Download - Laporan Pendahuluan reumathoid
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rematik adalah penyakit yang menyerang sendi dan tulang atau jaringan penunjang
sekitar sendi. Golongan penyakit ini merupakan penyakit Autoimun yang banyak diderita
oleh kaum lanjut usia (usia 50 tahun ke atas). Penyakit ini lebih sering terjadi pada
perempuan dan biasanya menyerang orang yang berusia lebih dari 40 tahun (Arif Muttaqin,
2008). Rematik terutama menyerang Sendi-sendi, tulang, ligamentum, tendon dan
persendian pada laki-laki maupun perempuan dengan segala usia.
Dampak dari keadaan ini dapat mengancam jiwa penderitanya atau hanya
menimbulkan gangguan kenyamanan, dan masalah yang disebabkan oleh penyakit rematik
tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas hingga terjadi hal yang
paling ditakuti yaitu menimbulkan kecacatan seperti kelumpuhan dan gangguan aktivitas
hidup sehari-hari tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas tetapi dapat menimbulkan
kegagalan organ dan kematian atau mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan
mudah lelah, perubahan citra diri serta resiko tinggi terjadi cidera.
Angka kejadian rematik pada tahun 2008 yang dilaporkan oleh Organisasi Kesehatan
Dunia WHO adalah mencapai 20% dari penduduk dunia yang telah terserang rematik,
dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% adalah mereka yang berusia
55 tahun. Berdasarkan hasil penelitian terakhir dari Zeng QY et al 2008, prevalensi nyeri
rematik di Indonesia mencapai 23,6% hingga 31,3%, angka ini menunjukkan bahwa nyeri
akibat rematik sudah sangat mengganggu aktivitas masyarakat Indonesia.
Menurut American College of Rheumatology, perawatan untuk rematik dapat meliputi
terapi farmakologis, terapi non-farmakologis, dan tindakan bedah. Pada tahun 2008, dua
pakar Rehabilitasi Medik dari RSCM FKUI, Prof.DR. dr. Angela B.M Tulaar SpRM dan dr.
Siti Annisa Nuhonni SpRM menciptakan senam rematik yang berfungsi sebagai modal yang
akan melengkapi terapi penyakit rematik.
Secara umum, gerakan-gerakan senam rematik dimaksudkan untuk meningkatkan
kemampuan gerak, fungsi, kekuatan, dan daya tahan otot, kapasitas aerobik, keseimbangan,
biomekanik sendi, dan rasa posisi sendi. “Untuk mencapai hasil yang maksimal, senam
rematik baiknya dilakukan tiga hingga lima kali dalam seminggu, namun harus dipastikan
bahwa dalam melakukan senam rematik ini, penderita harus berada dalam pengawasan
dokter agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan,” jelas dr. Siti Annisa Nuhoni
SpRM.
Dengan kombinasi pengobatan dan senam rematik yang tepat, diharapkan radang
persendian dan rasa sakit akibat penyakit rematik dapat berkurang serta penderita dapat
menjalani aktivitasnya sehari-hari yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup
mereka. Lebih dari itu, dengan pengetahuan dan kesadaran yang mendalam mengenai
penyakit rematik, diharapkan masyarakat dapat lebih cepat dalam bertindak mengatasi
penyakit ini sehingga prevalensi penyakit rematik di Indonesia dapat berkurang.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapkan pasien lansia dapat mengenal dan
mengetahui tentang rematik
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 kali pertemuan di harapkan pasien
lansia dapat :
a. Mengetahui tentang pengertian rematik
b. Mengetahui tanda dan gejala rematik
c. Mengetahui penyebab rematik dan proses terjadinya rematik
d. Mengetahui tentang pencegahan rematik
e. Mengetahui perawatan dan pengobatan rematik
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses
inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001).
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi
utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh
organ tubuh (Hidayat, 2006).
Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan kemerahan
pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011)
Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa osteoartritis atau
rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana terjadi kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat dan berhubungan dnegan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan
dan sendi besar yang menanggung beban. Secara klinis osteoartritis ditandai dengan nyeri,
deformitas, pembesaran sendi dan hambatan gerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar.
