laporan pendahuluan kerusakan interaksi sosial

26
LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI A. Tinjauan Teori 1. Pengertian Isolasi sosial merupakan suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa dia kehilangan hubungan akrab dan ditak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengamatan dengan orang lain (Balitbang, 2007 ). 2. Rentang Respon Respon adaptif Respon maladaptif Gambar 1. Rentang respon isolasi sosial. a. Respon Adaptif Menyendiri Otonomi Bekerja sama Merasa sendiri Depedensi curiga Menarik diri Ketergantunga n Manipulasi

Upload: made-andri-antika

Post on 02-Jan-2016

233 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

askep

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Kerusakan Interaksi Sosial

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

A. Tinjauan Teori

1. Pengertian

Isolasi sosial merupakan suatu sikap dimana individu menghindari diri

dari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa dia kehilangan

hubungan akrab dan ditak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan,

pikiran, prestasi, atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan

secara spontan dengan orang lain, yang dimanifestasikan dengan sikap

memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi

pengamatan dengan orang lain (Balitbang, 2007 ).

2. Rentang Respon

Respon adaptif Respon maladaptif

Gambar 1. Rentang respon isolasi sosial.

a. Respon Adaptif

Solitude, merupakan respons yang dilakukan individu untuk merenungkan apa

yang telah terjadi atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam

menentukan rencana – rencana.

Autonomy, merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan

menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan social. Individu mampu

menerapkan diri untuk interdependensi dan pengaturan diri.

Bekerja sama atau mutuality, adanya kemampuan untuk saling bekerja sama

saling memberi dan menerima, antara individu dengan individu lainnya.

Saling ketergantungan atau interdependence, adanya saling ketergantungan

MenyendiriOtonomiBekerja samainterdependan

Merasa sendiriDepedensicuriga

Menarik diriKetergantunganManipulasicuriga

Page 2: Laporan Pendahuluan Kerusakan Interaksi Sosial

antara individu yang satu dengan individu yang lainnya dalam memenuhi

kebutuhan.

Awal Rentang Respon Maladptif

Merasa sendiri atau Loneliness, suatu kepercayaan atas pengalaman

menyakitkan yang disembunyikan, disamarkan, dipertahankan ataupun

diekspresikan dengan cara lain, atau dapat juga didefinisikan sebagai

ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu bila sendiri.

Menarik diri atau With drawal, suatu usaha seseorang untuk menghindari

interaksi dengan orang lain. Seseorang merasa bahwa ia telah dirampas

hubungan intimnya dengan orang lain sehingga ia tidak mempunyai

kesempatan untuk bertukar pikiran, serta menumpahkan perasaannya maupun

masalahnya.

Ketergantungan atau Dependence, seseorang mengalami kegagalan dalam

mengembangkan rasa percaya diri sehingga tidak percaya akan kemampuan

yang ada pada dirinya membuatnya tidak mampu mencapai keinginannya

secara sukses dan akhirnya ketergantungan kepada orang lain.

b. Respon Maladaptif

Manipulation, merupakan gangguan social dimana individu memperlakukan

orang lain sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang

lain dan individu  cenderung beorientasi pada diri sendiri. Tingkah laku

mengontrol digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau frustasi

dan dapat menjadi alat untuk berkuasa pada orang lain. Impulsivity, suatu

sikap dari seseorang yang secara terus menerus mencari kesalahan orang lain.

Narcissim, respon social ditandai dengan individu memiliki tingkah laku

egoisentris, harga diri yang rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan

penghargaan dan mudah marah jika tidak mendapat dukungan dari orang lain

3. Psikopatologi

a. Etiologi

Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah. Harga diri

adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa

seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri

dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri dan

Page 3: Laporan Pendahuluan Kerusakan Interaksi Sosial

kemampuan, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan yang

diekspresikan secara langsung maupun tak langsung.

- Faktor Predisposisi

1)      Faktor tumbuh kembang

Pada masa tumbuh kembang seorang individu, ada perkembangan tugas yang

harus terpenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Tugas

perkembangan ini pada masing-masing tahap tumbuh kembang mempunyai

spesifikasi sendiri-sendiri. Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak

terpenuhi, misalnya pada fase oral dimana tugas dalam membentuk rasa

saling percaya tidak terpenuhi, akan menghambat fase perkembangan

selanjutnya.

2)      Faktor komunikasi keluarga

Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung untuk

terjadinya gangguan dalam hubungan sosial atau isolasi sosial. Dalam teori

ini termasuk komunikasi yang tidak jelas (double blind) dimana seorang

anggota keluarga menerima pesan yang sering bertentanggan dalam waktu

bersamaan ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga untuk berhubungan di

luar lingkungan keluarga (pingit).

3)      Faktor sosial budaya

Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan satu

faktor pendukung untuk terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini

disebabkan oleh norma yang dianut oleh keluarga yang salah, dimana setiap

anggota keluarga yang tidak produktif diasingkan dari orang lain (lingkungan

sosial). Misalnya pada usia lanjut, penyakit kronis dan penyandang cacat.

Tidak nyata harapan dalam hubungan sosial dengan orang lain merupakan

faktor pendukung terjadinya gangguan hubungan sosial.

4)      Faktor biologi

Faktor keturunan juga merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan

dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang jelas mengalami perubahan adalah

otak misalnya : pada pasien schizofrenia terdapat abnormal dari organ

tersebut adalah atropi otak, menurunkan berat otak secara dramatis,

Page 4: Laporan Pendahuluan Kerusakan Interaksi Sosial

perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbik dan daerah kortikol

(Keliat, 1994) 

- Faktor Presipitasi

1) Faktor perkembangan

Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan akan mencetuskan

seorang sehingga mempunyai masalah respon sosial maladaptif. Sistem

keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan respon maladaptif.

Beberapa orang percaya bahwa individu yang mempunyai masalah ini adalah

orang yang tidak berhasil memisahkan dirinya dari  orang tua. Norma

keluarga mungkin tidak mendukung hubungan keluarga dengan pihak lain di

luar keluarga. Peran keluarga sering kali tidak jelas. Orang tua pecandu

Alkohol dan penganiaya anak juga dapat mempengaruhi seseorang berespon

sosial maladaptif. Organisasi anggota keluarga bekerjasama dengan tenaga

profesional untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang

hubungan antara kelainan jiwa dengan stres keluarga. Pendekatan kolaboratif

sewajarnya mengurangi menyalahkan keluarga oleh tenaga profesional.  

2)      Faktor Biologi

Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif.

3)      Faktor Sosial-kultural

Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini akibat dari

norma yang tidak mendukung pendekatan orang lain, atau tidak menghargai

anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan

berpenyakit kronis. Isolasi dapat terjadi karena menghadapi norma, perilaku

dan sistem nilai yang berbeda dari kelompok budaya mayoritas. Harapan

yang tidak realistik terhadap hubungan merupakan faktor yang berkaitan

dengan gangguan ini.

b. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala klien isolasi sosial yaitu:

- Kurang spontan.

- Apatis (acuh terhadap lingkungan)

- Ekspresi wajah kurang berseri.

- Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri.

Page 5: Laporan Pendahuluan Kerusakan Interaksi Sosial

- Tidak ada atau kurang komunikasi verbal

- Mengisolasi diri

- Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya

- Asupan makanan dan minuman terganggu.

- Retensi urine dan feses.

- Aktivitas menurun.

- Kurang energi atau tenaga.

- Rendah diri.

- Postur tubuh berubah.

c. Mekanisme koping.

Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha untuk mengatasi

kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya.

Mekanisme koping yang sering digunakan pada klien menarik diri adalah

regresi, represi, dan isolasi.  Regresi yaitu menghadapi stress dengan perilaku,

perasaan dan cara berfikir mundur kembali ke ciri tahap perkembangan

sebelumnya.  Represi yaitu pengesampingan secara tidak sadar tentang

pikiran atau memori yang menyatkan atau bertentangan dengan

kesadaran.  Isolasi yaitu memisahkan atau mengeluarkan dari komponen

perasaan tentang pikiran, kenangan atau pengalaman tertentu.

4. Penatalaksanaan

a. Psikofarmakologi

Antipsikosis atau neuroleptik bermanfaat pada terapi psikosis akut dan

kronik.Kegunaannya pada psikoneuresis dan penyakit psikosomatik belum

jelas. Ciriterpenting obat neuroleptik ialah:

 1) Berefek antipsikosis, yaitu berguna mengatasi agresivitas,

hiperaktivitas, danlabilitas emosional pada pasien psikosis. Efek ini tidak

berhubunganlangsung dengan efek sedatif 

2) Dosis besar tidak menyebabkan koma yang dalam atau anestesia

3) Dapat meninmbulkan gejala ekstrapiramidal yang reversibel atau

ireversibel

4) Tidak ada kecenderungan untuk menimbulkan ketergantunagan psikis dan

fisik.

Page 6: Laporan Pendahuluan Kerusakan Interaksi Sosial

b. Non psikofarmakologi

Terapi Psikososial

Terapi psikososial pada umumnya lebih efektif diberikan pada saat

penderita berada dalam fase perbaikan dibandingkan pada fase. Terapi ini

meliputi terapi perilaku, terapi berorientasi keluarga, terapikelompok, dan

psikoterapi individual

- Terapi perilaku

Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan keterampilansosial

untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi dirisendiri,

latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif didorong

dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yangdiharapkan,

seperti hak istimewa di rumah sakit, dengan demikian frekuensi perilaku

maladaptif atau menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di

masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan. Terapi perilaku

memiliki tiga model pelatihan keterampilan sosial pada penderita skizofrenia.

1) Model keterampilan dasar Model keterampilan dasar sering juga disebut

dengan istilahketerampilan motorik, merupakan model pendekatan

yangmengidentifikasi disfungsi perilaku sosial, kemudian dipilah

menjaditugas-tugas yang lebih sederhana, dipelajari melalui pengulangan,

danelemen-elemen terasebut dikombinasikan menjadi perbendaharaan

fungsional yang lebih lengkap.

2) Model pemecahan masalah sosialModel pemecahan masalah sosial

dilaksanakan melalui modul-modul pembelajaran seperti manajemen

medikasi, manajemen gejala, rekreasi, percakapan dasar, dan pemeliharaan

diri.

3) Cognitive remediation

 Penatalaksaanaan gangguan kognitif pada penderita skizofrenia bertujuan

meningkatkan kapasitas individu untuk mempelajari berbagaivariasi dari

keterampilan sosial dan dapat hidup mandiri.

strategi penatalaksanaan meliputi langsung pada defisit kognitif yang

mendasari dan terapi kognitif perilaku terhadap gejala

psikotik.Penatalaksanaan langsung terhadap defisit kognitif yang

Page 7: Laporan Pendahuluan Kerusakan Interaksi Sosial

mendasarimeliputi pengulangan latihan, modifikasi instruksi berupa

instruksilengkap dengan isyarat dan umpan balik segera selama

latihan.Sedangkan terapi kognitif perilaku terhadap gejala psikotik bertujuan

mengidentifikasikan gejala spesifik dan menggunakan strategi

coping  kognitif untuk mengatasinya. Contohnya seperti strategi

distraksi,reframing, self reinforcement, test realita, atau tantangan secara

verbal.Penderita skizofrenia menggunakan strategi ini untuk menemukan

danmenguji kualitas disfungsi dari keyakinan yang irasional. 

- Terapi berorintasi keluarga

Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkalidipulangkan

dalam keadaan remisi parsial. Keluarga tempat pasienskizofrenia kembali

seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluargayang singkat namun

intensif (setiap hari).

 Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam

terapi

keluargaadalah proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Seringk

ali, anggotakeluarga mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia

untuk melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang

terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat

skizofreniadan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya

Terapi keluarga bertujuan untuk memberikan pengetahuan

mengenaiskizofrenia. Materi yang diberikan berupa pengenalan tanda-

tandakekambuhan secara dini, peranan dari pengobatan, dan antisipasi dari

efek samping pengobatan, dan peran keluarga terhadap penderita

skizofrenia(Sinaga, 2007). Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien

mengerti skizofreniatanpa menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah

penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif

dalam menurunkan relaps. 

Page 8: Laporan Pendahuluan Kerusakan Interaksi Sosial

Didalam penelitian terkontrol, penurunan angka relaps adalahdramatik.

Angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 %dan 5-10 %

dengan terapi keluarga.

- Terapi kelompok

Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan perhatian

padarencana, masalah,dan hubungan dalamkehidupan nyata. 

