiyem 46 - Majasto-Kartika Kencana V 6 7 4

8. Sri Kasmi 35 SLTP Majasto-Kartika Kencana V 7 4 8

9. Ismi Handayani 22 S1 Majasto-Kartika Kencana V 6 6 8

10. Eni 27 SMP Majasto-Kartika Kencana V 9 8 9

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

Page 85: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

6. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di

Desa Kateguhan Posyandu Lansia PWRI

Tabel 29. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa Kateguhan

Posyandu Lansia PWRI

No. Nama Umur Pend.

Terakhir

Desa-Posyandu K.

DBD

K.

Chikungunya

K.

Perilaku

1. Srisukasini 61 SMP Kateguhan-Lansia PWRI 6 7 9

2. Sudiarso 84 SR Kateguhan-Lansia PWRI 6 8 9

3. Sri Mulyani 60 SPG Kateguhan-Lansia PWRI 7 8 9

4. Sugiyatnodihardjo 90 PSGB Kateguhan-Lansia PWRI 6 9 9

5. Suparno 76 SG Kateguhan-Lansia PWRI 7 5 8

6. Sukarmi 61 D2 Kateguhan-Lansia PWRI 7 6 7

7. Hj. Sunarti 56 - Kateguhan-Lansia PWRI 7 5 6

8. Supardi 72 SMP Kateguhan-Lansia PWRI 9 8 7

9. Nardi 62 SMP Kateguhan-Lansia PWRI 7 7 6

10. Sri Rahayu 67 SMP Kateguhan-Lansia PWRI 6 6 7

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

Page 86: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

7. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di

Desa Pojok Posyandu Sehat III

Tabel 30. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa Pojok

Posyandu Sehat III

No. Nama Umur Pend.

Terakhir

Desa-Posyandu K.

DBD

K.

Chikungunya

K.

Perilaku

1. Nipates 38 SD Pojok-Sehat III 9 6 8

2. Suprapti 44 SMA Pojok-Sehat III 7 9 5

3. Sumarmi 55 - Pojok-Sehat III 4 3 7

4. Lasmini 27 SMP Pojok-Sehat III 8 6 7

5. Rini 24 S1 Pojok-Sehat III 7 9 10

6. Lestari 23 SMP Pojok-Sehat III 6 8 9

7. Retno 20 SMP Pojok-Sehat III 8 6 9

8. Suranti 32 SD Pojok-Sehat III 7 7 9

9. Sugiyarti 29 SMP Pojok-Sehat III 7 6 9

10. Rina 25 SMP Pojok-Sehat III 8 9 9

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

Page 87: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

8. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di

Desa Lorog Posyandu Lestari II

Tabel 31. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa Lorog

Posyandu Lestari II

No. Nama Umur Pend.

Terakhir

Desa-Posyandu K.

DBD

K.

Chikungunya

K.

Perilaku

1. Marni 27 SLTA Lorog-Lestari II 9 7 7

2. Kusriyani 23 SLTA Lorog-Lestari II 9 8 9

3. Sukarmi 27 SLTA Lorog-Lestari II 9 8 9

4. Ngatinem 43 SD Lorog-Lestari II 8 8 10

5. Lilis Adiyanti 33 SLTA Lorog-Lestari II 8 7 9

6. Esti Utami 27 SLTP Lorog-Lestari II 8 9 10

7. Nyatim 40 SD Lorog-Lestari II 8 8 9

8. Purwaningsih 26 SLTA Lorog-Lestari II 10 8 10

9. Endang P. 37 SLTA Lorog-Lestari II 9 8 8

10. Sriyani 25 SLTP Lorog-Lestari II 8 9 9

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

9. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di

Desa Grajegan Posyandu Mirasari II

Page 88: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Tabel 32. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa Grajegan

Posyandu Mirasari II

No. Nama Umur Pend.

Terakhir

Desa-Posyandu K.

DBD

K.

Chikungunya

K.

Perilaku

1. Rini 24 SLTP Grajegan-Mirasari II 6 6 9

2. Nuryati 28 SMP Grajegan-Mirasari II 6 4 9

3. Rohayati 35 SD Grajegan-Mirasari II 5 8 8

4. Sri Sulastri 31 SD Grajegan-Mirasari II 7 6 8

5. Samiyati 31 SD Grajegan-Mirasari II 6 6 9

6. Hari Wahyuni 30 SD Grajegan-Mirasari II 6 7 7

7. Narni Suprapti 28 SMP Grajegan-Mirasari II 6 9 10

8. D. Kurniasih 29 SMP Grajegan-Mirasari II 7 9 8

9. Diah Ari N. 30 SMP Grajegan-Mirasari II 8 6 8

10. Karsini 32 SD Grajegan-Mirasari II 9 6 9

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

10. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di

Desa Tambakboyo Posyandu Ngudiwaras III

Tabel 33. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa

Tambakboyo Posyandu Ngudiwaras III

Page 89: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

No. Nama Umur Pend.

Terakhir

Desa-Posyandu K.

DBD

K.