Seringkali berhubungan dengan trauma maupun mikrotrauma yang berulang-ulang, obesitas,
stress oleh beban tubuh dan penyakit-penyakit sendi lainnya.
B. Penyebab
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko yang
diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;
1. Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah yang
terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan saja.
Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan eprubahan pada
osteoartritis.
2. Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan,
dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki dan
wanita, tetapi diats usia 50 tahun (setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak
pada wanita daripada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis
osteoartritis.
3. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku bangsa. Hal ini
mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada frekuensi
kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.
4. Genetik
Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks
histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan AR seropositif.
Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko relative 4 : 1 untuk menderita penyakit ini.
5. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak hanya
berkaitan dengan oateoartritis pada sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi juga
dnegan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu disamping
faktor mekanis yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat
faktor lain (metabolit) yang berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.
6. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan
dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang sering menimbulkan
cedera sendi yang berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.
7. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya
oateoartritis paha pada usia muda.
8. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya
osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak
membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi.
Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.
C. Jenis Reumatik
Ada beberapa jenis reumatik yaitu (Adelia,2011):
a. Reumatik Sendi ( Artikuler )
Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik sendi (reumatik
artikuler). Penyakit ini ada beberapa macam yang paling sering ditemukan yaitu:
1) Artritis Reumatoid
Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan menahun yang tersebar
diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan sendi dan berbagai organ di luar persendian.
Peradangan kronis dipersendian menyebabkan kerusakan struktur sendi yang
terkena.Peradangan sendi biasanya mengenai beberapa persendian sekaligus.
Peradangan terjadi akibat proses sinovitis (radang selaput sendi) serta pembentukan
pannus yang mengakibatkan kerusakan pada rawan sendi dan tulang di sekitarnya,
terutama di persendian tangan dan kaki yang sifatnya simetris (terjadi pada kedua sisi).
Penyebab Artritis Rematoid belum diketahui dengan pasti. Ada yang mengatakan
karena mikoplasma, virus, dan sebagainya. Namun semuanya belum terbukti. Berbagai
faktor termasuk kecenderungan genetik, bisa mempengaruhi reaksi autoimun. Bahkan
beberapa kasus Artritis Rematoid telah ditemukan berhubungan dengan keadaan stres
yang berat, seperti tiba-tiba kehilangan suami atau istri, kehilangan satu¬-satunya anak
yang disayangi, hancurnya perusahaan yang dimiliknya dan sebagainya. Peradangan
kronis membran sinovial mengalami pembesaran (Hipertrofi) dan menebal sehingga
terjadi hambatan aliran darah yang menyebabkan kematian (nekrosis) sel dan respon
peradanganpun berlanjut. Sinovial yang menebal kemudian dilapisi oleh jaringan
granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar keseluruh sendi sehingga semakin
merangsang peradangan dan pembentukan jaringan parut. Proses ini secara perlahan
akan merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas (kelainan bentuk).
2) Osteoatritis
Merupakan sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan penyebab yang
belum diketahui, namun mengakibatkan kelainan biologis, morfologis, dan keluaran
klinis yang sama.Proses penyakitnya berawal dari masalah rawan sendi (kartilago),
dan akhirnya mengenai seluruh persendian termasuk tulang subkondrial, ligamentum,
kapsul dan jaringan sinovial, serta jaringan ikat sekitar persendian (periartikular). Pada
stadium lanjut, rawan sendi mengalami kerusakan yang ditandai dengan adanya
fibrilasi, fisura, dan ulserasi yang dalam pada permukaan sendi. Etiologi penyakit ini
tidak diketahui dengan pasti.
Ada beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini,
yaitu: Usia lebih dari 40 tahun, Jenis kelamin wanita lebih sering, Suku bangsa,
genetik, kegemukan dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan, dan olah raga,
kelainan pertumbuhan, kepadatan tulang, dan lain-lain.
3) Atritis Gout
Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat darah (hiperurisemia) .
Reumatik gout merupakan jenis penyakit yang pengobatannya mudah dan efektif.
Namun bila diabaikan, gout juga dapat menyebabkan kerusakan sendi. Penyakit ini
timbul akibat kristal monosodium urat di persendian meningkat. Timbunan kristal ini
menimbulkan peradangan jaringan yang memicu timbulnya reumatik gout akut. Pada
penyakit gout primer, 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik).
Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetic dan faktor hormonal yang
menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya
produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam
urat dari tubuh. Penyakit gout sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya
produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan dengan kadar purin
yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organik yang menyusun asam
nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok asam amino, unsur
pembentuk protein. Produksi asam urat meningkat juga bisa karena penyakit darah
(penyakit sumsum tulang, polisitemia), obat-obatan (alkohol, obat-obat kanker,
vitamin B12). Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan), penyakit kulit
(psoriasis), kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol
dengan baik biasanya terdapat kadar benda-benda keton (hasil buangan metabolisme
lemak) yang meninggi. Benda-benda keton yang meninggi akan menyebabkan asam
urat juga ikut meninggi.
b. Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler)
Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan lunak di luar sendi
(soft tissue rheumatism) sehingga disebut juga reumatik luar sendi (ekstra artikuler
rheumatism). Jenis – jenis reumatik yang sering ditemukan yaitu:
1) Fibrosis
Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang tubuh dan anggota
gerak. Fibrosis lebih sering ditemukan oleh perempuan usia lanjut, penyebabnya
adalah faktor kejiwaan.
2) Tendonitis dan tenosivitis
Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang menimbulkan nyeri lokal di
tempat perlekatannya. Tenosivitis adalah peradangan pada sarung pembungkus
tendon.
3) Entesopati
Ensetis adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada tulang. Entesis
ini dapat mengalami peradangan yang disebut entesopati. Kejadian ini bisa timbul
akibat menggunakan lengannya secara berlebihan, degenerasi, atau radang sendi.
4) Bursitis
Bursitis adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan tendon atau
otot ke tulang. Peradangan bursa juga bisa disebabkan oleh reumatik gout dan
pseudogout.
5) Back Pain
Penyebabnya belum diketahui, tetapi berhubungan dengan proses degenerarif
diskus intervertebralis, bertambahnya usia dan pekerjaan fisik yang berat, atau sikap
postur tubuh yang salah sewaktu berjalan, berdiri maupun duduk. Penyebab lainnya
bisa akibat proses peradangan sendi, tumor, kelainan metabolik dan fraktur.
6) Nyeri pinggang
Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua orang pernah
mengalaminya. Nyeri terdapat kedaerah pinggang kebawah (lumbosakral dan
sakroiliaka) Yng dapat menjalar ke tungkai dan kaki.
7) Frozen shoulder syndrome
Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah persendian di pangkal lengan atas
yang bisa menjalar ke lengan atas bagian depan, lengan bawah dan belikat, terutama
bila lengan diangkat keatas atau digerakkan kesamping. Akibat pergerakan sendi bahu
menjadi terbatas.
D. Manifestasi klinik
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena, etrutama
waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian
timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan
sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi
terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul belakangan, mungkin
dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang
merata dan warna kemerahan, antara lain;
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan
sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang
menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.
2. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan
bertambahnya rasa nyeri.
3. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk dari
kursi, atau setelah bangun dari tidur.
4. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadqang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
5. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang
paling sering) secara perlahan-lahan membesar.
6. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul
berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain
merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).
E. Patofisioligi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,
eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi
menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi
membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub
chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi
kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan
kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa
atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan
ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi
dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya
serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan
pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai faktor
rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes serologi
- Sedimentasi eritrosit meningkat
- Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
- Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Pemerikasaan radiologi
Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosit. Kelanjutan penyakit: ruang
sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis.
3. Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari sendi dikultur
dan bisa diperiksa secara makroskopik.
