laporan pendahuluan reumathoid

28
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rematik adalah penyakit yang menyerang sendi dan tulang atau jaringan penunjang sekitar sendi. Golongan penyakit ini merupakan penyakit Autoimun yang banyak diderita oleh kaum lanjut usia (usia 50 tahun ke atas). Penyakit ini lebih sering terjadi pada perempuan dan biasanya menyerang orang yang berusia lebih dari 40 tahun (Arif Muttaqin, 2008). Rematik terutama menyerang Sendi-sendi, tulang, ligamentum, tendon dan persendian pada laki-laki maupun perempuan dengan segala usia. Dampak dari keadaan ini dapat mengancam jiwa penderitanya atau hanya menimbulkan gangguan kenyamanan, dan masalah yang disebabkan oleh penyakit rematik tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas hingga terjadi hal yang paling ditakuti yaitu menimbulkan kecacatan seperti kelumpuhan dan gangguan aktivitas hidup sehari-hari tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas tetapi dapat menimbulkan kegagalan organ dan kematian atau mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta resiko tinggi terjadi cidera. Angka kejadian rematik pada tahun 2008 yang dilaporkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia WHO adalah mencapai 20% dari penduduk dunia yang telah terserang rematik, dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% adalah mereka yang berusia 55 tahun. Berdasarkan hasil penelitian terakhir

Upload: yuni-elita-sari-tambunsaribu

Post on 19-Dec-2015

42 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Rematik adalah penyakit yang menyerang sendi dan tulang atau jaringan penunjang sekitar sendi. Golongan penyakit ini merupakan penyakit Autoimun yang banyak diderita oleh kaum lanjut usia (usia 50 tahun ke atas). Penyakit ini lebih sering terjadi pada perempuan dan biasanya menyerang orang yang berusia lebih dari 40 tahun (Arif Muttaqin, 2008). Rematik terutama menyerang Sendi-sendi, tulang, ligamentum, tendon dan persendian pada laki-laki maupun perempuan dengan segala usia.

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan reumathoid

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Rematik adalah penyakit yang menyerang sendi dan tulang atau jaringan penunjang

sekitar sendi. Golongan penyakit ini merupakan penyakit Autoimun yang banyak diderita

oleh kaum lanjut usia (usia 50 tahun ke atas). Penyakit ini lebih sering terjadi pada

perempuan dan biasanya menyerang orang yang berusia lebih dari 40 tahun (Arif Muttaqin,

2008). Rematik terutama menyerang Sendi-sendi, tulang, ligamentum, tendon dan

persendian pada laki-laki maupun perempuan dengan segala usia.

Dampak dari keadaan ini dapat mengancam jiwa penderitanya atau hanya

menimbulkan gangguan kenyamanan, dan masalah yang disebabkan oleh penyakit rematik

tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas hingga terjadi hal yang

paling ditakuti yaitu menimbulkan kecacatan seperti kelumpuhan dan gangguan aktivitas

hidup sehari-hari tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas tetapi dapat menimbulkan

kegagalan organ dan kematian atau mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan

mudah lelah, perubahan citra diri serta resiko tinggi terjadi cidera.

Angka kejadian rematik pada tahun 2008 yang dilaporkan oleh Organisasi Kesehatan

Dunia WHO adalah mencapai 20% dari penduduk dunia yang telah terserang rematik,

dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% adalah mereka yang berusia

55 tahun. Berdasarkan hasil penelitian terakhir dari Zeng QY et al 2008, prevalensi nyeri

rematik di Indonesia mencapai 23,6% hingga 31,3%, angka ini menunjukkan bahwa nyeri

akibat rematik sudah sangat mengganggu aktivitas masyarakat Indonesia.

Menurut American College of Rheumatology, perawatan untuk rematik dapat meliputi

terapi farmakologis, terapi non-farmakologis, dan tindakan bedah. Pada tahun 2008, dua

pakar Rehabilitasi Medik dari RSCM FKUI, Prof.DR. dr. Angela B.M Tulaar SpRM dan dr.