Chikungunya

K.

Perilaku

1. Warsini 31 SMEA Tambakboyo-Ngudiwaras III 10 9 9

2. Rina 27 D1 Tambakboyo-Ngudiwaras III 6 7 8

3. Suharti 30 SD Tambakboyo-Ngudiwaras III 6 9 8

4. Sumarmi 42 SD Tambakboyo-Ngudiwaras III 3 3 9

5. Warsini 31 SD Tambakboyo-Ngudiwaras III 9 8 9

6. Sri Wahyuni S. 28 SMP Tambakboyo-Ngudiwaras III 8 7 8

7. Trihandayani 20 SMP Tambakboyo-Ngudiwaras III 8 6 8

8. Trisni 30 SMP Tambakboyo-Ngudiwaras III 9 8 10

9. Suwanti 30 SMP Tambakboyo-Ngudiwaras III 7 7 9

10. Sri Palupi 31 SMP Tambakboyo-Ngudiwaras III 7 6 9

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

11. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di

Desa Kedungjambal Posyandu Klaseman dan Lansia Klaseman

Tabel 34. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa

Kedungjambal Posyandu Klaseman dan Lansia Klaseman

No. Nama Umur Pend.

Terakhir

Desa-Posyandu K.

DBD

K.

Chikungunya

K.

Perilaku

1. Prayinto 54 S1 Kedungjambal-Klaseman

dan Lansia Klaseman

7 5 10

2. Sumiyati 42 SLTA Kedungjambal-Klaseman 6 5 7

Page 90: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

dan Lansia Klaseman

3. Harti 39 SLTA Kedungjambal-Klaseman

dan Lansia Klaseman

7 5 9

4. Tentiem

P.

41 S1 Kedungjambal-Klaseman

dan Lansia Klaseman

8 6 8

5. Fatma 28 SMA Kedungjambal-Klaseman

dan Lansia Klaseman

5 8 9

6. Rohmah

Dyah

18 SMA Kedungjambal-Klaseman

dan Lansia Klaseman

7 7 8

7. Sugianti 40 SMP Kedungjambal-Klaseman

dan Lansia Klaseman

8 6 8

8. Siti 18 SD Kedungjambal-Klaseman

dan Lansia Klaseman

7 7 8

9. Sri

Lestari

30 SD Kedungjambal-Klaseman

dan Lansia Klaseman

8 7 9

10. Poniyem 40 - Kedungjambal-Klaseman

dan Lansia Klaseman

9 8 9

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

12. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di

Desa Tangkisan Posyandu Pertiwi V

Tabel 35. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa Tangkisan

Posyandu Pertiwi V

No. Nama Umur Pend.

Terakhir

Desa-Posyandu K.

DBD

K.

Chikungunya

K.

Perilaku

1. Yuni Asitlawati 27 SMK Tangkisan-Pertiwi V 7 8 9

2. Puji 28 SMA Tangkisan-Pertiwi V 8 10 6

3. Suyamti 34 SMA Tangkisan-Pertiwi V 7 5 7

4. Susanti 29 SD Tangkisan-Pertiwi V 5 7 9

5. Sriyani 27 SD Tangkisan-Pertiwi V 7 7 9

6. Parti 36 SD Tangkisan-Pertiwi V 3 4 7

7. Wardani 32 SMP Tangkisan-Pertiwi V 10 8 10

Page 91: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

8. Wulandari 26 SMU Tangkisan-Pertiwi V 7 6 9

9. Sri Wahyuni 28 MTS Tangkisan-Pertiwi V 7 8 8

10. Surani 36 SD Tangkisan-Pertiwi V 6 7 8

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

13. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di

Desa Lorog Posyandu Cemetuk

Tabel 36. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa Lorog

Posyandu Cemetuk

No. Nama Umur Pend.

Terakhir

Desa-Posyandu K.

DBD

K.

Chikungunya

K.

Perilaku

1. Sri Wahyuni 32 SLTA Lorog-Cemetuk 7 10 10

2. Yanti 35 SMEA Lorog-Cemetuk 5 7 9

3. Eni Lestari 34 SMA Lorog-Cemetuk 8 8 5

4. Sriyatun 32 SMA Lorog-Cemetuk 8 8 6

5. Susanti 40 SLTA Lorog-Cemetuk 9 9 10

6. Wartini 31 SMP Lorog-Cemetuk 9 10 10

7. Suprapti 45 SLTA Lorog-Cemetuk 8 8 7

8. Sriyamtini 43 SLTA Lorog-Cemetuk 8 9 8

9. Samasi 33 SMA Lorog-Cemetuk 5 5 9

10. Sutimah 36 SMP Lorog-Cemetuk 8 8 8

Page 92: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

14. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di

Desa Pundungrejo Posyandu Mekarsari VI

Tabel 37. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa

Pundungrejo Posyandu Mekarsari VI

No. Nama Umur Pend.

Terakhir

Desa-Posyandu K.

DBD

K.

Chikungunya

K.