G. Penatalaksanaan/ Perawatan Osteoartritis
1. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simtomatik. Obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai analgesik dan mengurangi
peradangan, tidak mampu menghentikan proses patologis. Pengobatan ini dibagi atas
beberapa kelompok antara lain :
a Golongan obat simtomatik. Simple analgesic (paracetamol, aminopirin); anti inflamasi
nonsteroid (indomestin, fenil butazon, sodium diklofenak); anti inflamasi golongan
steroid (prednison).
b Golongan obat yang mempengaruhi perjalanan penyakitnya (obat-obat remitif/ remitive
agent : Immuno suppresant; obat sitostatika; alkylating agent; chelating agent; anti
malaria; antelmintik.
2. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.
3. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
4. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
5. Dukungan psikososial
6. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat.
Pengobatan ini memegang peranan yang tidak kalah pentingnya dengan pengobatan
medikamentosa. Disini pencegahan terhadap cacat yang lebih lanjut dan pencegahan
kecacatan dan bila sudah terjadi cacat, dicoba dilakukan rehabilitasi bila masih
memungkinkan. Sebaiknya dimulai fisioterapi segera setelah sendi mulai berkurang
sakitnya atau sudah minimal. Bila tidak juga berhasil, mungkin diperlukan pertimbangan
untuk tindakan operatif.
7. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan
8. Diet rendah purin
Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan asam urat dan
menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan mempertahankannya dalam batas
normal. Bahan makanan yang boleh dan yang tidak boleh diberikan pada penderita
osteoartritis:
Golongan bahan
makananMakanan yang boleh diberikan
Makanan yang tidak boleh
diberikan
Karbohidrat
Protein hewani
Protein nabati
Lemak
Sayuran
Buah-buahan
Minuman
Bumbu, dll
Semua
Daging atau ayam, ikan tongkol,
bandeng 50 gr/hari, telur, susu,
keju
Kacang-kacangan kering 25 gr
atau tahu, tempe, oncom
Minyak dalam jumlah terbatas.
Semua sayuran sekehendak
kecuali: asparagus, kacang polong,
kacang buncis, kembang kol,
bayam, jamur maksimum 50 gr
sehari
Semua macam buah
Teh, kopi, minuman yang
mengandung soda
Semua macam bumbu
--
Sardin, kerang, jantung, hati, usus,
limpa, paru-paru, otak, ekstrak
daging/ kaldu, bebek, angsa,
burung.
--
--
Asparagus, kacang polong, kacang
buncis, kembang kol, bayam, jamur
maksimum 50 gr sehari
--
Alkohol
Ragi
H. Proses Keperawatan
Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
- Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
- Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien mengetahui
dan merasakan adanya perubahan pada sendi.
2. Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna
kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
- Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
- Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi),krepitasi, atrofi, tonus yang
berkurang, dan nyeri saat sendi digerakkan.
- Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
- Ukur kekuatan otot
- Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
3. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi
pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya
kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah.
Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body
image dan harga diri klien.
I. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tanda dan gejala yang dialami oleh pasien dengan artritis ditambah dengan
adanya data dari pemeriksaan diagnostik, maka diagnosa keperawatan yang sering muncul
yaitu:
Diagnosa 1
Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi,
dekstruksi sendi ditandai dengan adanya keluhan nyeri, ketidaknyamanan, kelelahan,
nerfokus pada diri sendiri/penyempitan fokus, perilaku distraksi/respon autonomik, perilaku
yang bersifat hati-hati dan melindungi diri.
Tujuan /kriteria hasil :
Nyeri hilang atau terkontrol dengan kriteria :
Pasien terlihat rileks, dapat tidur/istirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas yang sesuai
Mengikuti program yang telah dianjurkan
Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan dalam kontrol program
nyeri.
Intervensi keperawatan Rasional
Mandiri
1. Kaji keluhan nyeri, lokasi, intensitas (skala
1-10). Catat faktor-faktor yang
memperberat sakit
2. Ajarkan pasien mengambil posisi yang
nyaman pada waktu tidur atau duduk di
kursi. Tingkatkan istirahat
3. Anjurkan pasien untuk sering merubah
posisi dan hindari gerakan yang menyentak
4. Anjurkan pasien mandi air hangat pada
waktu bangun dan mengompres sendi yang
sakit beberapa kali sehari
5. Anjurkan massage yang lembut
6. Anjurkan mengkonsumsi obat tradisional
Kolaborasi
1) Kolaborasi/rujuk pasien mendapatkan obat-
obatan yang sesuai petunjuk, misalnya:
asetil salisilat, NSAID.
1. Membantu dalam menentukan
manajemen nyeri dan mengevaluasi
keefektifan program
2. Untuk membatiasi nyeri dan cedera
sendi
3. Untuk mencegah terjadinya nyeri dan
kekakuan
4. Panas meningkatkan relaksasi otot dan
mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
kekakuan pada pagi hari
5. Meningkatkan relaksasi /mengurangi
ketegangan otot
6. Membantu klien untuk menentukan
tindakan alternatif yang tepat untuk
mengatasi nyeri
1) Sebagai anti inflamasi dan efek
analgesik untuk mengurangi kekakuan
dan meningkatkan mobilitas.
Diagnosa 2
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri, ketidaknyamanan,
penurunan kekuatan otot, ditandai dengan keengganan untuk bergerak, membatasi rentang,
ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan otot/ kontrol dan massa.
Tujuan /kriteria hasil :
Pasien akan mempertahankan fungsi posisi dengan tidak adanya pembatasan, tidak terjadi
kontraktur, pasien dapabm,endemonstrasikan tehnik perilaku yang memungkinkan untuk
melakukan aktivitas.
Intervensi keperawatan Rasional
1. Kaji tingkat gangguan mobilitas
2. Pertahankan istirahat/tirah baring, duduk.
Jadwalkan aktivitas untuk memberikan
periode istirahat dan tidur malam yang
tidak terganggu
3. Bantu dengan rentang gerak aktif adan
pasif, latihan resistif dan isometrik jika
memungkinkan.
4. Ubah posisi dengan sering
5. Gunakan bantal kecil dan tipis dibawah
6. Dorong pasien mempertahankan posisi
tegak dan duduk tinggi, berdiri, berjalan
7. Berikan lingkungan yang nyaman
misalnya: menaikkan kursi
8. Anjurkan pada keluarga untuk
memodifikasi lingkungan rumah
1. Menentukan intervensi yang tepat
2. Istirahat sistemik dianjurkan untuk
mencegah kelelahan, mempertahankan
kekuatan.
3. Mempertahankan dan meningkatkan
fungsi sendi.
4. Menghilangkan tekanan pada jaringan
dan meningkatkan sirkulasi
5. Mencegah leher fleksi
6. Memaksimalkan fungsi sendi,
mempertahankan mobilitas
7. Menghindari cedera akibat
kecelakaan/jatuh
8. Menghindari cedera akinat kecelakaan/
jatuh.
Diagnosa keperawatan 3
Gangguan kebutuhan tidur berhubungan dengan perubahan siklus tidur ditandai dengan sulit
tidur dimalam hari dan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat tertidur, tidur pada siang
hari selama ± 2 jam untuk mengganti tidur yang kurang dimalam hari.
Tujuan/kriteria hasil :
Gangguan tidur dapat diminimalkan dengan kriteria hasil :
Tetap istirahat selama masih diperlukan
Kuantitas tidur bertambah adekuat
Intervensi keperawatan Rasional
Mandiri
1. Modifikasi lingkungan misalnya mengatur
suhu ruangan, menciptakan lingbkungan
yang tenang, mematikan lampu yang tidak
perlu.
2. Ajarkan keluarga untuk memberikan
tindakan kenyamanan seperti gosokan
punggung, pijatan ringan
3. Ajarkan klien mengkonsumsi makanan
yang mengandung magnesium, asam
amino triptophan, dan kalsium
4. Ajarkan klien untuk menghindari minuman
yang berkafein, berolkohol, dan menghisap
rokok pada saat menjelang tidur.
5. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi
karbohidrat kompleks seperti roti, krekles
6. Anjurkan klien untuk menghindari
makanan dengan berbumbu menyengat,
karbohidrat sederhana (gula, sirup),
makanan berpengawet (makanan kaleng,
MSG), keju, coklat, sayur bayam dan tomat
menjelang tidur.
1. Meningkatkan kemampuan untuk tidur
2. Sentuhan terapeutik sangat membantu
teruatama pada klien dengan stress dan
emosi serta fisik yang bisa
mempengaruhi tidur
3. Asam amino triptophan membantu
mengeluarkan serotonin sehingga
memudahkan tidur. Fungsi magnesium
adalah merelaksasikan otot sedangkan
kalsium derdampak “calming effect”
yang menenangkan pikiran
4. Dapat mamicu insomnia, kafein dapat
meningkatkan kerja jantung sehingga
mengganggu proses tidur.
5. Zat gizi tersebut dapat memacu
pengeluaran serotonin yaitu suatu
neurotransmitter yang merangsang
kantuk.
6. Gula dan sirup bersifat meningkatkan
gula darah sehingga akan mengganggu
tidur. MSG memunculkan reaksi
stimulan sedangkan keju, coklat dan
sayur bayam serta tomat mengandung
piramin yang merangsang keluarnya
norepineprine.
Diagnosa keperawatan 4
Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis,dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi, kesalahan interpretasi, informasi ditandai dengan pasien
meminta informasi, kesalahan konsep, tidak tepat mengikuti instruksi/terjadinya komplikasi
dapat dicegah
Tujuan /kriteria hasil :
Pasien akan menunjukkan pemahaman tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan, mengembangkan rencana perawatan diri, memodifikasi gaya hidup yang
konsisten dengan mobilitas/ pembatasan aktivitas.
Intervensi keperawatan Rasional
1. Kaji pengetahuan klien tentang
panyakit, prognosis dan harapan masa
yang akan datang.
2. Diskusikan kebiasaan pasien dalam
penatalaksanaan proses sakit melalui
diet, obat-obatan, latihan dan istirahat
3. Bantu dalam merencanakan jadwal
aktivitas terintegrasi yang realistis,
istirahat, manajemen stres
4. Tekankan pentingnya melanjutkan
manajemen farmakologis
5. Rekomendasikan penggunaan aspirin.
6. Tinjau pentingnya diet yang seimbang
dengan makan makanan yang banyak
mengandung vitamin, protein dan zat
besi.
7. Anjurkan pasien obesitas untuk
menurunkan berat badan dan berikan
informasi penurunan berat badan sesuai
kebutuhan.
1. Memberikan pengetahuan dimana pasien
dapat membuat pilihan berdasarkan
informasi.
2. Tujuan kontrol penyakit untuk menekan
inflamasi
3. Untuk mengurangui terjadinya/
bertambahnya nyeri akibat stres yang
meningkat.
4. Keuntungan dari terapi obat-obatan
bergantung dari ketepatan dosis
5. Untuk meminimalkan iritasi pada gaster,
mengurangi resiko perdarahan.
6. Meningkatkan perasaan sehat dan perbaikan
degenerasi jaringan
7. Penurunan berat badan akan mengurangi
nyeri, terutama pinggul, lutut, pergelangan
kaki, telapak kaki.
DAFTAR PUSTAKA
Charles J Reeves. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta: EGC
Hidayat, A. A. A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Lemone & Burke, 2001. Medical Surgical Nursing; Critical Thinking in Client Care, Third Edition. California : Addison Wesley Nursing
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Aajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. Cet.1. Jakarta : EGC
Prince S.A. & Wilson L.M. 1995..Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Buku 2Edisi 4. Jakarta: EGC
Smeltzer S.C. & Bare B.G. 2001, Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah Brunner & SuddarthEdisi 8 Volume 3. Jakarta: EGC
Sutikno, Adelia. 2011. Libas Rematik dan Nyeri Otot Dari Hidup Anda. Yogyakarta: BriliantBooks