Kelompok mungkin terorientasisecara perilaku, terorientasi

secara psikodinamika, tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif dalam

menurunkan isolasisosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan

tes realitas

bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif, buk

annya dalam cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi pasien

skizofrenia (Kaplan, 1997).Terapi kelompok meliputi terapi suportif,

terstruktur, dan anggotanya terbatas, umumnya 3-15 orang. Kelebihan terapi

kelompok adalahkesempatan untuk mendapatkan umpan balik segera

dari teman kelompok,dan dapat mengamati respon psikologis, emosional,

dan perilaku penderitaskizofrenia terhadap berbagai sifat orang dan masalah

yang timbul(Sinaga, 2007).

- Psikoterapi individual

Psikoterapi individual yang diberikan pada penderita skizofrenia

bertujuansebagai promosi terhadap kesembuhan penderita atau

mengurangi penderitaan pasien. Psikoterapi ini terdiri dari fase awal yang

difokuskan pada hubungan antara stres dengan gejala, fase menengah difokus

kan pada relaksasi dan kesadaran untuk mengatasi stres kemudian fase lanjut

difokuskan pada inisiatif umum dan keterampilan di masyarakat

denganmempraktekkan apa yang telah dipelajari

Page 9: Laporan Pendahuluan Kerusakan Interaksi Sosial

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Data yang perlu dikaji.

Masalah

keperawatan

Data yang perlu dikaji

Isolasi sosial Data subyektif

- Klien mengatakan malas bergaul dengan orang

lain.

- Klien mengatakan dirinya tidak ingin ditemani

perawat dan meminta untuk sendirian.

- Klien mengatakan tidak mau berbicara dengan

orang lain.

- Tidak mau berkomunikasi.

- Data tentang klien biasanya didapat dari

keluarga yang mengetahui keterbatasan klien.

Data Obyektif

- Kurang spontan.

- Apatis (anti terhadap linglungan)

- Ekspresi wajah kurang berseri.

- Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan

kebersihan diri.

- Tidak ada atau kurang komunikasi verbal.

- Mengisolasi diri.

- Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan

sekitarnya.

- Asupan makanan dan minuman terganggu.

- Retensi urine dan feses.

- Aktivitas menurun.

- Kurang berenergi atau bertenaga.

- Rendah diri.

- Postur tubuh berubah.

Page 10: Laporan Pendahuluan Kerusakan Interaksi Sosial

b. Masalah keperawatan

- Isolasi Sosial: menarik diri.

- Harga Diri Rendah Kronis.

- Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

- Resti mencederai diri, keluarga, dan lingkungan

c. Pohon masalah

Resti mencederai diri, orang lain dan lingkungan

PPS : Halusinasi

Harga Diri Rendah Kronis

Gambar 2 : Pohon Masalah Isolasi Sosial : menarik diri

2. Diagnosa Keperawatan

- Isolasi Sosial : menarik diri

- Harga Diri Rendah Kronis.

- Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

- Resti mencederai diri, keluarga, dan lingkungan

3. Perencanaan

a. Prioritas diagnosa.

Isolasi Sosial : menarik diri

b. Rencana keperawatan

Tujuan Umum: klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak

terjadi halusinasi.

Isolasi Sosial: menarik diri

Page 11: Laporan Pendahuluan Kerusakan Interaksi Sosial

Tujuan Khusus:

1) Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Kriteria evaluasi:

- Klien dapat mengungkapkan perasaan dan keberadaannya secara verbal.

Intervensi:

- Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi

terapeutik.

2) Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.

Kriteria evaluasi:

- Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal dari diri

sendiri, orang lain dan lingkungan.

Intervensi :

- Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.

- Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab

menarik diri atau tidak mau bergaul.

- Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda dan gejala.

- Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaanya.

3) Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan

kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

Kriteria Evaluassi:

- Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.

Intervensi.

- Kaji pengetahuan klien tentang keuntungan dan manfaat bergaul dengan

orang lain.

- Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya tentang

keuntungan berhubungan dengan orang lain.

- Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang

lain.

- Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan

orang lain.

- beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang

kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.

Page 12: Laporan Pendahuluan Kerusakan Interaksi Sosial

- Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan

orang lain.

- Beri reinforsement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan

tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

4) Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.

Kriteria Evaluasi:

- Klien dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

Intervensi.

- Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain.

- Dorong dan ban bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain.

- Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.

- Bantu klien mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang lain.

- Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam

mengisi waktu.

- Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan terapi aktivitas kelompok

sosialisasi.

- Beri reinforcement atas kegiatan klien.

5) Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan

orang lain.

Kriteria Evaluasi:

- Klien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara bertahap.

Intervensi

- Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan

dengan orang lain.

- Diskusikan dengan klien manfaat berhubungan dengan orang lain.

- Beri reinfocement positif.

6) Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga atau

keluarga mampu mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan

dengan orang lain.

Kriteria evaluasi:

- Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang

lain.

Page 13: Laporan Pendahuluan Kerusakan Interaksi Sosial

Intervensi

- BHSP dengan keluarga.

- Diskusikan dengan angota keluarga tentang perilaku menarik diri,

penyebab, dan cara keluarga menghadapi klien.

- Dorong anggota keluaga untuk memberikan dukungan kepada klien

berkomunikasi dengan orang lain.

- Anjurkan angota keluarga secara rutin dan bergantian mengunjungi klien

minimal 1 kali seminggu.

- Beri reinforcemen positif.

4. Implementasi

Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan

keperawatan. Pada situasi nyata, implementasi seringkali jauh berada dengan

rencana. Hal itu terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana

tertulus dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Yang biasa dilakukan

perawat adalah menggunakan rencana tidak tertulis, yaitu apa yang dipikirkan,

dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal itu sangat membahahayakan klien dan

perawat jika tindakan berakibat fatal, dan juga tidak memenuhi aspek legal.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai asfek dari tindakan

keperatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus – menerus pada respons klien

terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi dibagi dua,

yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan

tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan

antara respons klien dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan.

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan S.O.A.P

diantaranya sebagai berikut:

S: resposns subjutif klien terhadap tirhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan. Dapat diukur dengan menanyakan: “bagaimana perasaan bapak

setelah latihan nafas dalam?”

O: respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku klien pada saat

Page 14: Laporan Pendahuluan Kerusakan Interaksi Sosial

tindakan dilaksanakan, atau mananyakan kembali apa yang telah diajarkan

atau member umpan balik sesuai dengan hasil observasi.

A: analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah

masalah masih tetap aatau muncul masalah baru atau ada data yang

kontraindikasi dengan masalah yang ada. Dapat pula membadingkan hasil

dengan tujuan.

P: perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respons klien

yang terdiri dari tindak lanjut klien, dan tidak lanjut oleh perawat.

Rencana tindak lanjut dapat berupa:

1. Rencana diteruskan, jika masalah tidak berubah.

a. Rencana modifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan

tetapi belum memuaskan.

b. Rencana dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang

dengan masalah yang ada serta diagnosa yang lama dibatalkan.

c. Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang

diperlukan adalah memelihara dan mempertahankan kondisi yang baru.

Pada klien dengan kerusakan interaksi sosial: menarik diri, evaluasi

keperawatan yang diharapkan sebagai berikut:

1) Klien dapat membina hubungan saling percaya

2) Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan menarik diri

3) Klien dapat mengenal keuntungan dan kerugian dari menarik diri

4) Klien dapat berhubungan sosial dengan orang lain secara bertahap

5) Klien dapat mengungkapkan perasaannya

Page 15: Laporan Pendahuluan Kerusakan Interaksi Sosial

DAFTAR PUSTAKA

      Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC.

1998

      Budi Anna Keliat. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri.

Jakarta : FIK UI. 1999

      Townsed, Mary C. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan

Psikiatri:pedoman untuk pembuatan rencana keperawatan. Edisi

ketiga. Alih Bahasa: Novi Helera C.D. Jakarta. EGC.

Jakarta1998.

      Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999

http://askep45kesehatan.blogspot.com/2011/11/lp-kerusakan-interaksi-

sosial.html

Page 16: Laporan Pendahuluan Kerusakan Interaksi Sosial

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN PERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG

ARIMBI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI BALI DI BANGLI

NAMA : GUSTI NGURAH ARDY WIGUNA

NIM : 13.901.0001

PROGRAM PROFESI NERS

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

2013

Page 17: Laporan Pendahuluan Kerusakan Interaksi Sosial

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN PERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI

RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI BALI DI BANGLI

NAMA : NI PUTU PUJAYANTI

NIM : 13.901.0018

Page 18: Laporan Pendahuluan Kerusakan Interaksi Sosial

PROGRAM PROFESI NERS

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

2013