Perilaku

1. Ika 22 SMP Pundungrejo-Mekarsari VI 8 8 8

2. Yuliani 24 SMP Pundungrejo-Mekarsari VI 8 7 9

3. Parmi 26 SMP Pundungrejo-Mekarsari VI 8 8 9

4. Wantiyem 31 SD Pundungrejo-Mekarsari VI 5 9 9

5. Waliyah Fitriani 26 SMP Pundungrejo-Mekarsari VI 7 9 8

6. Siti Maryanti 30 SD Pundungrejo-Mekarsari VI 7 7 5

7. Anirahman 28 SMP Pundungrejo-Mekarsari VI 7 6 9

8. Sutrisno 37 SMP Pundungrejo-Mekarsari VI 5 8 9

9. Farida 29 D3 Pundungrejo-Mekarsari VI 9 9 10

10. Wagiyem 47 - Pundungrejo-Mekarsari VI 3 5 8

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

Page 93: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

15. Tabel Perbandingan Case Processing Summary Nilai Postest Demam

Berdarah Dengue Antara Pada Desa yang Disuluh Dengan Desa yang

Tidak Disuluh

Tabel 38. Perbandingan Case Processing Summary Nilai Postest Demam Berdarah Dengue

Antara Pada Desa yang Disuluh Dengan Desa yang Tidak Disuluh

Case Processing Summary

60 100,0% 0 ,0% 60 100,0%

60 100,0% 0 ,0% 60 100,0%

Kelompok PenelitianK. Eksperimen

K. Kontrol

PostestDBD

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

Page 94: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

16. Tabel Perbandingan Descriptives Nilai Postest Demam Berdarah

Dengue Antara Pada Desa yang Disuluh Dengan Desa yang Tidak

Disuluh

Tabel 39. Perbandingan Descriptives Nilai Postest Demam Berdarah Dengue Antara Pada

Desa yang Disuluh Dengan Desa yang Tidak Disuluh

Page 95: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

Descriptives

7,50 ,140

7,22

7,78

7,54

8,00

1,169

1,081

5

10

5

1

-,374 ,309

,062 ,608

7,02 ,185

6,65

7,39

7,07

7,00

2,051

1,432

3

10

7

2

-,424 ,309

,989 ,608

Mean

Lower Bound

Upper Bound

95% ConfidenceInterval for Mean

5% Trimmed Mean

Median

Variance

Std. Deviation

Minimum

Maximum

Range

Interquartile Range

Skewness

Kurtosis

Mean

Lower Bound

Upper Bound

95% ConfidenceInterval for Mean

5% Trimmed Mean

Median

Variance

Std. Deviation

Minimum

Maximum

Range

Interquartile Range

Skewness

Kurtosis

Kelompok PenelitianK. Eksperimen

K. Kontrol

PostestDBD

StatisticStd.Error

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

17. Tabel T-Test Group Statistic Demam Berdarah Dengue

Tabel 40. Hasil T-Test Group Statistic Postest Demam Berdarah Dengue Antara Pada Desa

yang Disuluh Dengan Desa yang Tidak Disuluh

Group Statistics

60 7,50 1,081 ,140

60 7,02 1,432 ,185

Kelompok PenelitianK. Eksperimen

K. Kontrol

Postest DBDN Mean Std. Deviation

Std. ErrorMean

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

Page 96: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

18. Tabel T-Test Independent Sample Test Demam Berdarah Dengue

Tabel 41. Hasil T-Test Independent Sample Test Postest Demam Berdarah Dengue Antara

Pada Desa yang Disuluh Dengan Desa yang Tidak Disuluh

Independent Samples Test

,849 ,359 2,086 118 ,039 ,483 ,232

2,086 109,78 ,039 ,483 ,232

Equalvariancesassumed

Equalvariancesnotassumed

PostestDBD

F Sig.

Levene's Testfor Equality of

Variances

t dfSig.

(2-tailed)Mean

DifferenceStd. ErrorDifference

t-test for Equality of Means

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

19. Gambar Histogram T-Test Demam Berdarah Dengue Untuk Desa

yang Disuluh (Kelompok Eksperimen)

Gambar 2. Histogram T-Test Demam Berdarah Dengue Untuk Desa yang Disuluh

(Kelompok Eksperimen)

Page 97: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

1098765

Postest DBD

25

20

15

10

5

0

Fre

qu

ency

Mean = 7.5Std. Dev. =1.081N = 60

for Kel_Penelitian= K. Eksperimen

Histogram

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

20. Gambar Histogram T-Test Demam Berdarah Dengue Untuk Desa

yang Tidak Disuluh (Kelompok Kontrol)

Gambar 3. Histogram T-Test Demam Berdarah Dengue Untuk Desa yang Tidak Disuluh

(Kelompok Kontrol)

Page 98: Laporan Penelitian Demam Berdarah Dengue PBL II UNS Surakarta

10864

Postest DBD

20

15

10

5

0

Fre

qu

ency

Mean = 7.02Std. Dev. = 1.432N = 60

for Kel_Penelitian= K. Kontrol

Histogram

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009