Siti Annisa Nuhonni SpRM menciptakan senam rematik yang berfungsi sebagai modal yang

akan melengkapi terapi penyakit rematik.

Secara umum, gerakan-gerakan senam rematik dimaksudkan untuk meningkatkan

kemampuan gerak, fungsi, kekuatan, dan daya tahan otot, kapasitas aerobik, keseimbangan,

biomekanik sendi, dan rasa posisi sendi.  “Untuk mencapai hasil yang maksimal, senam

rematik baiknya dilakukan tiga hingga lima kali dalam seminggu, namun harus dipastikan

Page 2: Laporan Pendahuluan reumathoid

bahwa dalam melakukan senam rematik ini, penderita harus berada dalam pengawasan

dokter agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan,” jelas dr. Siti Annisa Nuhoni

SpRM.

Dengan kombinasi pengobatan dan senam rematik yang tepat, diharapkan radang

persendian dan rasa sakit akibat penyakit rematik dapat berkurang serta penderita dapat

menjalani aktivitasnya sehari-hari yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup

mereka. Lebih dari itu, dengan pengetahuan dan kesadaran yang mendalam mengenai

penyakit rematik, diharapkan masyarakat dapat lebih cepat dalam bertindak mengatasi

penyakit ini sehingga prevalensi penyakit rematik di Indonesia dapat berkurang.

1.2 Tujuan

1. Tujuan Intruksional Umum

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapkan pasien lansia dapat mengenal dan

mengetahui tentang rematik

2. Tujuan Intruksional Khusus

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 kali pertemuan di harapkan pasien

lansia dapat :

a. Mengetahui tentang pengertian rematik

b. Mengetahui tanda dan gejala rematik

c. Mengetahui penyebab rematik dan proses terjadinya rematik

d. Mengetahui tentang pencegahan rematik

e. Mengetahui perawatan dan pengobatan rematik

Page 3: Laporan Pendahuluan reumathoid

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses

inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001).

Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi

utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh

organ tubuh (Hidayat, 2006).

Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan kemerahan

pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011)

Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa osteoartritis atau

rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana terjadi kerusakan tulang rawan sendi yang

berkembang lambat dan berhubungan dnegan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan

dan sendi besar yang menanggung beban. Secara klinis osteoartritis ditandai dengan nyeri,

deformitas, pembesaran sendi dan hambatan gerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar.

Seringkali berhubungan dengan trauma maupun mikrotrauma yang berulang-ulang, obesitas,

stress oleh beban tubuh dan penyakit-penyakit sendi lainnya.

B. Penyebab

Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko yang

diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;

1. Usia lebih dari 40 tahun

Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah yang

terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan saja.

Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan eprubahan pada

osteoartritis.

2. Jenis kelamin wanita lebih sering

Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki lebih

sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan,

dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki dan

wanita, tetapi diats usia 50 tahun (setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak

Page 4: Laporan Pendahuluan reumathoid

pada wanita daripada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis

osteoartritis.

3. Suku bangsa

Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku bangsa. Hal ini

mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada frekuensi

kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.

4. Genetik

Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks

histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan AR seropositif.

Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko relative 4 : 1 untuk menderita penyakit ini.

5. Kegemukan dan penyakit metabolik

Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk

timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak hanya

berkaitan dengan oateoartritis pada sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi juga

dnegan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu disamping

faktor mekanis yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat

faktor lain (metabolit) yang berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.

6. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga

Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan

dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang sering menimbulkan

cedera sendi yang berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.

7. Kelainan pertumbuhan

Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya

oateoartritis paha pada usia muda.

8. Kepadatan tulang

Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya

osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak

membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi.

Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.

Page 5: Laporan Pendahuluan reumathoid

C. Jenis Reumatik

Ada beberapa jenis reumatik yaitu (Adelia,2011):

a. Reumatik Sendi ( Artikuler )

Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik sendi (reumatik

artikuler). Penyakit ini ada beberapa macam yang paling sering ditemukan yaitu:

1) Artritis Reumatoid

Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan menahun yang tersebar

diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan sendi dan berbagai organ di luar persendian.

Peradangan kronis dipersendian menyebabkan kerusakan struktur sendi yang

terkena.Peradangan sendi biasanya mengenai beberapa persendian sekaligus.

Peradangan terjadi akibat proses sinovitis (radang selaput sendi) serta pembentukan

pannus yang mengakibatkan kerusakan pada rawan sendi dan tulang di sekitarnya,

terutama di persendian tangan dan kaki yang sifatnya simetris (terjadi pada kedua sisi).

Penyebab Artritis Rematoid belum diketahui dengan pasti. Ada yang mengatakan

karena mikoplasma, virus, dan sebagainya. Namun semuanya belum terbukti. Berbagai

faktor termasuk kecenderungan genetik, bisa mempengaruhi reaksi autoimun. Bahkan

beberapa kasus Artritis Rematoid telah ditemukan berhubungan dengan keadaan stres

yang berat, seperti tiba-tiba kehilangan suami atau istri, kehilangan satu¬-satunya anak

yang disayangi, hancurnya perusahaan yang dimiliknya dan sebagainya. Peradangan

kronis membran sinovial mengalami pembesaran (Hipertrofi) dan menebal sehingga

terjadi hambatan aliran darah yang menyebabkan kematian (nekrosis) sel dan respon

peradanganpun berlanjut. Sinovial yang menebal kemudian dilapisi oleh jaringan

granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar keseluruh sendi sehingga semakin

merangsang peradangan dan pembentukan jaringan parut. Proses ini secara perlahan

akan merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas (kelainan bentuk).

2) Osteoatritis

Merupakan sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan penyebab yang

belum diketahui, namun mengakibatkan kelainan biologis, morfologis, dan keluaran

klinis yang sama.Proses penyakitnya berawal dari masalah rawan sendi (kartilago),

dan akhirnya mengenai seluruh persendian termasuk tulang subkondrial, ligamentum,

kapsul dan jaringan sinovial, serta jaringan ikat sekitar persendian (periartikular). Pada

Page 6: Laporan Pendahuluan reumathoid

stadium lanjut, rawan sendi mengalami kerusakan yang ditandai dengan adanya

fibrilasi, fisura, dan ulserasi yang dalam pada permukaan sendi. Etiologi penyakit ini

tidak diketahui dengan pasti.

Ada beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini,

yaitu: Usia lebih dari 40 tahun, Jenis kelamin wanita lebih sering, Suku bangsa,

genetik, kegemukan dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan, dan olah raga,

kelainan pertumbuhan, kepadatan tulang, dan lain-lain.

3) Atritis Gout

Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat darah (hiperurisemia) .

Reumatik gout merupakan jenis penyakit yang pengobatannya mudah dan efektif.

Namun bila diabaikan, gout juga dapat menyebabkan kerusakan sendi. Penyakit ini

timbul akibat kristal monosodium urat di persendian meningkat. Timbunan kristal ini

menimbulkan peradangan jaringan yang memicu timbulnya reumatik gout akut. Pada

penyakit gout primer, 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik).

Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetic dan faktor hormonal yang

menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya

produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam

urat dari tubuh. Penyakit gout sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya

produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan dengan kadar purin

yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organik yang menyusun asam

nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok asam amino, unsur

pembentuk protein. Produksi asam urat meningkat juga bisa karena penyakit darah

(penyakit sumsum tulang, polisitemia), obat-obatan (alkohol, obat-obat kanker,

vitamin B12). Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan), penyakit kulit

(psoriasis), kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol

dengan baik biasanya terdapat kadar benda-benda keton (hasil buangan metabolisme

lemak) yang meninggi. Benda-benda keton yang meninggi akan menyebabkan asam

urat juga ikut meninggi.

Page 7: Laporan Pendahuluan reumathoid

b. Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler)

Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan lunak di luar sendi

(soft tissue rheumatism) sehingga disebut juga reumatik luar sendi (ekstra artikuler

rheumatism). Jenis – jenis reumatik yang sering ditemukan yaitu:

1) Fibrosis

Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang tubuh dan anggota

gerak. Fibrosis lebih sering ditemukan oleh perempuan usia lanjut, penyebabnya

adalah faktor kejiwaan.

2) Tendonitis dan tenosivitis

Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang menimbulkan nyeri lokal di

tempat perlekatannya. Tenosivitis adalah peradangan pada sarung pembungkus

tendon.

3) Entesopati

Ensetis adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada tulang. Entesis

ini dapat mengalami peradangan yang disebut entesopati. Kejadian ini bisa timbul

akibat menggunakan lengannya secara berlebihan, degenerasi, atau radang sendi.

4) Bursitis

Bursitis adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan tendon atau

otot ke tulang. Peradangan bursa juga bisa disebabkan oleh reumatik gout dan

pseudogout.

5) Back Pain

Penyebabnya belum diketahui, tetapi berhubungan dengan proses degenerarif

diskus intervertebralis, bertambahnya usia dan pekerjaan fisik yang berat, atau sikap

postur tubuh yang salah sewaktu berjalan, berdiri maupun duduk. Penyebab lainnya

bisa akibat proses peradangan sendi, tumor, kelainan metabolik dan fraktur.

6) Nyeri pinggang

Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua orang pernah

mengalaminya. Nyeri terdapat kedaerah pinggang kebawah (lumbosakral dan

sakroiliaka) Yng dapat menjalar ke tungkai dan kaki.

Page 8: Laporan Pendahuluan reumathoid

7) Frozen shoulder syndrome

Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah persendian di pangkal lengan atas

yang bisa menjalar ke lengan atas bagian depan, lengan bawah dan belikat, terutama

bila lengan diangkat keatas atau digerakkan kesamping. Akibat pergerakan sendi bahu

menjadi terbatas.

D. Manifestasi klinik

Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena, etrutama

waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian

timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan

sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi

terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.

Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul belakangan, mungkin

dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang

merata dan warna kemerahan, antara lain;

1. Nyeri sendi

Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan

sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang

menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.

2. Hambatan gerakan sendi

Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan

bertambahnya rasa nyeri.

3. Kaku pagi

Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk dari

kursi, atau setelah bangun dari tidur.

4. Krepitasi

Rasa gemeretak (kadqang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.

5. Pembesaran sendi (deformitas)

Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang

paling sering) secara perlahan-lahan membesar.

Page 9: Laporan Pendahuluan reumathoid

6. Perubahan gaya berjalan

Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul

berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain

merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).

E. Patofisioligi

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,

eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi

menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.  Pada persendian ini granulasi

membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk ke tulang sub

chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi

kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.

Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.  Bila kerusakan

kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa

atau tulang bersatu (ankilosis).  Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan

ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.  Invasi

dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.

Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya

serangan dan tidak adanya serangan.  Sementara ada orang yang sembuh dari serangan

pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.  Yang lain. terutama yang mempunyai faktor

rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.

Page 10: Laporan Pendahuluan reumathoid

F. Pemeriksaan Diagnostik

1. Tes serologi

- Sedimentasi eritrosit meningkat

- Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis

- Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita

2. Pemerikasaan radiologi

Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosit. Kelanjutan penyakit: ruang

sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis.

3. Aspirasi sendi

Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari sendi dikultur

dan bisa diperiksa secara makroskopik.

Page 11: Laporan Pendahuluan reumathoid

G. Penatalaksanaan/ Perawatan Osteoartritis

1. Medikamentosa

Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simtomatik. Obat

antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai analgesik dan mengurangi

peradangan, tidak mampu menghentikan proses patologis. Pengobatan ini dibagi atas

beberapa kelompok antara lain :

a Golongan obat simtomatik. Simple analgesic (paracetamol, aminopirin); anti inflamasi

nonsteroid (indomestin, fenil butazon, sodium diklofenak); anti inflamasi golongan

steroid (prednison).

b Golongan obat yang mempengaruhi perjalanan penyakitnya (obat-obat remitif/ remitive

agent : Immuno suppresant; obat sitostatika; alkylating agent; chelating agent; anti

malaria; antelmintik.

2. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.

3. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri

4. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera

5. Dukungan psikososial

6. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat.

Pengobatan ini memegang peranan yang tidak kalah pentingnya dengan pengobatan

medikamentosa. Disini pencegahan terhadap cacat yang lebih lanjut dan pencegahan

kecacatan dan bila sudah terjadi cacat, dicoba dilakukan rehabilitasi bila masih

memungkinkan. Sebaiknya dimulai fisioterapi segera setelah sendi mulai berkurang

sakitnya atau sudah minimal. Bila tidak juga berhasil, mungkin diperlukan pertimbangan

untuk tindakan operatif.

7. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan

8. Diet rendah purin

Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan asam urat dan

menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan mempertahankannya dalam batas

normal. Bahan makanan yang boleh dan yang tidak boleh diberikan pada penderita

osteoartritis:

Page 12: Laporan Pendahuluan reumathoid

Golongan bahan

makananMakanan yang boleh diberikan

Makanan yang tidak boleh

diberikan

Karbohidrat

Protein hewani

Protein nabati

Lemak

Sayuran

Buah-buahan

Minuman

Bumbu, dll

Semua

Daging atau ayam, ikan tongkol,

bandeng 50 gr/hari, telur, susu,

keju

Kacang-kacangan kering 25 gr

atau tahu, tempe, oncom

Minyak dalam jumlah terbatas.

Semua sayuran sekehendak

kecuali: asparagus, kacang polong,

kacang buncis, kembang kol,

bayam, jamur maksimum 50 gr

sehari

Semua macam buah

Teh, kopi, minuman yang

mengandung soda

Semua macam bumbu

--

Sardin, kerang, jantung, hati, usus,

limpa, paru-paru, otak, ekstrak

daging/ kaldu, bebek, angsa,

burung.

--

--

Asparagus, kacang polong, kacang

buncis, kembang kol, bayam, jamur

maksimum 50 gr sehari

--

Alkohol

Ragi

H. Proses Keperawatan

Pengkajian

1. Riwayat Kesehatan

- Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.

- Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien mengetahui

dan merasakan adanya perubahan pada sendi.

Page 13: Laporan Pendahuluan reumathoid

2. Pemeriksaan Fisik

- Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna

kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.

- Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial

- Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi),krepitasi, atrofi, tonus yang

berkurang, dan nyeri saat sendi digerakkan.

- Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral

- Ukur kekuatan otot

- Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari

3. Riwayat Psiko Sosial

Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi

pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya

kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah.

Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body

image dan harga diri klien.

I. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan tanda dan gejala yang dialami oleh pasien dengan artritis ditambah dengan

adanya data dari pemeriksaan diagnostik, maka diagnosa keperawatan yang sering muncul

yaitu:

Diagnosa 1

Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi,

dekstruksi sendi ditandai dengan adanya keluhan nyeri, ketidaknyamanan, kelelahan,

nerfokus pada diri sendiri/penyempitan fokus, perilaku distraksi/respon autonomik, perilaku

yang bersifat hati-hati dan melindungi diri.

Tujuan /kriteria hasil :

Nyeri hilang atau terkontrol dengan kriteria :

Pasien terlihat rileks, dapat tidur/istirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas yang sesuai

Mengikuti program yang telah dianjurkan

Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan dalam kontrol program

nyeri.

Page 14: Laporan Pendahuluan reumathoid

Intervensi keperawatan Rasional

Mandiri

1. Kaji keluhan nyeri, lokasi, intensitas (skala

1-10). Catat faktor-faktor yang

memperberat sakit

2. Ajarkan pasien mengambil posisi yang

nyaman pada waktu tidur atau duduk di

kursi. Tingkatkan istirahat

3. Anjurkan pasien untuk sering merubah

posisi dan hindari gerakan yang menyentak

4. Anjurkan pasien mandi air hangat pada

waktu bangun dan mengompres sendi yang

sakit beberapa kali sehari

5. Anjurkan massage yang lembut

6. Anjurkan mengkonsumsi obat tradisional

Kolaborasi

1) Kolaborasi/rujuk pasien mendapatkan obat-

obatan yang sesuai petunjuk, misalnya:

asetil salisilat, NSAID.

