laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantung

19
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GAGAL JANTUNG A. PENGERTIAN Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan.(Price Sylvia A. 1994) Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologik berupa kelainan fungsi jantung sehingga tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan kemampuannya ada kalau disertai peninggian volume diastolic secara abnormal.(Mansjoer, 1999 Jilid I). Gagal jantung (dikenal juga sebagai insufisiensi krodiak) adalah keadaan dimana jantung sudah tidak mampu lagi memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. (C. Long, 1996 Vol.). Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologik adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisiann ventrikel kiri. (Noer, 1996). B. ETIOLOGI

Upload: yohanes-meor

Post on 18-Aug-2015

16 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantung

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GAGAL JANTUNG

A. PENGERTIAN

Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak

mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan.(Price Sylvia A. 1994)

Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologik berupa kelainan fungsi jantung

sehingga tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme

jaringan dan kemampuannya ada kalau disertai peninggian volume diastolic secara

abnormal.(Mansjoer, 1999 Jilid I).

Gagal jantung (dikenal juga sebagai insufisiensi krodiak) adalah keadaan dimana

jantung sudah tidak mampu lagi memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

(C. Long, 1996 Vol.).

Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologik adanya kelainan fungsi jantung

berakibat jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme

jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisiann

ventrikel kiri. (Noer, 1996).

B. ETIOLOGI

Penyebab gagal jantung mencakup apapun yang menyebabkan peningkatan

volume plasma sampai derajat tertentu sehingga volume diastolic akhir meregangkan

serat-serat ventrikel melebihi panjang optimumnya. Penyebab tersering adalah cedera

pada jantung itu sendiri yang memulai siklus kegagalan dengan mengurangi kekuatan

kontraksi jantung. Akibat buruk dari menurunnya kontraktilitas, mulai terjadi akumulasi

volume darah  di ventrikel. Penyebab gagal jantung yang terdapat di jantung antara lain :

Terjadinya gagal jantung dapat disebabkan :

1. Disfungsi miokard (kegagalan miokardial)

2. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (systolic overload)

Page 2: Laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantung

Beban sistolik yang berlebihan diluar kemampuan ventrikel (systolic overload)

menyebabkan hambatan pada pengosongan ventrikel sehingga menurunkan curah

ventrikel atau isi sekuncup.

3. Beban volume berlebihan-pembebanan diastolic (diastolic overload)

Preload yang berlebihan dan melampaui kapasitas ventrikel (diastolic overload)

akan menyebabkan volum dan tekanan pada akhir diastolic dalam ventrikel

meninggi. Prinsip Frank Starling ; curah jantung mula-mula akan meningkat

sesuai dengan besarnya regangan otot jantung, tetapi bila beban terus bertambah

sampai melampaui batas tertentu, maka curah jantung justru akan menurun

kembali.

4. Peningkatan kebutuhan metabolic-peningkatan kebutuhan yang berlebihan

(demand overload)

Beban kebutuhan metabolic meningkat melebihi kemampuan daya kerja jantung

di mana jantung sudah bekerja maksimal, maka akan terjadi keadaan gagal

jantung walaupun curah jantung sudah cukup tinggi tetapi tidak mampu untuk

memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh.

5. Gangguan pengisian (hambatan input)

Hambatan pada pengisian ventrikel karena gangguan aliran masuk ke dalam

ventrikel atau pada aliran balik vena/venous return akan menyebabkan

pengeluaran atau output ventrikel berkurang dan curah jantung menurun.

6. Kelainan Otot Jantung

Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,

menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari

penyebab kelainan fungsi otot mencakup arterosklerosis koroner, hipertensi

arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.

7. Aterosklerosis Koroner

Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot

jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark

miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal

jantung.

Page 3: Laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantung

8. Hipertensi Sistemik / Pulmonal

Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertropi

serabut otot jantung.

9. Peradangan dan Penyakit Miokardium

Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak

serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun

10. Penyakit jantung

Penyakit jantung lain seperti stenosis katup semilunar, temponade perikardium,

perikarditis konstruktif, stenosis katup AV.

11. Faktor sistemik

Faktor sistemik seperti hipoksia dan anemia yang memerlukan peningkatan curah

jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia atau anemia juga

dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis dan abnormalitas 

elektrolit juga dapat menurunkan  kontraktilitas jantung.

Semua situasi diatas  dapat menyebabkan gagal jantung kiri atau kanan. Penyebab

C. PATOFISIOLOGI

Kelainan fungsi otot jantung disebabkan oleh aterosklerosis koroner, hipertensi

arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis koroner

mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung.

Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark Miokardium

biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi sistemik/ pulmonal

(peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya

mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat

dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas

jantung. Tetapi untuk alasan tidak jelas, hipertrofi otot jantung tadi tidak dapat berfungsi

secara normal, dan akhrinya terjadi gagal jantung.

Peradangan dan penyakit miokarium degeneratif berhubungan dengan gagal

jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan

kontraktilitas menurun.

Page 4: Laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantung

Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal

ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri murni

sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel berpasangan/ sinkron, maka

kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.

Gagal jantung dapat dimulai dari sisi kiri atau kanan jantung. Sebagai contoh,

hipertensi sitemik yang kronis akan menyebabkan ventrikel kiri mengalami hipertrofi dan

melemah. Hipertensi  paru yang berlangsung lama akan menyebabkan ventrikel kanan

mengalami hipertofi dan melemah. Letak suatu infark miokardium akan menentukan sisi

jantung yang pertama kali terkena setelah terjadi serangan jantung.

Karena ventrikel  kiri yang melemah akan menyebabkan darah kembali ke atrium,

lalu ke sirkulasi paru, ventrikel kanan  dan atrium kanan, maka jelaslah bahwa gagal

jantung kiri akhirnya akan menyebabkan gagal jantung kanan. Pada kenyataanya,

penyebab utama gagal jantung kanan adalah gagal jantung kiri. Karena tidak dipompa

secara optimum keluar dari sisi kanan jantung, maka darah mulai terkumpul di sistem

vena perifer. Hasil akhirnya adalah semakin berkurangnya volume darah dalam sirkulasi 

dan menurunnya tekanan darah serta perburukan siklus gagal jantung.

D. MANIFESTASI KLINIS

1) Peningkatan volume intravaskular (gambaran dominan)

2) Ortopnue yaitu sesak saat berbaring

3) Dipsneu on effort (DOE) yaitu sesak bila melakukan aktifitas

4) Paroxymal noctural dipsneu (PND) yaitu sesak nafas tiba-tiba pada malam hari

disertai batuk

5) Berdebar-debar dan nyeri dada

6) Lekas lelah

7) Batuk-batuk

8) Peningkatan desakan vena pulmonal (edema pulmonal) ditandai oleh batuk dan

sesak nafas.

9) Peningkatan desakan vena sistemik seperti yang terlihat pada edema perifer

umum dan penambahan berat badan.

Page 5: Laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantung

E. PEMERIKSAAN DIGNOSTIK

1.      EKG (elektrokardiogram): untuk mengukur kecepatan dan keteraturan denyut

jantung

EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia san

kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial.

Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah imfark miokard

menunjukkan adanya aneurime ventricular.

2.      Echokardiogram: menggunakan gelombang suara untuk mengetahui ukuran dan

bentuk jantung, serta menilai keadaan ruang jantung dan fungsi katup jantung.

Sangat bermanfaat untuk menegakkan diagnosis gagal jantung.

3.      Foto rontgen dada: untuk mengetahui adanya pembesaran jantung, penimbunan

cairan di paru-paru atau penyakit paru lainnya.

4.      Tes darah BNP: untuk mengukur kadar hormon BNP (B-type natriuretic peptide)

yang pada gagal jantung akan meningkat.

5.      Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam

fungsi/struktur katub atau are penurunan kontraktilitas ventricular.

6.      Skan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan

dinding.

7.      Kateterisasi jantung : Tekanan bnormal merupakan indikasi dan membantu

membedakan gagal jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan stenosi katup atau

insufisiensi, Juga mengkaji potensi arteri kororner. Zat kontras disuntikkan

kedalam ventrikel menunjukkan ukuran bnormal dan ejeksi fraksi/perubahan

kontrktilitas.