1. Membantu dalam menentukan

manajemen nyeri dan mengevaluasi

keefektifan program

2. Untuk membatiasi nyeri dan cedera

sendi

3. Untuk mencegah terjadinya nyeri dan

kekakuan

4. Panas meningkatkan relaksasi otot dan

mobilitas, menurunkan rasa sakit dan

kekakuan pada pagi hari

5. Meningkatkan relaksasi /mengurangi

ketegangan otot

6. Membantu klien untuk menentukan

tindakan alternatif yang tepat untuk

mengatasi nyeri

1) Sebagai anti inflamasi dan efek

analgesik untuk mengurangi kekakuan

dan meningkatkan mobilitas.

Diagnosa 2

Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri, ketidaknyamanan,

penurunan kekuatan otot, ditandai dengan keengganan untuk bergerak, membatasi rentang,

ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan otot/ kontrol dan massa.

Page 15: Laporan Pendahuluan reumathoid

Tujuan /kriteria hasil :

Pasien akan mempertahankan fungsi posisi dengan tidak adanya pembatasan, tidak terjadi

kontraktur, pasien dapabm,endemonstrasikan tehnik perilaku yang memungkinkan untuk

melakukan aktivitas.

Intervensi keperawatan Rasional

1. Kaji tingkat gangguan mobilitas

2. Pertahankan istirahat/tirah baring, duduk.

Jadwalkan aktivitas untuk memberikan

periode istirahat dan tidur malam yang

tidak terganggu

3. Bantu dengan rentang gerak aktif adan

pasif, latihan resistif dan isometrik jika

memungkinkan.

4. Ubah posisi dengan sering

5. Gunakan bantal kecil dan tipis dibawah

6. Dorong pasien mempertahankan posisi

tegak dan duduk tinggi, berdiri, berjalan

7. Berikan lingkungan yang nyaman

misalnya: menaikkan kursi

8. Anjurkan pada keluarga untuk

memodifikasi lingkungan rumah

1. Menentukan intervensi yang tepat

2. Istirahat sistemik dianjurkan untuk

mencegah kelelahan, mempertahankan

kekuatan.

3. Mempertahankan dan meningkatkan

fungsi sendi.

4. Menghilangkan tekanan pada jaringan

dan meningkatkan sirkulasi

5. Mencegah leher fleksi

6. Memaksimalkan fungsi sendi,

mempertahankan mobilitas

7. Menghindari cedera akibat

kecelakaan/jatuh

8. Menghindari cedera akinat kecelakaan/

jatuh.

Diagnosa keperawatan 3

Gangguan kebutuhan tidur berhubungan dengan perubahan siklus tidur ditandai dengan sulit

tidur dimalam hari dan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat tertidur, tidur pada siang

hari selama ± 2 jam untuk mengganti tidur yang kurang dimalam hari.

Tujuan/kriteria hasil :

Gangguan tidur dapat diminimalkan dengan kriteria hasil :

Tetap istirahat selama masih diperlukan

Kuantitas tidur bertambah adekuat

Page 16: Laporan Pendahuluan reumathoid

Intervensi keperawatan Rasional

Mandiri

1. Modifikasi lingkungan misalnya mengatur

suhu ruangan, menciptakan lingbkungan

yang tenang, mematikan lampu yang tidak

perlu.

2. Ajarkan keluarga untuk memberikan

tindakan kenyamanan seperti gosokan

punggung, pijatan ringan

3. Ajarkan klien mengkonsumsi makanan

yang mengandung magnesium, asam

amino triptophan, dan kalsium

4. Ajarkan klien untuk menghindari minuman

yang berkafein, berolkohol, dan menghisap

rokok pada saat menjelang tidur.

5. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi

karbohidrat kompleks seperti roti, krekles

6. Anjurkan klien untuk menghindari

makanan dengan berbumbu menyengat,

karbohidrat sederhana (gula, sirup),

makanan berpengawet (makanan kaleng,

MSG), keju, coklat, sayur bayam dan tomat

menjelang tidur.

1. Meningkatkan kemampuan untuk tidur

2. Sentuhan terapeutik sangat membantu

teruatama pada klien dengan stress dan

emosi serta fisik yang bisa

mempengaruhi tidur

3. Asam amino triptophan membantu

mengeluarkan serotonin sehingga

memudahkan tidur. Fungsi magnesium

adalah merelaksasikan otot sedangkan

kalsium derdampak “calming effect”

yang menenangkan pikiran

4. Dapat mamicu insomnia, kafein dapat

meningkatkan kerja jantung sehingga

mengganggu proses tidur.

5. Zat gizi tersebut dapat memacu

pengeluaran serotonin yaitu suatu

neurotransmitter yang merangsang

kantuk.

6. Gula dan sirup bersifat meningkatkan

gula darah sehingga akan mengganggu

tidur. MSG memunculkan reaksi

stimulan sedangkan keju, coklat dan

sayur bayam serta tomat mengandung

piramin yang merangsang keluarnya

norepineprine.

Page 17: Laporan Pendahuluan reumathoid

Diagnosa keperawatan 4

Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis,dan kebutuhan pengobatan berhubungan

dengan kurangnya informasi, kesalahan interpretasi, informasi ditandai dengan pasien

meminta informasi, kesalahan konsep, tidak tepat mengikuti instruksi/terjadinya komplikasi

dapat dicegah

Tujuan /kriteria hasil :

Pasien akan menunjukkan pemahaman tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan

pengobatan, mengembangkan rencana perawatan diri, memodifikasi gaya hidup yang

konsisten dengan mobilitas/ pembatasan aktivitas.

Intervensi keperawatan Rasional

1. Kaji pengetahuan klien tentang

panyakit, prognosis dan harapan masa

yang akan datang.

2. Diskusikan kebiasaan pasien dalam

penatalaksanaan proses sakit melalui

diet, obat-obatan, latihan dan istirahat

3. Bantu dalam merencanakan jadwal

aktivitas terintegrasi yang realistis,

istirahat, manajemen stres

4. Tekankan pentingnya melanjutkan

manajemen farmakologis

5. Rekomendasikan penggunaan aspirin.

6. Tinjau pentingnya diet yang seimbang

dengan makan makanan yang banyak

mengandung vitamin, protein dan zat

besi.

7. Anjurkan pasien obesitas untuk

menurunkan berat badan dan berikan

informasi penurunan berat badan sesuai

kebutuhan.

1. Memberikan pengetahuan dimana pasien

dapat membuat pilihan berdasarkan

informasi.

2. Tujuan kontrol penyakit untuk menekan

inflamasi

3. Untuk mengurangui terjadinya/

bertambahnya nyeri akibat stres yang

meningkat.

4. Keuntungan dari terapi obat-obatan

bergantung dari ketepatan dosis

5. Untuk meminimalkan iritasi pada gaster,

mengurangi resiko perdarahan.

6. Meningkatkan perasaan sehat dan perbaikan

degenerasi jaringan

7. Penurunan berat badan akan mengurangi

nyeri, terutama pinggul, lutut, pergelangan

kaki, telapak kaki.

Page 18: Laporan Pendahuluan reumathoid

DAFTAR PUSTAKA

Charles J Reeves. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta: EGC

Hidayat, A. A. A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Lemone & Burke, 2001. Medical Surgical Nursing; Critical Thinking in Client Care, Third Edition. California : Addison Wesley Nursing

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Aajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. Cet.1. Jakarta : EGC

Prince S.A. & Wilson L.M. 1995..Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Buku 2Edisi 4. Jakarta: EGC

Smeltzer S.C. & Bare B.G. 2001, Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah Brunner & SuddarthEdisi 8 Volume 3. Jakarta: EGC

Sutikno, Adelia. 2011. Libas Rematik dan Nyeri Otot Dari Hidup Anda. Yogyakarta: BriliantBooks