Page 6: Laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantung

F. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan gagal jantung kongestif dengan sasaran :

1. Untuk menurunkan kerja jantung

2. Untuk meningkatkan curah jantung dan kontraktilitas miokard

3. Untuk menurunkan retensi garam dan air.

Tirah baring

Tirah baring mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan jantung dan

menurunkan tekanan darah dengan menurunkan volume intra vaskuler melalui

induksi diuresis berbaring.

Oksigen

Pemenuhan oksigen akan mengurangi demand miokard dan membantu

memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.

Diet

Pengaturan diet membuat kerja dan ketegangan otot jantung minimal. Selain itu

pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur, atau mengurangi

edema.

Obat-obatan

Diuretik: Untuk mengurangi penimbunan cairan dan pembengkakan

Penghambat ACE (ACE inhibitors): untuk menurunkan tekanan darah

dan mengurangi beban kerja jantung

Penyekat beta (beta blockers): Untuk mengurangi denyut jantung dan

menurunkan tekanan darah agar beban jantung berkurang

Digoksin: Memperkuat denyut dan daya pompa jantung

Terapi nitrat dan vasodilator koroner: menyebabkan vasodilatasi perifer

dan penurunan konsumsi oksigen miokard.

Digitalis: memperlambat frekuensi ventrikel dan meningkatkan kekuatan

kontraksi, peningkatan efisiensi jantung. Saat curah jantung meningkat,

Page 7: Laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantung

volume cairan lebih besar dikirim ke ginjal untuk filtrasi dan ekskresi

dan volume intravascular menurun.

G. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. PENGKAJIAN

Gagal serambi kiri/kanan dari jantung mengakibtkan ketidakmampuan

memberikan keluaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan

menyebabkan terjadinya kongesti pulmonal dan sistemik . Karenanya diagnostik

dan teraupetik berlnjut . GJK selanjutnya dihubungkan dengan morbiditas dan

mortalitas.

Aktivitas/istirahat

a.        Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari,    insomnia,

nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat.

b.       Tanda : Gelisah, perubahan status mental mis : letargi,  tanda vital

berubah pad aktivitas.

Sirkulasi

a.        Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit

jantung , bedah jantung , endokarditis, anemia, syok septic, bengkak pada

kaki, telapak kaki, abdomen.

b.       Tanda :

1)       TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan).

2)       Tekanan Nadi ; mungkin sempit.

3)       Irama Jantung ; Disritmia.

4)       Frekuensi jantung ; Takikardia.

5)       Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan merubah

6)       posisi secara inferior ke kiri.

7)       Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat

8)       terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah.

9)       Murmur sistolik dan diastolic.

Page 8: Laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantung

10)   Warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik.

11)   Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan pengisian

12)   kapiler lambat.

13)   Hepar ; pembesaran/dapat teraba.

14)   Bunyi napas ; krekels, ronkhi.

15)   Edema ; mungkin dependen, umum atau pitting 

16)   khususnya pada ekstremitas.

Integritas ego

a.        Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan dengan

penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)

b.       Tanda      : Berbagai manifestasi perilaku, mis : ansietas, marah,

ketakutan dan mudah tersinggung.

Eliminasi

Gejala            : Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.

Makanan/cairan

a.        Gejala      : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambhan berat

badan signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian/sepatu

terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah diproses dan

penggunaan diuretic.

b.       Tanda      : Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites)

serta edema (umum, dependen, tekanan dn pitting).

Higiene

a.        Gejala      : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas Perawatan

diri.

b.       Tanda      : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.

Neurosensori

a.        Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.

b.       Tanda : Letargi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.

Nyeri/Kenyamanan

a.        Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas

dan sakit pada otot.

Page 9: Laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantung

b.       Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus  menyempit danperilaku melindungi

diri.

Pernapasan

a.        Gejala      : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan

beberapa bantal, batuk dengn/tanpa pembentukan sputum, riwayat

penyakit kronis, penggunaan bantuan pernapasan.

b.       Tanda      :

1)       Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori

pernpasan.

2)       Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus

menerus dengan/tanpa pemebentukan sputum.

3)       Sputum :Merah muda/berbuih (edema pulmonal)

4)       Bunyi napas : Mungkin tidak terdengar.

5)       Fungsi mental: Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.

6)       Warna kulit : Pucat dan sianosis.

Keamanan

Gejala  : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangan kekuatan/tonus otot.

Interaksi sosial          

Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa

dilakukan.

Pembelajaran/pengajaran

a.        Gejala      : menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung,

misalnya : penyekat saluran kalsium.

b.       Tanda      : Bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan Perubahan kontraktilitas

miokardial/perubahan inotropik.

b. Nyeri berhubungan dengan infark miokrd

Page 10: Laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantung

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi

ventilasi, perubahan membrane kapiler alveolar

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

e. Resti kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring

3. INTERVENSI

No

DX Keperawatan

Tujuan (NOC) Intervensi(NIC)

1 Penurunan curah jantung berhubungan dengan Perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan tidak terjadi penurunan curah jantung dengan kriteria hasil:NOC :Cardiac pump effectivenessCirculation statusVital sign statusKriteria Hasil :1.Tanda vital dalam

rentang normal2.Dapat

mentoleransi aktivitas tanpa adanya kelelahan

3.Warna kulit normal

4.Tidak ada distensi vena leher

NIC :1. evaluasi adanya nyeri

dada2. catat adanya distritmia

jantung3. catat adanya tanda

penurunan curah jantung4. monitor status

pernapasan5. monitor balance cairan6. atur periode latihan dan

istirahat7. anjurkan untuk

menurunkan stress8. monitor TTV9. monitor jumlah, bunyi dan

irama jantung10. monitor suhu, wrna

dan kelembapan kulit11. kolaborasi pemberian

obat-obatan

2 Nyeri berhubungan dengan infark miokrd

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  3 x 24 jam, diharapkan klien mampu mengontrol nyeri kriteria hasil:

nyeri

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

2. Observasi reaksi non verbal dan ketidaknyamanan

3. Control ruangan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu dan

Page 11: Laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantung

berkurang

wajah rileks

TTV dalam

batas normal

kebisingan4. Ajarkan tentang teknik

non varmakologis seperti teknik distraksi dn relaksasi

5. Monitor vital sign6. Beri ruangan yang

nyaman7. Kolaborsi pemberian obat-

obatan3 Defisit

perawatan diri; mandi,berpakaian, makan, toileting b.d kelemahan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, diharapkan kebutuhan mandiri klien terpenuhi, dengan kriteria hasil:NOC : Self care : Activity

of Daily Living (ADLs)

Kriteria Hasil : Klien terbebas dari

bau badan Menyatakan

kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs

Dapat melakukan ADLS dengan bantuan

NIC :Self Care assistance : ADLs1. Monitor kemempuan klien

untuk perawatan diri yang mandiri

2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.

3. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care.

4. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki.

5. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.

6. Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.

7. Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.

8. Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas

Page 12: Laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantung

sehari-hari.

4 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi, perubahan membrane kapiler alveolar

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, diharapkan pertukaran gas bias terpenuhi, dengan kriteria hasil:Kriteria Hasil : Mendemonstrasik

an peningkatan

ventilasi dan

oksigen yang

adekuat

Memlihara

kebersihan paru-

paru dan bebas

dari tanda-tanda

disstres

pernapasan

1. Posisikan pasien untuk

memaksimalkan

ventilasi

2. Psang mayo bila perlu

3. Lakukan fisioterapi

dada jika perlu

4. Keluarkan batuk

dengan batuk atau

suction

5. Auskultasi suara

napas, catat adanya

suara tambahan

6. Berikan bronkodilator

7. Berikan pelembaba

udara

8. Atur intake untuk

cairan

9. Monitor respirasi dn

status oksigen

10. Catat

perkembangan dada

dan amati

kesimetrisan

11. Monitor suara

dan pola napas

12. Monitor TTV

13. Observasi sinosis

14. Aukultasi bunyi

jantung

Page 13: Laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantung

5 Resiko kerusakan integritas kulit b.d immobilisasi fisik

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan pasien mampu mengetahui dan  mengontrol resiko dengan kriteria hasil :NOC : Tissue Integrity : Skin and Mucous MembranesKriteria Hasil : Integritas kulit

yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)

Tidak ada luka/lesi pada kulit

Perfusi jaringan baik

Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang

Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami.

NIC : Pressure Management1. Anjurkan pasien untuk

menggunakan pakaian yang longgar

2. Hindari kerutan padaa tempat tidur

3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali

5. Monitor kulit akan adanya kemerahan

6. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan

7. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

8. Monitor status nutrisi pasien

9. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat